SlideShare a Scribd company logo
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:
552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins &
Timonthy A. Judge, 2009: 57).
Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses
belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta
didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi
dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran (Subroto, 2002:91).
2. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
a. Pengertian Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu
“manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Menurut
Bahri dan Zain bahwa pengelolaan itu adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Pengelolaan merupakan
terjemahan dari kata “management”. Terbawa oleh derasnya arus
penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, istilah Inggris
tersebut lalu di Indonesiakan menjadi “manajemen”.
Sardiman AM dalam Abdul Majid (2012 : 269) Pembelajaran
adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran
sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran
merupakan proses yang berfungsi membimbing peserta didik didalam
kehidupannya. Yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan
tugas perkembangannya yang harus dijalani. Kegiatan pembelajaran
9
diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta
didik agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui
upaya menumbuhkan serta mengembangkan; sikap/attitude,
pengetahuan/knowledge dan keterampilan/skill (Hosnan, 2014).
Adapun pengelolaan pembelajaran dalam Goniyatul (2010 : 14)
diartikan sebagai suatu upaya untuk mengatur (memenej,
mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran agar
efektif. Selain itu menurut Zakiyah Darajat dalam Goniyatul (2010 : 16)
pengelolaan pembelajaran erat kaitannya dengan pengelolaan kelas yang
menjadi pusat/tempat terjadinya proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar didalam kelas pada hakikatnya akan
melibatkan semua unsur yang ada dalam sekolah bersangkutan. Akan
tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut: Guru sebagai
pendidik, murid sebagai yang terdidik, alat/media yang digunakan, situasi
dalam lingkungan kelas, sekolah itu sendiri . Guru, murid dan bahan
merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga
unsur ini saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi serta tunjang
menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu tidak ada,
kedua unsur yag lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses
pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar
mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru
memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang
berhubungan dengan perencanaan, implementasi/pelaksanaan dan
penilaian (Abdul Majid, 2012 : 245).
b. Perencanaan Pembelajaran
Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosis kebutuhan
para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses
pembelajaran dan menetapkan strategi pembelajaran yang ditempuh
untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan (Abdul Majid, 2012 :
246). Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan
10
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang
lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dibuat dengan
mudah dan tepat sasaran (Abdul Majid, 2007 : 15).
Aderson dalam Mulyasa (2004 : 83) membedakan perencanaan
dalam dua kategori, yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan
jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut unit plan yang
merupakan perencanaan bersifat komprehensif, dimana dapat dilihat
aktivitas guru selama satu semester. Perencanaan umum ini memerlukan
uraian lebih terperinci melalui perencanaan jangka pendek yang disebut
dengan persiapan mengajar. Perencanaan dan persiapan mengajar
merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran terhadap anak didik
berlangsung dengan baik, amat tergantung pada perencanaan dan
persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru yang harus baik pula,
cermat dan sistematis (Hosnan, 2014 : 96).
Perencanaan pembelajaran yang matang tentunya memiliki
perencanaan secara tertulis dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dari penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus
dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1) Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit
memuat hal berikut: (1)Identitas mata pelajaran (khusus
SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MA/Paket
C/Paket C Kejuruan). (2) Identitas Sekolah, meliputi nama satuan
pendidikan dan kelas. (3) Kompetensi Inti, merupakan gambaran
11
secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. (4) Kompetensi
Dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencangkup sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran. (5) Tema (Khu sus SD/MI/SDLB/Paket A). (6) Materi
pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi. (7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan. (8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. (9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran
dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. (10)
Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Silabus dikembangkan
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran
pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
12
psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema
yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih komponen
RPP terdiri atas berikut: (1) Identitas sekolah, yaitu nama satuan
pendidikan. (2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema. (3)
Kelas/Semester. (4) Materi pokok. (5) Alokasi waktu, ditentukan
sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar
dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam
silabus dan KD yang harus dicapai. (6) Tujuan pembelajaran yang
dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan. (7) Kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi. (8) Materi pembelajaran, memuat fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk
butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
(9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan KD yang akan dicapai. (10) Media pembelajaran, berupa
alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pembelajaran. (11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar dan sumber belajar lain yang relevan. (12)
Langkah langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti dan penutup. (13) Penilaian hasil
pembelajaran.
3) Media Pembelajaran
Menurut AECT, organisasi yang bergerak dalam bidang
teknologi pendidikan dan komunikasi dalam Wina Sanjaya (2014 : 57)
mengemukakan, media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk
proses penyaluran informasi. Media juga berarti perantara dari sumber
informasi ke pengelola informasi kepada penerima informasi. Adapun
media pembelajaran menurut Rossi dan Braiddle dalam Wina Sanjaya
13
(2014 : 58) adalah seluruh alat dan bahan yang digunakan untuk
tujuan pembelajaran seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan
sebagainya. Menurut Gerlach dalam Wina Sanjaya (2014 : 60) media
pembelajaran secara umumnya meliputi orang, bahan, peralatan, atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa, media pembelajaran adalah sekumpulan peralatan
bahkan lingkungan sekitar yang digunakan untuk proses
pembelajaran, agar siswa mudah memahami materi pembelajaran
demi tercapainya tujuan pembelajaran. Meskipun media pembelajaran
tercantum dalam RPP dan Silabus, tetapi tetap saja media harus
dipersiapkan secara terpisah, yaitu dengan memasukan materi-materi
yang akan disampaikan pada komponen multimedia tersebut untuk
ditayangkan didepan kelas. Adapun di ........................ tidak
menggunakan satu media saja, akan tetapi menggunakan beberapa
komponen media yang bersifat saling mendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Sebagai pengimplementasi/pelaksana rencana pembelajaran yang
telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi
yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi
situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Semua itu memerlukan keterampilan profesional secara memadai (Abdul
Majid, 2012 : 246).
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, merupakan strategi yang dapat
diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan
pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hosnan, 2014 : 91).
14
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan KTSP
adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik.
b) Mengajukan pertanyaan tentang materi yang sudah dan akan
dipelajari.
c) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas
yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi.
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai.
e) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik.
2) Kegiatan Inti
a) Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan, dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi
pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b) Kegiatan ini menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran (proses observasi,
menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi).
c) KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru
memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan
terhadap pemodelan/ demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik
menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan
pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.
d) Dalam setiap kegiatan, guru harus memperhatikan kompetisi yang
terkait dengan sikap, seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi,
disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang
tercantum dalam silabus dan RPP.
15
e) Cara mengumpulkan data sedapat mungkin relevan dengan jenis
data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan,
perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum
menggunakannya, peserta didik harus tahu dan terlatih, dilanjutkan
dengan menerapkannya.
(1) Mengamati
(a) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar,
dan membaca, (b) Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang paling penting dari
suatu benda atau objek, dan (c) Kegiatan Mengamati dan
Mendeskripsikan
(2) Menanya
(a) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan
secara luas untuk bertanya apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca, dan seterusnya. (b) Guru membimbing mereka untuk
dapat mengajukan pertanyaan (hasil pengamatan objek yang
konkret sampai yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak). (c) Pertanyaan
bersifat faktual sampai ke yang bersifat hipotetik. (d) Guru
perlu membantu peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
sampai ke tingkat dimana mereka mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri.
(3) Mengumpulkan dan Mengasosiasikan
(a) Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara (membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen). (b) Informasi yang diperoleh
16
menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya (memproses informasi
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan).
(4) Mengomunikasikan Hasil
(a) Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. (b) Hasil disampaikan
di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar secara
individu dan kelompok.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
c) Memberikan umpan balik.
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut (remedi, pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas).
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
d. Penilaian Pembelajaran
Pada saat melaksanakan penilaian, guru harus dapat menetapkan
prosedur dan teknik penilaian yang tepat (valid terandalkan). Jika
kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada kegiatan perencanaan
belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali rencana serta
implementasinya/pelaksanaannya dengan maksud untuk melakukan
perbaikan (Abdul Majid, 2012 : 246).
1) Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif
setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan
penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
17
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
autentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses,
dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penialaian ketiga
komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant
effect) dari pembelajaran (Hosnan, 2014 : 416).
2) Metode Penilaian
Penilaian dapat dilakukan melalui tes mapupun nontes. Metode
tes dipilih bila respons yang dibutuhkan dapat dikategorikan benar
atau salah (KD-KD pada KI-3 dan KI-4). Bila respons yang
dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah, digunakan
metode nontes (KD-KD pada KI-1 dan KI-2). Metode tes dapat
berupa tes tulis aupun tes kinerja (Hosnan, 2014 : 417).
3. Supervisi Akademik Kepala sekolah
a. Hakikat Supervisi Akademik
Menurut UU No 13 tahun 2007 tentang standar Kepala sekolah
bahwa Kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial, dan menurut UU No 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2003). Menurut
Jones dalam Mulyasa (2003:155), Supervisi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang
18
ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia
sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.
Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi
pengajaran (Sahartian, 2000:17)
Kepala sekolah adalah figur yang paling menentukan bagi maju
mundurnya sekolah, hal ini karena ia berfungsi sebagai leader sekaligus
sebagai manajer. Sebagai leader ia harus mampu menggerakkan,
mengarahkan dan mengoptimalkan kinerja guru agar mereka dapat
melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Sedangkan sebagai
manajer, Kepala sekolah harus mampu membuat perencanaan,
melaksanakan, mengatur, mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi
pelaksanaan program baik yang berkenaan dengan program pembelajaran
maupun yang berkaitan dengan administrasi sekolah untuk menunjang
tujuan yang telah di tetapkan.
Administrasi pendidikan menegaskan bahwa penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan pada dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pembinaan. Dengan demikian
berarti bahwa, dalam usaha meningkatkan kualitas dan memotivasi
terlaksananya proses pembelajaran secara optimal, diperlukan supervisi
atau pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah,
terutama yang berkenaan dengan perencanaan pelaksanaan program
pembelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran, penguasaan
materi pelajaran, penguasaan kelas, serta pelaksanaan evaluasi, remedi
dan pengayaan. Melalui supervisi, Kepala sekolah dapat memberikan
bimbingan dan bantuan secara langsung kepada guru-guru untuk
menstimulasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,
19
serta mendorong terciptanya kreativitas guru dalam meningkatkan
kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran.
