1. TUGAS
PERENCAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
“CURRICULUM EVALUATION”
Oleh
Diana Besni
1303910
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
2. PENDAHULUAN
Kurikulum memiliki posisi penting pada sebuah pendidikan tingkat makro (nasional).
Tidak ada satupun Negara yang tidak memiliki kurikulum pada sistem pendidikannya.
Keberhasilan suatu pendidikan di suatu Negara memang tidak hanya dipengaruhi oleh
kurikulum. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kurikulum adalah salah satu aspek penentu
jalannya pendidikan di Negara. Secara istilah, kurikulum berasal dari kata currre yangberarti
bertanding dengan mengutaman kapasitas individual untuk mengkonsepsipkan kembali
otobiografi pelajar (Schubert, 1986). Dalam kehidupan sehari-hari mendengar kata-kata
kurikulum kita langsung mengartikan sebagai perangkat mata pembelajaran yang harus
dipelajarai disekolah atau instusi pendidikan umpanya kurikulum A arau kurikulum B.
Berdasarkan definisinya kurikulum sebagai kegiatan terencana tentang apa-apa yang akan
diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat ajarkan dengan berhasil, ini mencakup
tentang hal-hal perencanaan seperti ruang lingkup pelajaran, urutan bahan-bahan pelajaran,
metode dan teknik-teknik mengajar dan hal-hal apa saja yang dapat direncanakan lebih dahulu
agar pelajaran berjalan baik (saylor, Alexander, dan lewis, 1981).
Sehingga sama hal dengan proses pembelajaran yang butuh evaluasi begitu juga dengan
kurikulum. Evaluasi sering dikaitan dengan pemberian angka atau nilai, pengukuran keberhasilan
belajar siswa dan berkembang terus menerus menjadi evaluasi menyeluruh dari program
sekolah. Akhirnya evaluasi mulai menakankan pada usaha mencari jalan untuk memperbaiki
program atau kurikulum dari pada sekedar pengukuran prestasi anak didik saja Schubert, 1986
(dalam Mohammad Ansyar, 1989).
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan,
organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka
tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya
evaluasi kurikulum dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum.
PEMBAHASAN
3. Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai
dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena
itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara
per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.
A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni “evaluation” sedangkan penilaianan
disebut juga “assessment”, pengukuran adalah “measurement” sedangkan tes dalam
bahasa Inggris disebut “test”. Tes adalah suatu alat pengumpulan data yang dirancang
secara khusus, terlihat dari konstruksi butir soal yang digunakan, jenis pertanyaan yang
diberikan, serta penyelenggaraannya yang diatur secara khusus. Tes dibangun atas dasar
teori pengukuran, bagaimana tes dibuat harus memenuhi standar validitas (kesahihan)
dan reliabilitas (keterandalan).
Pengertian evaluasi menurut Purwanto dan Atwi Suparman (1999) evaluasi adalah
proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel
untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983
mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi
dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan.
Chelimsky (1989) mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang
sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari
definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan
prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas
suatu program. Menurut Hamid Hasan (1988: 13) evaluasi adalah proses pemberian
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang
dipertimbangkan tersebut dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu
kesatuan tertentu, dengan berdasarkan kepada kriteria-kriteria tertentu agar tidak
dilakukan asal saja.
B. Pengertian Kurikulum.
4. Menurut Mohammad Ansyar mengatakan kurikulum diartikan berbeda-beda
oleh beberapa golongan orang atau masyarakat, bagi kebanyakanorang kurikulam
adalah seperangkat mata pelajaran yang harus diajarkan kepada anak didik, bagi
pejar, kurikulum mungkin diartikan tugas-tugas pelajaran, latihan-latihan atau isi
buku teks yang mereka baca, hafal datau pelajari. Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Sedang Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga
memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran
(Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals)
dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan
menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang
diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur
pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Para ahli telah banyak mendefinisikan mengenai kurikulum. Said Hamid
Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki
empat dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi yang lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut, yaitu: pertama kurikulum sebagai
suatu ide atau gagasan, kedua kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, ketiga
kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum
sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum.
