SlideShare a Scribd company logo
1 of 83
Kimia Permukaan
KIMIA FISIKA – KELAS B
Dr Endah Retno Dyartanti, MT.
TEGANGAN PERMUKAAN
TEGANGAN PERMUKAAN MENGAKIBATKAN SERANGGA BISA BERJALAN DI ATAS AIR DAN BUTIR-BUTIR AIR
BERADA DI PERMUKAAN DAUN
PIN TIDAK TENGGELAM
DALAM AIR WALAUPUN
MEMPUNYAI DENSITAS
YANG LEBIH BESAR
PHENOMENA PERMUKAAN
 Kenapa insect atau
peniti terapung diatas
permukaan air, tidak
tenggelam ?
 Kenapa dalam kasus
yang sama tetesan air
dipermukaan kaca
terkumpul dalam
bentuk tetesan ,
sementara yang
lainnya tersebar seperti
lapisan film tipis.
 Kenapa air bisa
merembes naik dalam
tabung kapiler yang
tipis?
 Kenapa kita bisa
membuat gelembung
dari air sabun?
 Salah satu sifat
permukaan yang akan
kita tinjau : Tegangan
Permukaan ( Surface
Tension,()
 = erg cm-2 atau dyne cm-1 =cgs
 = N m = SI
TEGANGANPERMUKAAN
 Tegangan Permukaan : Banyaknya kerja yang
dibutuhkan untuk memperluas permukaan
cairan sebesar satu satuan luas
 Atau Tegangan Permukaan () adalah : Gaya
yang diberikan (F) dibagi dengan luas (W) dari
permukaan membran , dibagi lagi dengan 2
karena ada dua permukaan yang terlibat
γ =
F
2 W
 Tegangan permukaan terjadi karena adanya
kecendrungan permukaan cairan untuk
memperkecil luas permukaan secara spontan
 Molekul yang berada dalam cairan akan
mengalami gaya tarik menarik (gaya van Der
Wall) yang sama besar kesegala arah
 Molekul dipermukaan mengalami gaya resultan
yang mengarah ke dalam cairan
 Akibatnya molekul dipermukaan cendrung untuk
meninggalkan permukaan dan masuk kedalam
cairan sehingga permukaan cendrung menyusut
9
Surface Tension is a Force!
Force: mg [N, Newton]
Force: 2L
 units: [N/m]
L
Soap film
Surface tension is a vector, i.e. has direction
Cara menentukan Tegangan Permukaan
11
 Metoda kapiler (capillary rise)
 Metoda lempeng Wilhelmy
 Metoda cincin Du Nouy
 Metoda tekanan gelembung maksimum
Metoda Kapiler
miniskus
0
Θ = Sudut kontak cairan
dengan dinding kapiler
r = jari-jari tabung kapiler
h = tinggi cairan dalam tabung
kapiler
 Gaya tegangan permukaan yang bekerja disekeliling
tabung (ketika cairan bersentuhan dengan permukaan
dinding tabung) adalah :
 Gaya gravitasi adalah : F2 =
dimana  r 2 h = volume kolom cairan
(gaya kebawah)
F1 = (gaya keatas)
2 r  c o s 
 r 2
h  g
 Pada keadaan setimbang : F1 = F2
2r cos  r 2
hg
r g 
13
h 
2  c o s 
Sehingga :
Contoh Soal
• Jari-jari tabung kapiler gelas 0,01 cm. Hitung
tinggi kenaikan air dalam tabung kapiler ini, bila
diket :
𝛾𝐻2𝑂
25𝑜𝐶
=  = = 72,75dyne cm
-1
g = 980,7 cm det-2
ρ = 1 gr cm-3
rg
h 
2 cos
Jawab :
Sudut kontak air dan gelas <<<<< sehingga cos θ ≈
h 
0,01cm980,7cm det2

1g.cm3

h = 14,8 cm
rg
272,75gram.cm. det2
.cm1

15
1, maka :
h 
2 cos
Metoda lempeng Wilhelmy
16
 Pada metoda ini digunakan lempeng mika tipis
atau kaca slide mikroskop, yang digantung pada
neraca.
a. Detachment method b. Metoda statik
W det W  2(x y)
13
Metoda Cincin Du Nouy
• Metoda ini dapat mengukur teg.permukaan cairan-
udara dan cairan-cairan
 Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin
dari perm.cairan adalah :
   F
2.2R
 Prinsip tensiometer Du nuoy adalah : gaya
yang diperlukan untuk melepaskan cincin
platina/iridium sebanding dengan tegangan
permukaan.
Cara mengukurnya :
1. Meja sampel digerakan ke bawah, cincin diambil
dari kaitnya.
2. Cincin dibersihkan dengan dipanaskan pada
nyala api etanol sampai jadi merah.
3. Cincin didinginkan terus dipasang lagi ke
kaitannya.
4. Cawan petri diisi dengan sampel yang mau diuji
tegangan permukaannya. Lalu ditaruh di meja
sampel.
5. Meja sampel digerakkan ke atas sampai cincin
tercelup kira-kira 2-3 mm di bawah permukaan
cairan.
6. Meja sampel digerakkan ke bawah secara perlahan-
lahan sampai cincin menarik lamela ke luar
permukaan cairan.



 )
R
2
(
2
wt
wt ring
total
wttotal = total weight , wtring = ring weight
R = ring radius ,  = surface tension
• Still commonly used but values may be as
much as 25% in error.
Adamson, Physical
Chemistry
of Surfaces, 2nd Ed
p. 22 (1976)
SURFACE TENSION MEASUREMENT
-- du Nouy ring --
Drop on a Solid Surface
•Young’s equation relates interfacial tensions and contact angle

