SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
MAKALAH
ETIKA PROFESIONAL ENTREPRENEUR DALAM ISLAM
DOSEN PENGAMPU : ANDI PRASTOWO, M.Pd.I
Oleh:
PUSPITA NURJANNAH
14480077
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini digunakan agar para
pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang
dijalankan memperoleh simpati dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut
ikut membentuk pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta
membesarkan usaha yang dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama. Untuk
itu, perlu adanya suatu tuntunan berkaitan dengan etika profesional entrepreneur
agar terjadi keseimbangan hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan,
terutama etika entrepreneur dalam Islam atau berbasis syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dari etika profesional enterpreneur ?
2. Apa fungsi etika profesional enterpreneurship ?
3. Apa macam-macam etika profesional enterpreneurship ?
4. Apa etika enterpreneur menurut islam ?
5. Bagaimana kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah islam ?
6. Bagaimanakah etika enterpreneurship ?
7. Apa hakikat enterpreneur profesional ?
3
C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat dari etika profesional enterpreneur
2. Mengetahui fungsi etika profesional enterpreneurship
3. Mengetahui macam-macam etika profesional enterpreneurship
4. Mengetahui etika enterpreneur menurut islam
5. Mengetahui kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah islam
6. Mengetahui etika enterpreneurship
7. Mengetahui hakikat enterpreneur profesional
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Etika Profesional Enterpreneur
Pengertian etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Tata
cara pada masing-masing masyrakat tidaklah sama atau beragam bentuk. Hal ini
di sebkan beragamnya budaya kehidupan masyrakat yang berasaldari berbagai
wilayah. Dilihat dari sejarahnya kata etika berasal dari bahasa Perancis
(etiquette), yang berarti kartu undangan. Pada saat itu raja-raja prancis sering
mengundang para tamu dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu
undangan tercantum peraturan untuk menghadiri acara, antara lain waktu acara
dan akaian yang harus dikenakan.1
Dalam arti luas etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku
atau perilaku manusia dengan masyrakat. Tingkah laku ini perlu diatur agar tidak
melanggar norma-norma atau kebiasaan masyrakat di setiap daerah atau Negara
berbeda-beda.2
Apabila entrepreneur diposisikan sebagai suatu profesi, yaitu profesi bisnis,
berarti seorang pebisnis mempunyai status profesional. Salah satu sikap
profesional adalah menjalankan aktivitas atau pekerjaan dengan suatu tuntunan
moral yang sangat tinggi dan mempunyai suatu komitmen dalam dirinya dengan
sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Di sinilah kata “baik” dan “benar” tentu
ada acuannya untuk setiap profesi yang dinamakan kode etik.3
Kode etik biasanya dibuat oleh organisasi profesi sejenis. Kode etik ini akan
terkait dengan etika-etika yang harus diperhatikan seorang profesional dalam
1 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 23-24
2 Ibid, hal 24
3 H Moko P. Astamoen, Entrepreneurship dalamperspektifkondisi bangsa Indonesia,(Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 355
5
menjalankan profesinya, supaya jangan terjerumus dalam citra pribadi yang
merugikan pihak lain.4
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika aslinya adalah suatu
komitmen untuk melakukan apa yang benar dan baik untuk menentang apa yang
salah dan apa yang buruk.5
B. Fungsi Etika Profesional Enterpreneurship6
Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki
tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan
perusahaan. Di samping memiliki tujuan, etika juga sangat bermanfaat bagi
perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sunggah.
Berikut ini tujuan atau fungsi etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan.
1. Untuk persahabatan dan pergaulan
Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah
menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan,
pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi
lebih mudah dan lancar.
2. Menyenangkan orang lain
Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita
ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang
lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan
kita. Jika pelanggan merasa senang dan puas dengan pelayanan yang
diberikan, diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu.
3. Membujuk pelanggan
4 ibid
5 Murdjiarto dan Aliaras Wahid, Membangun Karakter dan kepribadian kewirausahaan,(Jakarta
Barat: Graha Ilmu, 2006) hal. 54.
6 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 27-28.
6
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang
seorang calon pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan.
Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk membujuk calon
pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika yang ditunjukkan
seluruh karyawan perusahaan.
4. Mempertahankan pelanggan
Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada
mencari pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru
mempertahankan pelanggan lebih mudah karena mereka sudah merasakan
produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka sudah mengenal
kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan
lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas atas layanan
yang diberikan.
5. Membina dan menjaga hubungan
Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari
adanya perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana
akrab. Dengan etika hubunan yang lebih baik dan akrab pun dapat
terwujud.
C. Macam-macam Etika Profesional Enterpreneurship7
Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha
adalah sebagai berikut.
1. Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara
maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap
apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan
tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya.
2. Bertanggung jawab
7 Ibid, hal.25-26.
7
Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak
harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada
kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya, masyarakat, dan
pemerintah.
3. Menepati janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal
pembayaran, pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang
pengusaha ingkar janji, hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya.
Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan
disepakati sebelumnya.
4. Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau
pelaporan kegiatan usahanya.
5. Taat hukum
Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan masyarakat maupun pemerintah. Pelanggaran terhadap
hukum dan peraturan yang telah dibuat berakibat fatal dikemudian hari.
Bahkan, hal itu akan menjadi beban moral bagi pengusaha apabila tidak
diselesaikan segera.
6. Suka membantu
Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang
memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada
masyarakat dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan
dimusuhi oleh banyak orang.
7. Komitmen dan menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan
menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang
8
