1. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
Pondasi Historis Kurikulum
(Ornstein & Hunkins Bab 3)
Karena banyak sarjana kurikulum sering kekurangan perspektif sejarah mereka
mengandalkan sejarah pendidikan Amerika untuk menganalisis warisan kurikulum. Dengan
menganalisis kurikulum 200 tahun pertama (atau lebih) sampai ke peralihan abad 20, kita dapat
memandang kurikulum pada pokoknya dalam hal matapelajaran yang berubah dan filsafat
perenialisme yang dominan. Baru sesudah munculnya progresifme yang diikuti behaviorisme
dan saintisme dalam pendidikan perhatian dalam bidang kurikulum meluas sehingga mencakup
prinsip pengembangan kurikulum. Peralihan ini muncul pada tahun-tahun awal abad ke 20.
Bahasan kita akan dimulai dengan periode kolonial dan berlanjut sampai abad ke 18, 19, dan 20.
Periode Kolonial (1642-1776)
Landasan historis kurikulum banyak berakar pada pengalaman pendidikan di Masschussetts
zaman kolonial. Massachussets banyak didiami oleh Puritan yang teguh memegang teologi.
Berbeda dengan sekolah kontemporer, sekolah-sekolah pertama di Inggris Baru terkait erat
dengan gereja Puritan. Tujuan utama sekolah adalah mengajar anak-anak membaca Kitab Injil
dan maklumat yang terkait masalah masyarakat. Karena itu, membaca menjadi matapelajaran
penting, diikuti dengan menulis dan mengeja. Sejak zaman kolonial, membaca dan ketrampilan
yang terkait dengan bahasa merupakan dasar pendidikan Amerika dan dasar kurikulum di
Sekolah Dasar (SD) (Ornstein & Hunkins, 1988:52).
Pada periode ini dikenal adanya pembagian tiga wilayah koloni dan sekolah kolonial.
Sekolah kolonial yang didirikan di Massachusetts berasal dari dua sumber, yaitu Legislasi 1642
dan Akta “Setan Penipu Tua” yang mengehendaki setiap kota yang memiliki 50 keluarga atau
lebih untuk menunjuk guru membaca dan menulis, dan kota yang memiliki 100 keluarga atau
lebih untuk mempekerjakan guru bahasa Latin. Aturan ini menunjukkan betapa pentingnya
pendidikan bagi Puritan. Sebagian sejarahwan menganggap ini sebagai cikal bakal sekolah
hukum Amerika dan gerakan sekolah negeri. Di koloni menengah, tidak ada bahasa atau agama
Nasrul/51789 Page 1
2. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
yang sama. Tidak ada sistem, sekolah yang dapat dibentuk. Yang berkembang adalah sekolah-sekolah
agama dan sekolah swasta yang berkaitan dengan kelompok etnik atau agama tertentu.
Sampai akhir abad ke 18, keputusan pendidikan di koloni bagian selatan diserahkan saja pada
keluarga. Tindakan legislatif diambil hanya terkait anak-anak yatim, anak-anak miskin, atau
anak-anak tidak sah untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan privat dan
ketrampilan vokasional. Anak-anak budak kulit hitam dilarang belajar membaca dan menulis.
Walaupun terdapat perbedaan antara sekolah-sekolah Inggris Baru, koloni tengah Atlantik, dan
koloni selatan, ketiga wilayah ini dipengaruhi oleh ide politik Inggris. Komitmen agama
memiliki prioritas tinggi di seluruh sekolah dan masyarakat. Apa yang kemudian menjadi 3R
juga berkambang dari sekolah ini. Kurikulum sekolah kolonial terdiri atas membaca, menulis,
dan sedikit berhitung sejalan dengan dasar-dasar keyakinan dan pelajaran agama.
