SlideShare a Scribd company logo
PENDEKATAN GENDER
DALAM PANDANGAN ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
pada Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Maghfur, M.Ag
Oleh :
Sarah Risqi Kamilah 2013113008
Anis Fitriyah 2013113033
Alief Reza Kurnia Chasa 2013113036
Afiatul Ajza 2013113230
Mulky Billadina 2013113236
Ferawati Oktaviani 2013112174
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
PENDEKATAN GENDER
DALAM PANDANGAN ISLAM
I. PENDAHULUAN
Pada dekade terakhir ini semakin merebak perdebatan tentang
ajaran agama yang berkaitan dengan perempuan. Terutama Islam, banyak
orang yang mulai mempertanyakan ajaran-ajaran agama yang terkesan bias
gender. Dalam beberapa tradisi agama ditemukan beberapa hal yang
terkesan mendiskreditkan perempuan. Islam, yang secara normatif
mengajarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, tidak terlepas dari
pemahaman bias gender. Hal ini mengandung tanda tanya besar di
kalangan pemeluknya. Adakah kesalahan terletak pada teksnya ataukah
pada cara memahaminya? Mungkinkah Islam mengajarkan prinsip
kesetaraan itu memuat hal yang kontradiktif, seperti memandang rendah
perempuan? Untuk mengungkap berbagai persoalan tersebut diperlukan
kajian mendalam tentang ajaran Islam dari aspek tekstual dan
kontekstualnya. Dalam makalah ini penulis membagi pembahasan menjadi
tiga bagian, yaitu :
1) Definisi dan Konsep gender
2) Gender dalam pandangan Islam
3) Feminisme dan Feminis Muslim
II. PEMBAHASAN
A. Definisi dan Konsep Gender
Kata Gender berasal dari Bahasa Inggris gender yang berarti jenis
kelamin. Menurut Nasaruddin Umar, pengertian ini kurang tepat, sebab
dengan pengertian tersebut Gender disamakan dengan sex yang berarti
jenis kelamin pula. Persoalan ini muncul barangkali adalah karena kata
Gender termasuk kosa kata baru, sehingga pengertiannya belum ditemukan
dalam kamus Besar Bahasa Indonesia.1
Meskipun kata Gender belum masuk dalam perbendaharaan kamus
besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim dipergunakan,
khususnya, di Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita dengan ejaan
„Gender‟. Gender diartikan sebagai penafsiran yang bersifat mental
(interpretasi mental) dan budaya (cultural) terhadap perbedaan kelamin,
laki-laki dan perempuan. Gender biasanya dipergunakan untuk
menunjukkan pembagian kerja yang tepat bagi laki-laki dan perempuan.2
Gender sebagai alat analisis umumnya digunakan oleh penganut
aliran ilmu sosial konflik yang memusatkan perhatian pada ketidakadilan
struktural dan sistem. Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan
bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis dan perbedaan jenis kelamin
adalah kodrat Tuhan sehingga secara permanen berbeda. Sementara gender
adalah behavioral differences antara laki-laki dan perempuan yang
socially-constructed, yaitu perbedaan yang bukan kodrat atau bukan
ciptaan Tuhan, melainkan diciptakan oleh kaum laki-laki dan perempuan
melalui proses panjang dalam kehidupan sosial dan budaya.3
Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-
budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-
laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak
berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan
komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan
karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak
1
Supiana, “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,
2012) hlm. 329
2
Ibid. hlm. 330
3
Gusnarib wahab, “Gender dalam Perspektif Islam” Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 2, Agustus
2008, hlm.228
berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek
non-biologis lainnya.4
Mansoer Fakih menguraikan pengertian Gender secara lebih detail
beserta contoh contohnya. Menurutnya, Gender adalah sifat yang melekat
pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional,
dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan
perkasa. Ciri-ciri dan sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat yang dapat
dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,
keibuan, sementara ada juga perempuan yang rasional, kuat dan perkasa.5
Perubahan ciri dan sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat lain. Jadi yang disebut Gender adalah
semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan
yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta dapat berbeda dari satu
tempat ke tempat lainnya maupun berbeda dari satu kelas ke kelas lain.
Oleh karena itu pemahaman atas konsep gender sesungguhnya
merupakan isu mendasar dalam rangka menjelaskan masalah kesetaraan
hubungan, kedudukan, peran dan tanggung jawab antara kaum perempuan
dan laki-laki.
B. Gender dalam Pandangan Islam
Berbicara tentang Gender, sama artinya dengan berbicara sekitar
hubungan wanita dan pria. Berbicara hubungan wanita dan pria dalam
Islam pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar
kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip
hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah (khaliq).
(Khoeruddin Nasution, 2007:184-185).
4
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta:
Paramadina, 1999), h. 35.
5
Supiana. Op.cit. hlm. 330
Ada sejumlah nash yang berbicara tentang kemitrasejajaran
perempuan dan laki-laki yang dapat dikelompokkan minimal menjadi
delapan, yakni: (1) statemen umum tentang kesetaraan wanita dan pria, (2)
asal usul, (3) „Amal, (4)saling kasih dan mencintai, (5) keadilan dan
persamaan, (6) jaminan sosial, (7) saling tolong menolong, dan (8)
kesempatan mendapat pendidikan. (Khoeruddin Nasution, 2007:185).
Adapun sebab-sebab lahirnya konsep bias Gender dalam Islam
adalah sebagai akibat dari sepuluh faktor, yakni: (1) Penggunaan studi
Islam yang parsial, (2) Belum ada kesadaran pentingnya pembedaan nash
menjadi normatif-universal dengan praktistemporal, (3) terkesan sejumlah
Nash memarginalkan wanita, sebagai akibat penggunaan parsial, (4)
budaya-budaya Muslim merasuk terhadap ajaran Islam, (5) dominasi
teologi laki-laki dalam memahami nash, (6)kajian Islam dengan
pendekatan agama murni, (7) generalisasi (mengambil hukum umum) dari
kasus khusus, (8) mengambil hukum sebagai produk hukum dari
penetapan hukum berdasarkan siyasah al-Syar‟iyah, (9) kajian Islam yang
literalis dan historis (tekstual), dan (10) peran Kekuasaan (penguasa).
(Khoeruddin Nasution, 2007:185). Sebenarnya, dalam Islam telah
ditetapkan bahwa kedudukan wanita antara lain sebagai berikut:
1. Wanita adalah rekan, pasangan pria. Pria adalah pasangan wanita (An-
Nisa : 1, an-Nahl :72, al- Baqarah:187, ar- Ruum :21, al- A‟raf :189,
at- taubah :71, al- Hujurat :13)
2. Wanita dan pria sama-sama mendapatkan pahala atas pandangan,
sikap, dan perbuatan mereka di dunia (al- Ahzab:35, al- Jin :38, al-
Imran:195)
3. Iman pria dan wanita dinilai sama dalam pandangan Islam (al-
Ahzab:35, al- Buruj : 10, Muhammad:19)
4. Wanita dan pria sama-sama dapat berusaha memperoleh, memiliki dan
membelanjakan harta kekayaan (al- Insyirah:4,32)
5. Wanita dan pria sama-sama memiliki hak waris (an- Nisa : 7)
6. Kaidah pokok pernikahan Islam adalah monogami sedang poligami
diizinkan sebagai tidakan darurat.(Anshari,1994:76)
Al qur‟an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki
dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan
(discrimination) yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak
lainya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al
qur‟an, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih
sayang (mawaddah wa rahmah) dilingkungan keluarga. Hal tersebut
merupakan cikal bakal terwujudnya komunitas ideal dalam suatu negeri
yang damai penuh ampunan Tuhan (baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur). Ini semua bisa terwujud manakala ada pola keseimbangan dan
keserasian antara keduanya (laki-laki dan perempuan).
Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan laki-
laki. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari tiga hal.
Pertama, dari hakikat kemanusiaanya. Islam memberikan sejumlah
hak kepada perempuan dalam rangka peningkatan kualitas kemanusiaanya.
Hak tersebut antara lain : waris (QS.AnNisa/4 : 11), persaksian (QS.Al-
Baaqarah/2 : 282), aqiqah (QS.AT-Taubah/9 :21), dan lain lain.
Kedua, Islam mengajarkan bahwa baik perempuan maupun laki laki
mendapat pahala yang sama atas amal shaleh yang dibuatnya. Sebaliknya,
laki-laki dan perempuan memperoleh azab yang sama atas pelanggaran
yang diperbuatnya.
Ketiga, Islam tidak mentolelir adanya perbedaan dan perlakuan tidak
adil antar umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam firmanNya :


Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat :13)
Dari ayat tersebut tampak jelas bagaimana hubungan antara laki-
laki dan perempuan diatur oleh norma agama. Ayat tersebut sekaligus
memberi penjelasan bahwa pada dasarnya diciptakan sama, meskipun
berasal dari bangsa atau suku yang berlainan.
Secara lebih jelas, hubungan antar jenis kelamin atu prinsip gender
dalam Islam ditegaskan dalam (QS.Al-Azhab/33 : 35)





Artinya : “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218],6
laki-laki dan perempuan
yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-
laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
6
[1218] Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti
perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin
di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Jika kita meletakkan beberapa ayat diatas secara bersama-sama dan
melihatnya secara tepat sesuai dengan dimensi waktu, jelaslah bahwa
Allah tidak membeda-bedakan jenis kelamin atau kodrat yang dibawa
sejak lahir. Lalu, bagaimana dengan kemunculan beberapa hadist yang
terkesan memojokkan perempuan, sehingga membentuk rasa benci
terhadap perempuan ? dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan
(hubungan Gender) ada sebuah hadist yang sangat populer dan terkesan
memojokkan perempuan, yaitu : “Tidak akan beruntung suatu kaum yang
menyerahkan kepemimpinanya kepada perempuan.”
Pembacaan hadist diatas harus dilakukan secara kritis. Hadist ini
tidak dapat diterjemahkan bila dihadapkan pada bukti-bukti sejarah.
Bahkan Islam sendiri mengabadikan kesuksesan kepemimpinan
perempuan sebagaimana dilukiskan dalam diri Ratu Balqis. Kisah
kebesaran Ratu Balqis diuraikan paling tidak dalam dua surah yakni an-
Naml dan al-Anbiya‟.
Ada sementara pendapat yang mengatakan, bisa jadi as-bab al-
wurud hadist ini merupakan respons spontan Nabi terhadap keinginan Raja
Kisra di Persia untuk mewariskan kepemimpinan kepada anak
perempuanya yang memang belum siap saat itu.
Bagaimana pula terhadap hadist yang emngatakan bahwa
perempuan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok ? Dalam sebuah hadist
disebutkan: Dari Abu Hurairah ra berkata, “Nasihatilah olehmu wanita,
sebab wanita itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, jika kau paksa
meluruskanya dengan kekerasan, pasti dia akan tetap bengkok. Karena
itu, nasihatilah olehmu wanita.”
Hadist tersebut memberikan kesan bahwa perempuan merupakan
ciptaan kedua, sementara laki-laki adalah ciptaan pertama dan utama.
Tentu saja yang dimaksud laki-laki disini adalah Adam dan yang
perempuan adalah Hawa.
Ketika hadist ini diuji dan diperbandingkan dengan ayat-ayat Al-
Qur‟an ada 30-an ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia-tak
satupun ayat yang dapat ditafsirkan sebagai penegasan atau merujuk pada
keyakinan bahwa laki-laki diciptakan terlebih dahulu ketimbang
perempuan atau bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki. Beberapa ayat
dapat ditafsirkan bahwa penciptaan pertama (nafsin wahidah) justru
bersifat perempuan, bukan laki-laki.
Dengan demikian, jelas bahwa hubungan antara laki-laki dan
perempuan merupakan hubungan kemitraan yang sejajar. Sekali lagi, ini
ditegaskan dalam firman-Nya (Q.S. at-Taubah/9 : 71) :