menjunjung tinggi komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau
disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.
8. Mengejar prestasi
Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi
mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke
waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di samping
itu, pengusaha juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa
terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya.
D. Etika Enterpreneur Menurut Islam8
1. Etika mencari keuntungan
a. Mewajibkan aktivitas perdagangan dengan landasan keimanan dan
ketakwaan. Keimanan adalah landasan motivasi dan tujuan, dan
ketakwaan adalah landasan operasionalnya.
b. Memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan zikir dan bersyukur.
Zikir dimaksudkan sebagai kesadaran akan peran dan kehadiran Allah
dalam proses kegiatan bisnis. Sementara syukur dimaksudkan sebagai
kesadaran untuk berterimakasih kepada Allah atas prestasi yang
diraihnya.
c. Berjiwa bersih dan mau bertobat. Maksud bersih di sini adalah bersih dari
penyakit jiwa yang menghambat prestasi seseorang dalam tugasnya,
diantaranya dengki, sombong, benci, hasut. Kebersihan jiwa akan
membuat seseorang pebisnis menjalankan usahanya secara jernih dan
objektif dalam berkompetisi serta tidak melakukan kecurangan dalam
berbagai kesepakatan. Sedangkan taubat merupakan prasyarat yang harus
dipenuhi dahulu jika seseorang yang akan terjun ke dunia bisnis merasa
pernah melakukan hal-hal yang harus dibersihkan tadi (dengki, sombong,
benci, dan hasut).
8H. M. Ma’ruf Abdulloh, Wirausaha Berbasis Syari’ah, (Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2009), hal
32-37.
9
d. Memiliki antusiasme yang tinggi dalam menjalankan amar ma’ruf nahi
mungkar.
2. Etika Profesi Natural Islam
Menjadi pebisnis syariah merupakan suatu profesi yang memerlukan
etika secara khusus sebagai way of life yang selaras dengan keyakinan agama
Islam. Manusia yang memilih keyakinan agama Islam selain mendapat
bimbingan melalui kalamullah (ayat-ayat al-Quran), ia juga mendapat
bimbingan dalam bentuk alam (filullah). Perpaduan antara bimbingan
kalamullah dan filullah inilah yang membentuk etika profesi natural Islami,
sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran : 190-191, yang memiliki arti
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka”.
Dengan memahami kandungan ayat ini yang memadukan kalamullah
dan filullah bagi seorang musli, khususnya bagi pebisnis syariah maka ia
akan sampai pada kesimpulan: bahwa alam yang diciptakan Tuhan adalah
untuk manusia, guna dimanfaatkan (dengan tanpa merusak) demi
kebahagiaan mereka. Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya senantiasa
bermaksud baik terhadap hamba-hamba-Nya. Keyakinan ini sangat kondusif
bagi manusia untuk mencapai kesuksesan dan keselamatan sehingga
senantiasa memiliki rasa optimis dalam menjalani kehidupan di muka bumi
ini. “optimisme dalam kehidupan” inilah yang disebut dengan “etika natural
Islam” yang menjadi etika profesi pebisnis syariah.
Optimisme ini terlihat dalam sikap hidupnya. Jika ia mempunyai
rencana yang telah diperhitungkan, maka ia lebih yakin dibalik itu Allah akan
10
memberi kemudahan yang lebih banyak, sebagaimana firman Allah QS. Al-
Insyirah : 5-6, yang artinya “Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan “.
E. Kedudukan Harta dan Kekayaan Menurut Syari’ah Islam9
1. Harta milik Allah
Semua yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Allah termasuk harta.
Oleh karenanya harta pun sebenarnya juga milik Allah. Manusia hanya
memanfaatkan dan mengelolanya sesuai dengan ketentuan syari’ah. Seorang
wirausaha yang berbasis syari’ah yakin betul dengan ketentuan tersebut, dan
ia dipandu oleh iman untuk mencari dan mengolah harta, serta
memanfaatkannya sesuai ketentuan syari’ah, ada bagian untuk diusahakan,
ada bagian untuk hidupnya dengan keluarganya, ada bagian untuk membayar
zakat, ada bagian untuk mengembangkan usaha. Semua itu dijabarkannya
dari maksud firman Allah QS. Al-Mulk Ayat 15 yang berarti, “Dialah yang
menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebagiandari rizki-Nya dan hanya kepada-Nyalah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
Bagi seorang wirausaha muslim harta bukanlah tujuan, harta hanya
sarana untuk melaksanakan tugas dan pengabdiannya sebagai seorang
khalifah di muka bumi yang salah satu tugasnya adalah memakmurkan
kehidupan di muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat
129, yang memiliki arti “dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka
Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu” dan dalam firman-Nya QS
Yunus ayat 14, “Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti
(mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan
bagaimana kamu berbuat.”
9Ibid, hal 7-11
11
Partisipasi seorang wirausaha muslim dalam memakmurkan kehidupan
di bumi dapat dilihat dari usahanya menyediakan keperluan umat yang
memerlukan produk/ jasa yang dijualnya, dan lebih jauh lagi dapat dilihat
dari berapa banyak orang yang turut bekerja atau terlibat dalam aktivitas
bisnisnya dan yang turut mendapat penghasilkan dari bisnisnya tersebut.
2. Manusia hanya mengelola
Seorang wirausaha muslim sadar betul bahwa harta yang ada padanya
hanya titipan Allah, dan ia hanya mengelolanya sesuai tuntunan syari’ah.
Dengan iman yang diyakininya itu maka ia tidak akan bersikap seperti Karun
yang menganggap harta yang ada padanya adalah miliknya dan digunakan
sesuai kehendak-Nya. Ia sadar bahwa Allahlah yang memberikan kekuatan,
ilmu, kesehatan yang menyebabkan ia bisa bekerja mencari harta. Oleh
karenanya ia tidak sombong dan selalu memanfaatannya sesuai ketentuan
syari’ah. Ia sadar semua harta yang ada padanya adalah karena kemurahan
Allah, dan ia yakin betul tentang pertanggungjawaban kepemilikan harta di
akhirat nanti sebagaimana diingatkan oleh Rasululloh SAW dalam salah satu
hadist :
“Tidak akan beranjak kaki seorang hamba, hingga ia ditanya tentang
empat hal; tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa
mudanya untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya darimana ia
dapatkan dan dimana ia keluarkan, dan tentang ilmunya, apa yang
sudah ia amalkan”.(HR. Ath Thabrani)
Agama Islam memandang harta sebagai salah satu perhiasan dunia dan
juga sebagai sarana yang bisa mempermudah hidup manusia. Islam tidak
mencela harta yang ada di tangan seseorang sepanjang hartanya itu dikelola
sesuai syari’ah. Harta bisa dijadikan media untuk berbuat kebaikan, dan
harta itu menjadi bernilai baik. Sebaliknya apabila harta itu digunakan untuk
keburukan, maka harta itu menjadi buruk. Itu pula lah yang selalu diingat
oleh wirausaha berbasis syari’ah sebagaimana yang difirmankan Allah di
12
dalam QS. Al-Lail ayat 5-11, yang berarti “Adapun orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala
yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup, serta mendustakan pahala terbaik. Maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar, dan hartanya tidak bermanfaat
baginya apabila ia telah binasa”.
Dengan demikian harta itu menjadi tercela karena suatu sebab yang
dibuat oleh manusia yang mengelolanya, di antaranya, sangat tamak dengan
harta, mendapatkannya dengan cara yang tidak benar, ditahan atau tidak
dikeluarkan zakatnya, atau berbangga-bangga dengan apa yang ia miliki.
3. Harta tidak kekal
