SlideShare a Scribd company logo
TUGAS MATA KULIAH
IDEOLOGI NASIONALISME DAN POLITIK IDENTITAS
   “Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal”


     Dosen Pengampu : Dr. Armaidy Armawi M.Si




                      Oleh :
                  Deni Ramdani
               12/339267/PMU/07485




    PROGAM STUDI KETAHANAN NASIONAL
           SEKOLAH PASCASARJANA
          UNIVERSITAS GADJAH MADA
                   TAHUN 2012
BAB I

                                     PENDAHULUAN



       Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi inividu
harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Sebelum lahir paham nasionalisme, kesetiaan
orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, tetapi kepada berbagai bentuk kekuasaan
sosial, organisasi politik atau raja, kesatuan ideologi seperti suku, negara kota, kerajaan
dinasti, gereja atau golongan keagamaan. Nasionalisme secara konseptual memiliki makna
yang beragam. Nazarudin (1991), “mengartikan nasionalisme sebagai (1) kulturnation dan
staatnation; (2) loyalitas (etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas
budaya dan bahasa, dan sebagainya”.
       Integrasi nasional pada negara bangsa yang kompleks sangat ditentukan oleh faktor
loyalitas rakyat terhadap bangsanya dalam bentuk loyalitas vertikal terhadap pemerintah dan
loyalitas horizontal dari kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya. Tingkat loyalitas
masyarakat tersebut akan menentukan kekuatan nasionalisme dan selanjutnya akan
menciptakan integrasi nasional yang mantap. Oleh karena itu dalam masyarakat bangsa yang
heterogen atau pluralistik dan dalam rangka mencapai kelangsungan dan kehidupan nation-
state perlu adanya upaya untuk tetap memelihara integrasi nasional.
       Sejauh ini loyalitas dipandang sebagai suatu sarana untuk dapat mengikat sebuah
kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan. Loyalitas sering diidentikkan dengan pengabdian akan
seseorang terhadap sebuah lembaga yang mempunyai kesamaan visi dan orientasi untuk
meraih tujuan bersama. Meskipun loyalitas memiliki arti yang sangat luas, namun kadang
secara umum loyalitas hanya dilihat dari satu perspektif saja, yakni diidentikkan dengan
pengabdian, pengorbanan dan ketaatan seorang individu yang mempunyai jabatan yang lebih
rendah dalam sebuah lembaga terhadap seseorang yang memangku jabatan yang lebih tinggi
dalam lembaga tersebut.
       Dalam makalah ini akan dibahas tentang nasionalisme dalam loyalitas vertikal dan
horizontal di kehidupan suatu bangsa dan Negara.




                                             1
BAB II

                                   TINJAUAN PUSTAKA




2.1 Nasionalisme dan Peranannya

      Bahar (1998), “Nasionalisme adalah sebuah status pikiran dimana loyalitas seorang
   individu benar-benar diarahkan kepada bangsa negara mewakili suatu bangsa (kaum)”.
   Nasionalisme umumnya terbentuk karena kesamaan bahasa, sejarah, dan juga budaya.
   Anthony (2003), menyatakan “ada dua jenis nasionalisme. Salah satunya adalah
   memperkuat negara, dan yang lainnya adalah negara subversi. Memperkuat nasionalisme
   negara dapat berhubungan dengan ideologi nasionalis sipil (civic nations), karena nilai-nilai
   loyalitas kepada negara dan menyamakannya dengan identitas nasional”. Di sisi lain,
   subversi-nasionalisme negara adalah tentang memisahkan dari negara yang ada dan
   membuat yang baru, atau setidaknya berusaha untuk mencapai otonomi dalam negara. Hal
   ini erat kaitannya dengan ideologi nasionalis etnis (ethnic nations). Nasionalisme bisa
   mempunyai peran yang berlawanan, karena mempunyai sifat menguntungkan dan juga bisa
   merugikan. Menguntungkan karena dapat menciptakan rasa cinta tanah air, tetapi rasa cinta
   yang berlebihan pula dapat mengakibatkan pertikaian karena terlalu mementingkan urusan
   kelompoknya.
      Nasionalisme berhubungan erat dengan bangsa dan negara. Bangsa merupakan konsep
   yang mengartikan identitas etnik dan kultur yang sama yang dimiliki oleh orang-orang
   tertentu. Sedangkan, negara merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial,
   populasi dan otonomi pemerintah. Nasionalisme tumbuh pada bangsa. Bangsa kemudian
   tumbuh berkembang dan bisa membentuk negara (nation-state). Umumnya, negara-negara
   yang ada di dunia terbentuk lebih dari satu bangsa. Penyatuan bangsa-bangsa menjadi
   suatu negara sering berkembang karena rasa nasionalisme yang dipengaruhi oleh
   kesamaan bahasa, sejarah dan juga budaya. Peranan dan pentingnya nasionalisme antara
   lain sebagai identitas lokal, nasionalisme adalah dasar untuk berinteraksi. Dimana
   seseorang akan menjunjung dan bangga akan negaranya dan identitas ini akan masuk di
   semua sektor kehidupan,baik politik, ekonomi, budaya,dan sebagainya.




