SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
MAKALAH KEBIDANAN DASAR 1 
TENTANG 
PROTEIN PLASMA 
Disusun oleh : 
1. Fitriana laelatunni’mah (141540134300033) 
2. Buntar handayani (141540134030006) 
3. Deni farih utami (141540134050008) 
4. Eti yuliana lestari (141540134210024) 
5. Fitri lestari (141540134290032) 
6. Rinigianti (141540134570060) 
7. Suci yayu febriana ambarwati (141540134670070) 
8. Umi ma’rifah khasanah (141540134720075) 
PROGRAM STUDI KEBIDANAN D3 / 1B 
STIKES HARAPAN BANGSA PURWOERTO 
2014/2015 
i
KATA PENGANTAR 
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat 
rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan 
judul PROTEIN PLASMA dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah 
Kebidanan Dasar 1. 
Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari 
bantuan banyak pihak.Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak 
terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan 
makalah ini. Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak 
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan kami.Oleh sebab itu, kami 
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para 
pembaca sebagai masukan bagi kami. 
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca 
pada umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya.Atas segala 
perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih. 
ii 
Purwokerto, 23 November 2014 
Penyusun
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang 
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau 
utama.Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan 
atau manusia.Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka 
protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam 
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat 
berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi 
sebagai biokatalis. 
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau 
tumbuhan.Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan 
yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. 
Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, 
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Klasifikasi protein 
berdasarkan daya kelarutannya : 
1. Albumin : protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan 
dari larutan pada konsentrasi garam yang tinggi. 
2. Globulin : protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam, 
dan dapat melarut dalam larutan garam encer. 
3. Glutelin : protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut 
dalam asam atau alkali encer. 
4. Prolamine : protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut 
dalam air atau etanol absolute. 
B. Tujuan Penulisan 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Kima dasar. 
2. Untuk mengetahui pengetahuan tentang protein plasma 
3. Untuk mengetahui batas normal protein plasama
2 
C. Rumusan Masalah 
1. Macam-macam protein plasama? 
2. Batas normal protein plasma? 
3. Perubahan protein plasma pada keadaan patologis dan patologik dan 
gangguannya?
BAB II 
PEMBAHASAN 
3 
A. Protein Plasma 
Pengertian Protein Plasma 
Protein plasma ialah protein total dalam plasma manusia memiliki 
konsentrasi sekitar 7,0-7,5 gr/dl dan membentuk bagian terbesar dari bahan 
padat plasma. Protein plasma sebenarnya adalah campuran kompleks yang 
mencakup tidak saja protein – protein sederhana, tetapi juga protein 
terkonjugasi, misalnya glikoprotein dan berbagai lipoprotein. 
Macam – macam Protein Plasma 
Protein Plasma dibedakan menjadi 3 kelompok besar : 
1. Fibrinogen 
Fibrinogen adalah salah satu protein yang disintesis oleh hati yang 
merupakan reaktan fasa akut berbentuk globulin beta. Protein ini berguna 
untuk proses hemostatis yang menstimulasi pembentukan thrombus. Rasio 
plasma normal yang berkisar antara 200-400 mg/dL. 
2. Albumin (69 kDa) 
Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia ( 3,4- 
4,7g/dL) dan membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% 
albumin terdapat dalam plasma dan 60% sisanya terdapat diruang 
ekstrasel. Hati menghasilkan sekitar 12 g albumin /hari, yaitu sekitar 25% 
dari semua sintesis protein oleh hati dan separuh jumlah protein yang 
disekresikannya. Sintesis albumin berkurang pada beragam penyakit 
terutama penyakit hati. 
3. Globulin 
Menurut Harrow et al (1962), Globulin merupakan salah satu 
golongan protein yang tidak larut dalam air, mudah terkoagulasi oleh 
panas, mudah larut dalam larutan garam dan membentuk endapan dengan 
konsentrasi garam yang tinggi. Glubolin disusun oleh dua komponen yaitu 
legumin dan vicilin. Suhardi (1989) menambahkan bahwa dengan
ultrasentrifugasi ditemukan protein utama golongan 2S, 7S, 11S dan 15S. 
Fraksi terbesar adalah globulin 7S yang merupakan glikoprotein. Protein 
globulin dapat mencapai 70% dari total protein. Fraksi 11S sampai 
sekarang baru dikenal sebagai protein tunggal sedangkan frakti 15S belum 
dapat diidentifikasikan senyawa penyusunnya. 
4 
4. Protombin 
Sejenis glikoprotein yang dibentuk oleh dan dsimpan dalam hati. 
Sekresi protombin ke dalam plasma darah, terjadi Karena stimulasi dari 
tromboplastin dan ion kalsium pada proses koagulasi. Dalam proses 
tersebut, protobin kemudian di konfrensi menjadi thrombin oleh 
protrombinase lebih lanjut. Thrombin akan memkonfrensi fibrinogen 
menjadi fibrin. 
Fungsi protein plasma : 
1. Keseimbangan osmotik 
Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotic plasma menurun 
sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga 
timbul oedem (cairan darah menuju ke jaringan interstitial). 
2. Pembentukan dan nutrisi jaringan 
3. Enzim, hormone, pembekuan darah ( fibrinogen, AT III ) dan jaringan 
tubuh. 
4. Transportasi 
a. Umum yaitu albumin 
b. Khusus : 
1) Hormon : prealbumin Vitamin : Prealbumin Lipid 
2) Lipoprotein 
3) Co 
4) Ceruloplasmin 
5) Hb 
6) Haptoglobin 
7) Heme 
8) Hemopexin
5 
9) Fe 
10) Transferin 
5. Daya tahan tubuh 
6. Antibodi dan komplemen 
Perubahan protein plasma : 
a. Hiperalbumin : peningkatan kadar albumin. 
Dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma 
b. Hipoalbumin 
Dijumpai pada malnutrisi, malabsorbsi, hepatitis akut, penyakit 
hati menahun, dan sebagainya. (Asscalbiass,2010) 
Protein Protein plasma memiliki fungsi yang sangat luas, Beberapa 
Fungsi dari Protein Plasma antara lain: 
Sebagai protein pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran 
plasma Menerima isyarat (signal) hormonal Meneruskan isyarat tersebut ke 
bagian sel sendiri atau ke sel lainnya. 
Protein membran plasma juga berfungsi sebagai pangkal pengikat 
komponen-komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ekstraseluler. 
Molekul-molekul protein permukaan luar memberikan ciri-ciri individual 
tiap sel dan macam protein dapat berubah sesuai dengan differensiasi sel. 
Protein perifer tidak berinteraksi dengan bagian tengah membran 
hidrofobik, tetapi terikat secara langsung melalui asosiasi dengan protein 
integral membran atau secara langsung berinteraksi dengan bagian polar 
lipida membran. Misalnya protein sitokeleton, protein kinase (pada 
permukaan sitoplasmik membran), dan protein matriks ekstraseluler 
(permukaan eksoplasmik). 
Protein transmembran mengandung segemen panjang asam-asam 
amino hidrofobik yang tertanam pada bilayer lipida. Ada dua tipe interaksi 
yang menstabilkan protein integral membran, yaitu interaksi ionic dengan 
daerah kepala yang bersifat polar dan interaksi hidrofobik dengan bagian 
tengah yang bersifat hidrofobik, misalnya glikoforin. (Anonim, 2007c).
Beberapa protein integral berikatan dengan membran melalui ikata 
koovalen pada rantai hidrokarbon. Dikenal ada tiga tipe protein integral 
berdasarkan perlekatannya pada rantai hidrokarbon, yaitu Glycosyl-phosphatidylinositol- 
Proteins, Myristate-Proteins, dan Farnesyl- Proteins. 
Kedudukan dan orientasi protein pada membran bervariasi sesuai macam 
membran, sel dan jaringan. Ia dapat berupa protein integral atau protein 
perifer. 
Glikoprotein pada membran eritrosit merupakan suatu protein yang 
menembus membran sel. Protein integral membran terdiri atas empat kelas, 
yaitu protein tipe A, protein tipe B, protein tipe C, dan protein tipe D. Protein 
tipe A dan C secara struktural sama, tetapi tertanam pada setengah lapisan 
membran yang berbeda. Contoh protein tipe A adalah Cytochrom b5 pada 
retikulum endoplasma. Protein B adalah kompleks protein yang berperan 
dalam sistim transpor. Protein D adalah protein trans membran. Protein tipe B 
merupakan kumpulan molekul yang memiliki struktur yang terdiri atas Na+, 
K+, ATP-ase dan suatu anion protein transpor. Contoh protein tipe D adalah 
glikoforin pada membran eritrosit. 
PROTEIN 
Gizi.net - DALAM beberapa seri tulisan berikut diuraikan komponen 
molekuler atau bahan kimia sel. Bahan itu dibedakan atas bahan anorganik 
dan organik. Bahan anorganik ialah bahan yang terdapat di alam, yaitu 
oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan mineral. O2 dan CO2 berasal dari 
udara, dan masuk-keluar sel lewat pernapasan. 
O2 masuk tubuh lewat paru, berguna untuk oksidasi atau membakar 
molekul organik untuk menghasilkan energi. CO2 ampas oksidasi, sebagian 
besar dibuang dari tubuh lewat paru lagi. Mineral berasal dari tanah. 
Bahan organik ialah bahan yang dihasilkan oleh organisme atau 
makhluk hidup: protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat, dan vitamin. 
O2 dan CO2 tidak diulas dalam seri ini. Bahan lain diulas satu per 
satu. Dimulai dengan protein, lalu diakhiri dengan cara memasukkan molekul-molekul 
itu ke dalam sel serta peranan hormon di dalamnya. Semua bahan 
6
organik dibina atas empat macam unsur yaitu C, H, O, dan N. Karbohidrat dan 
lemak mengandung tiga unsur, yaitu C, H, dan O. 
Protein selain mengandung C, H, dan O, juga N; sesewaktu juga S dan 
P. Huruf-huruf besar ini singkatan nama atom unsur kimia: O = oksigen (zat 
asam), H = hidrogen (zat air), C = carbon (karbon, zat arang), N = nitrogen 
(zat lemas), S = sulfur (zat belerang), dan P = phosphorus (fosfor). 
Atom-atom itu bergabung membentuk molekul. Penggabungan 
berlangsung lewat perjabatan atau perikanan lengan, diberi tanda dengan garis 
pendek -. Jumlah lengan berbagai atom bervariasi: H = 1, O = 2, C = 4, N = 3, 
P = 4, S = 2. Protein adalah polimer asam amino. Berasal dari kata poli = 
banyak, dan mer = bulatan atau satuan. Jadi asam amino adalah monomer 
protein (mono- = satu). Asam amino mengandung dua macam gugus: 1) asam 
–COOH; 2) amine –NH2. R = gugus metil (-CH3)n, dan n artinya banyak. N 
= 1 sampai puluhan. Banyak asam amino menentukan besar atau berat 
molekul (BM) suatu protein. Asam amino, yang tersederhana dan terkecil 
ialah glisin. Disini R = H atau hidrogen. Lebih besar dari glisin ialah alanin, di 
sini n = 1. Asam amino yang umum dihasilkan oleh makhluk hidup, hewan 
atau tumbuhan ada 20 macam: glisin, alanin, serin, sistein, valin, leusin, 
isoleusin, lisin, fenilalamin, arginin, histidin, treonin, metionin, tirosin, 
triptofan, prolin, asparagin, asam aspartat, glutamin, dan asam glutamat. Yang 
ke20 macam itu membina suatu molekul protein, ibarat bata yang menjadi 