Sekolah kolonial terdiri atas town school (sekolah kota kecil) yang merupakan sekolah
agama dan swasta, sekolah rakyat yang belajar bahasa Latin (Latin grammar school), akademi,
dan college. Di koloni Inggris Baru, sekolah kota kecil merupakan sekolah dasar populer yang
dikontrol secara lokal. Kehadiran di sekolah ini tergantung pada cuaca dan kebutuhan keluarga
menyuruh anak-anak mereka bekerja di ladang. Di koloni tengah, sekolah agama dan swasta
yang menonjol, sekolah dasar diadakan oleh misionaris dan kelompok etnik. Seperti sekolah kota
di Inggris Baru, sekolah ini juga berfokus pada membaca, menulis, dan wejangan agama. Pada
level kedua, putra masyarakat kelas atas mengikuti sekolah rakyat berbahasa Latin, yang pertama
didirikan di Boston tahun 1635. Akademi, yang didirikan tahun 1751, merupakan institusi
Amerika yang kedua yang memberikan pendidikan pada level kedua. Akademi didasarkan pada
ide Benjamin Franklin dan dimaksudkan untuk menawarkan kurikulum praktik bagi siswa yang
tidak masuk perguruan tinggi (college). Bahasa Latin tidak lagi dianggap penting, siswa boleh
memilih bahasa asing berdasarkan kebutuhan kerja mereka. Akademi juga memperkenalkan
ketrampilan tangan dan praktik ke dalam kurikulum formal; ini menjadi dasar sekolah kejuruan
di abad ke 20. Kebanyakan siswa melanjutkan pendidikan ke Harvard atau Yale setelah lulus
dari sekolah rakyat berbahasa Latin. College didasarkan atas konsepsi Puritan bahwa yang pantas
jadi pendeta adalah yang terdidik baik dalam hal-hal klasik dan injil. Kurikulum Harvard/Yale
terdiri atas matakuliah bahasa Latin, gramatika, logika, retorika, aritmatika, astronomi, etika,
Nasrul/51789 Page 2
3. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
metafisika, dan ilmu alam. Kurikulum untuk profesi lain juga mencakup bahasa Yunani, Yahudi,
dan sejarah kuno (Ornstein & Hunkins, 1988:53--55).
Periode Nasional (1776-1850)
Misi pendidikan baru yang muncul pada periode Revolusi berlanjut sampai awal periode
nasional. Banyak pemimpin mulai menghubungkan sekolah negeri dengan ide pemerintah yang
populer dan kebebasan politik. Penekanan pada kehidupan, kebebasan, dan kesamaan
ditonjolkan dalam banyak dokumen. Dengan datangnya abad ke 19, kekuatan sekuler
menyebabkan menurunnya pengaruh agama di sekolah dasar dan menengah. Di anatara
kekuatan sekuler ini adalah perkembangan demokrasi, pemerintah federal, ide kebebasan
beragama, dan penemuan baru dalam ilmu-ilmu alam.
Di antara para ahli pada periode ini adalah Dr. Benjamin Rush, Thomas Jefferson, Noah
Webster, dan William Holmes McGuffey. Rush mengatakan bahwa penekanan pada hal-hal yang
klasik mengarah pada prasangka massa terhadap institusi pembelajaran. Menurutnya sains dalah
instrumen utama kemajuan sosial. Ia merencanakan pendidikan untuk Pensilvania dan Republik
baru sebagai berikut: sekolah dasar gratis untuk kota kecil yang terdiri atas 100 keluarga atau
lebih, akademi gratis pada level county (kabupaten), dan universitas dan perguruan tinggi gratis
untuk level negara bagian. Kurikulum Rush menekankan pada membaca, menulis, aritmatika di
SD; bahasa Inggris, bahasa Jerman, seni dan sains khusus di sekolah menengah dan perguruan
tinggi; tatakrama dan prinsip moral dari awal sampai akhir sekuens pendidikan.
Keyakinan pada masyarakat agraris dan ketidakpercayaan pada proletar merupakan ide
dasar demokrasi Thomas Jeferson. Ia mengusulkan rencana penyediaan kesempatan pendidikan
gratis bagi semua masyarakat. Jefferson berencana membagi Virginia menjadi beberapa distrik
yang masing-masingnya memiliki sekolah dasar (elementary school) gratis yang mengajarkan
membaca, menulis, aritmatika dan sejarah. Ia juga berencana menyediakan 20 sekolah rakyat
(grammar school) pada level kedua dengan beasiswa. Setelah tamat sekolah rakyat, separuh
penerima beasiswa akan diangkat menjadi guru sekolah distrik atau SD, dan separuh yang
berprestasi melanjutkan ke William & Mary College. Rencana Jefferson ini mempromosikan ide
sekolah sebagai penyeleksi orang-orang pintar yang akan melanjutkan pendidikan sekaligus ide
Nasrul/51789 Page 3
4. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
tentang kesamaan kesempatan pendidikan bagi yang kurang mampu secara ekonomis. Baik
rencana Rush maupun Jefferson tidak menjadi kenyataan (Ornstein & Hunkins, 1988:56--57).