                                               2
2.2 Integrasi Nasional

      Secara umum integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari
   berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki perbedaan baik etnisitas, sosial dan budaya,
   atau latar belakang ekonomi, menjadi bangsa nation terutama karena pengalaman sejarah
   dan politik yang relatif sama. Selanjutnya dalam menjalani proses pembentukan suatu
   bangsa berbagai suku bangsa, sebenarnya mencita-citakan suatu masyarakat baru, yaitu
   semua masyarakat politik yang dibayangkan akan memiliki rasa persaudaraan dan
   solidaritas yang kental, memiliki identitas kebangsaan dan wilayah kebangsaan yang jelas
   serta memiliki kekuasaan memerintah. Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi
   vertikal yang menyangkut hubungan elit dengan masa.
      Integrasi yang dimaksud disini merujuk pada upaya penyatuan berbagai kelompok
   masyarakat yang berbeda-beda secara sosial, budaya maupun politik suatu bangsa, yang
   membangun kesetiaan lebih besar yang bersifat nasional. Dengan demikian, istilah integrasi
   merujuk pada upaya pembangunan atau otoritas atau kewenangan nasional; penyatuan
   pemerintah dengan yang diperintah, konsensus tentang nilai-nilai kolektif dan juga terkait
   dengan kesadaran anggota masyarakat untuk memperkokoh ikatan antara mereka.
      Menurut Bahar (1998), “integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua pokok
   permasalahan, pertama bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-
   tuntutan negara yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki
   oleh negara. Kedua bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku
   anggota masyarakat, konsensus ini berkembang tumbuh diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki
   bangsa secara keseluruhan”.
      Dari dua pengertian diatas pada hakikatnya integrasi merupakan upaya politik
   kekuasaan untuk menyatukan semua unsur-unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk
   kepada aturan-aturan    kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur dalam
   masyarakat majemuk. Proses integrasi disebabkan oleh persamaan sejarah, ada ancaman
   dari luar yang dapat mengangu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin,
   hegomonitas sosial budaya serta agama dan adanya saling ketergantungan dalam bidang
   politik dan pembangunan. Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk
   kepada seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial,
   budaya ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan
   persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.




                                             3
BAB III

                                      PEMBAHASAN




       Loyalitas kesetiaan nasional pada negara bangsa sangat penting dalam nation-state,
kepentingan baik vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya. Nation-
state atau negara bangsa bukan merupakan identitas yang alamiah, tapi melalui proses yang
cukup lama, seperti di Amerika Serikat dan Perancis melalui revolusi modernisasi dan industri,
nasionalisme merupakan rasionasitas dari kebangsaan. Nasionalisme di Indonesia pernah
berhasil mendapatkan loyalitas dan pengorbanan besar dari rakyat. Pada saat perang
kemerdekaan 1945-1949, rakyat rela berkorban harta benda dan bahkan nyawa demi
keyakinan untuk memiliki Negara dan pemerintah sendiri.

3.1 Loyalitas Horizontal

       Loyalitas bersifat horizontal, dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari seperti
   kesetiaan kepada sesama organisasi atau lembaga. Ali (2011), menyatakan “menanamkan
   loyalitas horizontal, sebagai derajat kepatuhan dan kesetiaan dapat ditunjukan oleh:
  1. Kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya
  2. Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai) dan hukum
  3. Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya”.

       Jika segala macam bentuk loyalitas bersifat horizontal itu sampai pada taraf konflik dan
   menimbulkan ketidakpuasan, maka taruhannya ialah disintegrasi organisasi atau hancurnya
   keutuhan rasa kebangsaan. Sebagai contoh dapat kita lihat di dalam masyarakat bahwa
   partai-partai politik yang terdapat di Indonesia sangatlah banyak, partai-partai itu saling
   berebut untuk mendapatkan posisi yang paling tinggi dengan cara apapun, dari sini bisa
   memicu suatu perkelahian massa yang sangat banyak. Misalnya satu partai melaksanakan
   kampanye disuatu daerah, kemudian di daerah tersebut pendukung partai ini bisa dikatakan
   hanya sepertiga dari masyarakat di daerah itu, maka bila ada pendukung partai itu
   melakukan suatu kegiatan yang dipandang oleh masyarakat sangat tidak menyenangkan
   maka akan terjadi perkelahian massa yang akan menimbulkan korban.




                                              4
3.2 Loyalitas Vertikal
       Presiden ke-35 Amerika Serikat John F. Kennedy pada tahun 1961 mengatakan “My
   loyality to the party end when loyality to the state began.” Kalau diterjemahkan kira-kira
   seperti ini, “Loyalitas saya berakhir kepada partai, begitu pengabdian saya pada negara
   dimulai.” Ungkapan yang penuh makna ini banyak dikutip oleh para politisi maupun
   intelektual, namun sangat sedikit diterapkan.
       Ali (2011), berpendapat bahwa “loyalitas vertikal adalah kesetiaan atau pengabdian
   kepada seseorang dengan Negara atau pemerintahan”. Ensiklopedia Britannica Eleventh
   1911 (awal abad 20) mendefinisikan loyalitas sebagai "setia kepada pemerintah berdaulat
   atau didirikan negara seseorang dan juga devosi pribadi dan penghormatan kepada
   keluarga kerajaan berdaulat.” Ini berarti kesetiaan kepada seorang raja. Definisi loyalitas
   berdasarkan etimologi kata ini dikumandangkan oleh Vandekerckhove, ketika ia
   berhubungan loyalitas dan mengungkap rahasia (lebih pada yang di bawah).
       Loyalitas bawahan terhadap atasannya sangat dipengaruhi oleh karakter pribadi
   pemimpin tersebut dan gaya dalam memimpin sebuah organisasi atau lembaga. Ada tiga
   karakter pempimpin yang memandang makna loyalitas bawahan terhadap dirinya, yang
   dapat diukur berdasarkan :
   1. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya
       secara umum
   2. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya
   3. Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja.

  Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya
  secara umum
       Ini menggambarkan makna loyalitas sesungguhnya, karena dengan komitmen ini,
  seorang individu dalam suatu lembaga berusaha mengaktualisasikan dirinya untuk
  kepentingan bersama dalam organisasi yang diaktualisasikan melalui bentuk kesungguhan
  melaksanakan pekerjaannya dan bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya tersebut,
  sehingga secara umum tanpa harus mengkomitmenkan diri terhadap pimpinannya
  sesungguhnya ia telah menciptakan loyalitas komprehensip dalam sebuah lembaga,
  mencakup loyalitas terhadap pimpinannya. Namun dalam kasus lain, loyalitas model ini
  mempunyai resiko jika seorang pimpinan kurang bisa mengayomi dan memahami perilaku
  individu dalam organisasinya, dan memungkinkan terjadinya friksi antara pimpinan dengan


                                               5
bawahan. Namun sejauh pimpinan dapat memahami perilaku individu dalam organisasinya,
loyalitas model ini dapat memacu perkembangan organisasi secara dinamis.

Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya
    Loyalitas model ini tidak jauh berbeda dengan model loyalitas pertama, dimana seorang
individu dalam suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dan sadar akan bidang
pekerjaannya. Perbedaannya adalah bahwa loyalitas model ini tanggung jawab seorang
individu terpaku pada aturan-aturan dari seorang pimpinan, sehingga seorang bawahan akan
terbatasi kreatifitasnya dalam bekerja, karena ada kemungkinan jika seorang individu
melanggar aturan seorang pimpinan padahal masih dalam arah kebijakan lembaganya,
maka seorang pimpinan akan merasa kurang senang dengan perilaku bawahannya tersebut,
sehingga loyalitas terhadap dirinya (pimpinan) merupakan suatu faktor yang utama daripada
loyalitas terhadap sebuah tujuan organisasi secara umum.

Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja
    Seorang pimpinan akan merasa senang jika bawahannya menuruti segala aturan dan
perintah darinya, meskipun perintahnya tersebut keluar dari arah tujuan sebuah organisasi.
Namun dalam loyalitas model ini, itu bukanlah menjadi suatu masalah menurut pimpinan,
asalkan dirinya mendapat kepuasan dari bawahan yang selalu patuh terhadap dirinya dan
mengabaikan aturan atau sistem dalam sebuah organisasi. Lebih jauh, loyalitas model ini
tidak membutuhkan seorang bawahan yang mempunyai kapabilitas dalam pekerjaan,
sehingga skill bukanlah hal utama untuk dapat membuat pimpinan merasa senang. Sebagai
gantinya, pimpinan menilai loyalitas bawahan pada sisi materi yang bisa didapat oleh
seorang pimpinan.

    Untuk menanamkan rasa loyalitas vertikal sebagai salah satu indikator adalah adanya
derajat kepatuhan dan kesetiaan yang ditunjukan oleh pemerintah daerah terhadap
pemerintah pusat, dilakukan melalui upaya antara lain :
a. Masyarakat terhadap pemimpinan non-formal, terhadap elite politik dan terhadap
    pemerintah NKRI
b. Masyarakat terhadap hukum yang berlaku di wilayah NKRI
c. Pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat
d. Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang
    ada terhadap pimpinan didaerahnya




                                           6
Apabila dalam loyalitas vertikal terjadi persaingan dan konflik di tingkat elite yang terus-
   menerus, maka akan berimbas menjadi arena politik berdampak konflik di tingkat bawah
   (grassroot). Dengan kata lain, persaingan yang tidak terselesaikan dapat melahirkan
   perubahan yang tragis yaitu chaos atau revolusi. Sebaga contoh sifat kedaerahan yang kita
   anut sebenarnya adalah penyebab dari tidak terwujudnya rasa persatuan dan kesatuan
   sebagai satu bangsa di dalam diri kita dalam hal ini adalah loyalitas vertikal. Kita hanya
   selalu membanggakan daerah kita masing-masing, selalu hanya membela daerah kita
   apabila ada masalah, tapi apabila negara kita dalam masalah kita hanya bisa mengatakan
   bahwa itu urusan pemerintah, ini yang salah pada diri kita, urusan negara bukan hanya
   urusan pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab kita sebagai masyarakat bangsa
   Indonesia. Hilangkanlah rasa kedaerahan yang sangat melekat dalam diri kita, jangan
   hanya kita berbangga menjadi penduduk suatu daerah tetapi berbanggalah bahwa kita
   adalah bangsa Indonesia, janganlah masalah bangsa Indonesia kita tumpahkan hanya
   kepada pemerintah tetapi pikullah masalah itu dan jadikan sebagai masalah kita bersama,
   karena dengan bersama kita bisa menyelesaikannya.
      Kebersamaan yang kita bangun dan rasa nasionalisme yang kita junjung tinggi dalam
   diri kita masing-masing, ini merupakan suatu jalan untuk mengembalikan loyalitas vertikal
   dan memajukan Indonesia itu sendiri. Dengan kemajuan bagi Indonesia maka kita sebagai
   masyarakat yang hidup di dalam negara Indonesia ini juga akan menjadi masyarakat yang
   maju dan memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang utuh.