bahan dasar yang membina suatu rumah. 
Ada protein yang tidak lengkap mengandung segala macam asam 
amino, ada pula yang lengkap. Dari yang 20 macam itu ada 10 macam yang 
bisa dibikin dalam sel, berbahankan asam amino yang 10 macam. Yang 10 
macam lain tidak bisa dibikin sel hewan, disebut asam amino penting atau 
esensil : valin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalamin, arginin, histidin, treonin, 
triptofan, dan metionin. 
SUATU molekul protein terdiri dari untaian banyak asam amino, 
jumlahnya bisa ratusan sampai ribuan. Ada protein yang asam amino beruntai 
ke samping, sehingga membentuk cabang. BM suatu protein belasan sampai 
7
ratusan ribu. Protein yang tergolong paling besar ialah globulin, dengan BM = 
920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan, terbentuk suatu hasil antara 
yang disebut peptida. Peptida dibina atas beberapa asam amino. Dua asam 
amino beruntai disebut dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika 
beruntaian banyak disebut polipeptida. Ada bagian atau organel sel berupa 
protein, ada dalam bentuk peptida. 
Telah diajarkan kepada orang awam bahwa protein adalah zat 
pembangun. Sebetulnya selain protein, karbohdirat dan lemak juga penyerta 
atau pelengkap zat pembangun. Hampir sebagian besar organel dan produk sel 
berbahan pokok protein. Kulit dibina atas serat keratin, klagen, dan elastin, 
yang semua adalah protein. Darah adalah gabungan banyak macam protein. 
Eristrosit, lekosit, dan trombosit, dibina atas protein. 
Dalam plasma darah terdapat berpuluh macam protein, seperti albumin 
untuk mengangkut berbagai zat, globulin untk membina antibodi, fibrinogen 
untuk pembekuan darah jika terjadi luka atau darah berkontak dengan bagian 
pembuluh darah yang kesat. 
Otot jantung, otot polos yang membina berbagai saluran dalam tubuh, 
dan otot rangka yang membuat anggota dapat digerakkan, mengandung serat 
yang dapat berkerut yang disebut miofibril. Miofibril ini juga protein. Rambut 
dan bulu juga dibina atas keratin, seperti halnya yang membina kulit ari. 
Tulang memiliki bahan dasar yang disebut osein, suatu protein. 
Tulang rawan memiliki bahan dasar khondrin, juga protein. Hormon 
banyak yang protein, peptida, atau ubahan salah satu asam amino. Enzim 
adalah biokatalisator dan itu adalah protein juga. Protein dibagi atas dua 
golongan: 1) sederhana; 2) gabungan. Yang sederhana jika diuraikan oleh 
suatu enzim akan pecah jadi asam amino saja. Yang gabungan terdiri dari 
gabungan protein dengan bahan organik lain. 
Yang sederhana seperti: albumin, globulin, glutein, histon, kasein, dan 
vitelin. Albumin pengangkut zat dalam plasma darah, dan globulin pembina 
bahan kekebalan atau antibodi. Glutein adalah protein yang terkandung dalam 
biji sereal (padi, jagung, gandum, jelai, sorgum), histon adalah poros lilitan 
8
DNA dalam kromosom, kasein terkandung dalam susu, dan vitelin adalah 
protein yang membina kuning telur. 
PROTEIN gabungan yang kompleks ialah seperti 
hemoglobin,lipoprotein, dan glikoprotein. Hemoglobin (Hb) adalah pigmen 
pernapasan dalam eritrosit, berguna untuk mengikat oksigen dalam paru. 
Pigmen ini mengandung unsur besi (Fe), yang membuat eritrosit dan darah 
keseluruhan jadi berwarna merah. 
Dalam sel tubuh kita protein dibikin dari monomer asam amino. Asam 
amino yang 20 macam itu tersimpan dalam sitoplasma, yang sewaktu akan 
bergabung membentuk untaian jika dari inti datang perintah untuk menyintesa 
sejenis protein. Asam amino dalam sitoplasma itu dibawa darah dari usus, 
sebagai hasil pencernaan protein dalam bahan makanan. Asalnya prote in 
makanan itu diproduksi oleh tumbuhan. 
Oleh karena punya kloroplas maka tumbuhan dapat berfotosintesa. 
Dari sini dihasilkan glukosa. Glukosa dapat diubah jadi asam amino setelah 
dari tanah oleh akar diisap ion nitrat (NO3), lalu gabung dengan glukosa itu. 
Dari sini tumbuhan pun memproduksi protein. Karnivora mendapat protein 
dari tubuh mangsa, yang asalnya juga karena mangsa itu mendapat protein 
dari tumbuhan. Protein dapat disintesa oleh semua sel makhluk. 
Meski asam amino berasal dari tumbuhan, tetapi protein yang 
disentesa hewan beda dengan tumbuhan. Waktu embrio awal, yaitu sampai 
tingkat morula, semua sel membikin semua macam protein dan bahan organik 
lain. Ketika embrio telah mengalami diferensiasi, lalu terbentuk berbagai 
jaringan, maka tiap sel dari setiap jaringan menyintesa protein khusus, yang 
jadi sisi jaringan bersangkutan. 
Jaringan epitel di kulit, misalnya, hanya menyintesa keratin, jaringan 
epitel lendir usus, paru, dan kelamin, menghasilkan musin sebagai bahan 
dasar lendir yang digetahkan. Jaringan pengikat menghasilkan serat kolagen, 
jaringan otot menyintesa protein miofibril, dan jaringan saraf menghasilkan 
neurotransmitter (bahan perambat rangsang). 
9
SETIAP macam protein disintesa menurut cetak biru. Cetak biru iitu 
ada pada gen. Sedangkan gen berada dalam kromosom. Sel tubuh orang 
mengandung hampir 100.000 gen, disebar pada 23 macam kromosom. Tiap 
macam ada sepasang. Sel orang mengandung 23 pasang atau 46 kromosom. 
Kromosom yang 23 macam itu memiliki panjang bervariasi. Kromosom 
terpanjang atau terbesar mengandung gen paling banyak, sekitar 2.000-an. 
Sedangkan kromosom terpendek atau terkecil mengandung gen tersedikit, 
mungkin hanya ratusan. 
Sekitar 60 persen gen itu menyintesa protein. Ada satu protein 
dihasilkan oleh satu gen saja, ada pula oleh beberapa gen. Hemoglobin 
disintesa oleh dua gen, sedangkan gen antibodi disintesa empat gen. Beda 
protein beda pula gennya. Dari hampir 100.000 gen dalam tiap sel tubuh 
seseorang terbentuk ribuan macam protein. Karena sintesa zat organik lain, 
terutama karbohidrat dan lemak, diatur oleh enzim dan itu adalah protein, 
maka terbentuk ribuan macam kedua zat organik itu. 
Meski macam protein sama pada semua individu suatu species, namun 
antara berbagai individu species bersangkutan terdapat perbedaan kec il atau 
variasi ultrastruktur setiap macam protein. Itu terjadi karena kalau beda 
individu bervariasi pula susunan nukleotida DNA gen-gennya. Karena itu 
beda individu beda pula struktur halus proteinnya. Sudah pernah dibicarakan 
bahwa membran sel, yaitu yang menjadi selaput setiap sel dan juga 
menyelaputi banyak organel dalam sel, dibina atas dua lapis lemak, dan 
ditunjang oleh banyak molekul protein. Banyak di antara protein membran itu 
yang bertindak sebagai penerima atau reseptor bagi berbagai zat untuk bisa 
dibawa masuk ke dalam sel. Ada juga sebagai pengenal sel tetangga atau 
bahan yang datang dari luar tubuh, disebut protein pengenal. 
Protein pengenal akan mengenal sel atau bahan yang berasal dari 
tubuh sendiri (self), dan yang bukan dari tubuh sendiri (nonself). Protein 
pengenal kecocokan jaringan disebut HLA (human leukocyte antigen). Jika 
bahan itu nonself berarti protein pengenal atau HLA-nya tidak cocok atau 
tidak sama dengan protein pengenal pada membran sel tuan rumah. Protein 
10
pengenal bahan asing itu dianggap sebagai antigen, dan terhadapnya lekosit 
tuan rumah terangsang untuk menghasilkan antibodi dan lekosit yang 
terangsang untuk meracun dan merusak bahan asing. 
SEL-sel peronda, yaitu makrofaga, membantu lekosit melawan bahan 
asing itu. Antibodi menggumpalkan antigen, sedangkan lekosit perusak 
menghancurkan jaringan. Makrofoga memakan bersihkan ampas hancuran. 
Jika bahan asing itu besar seperti organ cangkokan, lekosit, makrofoga, dan 
antibodi tak mampu menghancurkan, tubuh akan kalah lalu meninggal. Bisa 
juga terjadi HLA antara dua individu cocok, berarti dapat terjadi cangkok 
organ antara mereka. Misalnya antara saudara kandung. Terlebih antara 
saudara kembar identik, karena gen-gen mereka sama susunan rinci DNA-nya. 
Secara umum jika tidak ada hubungan darah peluang keccocokan HLA hanya 
sekitar satu dalam sekian sejuta penduduk. Tetapi, khusus bagi sel darah 
merah (eritrosit) lebih banyak peluang kecocokan. 
Untuk keperluan tranfusi berlaku dua sistem: ABO dan faktor Rhesus. 
Menurut sistem ABO ada empat golongan penduduk: A, B, AB, dan O, 
sedangkan menurut sistem Rhesus dua golongan pula: Rh+ dan Rh-, dan 
penduduk yang bergol. Rh- hanya sekitar 10-15 persen dari suatu penduduk. 
Golongan darah kedua sistem ditentukan oleh hadirnya antigen dengan ta nda 
sama pada membran eritrosit. Golongan darah yang sama akan cocok jika 
tranfusi, tidak digumpalkan. 
Orang bergolongan A, berantigen A pada eritrosit, dan berantibodi 
anti-B dalam plasma. Golongan B berantigen B dan beranti-A, golongan AB 
berantigen A dan B tetapi tak berantibodi; Golongan O tak berantigen tetapi 
ada kedua antibodi. Orang Rh+ berantigen Rhesus tapi tak ada antibodi Rh-pada 
plasma. Orang Rh- tak berantigen dan antibodi. 
(Dr Wildan Yatim, dosen IKD Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran 
Bandung) C. 
Batas Normal Protein Plasma pada keadaan Patologik dan Protein 
Patologik pada suatu Penyakit tertentu 
11
Serum protein (bahasa Inggris: globular protein, spheroprotein) 
merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk 
dari asam amino berupa larutan koloidal di dalam plasma darah. Protein 
(bahasa Yunani: πρωτεϊνη - proteios) berarti utama (bahasa Inggris: first 
rank). 
Serum protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous 
protein) sehingga dapat terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 
8 g/dl[2] atau sekitar 7% dari volume darah keseluruhan dengan berbagai 
kegunaan: 
1. Sirkulasi molekul lipida, hormon, vitamin dan zat besi 
2. Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor 
3. Regulasi aktivitas, fungsional non seluler dalam sistem kekebalan. 
Total serum protein dapat melonjak karena: 
infeksi kronis (termasuk tuberkolosis, Adrenal cortical hypofunction , 
disfungsi hati, Collagen Vascular Disease (Rheumatoid Arthritis, Systemic 
Lupus, Scleroderma), gejala hipersensitivitas, Sarcoidosis, dehidrasi (diabetic 
acidosis, chronic diarrhea, dll.), Respiratory distress, 
Hemolisis,Cryoglobulinemia, Alcoholism, Leukemia dan menurun antara lain 
disebabkan oleh: 
Malnutrition dan malabsorption (insufficient intake and/or digestion of 
proteins), Liver disease (insufficient production of proteins), Diare (loss of 
protein through the GI tract), Severe burns (loss of protein through the skin), 
Hormone Imbalances that favor breakdown of tissue, Loss through the urine in 
severe kidney disease (proteinuria), Kehamilan (dilution of protein due to extra 
fluid held in the vascular system) 
12 
Protein darah 
Kadar 
normal 
level 
% Kegunaan 
Serum albumin 3.5-5.0 g/dl 60% 
memelihara tekanan osmosis dan 
pengusung molekul lain
Immunoglobulin 1.0-1.5 g/dl 18% membentuk sistem kekebalan tubuh 
13 
Fibrinogen 
0.2-0.45 
g/dl 
4% koagulasi darah 
alfa-1 fetoprotein 
Protein wewenang 
<1% mengatur ekspresi genetik 
Terdapat dua jenis protein yang utama di dalam serum, yaitu albumin 
dan globulin. Albumin dibuat di dalam hati, merupakan protein yang paling 
menonjol dan bermuatan negatif yang terkuat guna mengikat molekul kecil 
untuk diedarkan melalui darah. Albumin juga berguna untuk menjaga tekanan 
osmosis darah.[3] 
Beberapa jenis globulin diproduksi di dalam hati, sementara yang lain 