LV
SV
Solid, “S”
Liquid, “L”
Vapor, “V”
SL



 cos
LV
SL
SV 


Contact angle, 
(reflects the degree of wetting)
Wetting Phenomena



 > 90o
 = 90o
 < 90o
 = 0o  =180o
Absolute wetting
No wetting
SURFAKTAN
All soaps are detergents; all detergents
are surfactants.
Surfactants
•Surfactants are molecules that
preferentially adsorb at an interface,
i.e. solid/liquid (froth flotation),
liquid/gas (foams), liquid/liquid
(emulsions).
•Significantly alter interfacial free
energy (work needed to create or
expand interface/unit area).
•Surface free energy of interface
minimized by reducing interfacial
area.
If enough soap is added to water the molecules
arrange themselves into a structure called a micelle
Hydrophilic ( lyophobic,
water-loving) head
containing a charged
functional group
Hydrophobic ( lyophilic,
water-fearing ) tail
containing a hydrocarbon
chain
Soap Molecules
Amphiphilic Surfactants
Amphiphilic surfactants contain a non-polar portion (tail)
and a polar portion (head).
S
O-
Na+
O
O
S
O
O
O
O
O
O
+
Na-
O Aerosol OT
Sodium dodecylsulfate (SDS)
Classification of Surfactants
• Anionic
• Cationic
• Zwitterionic
• Nonionic
N
+
Br-
S
O-
Na+
O
O
Sodium dodecylsulfate (SDS)
Cetylpyridinium bromide
O
O
P
O
O
O
OCH2CH2N(CH3)3
+
O-
Dipalmitoylphosphatidylcholine (lecithin)
O
O
O
O
OH
Polyoxyethylene(4) lauryl ether (Brij 30)
Soap
4 nm
Unimers (monomers) Normal micelles
spherical
cylindrical
Bilayer lamella
Reverse micelles
Inverted hexagonal phase
Surfactant aggregates
• If concentration is sufficiently high, surfactants can form aggregates in
aqueous solution  micelles.
• Typically spheroidal particles of 2.5-6 nm diameter.
McBain
Lamellar
Micelle Hydrocarbon
Layer
Water Layer
Water Layer
Hartley
Spherical
Micelle
+
+
+
+
+
+
+
+
- - - - --
-
-
-
- - -
-
-
-
-
Micelles
0
2
4
6
8
10
12
14
0 1
Surfactant concentration
CMC

