Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 57 tahun dengan diagnosis osteoarthritis genu bilateral yang mengeluhkan nyeri dan kaku pada kedua lututnya, serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Program rehabilitasi yang diberikan meliputi fisioterapi, okupasi terapi, ortotik prostetik, serta edukasi untuk pasien."
1. Laporan Kasus
Osteoarthritis Genu
Rizky Ishak Pridata, S.Ked 04084882124007
Dary Dzakwan Bara, S.Ked 04084882124010
Patrick Chang, S.Ked 04084882124014
Pembimbing:
Dr. Lia Miranda, Sp.KFR
DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2022
3. LATAR BELAKANG
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang
menunjukkan kerusakan pada kartilago sendi, penebalan tulang
subkondral, pembentukan osteofit pada tepi sendi dan terjadi
proses peradangan ringan pada sinovium nonspesifik
OA bersifat kronik, progresif lambat, menyebabkan inflamasi
ringan atau seringkali tidak meradang, deteriosasi, abrasi rawan
sendi serta tulang baru yang terbentuk pada permukaan sendi
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 80% dari
penderita OA berusia lebih dari 65 tahun
4. LATAR BELAKANG
Faktor risiko dari OA :
Usia, jenis kelamin, genetik,
kegemukan, suku bangsa,
penyakit metabolik, pekerjaan,
olahraga, cedera sendi, serta
kelainan pertumbuhan.
Pekerjaan yang membutuhkan
gerakan fisik yang berat dan
pemakaian satu sendi secara
terus-menerus, seperti berlutut
atau mengangkat beban yang
berat merupakan salah satu
faktor risiko dari OA
Gangguan fungsional memberatkan penderita osteoartritis,
dimana penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit
dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun berjalan, naik-turun
tangga, dan berbagai aktivitas yang membebani lutut
7. Identitas Penderita
Nama : Ny. A
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Palembang
Agama : Islam
Kunjungan : 27 September 2022
No. Med Rec : 0001283823
8. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri kedua lutut sejak ± 2 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 2 tahun yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada kedua lutut.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan
hilang timbul terutama ketika berdiri lama, duduk lama, berjalan jauh, dan
naik tangga, namun berkurang ketika beristirahat. Keluhan lutut bengkak
disangkal, kekakuan sendi ada terutama pada pagi hari ketika bangun
tidur. Pasien belum berobat.
9. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang (Lanjutan)
Sejak ± 5 bulan yang lalu, keluhan nyeri pada kedua lutut semakin
memberat. Nyeri dirasakan hampir setiap saat dan tidak berkurang ketika
beristirahat. Keluhan lutut bengkak ada dan hangat ketika diraba.
Kekakuan lutut ada. Selain nyeri dan kekakuan pasien juga mengeluhkan
terdengat bunyi/getaran ketika berjalan pada lutut. Pasien berobat ke RS
Hermina Palembang dan dilakukan rontgen lutut dengan hasil OA genu
bilateral grade III menurut Kellgren and Lawrence. Pasien diberikan obat
pereda nyeri namun pasien lupa nama obat.
10. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang (Lanjutan)
Sejak 1 hari SMRS, keluhan nyeri pada kedua lutut semakin
memberat. Nyeri dirasakan setiap saat. Nyeri yang dirasakan menggaggu
aktivitas seperti sholat, BAB, BAK, dan tidur pasien. Nyeri juga dirasakan
pada bagian paha. Pasien tidak dapat berjalan jauh dan harus
berpegangan ketika berjalan. Jika diberikan skala nyeri pasien
menyebutkan 6-7 dari 10. Keluhan lutut bengkak ada. Keluhan kebas dan
kesemutan pada tungkai disangkal. Riwayat trauma pada lutut tidak ada.
Pasien masih mengonsumsi obat pereda nyer namun keluhan tidka
membaik. Pasien kemudian berobat ke Poli Rehab Medik RSMH
Palembang untuk mendapatkan tatalaksana.
11. Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi ada sejak ± 5 tahun yang lalu
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan disangkal
- Riwayat penyakit autoimun disangkal
- Riwayat keganasan disangkal
- Riwayat trauma pada daerah lutut disangkal
- Riwayat operasi disangkal
12. Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan disangkal
- Riwayat penyakit autoimun disangkal
- Riwayat keganasan disangkal
14. Anamnesis
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Pasien saat ini menggunakan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Kesan: Sosioekonomi menengah
15. Pemeriksaan Fisik Umum
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15
Tanda Vital : Tekanan darah = 130/80 mmHg; Nadi = 89 x/menit; Respirasi=
20 x/menit; Suhu= 36,6˚C
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 82 Kg
IMT : 33,27 kg/m2 (Obesitas 2)
VAS score : 6-7
16. Pemeriksaan Fisik Khusus
Cara Berjalan/Gait
Tidak dapat dinilai
Bahasa/Bicara
Dalam batas normal
Kulit
Dalam batas normal
Status Psikis
Dalam batas normal
Pemeriksaan Nervus Kranialis
Tidak dilakukan
17. Pemeriksaan Fisik Khusus
Jantung
Dalam batas normal
Abdomen
Dalam batas normal
Trunkus
Dalam batas normal
Kepala
Dalam batas normal
Leher
Dalam batas normal
Thoraks
Dalam batas normal
Paru-paru
Dalam batas normal
18. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Inspeksi kanan kiri
Deformitas tidak ada tidak ada
Edema tidak ada tidak ada
Tremor tidak ada tidak ada
Nodus herbenden tidak ada tidak ada
Palpasi nyeri tekan (-)
19. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Neurologi
Motorik Dekstra Sinistra
Gerakan Luas Luas
Kekuatan:
Abduksi lengan 5 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 5 5
Fleksi jari-jari tangan 5 5
20. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Neurologi
Motorik Dekstra Sinistra
Abduksi jari tangan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks fisiologis
Reflesk tendon biseps Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks tendon triseps Tidak dilakukan Tidak dilakukan
21. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Neurologi
Motorik Dekstra Sinistra
Refleks patologis
Hoffman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tromner Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensorik
Protopatik Normal Normal
Proprioseptik Normal Normal
Vegetatif Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
22. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Penilaian fungsi tangan Kanan Kiri
Anatomical Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Grips Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Spread Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Palmar abduct Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pinch Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lumbrical Tidak dilakukan Tidak dilakukan
23. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Luas Gerak Sendi Aktif
Dextra
Aktif
Sinistra
Pasif
Dextra
Pasif
Sinistra
Abduksi Bahu Td Td Td Td
Adduksi Bahu Td Td Td Td
Fleksi bahu Td Td Td Td
Extensi bahu Td Td Td Td
Endorotasi bahu (f0) Td Td Td Td
Eksorotasi bahu (f0) Td Td Td Td
Endorotasi bahu (f90) Td Td Td Td
Eksorotasi bahu (f90) Td Td Td Td
Fleksi siku Td Td Td Td
Ekstensi siku Td Td Td Td
24. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak atas
Luas Gerak Sendi Aktif
Dextra
Aktif
Sinistra
Pasif
Dextra
Pasif
Sinistra
Ekstensi pergelangan
tangan
Td Td Td Td
Fleksi pergelangan tangan Td Td Td Td
Supinasi Td Td Td Td
Pronasi Td Td Td Td
Fleksi jari-jari tangan Td Td Td Td
Tes provokasi
Tidak dilakukan
25. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak Bawah
Inspeksi kanan kiri
Deformitas ada ada
Edema ada ada
Tremor ada ada
Palpasi
Nyeri tekan (lokasi) ada ada
Krepitasi ada ada
26. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak Bawah
Neurologi
Motorik Dekstra Sinistra
Gerakan Terbatas nyeri Terbatas nyeri
Kekuatan:
Fleksi paha 4 4
Ekstensi paha 4 4
Ekstensi lutut 4 4
Fleksi lutut 4 4
Dorsofleksi pergelangan kaki 5 5
27. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak Bawah
Neurologi
Motorik Dekstra Sinistra
Dorsofleksi ibu jari kaki 5 5
Plantar fleksi pergelangan kaki 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks fisiologis
Reflesk tendon patella Sulit dinilai Sulit dinilai
Refleks tendon Achilles Sulit dinilai Sulit dinilai
28. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak Bawah
Neurologi
Motorik Dekstra Sinistra
Refleks patologis
Babinsky Tidak ada Tidak ada
Chaddock Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal Normal
Proprioseptik Normal Normal
Vegetatif Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
29. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak Bawah
Luas Gerak Sendi Aktif
Dextra
Aktif
Sinistra
Pasif
Dextra
Pasif
Sinistra
Fleksi paha Sd Sd Sd Sd
Ekstensi paha Sd Sd Sd Sd
Endorotasi paha Sd Sd Sd Sd
Adduksi paha Sd Sd Sd Sd
Abduksi paha Sd Sd Sd Sd
Fleksi lutut 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi lutut 0 0 0 0
Dorsofleksi pergelangan kaki 0-15 0-15 0-15 0-15
Plantar fleksi pergelangan kaki 0-45 0-45 0-45 0-45
Inversi kaki 0-35 0-35 0-35 0-35
Eversi kaki 0-20 0-20 0-20 0-20
30. Pemeriksaan Fisik Khusus
Anggota Gerak Bawah
Tes provokasi Sendi Lutut Kanan Kiri
Stres test Sd Sd
Drawer’s test Sd Sd
Test tunel pada sendi lutut Sd Sd
Test human Sd Sd
Test lain-lain Td Td
31. Evaluasi
No Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
1 Struktur dan
fungsi tubuh
Nyeri dan kaku pada lutut
kanan dan kiri.