diproduksi di dalam sistem kekebalan. Semua jenis serum protein yang lain 
diproduksi di dalam hati. Arti kata globulin menunjukkan sekelompok protein 
heterogen dengan berat molekul tertentu yang cukup tinggi, dengan kecepatan 
terlarut (en:solubility rate) dan laju migrasi elektroforetik (en:electrophoretic 
migration rate) yang lebih rendah daripada albumin. Rasio normal di dalam 
darah sekitar 2 hingga 3,5 g/dl. 
B. Batas Normal Protein Plasma pada keadaan Patologik dan Protein 
Patologik pada suatu Penyakit tertentu 
Serum protein (bahasa Inggris: globular protein, spheroprotein) 
merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk 
dari asam amino berupalarutan koloidal di dalam plasma darah. Protein 
(bahasa Yunani: πρωτεϊνη - proteios) berarti utama (bahasa Inggris: first 
rank). 
Serum protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous 
protein) sehingga dapat terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 
8 g/dl[2] atau sekitar 7% dari volume darah keseluruhan dengan berbagai 
kegunaan:
1. Sirkulasi molekul lipida, hormon, vitamin dan zat besi 
2. Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor 
3. Regulasi aktivitas, fungsional non seluler dalam sistem kekebalan. 
Total serum protein dapat melonjak karena: 
infeksi kronis (termasuk tuberkolosis, Adrenal cortical hypofunction , 
disfungsi hati,Collagen Vascular Disease (Rheumatoid Arthr itis, Systemic 
Lupus, Scleroderma), gejala hipersensitivitas, Sarcoidosis, dehidrasi (diabetic 
acidosis, chronic diarrhea, dll.), Respiratory 
distress, Hemolisis,Cryoglobulinemia, Alcoholism, Leukemia dan menurun 
antara lain disebabkan oleh: 
Malnutrition dan malabsorption (insufficient intake and/or digestion of 
proteins),Liver disease (insufficient production of proteins), Diare (loss of 
protein through the GI tract), Severe burns (loss of protein through the 
skin), Hormone Imbalances that favor breakdown of tissue, Loss through the 
urine in severe kidney disease (proteinuria), Kehamilan (dilution of protein 
due to extra fluid held in the vascular system) 
14 
Protein darah 
Kadar 
normal 
level 
% Kegunaan 
Serum albumin 
3.5-5.0 
g/dl 
60% 
memelihara tekanan osmosis dan 
pengusung molekul lain 
Immunoglobulin 
1.0-1.5 
g/dl 
18% membentuk sistem kekebalan tubuh 
Fibrinogen 
0.2-0.45 
g/dl 
4% koagulasi darah 
alfa-1 fetoprotein 
Protein wewenang 
<1% mengatur ekspresi genetik
Terdapat dua jenis protein yang utama di dalam serum, 
yaitu albumin dan globulin.Albumin dibuat di dalam hati, merupakan protein 
yang paling menonjol dan bermuatan negatif yang terkuat guna 
mengikat molekul kecil untuk diedarkan melalui darah.Albumin juga berguna 
untuk menjaga tekanan osmosis darah.[3] 
Beberapa jenis globulin diproduksi di dalam hati, sementara yang lain 
diproduksi di dalam sistem kekebalan. Semua jenis serum protein yang lain 
diproduksi di dalam hati. Arti kata globulin menunjukkan sekelompok protein 
heterogen dengan berat molekultertentu yang cukup tinggi, dengan kecepatan 
terlarut (en:solubility rate) dan laju 
migrasi elektroforetik (en:electrophoretic migration rate) yang lebih rendah 
daripadaalbumin. Rasio normal di dalam darah sekitar 2 hingga 3,5 g/dl. 
C. Perubahan protein plasma pada keadaan patologis pada penyakit 
15 
tertentu 
Gagal Jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks dengan 
gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dari mudah lelah 
(fatigue) yang dihubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur 
dari jantung yang menggangu kemampuan ventrikel untuk mengisi dan 
mengeluarkan darah ke sirkulasi. Gagal jantung umumnya didapatkan pada 
populasi usia tua, serta pada orang-orang yang selamat dari infrak 
miokard dengan kerusakan otot jantung persisten. Entitas gagal jantung 
mudah sekali diketahui oleh dokter yang berpengalaman, dapat ditemukan di 
komunitas masyarakat dan pengobatan yang tepat dapat 
mengurangimorbiditas dan mortalitasnya.Walaupun biomelekuler dan 
fisiologi yang terintergrasi dengan gagal jantung masih belum dapat 
dipahami, beberapa konsep dan prinsip patofiologi telah berkembang dalam 
satu dekade terakhir ini.Kunci utama gagal jantung adalah ketidakmampuan 
jantung untuk bekerja sebagai pompa. Respon-respon tubuh berupa 
responadaptif sekunder tetap mempertahankan fungsi sirkulasi jangka pendek, 
tetapi kemudian akan menjadi maladaptif dan menjadi gagal jantung kronis.
Respon-respon adaptasi pada gagal jantung ini terjadi pada sirkulasi perifer, 
ginjal maupun otot jantung.Perubahan ini mengakibatkan 
timbulnya sindrom klinis gagal jantung.Pemahaman bagaimana perubahan ini 
terjadi menghasilkan pandangan dalam patofisiologi gagal jantung. 
1. EPIDEMIOLOGI 
Prevalensi gagal jantung kronik diprediksi akan makin meningkat 
seiring dengan meningkatnya penyakit hipertensi, diabetes melitus dan 
iskemi terutama pada populasi usia lanjut. Semakin tua dan berhasilnya 
pengobatan infrak miokard akut suatu populasi maka prevalensi gagal 
jantung makin meningkat. Peristiwa penyakit gagal jantung makin 
meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hisup penduduk. Di 
Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 
tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia 85 tahun ke 
atas. 
Saat ini diperkirakan 5 juta penduduk Amerika Serikat menderita 
gagal jantung, dengan 550.000 jumlah kasus baru terdiagnosisi setiap 
tahunnya. Disamping itu gagal jantung kronis juga menjadi penyebab 
330.000 kematian setiap tahunnya.Lebih dari 34 milyar USD dibutuhkan 
setiap tahunnya untuk perawatan medis penderita gagal jantung kronis. 
Bahkan di Eropa diperkrakan membutuhkan sekitar 1% dari seluruh 
anggaran belanja kesehatan masyarakat. Prevalensi penyakit ini meningkat 
sesuai dengan usia berkisar dari <1% pada usia kurang dari 50 tahun 
hingga 5% pada usia antara 50 dan 70 tahun dan 10% pada usia lebih dari 
70tahun 
16 
2. ETIOLOGI 
Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam 
kategori utama, yaitu: 
oleh hilangnya miosit (infrak miokard, kontraksi yang tidak 
terokoordinasi (left bundle branch block), 
kurangnya kontraktilitas (kardiomiopati)). 
a. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)
b. Kegagalan yang berhubungan dengan katup 
c. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme kardiak (takikaro) 
d. Kegagalan yang disebabkan anormalitas perikard atau efusi perikard 
17 
(temponade) 
e. Kelainan kongenital jantung 
Karena setiap bentuk penyakit jantung dapat mengarah pada gagal 
jantung, tidak ada satupun mekanisme kausatif. Studi populasi 
di London Selatan mendapatkan bahwa persentase penyebab gagal jantung 
yang tidak diketahui pada populasi kurang dari 75 tahun turun dari 42% 
menjadi 10% setelah dilakukan skintigrafi nuklir dan kateterisasi jantung, 
sedangkan persentase penyebab gagal jantung oleh penyakit arteri 
koroner (CAD) naik dari 29% menjadi 52%. 
3. PATOFISIOLOGI 
Gagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, 
dapat terjadi dari kumpulan suatu kejadian dengan hasil akhir kerusakan 
fungsi miosit jantung atau gangguan kemampuan kontraksi miokard. 
Beberapa mekanisme kompensatorik diaktifkan untuk mengatasi turunnya 
fungsi jantung sebagai pompa, di antaranya sistem adrenergik, renin 
angiotensin ataupun sitokin. Dalam waktu pendek beberapa mekanisme ini 
dapat mengembalikan fungsi kardiovaskuler dalam batas normal, 
menghasilkan pasien asimptomatik. Meskipun demikian, jika tidak 
terdeteksi dan berjalan seiring waktu akan menyebabkan 
kerusakan ventrikel dengan suatu keadaan remodeling sehingga akan 
menimbulkan gagal jantung yang simptomatik. 
a. Mekanisme Neurohormonal 
Beberapa ahli menyarankan gagal jantung dilihat dalam 
suatu model neurohormonal yaitu gagal jantung yang berkembang 
sebagai hasil ekspresi berlebihan suatu molekul yang secara biologis 
aktif, yang dapat memberikan efek merusak jantung dan 
sirkulasi.Pengaturan mekanisme neurohormonal ini dapat bersifat 
adaptif ataupun maladaptif.Sistem ini bersifat adaptif apabila sistem
dapat memelihara tekanan perfusi arteri selama terjadi penurunan 
curah jantung. Sistem ini menjadi maladaptif apabila menimbulkan 
peningkatan hemodinamik melebihi batas ambang normal, 
menimbulkan peningkatan kebutuhan oksigen, serta memicu timbulnya 
cedera sel miokard.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama 
tidak sah; misalnya, terlalu banyak 
Adapun pengaturan neurohormonal sebagai berikut: Kesalahan 
pengutipan: Tag <ref>tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu 
banyak Kesalahan pengutipan: Tag<ref> tidak sah; nama tidak sah; 
misalnya, terlalu banyak 
18 
b. Sistem Saraf Adrenergik 
Pada gagal jantung terjadi penurunan curah jantung. Hal ini 
akan dikenali oleh baroreseptor di sinus caroticus dan arcus aorta, 
kemudian dihantarkan ke medula melalui nervus IX dan X,yang akan 
mengaktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis ini 
akan menaikkan kadar norepinefrin (NE). Hal ini akan meningkatkan 
frekuensi denyut jantung, meningkatkan kontraksi jantung serta 
vasokonstriksi arteri dan vena sistemik. Walaupun NE meningkatkan 
kontraksi dan mempertahankan tekanan darah, tetapi kebutuhan energi 
miokard menjadi lebih besar, yang dapat menimbulkan iskemi jika 
tidak ada penyaluran O2ke miokard. Dalam jangka pendek aktivasi 
sistem adrenergik dapat sangat membantu, tetapi kemudian akan 
terjadi maladaptasi. Pada gagal jantung kronik akan terjadi penurunan 
konsentrasi norepinefrin jantung, mekanismenya masih belum jelas, 
mungkin berhubungan dengan "exhaustion phenomenon" yang berasal 
dari aktivasi sistem adrenergik yang berlangsung lama. 
c. Sistem Renin-Angiotensin 
Apabila curah jantung menurun, akan terjadi aktivasi sistem 
renin-angiotensin-aldosteron. Beberapa mekanisme seperti hipoperfusi 
renal, berkurangnya natrium terfiltrasi yang mencapai makula densa 
tubulus distal, dan meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, memicu
peningkatan pelepasan renin dari aparatus juxtaglomerular. Renin 
memecah empat asam amino dari angiotensinogen I, dan Angiotensin-converting 
enzyme akan melepaskan dua asam amino dari angiotensin 
I menjadi angiotensin II. Angiotensin II berikatan dengan 2 protein G 
menjadi angiotensin tipe 1 (AT1) dan tipe 2(AT2). Aktivasi reseptor 
AT1 akan mengakibatkan vasokonstriksi, pertumbuhan sel, sekresi 
aldosteron dan pelepasankatekolamin, sementara AT akan 
menyebabkan vasodilatasi, inhibisi pertumbuhan sel,natriuresis dan 
pelepasan bradikinin. 
Angiotensin II mempunyai beberapa aksi penting dalam 
mempertahankan sirkulasi homeostasis dalam jangka pendek, namun 
jika terjadi ekspresi lama dan berlebihan akan masuk ke keadaan 
maladaptif yang dapat menyebabkan fibrosis pada jantung, ginjal dan 
organ lain. Selain itu, juga akan mengakibatkan peningkatan pelepasan 
NE dan menstimulasi korteks adrenal zona glomerulosa untuk 
memproduksi aldosteron. Aldosteron memiliki efek suportif jangka 
pendek terhadap sirkulasi dengan meningkatkan reabsorbsi natrium. 
Akan tetapi jika berlangsung relatif lama akan menimbulkan efek 
berbahaya, yaitu memicuhipertrofi dan fibrosis vaskuler dan 