Efektivitas dan kualitas implementasi pelayanan supervisi
akademik yang dilaksanakan oleh Kepala sekolah dapat dilihat melalui
kualitas pembelajaran para guru dan hal ini dapat dilihat dari : (a)
Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (b) Kemampuan
melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar, (c) Kemampuan
menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) Kemampuan menafsirkan
dan memanfaatkan hasil penilaian atau kemajuan belajar mengajar dan
informasi lainnya bagi penyempurnaan dan pelaksanaan proses belajar
mengajar (Sudiarto, 1989:69).
Supervisi akademik Kepala sekolah merupakan upaya seorang
Kepala sekolah dalam pembinaan guru, agar guru dapat meningkatkan
kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan,
penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan
cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
Supervisi akademik dilakukan untuk mengawasi kegiatan sekolah dengan
tujuan kegiatan pendidikan berjalan dengan baik ( Mantja, 2002: 114).
Pada dasarnya supervisi akadimik yang dilakukan oleh Kepala
sekolah untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dan staf di
sekolah guna meningkatkan hasil pembelajaran yang bermutu.
Sedangkan menurut Boardmen dalam Sahartian (2008: 17) supervisi
sekolah adalah suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara
berkelanjutan pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individu
atau secara kelompok, agar lebih mengerti dan lebih efisien dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Supervisi sekolah adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan
utamanya untuk mempelajari dan memperbaiki secara bersama semua
faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
di sekolah ( Sahartian 2008: 19 ). Supervisi sekolah adalah rangkaiyan
proses untuk menyediakan bantuan bimbingan dan nasehat profesional
20
kepada guru untuk meningkatkan mutu sekolah yang dilakukan oleh
Kepala sekolah ( Eheren 2006: 67 ). Supervisi sekolah bertujuan untuk
memberikan bimbingan kepada guru di sekolah, tujuanya untuk
meningkatkan hasil pembelaran siswa. Kepala sekolah berperan penting
dalam pelaksanaan supervisi, karena seorang Kepala sekolah menentukan
berhasil atau tidak suatu sekolah.
b. Karakteristik Supervisi Akademik
Menurut Mulyasa (2004: 112) Salah satu supervisi akademik yang
popular adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga
inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.
2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama
Kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
3) Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru
dan kepala sekolah.
4) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan
mendahulukan interpretasi guru.
5) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan
supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan
guru dari pada memberi saran dan pengarahan.
6) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
7) Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala sekolah sebagai
supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil
pembinaan.
8) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu
keadaan dan memecahkan suatu masalah.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi
21
Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil
supervisi antara lain :
1) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.
Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok,
dilingkungan masyarakat orang-orang kaya atau di lingkungan orang-
orang yang pada umumnya kurang mampu.
2) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak
jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas,
atau sebaliknya.
3) Tingkatan dan jenis sekolah.
Apakah sekolah yang dipimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP,
SMU atau SD dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat
supervisi tertentu.
4) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang,
bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan
sebagainya.
5) Kecakapan dan keahlian Kepala sekolah itu sendiri di antara faktor-
faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting.
Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika Kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya
kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala
kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya
untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.
d. Fungsi Kepala sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Kepala
sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain :
22
1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di
dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses pembelajaran.
3) Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
4) Membina kerja sama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan
pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskudi
kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim
mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan
bidangnya masing masing.
6) Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau
komite sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para
siswa.
e. Ruang Lingkup Perencanaan Supervisi Akademik
Ruang lingkup perencanaan supervisi akademik meliputi:
1) Persiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2) Persiapan pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru
3) Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi,
dan peraturan pelaksanaannya; dan
4) Peningkatan mutu pembelajaran melalui: - model kegiatan
pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses - proses
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik menjadi
sdm yang kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah, berpikir
kritis, dan bernaluri kewirausahaan (Sahartian, 2008: 58).
Supervisor yang akan melaksanakan supervisi akademik sebaiknya
menentukan tujuan, sasaran dan rencana supervisi akademik dengan baik.
23
Perencanaan tersebut dibuat agar supervisi yang akan dilakukan oleh
supervisor dapat berjalan dengan baik dan bisa tepat sasaran yang
diharapkan.
f. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut (Purwanto, 2004), secara garis besar cara atau teknik
supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan
teknik kelompok.
1) Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi
yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan
sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala
sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaiman guru
mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau
metodik yang sesuai, dengan kata lain untuk melihat apa
kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
Kepala sekolah yang baik akan melihat atau mensupervisi guru saat
melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, gunanya untuk
mengetahui bagimana kemampuan seorang guru dalam
menyampaikan materi di kelas. Hal ini senada dengan pendapat
(Lunenbrug & Beverly, 2006: 4) Kepala sekolah yang efektif akan
mengisi waktu luangnya untuk mengamati dan melihat guru di
dalam kelas, bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam menyampaikan materi pelajaran baik secara seni atau
secara ilmu pengetahuan.
b) Mengadakan kunjungan observasi (obsertvation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk
melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
24
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran
tertentu, misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru,
seperti audio-visual aids. Cara mengajar dengan metode tertentu,
seperti penemuan (discovery), dan sebagainya.
c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi
siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa.
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar siswa, misalnya siswa yang lamban
dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang
nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang
dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah yang
sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu
sendiri, lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor
yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk
mengatasinya.
d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain : 1) Menyusun program
catur wulan atau program semester 2) Menyusun atau membuat
program satuan pelajaran 3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
pengolahan kelas 4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi
pengajaran 5) Menggunakan media dan sumber dalam proses
belajar-mengajar 6) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa
dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
2) Teknik kelompok
Yaitu supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings) Seorang Kepala
sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan
rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalam perencanaan itu
25
antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-
guru.
b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions) Diskusi
kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok
guru bidang study sejenis. Kelompok-kelompok yang telah
terbentuk itu diprogramkan unuk mengadakan pertemuan atau
diskusi guna membicarakan hal hal yang berhubungan dengan
usaha pengembangan dan peranan proses belajar mengajar.
c) Mengadakan penataran-penataran (inservice-traning) Teknik
supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran
sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru
bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran,
dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas Kepala sekolah yang utama adalah
mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow
up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Menurut Gwyn, dalam Bafadal (2004: 48-50) teknik supervisi
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan
teknik kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan
kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian
sendiri. Sedang teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan,
2) kursus, 3) laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5)
demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staff, 7) diskusi panel, 8)
perpustakaan profesional, 9) organisasi professional, 10) bulletin
supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas akhir, 13) pertemuan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan, bahwa supervisi Kepala sekolah adalah proses
pembinaan Kepala sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki
proses belajar-mengajar. Adapun teknik yang biasa digunakan adalah
kunjungan kelas, pertemuan baik formal maupun informal serta
26
melibatkan guru lain yang dianggap berhasil dalam proses belajar
mengajar.
Ada beberapa teknik yang biasa digunakan Kepala sekolah
dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini hanya
indikator : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang
kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat
pembinaan, dan kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti
sedangkan indikator lain tidak kami teliti karena kurang mengungkap
masalah yang kami teliti.
g. Evaluasi Supervisi Akademik
Evaluasi supervisi akademik adalah pemberian estimasi terhadap
pelaksanaan supervisi pendidikan untuk menentukan keefektifan dan
kemajuan dalam rangka mencapai tujuan supervisi pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam evaluasi program supervisi pendidikan untuk
perbaikan pengajaran melibatkan penentuan perubahan yang terjadi pada
periode tertentu, perubahan yang diharapkan dari semua personel dalam
supervisi dan dalam perbaikan program melibatkan Kepala sekolah
(supervisor), guru, dan murid. Evaluasi program supervisi pendidikan
tidak berarti mengevaluasi suatu rencangan program supervisi pendidikan
dalam arti rencana. Evaluasi program supervisi pendidikan berusaha
menentukan sampai seberapa jauh tujuan supervisi pendidikan yang telah
tercapai.
Oleh sebab itu bukan saja programnya yang dievaluasi tetapi juga
proses pelaksanaan dan hasil supervisi pendidikan. Supervisor dan guru
bekerjasama untuk membawa perubahan-perubahan dalam diri anak
didik. Lebih dari pada itu semua yang harus dipertimbangkan sebagai
ruang lingkup supervisi pendidikan adalah meliputi rencana perbaikan,
organisasi perencanaan, tujuan yang akan dicapai, teknik-teknik
pencapaian tujuan, dan perubahan-perubahan yang dilakukan di bidang
kurikulurn dan bimbingan. Menurut Ali Imron evaluasi supervisi
pendidikan adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
27
supervisi akademik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya ( Imron,
2012: 196 ).
4. Pendekatan Kolaboratif
a. Hakikat Pendekatan Kolaboratif
Jika diperhatikan secara seksama, pendekatan kolaboratif adalah
perpaduan antara pendekatan Supervisi direktif dan non direktif. Dugaan
itu benar, jika diperhatikan dari aspek tanggung jawab terlaksananya
kegiatan Supervisi. Artinya supervisor dan guru berbagi tanggung jawab.
Tugas Supervisi dalam hal ini adalah mendengarkan dan memperhatikan
secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan dan
pengembangan pengajarannya, dan sekaligus memperhatikan pula
gagasan-gagasan guru untuk mengatasi masalah itu selanjutnya.
Supervisor dapat meminta penjelasan terhadap hal-hal yang diungkapkan
guru yang kurang dipahami. Selanjutnya ia mendorong guru
mengaktualisasikan inisiatif yang dipikirkan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya, atau untuk meningkatkan dan mengembangkan
pengajarannya (Glickman; Gordon & Glickman, 1984).
Beberapa pakar Supervisi mengemukakan, bahwa gagasan
pendekatan kolaboratif dalam Supervisi, diilhami oleh gerakan hubungan
instansi (The Human Relations Movement). Gagasan ini sekaligus
merupakan pula reaksi terhadap praktk model Supervisi klasik yang
mengatakan bahwa fungsi Supervisi pengajaran adalan untuk mengawasi
mutu dengan cara mengarahkan, menunjukkan, mengaharuskan,
memantau menilai dan mengajar (Wiles & Lovell, 1975). Dalam praktek
Supervisi, pendekatan ini disebut juga sebagai Supervisi kolegiat,
kesejawatan atau korepatif, yang lebih banyak meilhami karya para pakar
Supervisi klinis (Lovell dan Wiles, 1983: Cagon 1973, 1976
Goldhammer, 1980).
Krajewski dan Anderson (1980) melalui berbagai penelitian
mengembangkan siklus Supervisi yang berbasis hubungan kolaboratif
28
antara Supervisi dan guru untuk mengaktifkan yang berbasis hubungan
kolaboratif antara supervisor dan guru untuk mengaktifkan Supervisi.
Untuk itu Flanders (1976) menyebut Supervisi kolaboratif sebagai
Supervisi klinis selanjutnya, ia menjelaskan bahwa Supervisi kolaboratif
merupakan kemitraan dalam inkuiri dua orang yang mengadu alternative,
dimana supervisor berposisi semangat mitra yang lebih berpengalaman
untuk proses inkuri. Lerch (1980) dan Werner (1980) menemukan
adanya harapan guru untuk berbagai tanggung jawab dalam proses
Supervisi, terutama dalam memecahkan masalah pengajaran yang
dihadapi guru. Kedua ahli itu menyimpulkan bahwa pendekatan
kolaboratif dalam Supervisi lebih efektif, karena adanya kolgialitas