5. Secara teoritis, dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, dan kempat kurikulum sebagai suatu hasil yang
merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
C. Evaluasi kurikulum
Mohammad Anysar (1989) menjelaskaan hakekatnya evaluasi mempunyai satu
tujuan untuk mengetahui keberhasilan satu program, namun evaluasi mempunyai
beberapa peranan. Secara umum peranan evalusi seperti yang telah dijelaskan untuk
melihat keberhasilan anak dididk belajar dengan pemberian nilai dengan cara
memberikan tas dan pengukuran. Peranan kedua penilaian terhadap kurikulum itu sendiri.
Kurikulum dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan tercapai
atau tidak setelah kurikulum itu di implementasikan.
Selain itu evaluasi kurikulum dimaksudkan juga untuk mengetahui validitas
tujuan atau sasaran kurikulum itu sendiri, termasuk apakah kurikulum itu sesuai dengan
kecerdasan anak didik, apakah mode instruksional yang dipakai merupakana yang
terbaik untuk mencapai yang ditetapkan, apakah materi yang direkomendasikan terbaik
untuk mencapai tujuan kurikulum atau tujuan instruksional yang dianginkan (Saylor dan
Alexander, 1974).
Dalam pelaksanaannya, kurikulum senantiasa mengalami perubahan yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa landasan telah menjadi dasar perubahan
kurikulum, yaitu landasan filosofis (seperti filsafat hidup yang dianut oleh Negara),
landasan psikologis (yaitu perkembangan psikologis peserta didik sesuai dengan
usianya), landasan sosiologis (yaitu keadaan masyarakat dan kebudayaan yang tengah
berkembang, dan landasan iptek (perkembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi yang
semakin canggih).
D. Tujuan dan Peran Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum tergantung konsep atau pengertian seseorang terhadap
evaluasi. Terkadang tujuan tersebut tercantum secara jelas dalaam definisi yang
6. dikemukan namun terkadang tidak tercantum. Secara dasarnya tujuan evaluasi kurikulum
dalam di kelompokan menjadi sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan suatu
kurikulum sebagai masukan bagi pengambil keputusan.
2. Menetukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta factor-faktor
yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.
3. Mengembangankan berbagai alternative pemecahan masalah yang dapat digunakan
dalam upaya perbaikan kurikulum.
4. Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu
kurikulum.
Scriven (dalam Milier dan Seller, 1985) membedakan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi fomatif adalah evaluasi mengenai kurikulum dan pengajran
itu sendiri. tujuannya ialah untuk memperbaiki program pendidikan atau proses belajar
mengajar. Merupakan bagian yang integral dari proses perencanaan kurikulum dan
pengajaran, walaupun keputusan perbaikan program itu baru dapat dilakukan itu
dilaksanakan berdasarkan umpan balik yang diterima dari upan balik sumatif.
Evaluasi sumatif menilai efektifitas kurikulm dan pengajaran yang
diimplementasikan sesuai rencana. Focus utama evalusi sumatif berkaitan dengan
manfaat rencana kurikulum dan pengajaran itu sendiri. Jadi evaluasi sumatif tidak
mencari penyebab sesuatu yang ditemui dalam program. Evaluasi sumatuf hanya melihat
kegunaan program secara menyeluruh, hasil akhir dari program yang sudah selesai, baik
yang diperoleh dari dalam maupun luar sekolah. Sedang formatif mencarai hal-hal yang
spesifik yang digunakan bagi revisi program yang belum selesai. Evaluasi ini
memungkinkan pengembangan kurikulum mengadakan perubahan-perubahan dan
mengadakan revisi untuk memperbaiki program, sebelum program itu selesai milir dan
seller ( dalam Mohammad Ansyar, 1989).