Artinya : “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
C. Feminisme dan Feminis Muslim
Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, dua orang Feminis dari
Asia Selatan, tidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme yang dapat
diterima oleh atau diterapkan kepada semua feminis dalam semua waktu dan
disemua tempat. Karena feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan
teoritisnya dari suatu rumusan teori tunggal. Definisi feminisme berubah-
ubah sesuai dengan perbedaan realitas sosio-kultural yang melatarbelakangi
lahirbya faham ini, dan perbedaan tingkat kesadaran, persepsi serta tindakan
yang dilakukan oleh para feminis itu sendiri. 7
Menurut kaum feminis, penindasan dan pemerasan terhadap perempuan
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sebagaimana yang diungkapkan
dalam definisi diatas hanyalah salah satu saja dari fenomena ketidakadilan
gender (gender ineaqualities) yang menimpa kaum perempuan. Secara lebih
lengkap Mansour Fakih, seorang feminis Muslim Indonesia menyebutkan
lima fenomena ketidakadilan gender lainnya yaitu :
1) Marginalisasi perempuan baik di rumah tangga, di tempat kerja,
maupun di dalam bidang kehidupan bermasyarakat lainnya. Proses
marginalisasi ini berakibat pada kemiskinan ekonomi perempuan.
2) Subordinasi terhadap perempuan karena adanya anggapan bahwa
perempuan itu irrasional, emosional, maka ia tidak bisa memimpin
dan oleh karena itu harus ditempatkan pada posisi yang tidak penting.
3) Stereotype yang merugikan kaum perempuan, misalnya asumsi bahwa
perempuan bersolek dalam rangka memancing perhatian lawan
jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan seksual atau pelecehan
seksual selalu dikaitkan dengan label ini. Masyarakat punya
kecenderungan menyalahkan perempuan sebagai korban perkosaan
akibat stereotype tadi.
4) Berbagai bentuk kekerasan menimpa perempuan baik fisik maupun
psikologis karena anggapan bahwa perempuan lemah dibandingkan
dengan laki-laki sehingga laki-laki leluasa melakukan kekerasan
terhadap perempuan.
5) Pembagian kerja secara seksual yang merugikan kaum perempuan,
misalnya perempuan hanya cocok dengan pekerjaan domestik, oleh
sebab itu tidak pantas melakukan pekerjaan publik seperti laki-laki.
7
Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan
Relevansinya, terjemahan S. Herlina (jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 4.
Akibatnya peremuan terkurung dalam ruang dan wawasan yang
sempit.
Karena kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap
perempuan hanyalah salah satu saja dari kesadaran terhadap ketidakadilan
gender, maka kiranya menurut hemat penulis, feminisme lebih tepat kalau
didefinisikan sebagai berikut : “Kesadaran akan ketidakadilan gender yang
menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta
tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan
tersebut. “
Dalam analisis feminisme, sejarah perbedaan gender antara manusia jenis
laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh
karena itu terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak
hal,diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi
secara sosial,kultural, melaui ajaran keagamaan bahkan oleh negara. Melalui
proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi
ketentuan Tuhan—seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi.
Kodrat laki-laki dan kodrat perempuan dipahami sebagai perbedaan gender.
Misalnya sifat lemah lembut, sifat memelihara dan sifat emosional yang
dimiliki oleh kaum perempuan dikatakan sebagai kodrat kaum perempuan.
Karena perspektif ekofeminisme tidak lagi sejalan dengan paradigma
utama feminisme yaitu menolak konsep gender sebagai sesuatu yang kodrati
tapi merupakan hasil konstruksi sosio-kultural, maka dalam pembahasan
selanjutnya penulis tidak akan memasukkan ekofeminisme sebagai salah satu
dari aliran-aliran feminisme, apalagi aliran ini belum merupakan aliran yang
besar dibandingkan dengan keempat aliran yang akan diuraikan di bawah ini.
1. Feminisme Liberal
Dasar filosofis gerakan aliran ini adalah liberalisme, yakni bahwa
semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama, dan setiap orang harus
punya kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya.
Bagi kaum feminis liberal ada dua cara untuk mencapai tujuan ini.
Pertama adalah melakukan pendekatan psikologis dengan cara
membangkitkan kesadaran individu, antara lain melalui diskusi-diskusi
yang membicarakan pengalaman-pengalaman perempuan pada masyarakat
yang dikuasai laki-laki. Cara kedua adalah dengan menuntut pembaruan-
pembaruan hukum yang tidak menguntungkan perempuan, dan mengubah
hukum ini menjadi peraturan-peraturan baru yang memperlakukan
perempuan setara dengan laki-laki.8
2. Feminisme Marxis-Sosialis
Aliran ini berupaya menghilangkan struktur kelas dalam masyarakat
berdasarkan jenis kelamin dengan melontarkan isu bahwa ketimpangan
peran antara kedua jenis kelamin itu sesungguhnya lebih disebabkan oleh
faktor budaya alam.
Struktur ekonomi atau kelas di dalam masyarakat memberikan
pengaruh efektif terhadap status perempuan, karena itu, untuk mengangkat
harkat dan martabat perempuan supaya seimbang dengan laki-laki,
diperlukan peninjauan kembali struktur secara mendalam, terutama dengan
menghapuskan dikotomi pekerjaan sektor domestik dan sektor publik.
3. Feminisme Radikal
Gerakan feminis radikal dapat didefinisikan sebagi gerakan
perempuan yang berjuang di dalam realitas seksual, dan kurang pada
realitas-realitas lainnya. Karena itu gerakan ini terutama mempersoalkan
bagaimana caranya masyarakat. Kelompok yang paling ekstrem dari
gerakan kaum feminis radikal bahkan berusaha memutuskan hubungannya
dengan laki-laki. Kelompok ekstrem ini menamakan kaum feminis lesbian.
Mereka berkata ini dari politik kaum feminis lesbian adalah berusaha
menunjukkan bahwa hubungan heteroksesual sebagai suatu lembaga dan
ideologi merupakan benang utama dari kekuatan laki-laki.
8
Arief Budiman, Pembagian Kerja, hlm. 40-41.
4. Feminisme Sosialis
Gerakan feminisme sosialis lebih difokuskan kepada penyadaran
kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Menurut mereka
banyak perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang
ditindas oleh sistem partiarkhi. Contohnya, dengan menonjolkan isu-isu
betapa perempuan diperlakukan tidak manusiawi, dikurung dalam sangkar
emas, sampai pada isu mengapa perempuan yang harus membuat kopi
untuk pada suami dan sebagainya. Timbulnya kesadaran ini akan membuat
kaum perempuan bangkit emosinya, dan secara kelompok diharapkan
mengadakan konflik langsung dengan kelompok dominan ( laki-laki ).
Semakin tinggi tingkat konflik antara kelas perempuan dan kelas dominan,
diharapkan dapat meruntuhkan sistem partiarkhi.9
Menurut Drs. H. Yubahar Ilyas, Lc., M.A. , para feminis yang
beragama Islam, tapi tidak mempersoalkan ajaran Islam, baik normativitas
maupun historisitasnya, dan sepenuhnya berdasarkan perspektif feminism,
baik liberal, radikal, Marxis, Sosialis dan aliran lainnya, maka feminis
seperti itu tidak penulis kategorikan sebagai feminis Muslim.
Di antara para feminis Muslim kontemporer yang mempersoalkan
historisitas ajaran Islam adalah Asghar Ali Engineer, Riffat Hasan dan
Amina Wadud Muhsin. Dalam pandangan mereka bertiga, Al-Qur‟an tidak
melihat inferioritas perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki
dan perempuan, menurut mereka, setara dalam pandangan Allah SWT.
Hanya para mufassirlah ----yang hampir semuanya laki-laki itu--- yang
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an secara tidak tepat. Di antara ayat-ayat
yang penafsirannya mereka persoalkan adalah ayat-ayat tentang
penciptaan perempuan, kepimimpinan rumah tangga, kesaksian dan
kewarisan perempuan.
Asghar Ali Engineer adalah seorang pemikir dan teologi Islam dari
India dengan reputasi internasional. Untuk mendapatkan gambaran tentang
9
Ratna Megawangi, “Perkembangan”, hlm. 10.
bagaimana pandangan Asghar tentang hak-hak perempuan dalam Islam
mari kita kutip paragraf pengantar buku yang dia tulis sendiri :
“Walaupun Al-Qur’an menganugerahkan status yang setara bagi laki-
laki dan perempuan dalam pengertian normatif, namun Al-Qur’an juga
mengakui adanya superioritas laki-laki dalam konteks sosial tertentu.
Namun, para teolog telah mengabaikan konteks tersebut dan menjadikan
laki-laki sebagai makhluk superior dalam pengertian yang absolut.”10
Terakhir tentang Amina Wadud Muhsin, dalam bukunya yang berjudul
Wanita di dalam Al-Qur’an, Amina mencoba menafsirkan kembali
beberapa ayat-ayat tentang perempuan dengan metodologi model
hermeneutik, yaitu :
“Salah satu bentuk metode penafsiran kitab suci, yang di dalam
pengoperasiannya untuk memperoleh kesimpulan makna suatu teks (ayat),
selalu berhubungan dengan tiga aspek dari teks itu yakni : 1. dDalam
konteks apa suatu teks ditulis (jika dikaitkan dengan Al-Qur‟an, dalam
konteks apa ayat itu diwahyukan); 2. Bagaimana komposisi tata bahasa
teks (ayat) tersebut (bagaimana pengungkapannya, apa yang dikatakannya)
dan 3. Bagaimana keseluruhan teks (ayat), Weltanschauung-nya atau
pandangan hidupnya. Kerapkali perbedaan pendapat bisa dilacak dari
variasi dalam penekanan ketiga aspek ini.”11
10
Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, terjemahan Farid Wajidi dan Cici
Farkha Assegaf (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994), hlm. Xi-xii.
11
Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam Al-Qur’an, terjemahan Yaziar Radianri
(Bandung:Pustaka, 1994), hlm. 4.
III. KESIMPULAN
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Istilah gender
digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari
segi anatomi biologi.
Selain itu, Berbicara hubungan wanita dan pria dalam Islam pada
prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar
kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip
hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah (khaliq).
Al qur‟an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki
dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan
(discrimination) yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak
lainya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al
qur‟an, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih
sayang (mawaddah wa rahmah) dilingkungan keluarga.
Dan yang terakhir, paham mengenai feminisme menunculkan
banyak aliran-aliran yaitu aliran Feminisme liberal, Feminisme marx-
sosialis, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Sedangkan para
feminis muslim sendiri beranggapan bahwa Al-Qur‟an tidak melihat
inferioritas perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki dan
perempuan, menurut mereka, setara dalam pandangan Allah SWT. Hanya
para mufassirlah ----yang hampir semuanya laki-laki itu--- yang
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an secara tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi
Islam.
Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur'an.
Jakarta: Paramadina.
Bhasin, Kamla dan Nighat Said Khan, 1995. Persoalan Pokok Mengenai
Feminisme dan Relevansinya, diterjemahkan S. Herlina. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Muhsin, Amina Wadud. 1994 Wanita di dalam Al-Qur’an, diterjemahkan Yaziar
Radianri. Bandung:Pustaka
Engineer , Asghar Ali. 1994. Hak-hak Perempuan dalam Islam, diterjemahkan
Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Qahab, Gusnarib. 2008. “Gender dalam Perspektif Islam” Jurnal Hunafa Vol. 5,
No. 2.