antara supervisor dan guru dalam memecahkan masalah pengajaran yang
dihadapi para guru. Kesimpulan itu memperkuat pendapat Sergiovanni
(1976) yang menyatakan bahwa hubungan yang lebih intensif dan
bersifat kolegial dipersyaratkan dalam Supervisi tradiosional. Reavis
(1978) dan Thompson (1979) menemukan fakta bahwa Supervisi harus
didasarkan pada kepedulian guru, dan bukan pada kepedulian supervisor.
Karena itu guru harus dilatih untuk menetapkan keutusan secara bebas
guna mengembangkan sikap profesionalnya, sehingga terwujud apa yang
mereka namakan Peer Supervision, Hall (1974) melaporkan ditemukan
sikap yang lebih posistif pada para guru yang disupervisi dengan
pendekatan kolaboratof. Sementara itu, Shuma (1973) menemukan dalam
penelitiannya bahwa para guru yang memperoleh perlakukan berdasarkan
Supervisi kolaboratif memiliki perasaan pertumbuhan sebagai gutu.
Pertumbuhan itu ditandai dengan adanya hubungan yang dibangun antara
supervisor dan guru, jika dibandingkan dengan guru yang tidak
pengalami perlakuan semacam itu.
Penelitian yang diadakan oleh Ginkel (1983) terhadap sejumlah
guru SD, menempatkan pendekatan kolaboratif pada peringkat pertama,
disamping kedua pendekatan Supervisi lainnya. Para guru yang
menyatakan bahwa pendekatan Supervisi kolaboratif adalah pendekatan
29
yang paling di sukai. Sementara itu pula, Glickman (1985) dengan
menunjuk penelitian yang dilakukan oleh Venezky, Humphries bersama
Marsh, menemukan juga katagori pendekatan Supervisi berdasarkan
pengalaman mengajar guru. Ia menyimpulkan, guru yang telah berhasil
mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung untuk lebih
menyukai pendekatan Supervisi kolabotratif.
Dari kajian di atas timbul pertanyyan: apakah yang membedakan
pendekatan Supervisi pengembangan seperti yang dijelaskan oleh ketiga
pendekatan yang telah dikemukakan di atas? Klarifikasi yang
dikemukakan oleh Olivia (1984:514) berikut ini, menjelaskan hal
tersebut. Carl D. Glickman : has introduced a collaborative orientation
between directive and nondirective behavior Glickaman desrribed a
supervisory continuum from directive to collaborative to nondirective be
orientation for each of thes dominant behavior Glickman outlined a
pattern of behaviors, as follows.
Directive Collaborative Nondirective
Orientation Orientation Orientation
Clarifying Listening Listening
Presenting Clarifying Clarifying
Demonstrating Presentating Encourating
Directing Problem Solving Presentating
Standardizing Negotiating Negotiating
Reinforcing Supervisor Initiated Teacher Initiated
Dengan demikian, pendekatan Supervisi pengembangan tidak
melihat masing-masing pendekatan (Ditektif, kolaboratif, dan non
direktif sebagai pendekatan yang berdiri atau terpilah-pilah, melainkan
pendekatan ini merupakan suatu kebulatan yang berada dalam suatu
kontinum). Jadi proses supervisinya berkembang dari direktif ke
kolaboratif, sehingga mencapai tingkat non direktif. Sebagaimana
dampak perkembangan dari perolehan belajar guru, (Rossiconne, 1985 :
16) merumuskan sebagai berikut “Development supervision in the
process of supervisory behavior that is manifested in recognizing
individual teacher’s needs, acknowledging and accepting the existence of
30
varied rates of forofessional growth, and consequently, Matching types of
supervisory behavior to these need and stages of professional growth”.
Penelitian yang dilakukan oleh Glickman (1985), menunjukkan
bahwa pengalaman mengajar guru memiliki peranan penting dalam
menetapkan pilihan pendekatan Supervisi. Para guru yang memotivasi
dan keterampilannya rendah menilai kecenderungan untuk disupervisi
dengan pendekatan direktif. Mereka yang telah berhasil mengembangkan
kompetensi dan motivasinya cenderung lebih menyukai pendekatan
kolaboratif. Selanjutnya para guru yang telah memiliki latar belakang
pengalaman luas dan kompetensi serta motivasinya tinggi, maupun
bekerja sama atau bekerja sendiri, dan mampu menemukan cara
mendorong siswa belajar mendiri. Pendekatan yang sesuai bagi para guru
yang tersebut terakhir ini adalah pendekatan non direktif.
b. Karakteristik pendekatan Kolaboratif
Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi adalah suatu teknik
pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama. Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Kegiatan ini diarahkan untuk membantu kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mencapai target yang
diinginkan.
Salah satu pendekatan dalam melaksanakan supevisi adalah
pendekatan kolaboratif. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja.
2) Kedua belah pihak berbagi kepakaran.
3) Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan inkuiri yakni,
saya mencoba memahami apa yang dilakukan oleh orang yang saya
amati.
4) Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengalaman bersifat terbuka atau
fleksibel dan tujuannya jelas.
31
5) Tujuan supervisi ialah membantu guru dan Kepala sekolah
berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-
kegiatan reflektif.
Dengan memahami karakteristik diatas dapat diilustrasikan bahwa
dengan pendekatan kolaboratif, supervisi yang diterapkan akan terasa
tenang dan tidak mengandung ketegangan. Bahkan sebaliknya yang
muncul adalah suasana akrab dan saling memahami antar satu dengan
yang lainnya. Hal ini terjadi karena supervisor menempatkan dirinya
sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan sebagai arspektor yang
mencari kesalahan dari guru.
Disamping itu supervisi kolaboratif memberikan ruang terbuka
bagi guru sehingga guru mendapat kesempatan yang luas guna
menyampaikan ide ataupun maslah-masalah yang muncul dalam proses
pembelajaran. Sehingga dari diskusi yang dilakukan akan mucul ide-ide
baru yang merupakan problem solving dalam problem-problem yang
ditemukan dalam proses pembelajaran.
c. Sasaran Pendekatan Kolaboratif
Glickman sebagaimana dikutip oleh Binti Maunah menjabarkan
adanya tiga tahapan perkembangan profesional, yaitu: perkembangan
profesional tingkat rendah (tahap 1), perkembanagn profesional tingkat
moderat (tahap II), perkembangan profesional tingkat tinggi (tahap III),
tahapan itu digunakannya untuk menetapkan pilihan pendekatan
supervisi terhadap guru. Dengan demikian guru yang diduga berada
dalam tahap I, supervisi yang digunakan adalah directive. Sedangkan
yang telah berada pada tahap II menggunakan pendekatan kolaboratif.
Untuk guru yang telah memasuki tahap III, pendekatan supervisinya
adalah non-direktif (Glickman dan Gordon, 1987).
Ungkapan Glickman diatas memberikan gambaran bahwa supervisi
dengan pendekatan kolaboratif tepat digunakan kepada guru yang berada
pada tingkat profesional tahap II (moderat). Katagorisasi Glickman
terhadap guru didasarkan atas dua aspek (unsur) penting diistilahkan
32
dengan kepedulian, yang diklasifikasikannya atas tiga katagori
kepedulian diri sendiri, siswa dan profesionalisasi : dan untuk abstraksi,
dipakainya istilah kekompakan kogeritif, paduan tingkat kekompakan
kogeritif dan tingkat kepedulian, yang masing-masing berkategori:
rendah, sedang dan tinggi itu, selanjutnya digunakan untuk menetapkan
pilihan pendekatan supervisi pengajaran.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Ginkel (1983)
menghasilkan kesimpulan yang menyatakan tidak ditemukannya
hubungan antara guru dengan tingkat konseptual mereka. Pernyataan ini
berbeda dengan hasil penelitian Glickman yang menyatakan bahwa
tingkat konseptual sangat mempengaruhi terhadap penelitian pendekatan
supervisi yang diterapkan.
Pada sisi lain pengalaman mengajar guru memiliki peranan penting
dalam menetapkan supervisi. Para guru yang kurang bermotivasi dan
kurang terampil memiliki kecenderungan untuk disupervisi dengan
pendekatan direktif. Mereka yang telah berhasil mengembangkan
kompetensi dan motivasinya cenderung lebih menyukai pendekatan
kolaboratif, sedangkan para guru yang telah memiliki latar belakang
pengalaman yang cukup luas, kompetensi dan motivasinya tinggi,
mampu bekerja bersama atau bekerja sendiri dan mampu menemukan
cara mendorong murid belajar mandiri, pendekatan yag sesuai untuk
mereka adalah pendekatan non direktif (Glickman, 1985). Hasil
penelitian itu ditunjang pula oleh penelitian lain, yang dikerjakan oleh
Ngugi (1984) yang melaporkan penemuannya, bahwa guru-guru yang
telah berpengalaman lebih menyukai disupervisi dengan menggunakan
pendekatan non direktif, atau kalau boleh dianalogkan dengan perilaku
kepemimpinan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh pejabat sekarang
ini di Indonesia, yaitu berkembangnya perilaku itu dan “budaya
menggurui atau mengktitik”ke “ budaya mendengar.”
d. Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif
33
Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa guru/pendidik adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makluk sosial dan sebagai
individu yang sanggup berdiri sendiri. Pendidik memiliki tugas dalam
rangka membentuk pribadi peserta didik dan mempersiapkan mereka
dalam menghadapi segala bentuk tantangan dimasa yang akan datang.
Mengingat beratnya tanggung jawab guru sebagai menyiapkan
kader bangsa, negara dan agama, maka guru harus mendapatkan
perhatian khusus. Perhatian ini dimaksudkan agar guru mampu
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dalam rangka inilah, guru
harus mendapatkan pembinaan khusus agar ia memiliki kompetensi dan
keprofesionalan dalam menjalankan tugasnya. Salah satu cara pembinaan
guru adalah dengan menggunakan pendekatan kolaboratif.
Dengan menggunakan pendekatan ini, supervisor sebagai pembina bagi
guru bertindak sebagai mitra guru. Ia siap untuk mendengar segala
bentuk pengaduan guru. Ia juga memberikan keleluasaan bagi seorang
guru untuk menyampaikan ide, gagasan, serta pikiran yang dimilikinya.
Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa seorang supervisor dengan
pendekatan ini akan menjadi bagian dari diri guru yag tidak terpisahkan.
Suasana akrab menjadi ciri khas yang mendukung terhadap kinerja
supervisor dalam memahami guru yang ia hadapi.
Disisi lain supervisor harus siap memberikan solusi terhadap
persoalan-persoalan yang muncul dari guru. Dengan memahami keadaan
guru secara mendalam, diharapkan supervisor mampu memberikan
problem solving yang tepat bagi guru. Dengan pendekatan kolaboratif
supervisor lebih mudah untuk mendapatkan data-data yang valid dan
reliable yang menjadi titik tolak untuk melakukan follow up dalam
rangka meningkatkan kualitas serta kompetensi guru sehingga ia mampu
melaksanakan tugasnya secara maksimal. Pendekatan ini memberikan
34
warna tersendiri bagi guru sehingga guru tidak merasa tertekan, namun ia
merasa memiliki seorang mitra yang bisa diajak sebagai teman”curhat”
Sintak pelaksanaan kegiatan supervisi dengan pendekatan
kolaboratif sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Sintak Pelaksanaan Kegiatan Supervisi dengan
Pendekatan Kolaboratif
a. Percakapan Awal Supervisor bertemu dengan guru atau
sebaliknya. Mereka membicarakan masalah
yang dihadapi guru
b. Observasi Dalam observasi digunakan alat pencatatan
data.
Dalam percakapan awal supervisor berjanji
akan mengobservasi kelas atau sebaliknya
guru mengundang supervisi untuk
mengadakan observasi di kelas.
c. Analisis/Interpretasi Dalam observasi digunakan alat pencatatan
data. Data dianalisis dan ditafsir.
d. Percakapan akhir
(past conference)
Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama
dalam suatu percakapan.
e. Analisis data Hasil percakapan yang dibahas bersama
untuk ditindaklanjuti.
f. Diskusi Tahap akhir diadakan diskusi.
B. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada
masalah penelitian yang menggambarkan bahwa pelaksanaan supervisi
akademik yang dilaksanakan oleh Kepala sekolah dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Peran
Kepala sekolah sebagai supervisor menjadi sangat penting, karena tujuan
supervisi itu sendiri secara garis besar adalah sebagai alat kendali mutu.
Supervisi juga memiliki tujuan sebagai bantuan, perbaikan, dan
pembinaan kepada para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
sekolah agar dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan. Dalam
pelaksanaan supervisi akademik, Kepala sekolah sering menemui kendala
diantaranya adalah kurangnya kesadaran pada guru mengenai pentingnya
pelaksanaan supervisi akademik. Anggapan yang masih melekat dari para guru
35
bahwa kegiatan supervisi hanyalah untuk mencari-cari kesalahan, serta kendala
yang muncul dari dalam diri Kepala sekolah itu sendiri misalnya kurang
mampu melaksanakan supervisi secara priodik dan kontinyu. Justru itu Kepala
sekolah harus berusaha keluar dari anggapan guru tersebut, tentunya diperlukan
suatu kemauan dan kemampuan untuk berubah dan membekali diri dengan
ilmu pengetahuan, wawasan tentang kependidikan dan teknologi. Bila hal ini
dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh kepala sekolah, maka
perubahan paradigma berpikir guru akan terjadi.
Namun berbagai kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik dapat
diatasi dengan baik, apabila Kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan
supervisi akademik senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip dan teknik-
teknik supervisi yang tepat sesuai kondisi yang ada. Dengan demikian dapat
ditemukan berbagai kelemahan atau kekurangan guru-guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya hasil dan temuan
dalam supervisi itu ditindaklanjuti agar guru memperoleh manfaatnya. Salah
satu bentuk tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi akademik yang paling
mudah adalah pembinaan terhadap guru baik bersifat individual maupun
kelompok sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam
melaksanakan tugas dan pada akhirnya mutu pendidikan akan tercapai.
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh
karena itu, diperlukan peran dari Kepala sekolah untuk mendorong
bawahannya/guru gurunya supaya berkinerja lebih tinggi lagi. Salah satu tugas
Kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga pendidik dan kependidikan. Jika Kepala sekolah sebagai
supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik
melaksanakan supervisi pendidik secara efektif dan professional maka
logikanya pemberian supervisi oleh Kepala sekolah akan meningkatkan kinerja
guru.
36
Di samping itu motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan dan
daya gerak yang menyebabkan seorang guru bersemangat dalam mengajar
karena terpenuhi kebutuhannya. Guru yang semangat mengajar terlihat dalam
ketekunannya ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam
memecahkan masalah, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini berdampak pada
kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh
antara supervisi akademik Kepala sekolah terhadap kinerja guru. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka
hipotesis tindakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini
adalah jika pelaksanaan supervisi akademik dilaksanakan dengan pendekatan
kolaboratif maka kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SMPN
…………… Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 akan meningkat.