3.3 Cara Memperkuat Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal
      Untuk memperkuat rasa loyalitas vertikal dan horizontal dalam nasionalisme
   kebangsaan Indonesia antara lain menghindari disintegrasi bangsa, sesuai dengan sila
   ketiga yaitu Persatuan Indonesia dapat diwujudkan; melakukan sosialisasi nasionalisme
   Indonesia   secara    terus     menerus;   meningkatkan        pembangunan    ekonomi;     dan
   menghilangkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.
      Sosialisasi   nasionalisme     Indonesia,       merupakan   proses   penanaman    nilai-nilai
   kebangsaan kepada seluruh warga negara, terutama bagi generasi muda. Penanaman nilai-
   nilai dapat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai perjuangan kemerdekaan,
   sejarah tokoh-tokoh nasional dan penghormatan terhadap simbol-simbol kebangsaan.
   Sarana yang digunakan untuk sosialisasi tersebut, bisa melalui keluarga, sekolah, media
   massa, instansi pemerintah dan spanduk/poster. Kegagalan pembangunan ekonomi
   merupakan sumber frustrasi sejumlah suku bangsa yang mendorong mereka keluar dari


                                                  7
negara yang ada dan berupaya membentuk negara sendiri. Dukungan untuk menyukseskan
pembangunan ekonomi dan kemampuan pemerintah untuk bekerja dengan baik sangat
penting guna memperkuat rasa nasionalisme. Karena itu, sudah menjadi tugas bersama
seluruh elemen bangsa bagi penguatan integrasi nasional dan pemerintah pada posisi
sebagai ujung tombaknya.




                                      8
BAB IV

                                         PENUTUP




4.1 Kesimpulan
   1. .Nasionalisme diartikan sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan
      nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan bahasa.
   2. Loyalitas pada negara bangsa sangat penting dalam “nation-state”, kepentingan baik
      vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya.
   3. Menanamkan loyalitas horizontal dapat ditunjukan oleh: Kelompok masyarakat terhadap
      kelompok masyarakat lainnya; Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai)
      dan hukum; Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya.
   4. Menanamkan loyalitas vertikal dapat ditunjukan oleh : Masyarakat terhadap pemimpinan
      non-formal, terhadap elite politik dan terhadap pemerintah NKRI; Masyarakat terhadap
      hukum yang berlaku di wilayah NKRI; Pemerintahdaerah terhadap pemerintah pusat
      Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang
      ada terhadap pimpinan didaerahnya




                                               9

More Related Content

What's hot

Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaDewi Mauly Syahidah
 
Ppt asumsi bermasalah
Ppt asumsi bermasalahPpt asumsi bermasalah
Ppt asumsi bermasalah
Fikri Muqaffa
 
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi AntarpribadiMata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Lusianai Waode
 
Ppt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 laki
Ppt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 lakiPpt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 laki
Ppt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 laki
Nie Vodkability
 
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik InterpersonalPSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
Diana Amelia Bagti
 
pengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasipengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasi
Hafidz Wahyuddin
 
PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...
PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...
PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...
SDNSELAJAMBE1CIANJUR
 
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAAN
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAANPERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAAN
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAAN
Nur Arifaizal Basri
 
Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosial
Teddy Ayomi
 
Komunikasi Massa
Komunikasi MassaKomunikasi Massa
Komunikasi Massa
Diniyah Hidayati
 
Jurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetris
Jurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetrisJurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetris
Jurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetris
Stisipol Candradimuka Palembang
 
KEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPAN
KEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPANKEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPAN
KEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPAN
Communication Management
 
GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptx
GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptxGANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptx
GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptx
RipaSaadah
 
ILMU KOMUNIKASI - Pesan
ILMU KOMUNIKASI - PesanILMU KOMUNIKASI - Pesan
ILMU KOMUNIKASI - Pesan
Diana Amelia Bagti
 
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
Aqilah nafisah ulya  communication privacy managementAqilah nafisah ulya  communication privacy management
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
Faiz Sujudi
 
Pentingnya kehidupan demokratis
Pentingnya kehidupan demokratis Pentingnya kehidupan demokratis
Pentingnya kehidupan demokratis
Purna Pirdaus
 
Analisis kasus hukum
Analisis kasus hukumAnalisis kasus hukum
Analisis kasus hukum
Della Mega Alfionita
 
Psikologi Komunikasi: Kuliah Pengantar
Psikologi Komunikasi: Kuliah PengantarPsikologi Komunikasi: Kuliah Pengantar
Psikologi Komunikasi: Kuliah Pengantar
Seta Wicaksana
 
Materi partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Materi partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu PolitikMateri partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Materi partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Cecep Zafar Sofyan
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Oktari Aneliya
 

What's hot (20)

Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
 
Ppt asumsi bermasalah
Ppt asumsi bermasalahPpt asumsi bermasalah
Ppt asumsi bermasalah
 
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi AntarpribadiMata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
 
Ppt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 laki
Ppt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 lakiPpt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 laki
Ppt ppkn mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia smasa 10 ips 2 laki
 
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik InterpersonalPSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
 
pengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasipengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasi
 
PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...
PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...
PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas ...
 