miokardium, yang berakibat berkurangnya compliance vaskuler dan 
meningkatnya kekakuan ventrikel. 
Di samping itu aldosteron memicu disfungsisel 
endotel, disfungsi baroreseptor, dan inhibisi uptake norepinefrin yang 
akan memperberat gagal jantung. Mekanisme aksi aldosteron pada 
sistem kardiovaskuler nampaknya melibatkan stres oksidatif dengan 
hasil akhir inflamasi pada jaringan. 
19 
d. Stres Oksidatif 
Pada pasien gagal jantung terdapat peningkatan kadar ROS. 
Peningkatan ini dapat diakibatkan oleh rangsangan dari ketegangan 
miokardium, stimulasi neurohormonal (angiotensin II, aldosteron, 
agonis alfa adrenergik, endothelin-1) maupun sitokin inflamasi (tumor
necrosis factor, interleukin-1).Efek ROS ini memicu stimulasi 
hipertrofi miosit, proliferasi fibroblast dan sintesis collagen. ROS juga 
akan memengaruhi sirkulasi perifer dengan cara menurunkan 
bioavailabilitas NO. 
20 
e. Arginin Vasopressin 
Hormon hipofisis posterior ini meningkat pada gagal jantung, 
efek selulernya terjadi jika berikatan dengan 3 tipe reseptor, yaitu V1a, 
V1b dan V2. Reseptor V1a akan menyebabkan vasokonstriksi, 
agregasi platelet dan stimulasi faktor pertumbuhan miokard. V1b akan 
memodulasi sekresi ACTH, sedangkan V2 akan menimbulkan 
efek antidiuretik. 
f. Natriuretic peptides 
Terdiri dari Atrial Natriuretic Peptide(ANP), urodilantin, Brain 
Natriuretic Peptide (BNP), C-type Natriuretic Peptide(CNP) 
dan Dendroaspis Natriuretic Peptide (DNP). ANP diproduksi terutama 
di atrium jantung, BNP di ventrikel jantung, keduanya diproduksi 
sebagai respon terhadap peningkatan tebal jantung. Natriuretic peptide 
menstimulasi produksi second messenger cGMP melalui ikatannya 
dengan natriuretic peptide A receptor (NPR-A) yang mengikat ANP 
dan BNP, dan natriuretic peptide B receptor (NPR-B) yang mengikat 
CNP. Kedua reseptor ini berikatan juga dengan guanylate cyclase. 
Aktivasi NPR-A dan NPR-B menghasilkan keadaan natriuresis, 
vasorelaksasi, inhibisi renin dan aldosteron serta inhibisi fibrosis. ANP 
dan BNP mungkin berperan dalam mekanisme penting untuk 
mempertahankan homeostasis natrium dan air. Akan tetapi nampaknya 
natriuretic peptide menjadi tumpul peranannya pada gagal jantung, 
mungkin karena tekanan perfusi ginjal yang rendah, defisiensi relatif 
atau perubahan bentuk molekuler natriuretic peptide atau penurunan 
fungsi reseptor natriuretic peptide.Kesalahan pengutipan: 
Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak
21 
g. Endothelin 
Terdiri dari tiga tipe, yaitu ET-1,ET-2 dan ET-3, ketiganya 
berpotensi kuat untuk menyebabkan vasokonstriksi. Walaupun 
endotelin umumnya dikeluarkan oleh sel endotel, namun dapat juga 
oleh tipe sel lain, contohnya miosit kardiak.ET-1 merupakan bentuk 
yang paling sering terekspresi di antara famili endotelin lainnya. Dua 
subtipe reseptor endotelin yang telah ditemukan pada miokard 
manusia, yaitu tipe A dan B. Reseptor ET(A) menimbulkan 
vasokonstriksi, proliferasi sel, hipertrofi patologis, fibrosis dan 
peningkatan kontraktilitas, sedangkan ET(B) berperan dalam 
menghilangkan efek ET-1, pelepasan NO dan prostasiklin. Pelepasan 
ET dari sel endotel dapat ditingkatkan oleh beberapa agen vasoaktif 
(NE, angiotensin II, trombin) dan sitokin (TNF, IL-1,TGF). 
4. REMODELING VENTRIKEL KIRI 
a. Neuropeptide Y 
Neuropeptide Y merupakan agen vasokonstriktor yang 
disekresi bersama NE dari akhiran saraf simpatis.Neuropeptid ini 
memicu vasokontriksi perifer serta menimbulkan efek potensiasi 
terhadap efek vasokontriksi oleh alfa adrenergik dan angiotensin.Zat 
ini juga menghambat pelepasan asetilkolin dari sistem saraf simpatis. 
Pada pasien gagal jantung moderat dan berat terdapat peningkatan 
kadar neuropeptide Y yang sejalan dengan peningkatan kadar NE. 
b. Urotensin II 
Pada beberapa pasien gagal jantung ditemukan peningkatan 
kadar urotensin II. Urotensin menimbulkan vasokonstriksi sehingga 
menimbulkan anggapan bahwa urotensin II ini mempunyai kontribusi 
dalam peningkatan resistensi vaskuler. 
c. Nitric Oxide 
Radikal bebas ini dihasilkan oleh tiga tipe isoform sintase, 
yaitu NOS1, NOS2 dan NOS3.NOS1 terdapat di jaringan konduksi 
jantung, neuron intrakardiak dan retikulum sarkoplasma miosit
jantung, NOS2 terdapat di miokard yang merespon terhadap sitokin 
inflamasi, sedangkan yang terakhir terdapat di endotel koroner, 
endokard serta sarkolema dan membran tubulus T miosit 
jantung.NOS1 dan NOS3 dapat diaktifkan oleh kalsium dan 
kalmodulin, sedangkan NOS2 tidak perlu kalsium. NO akan 
mengaktifkan guanylate cyclase, kemudian akan menghasilkan cGMP. 
cGMP ini menyebabkan relaksasi otot polos vaskuler sehingga terjadi 
vasodilatasi. Akan tetapi hal ini tidak terjadi pada gagal jantung, 
fungsinya menjadi tumpul karena penurunan ekspresi dan aktivitas 
NOS3. 
22 
d. Bradikinin 
Penelitian menunjukkan bahwa bradikinin berperan penting 
dalam pengaturan tonus pembuluh darah. Bradikinin akan berikatan 
dengan reseptor B1 dan B2. Sebagian besar efek bradikinin 
diperantarai lewat ikatan dengan reseptor B2. Ikatan dengan reseptor 
B2 ini akan menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah. Pemecahan 
bradikinin akan dipicu oleh ACE. 
e. Adrenomedullin 
Kadar adrenomedullin meningkat pada pasien gagal 
jantung.Adrenomedullin ini dikeluarkan sebagai kompensasi efek 
vasokonstriksi beberapa hormon. Kadar adrenomedullin yang tinggi 
menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan tekanan pengisian 
ventrikel, meningkatkan curah jantung, memperbaiki fungsi ginjal, 
serta menurunan kadar aldosteron. 
f. Apelin 
Pada pasien gagal jantung didapatkan penurunan kadar apelin 
dalam sirkulasi. Apelin mempunyai efek vasodilatasi dan menurunkan 
tekanan darah.Apelin juga mempunyai efek inotropik positif dan 
menimbulkan diuresis dengan menghambat hormon ADH.
5. PERUBAHAN BIOLOGIS PADA MIOSIT JANTUNG 
23 
a. Hipertrofi Miosit Jantung 
Peningkatan tekanan pada dinding otot jantung akan memicu 
timbulnya hipertrofi dan penimbunan matriks ekstraseluler. Jenis 
remodeling ventrikel ini tergantung faktor pemicu. Apabila dipicu oleh 
peningkatan volume akan terjadi hipertrofi eksentrik, terjadi 
pemanjangan miosit dengan penambahan sarkomer secara seri 
sehingga menimbulkan pelebaran ventrikel kiri. Remodeling yang 
dipicu oleh peningkatan tekanan seperti pada hipertensi akan 
menimbulkan hipertrofi konsentrik, terjadi penambahan sarkomer 
secara paralel, peningkatan area cross-sectional miosit dan terjadi 
penebalan dinding ventrikel kiri. 
b. Perubahan Komplek Kontraksi-Eksitasi 
Hal ini ditujukan pada proses biologis yang dimulai dari 
potensial aksi kardiak, diakhiri dengan kontraksi dan relaksasi miosit. 
Pada gagal jantung, didapatkan potensial aksi yang abnormal 
diperlambat, sama halnya dengan penurunan dan ketidakmampuan 
relaksasi. Ca2+intraseluler pada penderita gagal jantung gagal 
meningkat selama depolarisasi, yang menggambarkan lambatnya 
pengangkutan Ca2+ pada aparatus kontraktil (menyebabkan aktivasi 
yang lambat), diikuti oleh lambatnya penurunan selama repolarisasi 
(menyebabkan relaksasi yang lambat).Pada penderita gagal jantung 
didapatkan penurunan SERCA2A (sarcoendoplasmic reticulum 
Ca2+ yang menyebabkan penurunan fungsi transient Ca2+ dan 
penyimpanan Ca2+. Beberapa penelitian mendapatkan SERCA2A 
yang normal pada penderita gagal jantung dengan penurunan 
kontraktilitas, mungkin terdapat abnormalitas fungsi molekul lain yang 
mengatur fungsi SR. Didapatkan juga penurunan kanal kalsium tipe L 
(L-type calcium channel) yang mengurangi kekuatan dan homogenitas 
pemasukan Ca2+ dan efeknya pada pelepasan Ca2+ SR. Selain itu 
didapatkan peningkatan Na+/Ca2+ exchanger, sebagai kompensasi
penurunan Ca2+ karena penurunan aktivitas SERCA2A. Kesalahan 
pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu 
banyak 
24 
c. Perubahan Miokard 
Perubahan akibat hilangnya miosit secara progresif melalui 
proses nekrosis, apoptosis atau autofagi, akan menyebabkan disfungsi 
kardiak yang progresif dan remodeling ventrikel kiri. 
d. Nekrosis 
Merupakan suatu bentuk kematian sel akibat injury miosit yang 
parah.Bentuk nekrosis adalah ruptur sel, yang didahului oleh distensi 
berbagai organel seluler, degradasi DNA nukleus dan pembengkakan 
sel yang menyebabkan gangguan membran plasma. Ruptur sel 
membran yang terjadi pada nekrosis melepaskan komponen 
intraseluler yang akan meningkatkan reaksi inflamasi yaitu terjadi 
peningkatan sel granulosit, makrofaga serta fibroblas yang mensekresi 
kolagen di sekitar area injury. Hasil akhir berupa skar fibrotik, yang 
akan mengubah komponen struktural dan fungsional miokard. 
Nekrosis miosit jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung 
iskemik, injuri miokard, zat toksin (seperti daunorubicin), infeksi dan 
inflamasi. Mekanisme neurohormonal (konsentrasi NE, angiotensin II 
maupun ET) juga dapat menyebabkan terjadinya proses nekrosis 
miosit. 
e. Apoptosis 
Apoptosis atau kematian sel terprogram, merupakan suatu 
proses yang dapat menghilangkan sel secara selektif dengan cara 
bunuh diri. Sel dapat melakukan apoptosis karena sudah terprogram 
dalam kode genetiknya.Walaupun demikian, keadaan patologis seperti 
iskemi akut maupun kardiomiopati dilatasi dapat memicu apoptosis 
secara tidak tepat. Apoptosis membutuhkan energi dan aktivasi 
biokimia spesifik sebagai pemicu kematian sel melalui pola intrinsik 
maupun ekstrinsik yang akan mengaktivasi protein kaspase. Apoptosis
miosit jantung dapat terjadi karena aksi katekolamin pada reseptor 
beta1 adrenergik, angiotensin II,spesi oksigen reaktif, 
NO, sitokina inflamasi; semua hal tersebut dapat memicu kematian sel 
terprogram.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak 
sah; misalnya, terlalu banyak 
25 
f. Autofagi 
Merupakan proses seluler homeostatik adalah organel atau 
protein tertentu diisolasi oleh vesikel membran ganda, isi vesikel akan 
didegradasi oleh lisosom. Jika proses autofagi terjadi pada seluruh sel, 
dinamakan kematian sel karena autofagi. Beberapa studi menyebutkan 
terjadinya proses autofagi pada penderita gagal jantung.Kesalahan 
pengutipan: Tag<ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu 
banyak 
6. PERUBAHAN STRUKTUR VENTRIKEL KIRI 
Perubahan struktur ini akan memperburuk keadaan penderita gagal 
jantung. Perubahan ini tidak hanya membuat jantung lebih besar akan 
tetapi juga mengubah bentuk jantung menjadi lebih sferis, akibatnya 
ventrikel membutuhkan energi lebih banyak, hasil akhirnya terjadi 
peningkatan dilatasi ventrikel kiri, penurunan cardiac output maupun 
peningkatanhemodynamic overloading.
BAB III 
PENUTUP 
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi 
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena 
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh 
hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca 
untuk memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya 
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca 
khusus pada penulis. Aamiin 
26 
Purwokerto, 26 November 2014 
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA 
K. Murray, Robert. K. Granner, Daryl. W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper. 
27 
Jakarta: Buku Kedokteran