More Related Content

What's hot

Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
Rikza Adhia
 
Filsafat Ketuhanan
Filsafat KetuhananFilsafat Ketuhanan
Filsafat Ketuhanan
Ahmad Rudi
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sholiha Nurwulan
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Aisyah Turidho
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Internet Explorer
 
Ilmu Kalam
Ilmu KalamIlmu Kalam
Ilmu Kalam
Fadry Muhammad
 
PPT Jenazah
PPT Jenazah PPT Jenazah
PPT Jenazah
elifitriani
 
Hak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam IslamHak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam Islam
Adita Utami
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
Edwarn Abazel
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4
Uli Rahmawati
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
Muzay Iena
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
khumairoh
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
Nanda_khalisa
 
Presentasi Hukum, HAM dan Demokrasi Islam
Presentasi Hukum, HAM dan Demokrasi IslamPresentasi Hukum, HAM dan Demokrasi Islam
Presentasi Hukum, HAM dan Demokrasi Islam
Rizqy Putra
 
Soal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBDSoal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBD
Fox Broadcasting
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Dodyk Fallen
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia baku
Linda Rosita
 
Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme
Makalah Islam, Perempuan, dan FeminismeMakalah Islam, Perempuan, dan Feminisme
Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme
Adiba Qonita
 

What's hot (20)

Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
Filsafat Ketuhanan
Filsafat KetuhananFilsafat Ketuhanan
Filsafat Ketuhanan
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
 
Ilmu Kalam
Ilmu KalamIlmu Kalam
Ilmu Kalam
 
PPT Jenazah
PPT Jenazah PPT Jenazah
PPT Jenazah
 
Hak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam IslamHak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam Islam
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Presentasi Hukum, HAM dan Demokrasi Islam
Presentasi Hukum, HAM dan Demokrasi IslamPresentasi Hukum, HAM dan Demokrasi Islam
Presentasi Hukum, HAM dan Demokrasi Islam
 
Soal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBDSoal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBD
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia baku
 
Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme
Makalah Islam, Perempuan, dan FeminismeMakalah Islam, Perempuan, dan Feminisme
Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme
 

Viewers also liked

Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islam
umi wandansari
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
Ana Sengga
 
Makalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) utsMakalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) uts
Lika Hyuga
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam
Fakhri Cool
 
Makalah Imam Kepada Hari Akhir
Makalah Imam Kepada Hari AkhirMakalah Imam Kepada Hari Akhir
Makalah Imam Kepada Hari AkhirFirdika Arini
 
Diskusi UI kesetaraan gender
Diskusi UI kesetaraan genderDiskusi UI kesetaraan gender
Diskusi UI kesetaraan gender
Mifta Muzaki
 
Peran pendamping pkh
Peran pendamping pkhPeran pendamping pkh
Peran pendamping pkh
Habibullah
 
Tugas makalah gender
Tugas makalah genderTugas makalah gender
Tugas makalah gender
DIKNAS PENDIDIKAN
 
Materi tes tertulis dan wawancara ppk
Materi tes tertulis dan wawancara ppkMateri tes tertulis dan wawancara ppk
Materi tes tertulis dan wawancara ppk
AnnaArbaatin
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul haditsMakalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
Muhammad Fatih
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Holong Marina Ops
 
Epidemiologi HIV / AIDS
Epidemiologi HIV / AIDSEpidemiologi HIV / AIDS
Epidemiologi HIV / AIDS
Shafa Nabilah Eka Puteri
 
MAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJAMAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJAn_muniira
 
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa BesarMakalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Dede Adi Nugraha
 