More Related Content

What's hot

Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadunani nurnaeni
 
3. pengemb silabus
3. pengemb silabus3. pengemb silabus
3. pengemb silabusAnwar Sanusi
 
Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).
Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).
Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).
Reina Sukma
 
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranPengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
MusafirCinta7
 
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Nini Ibrahim01
 
Penyelenggaraan Pembelajaran
Penyelenggaraan PembelajaranPenyelenggaraan Pembelajaran
Penyelenggaraan Pembelajaran
Rosida Marasabessy
 
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranPengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Nini Ibrahim01
 
Penyusunan rpp pakem
Penyusunan rpp pakemPenyusunan rpp pakem
Penyusunan rpp pakemImam Mawardi
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Icha Acha
 
Metode belajar mengajar
Metode belajar mengajarMetode belajar mengajar
Metode belajar mengajar
sahabatmuslim
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sdetto kono
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
Fitri Yusmaniah
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
Marliena An
 
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran KelasImplementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Nini Ibrahim01
 
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
matematikauntirta
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Hariyatunnisa Ahmad
 
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Fitri Yusmaniah
 
Rafisah p&p
Rafisah p&pRafisah p&p
Rafisah p&p
Mohammad Lat
 
Teknik Evaluasi
Teknik EvaluasiTeknik Evaluasi
Teknik Evaluasi
Nini Ibrahim01
 
Sumber dan Media Pembelajaran
 Sumber dan Media Pembelajaran Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber dan Media Pembelajaran
Nini Ibrahim01
 

What's hot (20)

Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpaduPembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
 
3. pengemb silabus
3. pengemb silabus3. pengemb silabus
3. pengemb silabus
 
Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).
Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).
Reina nurfajar s 1000556 tugas 1 (perpem).
 