More Related Content

What's hot

Makalah metabolisme karbohidrat
Makalah metabolisme karbohidratMakalah metabolisme karbohidrat
Makalah metabolisme karbohidratHajar 'Irmawati
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratAdela Adiibah
 
METABOLISME PROTEIN
METABOLISME PROTEINMETABOLISME PROTEIN
METABOLISME PROTEINRATNA SARI
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhdwimank
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
Makalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoMakalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoRukmana Suharta
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiWarnet Raha
 
Hormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagonHormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagonRolly Scavengers
 
Metabolisme Purin dan Pirimidin
Metabolisme Purin dan PirimidinMetabolisme Purin dan Pirimidin
Metabolisme Purin dan PirimidinDaniel Marison
 
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaKumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaarifah fadlilah
 
Gangguan reproduksi powerpoint
Gangguan reproduksi powerpointGangguan reproduksi powerpoint
Gangguan reproduksi powerpointtysambp2
 

What's hot (20)

Makalah oksidasi biologi
Makalah oksidasi biologiMakalah oksidasi biologi
Makalah oksidasi biologi
 
Makalah metabolisme karbohidrat
Makalah metabolisme karbohidratMakalah metabolisme karbohidrat
Makalah metabolisme karbohidrat
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
 
METABOLISME PROTEIN
METABOLISME PROTEINMETABOLISME PROTEIN
METABOLISME PROTEIN
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuh
 
METABOLISME lemak
METABOLISME lemakMETABOLISME lemak
METABOLISME lemak
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Makalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoMakalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam amino
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Hormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagonHormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagon
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
Immunoglobulin dan antibodi
Immunoglobulin dan antibodiImmunoglobulin dan antibodi
Immunoglobulin dan antibodi
 
Metabolisme Purin dan Pirimidin
Metabolisme Purin dan PirimidinMetabolisme Purin dan Pirimidin
Metabolisme Purin dan Pirimidin
 
Makalah sistem urinaria
Makalah sistem urinariaMakalah sistem urinaria
Makalah sistem urinaria
 
Biokimia - HORMON
Biokimia - HORMONBiokimia - HORMON
Biokimia - HORMON
 
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalisTrichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
 
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaKumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
 
Gangguan reproduksi powerpoint
Gangguan reproduksi powerpointGangguan reproduksi powerpoint
Gangguan reproduksi powerpoint
 

Viewers also liked (11)

Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Plasma darah ppt
Plasma darah pptPlasma darah ppt
Plasma darah ppt
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Metab as amino bs 1
Metab as amino  bs 1Metab as amino  bs 1
Metab as amino bs 1
 
Makalah dna dan protein
Makalah dna dan proteinMakalah dna dan protein
Makalah dna dan protein
 
Gen, dna, dan kromosom
Gen, dna, dan kromosomGen, dna, dan kromosom
Gen, dna, dan kromosom
 
Makalah karbohidrat
Makalah karbohidratMakalah karbohidrat
Makalah karbohidrat
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
Plasma proteins
Plasma proteinsPlasma proteins
Plasma proteins
 

Similar to Protein Plasma Fungsi

Metabolisme Protein
Metabolisme Protein Metabolisme Protein
Metabolisme Protein pjj_kemenkes
 
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxMAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxSerlindaArjuni
 
Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)
Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)
Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)Muhammad Yusuf
 
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docMAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docLatifahhusni
 
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme ProteinProses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme Proteinpjj_kemenkes
 
Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2pjj_kemenkes
 
Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Malikul Mulki
 
Komponen kimiawi sel
Komponen kimiawi selKomponen kimiawi sel
Komponen kimiawi selEka S
 
KIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptx
KIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptxKIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptx
KIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptxMarniati7
 
Modul biokimia protein
Modul biokimia proteinModul biokimia protein
Modul biokimia proteinAfan's BenWadd
 

Similar to Protein Plasma Fungsi (20)

Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Metabolisme Protein
Metabolisme Protein Metabolisme Protein
Metabolisme Protein
 
Protein
Protein Protein
Protein
 
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxMAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
 
Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)
Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)
Makalah Biologi (Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak)
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
protein
proteinprotein
protein
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docMAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
 
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme ProteinProses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
 
Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2
 
CBR PROTEIN
CBR PROTEINCBR PROTEIN
CBR PROTEIN
 
Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)
 
Komponen kimiawi sel
Komponen kimiawi selKomponen kimiawi sel
Komponen kimiawi sel
 
KIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptx
KIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptxKIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptx
KIMIA_Protein_Cici Awarti_1A.pptx
 
Makalah kebutuhan nutrisi
Makalah kebutuhan nutrisiMakalah kebutuhan nutrisi
Makalah kebutuhan nutrisi
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Makalah immunoglobulin22
Makalah immunoglobulin22Makalah immunoglobulin22
Makalah immunoglobulin22
 
Modul biokimia protein
Modul biokimia proteinModul biokimia protein
Modul biokimia protein
 
3 protein
3 protein3 protein
3 protein
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy

Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalSentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmSentra Komputer dan Foto Copy
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy (20)

Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
 
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doaMakalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doa
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
 
Makalah konseling
Makalah konselingMakalah konseling
Makalah konseling
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
 
Makalah kd1 embem
Makalah kd1 embemMakalah kd1 embem
Makalah kd1 embem
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
 
Makalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tamiMakalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tami
 
Makalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetikMakalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetik
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpmMakalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 