Mengurangi rasa nyeri dan
kaku pada kedua lutut
2 Aktivitas Nyeri terjadi pada saat
melakukan aktivitas seperti
berjalan, sholat, mengangkut
dan mengambil barang.
Mengembalikan kemampuan
pasien untuk dapat beraktivitas
secara normal sehari-hari.
3 Partisipasi Pekerjaan sehari-hari saat
mengerjakan pekerjaan rumah
tangga menjadi terganggu.
Mengembalikan kemandirian
dan partisipasi aktif pasien
dalam lingkungan sosialnya.
33. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
● Infrared (IR)
● Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
● Cryotherapy
Okupasi Terapi
● Knee ROM exercise
● Straight leg raises exercise
● Quadriceps exercises
34. Program Rehabilitasi Medik
Ortotik Prostetik
● Knee decker
● Cane
Edukasi :
● Mendorong pasien untuk melakukan latihan fisik di rumah
● Mengingatkan pasien bahwa setiap orang memiliki kemajuan penyembuhan
dengan kecepatan berbeda
● Komplikasi dapat terjadi
37. Definisi
● OA, disebut juga sebagai penyakit sendi degeneratif, merupakan kondisi dimana
kartilago sendi berkurang secara progresif, seringkali akibat penggunaan berlebih
● OA merupakan jenis artritis yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab yang
sering dari disabilitas
● Articulatio genus merupakan sendi sinovial yang paling besar pada manusia, yang terdiri
dari struktur tulang (os femur bagian distal, os tibia bagian proksimal, dan os patella),
kartilago (meniscus dan kartilago hialin), ligamentum, dan membran sinovial
1. Hsu H, Siwiec RM. Knee osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2018 [updated 2022 Jun 27, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/
2. Mora JC, Przkora R, Cruz-Almeida Y. Knee osteoarthritis: pathophysiology and current treatment modalities. J Pain Res. 2018;11:2189-2196.
38. 1. Netter FH. Atlas of human anatomy. 6th ed. Philadelphia (PA): Saunders; 2014. p. 498.
Tampak sagital
dari articulatio
genus dextra
39. Epidemiologi
● OA merupakan jenis artritis yang paling sering terjadi dan
merupakan penyebab yang paling sering dari disabilitas. Penyakit ini
mempengaruhi ± 250 juta orang di seluruh dunia, > 27 juta orang di
Amerika Serikat, dan angka kejadian kasus OA genu di Indonesia
sebesar 240 per 100.000 orang per tahun
● World Health Organization menyatakan dalam penelitian Global
Burden of Disease tahun 2010, OA genu dan coxae merupakan
kontributor disabilitas global tertinggi ke-11
1. Mora JC, Przkora R, Cruz-Almeida Y. Knee osteoarthritis: pathophysiology and current treatment modalities. J Pain Res. 2018;11:2189-2196.
2. Siddik M, Haryadi RD. The risk factors effect of knee osteoarthritis towards postural lateral sway. Indian J Forensic Med Toxicol. 2020;14(2):1787-1792.
3. Mobasheri A, Batt M. An update on the pathophysiology of osteoarthritis. Ann Phys Rehabil Med. 2016;59(5-6):333-339.
40. Etiopatogenesis
● Mekanisme patofisiologis OA mencakup mediator pro-inflamasi (IL-1β, IL-6, IL-8), tumor
necrosis factor α, dan mediator pro-katabolik melalui signaling pathway masing-masing.