Kimia Unsur: Halogen
Kimia Unsur: HalogenKimia Unsur: Halogen
Kimia Unsur: Halogen
Faiz Ahmad Ghozy
 
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartikaKelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
w0nd0
 
06d bab ii program s2 1
06d bab ii program s2 106d bab ii program s2 1
06d bab ii program s2 1
Suryana Sumantri
 

Viewers also liked (20)

Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islam
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 
Makalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) utsMakalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) uts
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam
 
Makalah Imam Kepada Hari Akhir
Makalah Imam Kepada Hari AkhirMakalah Imam Kepada Hari Akhir
Makalah Imam Kepada Hari Akhir
 
Diskusi UI kesetaraan gender
Diskusi UI kesetaraan genderDiskusi UI kesetaraan gender
Diskusi UI kesetaraan gender
 
Peran pendamping pkh
Peran pendamping pkhPeran pendamping pkh
Peran pendamping pkh
 
Tugas makalah gender
Tugas makalah genderTugas makalah gender
Tugas makalah gender
 
Materi tes tertulis dan wawancara ppk
Materi tes tertulis dan wawancara ppkMateri tes tertulis dan wawancara ppk
Materi tes tertulis dan wawancara ppk
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul haditsMakalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
Dosa-dosa besar dan taubat
Dosa-dosa besar dan taubatDosa-dosa besar dan taubat
Dosa-dosa besar dan taubat
 
Epidemiologi HIV / AIDS
Epidemiologi HIV / AIDSEpidemiologi HIV / AIDS
Epidemiologi HIV / AIDS
 
MAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJAMAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJA
 
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa BesarMakalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
 
Kanibalisme suku asmat
Kanibalisme suku asmatKanibalisme suku asmat
Kanibalisme suku asmat
 
Kimia Unsur: Halogen
Kimia Unsur: HalogenKimia Unsur: Halogen
Kimia Unsur: Halogen
 
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartikaKelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
 
06d bab ii program s2 1
06d bab ii program s2 106d bab ii program s2 1
06d bab ii program s2 1
 

Similar to Makalah Pendekatan Gender dalam Islam

RESUME KB 3.docx
RESUME KB 3.docxRESUME KB 3.docx
RESUME KB 3.docx
ZudisAhmad
 
Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3
kasmuddin nanang
 
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
srimayantiap
 
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
srimayantiap
 
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamBeberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Agus Muqtafiy
 
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi IslamIsu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
ni'matul maula
 
Gender
GenderGender
MAKALAH MASAILUL FIQH.docx
MAKALAH MASAILUL FIQH.docxMAKALAH MASAILUL FIQH.docx
MAKALAH MASAILUL FIQH.docx
DinaAuliyaRahma
 
Implementasi konsep gender
Implementasi konsep genderImplementasi konsep gender
Implementasi konsep gender
mbahfaqir
 
Review buku mpki
Review buku mpkiReview buku mpki
Review buku mpki
محمد المنير
 
Materi Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).ppt
Materi Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).pptMateri Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).ppt
Materi Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).ppt
sitiruwaidah56
 
Makalah realisasi islam dalam kehidupan pergaulan remaja
Makalah realisasi islam dalam kehidupan  pergaulan remajaMakalah realisasi islam dalam kehidupan  pergaulan remaja
Makalah realisasi islam dalam kehidupan pergaulan remaja
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Modul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan Permasalahanya
Modul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan PermasalahanyaModul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan Permasalahanya
Modul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan Permasalahanya
Istna Zakia Iriana
 
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptxKEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
Miftah Iqtishoduna
 
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Powerpoint paket 13 Pkn
Powerpoint paket 13 PknPowerpoint paket 13 Pkn
Powerpoint paket 13 Pkn
AsepArsyad
 
Muhammadiyah dan Isu Kontemporer
Muhammadiyah dan Isu KontemporerMuhammadiyah dan Isu Kontemporer
Muhammadiyah dan Isu Kontemporer
Totok Priyo Husodo
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Ali Murfi
 

Similar to Makalah Pendekatan Gender dalam Islam (20)

GENDER
GENDER GENDER
GENDER
 
RESUME KB 3.docx
RESUME KB 3.docxRESUME KB 3.docx
RESUME KB 3.docx
 
Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3
 
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
 
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
32-ppt-dr-marzuki-studi-tentang-kesetaraan-gender-compatibility-mode.pdf
 
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamBeberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
 
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi IslamIsu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
 
Pai
PaiPai
Pai
 
Gender
GenderGender
Gender
 
MAKALAH MASAILUL FIQH.docx
MAKALAH MASAILUL FIQH.docxMAKALAH MASAILUL FIQH.docx
MAKALAH MASAILUL FIQH.docx
 
Implementasi konsep gender
Implementasi konsep genderImplementasi konsep gender
Implementasi konsep gender
 
Review buku mpki
Review buku mpkiReview buku mpki
Review buku mpki
 
Materi Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).ppt
Materi Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).pptMateri Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).ppt
Materi Konsep Gender, Seks, dan Kesetaraan Gender (SIG 2022).ppt
 
Makalah realisasi islam dalam kehidupan pergaulan remaja
Makalah realisasi islam dalam kehidupan  pergaulan remajaMakalah realisasi islam dalam kehidupan  pergaulan remaja
Makalah realisasi islam dalam kehidupan pergaulan remaja
 
Modul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan Permasalahanya
Modul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan PermasalahanyaModul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan Permasalahanya
Modul PAI Kontemporer KB 3 - Gender Dan Permasalahanya
 
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptxKEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
 
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
 
Powerpoint paket 13 Pkn
Powerpoint paket 13 PknPowerpoint paket 13 Pkn
Powerpoint paket 13 Pkn
 
Muhammadiyah dan Isu Kontemporer
Muhammadiyah dan Isu KontemporerMuhammadiyah dan Isu Kontemporer
Muhammadiyah dan Isu Kontemporer
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
 

Recently uploaded

RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
IrfanAudah1
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 

Recently uploaded (20)

RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 

Makalah Pendekatan Gender dalam Islam

  • 1. PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Dosen Pengampu : Ahmad Maghfur, M.Ag Oleh : Sarah Risqi Kamilah 2013113008 Anis Fitriyah 2013113033 Alief Reza Kurnia Chasa 2013113036 Afiatul Ajza 2013113230 Mulky Billadina 2013113236 Ferawati Oktaviani 2013112174 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2014
  • 2. PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM I. PENDAHULUAN Pada dekade terakhir ini semakin merebak perdebatan tentang ajaran agama yang berkaitan dengan perempuan. Terutama Islam, banyak orang yang mulai mempertanyakan ajaran-ajaran agama yang terkesan bias gender. Dalam beberapa tradisi agama ditemukan beberapa hal yang terkesan mendiskreditkan perempuan. Islam, yang secara normatif mengajarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, tidak terlepas dari pemahaman bias gender. Hal ini mengandung tanda tanya besar di kalangan pemeluknya. Adakah kesalahan terletak pada teksnya ataukah pada cara memahaminya? Mungkinkah Islam mengajarkan prinsip kesetaraan itu memuat hal yang kontradiktif, seperti memandang rendah perempuan? Untuk mengungkap berbagai persoalan tersebut diperlukan kajian mendalam tentang ajaran Islam dari aspek tekstual dan kontekstualnya. Dalam makalah ini penulis membagi pembahasan menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Definisi dan Konsep gender 2) Gender dalam pandangan Islam 3) Feminisme dan Feminis Muslim II. PEMBAHASAN A. Definisi dan Konsep Gender Kata Gender berasal dari Bahasa Inggris gender yang berarti jenis kelamin. Menurut Nasaruddin Umar, pengertian ini kurang tepat, sebab dengan pengertian tersebut Gender disamakan dengan sex yang berarti jenis kelamin pula. Persoalan ini muncul barangkali adalah karena kata
  • 3. Gender termasuk kosa kata baru, sehingga pengertiannya belum ditemukan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia.1 Meskipun kata Gender belum masuk dalam perbendaharaan kamus besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim dipergunakan, khususnya, di Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita dengan ejaan „Gender‟. Gender diartikan sebagai penafsiran yang bersifat mental (interpretasi mental) dan budaya (cultural) terhadap perbedaan kelamin, laki-laki dan perempuan. Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang tepat bagi laki-laki dan perempuan.2 Gender sebagai alat analisis umumnya digunakan oleh penganut aliran ilmu sosial konflik yang memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural dan sistem. Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis dan perbedaan jenis kelamin adalah kodrat Tuhan sehingga secara permanen berbeda. Sementara gender adalah behavioral differences antara laki-laki dan perempuan yang socially-constructed, yaitu perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan Tuhan, melainkan diciptakan oleh kaum laki-laki dan perempuan melalui proses panjang dalam kehidupan sosial dan budaya.3 Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial- budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki- laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak 1 Supiana, “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012) hlm. 329 2 Ibid. hlm. 330 3 Gusnarib wahab, “Gender dalam Perspektif Islam” Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 2, Agustus 2008, hlm.228
  • 4. berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya.4 Mansoer Fakih menguraikan pengertian Gender secara lebih detail beserta contoh contohnya. Menurutnya, Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dan sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada juga perempuan yang rasional, kuat dan perkasa.5 Perubahan ciri dan sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lain. Jadi yang disebut Gender adalah semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya maupun berbeda dari satu kelas ke kelas lain. Oleh karena itu pemahaman atas konsep gender sesungguhnya merupakan isu mendasar dalam rangka menjelaskan masalah kesetaraan hubungan, kedudukan, peran dan tanggung jawab antara kaum perempuan dan laki-laki. B. Gender dalam Pandangan Islam Berbicara tentang Gender, sama artinya dengan berbicara sekitar hubungan wanita dan pria. Berbicara hubungan wanita dan pria dalam Islam pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah (khaliq). (Khoeruddin Nasution, 2007:184-185). 4 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 35. 5 Supiana. Op.cit. hlm. 330
  • 5. Ada sejumlah nash yang berbicara tentang kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki yang dapat dikelompokkan minimal menjadi delapan, yakni: (1) statemen umum tentang kesetaraan wanita dan pria, (2) asal usul, (3) „Amal, (4)saling kasih dan mencintai, (5) keadilan dan persamaan, (6) jaminan sosial, (7) saling tolong menolong, dan (8) kesempatan mendapat pendidikan. (Khoeruddin Nasution, 2007:185). Adapun sebab-sebab lahirnya konsep bias Gender dalam Islam adalah sebagai akibat dari sepuluh faktor, yakni: (1) Penggunaan studi Islam yang parsial, (2) Belum ada kesadaran pentingnya pembedaan nash menjadi normatif-universal dengan praktistemporal, (3) terkesan sejumlah Nash memarginalkan wanita, sebagai akibat penggunaan parsial, (4) budaya-budaya Muslim merasuk terhadap ajaran Islam, (5) dominasi teologi laki-laki dalam memahami nash, (6)kajian Islam dengan pendekatan agama murni, (7) generalisasi (mengambil hukum umum) dari kasus khusus, (8) mengambil hukum sebagai produk hukum dari penetapan hukum berdasarkan siyasah al-Syar‟iyah, (9) kajian Islam yang literalis dan historis (tekstual), dan (10) peran Kekuasaan (penguasa). (Khoeruddin Nasution, 2007:185). Sebenarnya, dalam Islam telah ditetapkan bahwa kedudukan wanita antara lain sebagai berikut: 1. Wanita adalah rekan, pasangan pria. Pria adalah pasangan wanita (An- Nisa : 1, an-Nahl :72, al- Baqarah:187, ar- Ruum :21, al- A‟raf :189, at- taubah :71, al- Hujurat :13) 2. Wanita dan pria sama-sama mendapatkan pahala atas pandangan, sikap, dan perbuatan mereka di dunia (al- Ahzab:35, al- Jin :38, al- Imran:195) 3. Iman pria dan wanita dinilai sama dalam pandangan Islam (al- Ahzab:35, al- Buruj : 10, Muhammad:19) 4. Wanita dan pria sama-sama dapat berusaha memperoleh, memiliki dan membelanjakan harta kekayaan (al- Insyirah:4,32) 5. Wanita dan pria sama-sama memiliki hak waris (an- Nisa : 7)
  • 6. 6. Kaidah pokok pernikahan Islam adalah monogami sedang poligami diizinkan sebagai tidakan darurat.(Anshari,1994:76) Al qur‟an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination) yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak lainya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al qur‟an, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang (mawaddah wa rahmah) dilingkungan keluarga. Hal tersebut merupakan cikal bakal terwujudnya komunitas ideal dalam suatu negeri yang damai penuh ampunan Tuhan (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). Ini semua bisa terwujud manakala ada pola keseimbangan dan keserasian antara keduanya (laki-laki dan perempuan). Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan laki- laki. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari tiga hal. Pertama, dari hakikat kemanusiaanya. Islam memberikan sejumlah hak kepada perempuan dalam rangka peningkatan kualitas kemanusiaanya. Hak tersebut antara lain : waris (QS.AnNisa/4 : 11), persaksian (QS.Al- Baaqarah/2 : 282), aqiqah (QS.AT-Taubah/9 :21), dan lain lain. Kedua, Islam mengajarkan bahwa baik perempuan maupun laki laki mendapat pahala yang sama atas amal shaleh yang dibuatnya. Sebaliknya, laki-laki dan perempuan memperoleh azab yang sama atas pelanggaran yang diperbuatnya. Ketiga, Islam tidak mentolelir adanya perbedaan dan perlakuan tidak adil antar umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam firmanNya :  