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAAN
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAANPERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAAN
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN PENYESUAIAN TERHADAP PEKERJAAN
 
Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosial
 
Komunikasi Massa
Komunikasi MassaKomunikasi Massa
Komunikasi Massa
 
Jurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetris
Jurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetrisJurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetris
Jurnal inspirasi hubungan masyarakat asimetris dan simetris
 
KEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPAN
KEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPANKEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPAN
KEBUTUHAN, KEINGINAN, dan HARAPAN
 
GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptx
GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptxGANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptx
GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.pptx
 
ILMU KOMUNIKASI - Pesan
ILMU KOMUNIKASI - PesanILMU KOMUNIKASI - Pesan
ILMU KOMUNIKASI - Pesan
 
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
Aqilah nafisah ulya  communication privacy managementAqilah nafisah ulya  communication privacy management
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
 
Pentingnya kehidupan demokratis
Pentingnya kehidupan demokratis Pentingnya kehidupan demokratis
Pentingnya kehidupan demokratis
 
Analisis kasus hukum
Analisis kasus hukumAnalisis kasus hukum
Analisis kasus hukum
 
Psikologi Komunikasi: Kuliah Pengantar
Psikologi Komunikasi: Kuliah PengantarPsikologi Komunikasi: Kuliah Pengantar
Psikologi Komunikasi: Kuliah Pengantar
 
Materi partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Materi partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu PolitikMateri partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Materi partisipasi politik Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
 

Similar to Loyalitas

Integrasi nasional
Integrasi nasionalIntegrasi nasional
Integrasi nasional
Sherly Anggraini
 
Nasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptxNasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptx
ferdhiyadi1
 
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdfMateri 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
Mira Veranita
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
Ely Goro Leba
 
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptxIntergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
BargasPratama
 
Materi Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsa
Materi Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsaMateri Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsa
Materi Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsa
ssuser69ed2d
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
Widodo Imanly
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
Widodo Imanly
 
3304118 makalah
3304118 makalah3304118 makalah
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
Askaria Jonison
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
Askaria Jonison
 
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Blackrose191
 
Integrasi Nasional .pptx
Integrasi  Nasional .pptxIntegrasi  Nasional .pptx
Integrasi Nasional .pptx
ZhadianWAbdullah
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasi
Dzikriani Yugi
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
Fahmi Hakam
 
wasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptxwasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptx
113RusmaLinda
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
chilovely
 
Integrasi nasional
Integrasi nasional Integrasi nasional
Integrasi nasional
Nadya Syabilla Arviadea
 
11984379.ppt
11984379.ppt11984379.ppt
11984379.ppt
lalalaksana
 

Similar to Loyalitas (20)

Integrasi nasional
Integrasi nasionalIntegrasi nasional
Integrasi nasional
 
Nasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptxNasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptx
 
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdfMateri 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
 
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptxIntergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
 
Materi Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsa
Materi Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsaMateri Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsa
Materi Identitas dan Integrasi Nasional dalam mempersatukan bangsa
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
 
3304118 makalah
3304118 makalah3304118 makalah
3304118 makalah
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
 
Integrasi Nasional .pptx
Integrasi  Nasional .pptxIntegrasi  Nasional .pptx
Integrasi Nasional .pptx
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasi
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
wasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptxwasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptx
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
 
Makalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaanMakalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaan
 
Integrasi nasional
Integrasi nasional Integrasi nasional
Integrasi nasional
 
11984379.ppt
11984379.ppt11984379.ppt
11984379.ppt
 

Recently uploaded

Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
moh3315
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 