Protein Plasma Fungsi

  • 1. MAKALAH KEBIDANAN DASAR 1 TENTANG PROTEIN PLASMA Disusun oleh : 1. Fitriana laelatunni’mah (141540134300033) 2. Buntar handayani (141540134030006) 3. Deni farih utami (141540134050008) 4. Eti yuliana lestari (141540134210024) 5. Fitri lestari (141540134290032) 6. Rinigianti (141540134570060) 7. Suci yayu febriana ambarwati (141540134670070) 8. Umi ma’rifah khasanah (141540134720075) PROGRAM STUDI KEBIDANAN D3 / 1B STIKES HARAPAN BANGSA PURWOERTO 2014/2015 i
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul PROTEIN PLASMA dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Dasar 1. Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan kami.Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami. Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya.Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih. ii Purwokerto, 23 November 2014 Penyusun
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan.Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Klasifikasi protein berdasarkan daya kelarutannya : 1. Albumin : protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan dari larutan pada konsentrasi garam yang tinggi. 2. Globulin : protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam, dan dapat melarut dalam larutan garam encer. 3. Glutelin : protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut dalam asam atau alkali encer. 4. Prolamine : protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut dalam air atau etanol absolute. B. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Kima dasar. 2. Untuk mengetahui pengetahuan tentang protein plasma 3. Untuk mengetahui batas normal protein plasama
  • 4. 2 C. Rumusan Masalah 1. Macam-macam protein plasama? 2. Batas normal protein plasma? 3. Perubahan protein plasma pada keadaan patologis dan patologik dan gangguannya?
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 3 A. Protein Plasma Pengertian Protein Plasma Protein plasma ialah protein total dalam plasma manusia memiliki konsentrasi sekitar 7,0-7,5 gr/dl dan membentuk bagian terbesar dari bahan padat plasma. Protein plasma sebenarnya adalah campuran kompleks yang mencakup tidak saja protein – protein sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi, misalnya glikoprotein dan berbagai lipoprotein. Macam – macam Protein Plasma Protein Plasma dibedakan menjadi 3 kelompok besar : 1. Fibrinogen Fibrinogen adalah salah satu protein yang disintesis oleh hati yang merupakan reaktan fasa akut berbentuk globulin beta. Protein ini berguna untuk proses hemostatis yang menstimulasi pembentukan thrombus. Rasio plasma normal yang berkisar antara 200-400 mg/dL. 2. Albumin (69 kDa) Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia ( 3,4- 4,7g/dL) dan membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam plasma dan 60% sisanya terdapat diruang ekstrasel. Hati menghasilkan sekitar 12 g albumin /hari, yaitu sekitar 25% dari semua sintesis protein oleh hati dan separuh jumlah protein yang disekresikannya. Sintesis albumin berkurang pada beragam penyakit terutama penyakit hati. 3. Globulin Menurut Harrow et al (1962), Globulin merupakan salah satu golongan protein yang tidak larut dalam air, mudah terkoagulasi oleh panas, mudah larut dalam larutan garam dan membentuk endapan dengan konsentrasi garam yang tinggi. Glubolin disusun oleh dua komponen yaitu legumin dan vicilin. Suhardi (1989) menambahkan bahwa dengan
  • 6. ultrasentrifugasi ditemukan protein utama golongan 2S, 7S, 11S dan 15S. Fraksi terbesar adalah globulin 7S yang merupakan glikoprotein. Protein globulin dapat mencapai 70% dari total protein. Fraksi 11S sampai sekarang baru dikenal sebagai protein tunggal sedangkan frakti 15S belum dapat diidentifikasikan senyawa penyusunnya. 4 4. Protombin Sejenis glikoprotein yang dibentuk oleh dan dsimpan dalam hati. Sekresi protombin ke dalam plasma darah, terjadi Karena stimulasi dari tromboplastin dan ion kalsium pada proses koagulasi. Dalam proses tersebut, protobin kemudian di konfrensi menjadi thrombin oleh protrombinase lebih lanjut. Thrombin akan memkonfrensi fibrinogen menjadi fibrin. Fungsi protein plasma : 1. Keseimbangan osmotik Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotic plasma menurun sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul oedem (cairan darah menuju ke jaringan interstitial). 2. Pembentukan dan nutrisi jaringan 3. Enzim, hormone, pembekuan darah ( fibrinogen, AT III ) dan jaringan tubuh. 4. Transportasi a. Umum yaitu albumin b. Khusus : 1) Hormon : prealbumin Vitamin : Prealbumin Lipid 2) Lipoprotein 3) Co 4) Ceruloplasmin 5) Hb 6) Haptoglobin 7) Heme 8) Hemopexin
  • 7. 5 9) Fe 10) Transferin 5. Daya tahan tubuh 6. Antibodi dan komplemen Perubahan protein plasma : a. Hiperalbumin : peningkatan kadar albumin. Dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma b. Hipoalbumin Dijumpai pada malnutrisi, malabsorbsi, hepatitis akut, penyakit hati menahun, dan sebagainya. (Asscalbiass,2010) Protein Protein plasma memiliki fungsi yang sangat luas, Beberapa Fungsi dari Protein Plasma antara lain: Sebagai protein pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran plasma Menerima isyarat (signal) hormonal Meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau ke sel lainnya. Protein membran plasma juga berfungsi sebagai pangkal pengikat komponen-komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ekstraseluler. Molekul-molekul protein permukaan luar memberikan ciri-ciri individual tiap sel dan macam protein dapat berubah sesuai dengan differensiasi sel. Protein perifer tidak berinteraksi dengan bagian tengah membran hidrofobik, tetapi terikat secara langsung melalui asosiasi dengan protein integral membran atau secara langsung berinteraksi dengan bagian polar lipida membran. Misalnya protein sitokeleton, protein kinase (pada permukaan sitoplasmik membran), dan protein matriks ekstraseluler (permukaan eksoplasmik). Protein transmembran mengandung segemen panjang asam-asam amino hidrofobik yang tertanam pada bilayer lipida. Ada dua tipe interaksi yang menstabilkan protein integral membran, yaitu interaksi ionic dengan daerah kepala yang bersifat polar dan interaksi hidrofobik dengan bagian tengah yang bersifat hidrofobik, misalnya glikoforin. (Anonim, 2007c).
  • 8. Beberapa protein integral berikatan dengan membran melalui ikata koovalen pada rantai hidrokarbon. Dikenal ada tiga tipe protein integral berdasarkan perlekatannya pada rantai hidrokarbon, yaitu Glycosyl-phosphatidylinositol- Proteins, Myristate-Proteins, dan Farnesyl- Proteins. Kedudukan dan orientasi protein pada membran bervariasi sesuai macam membran, sel dan jaringan. Ia dapat berupa protein integral atau protein perifer. Glikoprotein pada membran eritrosit merupakan suatu protein yang menembus membran sel. Protein integral membran terdiri atas empat kelas, yaitu protein tipe A, protein tipe B, protein tipe C, dan protein tipe D. Protein tipe A dan C secara struktural sama, tetapi tertanam pada setengah lapisan membran yang berbeda. Contoh protein tipe A adalah Cytochrom b5 pada retikulum endoplasma. Protein B adalah kompleks protein yang berperan dalam sistim transpor. Protein D adalah protein trans membran. Protein tipe B merupakan kumpulan molekul yang memiliki struktur yang terdiri atas Na+, K+, ATP-ase dan suatu anion protein transpor. Contoh protein tipe D adalah glikoforin pada membran eritrosit. PROTEIN Gizi.net - DALAM beberapa seri tulisan berikut diuraikan komponen molekuler atau bahan kimia sel. Bahan itu dibedakan atas bahan anorganik dan organik. Bahan anorganik ialah bahan yang terdapat di alam, yaitu oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan mineral. O2 dan CO2 berasal dari udara, dan masuk-keluar sel lewat pernapasan. O2 masuk tubuh lewat paru, berguna untuk oksidasi atau membakar molekul organik untuk menghasilkan energi. CO2 ampas oksidasi, sebagian besar dibuang dari tubuh lewat paru lagi. Mineral berasal dari tanah. Bahan organik ialah bahan yang dihasilkan oleh organisme atau makhluk hidup: protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat, dan vitamin. O2 dan CO2 tidak diulas dalam seri ini. Bahan lain diulas satu per satu. Dimulai dengan protein, lalu diakhiri dengan cara memasukkan molekul-molekul itu ke dalam sel serta peranan hormon di dalamnya. Semua bahan 6
  • 9. organik dibina atas empat macam unsur yaitu C, H, O, dan N. Karbohidrat dan lemak mengandung tiga unsur, yaitu C, H, dan O. Protein selain mengandung C, H, dan O, juga N; sesewaktu juga S dan P. Huruf-huruf besar ini singkatan nama atom unsur kimia: O = oksigen (zat asam), H = hidrogen (zat air), C = carbon (karbon, zat arang), N = nitrogen (zat lemas), S = sulfur (zat belerang), dan P = phosphorus (fosfor). Atom-atom itu bergabung membentuk molekul. Penggabungan berlangsung lewat perjabatan atau perikanan lengan, diberi tanda dengan garis pendek -. Jumlah lengan berbagai atom bervariasi: H = 1, O = 2, C = 4, N = 3, P = 4, S = 2. Protein adalah polimer asam amino. Berasal dari kata poli = banyak, dan mer = bulatan atau satuan. Jadi asam amino adalah monomer protein (mono- = satu). Asam amino mengandung dua macam gugus: 1) asam –COOH; 2) amine –NH2. R = gugus metil (-CH3)n, dan n artinya banyak. N = 1 sampai puluhan. Banyak asam amino menentukan besar atau berat molekul (BM) suatu protein. Asam amino, yang tersederhana dan terkecil ialah glisin. Disini R = H atau hidrogen. Lebih besar dari glisin ialah alanin, di sini n = 1. Asam amino yang umum dihasilkan oleh makhluk hidup, hewan atau tumbuhan ada 20 macam: glisin, alanin, serin, sistein, valin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalamin, arginin, histidin, treonin, metionin, tirosin, triptofan, prolin, asparagin, asam aspartat, glutamin, dan asam glutamat. Yang ke20 macam itu membina suatu molekul protein, ibarat bata yang menjadi bahan dasar yang membina suatu rumah. Ada protein yang tidak lengkap mengandung segala macam asam amino, ada pula yang lengkap. Dari yang 20 macam itu ada 10 macam yang bisa dibikin dalam sel, berbahankan asam amino yang 10 macam. Yang 10 macam lain tidak bisa dibikin sel hewan, disebut asam amino penting atau esensil : valin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalamin, arginin, histidin, treonin, triptofan, dan metionin. SUATU molekul protein terdiri dari untaian banyak asam amino, jumlahnya bisa ratusan sampai ribuan. Ada protein yang asam amino beruntai ke samping, sehingga membentuk cabang. BM suatu protein belasan sampai 7
  • 10. ratusan ribu. Protein yang tergolong paling besar ialah globulin, dengan BM = 920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan, terbentuk suatu hasil antara yang disebut peptida. Peptida dibina atas beberapa asam amino. Dua asam amino beruntai disebut dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian banyak disebut polipeptida. Ada bagian atau organel sel berupa protein, ada dalam bentuk peptida. Telah diajarkan kepada orang awam bahwa protein adalah zat pembangun. Sebetulnya selain protein, karbohdirat dan lemak juga penyerta atau pelengkap zat pembangun. Hampir sebagian besar organel dan produk sel berbahan pokok protein. Kulit dibina atas serat keratin, klagen, dan elastin, yang semua adalah protein. Darah adalah gabungan banyak macam protein. Eristrosit, lekosit, dan trombosit, dibina atas protein. Dalam plasma darah terdapat berpuluh macam protein, seperti albumin untuk mengangkut berbagai zat, globulin untk membina antibodi, fibrinogen untuk pembekuan darah jika terjadi luka atau darah berkontak dengan bagian pembuluh darah yang kesat. Otot jantung, otot polos yang membina berbagai saluran dalam tubuh, dan otot rangka yang membuat anggota dapat digerakkan, mengandung serat yang dapat berkerut yang disebut miofibril. Miofibril ini juga protein. Rambut dan bulu juga dibina atas keratin, seperti halnya yang membina kulit ari. Tulang memiliki bahan dasar yang disebut osein, suatu protein. Tulang rawan memiliki bahan dasar khondrin, juga protein. Hormon banyak yang protein, peptida, atau ubahan salah satu asam amino. Enzim adalah biokatalisator dan itu adalah protein juga. Protein dibagi atas dua golongan: 1) sederhana; 2) gabungan. Yang sederhana jika diuraikan oleh suatu enzim akan pecah jadi asam amino saja. Yang gabungan terdiri dari gabungan protein dengan bahan organik lain. Yang sederhana seperti: albumin, globulin, glutein, histon, kasein, dan vitelin. Albumin pengangkut zat dalam plasma darah, dan globulin pembina bahan kekebalan atau antibodi. Glutein adalah protein yang terkandung dalam biji sereal (padi, jagung, gandum, jelai, sorgum), histon adalah poros lilitan 8
  • 11. DNA dalam kromosom, kasein terkandung dalam susu, dan vitelin adalah protein yang membina kuning telur. PROTEIN gabungan yang kompleks ialah seperti hemoglobin,lipoprotein, dan glikoprotein. Hemoglobin (Hb) adalah pigmen pernapasan dalam eritrosit, berguna untuk mengikat oksigen dalam paru. Pigmen ini mengandung unsur besi (Fe), yang membuat eritrosit dan darah keseluruhan jadi berwarna merah. Dalam sel tubuh kita protein dibikin dari monomer asam amino. Asam amino yang 20 macam itu tersimpan dalam sitoplasma, yang sewaktu akan bergabung membentuk untaian jika dari inti datang perintah untuk menyintesa sejenis protein. Asam amino dalam sitoplasma itu dibawa darah dari usus, sebagai hasil pencernaan protein dalam bahan makanan. Asalnya prote in makanan itu diproduksi oleh tumbuhan. Oleh karena punya kloroplas maka tumbuhan dapat berfotosintesa. Dari sini dihasilkan glukosa. Glukosa dapat diubah jadi asam amino setelah dari tanah oleh akar diisap ion nitrat (NO3), lalu gabung dengan glukosa itu. Dari sini tumbuhan pun memproduksi protein. Karnivora mendapat protein dari tubuh mangsa, yang asalnya juga karena mangsa itu mendapat protein dari tumbuhan. Protein dapat disintesa oleh semua sel makhluk. Meski asam amino berasal dari tumbuhan, tetapi protein yang disentesa hewan beda dengan tumbuhan. Waktu embrio awal, yaitu sampai tingkat morula, semua sel membikin semua macam protein dan bahan organik lain. Ketika embrio telah mengalami diferensiasi, lalu terbentuk berbagai jaringan, maka tiap sel dari setiap jaringan menyintesa protein khusus, yang jadi sisi jaringan bersangkutan. Jaringan epitel di kulit, misalnya, hanya menyintesa keratin, jaringan epitel lendir usus, paru, dan kelamin, menghasilkan musin sebagai bahan dasar lendir yang digetahkan. Jaringan pengikat menghasilkan serat kolagen, jaringan otot menyintesa protein miofibril, dan jaringan saraf menghasilkan neurotransmitter (bahan perambat rangsang). 9