Seorang wirausaha muslim percaya bahwa harta itu tidak kekal.
Namun ia berurusan dengan harta dari usahanya itu karena ada manfaat dari
harta itu, yaitu sebagai media untuk berbuat baik; seperti untuk beribadah
perlu pakaian, berinfaq untuk pembangunan pendidikan, sarana ibadah
(masjid dan mushalla) perlu uang, menyantuni fakir miskin, anak yatim
perlu uang. Jadi harta itu diperlukan sebatas keperluan beribadah dan berbuat
baik kepada yang memerlukan. Dengan menyadari harta itu tidak kekal
maka bagi seorang wirausaha muslim insyaAllah tidak akan sampai
menyebabkan lupa diri dan lupa daratan yang menjerumuskannya pada sifat
tamak dan bakhil, karena apabila ia meninggalkan dunia tidak secuil pun
akan dibawanya menghadap Allah.
4. Harta untuk kemaslahatan
Pengembangan harta dalam paradigma Islam mempunyai tujuan utama
untuk mewujudkan keadaan aman dari rasa lapar dan ketakutan. Paradigma
ini sangat diyakini oleh wirausaha muslim (berbasis syari’ah) untuk
mewujudkan kehidupan yang mulia bagi setiap manusia, sebagaimana
firman Allah QS. An- Nahl ayat 97, “Barangsiapa yang mengerjakan amal
13
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Kehidupan yang mulia itu adalah kehidupan yang dihiasi dengan
nuansa persaudaraan, kebersamaan, saling menolong, mencintai dan
menyayangi, sehingga bebas dari perasaan takut, lapar, benci, permusuhan,
dan egoisme individu. Semua itu didasari oleh asas keadilan dalam hal
pendapatan dan kekayaan yang dimiliki, demi menghindari harta berputar
hanya pada orang kaya saja.
Islam adalah agama yang menghubungkan antara perkembangan
ekonomi dengan perkembangan sosial masyarakat. Keduanya ibarat dua sisi
mata uang. Oleh karenya menjadi keharusan bagi wirausaha muslim dalam
menginvestasikan hartanya juga memperhatikan kebutuhan sosial
masyarakat. Jadi tidak semua investasinya hanya untuk usaha (bisnis)nya
saja, tapi ada bagian yang disediakannya untuk kepentingan ibadah sosial
(berinfaq) dengan urutan prioritas.
5. Terjaga dari hal yang dilarang syari’ah
Harta yang dimiliki seorsng wirausaha muslim yang taat mengikuti
aturan agama terjaga dari hal-hal yang dilarang syari’ah, seperti:
1. Tidak mengeluarkan/menahan zakat
2. Tidak peduli dengan anak yatim
3. Tidak peduli dengan orang miskin
4. Tidak peduli dengan kepentingan sosial masyarakat
5. Dan lain-lain
14
F. Etika Enterpreneurship10
Menurut pendapat Michael Josephson (1998) yang dikutip oleh Zimmerer
(1996: 27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku,
yaitu:
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus
terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
2. Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian atau keyakinan, tidak bermuka dua, tidak
berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, patuh, tidak meninterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal
atau legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu
juga dalam suatu konteks profesional, menjaga atau melindungi kemampuan
untuk membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari
hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
5. Kewajaran atau keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan profesional yang bebas dan
teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolong-menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu
yang membahayakan orang lain.
10 Muhammad Anwar H. M., Pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi, (Jakarta: Predana. 2014),
hal. 97-98
15
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan
dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak
merendahkan dan memperlakukan martabat orang lain.
8. Warga negara yang bertanggung jawab, yaituselalu menaati hukum atau
aturan, penuh kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam
mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik
dalam pertemuan personal ataupun dalam pertanggungjawaban profesional,
tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, penuh komitmen, melakukan semua
tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta
memperthankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab
atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.
G. Hakikat Enterpreneur Profesional
Banyak orang berbicara mengenai “profesionalisme”.di mana-mana, terutama
dari para pejabat, seringkali meluncur ucapan bahwa semua orang dituntut untuk
profesional. Namun demikian, pemahaman setiap orang mengenai “profesional”
dan “profesionalisme” tentu beraneka ragam. Arti kedua hal tersebut sangatlah
penting jika dikaitkan dengan entrepreneurship, karena seorang entrepreneur
harus bersikap profesional dalam menjalankan seluruh tugas dan kewajiban
dalam mencapai tujuan sebagai entrepreneur sukses.11
Pengertian dari profesi berkaitan dengan keahlian tertentu dalam mencari
nafkah. Sedangkan “orang profesional” adalah seseorang yang mempunyai
keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan pikiran yang
“dijual” kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapatkan imbalan yang
11H Moko P. Astamoen, Entrepreneurship dalamperspektifkondisi bangsa Indonesia,(Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 405
16
terukur-biasanya dalam bentuk uang-untuk memenuhi nafkah hidupnya dengan
segala resiko yang diperhitungkan.12
Dalam mengembangkan profesionalismenya, seorang profesional tidak begitu
saja dapat berkiprah di masyarakat untuk mencari nafkah. Seseorang profesional
perlu membekali dirinya terus menerus berusaha selalu memperbaiki diri agar
kompetensinya dapat diakui serta mampu berkompetisi dengan pihak-pihak lain,
terutama dalam bidang profesi sejenis.13
Adapun bekal yang diperlukan oleh seorang profesional adalah ilmu
pengetahuan dalam bidang profesinya, keterampilan, mental, sikap serta
integritas diri. Selain itu, tentu diperlukan juga pengetahuan lain, sikap diri yang
positif, kesehatan dan kebugaran fisik yang prima, agar dapat menjalankan tugas-
tugas profesinya dengan baik.14
12 ibid
13 Ibid, hal. 408
14 Ibid, hal. 409
17
BAB III
PENUTUP
Etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Etika
yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki tujuan-
tujuan tertentu. Etika atau norma harus ada dalam benak dan jiwa setiap
pengusaha. Etika enterpreneur menurut Islam meliputi etika mencari
keuntungan dan etika profesi natural Islam. Kedudukan harta dan kekayaan
menurut syari’ah Islam, harta milik Allah, manusia hanya mengelola, harta
tidak kekal, harta untuk kemaslahatan, terjaga dari hal yang dilarang syari’ah
Pengertian dari profesi berkaitan dengan keahlian tertentu dalam
mencari nafkah. Sedangkan “orang profesional” adalah seseorang yang
mempunyai keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan
pikiran yang “dijual” kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapatkan
imbalan yang terukur-biasanya dalam bentuk uang-untuk memenuhi nafkah
hidupnya dengan segala resiko yang diperhitungkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, H. M. Ma’ruf. 2013. Wirausaha berbasis syari’ah. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Anwar H. M., Muhammad. 2014. Pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi,
Jakarta: Predana.
Astamoen, H. Moko P. 2008. Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Kasmir. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Murdjiarto dan Wahid, Aliaras. 2006. Membangun Karakter dan kepribadian
kewirausahaan. Jakarta Barat: Graha Ilmu.