Berbeda dari negara-negara lain yang berjuang mencari identitas, Amerika Serikat (AS)
tidak memiliki satu identitas budaya dan literatur nasional. Tahun 1789, ketika Konstitusi
diberlakukan, Webster mengatakan bahwa AS harus memiliki sistem bahasa dan
pemerintahannya sendiri. Menyadari bahwa rasa identitas bangsa diperoleh melalui bahasa dan
sastra nasional, Webster merencanakan menata ulang bahasa Inggris yang digunakan di AS. Dia
langsung menghubungkan bahasa dengan pendidikan yang terorganisir. Karena kurikulum
sekolah yang diAmerikakan ini akan dibentuk oleh buku yang akan dibaca siswa, Webster
banyak menulis buku tentang ejaan dan membaca. McGuffey juga berbicara tentang
nasionalisme budaya Amerika ini. Dia menggabungkan kepercayaan Kristen dengan kekuatan
penduduk pedesaan Amerika seperti rasa patriotisme, heroisme, kerja keras, kerajinan, dan
kehidupan yang keras. Penekanannya adalah pada moral, agama, kapitalisik, dan pro-Amerika.
Melalui bukunya Readers, ia membukakan jalan untuk sistem penjenjangan pendidikan
(Ornstein & Hunkins, 1988:58).
Para Pendidik Eropa Abad ke 19
Walaupun banyak kritikan ditujukan pada pemikiran Eropa, pendidikan Amerika justru
dipengaruhinya. Pada level perguruan tinggi, para pendidik Jerman mempengaruhi bidang ilmu
alam, psikolgi, dan sosiologi; banyak universitas yang berorientasi penelitian di Amerika
didasarkan pada model Jerman. Di antara para pendidik Eropa itu ialah Johann Heinrich
Pestalozzi (Swis), Friedrich Froebel (Jerman), John Freidrich Herbart (Filosof Jerman), dan
Herbert Spencer (Inggris) (Ornstein & Hunkins, 1988:59 – 61).
Pestalozzi meletakkan dasar untuk SD moderen dan membantu mereformasi praktik SD.
Menurut Pestalozzi, pendidikan harus dikembangkan dengan metode “umum” dan metode
“khusus”. Metode umum menghendaki para pendidik untuk memberikan keamanan emosi,
kepercayaan, dan kasih sayang pada anak-anak, metode khusus memperhatikan indra dengar dan
lihat anak-anak dalam proses mengajar. Untuk itu, Pestalozzi mengembangkan “object lesson”
Nasrul/51789 Page 4
5. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
yang memperkenalkan tiga jenis belajar – bentuk, angka, dan bunyi (Ornstein & Hunkins,
1988:59).
Sementara itu, Froebel dikenal dengan pengembangan taman kanak-kanaknya yang dia
sebut “Taman anak”. Froebel mengusulkan bahwa pendidikan hendaknya dimulai ketika anak
berusia 3-4 tahun dan didasarkan pada permainan yang terorganisir. Di taman kanak-kanak (TK)
Froebel, belajar didasarkan atas kegiatan mandiri dan perkembangan diri anak serta kepercayaan
dan rasa sayang anak. Nyanyi, cerita, material warna warni, dan pemainan menjadi bagian dari
kurikulum formal. Konsep TK ini dibawa oleh imigran Jerman ke Amerika, dan TK pertama
Amerika didirikan di Watertown, Wisconsin tahun 1855 oleh Margaret Schurz (Ornstein &
Hunkins, 1988:60).
Filosof Jerman terkenal J.F. Herbart meyakini bahwa tujuan utama pendidikan adalah
mengembangkan karakter moral. Ia mengembangkan dua bidang matapelajaran, yaitu peminatan
pengetahuan dan peminatan etika. Peminatan pengetahuan mencakup data empiris, data faktual,
dan ide teoretis; peminatan etika yang mencakup konviksi personal, kebajikan, dan penghargaan
pada kesejahteraan sosial orang lain, keadilan, dan persamaan. Herbart adalah penolong
terbentuknya metode pembelajaran formal yang mencakup langkah-langkah: persiapan,
presentasi, asosiasi, generalisasi, dan aplikasi. Langkah ini tidak hanya diadopsi oleh guru-guru
kelas tetapi juga diaplikasikan dalam pelatihan guru (Ornstein & Hunkins, 1988:61).