  • 7. Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat :13) Dari ayat tersebut tampak jelas bagaimana hubungan antara laki- laki dan perempuan diatur oleh norma agama. Ayat tersebut sekaligus memberi penjelasan bahwa pada dasarnya diciptakan sama, meskipun berasal dari bangsa atau suku yang berlainan. Secara lebih jelas, hubungan antar jenis kelamin atu prinsip gender dalam Islam ditegaskan dalam (QS.Al-Azhab/33 : 35)      Artinya : “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218],6 laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki- laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang 6 [1218] Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.
  • 8. berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” Jika kita meletakkan beberapa ayat diatas secara bersama-sama dan melihatnya secara tepat sesuai dengan dimensi waktu, jelaslah bahwa Allah tidak membeda-bedakan jenis kelamin atau kodrat yang dibawa sejak lahir. Lalu, bagaimana dengan kemunculan beberapa hadist yang terkesan memojokkan perempuan, sehingga membentuk rasa benci terhadap perempuan ? dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan (hubungan Gender) ada sebuah hadist yang sangat populer dan terkesan memojokkan perempuan, yaitu : “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinanya kepada perempuan.” Pembacaan hadist diatas harus dilakukan secara kritis. Hadist ini tidak dapat diterjemahkan bila dihadapkan pada bukti-bukti sejarah. Bahkan Islam sendiri mengabadikan kesuksesan kepemimpinan perempuan sebagaimana dilukiskan dalam diri Ratu Balqis. Kisah kebesaran Ratu Balqis diuraikan paling tidak dalam dua surah yakni an- Naml dan al-Anbiya‟. Ada sementara pendapat yang mengatakan, bisa jadi as-bab al- wurud hadist ini merupakan respons spontan Nabi terhadap keinginan Raja Kisra di Persia untuk mewariskan kepemimpinan kepada anak perempuanya yang memang belum siap saat itu. Bagaimana pula terhadap hadist yang emngatakan bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok ? Dalam sebuah hadist disebutkan: Dari Abu Hurairah ra berkata, “Nasihatilah olehmu wanita, sebab wanita itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, jika kau paksa meluruskanya dengan kekerasan, pasti dia akan tetap bengkok. Karena itu, nasihatilah olehmu wanita.”
  • 9. Hadist tersebut memberikan kesan bahwa perempuan merupakan ciptaan kedua, sementara laki-laki adalah ciptaan pertama dan utama. Tentu saja yang dimaksud laki-laki disini adalah Adam dan yang perempuan adalah Hawa. Ketika hadist ini diuji dan diperbandingkan dengan ayat-ayat Al- Qur‟an ada 30-an ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia-tak satupun ayat yang dapat ditafsirkan sebagai penegasan atau merujuk pada keyakinan bahwa laki-laki diciptakan terlebih dahulu ketimbang perempuan atau bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki. Beberapa ayat dapat ditafsirkan bahwa penciptaan pertama (nafsin wahidah) justru bersifat perempuan, bukan laki-laki. Dengan demikian, jelas bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan hubungan kemitraan yang sejajar. Sekali lagi, ini ditegaskan dalam firman-Nya (Q.S. at-Taubah/9 : 71) :    Artinya : “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” C. Feminisme dan Feminis Muslim Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, dua orang Feminis dari Asia Selatan, tidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua feminis dalam semua waktu dan disemua tempat. Karena feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan
  • 10. teoritisnya dari suatu rumusan teori tunggal. Definisi feminisme berubah- ubah sesuai dengan perbedaan realitas sosio-kultural yang melatarbelakangi lahirbya faham ini, dan perbedaan tingkat kesadaran, persepsi serta tindakan yang dilakukan oleh para feminis itu sendiri. 7 Menurut kaum feminis, penindasan dan pemerasan terhadap perempuan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sebagaimana yang diungkapkan dalam definisi diatas hanyalah salah satu saja dari fenomena ketidakadilan gender (gender ineaqualities) yang menimpa kaum perempuan. Secara lebih lengkap Mansour Fakih, seorang feminis Muslim Indonesia menyebutkan lima fenomena ketidakadilan gender lainnya yaitu : 1) Marginalisasi perempuan baik di rumah tangga, di tempat kerja, maupun di dalam bidang kehidupan bermasyarakat lainnya. Proses marginalisasi ini berakibat pada kemiskinan ekonomi perempuan. 2) Subordinasi terhadap perempuan karena adanya anggapan bahwa perempuan itu irrasional, emosional, maka ia tidak bisa memimpin dan oleh karena itu harus ditempatkan pada posisi yang tidak penting. 3) Stereotype yang merugikan kaum perempuan, misalnya asumsi bahwa perempuan bersolek dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan seksual atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan label ini. Masyarakat punya kecenderungan menyalahkan perempuan sebagai korban perkosaan akibat stereotype tadi. 4) Berbagai bentuk kekerasan menimpa perempuan baik fisik maupun psikologis karena anggapan bahwa perempuan lemah dibandingkan dengan laki-laki sehingga laki-laki leluasa melakukan kekerasan terhadap perempuan. 5) Pembagian kerja secara seksual yang merugikan kaum perempuan, misalnya perempuan hanya cocok dengan pekerjaan domestik, oleh sebab itu tidak pantas melakukan pekerjaan publik seperti laki-laki. 7 Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya, terjemahan S. Herlina (jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 4.
  • 11. Akibatnya peremuan terkurung dalam ruang dan wawasan yang sempit. Karena kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan hanyalah salah satu saja dari kesadaran terhadap ketidakadilan gender, maka kiranya menurut hemat penulis, feminisme lebih tepat kalau didefinisikan sebagai berikut : “Kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut. “ Dalam analisis feminisme, sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal,diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial,kultural, melaui ajaran keagamaan bahkan oleh negara. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan—seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi. Kodrat laki-laki dan kodrat perempuan dipahami sebagai perbedaan gender. Misalnya sifat lemah lembut, sifat memelihara dan sifat emosional yang dimiliki oleh kaum perempuan dikatakan sebagai kodrat kaum perempuan. Karena perspektif ekofeminisme tidak lagi sejalan dengan paradigma utama feminisme yaitu menolak konsep gender sebagai sesuatu yang kodrati tapi merupakan hasil konstruksi sosio-kultural, maka dalam pembahasan selanjutnya penulis tidak akan memasukkan ekofeminisme sebagai salah satu dari aliran-aliran feminisme, apalagi aliran ini belum merupakan aliran yang besar dibandingkan dengan keempat aliran yang akan diuraikan di bawah ini. 1. Feminisme Liberal Dasar filosofis gerakan aliran ini adalah liberalisme, yakni bahwa semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama, dan setiap orang harus punya kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya.