More Related Content

What's hot

Buku coc sedana edit draft 1
Buku coc sedana edit draft  1Buku coc sedana edit draft  1
Buku coc sedana edit draft 1
divasedana
 
Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...
Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...
Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...
Lysa Setyaningrum
 

What's hot (20)

Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
 
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
 
Be & gg, agnis noviani noor, hapzi ali, tugas 2. etika bisnis pt.gudang garam...
Be & gg, agnis noviani noor, hapzi ali, tugas 2. etika bisnis pt.gudang garam...Be & gg, agnis noviani noor, hapzi ali, tugas 2. etika bisnis pt.gudang garam...
Be & gg, agnis noviani noor, hapzi ali, tugas 2. etika bisnis pt.gudang garam...
 
Etika bisnis
Etika bisnisEtika bisnis
Etika bisnis
 
Buku coc sedana edit draft 1
Buku coc sedana edit draft  1Buku coc sedana edit draft  1
Buku coc sedana edit draft 1
 
BE&GG : Etika Bisnis pada PT SUACO Tbk. Harits Mufqi Arief. Hapzi Ali. Univer...
BE&GG : Etika Bisnis pada PT SUACO Tbk. Harits Mufqi Arief. Hapzi Ali. Univer...BE&GG : Etika Bisnis pada PT SUACO Tbk. Harits Mufqi Arief. Hapzi Ali. Univer...
BE&GG : Etika Bisnis pada PT SUACO Tbk. Harits Mufqi Arief. Hapzi Ali. Univer...
 
Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...
Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...
Be & gg, lysa setyaningrum, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, kode etik perus...
 
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Etika Bisnis Pada PT. Kr...
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Etika Bisnis Pada PT. Kr...BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Etika Bisnis Pada PT. Kr...
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Etika Bisnis Pada PT. Kr...
 
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan Strategi Pasar
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan  Strategi PasarKEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan  Strategi Pasar
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan Strategi Pasar
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
 
BE & GG, M. Rusydi Hawari, Hapzi Ali, ethics and business concept and theory,...
BE & GG, M. Rusydi Hawari, Hapzi Ali, ethics and business concept and theory,...BE & GG, M. Rusydi Hawari, Hapzi Ali, ethics and business concept and theory,...
BE & GG, M. Rusydi Hawari, Hapzi Ali, ethics and business concept and theory,...
 