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranPengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
 
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
 
Penyelenggaraan Pembelajaran
Penyelenggaraan PembelajaranPenyelenggaraan Pembelajaran
Penyelenggaraan Pembelajaran
 
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranPengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
 
Penyusunan rpp pakem
Penyusunan rpp pakemPenyusunan rpp pakem
Penyusunan rpp pakem
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
Metode belajar mengajar
Metode belajar mengajarMetode belajar mengajar
Metode belajar mengajar
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sd
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
 
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran KelasImplementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
 
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
 
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
 
Rafisah p&p
Rafisah p&pRafisah p&p
Rafisah p&p
 
Teknik Evaluasi
Teknik EvaluasiTeknik Evaluasi
Teknik Evaluasi
 
Sumber dan Media Pembelajaran
 Sumber dan Media Pembelajaran Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber dan Media Pembelajaran
 

Similar to 2

Administrasi kurikulum
Administrasi kurikulumAdministrasi kurikulum
Administrasi kurikulumShiltima Wiska
 
2012 1-87201-231408028-bab2-08082012125931
2012 1-87201-231408028-bab2-080820121259312012 1-87201-231408028-bab2-08082012125931
2012 1-87201-231408028-bab2-08082012125931
Lelianamarlinto Wuda
 
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan PembelajaranPerencanaan Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran
Arin Ariyanti
 
studi kasus.pptx
studi kasus.pptxstudi kasus.pptx
studi kasus.pptx
reza239898
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
rimalestariri
 
Ppt manaj pend bu tin
Ppt manaj pend bu tinPpt manaj pend bu tin
Ppt manaj pend bu tin
ellisdewi
 
MODUL 2 KB 3
MODUL 2 KB 3MODUL 2 KB 3
MODUL 2 KB 3
kasmuddin nanang
 
Ppt fitha p3 b rpp yang efektif
Ppt fitha p3 b rpp yang efektifPpt fitha p3 b rpp yang efektif
Ppt fitha p3 b rpp yang efektif
Fitha Yarsih
 
Makalah mat
Makalah matMakalah mat
Makalah mat
hatikuhanyauntukmu
 
PERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptx
PERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptxPERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptx
PERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptx
kasfulanwarus
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum200802
 
Tugas Kurikulum
Tugas  KurikulumTugas  Kurikulum
Tugas Kurikulum200802
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
200802
 
Proposal tesis model assure
Proposal tesis model assureProposal tesis model assure
Proposal tesis model assure
zulfawardi S.Pd.I., MA
 
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana
 
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana
 
San
SanSan
Uas tekhnologi pendidikan dhiyah
Uas tekhnologi pendidikan dhiyahUas tekhnologi pendidikan dhiyah
Uas tekhnologi pendidikan dhiyahfatleo
 
K1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptx
K1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptxK1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptx
K1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptx
RyzklilahIla
 
ppt hakikat pemebelajaran (1).pptx
ppt hakikat pemebelajaran (1).pptxppt hakikat pemebelajaran (1).pptx
ppt hakikat pemebelajaran (1).pptx
ogibaru
 

Similar to 2 (20)

Administrasi kurikulum
Administrasi kurikulumAdministrasi kurikulum
Administrasi kurikulum
 
2012 1-87201-231408028-bab2-08082012125931
2012 1-87201-231408028-bab2-080820121259312012 1-87201-231408028-bab2-08082012125931
2012 1-87201-231408028-bab2-08082012125931
 
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan PembelajaranPerencanaan Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran
 
studi kasus.pptx
studi kasus.pptxstudi kasus.pptx
studi kasus.pptx
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 
Ppt manaj pend bu tin
Ppt manaj pend bu tinPpt manaj pend bu tin
Ppt manaj pend bu tin
 
MODUL 2 KB 3
MODUL 2 KB 3MODUL 2 KB 3
MODUL 2 KB 3
 
Ppt fitha p3 b rpp yang efektif
Ppt fitha p3 b rpp yang efektifPpt fitha p3 b rpp yang efektif
Ppt fitha p3 b rpp yang efektif
 
Makalah mat
Makalah matMakalah mat
Makalah mat
 
PERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptx
PERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptxPERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptx
PERENCANAAN_PEMBELAJARAN.pptx
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Tugas Kurikulum
Tugas  KurikulumTugas  Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Proposal tesis model assure
Proposal tesis model assureProposal tesis model assure
Proposal tesis model assure
 
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
 
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
 
San
SanSan
San
 
Uas tekhnologi pendidikan dhiyah
Uas tekhnologi pendidikan dhiyahUas tekhnologi pendidikan dhiyah
Uas tekhnologi pendidikan dhiyah
 
K1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptx
K1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptxK1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptx
K1 hakikat dan fungsi kurikulum ppt.pptx
 
ppt hakikat pemebelajaran (1).pptx
ppt hakikat pemebelajaran (1).pptxppt hakikat pemebelajaran (1).pptx
ppt hakikat pemebelajaran (1).pptx
 

More from Narendra

Depan
DepanDepan
Depan
Narendra
 
Best 1
Best 1Best 1
Best 1
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2
Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1
Narendra
 
Ijin+dll
Ijin+dllIjin+dll
Ijin+dll
Narendra
 
Dp
DpDp
5
55
4
44
3
33
1
11

More from Narendra (20)

Depan
DepanDepan
Depan
 
Best 1
Best 1Best 1
Best 1
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1
 
Ijin+dll
Ijin+dllIjin+dll
Ijin+dll
 
Dp
DpDp
Dp
 
5
55
5
 
4
44
4
 
3
33
3
 
1
11
1
 

Recently uploaded

Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
HERIHERI52
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
moh3315
 

Recently uploaded (20)

Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
 

2

  • 1. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57). Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran (Subroto, 2002:91). 2. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar a. Pengertian Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Menurut Bahri dan Zain bahwa pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu di Indonesiakan menjadi “manajemen”. Sardiman AM dalam Abdul Majid (2012 : 269) Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing peserta didik didalam kehidupannya. Yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangannya yang harus dijalani. Kegiatan pembelajaran
  • 2. 9 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan; sikap/attitude, pengetahuan/knowledge dan keterampilan/skill (Hosnan, 2014). Adapun pengelolaan pembelajaran dalam Goniyatul (2010 : 14) diartikan sebagai suatu upaya untuk mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran agar efektif. Selain itu menurut Zakiyah Darajat dalam Goniyatul (2010 : 16) pengelolaan pembelajaran erat kaitannya dengan pengelolaan kelas yang menjadi pusat/tempat terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar didalam kelas pada hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada dalam sekolah bersangkutan. Akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut: Guru sebagai pendidik, murid sebagai yang terdidik, alat/media yang digunakan, situasi dalam lingkungan kelas, sekolah itu sendiri . Guru, murid dan bahan merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur ini saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi serta tunjang menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu tidak ada, kedua unsur yag lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi/pelaksanaan dan penilaian (Abdul Majid, 2012 : 245). b. Perencanaan Pembelajaran Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosis kebutuhan para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pembelajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan (Abdul Majid, 2012 : 246). Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan
  • 3. 10 dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dibuat dengan mudah dan tepat sasaran (Abdul Majid, 2007 : 15). Aderson dalam Mulyasa (2004 : 83) membedakan perencanaan dalam dua kategori, yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut unit plan yang merupakan perencanaan bersifat komprehensif, dimana dapat dilihat aktivitas guru selama satu semester. Perencanaan umum ini memerlukan uraian lebih terperinci melalui perencanaan jangka pendek yang disebut dengan persiapan mengajar. Perencanaan dan persiapan mengajar merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran terhadap anak didik berlangsung dengan baik, amat tergantung pada perencanaan dan persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru yang harus baik pula, cermat dan sistematis (Hosnan, 2014 : 96). Perencanaan pembelajaran yang matang tentunya memiliki perencanaan secara tertulis dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dari penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. 1) Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat hal berikut: (1)Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MA/Paket C/Paket C Kejuruan). (2) Identitas Sekolah, meliputi nama satuan pendidikan dan kelas. (3) Kompetensi Inti, merupakan gambaran
  • 4. 11 secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. (4) Kompetensi Dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencangkup sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran. (5) Tema (Khu sus SD/MI/SDLB/Paket A). (6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. (7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. (8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. (9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. (10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. 2) RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
  • 5. 12 psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih komponen RPP terdiri atas berikut: (1) Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan. (2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema. (3) Kelas/Semester. (4) Materi pokok. (5) Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai. (6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. (7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. (8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. (9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai. (10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran. (11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar dan sumber belajar lain yang relevan. (12) Langkah langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti dan penutup. (13) Penilaian hasil pembelajaran. 3) Media Pembelajaran Menurut AECT, organisasi yang bergerak dalam bidang teknologi pendidikan dan komunikasi dalam Wina Sanjaya (2014 : 57) mengemukakan, media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Media juga berarti perantara dari sumber informasi ke pengelola informasi kepada penerima informasi. Adapun media pembelajaran menurut Rossi dan Braiddle dalam Wina Sanjaya
  • 6. 13 (2014 : 58) adalah seluruh alat dan bahan yang digunakan untuk tujuan pembelajaran seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Gerlach dalam Wina Sanjaya (2014 : 60) media pembelajaran secara umumnya meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, media pembelajaran adalah sekumpulan peralatan bahkan lingkungan sekitar yang digunakan untuk proses pembelajaran, agar siswa mudah memahami materi pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Meskipun media pembelajaran tercantum dalam RPP dan Silabus, tetapi tetap saja media harus dipersiapkan secara terpisah, yaitu dengan memasukan materi-materi yang akan disampaikan pada komponen multimedia tersebut untuk ditayangkan didepan kelas. Adapun di ........................ tidak menggunakan satu media saja, akan tetapi menggunakan beberapa komponen media yang bersifat saling mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran c. Pelaksanaan Pembelajaran Sebagai pengimplementasi/pelaksana rencana pembelajaran yang telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Semua itu memerlukan keterampilan profesional secara memadai (Abdul Majid, 2012 : 246). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, merupakan strategi yang dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hosnan, 2014 : 91).
  • 7. 14 Adapun proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan KTSP adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik. b) Mengajukan pertanyaan tentang materi yang sudah dan akan dipelajari. c) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi. d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai. e) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. 2) Kegiatan Inti a) Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. b) Kegiatan ini menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran (proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi). c) KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/ demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik. d) Dalam setiap kegiatan, guru harus memperhatikan kompetisi yang terkait dengan sikap, seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.
  • 8. 15 e) Cara mengumpulkan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya, peserta didik harus tahu dan terlatih, dilanjutkan dengan menerapkannya. (1) Mengamati (a) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca, (b) Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang paling penting dari suatu benda atau objek, dan (c) Kegiatan Mengamati dan Mendeskripsikan (2) Menanya (a) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas untuk bertanya apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, dan seterusnya. (b) Guru membimbing mereka untuk dapat mengajukan pertanyaan (hasil pengamatan objek yang konkret sampai yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak). (c) Pertanyaan bersifat faktual sampai ke yang bersifat hipotetik. (d) Guru perlu membantu peserta didik untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat dimana mereka mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. (3) Mengumpulkan dan Mengasosiasikan (a) Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara (membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen). (b) Informasi yang diperoleh
  • 9. 16 menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya (memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan). (4) Mengomunikasikan Hasil (a) Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. (b) Hasil disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar secara individu dan kelompok. 3) Kegiatan Penutup a) Guru bersama peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran. b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. c) Memberikan umpan balik. d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut (remedi, pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas). e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. d. Penilaian Pembelajaran Pada saat melaksanakan penilaian, guru harus dapat menetapkan prosedur dan teknik penilaian yang tepat (valid terandalkan). Jika kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali rencana serta implementasinya/pelaksanaannya dengan maksud untuk melakukan perbaikan (Abdul Majid, 2012 : 246). 1) Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
  • 10. 17 pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penialaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran (Hosnan, 2014 : 416). 2) Metode Penilaian Penilaian dapat dilakukan melalui tes mapupun nontes. Metode tes dipilih bila respons yang dibutuhkan dapat dikategorikan benar atau salah (KD-KD pada KI-3 dan KI-4). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah, digunakan metode nontes (KD-KD pada KI-1 dan KI-2). Metode tes dapat berupa tes tulis aupun tes kinerja (Hosnan, 2014 : 417). 3. Supervisi Akademik Kepala sekolah a. Hakikat Supervisi Akademik Menurut UU No 13 tahun 2007 tentang standar Kepala sekolah bahwa Kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial, dan menurut UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan Potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2003). Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang
  • 11. 18 ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan. Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan- tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahartian, 2000:17) Kepala sekolah adalah figur yang paling menentukan bagi maju mundurnya sekolah, hal ini karena ia berfungsi sebagai leader sekaligus sebagai manajer. Sebagai leader ia harus mampu menggerakkan, mengarahkan dan mengoptimalkan kinerja guru agar mereka dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Sedangkan sebagai manajer, Kepala sekolah harus mampu membuat perencanaan, melaksanakan, mengatur, mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan program baik yang berkenaan dengan program pembelajaran maupun yang berkaitan dengan administrasi sekolah untuk menunjang tujuan yang telah di tetapkan. Administrasi pendidikan menegaskan bahwa penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan pada dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pembinaan. Dengan demikian berarti bahwa, dalam usaha meningkatkan kualitas dan memotivasi terlaksananya proses pembelajaran secara optimal, diperlukan supervisi atau pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, terutama yang berkenaan dengan perencanaan pelaksanaan program pembelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, penguasaan kelas, serta pelaksanaan evaluasi, remedi dan pengayaan. Melalui supervisi, Kepala sekolah dapat memberikan bimbingan dan bantuan secara langsung kepada guru-guru untuk menstimulasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,
  • 12. 19 serta mendorong terciptanya kreativitas guru dalam meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran. Efektivitas dan kualitas implementasi pelayanan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh Kepala sekolah dapat dilihat melalui kualitas pembelajaran para guru dan hal ini dapat dilihat dari : (a) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (b) Kemampuan melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar, (c) Kemampuan menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) Kemampuan menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian atau kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya bagi penyempurnaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar (Sudiarto, 1989:69). Supervisi akademik Kepala sekolah merupakan upaya seorang Kepala sekolah dalam pembinaan guru, agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Supervisi akademik dilakukan untuk mengawasi kegiatan sekolah dengan tujuan kegiatan pendidikan berjalan dengan baik ( Mantja, 2002: 114). Pada dasarnya supervisi akadimik yang dilakukan oleh Kepala sekolah untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dan staf di sekolah guna meningkatkan hasil pembelajaran yang bermutu. Sedangkan menurut Boardmen dalam Sahartian (2008: 17) supervisi sekolah adalah suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara berkelanjutan pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individu atau secara kelompok, agar lebih mengerti dan lebih efisien dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Supervisi sekolah adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya untuk mempelajari dan memperbaiki secara bersama semua faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di sekolah ( Sahartian 2008: 19 ). Supervisi sekolah adalah rangkaiyan proses untuk menyediakan bantuan bimbingan dan nasehat profesional