Herbert Spencer adalah ahli ilmu sosial Inggris yang mendasarkan ide pendidikannya pada
teori Charles Darwin tentang evolusi biologis dan kebertahanan hidup. Menurut Spencer,
perkembangan sosial berlangsung menurut proses evolusi yang dengannya masyarakat sederhana
berkembang menjadi lebih kompleks yang ditandai dengan meningkatnya profesi dan pekerjaaan
yang makin terspesialisasi. Spencer juga mengkritik doktrin agama dan matapelajaran klasik
dalam pendidikan karena tidak ilmiah dan tidak sesuai dengan masyarakat kontemporer.
Sebaliknya, dia menyarankan kurikulum yang cocok dengan masyarakat industri – kurikulum
yang ilmiah dan praktis. Bagi Spencer, tujuan utama pendidikan adalah “mempersiapkan
kehidupan yang lengkap”. Untuk mendukung hal ini, Spencer membentuk kurikulum yang
memprioritaskan kegiatan manusia untuk memajukan kemampuan bertahan hidup. Menurutnya,
sains sangat penting untuk melindungi diri dan untuk menyelamatkan kehidupan. Spencer juga
Nasrul/51789 Page 5
6. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
percaya bahwa siswa seharusnya tidak diberitahu apa yang akan dipikirkan tetapi didorong untuk
menemukan sebanyak mungkin. Ide-ide ini cocok dengan ide para pemikir pada paruh kedua
abad ke 19 dan nosi Spencer tentang belajar melalui penemuan juga mempengaruhi ahli
kurikulum abad ke 20 (Ornstein & Hunkins, 1988:61).
Munculnya Pendidikan Universal (1820 – 1920)
Selama awal abad ke 19 Amerika berkembang ke barat. Kehidupan di perbatasan baru ini
memperdalam keyakinan bangsa Amerika tentang orang-orang awam yang membangun bangsa
mereka. Mereka percaya bahwa semua orang memiliki peran penting dan untuk bertahan hidup
setiap orang harus memiliki pekerjaan. Keyakinan ini mendorong mereka untuk mendirikan
sekolah. Jenis sekolah yang berkembang saat itu adalah sekolah monitor, sekolah bersama¸
sekolah lanjutan, akademi, dan sekolah menengah (Ornstein & Hunkins, 1988:62 -68).
Sekolah monitor adalah temuan bangsa Eropa, berdasarkan pada model pendidikan Joseph
Lancaster dan berkembang cepat di pusat-pusat perkotan Amerika. Daya tarik utamanya adalah
ia murah. Siswa yang pintar digunakan jadi instruktur bagi teman-temannya setelah dia
mengikuti pelajaran dengan guru. Pembelajaran dilakukan sangat terstruktur dan didasarkan pada
penghapalan dan latihan 3R. Guru lebih banyak sebagai inspektur dan supervisor. Sekolah
monitor ini mempromosikan pendidikan massa tetapi sistemnya dianggap terlalu mekanik dan
dikritik arena menggunakn siswa sebagai guru temannya. Menjelang pertengahan abad ke 19
populeritasnya makin berkurang.
Sekolah bersama untuk tingkat SD didirikan tahun 1826 di Massachusetts dan diikuti
kemudian oleh Connecticut dengan fokus tetap pada 3R. Di Inggris Baru, legislator mendorong
berdirinya sekolah distrik dan memilih dewan sekolah serta membuat hukum yang mengatur
sekolah. Tradisi yang dibangun di seputar sekolah bersama – ide sekolah lingkungan, kontrol
lokal terhadap sekolah, dan dukungan pemerintah terhadap sekolah -- mengambil tempat yang
mantap dalam hati dan pikiran orang-orang Amerika. Di sekolah bersama tidak ada kesepakatan
tentang kurikulum. Sekolah menengah Amerika didirikan atas dasar prinsip yang digunakan oleh
sekolah bersama ini, yaitu dikontrol secara lokal dan didukung dengan pajak.