Efek dari NFκB dan respon sinyal kinase mitogen-activated protein serta
reprogramming menyebabkan perubahan pathway dalam jaringan transkripsi
● Mediator inflamasi, dan stres mekanik serta oksidatif menganggu fungsi dan viabilitas
chondrocyte, dimana sel tersebut terprogram ulang untuk mengalami diferensiasi
hipertrofik dan penuaan (senescence) yang terpercepat, yang akan menyebabkan sel
tersebut untuk menjadi lebih sensitif terhadap efek mediator pro-inflamasi dan pro-
katabolik
1. Mobasheri A, Batt M. An update on the pathophysiology of osteoarthritis. Ann Phys Rehabil Med. 2016;59(5-6):333-339.
41. Etiopatogenesis
● Istilah “chondrocyte” dan
“senescence” dapat digabung
menjadi “chondrosenescence”
yang mendefiniskan penurunan
fungsi chondrocyte yang
menyebabkan disfungsi
kartilago pada OA
1. Mobasheri A, Batt M. An update on the pathophysiology of osteoarthritis. Ann Phys Rehabil Med. 2016;59(5-6):333-339.
42. Etiopatogenesis
1. Kardos D, Marschall B, Simon M, Hornyák I, Hinsenkamp A, Kuten O, Gyevnár Z, Erdélyi G, Bárdos T, Paukovits TM, Magos K, Béres G, Szenthe K, Bánáti F, Szathmary S,
Nehrer S, Lacza Z. Investigation of cytokine changes in osteoarthritic knee joint tissues in response to hyperacute serum treatment. Cell. 2019;8(8):824-839.
43. Etiopatogenesis
● Keluhan utama dari pasien OA genu umumnya berupa nyeri pada
articulatio genus, dimana onset penyakit berkala, bertambah buruk
saat beraktivitas berat, bertambah buruk bila membungkuk atau
menaik tangga, bertambah buruk bila tidak aktif, bertambah buruk
seiring waktu, membaik bila istirahat, membaik bila diberikan
kompres dingin ataupun dengan obat anti-inflamasi, keluhan lutut
kaku, keluhan lutut bengkak, dan kapasitas ambulasi yang
berkurang
1. Hsu H, Siwiec RM. Knee osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2018 [updated 2022 Jun 27, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/
44. Diagnosis
● Anamnesis untuk OA genu sebaiknya mencakup manifestasi klinis yang telah disebut,
dengan mengingat onset gejala, lokasi nyeri spesifik, durasi nyeri dan gejala lainnya,
karakteristik nyeri, faktor yang memperburuk dan memperbaik, nyeri alih, waktu
terjadinya nyeri, keparahan gejala, dan aktivitas fungsional pasien
● Pemeriksaan fisik sebaiknya dimulai dengan inspeksi. Pada saat berdiri, diperhatikan jika
terdapat eritema periartikular dan pembengkakan, atrofi musculus quadriceps femoris,
dan deformitas varus ataupun valgus. Diperhatikan juga gait untuk menilai tanda nyeri
dan pergerakan abnormal pada articulatio genus yang dapat mengindikasikan
instabilitas ligamentum. Kemudian, kulit sekitar diperhatikan untuk scar operasi
sebelumnya jika ada, adanya trauma, ataupun lesi jaringan lunak
1. Hsu H, Siwiec RM. Knee osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2018 [updated 2022 Jun 27, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/
45. Diagnosis
● Pemeriksaan ROM penting dalam pemeriksaan articulatio genus. ROM aktif
dan pasif pada fleksi dan ekstensi sebaiknya dinilai. Palpasi sepanjang
struktur tulang dan jaringan lunak juga sebaiknya diperhatikan
● Pemeriksaan neurovaskular juga sebaiknya dilakukan untuk menilai
kekuatan musculus quadriceps femoris dan kelompok otot hamstring oleh
karena otot-otot tersebut seringkali mengalami atrofi jika terdapat nyeri lutut.