  • 13. 20 kepada guru untuk meningkatkan mutu sekolah yang dilakukan oleh Kepala sekolah ( Eheren 2006: 67 ). Supervisi sekolah bertujuan untuk memberikan bimbingan kepada guru di sekolah, tujuanya untuk meningkatkan hasil pembelaran siswa. Kepala sekolah berperan penting dalam pelaksanaan supervisi, karena seorang Kepala sekolah menentukan berhasil atau tidak suatu sekolah. b. Karakteristik Supervisi Akademik Menurut Mulyasa (2004: 112) Salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan. 2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama Kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. 3) Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah. 4) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru. 5) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada memberi saran dan pengarahan. 6) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik. 7) Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan. 8) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. c. Faktor Yang Mempengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi
  • 14. 21 Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain : 1) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok, dilingkungan masyarakat orang-orang kaya atau di lingkungan orang- orang yang pada umumnya kurang mampu. 2) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya. 3) Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SD dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu. 4) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya. 5) Kecakapan dan keahlian Kepala sekolah itu sendiri di antara faktor- faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika Kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya. d. Fungsi Kepala sekolah Sebagai Supervisor Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain :
  • 15. 22 1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. 2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran. 3) Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. 4) Membina kerja sama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. 5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskudi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing masing. 6) Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau komite sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa. e. Ruang Lingkup Perencanaan Supervisi Akademik Ruang lingkup perencanaan supervisi akademik meliputi: 1) Persiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2) Persiapan pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru 3) Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan peraturan pelaksanaannya; dan 4) Peningkatan mutu pembelajaran melalui: - model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses - proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik menjadi sdm yang kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan (Sahartian, 2008: 58). Supervisor yang akan melaksanakan supervisi akademik sebaiknya menentukan tujuan, sasaran dan rencana supervisi akademik dengan baik.
  • 16. 23 Perencanaan tersebut dibuat agar supervisi yang akan dilakukan oleh supervisor dapat berjalan dengan baik dan bisa tepat sasaran yang diharapkan. f. Pelaksanaan Supervisi Akademik Menurut (Purwanto, 2004), secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok. 1) Teknik perseorangan Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition) Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaiman guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai, dengan kata lain untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki. Kepala sekolah yang baik akan melihat atau mensupervisi guru saat melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, gunanya untuk mengetahui bagimana kemampuan seorang guru dalam menyampaikan materi di kelas. Hal ini senada dengan pendapat (Lunenbrug & Beverly, 2006: 4) Kepala sekolah yang efektif akan mengisi waktu luangnya untuk mengamati dan melihat guru di dalam kelas, bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran baik secara seni atau secara ilmu pengetahuan. b) Mengadakan kunjungan observasi (obsertvation visits) Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
  • 17. 24 mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu, misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids. Cara mengajar dengan metode tertentu, seperti penemuan (discovery), dan sebagainya. c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa. Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri, lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya. d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain : 1) Menyusun program catur wulan atau program semester 2) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran 3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengolahan kelas 4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran 5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar 6) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya. 2) Teknik kelompok Yaitu supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings) Seorang Kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalam perencanaan itu
  • 18. 25 antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru- guru. b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions) Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang study sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan unuk mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar mengajar. c) Mengadakan penataran-penataran (inservice-traning) Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas Kepala sekolah yang utama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru. Menurut Gwyn, dalam Bafadal (2004: 48-50) teknik supervisi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staff, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi professional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas akhir, 13) pertemuan guru. Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa supervisi Kepala sekolah adalah proses pembinaan Kepala sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar-mengajar. Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik formal maupun informal serta
  • 19. 26 melibatkan guru lain yang dianggap berhasil dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan Kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini hanya indikator : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti sedangkan indikator lain tidak kami teliti karena kurang mengungkap masalah yang kami teliti. g. Evaluasi Supervisi Akademik Evaluasi supervisi akademik adalah pemberian estimasi terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan supervisi pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi program supervisi pendidikan untuk perbaikan pengajaran melibatkan penentuan perubahan yang terjadi pada periode tertentu, perubahan yang diharapkan dari semua personel dalam supervisi dan dalam perbaikan program melibatkan Kepala sekolah (supervisor), guru, dan murid. Evaluasi program supervisi pendidikan tidak berarti mengevaluasi suatu rencangan program supervisi pendidikan dalam arti rencana. Evaluasi program supervisi pendidikan berusaha menentukan sampai seberapa jauh tujuan supervisi pendidikan yang telah tercapai. Oleh sebab itu bukan saja programnya yang dievaluasi tetapi juga proses pelaksanaan dan hasil supervisi pendidikan. Supervisor dan guru bekerjasama untuk membawa perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Lebih dari pada itu semua yang harus dipertimbangkan sebagai ruang lingkup supervisi pendidikan adalah meliputi rencana perbaikan, organisasi perencanaan, tujuan yang akan dicapai, teknik-teknik pencapaian tujuan, dan perubahan-perubahan yang dilakukan di bidang kurikulurn dan bimbingan. Menurut Ali Imron evaluasi supervisi pendidikan adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
  • 20. 27 supervisi akademik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya ( Imron, 2012: 196 ). 4. Pendekatan Kolaboratif a. Hakikat Pendekatan Kolaboratif Jika diperhatikan secara seksama, pendekatan kolaboratif adalah perpaduan antara pendekatan Supervisi direktif dan non direktif. Dugaan itu benar, jika diperhatikan dari aspek tanggung jawab terlaksananya kegiatan Supervisi. Artinya supervisor dan guru berbagi tanggung jawab. Tugas Supervisi dalam hal ini adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan dan pengembangan pengajarannya, dan sekaligus memperhatikan pula gagasan-gagasan guru untuk mengatasi masalah itu selanjutnya. Supervisor dapat meminta penjelasan terhadap hal-hal yang diungkapkan guru yang kurang dipahami. Selanjutnya ia mendorong guru mengaktualisasikan inisiatif yang dipikirkan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, atau untuk meningkatkan dan mengembangkan pengajarannya (Glickman; Gordon & Glickman, 1984). Beberapa pakar Supervisi mengemukakan, bahwa gagasan pendekatan kolaboratif dalam Supervisi, diilhami oleh gerakan hubungan instansi (The Human Relations Movement). Gagasan ini sekaligus merupakan pula reaksi terhadap praktk model Supervisi klasik yang mengatakan bahwa fungsi Supervisi pengajaran adalan untuk mengawasi mutu dengan cara mengarahkan, menunjukkan, mengaharuskan, memantau menilai dan mengajar (Wiles & Lovell, 1975). Dalam praktek Supervisi, pendekatan ini disebut juga sebagai Supervisi kolegiat, kesejawatan atau korepatif, yang lebih banyak meilhami karya para pakar Supervisi klinis (Lovell dan Wiles, 1983: Cagon 1973, 1976 Goldhammer, 1980). Krajewski dan Anderson (1980) melalui berbagai penelitian mengembangkan siklus Supervisi yang berbasis hubungan kolaboratif
  • 21. 28 antara Supervisi dan guru untuk mengaktifkan yang berbasis hubungan kolaboratif antara supervisor dan guru untuk mengaktifkan Supervisi. Untuk itu Flanders (1976) menyebut Supervisi kolaboratif sebagai Supervisi klinis selanjutnya, ia menjelaskan bahwa Supervisi kolaboratif merupakan kemitraan dalam inkuiri dua orang yang mengadu alternative, dimana supervisor berposisi semangat mitra yang lebih berpengalaman untuk proses inkuri. Lerch (1980) dan Werner (1980) menemukan adanya harapan guru untuk berbagai tanggung jawab dalam proses Supervisi, terutama dalam memecahkan masalah pengajaran yang dihadapi guru. Kedua ahli itu menyimpulkan bahwa pendekatan kolaboratif dalam Supervisi lebih efektif, karena adanya kolgialitas antara supervisor dan guru dalam memecahkan masalah pengajaran yang dihadapi para guru. Kesimpulan itu memperkuat pendapat Sergiovanni (1976) yang menyatakan bahwa hubungan yang lebih intensif dan bersifat kolegial dipersyaratkan dalam Supervisi tradiosional. Reavis (1978) dan Thompson (1979) menemukan fakta bahwa Supervisi harus didasarkan pada kepedulian guru, dan bukan pada kepedulian supervisor. Karena itu guru harus dilatih untuk menetapkan keutusan secara bebas guna mengembangkan sikap profesionalnya, sehingga terwujud apa yang mereka namakan Peer Supervision, Hall (1974) melaporkan ditemukan sikap yang lebih posistif pada para guru yang disupervisi dengan pendekatan kolaboratof. Sementara itu, Shuma (1973) menemukan dalam penelitiannya bahwa para guru yang memperoleh perlakukan berdasarkan Supervisi kolaboratif memiliki perasaan pertumbuhan sebagai gutu. Pertumbuhan itu ditandai dengan adanya hubungan yang dibangun antara supervisor dan guru, jika dibandingkan dengan guru yang tidak pengalami perlakuan semacam itu. Penelitian yang diadakan oleh Ginkel (1983) terhadap sejumlah guru SD, menempatkan pendekatan kolaboratif pada peringkat pertama, disamping kedua pendekatan Supervisi lainnya. Para guru yang menyatakan bahwa pendekatan Supervisi kolaboratif adalah pendekatan