  • 12. Bagi kaum feminis liberal ada dua cara untuk mencapai tujuan ini. Pertama adalah melakukan pendekatan psikologis dengan cara membangkitkan kesadaran individu, antara lain melalui diskusi-diskusi yang membicarakan pengalaman-pengalaman perempuan pada masyarakat yang dikuasai laki-laki. Cara kedua adalah dengan menuntut pembaruan- pembaruan hukum yang tidak menguntungkan perempuan, dan mengubah hukum ini menjadi peraturan-peraturan baru yang memperlakukan perempuan setara dengan laki-laki.8 2. Feminisme Marxis-Sosialis Aliran ini berupaya menghilangkan struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin dengan melontarkan isu bahwa ketimpangan peran antara kedua jenis kelamin itu sesungguhnya lebih disebabkan oleh faktor budaya alam. Struktur ekonomi atau kelas di dalam masyarakat memberikan pengaruh efektif terhadap status perempuan, karena itu, untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan supaya seimbang dengan laki-laki, diperlukan peninjauan kembali struktur secara mendalam, terutama dengan menghapuskan dikotomi pekerjaan sektor domestik dan sektor publik. 3. Feminisme Radikal Gerakan feminis radikal dapat didefinisikan sebagi gerakan perempuan yang berjuang di dalam realitas seksual, dan kurang pada realitas-realitas lainnya. Karena itu gerakan ini terutama mempersoalkan bagaimana caranya masyarakat. Kelompok yang paling ekstrem dari gerakan kaum feminis radikal bahkan berusaha memutuskan hubungannya dengan laki-laki. Kelompok ekstrem ini menamakan kaum feminis lesbian. Mereka berkata ini dari politik kaum feminis lesbian adalah berusaha menunjukkan bahwa hubungan heteroksesual sebagai suatu lembaga dan ideologi merupakan benang utama dari kekuatan laki-laki. 8 Arief Budiman, Pembagian Kerja, hlm. 40-41.
  • 13. 4. Feminisme Sosialis Gerakan feminisme sosialis lebih difokuskan kepada penyadaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Menurut mereka banyak perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh sistem partiarkhi. Contohnya, dengan menonjolkan isu-isu betapa perempuan diperlakukan tidak manusiawi, dikurung dalam sangkar emas, sampai pada isu mengapa perempuan yang harus membuat kopi untuk pada suami dan sebagainya. Timbulnya kesadaran ini akan membuat kaum perempuan bangkit emosinya, dan secara kelompok diharapkan mengadakan konflik langsung dengan kelompok dominan ( laki-laki ). Semakin tinggi tingkat konflik antara kelas perempuan dan kelas dominan, diharapkan dapat meruntuhkan sistem partiarkhi.9 Menurut Drs. H. Yubahar Ilyas, Lc., M.A. , para feminis yang beragama Islam, tapi tidak mempersoalkan ajaran Islam, baik normativitas maupun historisitasnya, dan sepenuhnya berdasarkan perspektif feminism, baik liberal, radikal, Marxis, Sosialis dan aliran lainnya, maka feminis seperti itu tidak penulis kategorikan sebagai feminis Muslim. Di antara para feminis Muslim kontemporer yang mempersoalkan historisitas ajaran Islam adalah Asghar Ali Engineer, Riffat Hasan dan Amina Wadud Muhsin. Dalam pandangan mereka bertiga, Al-Qur‟an tidak melihat inferioritas perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki dan perempuan, menurut mereka, setara dalam pandangan Allah SWT. Hanya para mufassirlah ----yang hampir semuanya laki-laki itu--- yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an secara tidak tepat. Di antara ayat-ayat yang penafsirannya mereka persoalkan adalah ayat-ayat tentang penciptaan perempuan, kepimimpinan rumah tangga, kesaksian dan kewarisan perempuan. Asghar Ali Engineer adalah seorang pemikir dan teologi Islam dari India dengan reputasi internasional. Untuk mendapatkan gambaran tentang 9 Ratna Megawangi, “Perkembangan”, hlm. 10.
  • 14. bagaimana pandangan Asghar tentang hak-hak perempuan dalam Islam mari kita kutip paragraf pengantar buku yang dia tulis sendiri : “Walaupun Al-Qur’an menganugerahkan status yang setara bagi laki- laki dan perempuan dalam pengertian normatif, namun Al-Qur’an juga mengakui adanya superioritas laki-laki dalam konteks sosial tertentu. Namun, para teolog telah mengabaikan konteks tersebut dan menjadikan laki-laki sebagai makhluk superior dalam pengertian yang absolut.”10 Terakhir tentang Amina Wadud Muhsin, dalam bukunya yang berjudul Wanita di dalam Al-Qur’an, Amina mencoba menafsirkan kembali beberapa ayat-ayat tentang perempuan dengan metodologi model hermeneutik, yaitu : “Salah satu bentuk metode penafsiran kitab suci, yang di dalam pengoperasiannya untuk memperoleh kesimpulan makna suatu teks (ayat), selalu berhubungan dengan tiga aspek dari teks itu yakni : 1. dDalam konteks apa suatu teks ditulis (jika dikaitkan dengan Al-Qur‟an, dalam konteks apa ayat itu diwahyukan); 2. Bagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut (bagaimana pengungkapannya, apa yang dikatakannya) dan 3. Bagaimana keseluruhan teks (ayat), Weltanschauung-nya atau pandangan hidupnya. Kerapkali perbedaan pendapat bisa dilacak dari variasi dalam penekanan ketiga aspek ini.”11 10 Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, terjemahan Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994), hlm. Xi-xii. 11 Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam Al-Qur’an, terjemahan Yaziar Radianri (Bandung:Pustaka, 1994), hlm. 4.
  • 15. III. KESIMPULAN Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Selain itu, Berbicara hubungan wanita dan pria dalam Islam pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah (khaliq). Al qur‟an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination) yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak lainya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al qur‟an, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang (mawaddah wa rahmah) dilingkungan keluarga. Dan yang terakhir, paham mengenai feminisme menunculkan banyak aliran-aliran yaitu aliran Feminisme liberal, Feminisme marx- sosialis, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Sedangkan para feminis muslim sendiri beranggapan bahwa Al-Qur‟an tidak melihat inferioritas perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki dan perempuan, menurut mereka, setara dalam pandangan Allah SWT. Hanya para mufassirlah ----yang hampir semuanya laki-laki itu--- yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an secara tidak tepat.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: Paramadina. Bhasin, Kamla dan Nighat Said Khan, 1995. Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya, diterjemahkan S. Herlina. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muhsin, Amina Wadud. 1994 Wanita di dalam Al-Qur’an, diterjemahkan Yaziar Radianri. Bandung:Pustaka Engineer , Asghar Ali. 1994. Hak-hak Perempuan dalam Islam, diterjemahkan Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Qahab, Gusnarib. 2008. “Gender dalam Perspektif Islam” Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 2.