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT Ultra Prima Abadi, Unive...
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT Ultra Prima Abadi, Unive...BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT Ultra Prima Abadi, Unive...
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT Ultra Prima Abadi, Unive...
 
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
 
Be & gg, david oktario s, hapzi ali, uts penerapan nilai etika di pt gajah tu...
Be & gg, david oktario s, hapzi ali, uts penerapan nilai etika di pt gajah tu...Be & gg, david oktario s, hapzi ali, uts penerapan nilai etika di pt gajah tu...
Be & gg, david oktario s, hapzi ali, uts penerapan nilai etika di pt gajah tu...
 
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
 
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate controlMateri BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
 
Makalah kewirausaaan
Makalah kewirausaaanMakalah kewirausaaan
Makalah kewirausaaan
 
Be & gg, roni nugroho, prof. dr. hapzi ali, cma, penerapan etika bisnis p...
Be & gg, roni nugroho, prof. dr. hapzi ali, cma, penerapan etika bisnis p...Be & gg, roni nugroho, prof. dr. hapzi ali, cma, penerapan etika bisnis p...
Be & gg, roni nugroho, prof. dr. hapzi ali, cma, penerapan etika bisnis p...
 
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika Bisnis
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika BisnisPrinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika Bisnis
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika Bisnis
 
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
 

Similar to Makalah edu

Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptxEtika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
23May1983
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
MelfriantyPoerba
 
Pertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptx
Pertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptxPertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptx
Pertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptx
nairaazkia89
 
BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...
BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...
BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...
Dody Wijaksono
 
9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt
9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt
9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt
Efrizal Zaida
 
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
riansaputro1991
 

Similar to Makalah edu (20)

Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptxEtika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
 
5, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,marketing ethics, ...
5, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,marketing ethics, ...5, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,marketing ethics, ...
5, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,marketing ethics, ...
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
 
Bussiness Rthic & Good Governance
Bussiness Rthic & Good GovernanceBussiness Rthic & Good Governance
Bussiness Rthic & Good Governance
 
Pertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptx
Pertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptxPertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptx
Pertemuan 1-Etika Bisnisklaajfnjfjj.pptx
 
Principles of Personal Ethics
Principles of Personal EthicsPrinciples of Personal Ethics
Principles of Personal Ethics
 
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Etika Bisnis PT Sompo Insurance Indonesi...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Etika Bisnis PT Sompo Insurance Indonesi...BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Etika Bisnis PT Sompo Insurance Indonesi...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Etika Bisnis PT Sompo Insurance Indonesi...
 
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxMateri Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
 
2, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,concepts and theor...
2, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,concepts and theor...2, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,concepts and theor...
2, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,concepts and theor...
 
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.pptetika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
 
BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...
BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...
BE & GG, Dody Wijaksono, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and theory, u...
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, philosophical ethics and business di indo...
 
9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt
9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt
9-Materi presentasi-semester- duaEtika-wirausaha.ppt
 
Be&gg randy soulisa_hapziali_etika_bisnis_pada_pt_bank_dbs_indonesia_univ...
Be&gg randy soulisa_hapziali_etika_bisnis_pada_pt_bank_dbs_indonesia_univ...Be&gg randy soulisa_hapziali_etika_bisnis_pada_pt_bank_dbs_indonesia_univ...
Be&gg randy soulisa_hapziali_etika_bisnis_pada_pt_bank_dbs_indonesia_univ...
 
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
 
2, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and Theori...
2, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and Theori...2, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and Theori...
2, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and Theori...
 
Be & gg, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic b...
Be & gg, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic b...Be & gg, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic b...
Be & gg, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic b...
 