  • 12. SETIAP macam protein disintesa menurut cetak biru. Cetak biru iitu ada pada gen. Sedangkan gen berada dalam kromosom. Sel tubuh orang mengandung hampir 100.000 gen, disebar pada 23 macam kromosom. Tiap macam ada sepasang. Sel orang mengandung 23 pasang atau 46 kromosom. Kromosom yang 23 macam itu memiliki panjang bervariasi. Kromosom terpanjang atau terbesar mengandung gen paling banyak, sekitar 2.000-an. Sedangkan kromosom terpendek atau terkecil mengandung gen tersedikit, mungkin hanya ratusan. Sekitar 60 persen gen itu menyintesa protein. Ada satu protein dihasilkan oleh satu gen saja, ada pula oleh beberapa gen. Hemoglobin disintesa oleh dua gen, sedangkan gen antibodi disintesa empat gen. Beda protein beda pula gennya. Dari hampir 100.000 gen dalam tiap sel tubuh seseorang terbentuk ribuan macam protein. Karena sintesa zat organik lain, terutama karbohidrat dan lemak, diatur oleh enzim dan itu adalah protein, maka terbentuk ribuan macam kedua zat organik itu. Meski macam protein sama pada semua individu suatu species, namun antara berbagai individu species bersangkutan terdapat perbedaan kec il atau variasi ultrastruktur setiap macam protein. Itu terjadi karena kalau beda individu bervariasi pula susunan nukleotida DNA gen-gennya. Karena itu beda individu beda pula struktur halus proteinnya. Sudah pernah dibicarakan bahwa membran sel, yaitu yang menjadi selaput setiap sel dan juga menyelaputi banyak organel dalam sel, dibina atas dua lapis lemak, dan ditunjang oleh banyak molekul protein. Banyak di antara protein membran itu yang bertindak sebagai penerima atau reseptor bagi berbagai zat untuk bisa dibawa masuk ke dalam sel. Ada juga sebagai pengenal sel tetangga atau bahan yang datang dari luar tubuh, disebut protein pengenal. Protein pengenal akan mengenal sel atau bahan yang berasal dari tubuh sendiri (self), dan yang bukan dari tubuh sendiri (nonself). Protein pengenal kecocokan jaringan disebut HLA (human leukocyte antigen). Jika bahan itu nonself berarti protein pengenal atau HLA-nya tidak cocok atau tidak sama dengan protein pengenal pada membran sel tuan rumah. Protein 10
  • 13. pengenal bahan asing itu dianggap sebagai antigen, dan terhadapnya lekosit tuan rumah terangsang untuk menghasilkan antibodi dan lekosit yang terangsang untuk meracun dan merusak bahan asing. SEL-sel peronda, yaitu makrofaga, membantu lekosit melawan bahan asing itu. Antibodi menggumpalkan antigen, sedangkan lekosit perusak menghancurkan jaringan. Makrofoga memakan bersihkan ampas hancuran. Jika bahan asing itu besar seperti organ cangkokan, lekosit, makrofoga, dan antibodi tak mampu menghancurkan, tubuh akan kalah lalu meninggal. Bisa juga terjadi HLA antara dua individu cocok, berarti dapat terjadi cangkok organ antara mereka. Misalnya antara saudara kandung. Terlebih antara saudara kembar identik, karena gen-gen mereka sama susunan rinci DNA-nya. Secara umum jika tidak ada hubungan darah peluang keccocokan HLA hanya sekitar satu dalam sekian sejuta penduduk. Tetapi, khusus bagi sel darah merah (eritrosit) lebih banyak peluang kecocokan. Untuk keperluan tranfusi berlaku dua sistem: ABO dan faktor Rhesus. Menurut sistem ABO ada empat golongan penduduk: A, B, AB, dan O, sedangkan menurut sistem Rhesus dua golongan pula: Rh+ dan Rh-, dan penduduk yang bergol. Rh- hanya sekitar 10-15 persen dari suatu penduduk. Golongan darah kedua sistem ditentukan oleh hadirnya antigen dengan ta nda sama pada membran eritrosit. Golongan darah yang sama akan cocok jika tranfusi, tidak digumpalkan. Orang bergolongan A, berantigen A pada eritrosit, dan berantibodi anti-B dalam plasma. Golongan B berantigen B dan beranti-A, golongan AB berantigen A dan B tetapi tak berantibodi; Golongan O tak berantigen tetapi ada kedua antibodi. Orang Rh+ berantigen Rhesus tapi tak ada antibodi Rh-pada plasma. Orang Rh- tak berantigen dan antibodi. (Dr Wildan Yatim, dosen IKD Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung) C. Batas Normal Protein Plasma pada keadaan Patologik dan Protein Patologik pada suatu Penyakit tertentu 11
  • 14. Serum protein (bahasa Inggris: globular protein, spheroprotein) merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk dari asam amino berupa larutan koloidal di dalam plasma darah. Protein (bahasa Yunani: πρωτεϊνη - proteios) berarti utama (bahasa Inggris: first rank). Serum protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl[2] atau sekitar 7% dari volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan: 1. Sirkulasi molekul lipida, hormon, vitamin dan zat besi 2. Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor 3. Regulasi aktivitas, fungsional non seluler dalam sistem kekebalan. Total serum protein dapat melonjak karena: infeksi kronis (termasuk tuberkolosis, Adrenal cortical hypofunction , disfungsi hati, Collagen Vascular Disease (Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus, Scleroderma), gejala hipersensitivitas, Sarcoidosis, dehidrasi (diabetic acidosis, chronic diarrhea, dll.), Respiratory distress, Hemolisis,Cryoglobulinemia, Alcoholism, Leukemia dan menurun antara lain disebabkan oleh: Malnutrition dan malabsorption (insufficient intake and/or digestion of proteins), Liver disease (insufficient production of proteins), Diare (loss of protein through the GI tract), Severe burns (loss of protein through the skin), Hormone Imbalances that favor breakdown of tissue, Loss through the urine in severe kidney disease (proteinuria), Kehamilan (dilution of protein due to extra fluid held in the vascular system) 12 Protein darah Kadar normal level % Kegunaan Serum albumin 3.5-5.0 g/dl 60% memelihara tekanan osmosis dan pengusung molekul lain
  • 15. Immunoglobulin 1.0-1.5 g/dl 18% membentuk sistem kekebalan tubuh 13 Fibrinogen 0.2-0.45 g/dl 4% koagulasi darah alfa-1 fetoprotein Protein wewenang <1% mengatur ekspresi genetik Terdapat dua jenis protein yang utama di dalam serum, yaitu albumin dan globulin. Albumin dibuat di dalam hati, merupakan protein yang paling menonjol dan bermuatan negatif yang terkuat guna mengikat molekul kecil untuk diedarkan melalui darah. Albumin juga berguna untuk menjaga tekanan osmosis darah.[3] Beberapa jenis globulin diproduksi di dalam hati, sementara yang lain diproduksi di dalam sistem kekebalan. Semua jenis serum protein yang lain diproduksi di dalam hati. Arti kata globulin menunjukkan sekelompok protein heterogen dengan berat molekul tertentu yang cukup tinggi, dengan kecepatan terlarut (en:solubility rate) dan laju migrasi elektroforetik (en:electrophoretic migration rate) yang lebih rendah daripada albumin. Rasio normal di dalam darah sekitar 2 hingga 3,5 g/dl. B. Batas Normal Protein Plasma pada keadaan Patologik dan Protein Patologik pada suatu Penyakit tertentu Serum protein (bahasa Inggris: globular protein, spheroprotein) merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk dari asam amino berupalarutan koloidal di dalam plasma darah. Protein (bahasa Yunani: πρωτεϊνη - proteios) berarti utama (bahasa Inggris: first rank). Serum protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl[2] atau sekitar 7% dari volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan:
  • 16. 1. Sirkulasi molekul lipida, hormon, vitamin dan zat besi 2. Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor 3. Regulasi aktivitas, fungsional non seluler dalam sistem kekebalan. Total serum protein dapat melonjak karena: infeksi kronis (termasuk tuberkolosis, Adrenal cortical hypofunction , disfungsi hati,Collagen Vascular Disease (Rheumatoid Arthr itis, Systemic Lupus, Scleroderma), gejala hipersensitivitas, Sarcoidosis, dehidrasi (diabetic acidosis, chronic diarrhea, dll.), Respiratory distress, Hemolisis,Cryoglobulinemia, Alcoholism, Leukemia dan menurun antara lain disebabkan oleh: Malnutrition dan malabsorption (insufficient intake and/or digestion of proteins),Liver disease (insufficient production of proteins), Diare (loss of protein through the GI tract), Severe burns (loss of protein through the skin), Hormone Imbalances that favor breakdown of tissue, Loss through the urine in severe kidney disease (proteinuria), Kehamilan (dilution of protein due to extra fluid held in the vascular system) 14 Protein darah Kadar normal level % Kegunaan Serum albumin 3.5-5.0 g/dl 60% memelihara tekanan osmosis dan pengusung molekul lain Immunoglobulin 1.0-1.5 g/dl 18% membentuk sistem kekebalan tubuh Fibrinogen 0.2-0.45 g/dl 4% koagulasi darah alfa-1 fetoprotein Protein wewenang <1% mengatur ekspresi genetik
  • 17. Terdapat dua jenis protein yang utama di dalam serum, yaitu albumin dan globulin.Albumin dibuat di dalam hati, merupakan protein yang paling menonjol dan bermuatan negatif yang terkuat guna mengikat molekul kecil untuk diedarkan melalui darah.Albumin juga berguna untuk menjaga tekanan osmosis darah.[3] Beberapa jenis globulin diproduksi di dalam hati, sementara yang lain diproduksi di dalam sistem kekebalan. Semua jenis serum protein yang lain diproduksi di dalam hati. Arti kata globulin menunjukkan sekelompok protein heterogen dengan berat molekultertentu yang cukup tinggi, dengan kecepatan terlarut (en:solubility rate) dan laju migrasi elektroforetik (en:electrophoretic migration rate) yang lebih rendah daripadaalbumin. Rasio normal di dalam darah sekitar 2 hingga 3,5 g/dl. C. Perubahan protein plasma pada keadaan patologis pada penyakit 15 tertentu Gagal Jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks dengan gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dari mudah lelah (fatigue) yang dihubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur dari jantung yang menggangu kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke sirkulasi. Gagal jantung umumnya didapatkan pada populasi usia tua, serta pada orang-orang yang selamat dari infrak miokard dengan kerusakan otot jantung persisten. Entitas gagal jantung mudah sekali diketahui oleh dokter yang berpengalaman, dapat ditemukan di komunitas masyarakat dan pengobatan yang tepat dapat mengurangimorbiditas dan mortalitasnya.Walaupun biomelekuler dan fisiologi yang terintergrasi dengan gagal jantung masih belum dapat dipahami, beberapa konsep dan prinsip patofiologi telah berkembang dalam satu dekade terakhir ini.Kunci utama gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk bekerja sebagai pompa. Respon-respon tubuh berupa responadaptif sekunder tetap mempertahankan fungsi sirkulasi jangka pendek, tetapi kemudian akan menjadi maladaptif dan menjadi gagal jantung kronis.
  • 18. Respon-respon adaptasi pada gagal jantung ini terjadi pada sirkulasi perifer, ginjal maupun otot jantung.Perubahan ini mengakibatkan timbulnya sindrom klinis gagal jantung.Pemahaman bagaimana perubahan ini terjadi menghasilkan pandangan dalam patofisiologi gagal jantung. 1. EPIDEMIOLOGI Prevalensi gagal jantung kronik diprediksi akan makin meningkat seiring dengan meningkatnya penyakit hipertensi, diabetes melitus dan iskemi terutama pada populasi usia lanjut. Semakin tua dan berhasilnya pengobatan infrak miokard akut suatu populasi maka prevalensi gagal jantung makin meningkat. Peristiwa penyakit gagal jantung makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hisup penduduk. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia 85 tahun ke atas. Saat ini diperkirakan 5 juta penduduk Amerika Serikat menderita gagal jantung, dengan 550.000 jumlah kasus baru terdiagnosisi setiap tahunnya. Disamping itu gagal jantung kronis juga menjadi penyebab 330.000 kematian setiap tahunnya.Lebih dari 34 milyar USD dibutuhkan setiap tahunnya untuk perawatan medis penderita gagal jantung kronis. Bahkan di Eropa diperkrakan membutuhkan sekitar 1% dari seluruh anggaran belanja kesehatan masyarakat. Prevalensi penyakit ini meningkat sesuai dengan usia berkisar dari <1% pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia antara 50 dan 70 tahun dan 10% pada usia lebih dari 70tahun 16 2. ETIOLOGI Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam kategori utama, yaitu: oleh hilangnya miosit (infrak miokard, kontraksi yang tidak terokoordinasi (left bundle branch block), kurangnya kontraktilitas (kardiomiopati)). a. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)
  • 19. b. Kegagalan yang berhubungan dengan katup c. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme kardiak (takikaro) d. Kegagalan yang disebabkan anormalitas perikard atau efusi perikard 17 (temponade) e. Kelainan kongenital jantung Karena setiap bentuk penyakit jantung dapat mengarah pada gagal jantung, tidak ada satupun mekanisme kausatif. Studi populasi di London Selatan mendapatkan bahwa persentase penyebab gagal jantung yang tidak diketahui pada populasi kurang dari 75 tahun turun dari 42% menjadi 10% setelah dilakukan skintigrafi nuklir dan kateterisasi jantung, sedangkan persentase penyebab gagal jantung oleh penyakit arteri koroner (CAD) naik dari 29% menjadi 52%. 3. PATOFISIOLOGI Gagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, dapat terjadi dari kumpulan suatu kejadian dengan hasil akhir kerusakan fungsi miosit jantung atau gangguan kemampuan kontraksi miokard. Beberapa mekanisme kompensatorik diaktifkan untuk mengatasi turunnya fungsi jantung sebagai pompa, di antaranya sistem adrenergik, renin angiotensin ataupun sitokin. Dalam waktu pendek beberapa mekanisme ini dapat mengembalikan fungsi kardiovaskuler dalam batas normal, menghasilkan pasien asimptomatik. Meskipun demikian, jika tidak terdeteksi dan berjalan seiring waktu akan menyebabkan kerusakan ventrikel dengan suatu keadaan remodeling sehingga akan menimbulkan gagal jantung yang simptomatik. a. Mekanisme Neurohormonal Beberapa ahli menyarankan gagal jantung dilihat dalam suatu model neurohormonal yaitu gagal jantung yang berkembang sebagai hasil ekspresi berlebihan suatu molekul yang secara biologis aktif, yang dapat memberikan efek merusak jantung dan sirkulasi.Pengaturan mekanisme neurohormonal ini dapat bersifat adaptif ataupun maladaptif.Sistem ini bersifat adaptif apabila sistem