  • 22. 29 yang paling di sukai. Sementara itu pula, Glickman (1985) dengan menunjuk penelitian yang dilakukan oleh Venezky, Humphries bersama Marsh, menemukan juga katagori pendekatan Supervisi berdasarkan pengalaman mengajar guru. Ia menyimpulkan, guru yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung untuk lebih menyukai pendekatan Supervisi kolabotratif. Dari kajian di atas timbul pertanyyan: apakah yang membedakan pendekatan Supervisi pengembangan seperti yang dijelaskan oleh ketiga pendekatan yang telah dikemukakan di atas? Klarifikasi yang dikemukakan oleh Olivia (1984:514) berikut ini, menjelaskan hal tersebut. Carl D. Glickman : has introduced a collaborative orientation between directive and nondirective behavior Glickaman desrribed a supervisory continuum from directive to collaborative to nondirective be orientation for each of thes dominant behavior Glickman outlined a pattern of behaviors, as follows. Directive Collaborative Nondirective Orientation Orientation Orientation Clarifying Listening Listening Presenting Clarifying Clarifying Demonstrating Presentating Encourating Directing Problem Solving Presentating Standardizing Negotiating Negotiating Reinforcing Supervisor Initiated Teacher Initiated Dengan demikian, pendekatan Supervisi pengembangan tidak melihat masing-masing pendekatan (Ditektif, kolaboratif, dan non direktif sebagai pendekatan yang berdiri atau terpilah-pilah, melainkan pendekatan ini merupakan suatu kebulatan yang berada dalam suatu kontinum). Jadi proses supervisinya berkembang dari direktif ke kolaboratif, sehingga mencapai tingkat non direktif. Sebagaimana dampak perkembangan dari perolehan belajar guru, (Rossiconne, 1985 : 16) merumuskan sebagai berikut “Development supervision in the process of supervisory behavior that is manifested in recognizing individual teacher’s needs, acknowledging and accepting the existence of
  • 23. 30 varied rates of forofessional growth, and consequently, Matching types of supervisory behavior to these need and stages of professional growth”. Penelitian yang dilakukan oleh Glickman (1985), menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru memiliki peranan penting dalam menetapkan pilihan pendekatan Supervisi. Para guru yang memotivasi dan keterampilannya rendah menilai kecenderungan untuk disupervisi dengan pendekatan direktif. Mereka yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung lebih menyukai pendekatan kolaboratif. Selanjutnya para guru yang telah memiliki latar belakang pengalaman luas dan kompetensi serta motivasinya tinggi, maupun bekerja sama atau bekerja sendiri, dan mampu menemukan cara mendorong siswa belajar mendiri. Pendekatan yang sesuai bagi para guru yang tersebut terakhir ini adalah pendekatan non direktif. b. Karakteristik pendekatan Kolaboratif Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan ini diarahkan untuk membantu kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mencapai target yang diinginkan. Salah satu pendekatan dalam melaksanakan supevisi adalah pendekatan kolaboratif. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja. 2) Kedua belah pihak berbagi kepakaran. 3) Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan inkuiri yakni, saya mencoba memahami apa yang dilakukan oleh orang yang saya amati. 4) Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengalaman bersifat terbuka atau fleksibel dan tujuannya jelas.
  • 24. 31 5) Tujuan supervisi ialah membantu guru dan Kepala sekolah berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan- kegiatan reflektif. Dengan memahami karakteristik diatas dapat diilustrasikan bahwa dengan pendekatan kolaboratif, supervisi yang diterapkan akan terasa tenang dan tidak mengandung ketegangan. Bahkan sebaliknya yang muncul adalah suasana akrab dan saling memahami antar satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena supervisor menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan sebagai arspektor yang mencari kesalahan dari guru. Disamping itu supervisi kolaboratif memberikan ruang terbuka bagi guru sehingga guru mendapat kesempatan yang luas guna menyampaikan ide ataupun maslah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Sehingga dari diskusi yang dilakukan akan mucul ide-ide baru yang merupakan problem solving dalam problem-problem yang ditemukan dalam proses pembelajaran. c. Sasaran Pendekatan Kolaboratif Glickman sebagaimana dikutip oleh Binti Maunah menjabarkan adanya tiga tahapan perkembangan profesional, yaitu: perkembangan profesional tingkat rendah (tahap 1), perkembanagn profesional tingkat moderat (tahap II), perkembangan profesional tingkat tinggi (tahap III), tahapan itu digunakannya untuk menetapkan pilihan pendekatan supervisi terhadap guru. Dengan demikian guru yang diduga berada dalam tahap I, supervisi yang digunakan adalah directive. Sedangkan yang telah berada pada tahap II menggunakan pendekatan kolaboratif. Untuk guru yang telah memasuki tahap III, pendekatan supervisinya adalah non-direktif (Glickman dan Gordon, 1987). Ungkapan Glickman diatas memberikan gambaran bahwa supervisi dengan pendekatan kolaboratif tepat digunakan kepada guru yang berada pada tingkat profesional tahap II (moderat). Katagorisasi Glickman terhadap guru didasarkan atas dua aspek (unsur) penting diistilahkan
  • 25. 32 dengan kepedulian, yang diklasifikasikannya atas tiga katagori kepedulian diri sendiri, siswa dan profesionalisasi : dan untuk abstraksi, dipakainya istilah kekompakan kogeritif, paduan tingkat kekompakan kogeritif dan tingkat kepedulian, yang masing-masing berkategori: rendah, sedang dan tinggi itu, selanjutnya digunakan untuk menetapkan pilihan pendekatan supervisi pengajaran. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ginkel (1983) menghasilkan kesimpulan yang menyatakan tidak ditemukannya hubungan antara guru dengan tingkat konseptual mereka. Pernyataan ini berbeda dengan hasil penelitian Glickman yang menyatakan bahwa tingkat konseptual sangat mempengaruhi terhadap penelitian pendekatan supervisi yang diterapkan. Pada sisi lain pengalaman mengajar guru memiliki peranan penting dalam menetapkan supervisi. Para guru yang kurang bermotivasi dan kurang terampil memiliki kecenderungan untuk disupervisi dengan pendekatan direktif. Mereka yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung lebih menyukai pendekatan kolaboratif, sedangkan para guru yang telah memiliki latar belakang pengalaman yang cukup luas, kompetensi dan motivasinya tinggi, mampu bekerja bersama atau bekerja sendiri dan mampu menemukan cara mendorong murid belajar mandiri, pendekatan yag sesuai untuk mereka adalah pendekatan non direktif (Glickman, 1985). Hasil penelitian itu ditunjang pula oleh penelitian lain, yang dikerjakan oleh Ngugi (1984) yang melaporkan penemuannya, bahwa guru-guru yang telah berpengalaman lebih menyukai disupervisi dengan menggunakan pendekatan non direktif, atau kalau boleh dianalogkan dengan perilaku kepemimpinan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh pejabat sekarang ini di Indonesia, yaitu berkembangnya perilaku itu dan “budaya menggurui atau mengktitik”ke “ budaya mendengar.” d. Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif
  • 26. 33 Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa guru/pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Pendidik memiliki tugas dalam rangka membentuk pribadi peserta didik dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi segala bentuk tantangan dimasa yang akan datang. Mengingat beratnya tanggung jawab guru sebagai menyiapkan kader bangsa, negara dan agama, maka guru harus mendapatkan perhatian khusus. Perhatian ini dimaksudkan agar guru mampu melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dalam rangka inilah, guru harus mendapatkan pembinaan khusus agar ia memiliki kompetensi dan keprofesionalan dalam menjalankan tugasnya. Salah satu cara pembinaan guru adalah dengan menggunakan pendekatan kolaboratif. Dengan menggunakan pendekatan ini, supervisor sebagai pembina bagi guru bertindak sebagai mitra guru. Ia siap untuk mendengar segala bentuk pengaduan guru. Ia juga memberikan keleluasaan bagi seorang guru untuk menyampaikan ide, gagasan, serta pikiran yang dimilikinya. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa seorang supervisor dengan pendekatan ini akan menjadi bagian dari diri guru yag tidak terpisahkan. Suasana akrab menjadi ciri khas yang mendukung terhadap kinerja supervisor dalam memahami guru yang ia hadapi. Disisi lain supervisor harus siap memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang muncul dari guru. Dengan memahami keadaan guru secara mendalam, diharapkan supervisor mampu memberikan problem solving yang tepat bagi guru. Dengan pendekatan kolaboratif supervisor lebih mudah untuk mendapatkan data-data yang valid dan reliable yang menjadi titik tolak untuk melakukan follow up dalam rangka meningkatkan kualitas serta kompetensi guru sehingga ia mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal. Pendekatan ini memberikan
  • 27. 34 warna tersendiri bagi guru sehingga guru tidak merasa tertekan, namun ia merasa memiliki seorang mitra yang bisa diajak sebagai teman”curhat” Sintak pelaksanaan kegiatan supervisi dengan pendekatan kolaboratif sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Sintak Pelaksanaan Kegiatan Supervisi dengan Pendekatan Kolaboratif a. Percakapan Awal Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya. Mereka membicarakan masalah yang dihadapi guru b. Observasi Dalam observasi digunakan alat pencatatan data. Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan mengobservasi kelas atau sebaliknya guru mengundang supervisi untuk mengadakan observasi di kelas. c. Analisis/Interpretasi Dalam observasi digunakan alat pencatatan data. Data dianalisis dan ditafsir. d. Percakapan akhir (past conference) Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam suatu percakapan. e. Analisis data Hasil percakapan yang dibahas bersama untuk ditindaklanjuti. f. Diskusi Tahap akhir diadakan diskusi. B. Kerangka Pikir Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian yang menggambarkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh Kepala sekolah dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Peran Kepala sekolah sebagai supervisor menjadi sangat penting, karena tujuan supervisi itu sendiri secara garis besar adalah sebagai alat kendali mutu. Supervisi juga memiliki tujuan sebagai bantuan, perbaikan, dan pembinaan kepada para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah agar dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik, Kepala sekolah sering menemui kendala diantaranya adalah kurangnya kesadaran pada guru mengenai pentingnya pelaksanaan supervisi akademik. Anggapan yang masih melekat dari para guru
  • 28. 35 bahwa kegiatan supervisi hanyalah untuk mencari-cari kesalahan, serta kendala yang muncul dari dalam diri Kepala sekolah itu sendiri misalnya kurang mampu melaksanakan supervisi secara priodik dan kontinyu. Justru itu Kepala sekolah harus berusaha keluar dari anggapan guru tersebut, tentunya diperlukan suatu kemauan dan kemampuan untuk berubah dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan, wawasan tentang kependidikan dan teknologi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh kepala sekolah, maka perubahan paradigma berpikir guru akan terjadi. Namun berbagai kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik dapat diatasi dengan baik, apabila Kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip dan teknik- teknik supervisi yang tepat sesuai kondisi yang ada. Dengan demikian dapat ditemukan berbagai kelemahan atau kekurangan guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya hasil dan temuan dalam supervisi itu ditindaklanjuti agar guru memperoleh manfaatnya. Salah satu bentuk tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi akademik yang paling mudah adalah pembinaan terhadap guru baik bersifat individual maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas dan pada akhirnya mutu pendidikan akan tercapai. Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, diperlukan peran dari Kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru gurunya supaya berkinerja lebih tinggi lagi. Salah satu tugas Kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dan kependidikan. Jika Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik melaksanakan supervisi pendidik secara efektif dan professional maka logikanya pemberian supervisi oleh Kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru.
  • 29. 36 Di samping itu motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan dan daya gerak yang menyebabkan seorang guru bersemangat dalam mengajar karena terpenuhi kebutuhannya. Guru yang semangat mengajar terlihat dalam ketekunannya ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam memecahkan masalah, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini berdampak pada kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik. Berdasarkan teori-teori di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh antara supervisi akademik Kepala sekolah terhadap kinerja guru. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir C. Hipotesis Tindakan Dari penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah jika pelaksanaan supervisi akademik dilaksanakan dengan pendekatan kolaboratif maka kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SMPN …………… Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 akan meningkat.