Etika bisnis
Etika bisnisEtika bisnis
Etika bisnis
 

Makalah edu

  • 1. MAKALAH ETIKA PROFESIONAL ENTREPRENEUR DALAM ISLAM DOSEN PENGAMPU : ANDI PRASTOWO, M.Pd.I Oleh: PUSPITA NURJANNAH 14480077 PROGRAM STUDI PGMI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini digunakan agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang dijalankan memperoleh simpati dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut ikut membentuk pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta membesarkan usaha yang dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama. Untuk itu, perlu adanya suatu tuntunan berkaitan dengan etika profesional entrepreneur agar terjadi keseimbangan hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan, terutama etika entrepreneur dalam Islam atau berbasis syariah. B. Rumusan Masalah 1. Apa hakikat dari etika profesional enterpreneur ? 2. Apa fungsi etika profesional enterpreneurship ? 3. Apa macam-macam etika profesional enterpreneurship ? 4. Apa etika enterpreneur menurut islam ? 5. Bagaimana kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah islam ? 6. Bagaimanakah etika enterpreneurship ? 7. Apa hakikat enterpreneur profesional ?
  • 3. 3 C. Tujuan 1. Mengetahui hakikat dari etika profesional enterpreneur 2. Mengetahui fungsi etika profesional enterpreneurship 3. Mengetahui macam-macam etika profesional enterpreneurship 4. Mengetahui etika enterpreneur menurut islam 5. Mengetahui kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah islam 6. Mengetahui etika enterpreneurship 7. Mengetahui hakikat enterpreneur profesional
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Etika Profesional Enterpreneur Pengertian etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Tata cara pada masing-masing masyrakat tidaklah sama atau beragam bentuk. Hal ini di sebkan beragamnya budaya kehidupan masyrakat yang berasaldari berbagai wilayah. Dilihat dari sejarahnya kata etika berasal dari bahasa Perancis (etiquette), yang berarti kartu undangan. Pada saat itu raja-raja prancis sering mengundang para tamu dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu undangan tercantum peraturan untuk menghadiri acara, antara lain waktu acara dan akaian yang harus dikenakan.1 Dalam arti luas etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyrakat. Tingkah laku ini perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma atau kebiasaan masyrakat di setiap daerah atau Negara berbeda-beda.2 Apabila entrepreneur diposisikan sebagai suatu profesi, yaitu profesi bisnis, berarti seorang pebisnis mempunyai status profesional. Salah satu sikap profesional adalah menjalankan aktivitas atau pekerjaan dengan suatu tuntunan moral yang sangat tinggi dan mempunyai suatu komitmen dalam dirinya dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Di sinilah kata “baik” dan “benar” tentu ada acuannya untuk setiap profesi yang dinamakan kode etik.3 Kode etik biasanya dibuat oleh organisasi profesi sejenis. Kode etik ini akan terkait dengan etika-etika yang harus diperhatikan seorang profesional dalam 1 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 23-24 2 Ibid, hal 24 3 H Moko P. Astamoen, Entrepreneurship dalamperspektifkondisi bangsa Indonesia,(Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 355
  • 5. 5 menjalankan profesinya, supaya jangan terjerumus dalam citra pribadi yang merugikan pihak lain.4 Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika aslinya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan baik untuk menentang apa yang salah dan apa yang buruk.5 B. Fungsi Etika Profesional Enterpreneurship6 Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan perusahaan. Di samping memiliki tujuan, etika juga sangat bermanfaat bagi perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sunggah. Berikut ini tujuan atau fungsi etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan. 1. Untuk persahabatan dan pergaulan Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan, pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih mudah dan lancar. 2. Menyenangkan orang lain Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan kita. Jika pelanggan merasa senang dan puas dengan pelayanan yang diberikan, diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu. 3. Membujuk pelanggan 4 ibid 5 Murdjiarto dan Aliaras Wahid, Membangun Karakter dan kepribadian kewirausahaan,(Jakarta Barat: Graha Ilmu, 2006) hal. 54. 6 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 27-28.
  • 6. 6 Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang seorang calon pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika yang ditunjukkan seluruh karyawan perusahaan. 4. Mempertahankan pelanggan Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru mempertahankan pelanggan lebih mudah karena mereka sudah merasakan produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka sudah mengenal kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas atas layanan yang diberikan. 5. Membina dan menjaga hubungan Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari adanya perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan etika hubunan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud. C. Macam-macam Etika Profesional Enterpreneurship7 Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha adalah sebagai berikut. 1. Kejujuran Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya. 2. Bertanggung jawab 7 Ibid, hal.25-26.
  • 7. 7 Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya, masyarakat, dan pemerintah. 3. Menepati janji Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran, pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang pengusaha ingkar janji, hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya. 4. Disiplin Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan usahanya. 5. Taat hukum Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan dengan masyarakat maupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang telah dibuat berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi beban moral bagi pengusaha apabila tidak diselesaikan segera. 6. Suka membantu Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi oleh banyak orang. 7. Komitmen dan menghormati Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang
  • 8. 8 menjunjung tinggi komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak. 8. Mengejar prestasi Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di samping itu, pengusaha juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya. D. Etika Enterpreneur Menurut Islam8 1. Etika mencari keuntungan a. Mewajibkan aktivitas perdagangan dengan landasan keimanan dan ketakwaan. Keimanan adalah landasan motivasi dan tujuan, dan ketakwaan adalah landasan operasionalnya. b. Memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan zikir dan bersyukur. Zikir dimaksudkan sebagai kesadaran akan peran dan kehadiran Allah dalam proses kegiatan bisnis. Sementara syukur dimaksudkan sebagai kesadaran untuk berterimakasih kepada Allah atas prestasi yang diraihnya. c. Berjiwa bersih dan mau bertobat. Maksud bersih di sini adalah bersih dari penyakit jiwa yang menghambat prestasi seseorang dalam tugasnya, diantaranya dengki, sombong, benci, hasut. Kebersihan jiwa akan membuat seseorang pebisnis menjalankan usahanya secara jernih dan objektif dalam berkompetisi serta tidak melakukan kecurangan dalam berbagai kesepakatan. Sedangkan taubat merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dahulu jika seseorang yang akan terjun ke dunia bisnis merasa pernah melakukan hal-hal yang harus dibersihkan tadi (dengki, sombong, benci, dan hasut). 8H. M. Ma’ruf Abdulloh, Wirausaha Berbasis Syari’ah, (Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2009), hal 32-37.
  • 9. 9 d. Memiliki antusiasme yang tinggi dalam menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar. 2. Etika Profesi Natural Islam Menjadi pebisnis syariah merupakan suatu profesi yang memerlukan etika secara khusus sebagai way of life yang selaras dengan keyakinan agama Islam. Manusia yang memilih keyakinan agama Islam selain mendapat bimbingan melalui kalamullah (ayat-ayat al-Quran), ia juga mendapat bimbingan dalam bentuk alam (filullah). Perpaduan antara bimbingan kalamullah dan filullah inilah yang membentuk etika profesi natural Islami, sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran : 190-191, yang memiliki arti ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Dengan memahami kandungan ayat ini yang memadukan kalamullah dan filullah bagi seorang musli, khususnya bagi pebisnis syariah maka ia akan sampai pada kesimpulan: bahwa alam yang diciptakan Tuhan adalah untuk manusia, guna dimanfaatkan (dengan tanpa merusak) demi kebahagiaan mereka. Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya senantiasa bermaksud baik terhadap hamba-hamba-Nya. Keyakinan ini sangat kondusif bagi manusia untuk mencapai kesuksesan dan keselamatan sehingga senantiasa memiliki rasa optimis dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini. “optimisme dalam kehidupan” inilah yang disebut dengan “etika natural Islam” yang menjadi etika profesi pebisnis syariah. Optimisme ini terlihat dalam sikap hidupnya. Jika ia mempunyai rencana yang telah diperhitungkan, maka ia lebih yakin dibalik itu Allah akan
  • 10. 10 memberi kemudahan yang lebih banyak, sebagaimana firman Allah QS. Al- Insyirah : 5-6, yang artinya “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan “. E. Kedudukan Harta dan Kekayaan Menurut Syari’ah Islam9 1. Harta milik Allah Semua yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Allah termasuk harta. Oleh karenanya harta pun sebenarnya juga milik Allah. Manusia hanya memanfaatkan dan mengelolanya sesuai dengan ketentuan syari’ah. Seorang wirausaha yang berbasis syari’ah yakin betul dengan ketentuan tersebut, dan ia dipandu oleh iman untuk mencari dan mengolah harta, serta memanfaatkannya sesuai ketentuan syari’ah, ada bagian untuk diusahakan, ada bagian untuk hidupnya dengan keluarganya, ada bagian untuk membayar zakat, ada bagian untuk mengembangkan usaha. Semua itu dijabarkannya dari maksud firman Allah QS. Al-Mulk Ayat 15 yang berarti, “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagiandari rizki-Nya dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. Bagi seorang wirausaha muslim harta bukanlah tujuan, harta hanya sarana untuk melaksanakan tugas dan pengabdiannya sebagai seorang khalifah di muka bumi yang salah satu tugasnya adalah memakmurkan kehidupan di muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat 129, yang memiliki arti “dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu” dan dalam firman-Nya QS Yunus ayat 14, “Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.” 9Ibid, hal 7-11
  • 11. 11 Partisipasi seorang wirausaha muslim dalam memakmurkan kehidupan di bumi dapat dilihat dari usahanya menyediakan keperluan umat yang memerlukan produk/ jasa yang dijualnya, dan lebih jauh lagi dapat dilihat dari berapa banyak orang yang turut bekerja atau terlibat dalam aktivitas bisnisnya dan yang turut mendapat penghasilkan dari bisnisnya tersebut. 2. Manusia hanya mengelola Seorang wirausaha muslim sadar betul bahwa harta yang ada padanya hanya titipan Allah, dan ia hanya mengelolanya sesuai tuntunan syari’ah. Dengan iman yang diyakininya itu maka ia tidak akan bersikap seperti Karun yang menganggap harta yang ada padanya adalah miliknya dan digunakan sesuai kehendak-Nya. Ia sadar bahwa Allahlah yang memberikan kekuatan, ilmu, kesehatan yang menyebabkan ia bisa bekerja mencari harta. Oleh karenanya ia tidak sombong dan selalu memanfaatannya sesuai ketentuan syari’ah. Ia sadar semua harta yang ada padanya adalah karena kemurahan Allah, dan ia yakin betul tentang pertanggungjawaban kepemilikan harta di akhirat nanti sebagaimana diingatkan oleh Rasululloh SAW dalam salah satu hadist : “Tidak akan beranjak kaki seorang hamba, hingga ia ditanya tentang empat hal; tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya darimana ia dapatkan dan dimana ia keluarkan, dan tentang ilmunya, apa yang sudah ia amalkan”.(HR. Ath Thabrani) Agama Islam memandang harta sebagai salah satu perhiasan dunia dan juga sebagai sarana yang bisa mempermudah hidup manusia. Islam tidak mencela harta yang ada di tangan seseorang sepanjang hartanya itu dikelola sesuai syari’ah. Harta bisa dijadikan media untuk berbuat kebaikan, dan harta itu menjadi bernilai baik. Sebaliknya apabila harta itu digunakan untuk keburukan, maka harta itu menjadi buruk. Itu pula lah yang selalu diingat oleh wirausaha berbasis syari’ah sebagaimana yang difirmankan Allah di