Critical Micelle Concentration
CMC
• Below CMC only unimers are
present
• Above CMC there are micelles in
equilibrium with unimers
• Onset of micellization observed by sudden change in measured
properties of solution at characteristic surfactant concentration
 critical micelle concentration (CMC).
• soap decreases surface tension of water, making it a better wetting agent.
• soap converts greasy and oily dirt into micelles that become dispersed in
water.
• soap keeps the greasy micelles in suspension and prevents them from
redepositing until they can be washed away. (repulsion of the charges)
Soap: How does soap clean?
What are all of these
chemicals ?
What do they do ?
What is in a box of
detergent ?
What is in a box of detergent ?
HLB and Use of Surfactants
• Amphiphilic surfactants are characterized by the hydrophilic-lipophilic
balance (HLB): a relative ratio of polar and non-polar groups in the
surfactant.
• HLB number, ranging from 0-40, can be assigned to a surfactant, based
on emulsification data. Semi-empirical only.
–Strongly hydrophilic surfactant, HLB  40
–Strongly lyophilic surfactant, HLB  1
oil
water
Coil
Cwater
C6H13COO- C8H17COO- C10H21COO-
HLB decreases
HLB ca. 1 to 3.5 : Antifoams
HLB ca. 3.5 to 8 : Water-in-Oil Emulsifiers
HLB ca. 7 to 9 : Wetting and spreading agents
HLB ca. 8 to 16 : Oil-in-Water Emulsifiers
HLB ca. 13 to 16 : Detergents
HLB ca. 15 to 40 : Solubilizers
HLB and Use of Surfactants
Strongly hydrophilic
Strongly Lipophilic
Question:
Why antifoaming or water-in-oil emulsifiers use low-HLB
surfactants & why detergents use hi-HLB surfactants?
KIMIA FISIKA
ADSORPSI
ADSORPSI
1. Tipe Adsorpsi
2. Isoterm Adsorpsi
2.1 Adsorpsi Gas
2.2 Adsorpsi Larutan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adsorpsi
4. Adsorben
ADSORPSI
• Proses yang meliputi tertariknya materi dari
suatu fase dan terpusat pada permukaan
fase kedua ( akumulasi antar permukaan =
Interface accumulation).
• Proses akumulasi solut (gas atau cair) pada
permukaan zat padat (adsorben),
membentuk satu lapisan tipis (film) molekul
atau atom
Serupa dengan tegangan permukaan,
adsorpsi adalah konsekuensi dari energi
permukaan.
Dalam bulk materi,
Semua ikatan (ionik, kovalen, atau logam) yang
diperlukan partikel pembentuk materi
(atom/molekul) dipenuhi oleh partikel-partikel
di dalam materi.
Molekul/atom permukaan,
 Gaya tarik molekuler tak
seimbang (unbalance) atau tak
jenuh (unsaturated).
 tidak mengalami gaya tarik ke
atas  cenderung menarik
dan menahan adsorbat (gas
atau cair) untuk memenuhi
gaya residual
: fase teradsorbsi (adsorbat)
: fase pengadsorpsi (adsorben)
ADSORPSI ABSORPSI
• Fenomena permukaan ini berlawanan
dengan absorpsi ( materi mengubah
fase larutan, e.g. transfer gas).
• adsorpsi ≠absorpsi
absorpsi : proses difusi materi/zat ke
dalam zat cair atau padat
untuk membentuk “larutan”.
d
• pada absorpsi : molekul zat tidak hanya ditahan di
permukaan tetapi menembus masuk dan
terdistribusi (tersebar) ke seluruh bagian materi
(padat atau cair).
Contoh :
air diabsorpsi oleh spons
uap air diabsorpsi oleh CaCl2  CaCl2 hidrat
● Contoh adsorpsi :
asam asetat dalam larutan dan berbagai
macam gas diadsorpsi oleh arang (charcoal)
• Adsorbat : materi yang teradsorbsi
• Adsorben : materi yang mengadsorbsi.
contoh : karbon aktif (activated carbon)
resin penukar ion (ion exchange resin)
• Proses adsorpsi
 terdapat dalam berbagai sistem
 banyak digunakan dalam aplikasi industri,
seperti : synthetic resins, water purification.
 Untuk menghilangkan materi terlarut dari fase
larutan (materi nonvolatile, nonbiodegradable)
adsorpsi
SORPSI
• Jika belum diketahui dengan pasti apakah
prosesnya adalah adsorpsi atau absorpsi  diberi
istilah Sorpsi
• Sorpsi meliputi kedua proses adsorpsi atau
absorpsi.
• Desorpsi adalah proses kebalikan sorpsi.
• ion exchange, dan kromatografi kolom  proses
sorpsi, adsorbat secara selektif ditransfer dari fase
cair ke permukaan partikel padat yang rigid dan tak
larut yang tersuspensi dalam tabung atau dikemas
dalam kolom.
1. Tipe adsorpsi
• Adsorpsi adalah (gaya) tarik fisik atau ikatan ion-
ion dan molekul di atas permukaan molekul yang
lain.
• Sifat ikatan tergantung pada jenis substansi yang
terlibat, tetapi proses adsorpsi diklasifikasikan
dalam :
1) physisorption (karakteristik : gaya van der Waals)
2) Chemisorption (karakteristik : ikatan kovalen)
1.1. ADSORPSI FISIK [PHYSISORPTION ]
 adsorbat melekat pada permukaan hanya melalui
interaksi Van der Waals (interaksi intermolekuler
yang lemah).
 Karakteristik :
 Suhu lingkungan rendah, selalu di bawah suhu
kritik adsorbat;
 Entalpi (kalor adsorpsi) rendah : ΔH < 20
kJ/mol;
 Energi pengaktifan (activation energy) rendah.
 Gaya tarik tidak pada tempat spesifik, adsorbat
relatif bebas bergerak pada permukaan 
adsorpsi berlangsung dalam multilayer
 Keadaan energi adsorbat tidak berubah.
 Keseimbangan adsorpsi reversibel.
Adsorpsi Fisik
 Energi yang menyertai adsorpsi = energi pencairan gas
(gaya van der Waals)
 Penggunaan :
 penentuan luas permukaan adsorben
 analisis kromatografi (KLT, Kolom, KCKT/HPLC)
 pemurnian gas, perlindungan korosi
Adsorpsi H2 pada Nikel : peristiwa fisik / kimia
Suhu rendah  fisik
Suhu tinggi  kimia
 Contoh : adsorpsi N2 pada besi pada 80 K,
adsorpsi gas oleh arang
1.2. ADSORPSI KIMIA [CHEMISORPTION ]
• molekul melekat pada permukaan melalui pembentukan
ikatan kimia yang kuat; dapat berupa ikatan kovalen antara
adsorbat dan permukaan (adsorben)
• Karakteristik :
 Suhu tinggi
 Entalpi tinggi :50 kJ/mol <ΔH< 800 kJ/mol.
 Kalor adsorpsi  kalor reaksi kimia  ikatan kimia
pembentukan senyawa permukaan
 Derajat spesifisitas tinggi  adsorpsi monolayer