Loyalitas

  • 1. TUGAS MATA KULIAH IDEOLOGI NASIONALISME DAN POLITIK IDENTITAS “Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal” Dosen Pengampu : Dr. Armaidy Armawi M.Si Oleh : Deni Ramdani 12/339267/PMU/07485 PROGAM STUDI KETAHANAN NASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi inividu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Sebelum lahir paham nasionalisme, kesetiaan orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, tetapi kepada berbagai bentuk kekuasaan sosial, organisasi politik atau raja, kesatuan ideologi seperti suku, negara kota, kerajaan dinasti, gereja atau golongan keagamaan. Nasionalisme secara konseptual memiliki makna yang beragam. Nazarudin (1991), “mengartikan nasionalisme sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan bahasa, dan sebagainya”. Integrasi nasional pada negara bangsa yang kompleks sangat ditentukan oleh faktor loyalitas rakyat terhadap bangsanya dalam bentuk loyalitas vertikal terhadap pemerintah dan loyalitas horizontal dari kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya. Tingkat loyalitas masyarakat tersebut akan menentukan kekuatan nasionalisme dan selanjutnya akan menciptakan integrasi nasional yang mantap. Oleh karena itu dalam masyarakat bangsa yang heterogen atau pluralistik dan dalam rangka mencapai kelangsungan dan kehidupan nation- state perlu adanya upaya untuk tetap memelihara integrasi nasional. Sejauh ini loyalitas dipandang sebagai suatu sarana untuk dapat mengikat sebuah kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan. Loyalitas sering diidentikkan dengan pengabdian akan seseorang terhadap sebuah lembaga yang mempunyai kesamaan visi dan orientasi untuk meraih tujuan bersama. Meskipun loyalitas memiliki arti yang sangat luas, namun kadang secara umum loyalitas hanya dilihat dari satu perspektif saja, yakni diidentikkan dengan pengabdian, pengorbanan dan ketaatan seorang individu yang mempunyai jabatan yang lebih rendah dalam sebuah lembaga terhadap seseorang yang memangku jabatan yang lebih tinggi dalam lembaga tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas tentang nasionalisme dalam loyalitas vertikal dan horizontal di kehidupan suatu bangsa dan Negara. 1
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nasionalisme dan Peranannya Bahar (1998), “Nasionalisme adalah sebuah status pikiran dimana loyalitas seorang individu benar-benar diarahkan kepada bangsa negara mewakili suatu bangsa (kaum)”. Nasionalisme umumnya terbentuk karena kesamaan bahasa, sejarah, dan juga budaya. Anthony (2003), menyatakan “ada dua jenis nasionalisme. Salah satunya adalah memperkuat negara, dan yang lainnya adalah negara subversi. Memperkuat nasionalisme negara dapat berhubungan dengan ideologi nasionalis sipil (civic nations), karena nilai-nilai loyalitas kepada negara dan menyamakannya dengan identitas nasional”. Di sisi lain, subversi-nasionalisme negara adalah tentang memisahkan dari negara yang ada dan membuat yang baru, atau setidaknya berusaha untuk mencapai otonomi dalam negara. Hal ini erat kaitannya dengan ideologi nasionalis etnis (ethnic nations). Nasionalisme bisa mempunyai peran yang berlawanan, karena mempunyai sifat menguntungkan dan juga bisa merugikan. Menguntungkan karena dapat menciptakan rasa cinta tanah air, tetapi rasa cinta yang berlebihan pula dapat mengakibatkan pertikaian karena terlalu mementingkan urusan kelompoknya. Nasionalisme berhubungan erat dengan bangsa dan negara. Bangsa merupakan konsep yang mengartikan identitas etnik dan kultur yang sama yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Sedangkan, negara merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial, populasi dan otonomi pemerintah. Nasionalisme tumbuh pada bangsa. Bangsa kemudian tumbuh berkembang dan bisa membentuk negara (nation-state). Umumnya, negara-negara yang ada di dunia terbentuk lebih dari satu bangsa. Penyatuan bangsa-bangsa menjadi suatu negara sering berkembang karena rasa nasionalisme yang dipengaruhi oleh kesamaan bahasa, sejarah dan juga budaya. Peranan dan pentingnya nasionalisme antara lain sebagai identitas lokal, nasionalisme adalah dasar untuk berinteraksi. Dimana seseorang akan menjunjung dan bangga akan negaranya dan identitas ini akan masuk di semua sektor kehidupan,baik politik, ekonomi, budaya,dan sebagainya. 2
  • 4. 2.2 Integrasi Nasional Secara umum integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki perbedaan baik etnisitas, sosial dan budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi bangsa nation terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama. Selanjutnya dalam menjalani proses pembentukan suatu bangsa berbagai suku bangsa, sebenarnya mencita-citakan suatu masyarakat baru, yaitu semua masyarakat politik yang dibayangkan akan memiliki rasa persaudaraan dan solidaritas yang kental, memiliki identitas kebangsaan dan wilayah kebangsaan yang jelas serta memiliki kekuasaan memerintah. Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal yang menyangkut hubungan elit dengan masa. Integrasi yang dimaksud disini merujuk pada upaya penyatuan berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda secara sosial, budaya maupun politik suatu bangsa, yang membangun kesetiaan lebih besar yang bersifat nasional. Dengan demikian, istilah integrasi merujuk pada upaya pembangunan atau otoritas atau kewenangan nasional; penyatuan pemerintah dengan yang diperintah, konsensus tentang nilai-nilai kolektif dan juga terkait dengan kesadaran anggota masyarakat untuk memperkokoh ikatan antara mereka. Menurut Bahar (1998), “integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua pokok permasalahan, pertama bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan- tuntutan negara yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki oleh negara. Kedua bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku anggota masyarakat, konsensus ini berkembang tumbuh diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan”. Dari dua pengertian diatas pada hakikatnya integrasi merupakan upaya politik kekuasaan untuk menyatukan semua unsur-unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur dalam masyarakat majemuk. Proses integrasi disebabkan oleh persamaan sejarah, ada ancaman dari luar yang dapat mengangu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin, hegomonitas sosial budaya serta agama dan adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan pembangunan. Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 3
  • 5. BAB III PEMBAHASAN Loyalitas kesetiaan nasional pada negara bangsa sangat penting dalam nation-state, kepentingan baik vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya. Nation- state atau negara bangsa bukan merupakan identitas yang alamiah, tapi melalui proses yang cukup lama, seperti di Amerika Serikat dan Perancis melalui revolusi modernisasi dan industri, nasionalisme merupakan rasionasitas dari kebangsaan. Nasionalisme di Indonesia pernah berhasil mendapatkan loyalitas dan pengorbanan besar dari rakyat. Pada saat perang kemerdekaan 1945-1949, rakyat rela berkorban harta benda dan bahkan nyawa demi keyakinan untuk memiliki Negara dan pemerintah sendiri. 3.1 Loyalitas Horizontal Loyalitas bersifat horizontal, dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari seperti kesetiaan kepada sesama organisasi atau lembaga. Ali (2011), menyatakan “menanamkan loyalitas horizontal, sebagai derajat kepatuhan dan kesetiaan dapat ditunjukan oleh: 1. Kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya 2. Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai) dan hukum 3. Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya”. Jika segala macam bentuk loyalitas bersifat horizontal itu sampai pada taraf konflik dan menimbulkan ketidakpuasan, maka taruhannya ialah disintegrasi organisasi atau hancurnya keutuhan rasa kebangsaan. Sebagai contoh dapat kita lihat di dalam masyarakat bahwa partai-partai politik yang terdapat di Indonesia sangatlah banyak, partai-partai itu saling berebut untuk mendapatkan posisi yang paling tinggi dengan cara apapun, dari sini bisa memicu suatu perkelahian massa yang sangat banyak. Misalnya satu partai melaksanakan kampanye disuatu daerah, kemudian di daerah tersebut pendukung partai ini bisa dikatakan hanya sepertiga dari masyarakat di daerah itu, maka bila ada pendukung partai itu melakukan suatu kegiatan yang dipandang oleh masyarakat sangat tidak menyenangkan maka akan terjadi perkelahian massa yang akan menimbulkan korban. 4
  • 6. 3.2 Loyalitas Vertikal Presiden ke-35 Amerika Serikat John F. Kennedy pada tahun 1961 mengatakan “My loyality to the party end when loyality to the state began.” Kalau diterjemahkan kira-kira seperti ini, “Loyalitas saya berakhir kepada partai, begitu pengabdian saya pada negara dimulai.” Ungkapan yang penuh makna ini banyak dikutip oleh para politisi maupun intelektual, namun sangat sedikit diterapkan. Ali (2011), berpendapat bahwa “loyalitas vertikal adalah kesetiaan atau pengabdian kepada seseorang dengan Negara atau pemerintahan”. Ensiklopedia Britannica Eleventh 1911 (awal abad 20) mendefinisikan loyalitas sebagai "setia kepada pemerintah berdaulat atau didirikan negara seseorang dan juga devosi pribadi dan penghormatan kepada keluarga kerajaan berdaulat.” Ini berarti kesetiaan kepada seorang raja. Definisi loyalitas berdasarkan etimologi kata ini dikumandangkan oleh Vandekerckhove, ketika ia berhubungan loyalitas dan mengungkap rahasia (lebih pada yang di bawah). Loyalitas bawahan terhadap atasannya sangat dipengaruhi oleh karakter pribadi pemimpin tersebut dan gaya dalam memimpin sebuah organisasi atau lembaga. Ada tiga karakter pempimpin yang memandang makna loyalitas bawahan terhadap dirinya, yang dapat diukur berdasarkan : 1. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya secara umum 2. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya 3. Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya secara umum Ini menggambarkan makna loyalitas sesungguhnya, karena dengan komitmen ini, seorang individu dalam suatu lembaga berusaha mengaktualisasikan dirinya untuk kepentingan bersama dalam organisasi yang diaktualisasikan melalui bentuk kesungguhan melaksanakan pekerjaannya dan bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya tersebut, sehingga secara umum tanpa harus mengkomitmenkan diri terhadap pimpinannya sesungguhnya ia telah menciptakan loyalitas komprehensip dalam sebuah lembaga, mencakup loyalitas terhadap pimpinannya. Namun dalam kasus lain, loyalitas model ini mempunyai resiko jika seorang pimpinan kurang bisa mengayomi dan memahami perilaku individu dalam organisasinya, dan memungkinkan terjadinya friksi antara pimpinan dengan 5