Pemeriksaan sensoris dari nervi femoralis, peroneus communis, et tibialis
sebaiknya dilakukan untuk menilai gejala neurogenik konkomitan. Palpasi
pembuluh darah poplitea, dorsalis pedis, dan tibialis posterior sebaiknya
dilakukan untuk menilai abnormalitas vaskular
1. Hsu H, Siwiec RM. Knee osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2018 [updated 2022 Jun 27, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/
46. Diagnosis
Pemeriksaan untuk
gangguan meniscus
articulatio genus
termasuk antara lain
uji joint line
tenderness, uji
McMurray, uji Apley
grind, dan uji patellar
grind/kompresi
1. O’Dell MW, Lin CD, Singh JR, Christolias GC. The physiatric history and physical examination. In: Kaelin D, Kowalske K, Lew H, Miller MA, Ragnarsson KT, Worsowicz GM,
editors. Braddom’s physical medicine & rehabilitation. 5th ed. Amsterdam (NL): Elsevier; 2016. p. 3-40.
47. Diagnosis
● Gambaran radiologis OA berupa penyempitan ruang
sendi, sklerosis, dan osteofitosis. Ketiga temuan
tersebut harus hadir untuk diagnosis OA, jika tidak,
diagnosis lainnya sebaiknya dipikirkan
● Penyempitan ruang sendi kurang spesifik, namun
selalu terjadi pada OA. Sklerosis seharusnya tampak
pada seluruh kasus OA kecuali bila terjadi
osteoporosis berat. Osteofitosis tanpa penyempitan
ruang sendi ataupun sklerosis selain oleh OA hanya
dapat terjadi jika terdapat hiperostosis skeletal
idiopatik difus
1. Helms CA, Vinson EN. Arthritis. In: Klein JS, Brant WE, Helms CA, Vinson EN, editors. Brant and Helms’ fundamentals of diagnostic radiology. 5th ed. Alphen aan den Rijn
(NL): Wolters Kluwer; 2019. p. 3141-3215.
48. Diagnosis Banding
● Diagnosis banding untuk OA adalah:
Artritis rematik
Artritis psoriatik
Artritis kristalina
1. Sen R, Hurley JA. Osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2022 [updated 2022 May 1, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482326/
49. Penatalaksanaan
● Terapi farmakologi untuk OA genu dari divisi rehabilitasi medik berupa pemberian NSAID oral ataupun
topikal. Selain dari itu, tatalaksana OA genu terutama adalah terapi nonfarmakologi. Terapi
nonfarmakologi termasuk edukasi pasien, perubahan lifestyle, dan penggunaan orthosis. Literatur
terkini menunjukkan bahwa olahraga aerobik intensitas sedang selama 150 menit/pekan ataupun
aktivitas fisik sedang-berat selama 2 hari/pekan sangat menguntungkan untuk pasien OA.
Rekomendasi untuk olahraga spesifik tidak ada, dan terutama merupakan opini ahli
● Inti edukasi untuk pasien harus mencakup bahwa; (1) aktivitas fisik reguler dan program olahraga yang
terindividualisasi dapat mengurangi nyeri, mencegah perburukan, dan meningkatkan kualitas hidup,
(2) untungnya penurunan berat badan untuk pasien overweight dan obesitas, dan untungnya
mempertahankan berat badan sehat dengan diet dan olahraga, dan (3) gejala OA dapat dikurangi
secara signifikan tanpa memerlukan tindakan bedah
1. Hsu H, Siwiec RM. Knee osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2018 [updated 2022 Jun 27, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/
2. Dantas LO, Salvini TdF, McAlindon TE. Knee osteoarthritis: key treatments and implications for physical therapy. Braz J Phys Ther. 2021;25(2):135-146.
50. Penatalaksanaan
● Orthosis untuk OA genu (knee brace)
memiliki prinsip 3-titik yang menyerupai
Swedish knee cage (digunakan dalam genu
recurvatum), dengan tambahan
penyempitan kompartemen medial.
Distribusi sistem 3-titik dicapai melalui suatu
strap yang diaplikasikan menyeberang
articulatio genus. Orthosis ini mengurangi
nyeri secara signifikan. Perbaikan secara
radiologis juga terlihat.
1. Hennessey WJ, Uustal H. Lower limb orthoses. In: Kaelin D, Kowalske K, Lew H, Miller MA, Ragnarsson KT, Worsowicz GM, editors. Braddom’s physical medicine &
rehabilitation. 5th ed. Amsterdam (NL): Elsevier; 2016. p. 249-274.
51. Komplikasi dan Pencegahan
● Komplikasi OA genu berupa nyeri kronik, risiko jatuh, ambulasi terganggu,
gangguan alignment sendi, pengurangan ROM, dan radikulopati. Oleh
karena pasien OA sering mengonsumsi NSAID, pasien dapat mengalami
maag, ulcus pepticum, penurunan koagulasi darah, dan gangguan ginjal
● Pencegahan OA terutama berupa perbaikan lifestyle, terutama
mempertahankan berat badan sehat.