 Molekul adsorbat tidak bebas bergerak pada permukaan
 Terdapat kenaikan densitas elektron pada antar permukaan
adsorben-adsorbat.
 Jarang reversibel ; hanya terjadi pada suhu tinggi
• Contoh : adsorpsi O2 dan CO pada wolfram
adsorpsi O2 pada Ag, Au, Pt
adsorpsi H2 pada Ni (suhu tinggi)
• Penggunaan chemisorption : dalam reaksi terkatalisis.
 sangat penting untuk katalisis heterogen (jika
katalis dalam fase padat) — terutama katalis logam
transisi.
 Dalam beberapa contoh, kedua reagen kimia
(reaktan) akan mengikat permukaan katalitik
(adsorben) ikatan kimia terbentuk dan elektron
bergerak menjauh dari ikatan chemisorption 
molekul (produk) kemudian terdesorpsi dan bebas
meninggalkan permukaan.
Adsorpsi Kimia
ADSORBAT
• materi/zat yang diikat pada permukaan adsorben.
• Berdasarkan jenis adsorbat,
 adsorpsi padat – gas
 adsorpsi padat – solut (larutan)
• Jumlah adsorbat yang teradsorpsi tergantung
faktor-faktor :
a) tipe adsorben
b) adsorbat : tipe, ukuran, konsentrasi.
c) suhu
d) tekanan
 Jika adsorben dan adsorbat kontak cukup lama 
akan tercapai kesetimbangan antara :
- jumlah adsorbat yang teradsorbsi dan
- jumlah adsorbat (“yang tertinggal”) dalam
larutan/gas
 Hubungan kesetimbangan  isoterm adsorpsi
2. Isoterm Adsorpsi
yaitu hubungan antara jumlah adsorbat yang
teradsorpsi pada adsorben dengan tekanan (untuk
gas) atau konsentrasi (untuk zat cair) pada suhu
konstan.
 Ada 5 tipe isoterm adsorpsi (lihat gambar)
Kurva Adsorpsi Isoterm
tekanan
jumlah
zat
teradsorpsi
TIPE I
 Jumlah adsorbat/gram adsorben meningkat relatif cepat ~
tekanan/ konsentrasi
 menjadi lebih lambat begitu permukaan tertutup oleh
molekul adsorbat.
 Adsorpsi kimiawi : adsorpsi Tipe I
 Adsorpsi fisik : meliputi semua Tipe.
Kurva Adsorpsi Isoterm
tekanan
jumlah
zat
teradsorpsi
TIPE II
tekanan
jumlah
zat
teradsorpsi
TIPE III
B
Adsorpsi isoterm TIPE II – III :
 Multimolekuler, multilayer  lapisan molekul ganda
Teori Brunauer, Emmet, Teller (BET) :
 Menentukan luas permukaan adsorben dengan cara
menentukan titik B pada kurva TIPE II, yaitu saat tepat terjadi
adsorpsi lapisan molekul tunggal.
Kurva Adsorpsi Isoterm
tekanan
jumlah
zat
teradsorpsi
tekanan
jumlah
zat
teradsorpsi
TIPE IV TIPE V
Adsorpsi Isoterm TIPE IV – V :
 Adsorpsi multilayer  pembentukan saluran satu
lapisan molekul
 Contoh : kondensasi gas pada pori dan kapiler.
• Persamaan matematik pertama untuk isoterm ini diperkenalkan oleh
Freundlich dan Küster (1894)  merupakan rumus empirik murni untuk
adsorbat gas.
x = jumlah yang diadsorbsi
m = massa adsorben
P = tekanan adsorbat
k dan n = tetapan empirik untuk tiap pasangan adsorben-adsorbat
pada suhu tertentu.
 Persamaan ini mempunyai asymptotic maximum
 Jika suhu naik, tetapan k dan n berubah  mencerminkan
pengamatan empirik :
 jumlah adsorpsinya meningkat lebih lambat
 dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk menjenuhkan
permukaan.
2.1. ADSORPSI GAS
• Pada dasarnya semua zat padat (solid) dapat
mengadsorpsi gas dalam jumlah tertentu  Hukum
adsorpsi hanya dapat diterapkan jika adsorben
mempunyai luas permukaan yang besar untuk
sejumlah massa tertentu.
• Contoh :
silika gel dan arang/karbon  sangat efektif
sebagai pengadsorpsi (adsorbing agent) karena :
- strukturnya sangat porous
- permukaan kontak luas
Adsorpsi gas
• Jumlah adsorpsi dapat ditingkatkan dengan
mengaktifkan adsorben melalui beberapa cara.
Contoh :
arang kayu dipanaskan 350o C – 1000o C
1g arang mengadsorpsi CCl4 0,011g 1,48g (24 oC)
• Aktivasi : membuka ruang/pori antar molekul untuk
adsorpsi  melepaskan (desorpsi) molekul gas yang
terikat
• Jumlah gas yang teradsorpsi tergantung :
- Sifat adsorben, luas permukaan adsorben
- Sifat adsorbat : suhu kritik gas
- Suhu dan tekanan
 suhu kritik gas >  mudah dicairkan  mudah
teradsorpsi
 Adsorpsi gas oleh zat padat selalu disertai
pelepasan panas  panas/kalor adsorpsi (heat of
adsorption)
 Suhu :
suhu meningkat  jumlah gas teradsorpsi
menurun.
contoh : 1 g arang pada 600 mmHg
mengadsorpsi 10 cc N2 (0o C);
20 cc N2 ( -29o C); 45 cc N2 ( -78o C)
Tabel. Volume gas-gas (NTP) yang diadsorbsi 1 g arang pada
288 K
makin mudah dicairkan
PERSAMAAN FREUNDLICH UNTUK
ADSORPSI GAS
Y = k . P 1/n
Y = x/m : jumlah adsorbat (volum gas) teradsorpsi per
massa adsorben
P : Tekanan gas
k & n : tetapan empirik  tergantung sifat gas,
adsorben, suhu.
log Y = 1/n log P + log k
Persamaan regresi (garis lurus) :
Y  log Y 1/n : arah lereng (slope)
X  log P log k : intersep
Jumlah zat teradsorpsi  tekanan gas
PERSAMAAN FREUNDLICH :
Bentuk logaritme :
Persamaan adsorpsi Langmuir
• Berdasarkan teori kinetik gas
• Asumsi :
1. Gas yang teradsorpsi  lapisan satu molekul
tunggal (monomolekul layer).
2. Molekul yang teradsorpsi terlokalisir
kedudukannya  tak ada interaksi antar
molekul
3. Proses adsorpsi = 2 proses yang berlawanan
• kondensasi molekul gas pada permukaan
(adsorpsi)
• penguapan molekul dari permukaan
(desorpsi)
Definisi lain :
 qe = massa materi teradsorbsi (pada kesetimbangan)
per massa adsorben  X/m
 Ce = konsentrasi kesetimbangan dalam larutan/ gas
jika jumlah yang teradsorbsi = qe.
 qe/Ce  hubungan yang tergantung pada
tipe adsorpsi : multi-layer, kimia, fisik, dll.
 Lebih umum untuk model multi-layer.
 Asumsi :
 isoterm Langmuir berlaku untuk tiap layer
dan tidak terjadi transmigration antar layer.
 Energi adsorpsi untuk tiap layer sama,
kecuali untuk layer pertama.
isoterm BET (Brunauer, Emmett and Teller) :
Isoterm
Adsorpsi
2.2. Adsorpsi larutan
• Permukaan zat padat dapat mengadsorpsi :
a. zat dari larutan (solut)
b. pelarut
• Contoh adsorpsi solut :
 karbon aktif  asam asetat dalam air,
amonia dari larutan amonium