E. Proses Evaluasi
7. Ada beberapa langkah dan proses evaluais kurikulum yang digunakan Stufflebean
dan kawan-kawan yang diangap baik dan merekomendasikan proses evaluasi, terdiri dari
aspek gambaran informasi yang dibutuhkan, cara memperoleh data dan cara
menyediakan data. Dengan langkah-langkah evaluasi seperti berikut:
1. Penetapan apa yang akan dievaluasi
2. Macam-macam data yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan
3. Pengumpulan data-data yang relevan
4. Penetapan criteria bagi kualitas hal di evaluasi
5. Analisis data dalam kaitanya dengan kredteria itu
6. Menyediakan informasi bagi pengambil keputusan.
F. Model-model Evaluasi
1. Model deskrepensi (desrepancy) yang dikembangkan oleh provus merupakan
perbandingan antara hasil program yang sebenarnya dengan suatu standard yang
ditetapakan. Perbandingan unjuk kerja program dan standard yang ditetapkan.
Perbandingan antara unjuk kerja program dan standard disebut deskripsi
(perbedaan). Evaluasi harus dapat memberikan informasi tetang perbedaan ini dan
pemgambilan keputusan dapat bertindak berdasarkan deskrisi itu.
2. Model Contenance dikembangkan oleh stake yang didesain untuk mengumpulkan
semua data yang relevan dan diberikan kepada orang yang memerlukan data
untuk evaluasi. Data-data tersebut, anatara lain informasi deskripsif yang lengkap
termasuk data mengenai hasil belajar siswa, deskripsi proses instruksional dan
hubungan kedua data ini, data pertimbangan yaitu opini dari masyarakat, dan para
pakar mata pelajaran
3. Model CIPP (Context, Input, Proses dan Product) yang diajukan oleh komite
pengkajian nasional Phi Delta Kappa tenteng evaluasi yang diketuai Daniel L
Stufflebeam yang bertumpu pada defenisi evaluasi yang mereka ajukan yaitu
proses penggambaran, perolehan dan penyediaan informasi yang berguna bagi
penetapan beberapa alternative keputusan. Ada empat tipe keputusan kurikulum
model ini. Tipe pertama, keputusan perencaan yang dapat berupa keputusan untuk
8. menghentikan, merubah, atau meneruskan program. Jika tipe petama ditetapkan
maka perlu adanya tipe kedua yaitu keputusan stuktur untuk menghasilkan
perubahan itu. Tipe ketiga keputusan untuk implementasi, dibuat selama
implementasi perubahan. Keputusan ini berkaitan dengan hal apakah praktek
sesaungguhnya sesuai dengan diinginkan apakah modifikasi prosedur
implementasi diperlukan. Tipe kempat adalah keputusan daur ulang (recycling
decisions) yang dibuat setelah diefektifitaskan perubahan timbul. Keputusan daur
ulang menetukan apakah perubahan diperlukan atau modifikasi untuk diulang
kembali (miller dan seller, 1985). CIPP membuat empat komponen yaitu evaluasi
konteks, evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi produksi.
KESIMPULAN
Evaluasi mempunyai satu tujuan untuk mengetahui keberhasilan satu program,
namun evaluasi mempunyai beberapa peranan. Secara umum peranan evalusi seperti
yang telah dijelaskan untuk melihat keberhasilan anak dididk belajar dengan pemberian
nilai dengan cara memberikan tas dan pengukuran. Peranan kedua penilaian terhadap
kurikulum itu sendiri. Kurikulum dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran yang telah
ditetapkan tercapai atau tidak setelah kurikulum itu di implementasikan. Selain itu
evaluasi kurikulum dimaksudkan juga untuk mengetahui validitas tujuan atau sasaran
kurikulum itu sendiri, termasuk apakah kurikulum itu sesuai dengan kecerdasan anak
didik, apakah mode instruksional yang dipakai merupakana yang terbaik untuk mencapai
yang ditetapkan, apakah materi yang direkomendasikan terbaik untuk mencapai tujuan
kurikulum atau tujuan instruksional yang dianginkan
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ansyar, Mohammad (1989.). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. IKIP, Padang.
Hasan, Hamid (2009). Evaluasi Kurikulum. Rosda: Bandung.