1. Hsu H, Siwiec RM. Knee osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2018 [updated 2022 Jun 27, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/
2. Mobasheri A, Batt M. An update on the pathophysiology of osteoarthritis. Ann Phys Rehabil Med. 2016;59(5-6):333-339.
3. Sen R, Hurley JA. Osteoarthritis [Internet]. Saint Petersburg (FL): StatPearls Publishing; 2022 [updated 2022 May 1, cited 2022 Sep 30]. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482326/
52. Prognosis
● Quo ad vitam : bonam
● Quo ad functionam: dubia ad bonam
● Quo ad sanationam : malam
54. Analisis Kasus
Pasien Ny. A, perempuan, usia 57 tahun, datang dengan keluhan
utama nyeri kedua lutut disertai kekakuan dan bengkak. Berdasarkan
hasil anamnesis, didapatkan bahwa nyeri dirasakan perlahan-lahan
semakin memberat. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan
berdenyut terkadang menjalar dari lutut hingga ke paha. Nyeri
diberberat dengan aktivitas dan tidak berkurang saat istirahat.
Riwayat trauma pada lutut tidak ada.
Kondisi nyeri pada kedua lutut yang sudah berlangsung
selama 2 tahun mengarahkan pada kondisi kronik. Kondisi
nyeri dan kekakuan yang perlahan-lahan semakin memburuk
juga menunjukkan bahwa nyeri pada kedua lutut bersifat
progresif.
55. Analisis Kasus
Keluhan tambahan antara lain kekakuan,
bengkak dan hangat Menunjukkan adanya
proses inflamasi yang sedang berlangsung pada
lutut pasien. Pasien juga mengeluh adanya
keterbatasan pergerakan kedua lutut sehingga
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti
berjalan, duduk, tidur dan mandi. Kondisi ini
diakibatkan oleh luas gerak sendi yang
berkurang akibat nyeri dan kekakuan, terutama
pada saat pasien melakukan fleksi dan ekstensi
pada sendi lutut.
56. Analisis Kasus
Keluhan sendi ini menyebabkan penurunan luas
gerak sendi yang juga mengarahkan pada
diagnosis osteoartritis, frozen shoulder,
rheumatoid arthritis, tendinitis, dan bursitis.
Kekakuan tidak berkurang dengan istirahat dan
semakin memberat dengan adanya aktivitas
mengarahkan pada diagnosis osteoartritis.
Nyeri, kekakuan dan bengkak sekarang
semakin terasa memberat dan pasien juga
menyangkal adanya riwayat penyakit autoimun.
Pasien juga tidak memiliki riwayat DM dan
hipertensi.
57. Analisis Kasus
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik dan
kesadaran compos mentis. Tanda vital didapatkan tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 89 x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu
36,6°C, serta skala nyeri VAS = 6-7, IMT =33,27 (obesitas).
Pemeriksaan fisik kepala, thorax, abdomen, trunkus, anggota
gerak atas dalam batas normal. Akan tetapi, pemeriksaan luas
gerak sendi anggota gerak bawah didapatkan penurunan baik
aktif maupun pasif pada gerakan fleksi dan extensi pada sendi
lutut. Penurunan luas gerak sendi aktif maupun pasif
mengarahkan pada diagnosis osteoartritis. Diagnosis tendinitis
dan bursitis dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan luas
gerak sendi pasif akan lebih luas dibanding aktif. Dengan
demikian, berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
dapat ditegakkan diagnosis kerja yaitu osteoartritis.
58. Analisis Kasus
Penatalaksanaan osteoartritis pada kasus ini yaitu berupa
tatalaksana non farmakologis berupa edukasi, fisioterapi, dan
okupasi terapi. Fisioterapi yang diberikan yaitu cryoterapi genu
dextra dan sinistra. TENS pada genu dextra dan sinistra, pasien juga
mendapatkan okupasi terapi berupa knee decker dan cane pada
sendi lutut. Pasien juga mendapatkan stretching, tapping dan laser
Prognosis pada kasus ini dengan tatalaksana adekuat yaitu
quo ad vitam ad bonam; ad functionam: dubia ad malam; quo
ad sanationam dubia ad malam