hidroksida,
fenolftalein dari larutan
asam/basa,
zat warna, dll.
 Sol AgCl (baru)  ion Ag+ atau Cl-
 Sol As2S3  ion S2-
• Karbon aktif lebih efektif mengadsorpsi non
elektrolit daripada elektrolit.
• BM adsorbat makin tinggi  jumlah adsorpsi
makin besar.
• Zat padat anorganik  mengadsorpsi elektrolit
lebih mudah daripada non elektrolit.
• Adsorpsi pelarut  fenomena Adsorpsi negatif :
Kecenderungan adsorben untuk menarik pelarut
dari larutan tertentu  konsentrasi solut >
(setelah adsorpsi).
• Contoh : KCl encer + arang  adsorpsi negatif
KCl pekat + arang  adsorpsi positif
 Suhu naik  adsorpsi berkurang
 Luas permukaan adsorben makin besar 
adsorpsi bertambah
 Melibatkan keseimbangan antara :
Jumlah zat teradsorpsi  konsentrasi solut
dalam larutan
Y = k . C 1/n
Y : massa zat/solut teradsorpsi per massa adsorben
= x/m
C : konsentrasi solut
k & n : tetapan empirik
PERSAMAAN FREUNDLICH :
Prinsip Adsorpsi Solut = Adsorpsi Gas
• Y  gram atau mol adsorbat (solut) per gram adsorben.
• C  mol per liter larutan
Bandingkan dengan persamaan untuk adsorpsi gas :
Y = k . P1/n
• Y  volum gas (cc) per gram adsorben
• C  P  tekanan gas dalam sistem (mmHg)
log Y = 1/n log C + log k 1/n : arah lereng
log k : intersep
Bentuk persamaan regresi/ garis lurus antara log Y vs log C :
Isoterm adsorpsi spesifik untuk karbon aktif.
• sumbu horizontal  konsentrasi (mg/mL)
• sumbu vertikal  jumlah karbon yang diperlukan (mg/g)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah adsorpsi  dan isoterm :
a. Adsorbat : Kelarutan
 Umumnya, kelarutan solut meningkat  jumlah adsorpsi
turun (Hukum “Lundelius”)
 Ikatan solut-solid bersaing dengan gaya tarik solut-solven.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :
 Ukuran molekul (BM tinggi – kelarutan rendah),
 ionisasi (kelarutan minimum jika senyawa tidak
bermuatan),
 polaritas (polaritas meningkat  kelarutan lebih
tinggi karena air adalah solven polar).
pH
• pH mempengaruhi muatan permukaan adsorben dan juga
muatan solut.
• Umumnya, untuk materi organik jika pH turun  adsorpsi
meningkat.
Suhu
• Adsorpsi bersifat eksotermik  H negatif
• Dalam reaksi adsorpsi dihasilkan panas  jika T meningkat,
jumlah adsorpsi turun.
c. Adsorben :
• Tiap permukaan padat mempunyai kapasitas
untuk mengadsorpsi solut.
• Untuk pengolahan air limbah/ air  karbon
aktif adalah adsorben pilihan
b. Adanya solut lain  kompetisi untuk tempat
adsorpsi yang terbatas  menurunkan jumlah
adsorpsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah adsorpsi :
4. ADSORBEN
Karakteristik dan persyaratan umum :
• pada umumnya berbentuk sferik pellets, rods,
moldings, atau monoliths dengan diameter
hidrodinamik antara 0,5 – 10 mm.
• harus mempunyai daya tahan abrasi yang tinggi,
• Stabilitas termal tinggi,
• diameter pori kecil  area permukaan kontak lebih
luas  kapasitas permukaan untuk adsorpsi lebih
tinggi.
• Adsorben juga harus mempunyai struktur pori yang
jelas mampu dengan cepat membawa uap-uap
gas.
Sebagian besar adsorben untuk industri dibagi
dalam 3 kelompok :
1. Oxygen-containing compounds – bersifat
hidrofilik dan polar, meliputi : silika gel dan
zeolit.
2. Carbon-based compounds – bersifat hidrofobik
dan non-polar, meliputi : karbon aktif dan grafit.
3. Polymer-based compounds – gugus fungsi polar
atau non-polar dalam matriks polimer yang
porous.
SILIKA GEL
• Bersifat inert, nontoksik, polar dan stabil secara
dimensional (< 400 °C)
• Bentuk amorf SiO2, dibuat dengan reaksi antara
natrium silikat dan asam sulfat yang dilanjutkan
dengan beberapa after-treatment process
seperti aging, pickling, dll.  metode after
treatment mengakibatkan distribusi ukuran pori
bervariasi.
• Penggunaan :
a) pengeringan udara (e.g.
oksigen, gas alam).
b) adsorpsi hidrokarbon berat
(polar) dari gas alam.
c) analisis kromatografi
Zeolit
• Aluminosilikat kristalin alami atau sintetik yang
mempunyai jaringan pori berulang dan
melepaskan air pada suhu tinggi.
• Zeolit alami bersifat polar.
• Penggunaan : pengeringan udara, penghilangan
CO2 dari gas alam, penghilangan CO dari
reforming gas, pemisahan udara, catalytic
cracking, serta sintesis katalitik dan reforming.
Struktur molekuler mikro-porous zeolit, ZSM-5
KARBON AKTIF
• Zat padat amorf, mikrokristalin dengan kisi grafit, sangat
porous.
• Dibuat dalam bentuk pellet atau serbuk.
• Bersifat non-polar, mudah terbakar.
• Dibuat dari bahan-bahan berkarbon :
batubara (bituminous, subbituminous,
dan lignite), tanah humus, kayu, atau
tempurung buah (i.e., kelapa).
• Proses pembuatannya terdiri dari 2 fase
: Karbonasi dan Aktivasi.
• Aktivasi pada suhu 300 – 1000 oC
 Penggunaan :
 - Adsorpsi zat organik dan adsorbat non polar (penjernihan kristal)
 - Pengolahan air (water treatment), gas limbah, dan air limbah
 - Adsorben dalam sediaan obat antidiare (Norit), antidotum universal
Adsorpsi Isoterm karbon aktif –
nitrogen menunjukkan perilaku
mikroporous tipe I
KARBON AKTIF
 Luas permukaan karbon aktif sangat besar 
mikroporus dan makroporus .
 Luas : 300-1500 m2/gram.
Increasing magnification
Contoh : Adsorpsi Gas
1. Berikut ini data adsorpsi CO oleh 2,964 g arang aktif pada
0oC. Tekanan P adalah mm Hg, sedangkan x adalah volume
gas dalam cc, diukur pada kondisi standar.
P x
73 7,5
180 16,5
309 25,1
540 38,1
882 52,3
a. Tentukan tetapan k dan n
b. Jika tekanan gas terukur adalah 340 mmHg, berapa cc gas CO
yang diadsorpsi oleh 1 g arang aktif ?
P X (vol) X/2,964 log P
(mmHg) (cc) (Y) log Y (log X)
73 7,5 2,5304 0,4032 1,8633
180 16,5 5,5668 0,7456 2,2553
309 25,1 8,4683 0,9278 2,4900
540 38,1 12,8543 1,1090 2,7324
882 52,3 17,6451 1,2466 2,9455
Slope (B) 0,7816
Intersep (A) -1,0342
r 0,9984