  • 12. 12 dalam QS. Al-Lail ayat 5-11, yang berarti “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar, dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”. Dengan demikian harta itu menjadi tercela karena suatu sebab yang dibuat oleh manusia yang mengelolanya, di antaranya, sangat tamak dengan harta, mendapatkannya dengan cara yang tidak benar, ditahan atau tidak dikeluarkan zakatnya, atau berbangga-bangga dengan apa yang ia miliki. 3. Harta tidak kekal Seorang wirausaha muslim percaya bahwa harta itu tidak kekal. Namun ia berurusan dengan harta dari usahanya itu karena ada manfaat dari harta itu, yaitu sebagai media untuk berbuat baik; seperti untuk beribadah perlu pakaian, berinfaq untuk pembangunan pendidikan, sarana ibadah (masjid dan mushalla) perlu uang, menyantuni fakir miskin, anak yatim perlu uang. Jadi harta itu diperlukan sebatas keperluan beribadah dan berbuat baik kepada yang memerlukan. Dengan menyadari harta itu tidak kekal maka bagi seorang wirausaha muslim insyaAllah tidak akan sampai menyebabkan lupa diri dan lupa daratan yang menjerumuskannya pada sifat tamak dan bakhil, karena apabila ia meninggalkan dunia tidak secuil pun akan dibawanya menghadap Allah. 4. Harta untuk kemaslahatan Pengembangan harta dalam paradigma Islam mempunyai tujuan utama untuk mewujudkan keadaan aman dari rasa lapar dan ketakutan. Paradigma ini sangat diyakini oleh wirausaha muslim (berbasis syari’ah) untuk mewujudkan kehidupan yang mulia bagi setiap manusia, sebagaimana firman Allah QS. An- Nahl ayat 97, “Barangsiapa yang mengerjakan amal
  • 13. 13 saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Kehidupan yang mulia itu adalah kehidupan yang dihiasi dengan nuansa persaudaraan, kebersamaan, saling menolong, mencintai dan menyayangi, sehingga bebas dari perasaan takut, lapar, benci, permusuhan, dan egoisme individu. Semua itu didasari oleh asas keadilan dalam hal pendapatan dan kekayaan yang dimiliki, demi menghindari harta berputar hanya pada orang kaya saja. Islam adalah agama yang menghubungkan antara perkembangan ekonomi dengan perkembangan sosial masyarakat. Keduanya ibarat dua sisi mata uang. Oleh karenya menjadi keharusan bagi wirausaha muslim dalam menginvestasikan hartanya juga memperhatikan kebutuhan sosial masyarakat. Jadi tidak semua investasinya hanya untuk usaha (bisnis)nya saja, tapi ada bagian yang disediakannya untuk kepentingan ibadah sosial (berinfaq) dengan urutan prioritas. 5. Terjaga dari hal yang dilarang syari’ah Harta yang dimiliki seorsng wirausaha muslim yang taat mengikuti aturan agama terjaga dari hal-hal yang dilarang syari’ah, seperti: 1. Tidak mengeluarkan/menahan zakat 2. Tidak peduli dengan anak yatim 3. Tidak peduli dengan orang miskin 4. Tidak peduli dengan kepentingan sosial masyarakat 5. Dan lain-lain
  • 14. 14 F. Etika Enterpreneurship10 Menurut pendapat Michael Josephson (1998) yang dikutip oleh Zimmerer (1996: 27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu: 1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong. 2. Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian atau keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan dapat dipercaya. 3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, tidak meninterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistik dengan dalih ketidakrelaan. 4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu konteks profesional, menjaga atau melindungi kemampuan untuk membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan. 5. Kewajaran atau keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan. 6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong-menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain. 10 Muhammad Anwar H. M., Pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi, (Jakarta: Predana. 2014), hal. 97-98
  • 15. 15 7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan memperlakukan martabat orang lain. 8. Warga negara yang bertanggung jawab, yaituselalu menaati hukum atau aturan, penuh kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan. 9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan personal ataupun dalam pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta memperthankan tingkat kompetensi yang tinggi. 10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh. G. Hakikat Enterpreneur Profesional Banyak orang berbicara mengenai “profesionalisme”.di mana-mana, terutama dari para pejabat, seringkali meluncur ucapan bahwa semua orang dituntut untuk profesional. Namun demikian, pemahaman setiap orang mengenai “profesional” dan “profesionalisme” tentu beraneka ragam. Arti kedua hal tersebut sangatlah penting jika dikaitkan dengan entrepreneurship, karena seorang entrepreneur harus bersikap profesional dalam menjalankan seluruh tugas dan kewajiban dalam mencapai tujuan sebagai entrepreneur sukses.11 Pengertian dari profesi berkaitan dengan keahlian tertentu dalam mencari nafkah. Sedangkan “orang profesional” adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan pikiran yang “dijual” kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapatkan imbalan yang 11H Moko P. Astamoen, Entrepreneurship dalamperspektifkondisi bangsa Indonesia,(Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 405
  • 16. 16 terukur-biasanya dalam bentuk uang-untuk memenuhi nafkah hidupnya dengan segala resiko yang diperhitungkan.12 Dalam mengembangkan profesionalismenya, seorang profesional tidak begitu saja dapat berkiprah di masyarakat untuk mencari nafkah. Seseorang profesional perlu membekali dirinya terus menerus berusaha selalu memperbaiki diri agar kompetensinya dapat diakui serta mampu berkompetisi dengan pihak-pihak lain, terutama dalam bidang profesi sejenis.13 Adapun bekal yang diperlukan oleh seorang profesional adalah ilmu pengetahuan dalam bidang profesinya, keterampilan, mental, sikap serta integritas diri. Selain itu, tentu diperlukan juga pengetahuan lain, sikap diri yang positif, kesehatan dan kebugaran fisik yang prima, agar dapat menjalankan tugas- tugas profesinya dengan baik.14 12 ibid 13 Ibid, hal. 408 14 Ibid, hal. 409
  • 17. 17 BAB III PENUTUP Etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki tujuan- tujuan tertentu. Etika atau norma harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha. Etika enterpreneur menurut Islam meliputi etika mencari keuntungan dan etika profesi natural Islam. Kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah Islam, harta milik Allah, manusia hanya mengelola, harta tidak kekal, harta untuk kemaslahatan, terjaga dari hal yang dilarang syari’ah Pengertian dari profesi berkaitan dengan keahlian tertentu dalam mencari nafkah. Sedangkan “orang profesional” adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan pikiran yang “dijual” kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapatkan imbalan yang terukur-biasanya dalam bentuk uang-untuk memenuhi nafkah hidupnya dengan segala resiko yang diperhitungkan.
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Abdulloh, H. M. Ma’ruf. 2013. Wirausaha berbasis syari’ah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Anwar H. M., Muhammad. 2014. Pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi, Jakarta: Predana. Astamoen, H. Moko P. 2008. Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta. Kasmir. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Murdjiarto dan Wahid, Aliaras. 2006. Membangun Karakter dan kepribadian kewirausahaan. Jakarta Barat: Graha Ilmu.