  • 20. dapat memelihara tekanan perfusi arteri selama terjadi penurunan curah jantung. Sistem ini menjadi maladaptif apabila menimbulkan peningkatan hemodinamik melebihi batas ambang normal, menimbulkan peningkatan kebutuhan oksigen, serta memicu timbulnya cedera sel miokard.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak Adapun pengaturan neurohormonal sebagai berikut: Kesalahan pengutipan: Tag <ref>tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak Kesalahan pengutipan: Tag<ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak 18 b. Sistem Saraf Adrenergik Pada gagal jantung terjadi penurunan curah jantung. Hal ini akan dikenali oleh baroreseptor di sinus caroticus dan arcus aorta, kemudian dihantarkan ke medula melalui nervus IX dan X,yang akan mengaktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis ini akan menaikkan kadar norepinefrin (NE). Hal ini akan meningkatkan frekuensi denyut jantung, meningkatkan kontraksi jantung serta vasokonstriksi arteri dan vena sistemik. Walaupun NE meningkatkan kontraksi dan mempertahankan tekanan darah, tetapi kebutuhan energi miokard menjadi lebih besar, yang dapat menimbulkan iskemi jika tidak ada penyaluran O2ke miokard. Dalam jangka pendek aktivasi sistem adrenergik dapat sangat membantu, tetapi kemudian akan terjadi maladaptasi. Pada gagal jantung kronik akan terjadi penurunan konsentrasi norepinefrin jantung, mekanismenya masih belum jelas, mungkin berhubungan dengan "exhaustion phenomenon" yang berasal dari aktivasi sistem adrenergik yang berlangsung lama. c. Sistem Renin-Angiotensin Apabila curah jantung menurun, akan terjadi aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Beberapa mekanisme seperti hipoperfusi renal, berkurangnya natrium terfiltrasi yang mencapai makula densa tubulus distal, dan meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, memicu
  • 21. peningkatan pelepasan renin dari aparatus juxtaglomerular. Renin memecah empat asam amino dari angiotensinogen I, dan Angiotensin-converting enzyme akan melepaskan dua asam amino dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II berikatan dengan 2 protein G menjadi angiotensin tipe 1 (AT1) dan tipe 2(AT2). Aktivasi reseptor AT1 akan mengakibatkan vasokonstriksi, pertumbuhan sel, sekresi aldosteron dan pelepasankatekolamin, sementara AT akan menyebabkan vasodilatasi, inhibisi pertumbuhan sel,natriuresis dan pelepasan bradikinin. Angiotensin II mempunyai beberapa aksi penting dalam mempertahankan sirkulasi homeostasis dalam jangka pendek, namun jika terjadi ekspresi lama dan berlebihan akan masuk ke keadaan maladaptif yang dapat menyebabkan fibrosis pada jantung, ginjal dan organ lain. Selain itu, juga akan mengakibatkan peningkatan pelepasan NE dan menstimulasi korteks adrenal zona glomerulosa untuk memproduksi aldosteron. Aldosteron memiliki efek suportif jangka pendek terhadap sirkulasi dengan meningkatkan reabsorbsi natrium. Akan tetapi jika berlangsung relatif lama akan menimbulkan efek berbahaya, yaitu memicuhipertrofi dan fibrosis vaskuler dan miokardium, yang berakibat berkurangnya compliance vaskuler dan meningkatnya kekakuan ventrikel. Di samping itu aldosteron memicu disfungsisel endotel, disfungsi baroreseptor, dan inhibisi uptake norepinefrin yang akan memperberat gagal jantung. Mekanisme aksi aldosteron pada sistem kardiovaskuler nampaknya melibatkan stres oksidatif dengan hasil akhir inflamasi pada jaringan. 19 d. Stres Oksidatif Pada pasien gagal jantung terdapat peningkatan kadar ROS. Peningkatan ini dapat diakibatkan oleh rangsangan dari ketegangan miokardium, stimulasi neurohormonal (angiotensin II, aldosteron, agonis alfa adrenergik, endothelin-1) maupun sitokin inflamasi (tumor
  • 22. necrosis factor, interleukin-1).Efek ROS ini memicu stimulasi hipertrofi miosit, proliferasi fibroblast dan sintesis collagen. ROS juga akan memengaruhi sirkulasi perifer dengan cara menurunkan bioavailabilitas NO. 20 e. Arginin Vasopressin Hormon hipofisis posterior ini meningkat pada gagal jantung, efek selulernya terjadi jika berikatan dengan 3 tipe reseptor, yaitu V1a, V1b dan V2. Reseptor V1a akan menyebabkan vasokonstriksi, agregasi platelet dan stimulasi faktor pertumbuhan miokard. V1b akan memodulasi sekresi ACTH, sedangkan V2 akan menimbulkan efek antidiuretik. f. Natriuretic peptides Terdiri dari Atrial Natriuretic Peptide(ANP), urodilantin, Brain Natriuretic Peptide (BNP), C-type Natriuretic Peptide(CNP) dan Dendroaspis Natriuretic Peptide (DNP). ANP diproduksi terutama di atrium jantung, BNP di ventrikel jantung, keduanya diproduksi sebagai respon terhadap peningkatan tebal jantung. Natriuretic peptide menstimulasi produksi second messenger cGMP melalui ikatannya dengan natriuretic peptide A receptor (NPR-A) yang mengikat ANP dan BNP, dan natriuretic peptide B receptor (NPR-B) yang mengikat CNP. Kedua reseptor ini berikatan juga dengan guanylate cyclase. Aktivasi NPR-A dan NPR-B menghasilkan keadaan natriuresis, vasorelaksasi, inhibisi renin dan aldosteron serta inhibisi fibrosis. ANP dan BNP mungkin berperan dalam mekanisme penting untuk mempertahankan homeostasis natrium dan air. Akan tetapi nampaknya natriuretic peptide menjadi tumpul peranannya pada gagal jantung, mungkin karena tekanan perfusi ginjal yang rendah, defisiensi relatif atau perubahan bentuk molekuler natriuretic peptide atau penurunan fungsi reseptor natriuretic peptide.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak
  • 23. 21 g. Endothelin Terdiri dari tiga tipe, yaitu ET-1,ET-2 dan ET-3, ketiganya berpotensi kuat untuk menyebabkan vasokonstriksi. Walaupun endotelin umumnya dikeluarkan oleh sel endotel, namun dapat juga oleh tipe sel lain, contohnya miosit kardiak.ET-1 merupakan bentuk yang paling sering terekspresi di antara famili endotelin lainnya. Dua subtipe reseptor endotelin yang telah ditemukan pada miokard manusia, yaitu tipe A dan B. Reseptor ET(A) menimbulkan vasokonstriksi, proliferasi sel, hipertrofi patologis, fibrosis dan peningkatan kontraktilitas, sedangkan ET(B) berperan dalam menghilangkan efek ET-1, pelepasan NO dan prostasiklin. Pelepasan ET dari sel endotel dapat ditingkatkan oleh beberapa agen vasoaktif (NE, angiotensin II, trombin) dan sitokin (TNF, IL-1,TGF). 4. REMODELING VENTRIKEL KIRI a. Neuropeptide Y Neuropeptide Y merupakan agen vasokonstriktor yang disekresi bersama NE dari akhiran saraf simpatis.Neuropeptid ini memicu vasokontriksi perifer serta menimbulkan efek potensiasi terhadap efek vasokontriksi oleh alfa adrenergik dan angiotensin.Zat ini juga menghambat pelepasan asetilkolin dari sistem saraf simpatis. Pada pasien gagal jantung moderat dan berat terdapat peningkatan kadar neuropeptide Y yang sejalan dengan peningkatan kadar NE. b. Urotensin II Pada beberapa pasien gagal jantung ditemukan peningkatan kadar urotensin II. Urotensin menimbulkan vasokonstriksi sehingga menimbulkan anggapan bahwa urotensin II ini mempunyai kontribusi dalam peningkatan resistensi vaskuler. c. Nitric Oxide Radikal bebas ini dihasilkan oleh tiga tipe isoform sintase, yaitu NOS1, NOS2 dan NOS3.NOS1 terdapat di jaringan konduksi jantung, neuron intrakardiak dan retikulum sarkoplasma miosit
  • 24. jantung, NOS2 terdapat di miokard yang merespon terhadap sitokin inflamasi, sedangkan yang terakhir terdapat di endotel koroner, endokard serta sarkolema dan membran tubulus T miosit jantung.NOS1 dan NOS3 dapat diaktifkan oleh kalsium dan kalmodulin, sedangkan NOS2 tidak perlu kalsium. NO akan mengaktifkan guanylate cyclase, kemudian akan menghasilkan cGMP. cGMP ini menyebabkan relaksasi otot polos vaskuler sehingga terjadi vasodilatasi. Akan tetapi hal ini tidak terjadi pada gagal jantung, fungsinya menjadi tumpul karena penurunan ekspresi dan aktivitas NOS3. 22 d. Bradikinin Penelitian menunjukkan bahwa bradikinin berperan penting dalam pengaturan tonus pembuluh darah. Bradikinin akan berikatan dengan reseptor B1 dan B2. Sebagian besar efek bradikinin diperantarai lewat ikatan dengan reseptor B2. Ikatan dengan reseptor B2 ini akan menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah. Pemecahan bradikinin akan dipicu oleh ACE. e. Adrenomedullin Kadar adrenomedullin meningkat pada pasien gagal jantung.Adrenomedullin ini dikeluarkan sebagai kompensasi efek vasokonstriksi beberapa hormon. Kadar adrenomedullin yang tinggi menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan tekanan pengisian ventrikel, meningkatkan curah jantung, memperbaiki fungsi ginjal, serta menurunan kadar aldosteron. f. Apelin Pada pasien gagal jantung didapatkan penurunan kadar apelin dalam sirkulasi. Apelin mempunyai efek vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.Apelin juga mempunyai efek inotropik positif dan menimbulkan diuresis dengan menghambat hormon ADH.
  • 25. 5. PERUBAHAN BIOLOGIS PADA MIOSIT JANTUNG 23 a. Hipertrofi Miosit Jantung Peningkatan tekanan pada dinding otot jantung akan memicu timbulnya hipertrofi dan penimbunan matriks ekstraseluler. Jenis remodeling ventrikel ini tergantung faktor pemicu. Apabila dipicu oleh peningkatan volume akan terjadi hipertrofi eksentrik, terjadi pemanjangan miosit dengan penambahan sarkomer secara seri sehingga menimbulkan pelebaran ventrikel kiri. Remodeling yang dipicu oleh peningkatan tekanan seperti pada hipertensi akan menimbulkan hipertrofi konsentrik, terjadi penambahan sarkomer secara paralel, peningkatan area cross-sectional miosit dan terjadi penebalan dinding ventrikel kiri. b. Perubahan Komplek Kontraksi-Eksitasi Hal ini ditujukan pada proses biologis yang dimulai dari potensial aksi kardiak, diakhiri dengan kontraksi dan relaksasi miosit. Pada gagal jantung, didapatkan potensial aksi yang abnormal diperlambat, sama halnya dengan penurunan dan ketidakmampuan relaksasi. Ca2+intraseluler pada penderita gagal jantung gagal meningkat selama depolarisasi, yang menggambarkan lambatnya pengangkutan Ca2+ pada aparatus kontraktil (menyebabkan aktivasi yang lambat), diikuti oleh lambatnya penurunan selama repolarisasi (menyebabkan relaksasi yang lambat).Pada penderita gagal jantung didapatkan penurunan SERCA2A (sarcoendoplasmic reticulum Ca2+ yang menyebabkan penurunan fungsi transient Ca2+ dan penyimpanan Ca2+. Beberapa penelitian mendapatkan SERCA2A yang normal pada penderita gagal jantung dengan penurunan kontraktilitas, mungkin terdapat abnormalitas fungsi molekul lain yang mengatur fungsi SR. Didapatkan juga penurunan kanal kalsium tipe L (L-type calcium channel) yang mengurangi kekuatan dan homogenitas pemasukan Ca2+ dan efeknya pada pelepasan Ca2+ SR. Selain itu didapatkan peningkatan Na+/Ca2+ exchanger, sebagai kompensasi
  • 26. penurunan Ca2+ karena penurunan aktivitas SERCA2A. Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak 24 c. Perubahan Miokard Perubahan akibat hilangnya miosit secara progresif melalui proses nekrosis, apoptosis atau autofagi, akan menyebabkan disfungsi kardiak yang progresif dan remodeling ventrikel kiri. d. Nekrosis Merupakan suatu bentuk kematian sel akibat injury miosit yang parah.Bentuk nekrosis adalah ruptur sel, yang didahului oleh distensi berbagai organel seluler, degradasi DNA nukleus dan pembengkakan sel yang menyebabkan gangguan membran plasma. Ruptur sel membran yang terjadi pada nekrosis melepaskan komponen intraseluler yang akan meningkatkan reaksi inflamasi yaitu terjadi peningkatan sel granulosit, makrofaga serta fibroblas yang mensekresi kolagen di sekitar area injury. Hasil akhir berupa skar fibrotik, yang akan mengubah komponen struktural dan fungsional miokard. Nekrosis miosit jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, injuri miokard, zat toksin (seperti daunorubicin), infeksi dan inflamasi. Mekanisme neurohormonal (konsentrasi NE, angiotensin II maupun ET) juga dapat menyebabkan terjadinya proses nekrosis miosit. e. Apoptosis Apoptosis atau kematian sel terprogram, merupakan suatu proses yang dapat menghilangkan sel secara selektif dengan cara bunuh diri. Sel dapat melakukan apoptosis karena sudah terprogram dalam kode genetiknya.Walaupun demikian, keadaan patologis seperti iskemi akut maupun kardiomiopati dilatasi dapat memicu apoptosis secara tidak tepat. Apoptosis membutuhkan energi dan aktivasi biokimia spesifik sebagai pemicu kematian sel melalui pola intrinsik maupun ekstrinsik yang akan mengaktivasi protein kaspase. Apoptosis
  • 27. miosit jantung dapat terjadi karena aksi katekolamin pada reseptor beta1 adrenergik, angiotensin II,spesi oksigen reaktif, NO, sitokina inflamasi; semua hal tersebut dapat memicu kematian sel terprogram.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak 25 f. Autofagi Merupakan proses seluler homeostatik adalah organel atau protein tertentu diisolasi oleh vesikel membran ganda, isi vesikel akan didegradasi oleh lisosom. Jika proses autofagi terjadi pada seluruh sel, dinamakan kematian sel karena autofagi. Beberapa studi menyebutkan terjadinya proses autofagi pada penderita gagal jantung.Kesalahan pengutipan: Tag<ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak 6. PERUBAHAN STRUKTUR VENTRIKEL KIRI Perubahan struktur ini akan memperburuk keadaan penderita gagal jantung. Perubahan ini tidak hanya membuat jantung lebih besar akan tetapi juga mengubah bentuk jantung menjadi lebih sferis, akibatnya ventrikel membutuhkan energi lebih banyak, hasil akhirnya terjadi peningkatan dilatasi ventrikel kiri, penurunan cardiac output maupun peningkatanhemodynamic overloading.
  • 28. BAB III PENUTUP Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin 26 Purwokerto, 26 November 2014 Penyusun
  • 29. DAFTAR PUSTAKA K. Murray, Robert. K. Granner, Daryl. W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper. 27 Jakarta: Buku Kedokteran