More Related Content

Similar to KULIAH 14-15 Tentang Kimia Permukaan.pptx

contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.
contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.
contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.zaida.masruroh
 
Pengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cair
Pengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cairPengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cair
Pengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cairswirawan
 
Adsorpsi ( kimfis )
Adsorpsi ( kimfis )Adsorpsi ( kimfis )
Adsorpsi ( kimfis )andi septi
 
M viskositas, tegangan muka, permukaan
M viskositas, tegangan muka, permukaanM viskositas, tegangan muka, permukaan
M viskositas, tegangan muka, permukaandiviayannasandy
 
524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt
524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt
524752844-6-Suspensi-tekfar.pptRiduanSafeiSiregar
 
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020RestuHendriSulistyaw
 
3. b. ppt hyperlink fluida statik
3. b. ppt hyperlink   fluida statik3. b. ppt hyperlink   fluida statik
3. b. ppt hyperlink fluida statikIlham Mubarak
 
Laporan viscometer
Laporan viscometerLaporan viscometer
Laporan viscometerSri Mulyati
 
Kuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptxKuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptxendangpurnamadewi
 
adoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdf
adoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdfadoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdf
adoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdfRiyanUge
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMarfizal Marfizal
 

Similar to KULIAH 14-15 Tentang Kimia Permukaan.pptx (20)

contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.
contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.
contoh LKS ( tegangan permukaan zat cair).doc.
 