Nasrul/51789 Page 6
7. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
Pada awal abad ke 19 akademi mulai menggantikan sekolah rakyat berbahasa Latin dan
pada pertengahan abad ke 19 menjadi dominan. Salah satu tujuan utama akademi adalah
pembentukan matapelajaran yang memiliki nilai lebih dari sekedar persiapan untuk perguruan
tinggi, khususnya matapelajaran yang berguna dalam mempersiapkan generasi muda untuk
menghadapi kondisi masyarakat yang selalu berubah.
Walaupun beberapa sekolah menengah telah ada pada pertengahan awal abad ke 19,
sekolah menengah baru menjadi institusi utama di Amerika sejak tahun 1874. Siswa diizinkan
masuk sekolah swasta tetapi negara berhak menentukan standar minimum untuk semuanya.
Sekolah menengah tersebut menekankan program persiapan memasuki perguruan tinggi, tetapi
juga memberikan pendidikan lengkap bagi siswa yang tidak akan melanjutkan ke perguruan
tinggi. Kurikulumnya lebih beragam daripada akademi.
Periode Transisi (1893 – 1918)
Dari periode kolonial sampai kedatangan abad ke 20, kurikulum tradisional -- yang
menekankan kajian klasik untuk persiapan ke perguruan tinggi -- mendominasi sekolah dasar dan
menengah. Sejalan dengan kajian klasik ini, semakin banyak matapelajaran ditambahkan ke
dalam kurikulum. Pada tahun 1893 sampai 1895, Asosiasi Pendidikan Nasional membentuk tiga
komite: Komite 15 Pendidikan Dasar, Komite 10 Kajian Sekolah Menengah, dan Komite untuk
Persiapan Masuk Perguruan Tinggi. Ketiganya bertugas menentukan kurikulum sekolah. Komite
15 banyak dipengaruhi oleh pikiran Charles Elliot tentang kebutuhan akan reformasi pendidikan.
Pada umumnya komite ini menolak ide munculnya matapelajaran baru dan prinsip pedagogi
yang mencirikan gerakan reformasi pionir Eropa sejak awal tahun 1800an. Komite 10 adalah
yang paling berpengaruh. Mereka memilih 9 matakuliah akademi yang menjadi acuan
penyusunan kurikulum sekolah menengah, yaitu: bahasa Latin, bahasa Yunani, bahasaInggris,
bahasa-bahasa moderen lain, Matematik (aljabar, geometri, trigonometri, dan aljabar lanjut),
ilmu fisik (fisika, astronomi, dan kimia), sejarah alam dan ilmu biologi (biologi, botani, zoologi,
dan fisiologi), ilmu-ilmu sosial (sejarah, pemerintahan sipil, ekonomi politik), dan geografi,
geologi, dan meteorologi. Komite untuk Persiapan Masuk Perguruan Tinggi merekomendasikan
Nasrul/51789 Page 7
8. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
agar memperkuat aspek persiapan masuk perguruan tinggi melalui kurikulum sekolah menengah
(Ornstein & Hunkins, 1988: 68 - 71).
Secara bertahap, sekolah didorong untuk melakukan perubahan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Tekanan yang meningkat terhadap kurikulum
tradisional makin nyata pada peralihan abad 19. Dipercaya bahwa kajian klasik tidak memiliki
nilai mental atau disipliner lebih besar daripada matapelajaran lain. Salah seorang yang menolak
kurikulum tradisional sekolah menengah dan menawarkan kurikulum moderen untuk masyarakat
kontemporer adalah Abrahan Flexner. Kurikulumnya terdiri atas sains, industri,
kewarganegaraan, dan estetika. Pada tahun Flexner mempublikasikan laporan sekolah
moderennya, John Dewey menerbitkan Democracy and Education. Dewey berpendapat bahwa
mata-matapelajaran tidak dapat ditempatkan pada hirarki nilai dan matapelajaran yang lebih
penting adalah sains. Tahun 1918 Komisi NEA tentang Reorganisasi Pendidikan Menengah
mempublikasikan buku Cardinal Principles of Secondary Education yang menekankan
pengembangan anak secara utuh (Ornstein & Hunkins, 1988: 71 - 72).
Lahirnya Kurikulum sebagai Bidang Kajian (1918 – 1949)
Awal abad ke 20 adalah period bergejolaknya pendidikan. Kurikulum sudah dipandang
sebagai ilmu, dengan prinsip dan metodologi, tidak hanya sebagai muatan atau matapelajaran.