  • 7. bawahan. Namun sejauh pimpinan dapat memahami perilaku individu dalam organisasinya, loyalitas model ini dapat memacu perkembangan organisasi secara dinamis. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya Loyalitas model ini tidak jauh berbeda dengan model loyalitas pertama, dimana seorang individu dalam suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dan sadar akan bidang pekerjaannya. Perbedaannya adalah bahwa loyalitas model ini tanggung jawab seorang individu terpaku pada aturan-aturan dari seorang pimpinan, sehingga seorang bawahan akan terbatasi kreatifitasnya dalam bekerja, karena ada kemungkinan jika seorang individu melanggar aturan seorang pimpinan padahal masih dalam arah kebijakan lembaganya, maka seorang pimpinan akan merasa kurang senang dengan perilaku bawahannya tersebut, sehingga loyalitas terhadap dirinya (pimpinan) merupakan suatu faktor yang utama daripada loyalitas terhadap sebuah tujuan organisasi secara umum. Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja Seorang pimpinan akan merasa senang jika bawahannya menuruti segala aturan dan perintah darinya, meskipun perintahnya tersebut keluar dari arah tujuan sebuah organisasi. Namun dalam loyalitas model ini, itu bukanlah menjadi suatu masalah menurut pimpinan, asalkan dirinya mendapat kepuasan dari bawahan yang selalu patuh terhadap dirinya dan mengabaikan aturan atau sistem dalam sebuah organisasi. Lebih jauh, loyalitas model ini tidak membutuhkan seorang bawahan yang mempunyai kapabilitas dalam pekerjaan, sehingga skill bukanlah hal utama untuk dapat membuat pimpinan merasa senang. Sebagai gantinya, pimpinan menilai loyalitas bawahan pada sisi materi yang bisa didapat oleh seorang pimpinan. Untuk menanamkan rasa loyalitas vertikal sebagai salah satu indikator adalah adanya derajat kepatuhan dan kesetiaan yang ditunjukan oleh pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, dilakukan melalui upaya antara lain : a. Masyarakat terhadap pemimpinan non-formal, terhadap elite politik dan terhadap pemerintah NKRI b. Masyarakat terhadap hukum yang berlaku di wilayah NKRI c. Pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat d. Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang ada terhadap pimpinan didaerahnya 6
  • 8. Apabila dalam loyalitas vertikal terjadi persaingan dan konflik di tingkat elite yang terus- menerus, maka akan berimbas menjadi arena politik berdampak konflik di tingkat bawah (grassroot). Dengan kata lain, persaingan yang tidak terselesaikan dapat melahirkan perubahan yang tragis yaitu chaos atau revolusi. Sebaga contoh sifat kedaerahan yang kita anut sebenarnya adalah penyebab dari tidak terwujudnya rasa persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa di dalam diri kita dalam hal ini adalah loyalitas vertikal. Kita hanya selalu membanggakan daerah kita masing-masing, selalu hanya membela daerah kita apabila ada masalah, tapi apabila negara kita dalam masalah kita hanya bisa mengatakan bahwa itu urusan pemerintah, ini yang salah pada diri kita, urusan negara bukan hanya urusan pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia. Hilangkanlah rasa kedaerahan yang sangat melekat dalam diri kita, jangan hanya kita berbangga menjadi penduduk suatu daerah tetapi berbanggalah bahwa kita adalah bangsa Indonesia, janganlah masalah bangsa Indonesia kita tumpahkan hanya kepada pemerintah tetapi pikullah masalah itu dan jadikan sebagai masalah kita bersama, karena dengan bersama kita bisa menyelesaikannya. Kebersamaan yang kita bangun dan rasa nasionalisme yang kita junjung tinggi dalam diri kita masing-masing, ini merupakan suatu jalan untuk mengembalikan loyalitas vertikal dan memajukan Indonesia itu sendiri. Dengan kemajuan bagi Indonesia maka kita sebagai masyarakat yang hidup di dalam negara Indonesia ini juga akan menjadi masyarakat yang maju dan memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang utuh. 3.3 Cara Memperkuat Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal Untuk memperkuat rasa loyalitas vertikal dan horizontal dalam nasionalisme kebangsaan Indonesia antara lain menghindari disintegrasi bangsa, sesuai dengan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia dapat diwujudkan; melakukan sosialisasi nasionalisme Indonesia secara terus menerus; meningkatkan pembangunan ekonomi; dan menghilangkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Sosialisasi nasionalisme Indonesia, merupakan proses penanaman nilai-nilai kebangsaan kepada seluruh warga negara, terutama bagi generasi muda. Penanaman nilai- nilai dapat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai perjuangan kemerdekaan, sejarah tokoh-tokoh nasional dan penghormatan terhadap simbol-simbol kebangsaan. Sarana yang digunakan untuk sosialisasi tersebut, bisa melalui keluarga, sekolah, media massa, instansi pemerintah dan spanduk/poster. Kegagalan pembangunan ekonomi merupakan sumber frustrasi sejumlah suku bangsa yang mendorong mereka keluar dari 7
  • 9. negara yang ada dan berupaya membentuk negara sendiri. Dukungan untuk menyukseskan pembangunan ekonomi dan kemampuan pemerintah untuk bekerja dengan baik sangat penting guna memperkuat rasa nasionalisme. Karena itu, sudah menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa bagi penguatan integrasi nasional dan pemerintah pada posisi sebagai ujung tombaknya. 8
  • 10. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. .Nasionalisme diartikan sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan bahasa. 2. Loyalitas pada negara bangsa sangat penting dalam “nation-state”, kepentingan baik vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya. 3. Menanamkan loyalitas horizontal dapat ditunjukan oleh: Kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya; Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai) dan hukum; Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya. 4. Menanamkan loyalitas vertikal dapat ditunjukan oleh : Masyarakat terhadap pemimpinan non-formal, terhadap elite politik dan terhadap pemerintah NKRI; Masyarakat terhadap hukum yang berlaku di wilayah NKRI; Pemerintahdaerah terhadap pemerintah pusat Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang ada terhadap pimpinan didaerahnya 9