Viskositas 1
Viskositas 1Viskositas 1
Viskositas 1
 
Pengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cair
Pengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cairPengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cair
Pengukuran tegangan muka dan kekentalan zat cair
 
Adsorpsi ( kimfis )
Adsorpsi ( kimfis )Adsorpsi ( kimfis )
Adsorpsi ( kimfis )
 
Fluida Statis2
Fluida Statis2Fluida Statis2
Fluida Statis2
 
08 bab 7
08 bab 708 bab 7
08 bab 7
 
M viskositas, tegangan muka, permukaan
M viskositas, tegangan muka, permukaanM viskositas, tegangan muka, permukaan
M viskositas, tegangan muka, permukaan
 
524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt
524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt
524752844-6-Suspensi-tekfar.ppt
 
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan Tegangan permukaan
Tegangan permukaan
 
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
 
fluida statis 2
fluida statis 2fluida statis 2
fluida statis 2
 
Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka
 
3. b. ppt hyperlink fluida statik
3. b. ppt hyperlink   fluida statik3. b. ppt hyperlink   fluida statik
3. b. ppt hyperlink fluida statik
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
 
Fluida statiss
Fluida statissFluida statiss
Fluida statiss
 
Laporan viscometer
Laporan viscometerLaporan viscometer
Laporan viscometer
 
Mektan bab 7
Mektan bab 7Mektan bab 7
Mektan bab 7
 
Kuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptxKuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptx
 
adoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdf
adoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdfadoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdf
adoc.pub_teknologi-dan-formulasi-sediaan-cair-dan-semipadat.pdf
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
 

More from Said878643

Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptMakallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptSaid878643
 
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptLangkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptSaid878643
 
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptxSaid878643
 
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptxSaid878643
 
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptxSaid878643
 
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):Said878643
 
The Introduction of Environmental Chemistry
The Introduction of Environmental ChemistryThe Introduction of Environmental Chemistry
The Introduction of Environmental ChemistrySaid878643
 
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan LingkunganInstrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan LingkunganSaid878643
 
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).pptKajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).pptSaid878643
 
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022Said878643
 
The membrane separation for beginner.pptx
The membrane separation for beginner.pptxThe membrane separation for beginner.pptx
The membrane separation for beginner.pptxSaid878643
 
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptxSaid878643
 
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.pptSILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.pptSaid878643
 
PetunjukTeknis.pdf
PetunjukTeknis.pdfPetunjukTeknis.pdf
PetunjukTeknis.pdfSaid878643
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptSaid878643
 
k3-170411031246.pdf
k3-170411031246.pdfk3-170411031246.pdf
k3-170411031246.pdfSaid878643
 
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptKLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptSaid878643
 

More from Said878643 (17)

Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptMakallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
 
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptLangkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
 
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
 
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
 
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
 
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
 
The Introduction of Environmental Chemistry
The Introduction of Environmental ChemistryThe Introduction of Environmental Chemistry
The Introduction of Environmental Chemistry
 
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan LingkunganInstrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
 
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).pptKajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
 
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
 
The membrane separation for beginner.pptx
The membrane separation for beginner.pptxThe membrane separation for beginner.pptx
The membrane separation for beginner.pptx
 
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
 
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.pptSILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
 
PetunjukTeknis.pdf
PetunjukTeknis.pdfPetunjukTeknis.pdf
PetunjukTeknis.pdf
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.ppt
 
k3-170411031246.pdf
k3-170411031246.pdfk3-170411031246.pdf
k3-170411031246.pdf
 
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptKLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
 

Recently uploaded

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Recently uploaded (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