Para ahli yang dikenal pada masa ini adalah Franklin Bobbitt dan Warren Charters yang
dipengaruhi oleh ide efisiensi, Harold Rugg dan Caswell, serta Tyler. Ide efisiensi mendorong
pembuatan kurikulum yang lebih ilmiah, yang mengarahkan proses belajar mengajar yang lebih
mendukung prilaku nyata melalui aktivitas merespon dan pengalaman belajar. Buku Bobbitt The
Curriculum dianggap sebagai buku pertama yang betul-betul membahas kurikulum sebagai suatu
sains. Selam periode ini, metode Bobbitt dianggap canggih. Panduannya untuk menyeleksi
tujuan adalah: (1) membuang tujuan yang tidak praktis atau tidak dapat dicapai melalui kehiupan
normal, (2) menekankan tujuan yang penting untuk kesuksesan atau hidup masa tua, (3)
menghindari tujuan yang berlawanan dengan komunitas, (4) melibatkan komunitas dalam
memilih tujuan, (5) membedakan antara tujuan untuk semua anak dengan tujuan untuk sebagian
anak, (6) mengurutkan tujuan sedemikian rupa untuk menentukan seberapa jauh yang harus
Nasrul/51789 Page 8
9. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
dicapai siswa tiap tahun – menentukan kriteria pencapaian. Charters mendukung pendekatan
behavioris yang sama, yang ia sebut pendekatan ‘ilmiah’. Ia menganggap kurikulum sebagai
serangkaian tujuan yang harus dicapai siswa melalui serangkaian pengalaman belajar (Ornstein
& Hunkins, 1988: 73 - 74).
Tahun 1927, the National Society for the Study of Education (NSSE) menerbitkan buku
tahunan mereka yang ke 26. Buku tahunan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama merupakan
kritikan terhadap pendidikan tradisional dan penekanannya pada matapelajaran, drill, hapalan,
dan disiplin mental. Bagian kedua menjadi teks panduan yang menjelaskan hakikat pembuatan
kurikulum. Buku tahunan ini mengidentifikasi sembilan ciri-ciri kurikulum yang ideal (lihat
Ornstein & Hunkins, 1988: 76).
Selama akhir tahun 1920an, 1930an, dan awal 1940an sejumlah buku penting diterbitkan
tentang prinsip dan proses kurikulum dan tentang teknik untuk membantu guru membuat
kurikulum. Harold Rugg, ketua buku tahunan NSEE, yang mengikuti keyakinan Bobbitt dan
Charters tentang ‘ilmu kurikulum’ mengusulkan agar kurikulum direncanakan oleh guru di awal
dan menolak kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan atau minat spontan anak. Caswell
berusaha membantu guru dengan menyediakan prosedur pembuatan kurikulum (Ornstein &
Hunkins, 1988: 76 - 77).
Pembicaraan tentang kurikulum sebagai bidang kajian tidaklah lengkap tanpa
membicarakan Tyler. Dalam bukunya setebal 128 halaman yang berjudul Basic Principles of
Curriculum and Instruction Tyler mengajukan 4 pertanyaan pokok yang harus dijawab oleh
seseorang yang merencanakan atau menulis kurikulum: (1) tujuan pendidikan apa yang akan
dicapai sekolah? (2) pengalaman pendidikan apa yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan
tersebut? (3) Bagaimana pengalaman pendidikan ini diorganisir secara efektif? dan (4)
Bagaimana kita bisa menentukan bahwa tujuan ini sedang dicapai? (Ornstein & Hunkins, 1988:
78). Walaupun dikritik, model Tyler ini menyimpulkan prinsip-prinsip terbaik pembuatan
kurikulum selama paruh pertama abad ke 20.
Kesimpulannya ialah bahwa walaupun kita tidak sependapat tentang konsep an rinsip
kurikulum, bidang kajian kurikulum ini terus berkembang. Nosi 3R berubah menjadi 4R dengan
masuknya melek komputer (computer literacy) , dan berkembang lagi menjadi 5R dengan
Nasrul/51789 Page 9
10. Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010
tambahan bahasa asing (foreign language). Bidang kajian kurikulum juga makin matang,
menjadi lebih intedisipliner, lebih ilmiah, dan lebih kualitatif.
Nasrul/51789 Page 10