KULIAH 14-15 Tentang Kimia Permukaan.pptx

  • 1. Kimia Permukaan KIMIA FISIKA – KELAS B Dr Endah Retno Dyartanti, MT.
  • 2. TEGANGAN PERMUKAAN TEGANGAN PERMUKAAN MENGAKIBATKAN SERANGGA BISA BERJALAN DI ATAS AIR DAN BUTIR-BUTIR AIR BERADA DI PERMUKAAN DAUN
  • 3. PIN TIDAK TENGGELAM DALAM AIR WALAUPUN MEMPUNYAI DENSITAS YANG LEBIH BESAR
  • 4.
  • 5.
  • 6. PHENOMENA PERMUKAAN  Kenapa insect atau peniti terapung diatas permukaan air, tidak tenggelam ?  Kenapa dalam kasus yang sama tetesan air dipermukaan kaca terkumpul dalam bentuk tetesan , sementara yang lainnya tersebar seperti lapisan film tipis.
  • 7.  Kenapa air bisa merembes naik dalam tabung kapiler yang tipis?  Kenapa kita bisa membuat gelembung dari air sabun?  Salah satu sifat permukaan yang akan kita tinjau : Tegangan Permukaan ( Surface Tension,()
  • 8.  = erg cm-2 atau dyne cm-1 =cgs  = N m = SI TEGANGANPERMUKAAN  Tegangan Permukaan : Banyaknya kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan sebesar satu satuan luas  Atau Tegangan Permukaan () adalah : Gaya yang diberikan (F) dibagi dengan luas (W) dari permukaan membran , dibagi lagi dengan 2 karena ada dua permukaan yang terlibat γ = F 2 W
  • 9.  Tegangan permukaan terjadi karena adanya kecendrungan permukaan cairan untuk memperkecil luas permukaan secara spontan  Molekul yang berada dalam cairan akan mengalami gaya tarik menarik (gaya van Der Wall) yang sama besar kesegala arah  Molekul dipermukaan mengalami gaya resultan yang mengarah ke dalam cairan  Akibatnya molekul dipermukaan cendrung untuk meninggalkan permukaan dan masuk kedalam cairan sehingga permukaan cendrung menyusut 9
  • 10. Surface Tension is a Force! Force: mg [N, Newton] Force: 2L  units: [N/m] L Soap film Surface tension is a vector, i.e. has direction
  • 11. Cara menentukan Tegangan Permukaan 11  Metoda kapiler (capillary rise)  Metoda lempeng Wilhelmy  Metoda cincin Du Nouy  Metoda tekanan gelembung maksimum
  • 12. Metoda Kapiler miniskus 0 Θ = Sudut kontak cairan dengan dinding kapiler r = jari-jari tabung kapiler h = tinggi cairan dalam tabung kapiler
  • 13.  Gaya tegangan permukaan yang bekerja disekeliling tabung (ketika cairan bersentuhan dengan permukaan dinding tabung) adalah :  Gaya gravitasi adalah : F2 = dimana  r 2 h = volume kolom cairan (gaya kebawah) F1 = (gaya keatas) 2 r  c o s   r 2 h  g  Pada keadaan setimbang : F1 = F2 2r cos  r 2 hg r g  13 h  2  c o s  Sehingga :
  • 14. Contoh Soal • Jari-jari tabung kapiler gelas 0,01 cm. Hitung tinggi kenaikan air dalam tabung kapiler ini, bila diket : 𝛾𝐻2𝑂 25𝑜𝐶 =  = = 72,75dyne cm -1 g = 980,7 cm det-2 ρ = 1 gr cm-3 rg h  2 cos
  • 15. Jawab : Sudut kontak air dan gelas <<<<< sehingga cos θ ≈ h  0,01cm980,7cm det2  1g.cm3  h = 14,8 cm rg 272,75gram.cm. det2 .cm1  15 1, maka : h  2 cos
  • 16. Metoda lempeng Wilhelmy 16  Pada metoda ini digunakan lempeng mika tipis atau kaca slide mikroskop, yang digantung pada neraca. a. Detachment method b. Metoda statik W det W  2(x y)
  • 17. 13 Metoda Cincin Du Nouy • Metoda ini dapat mengukur teg.permukaan cairan- udara dan cairan-cairan  Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin dari perm.cairan adalah :    F 2.2R
  • 18.  Prinsip tensiometer Du nuoy adalah : gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin platina/iridium sebanding dengan tegangan permukaan.
  • 19. Cara mengukurnya : 1. Meja sampel digerakan ke bawah, cincin diambil dari kaitnya. 2. Cincin dibersihkan dengan dipanaskan pada nyala api etanol sampai jadi merah. 3. Cincin didinginkan terus dipasang lagi ke kaitannya. 4. Cawan petri diisi dengan sampel yang mau diuji tegangan permukaannya. Lalu ditaruh di meja sampel. 5. Meja sampel digerakkan ke atas sampai cincin tercelup kira-kira 2-3 mm di bawah permukaan cairan. 6. Meja sampel digerakkan ke bawah secara perlahan- lahan sampai cincin menarik lamela ke luar permukaan cairan.
  • 20.     ) R 2 ( 2 wt wt ring total wttotal = total weight , wtring = ring weight R = ring radius ,  = surface tension • Still commonly used but values may be as much as 25% in error. Adamson, Physical Chemistry of Surfaces, 2nd Ed p. 22 (1976) SURFACE TENSION MEASUREMENT -- du Nouy ring --
  • 21. Drop on a Solid Surface •Young’s equation relates interfacial tensions and contact angle  LV SV Solid, “S” Liquid, “L” Vapor, “V” SL     cos LV SL SV    Contact angle,  (reflects the degree of wetting)
  • 22. Wetting Phenomena     > 90o  = 90o  < 90o  = 0o  =180o Absolute wetting No wetting
  • 24. All soaps are detergents; all detergents are surfactants. Surfactants •Surfactants are molecules that preferentially adsorb at an interface, i.e. solid/liquid (froth flotation), liquid/gas (foams), liquid/liquid (emulsions). •Significantly alter interfacial free energy (work needed to create or expand interface/unit area). •Surface free energy of interface minimized by reducing interfacial area.
  • 25. If enough soap is added to water the molecules arrange themselves into a structure called a micelle Hydrophilic ( lyophobic, water-loving) head containing a charged functional group Hydrophobic ( lyophilic, water-fearing ) tail containing a hydrocarbon chain Soap Molecules
  • 26. Amphiphilic Surfactants Amphiphilic surfactants contain a non-polar portion (tail) and a polar portion (head). S O- Na+ O O S O O O O O O + Na- O Aerosol OT Sodium dodecylsulfate (SDS)
  • 27. Classification of Surfactants • Anionic • Cationic • Zwitterionic • Nonionic N + Br- S O- Na+ O O Sodium dodecylsulfate (SDS) Cetylpyridinium bromide O O P O O O OCH2CH2N(CH3)3 + O- Dipalmitoylphosphatidylcholine (lecithin) O O O O OH Polyoxyethylene(4) lauryl ether (Brij 30) Soap
  • 28. 4 nm Unimers (monomers) Normal micelles spherical cylindrical Bilayer lamella Reverse micelles Inverted hexagonal phase Surfactant aggregates
  • 29. • If concentration is sufficiently high, surfactants can form aggregates in aqueous solution  micelles. • Typically spheroidal particles of 2.5-6 nm diameter. McBain Lamellar Micelle Hydrocarbon Layer Water Layer Water Layer Hartley Spherical Micelle + + + + + + + + - - - - -- - - - - - - - - - - Micelles
  • 30. 0 2 4 6 8 10 12 14 0 1 Surfactant concentration CMC  Critical Micelle Concentration CMC • Below CMC only unimers are present • Above CMC there are micelles in equilibrium with unimers • Onset of micellization observed by sudden change in measured properties of solution at characteristic surfactant concentration  critical micelle concentration (CMC).
  • 31. • soap decreases surface tension of water, making it a better wetting agent. • soap converts greasy and oily dirt into micelles that become dispersed in water. • soap keeps the greasy micelles in suspension and prevents them from redepositing until they can be washed away. (repulsion of the charges) Soap: How does soap clean?
  • 32. What are all of these chemicals ? What do they do ? What is in a box of detergent ?
  • 33. What is in a box of detergent ?
  • 34. HLB and Use of Surfactants • Amphiphilic surfactants are characterized by the hydrophilic-lipophilic balance (HLB): a relative ratio of polar and non-polar groups in the surfactant. • HLB number, ranging from 0-40, can be assigned to a surfactant, based on emulsification data. Semi-empirical only. –Strongly hydrophilic surfactant, HLB  40 –Strongly lyophilic surfactant, HLB  1 oil water Coil Cwater C6H13COO- C8H17COO- C10H21COO- HLB decreases
  • 35. HLB ca. 1 to 3.5 : Antifoams HLB ca. 3.5 to 8 : Water-in-Oil Emulsifiers HLB ca. 7 to 9 : Wetting and spreading agents HLB ca. 8 to 16 : Oil-in-Water Emulsifiers HLB ca. 13 to 16 : Detergents HLB ca. 15 to 40 : Solubilizers HLB and Use of Surfactants Strongly hydrophilic Strongly Lipophilic Question: Why antifoaming or water-in-oil emulsifiers use low-HLB surfactants & why detergents use hi-HLB surfactants?
  • 37. ADSORPSI 1. Tipe Adsorpsi 2. Isoterm Adsorpsi 2.1 Adsorpsi Gas 2.2 Adsorpsi Larutan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi 4. Adsorben
  • 38. ADSORPSI • Proses yang meliputi tertariknya materi dari suatu fase dan terpusat pada permukaan fase kedua ( akumulasi antar permukaan = Interface accumulation). • Proses akumulasi solut (gas atau cair) pada permukaan zat padat (adsorben), membentuk satu lapisan tipis (film) molekul atau atom
  • 39. Serupa dengan tegangan permukaan, adsorpsi adalah konsekuensi dari energi permukaan. Dalam bulk materi, Semua ikatan (ionik, kovalen, atau logam) yang diperlukan partikel pembentuk materi (atom/molekul) dipenuhi oleh partikel-partikel di dalam materi. Molekul/atom permukaan,  Gaya tarik molekuler tak seimbang (unbalance) atau tak jenuh (unsaturated).  tidak mengalami gaya tarik ke atas  cenderung menarik dan menahan adsorbat (gas atau cair) untuk memenuhi gaya residual
  • 40. : fase teradsorbsi (adsorbat) : fase pengadsorpsi (adsorben) ADSORPSI ABSORPSI
  • 41. • Fenomena permukaan ini berlawanan dengan absorpsi ( materi mengubah fase larutan, e.g. transfer gas). • adsorpsi ≠absorpsi absorpsi : proses difusi materi/zat ke dalam zat cair atau padat untuk membentuk “larutan”.
  • 42. d
  • 43. • pada absorpsi : molekul zat tidak hanya ditahan di permukaan tetapi menembus masuk dan terdistribusi (tersebar) ke seluruh bagian materi (padat atau cair). Contoh : air diabsorpsi oleh spons uap air diabsorpsi oleh CaCl2  CaCl2 hidrat ● Contoh adsorpsi : asam asetat dalam larutan dan berbagai macam gas diadsorpsi oleh arang (charcoal)
  • 44. • Adsorbat : materi yang teradsorbsi • Adsorben : materi yang mengadsorbsi. contoh : karbon aktif (activated carbon) resin penukar ion (ion exchange resin) • Proses adsorpsi  terdapat dalam berbagai sistem  banyak digunakan dalam aplikasi industri, seperti : synthetic resins, water purification.  Untuk menghilangkan materi terlarut dari fase larutan (materi nonvolatile, nonbiodegradable) adsorpsi
  • 45.
  • 46. SORPSI • Jika belum diketahui dengan pasti apakah prosesnya adalah adsorpsi atau absorpsi  diberi istilah Sorpsi • Sorpsi meliputi kedua proses adsorpsi atau absorpsi. • Desorpsi adalah proses kebalikan sorpsi. • ion exchange, dan kromatografi kolom  proses sorpsi, adsorbat secara selektif ditransfer dari fase cair ke permukaan partikel padat yang rigid dan tak larut yang tersuspensi dalam tabung atau dikemas dalam kolom.
  • 47. 1. Tipe adsorpsi • Adsorpsi adalah (gaya) tarik fisik atau ikatan ion- ion dan molekul di atas permukaan molekul yang lain. • Sifat ikatan tergantung pada jenis substansi yang terlibat, tetapi proses adsorpsi diklasifikasikan dalam : 1) physisorption (karakteristik : gaya van der Waals) 2) Chemisorption (karakteristik : ikatan kovalen)
  • 48. 1.1. ADSORPSI FISIK [PHYSISORPTION ]  adsorbat melekat pada permukaan hanya melalui interaksi Van der Waals (interaksi intermolekuler yang lemah).  Karakteristik :  Suhu lingkungan rendah, selalu di bawah suhu kritik adsorbat;  Entalpi (kalor adsorpsi) rendah : ΔH < 20 kJ/mol;  Energi pengaktifan (activation energy) rendah.  Gaya tarik tidak pada tempat spesifik, adsorbat relatif bebas bergerak pada permukaan  adsorpsi berlangsung dalam multilayer  Keadaan energi adsorbat tidak berubah.  Keseimbangan adsorpsi reversibel.
  • 49. Adsorpsi Fisik  Energi yang menyertai adsorpsi = energi pencairan gas (gaya van der Waals)  Penggunaan :  penentuan luas permukaan adsorben  analisis kromatografi (KLT, Kolom, KCKT/HPLC)  pemurnian gas, perlindungan korosi Adsorpsi H2 pada Nikel : peristiwa fisik / kimia Suhu rendah  fisik Suhu tinggi  kimia  Contoh : adsorpsi N2 pada besi pada 80 K, adsorpsi gas oleh arang
  • 50. 1.2. ADSORPSI KIMIA [CHEMISORPTION ] • molekul melekat pada permukaan melalui pembentukan ikatan kimia yang kuat; dapat berupa ikatan kovalen antara adsorbat dan permukaan (adsorben) • Karakteristik :  Suhu tinggi  Entalpi tinggi :50 kJ/mol <ΔH< 800 kJ/mol.  Kalor adsorpsi  kalor reaksi kimia  ikatan kimia pembentukan senyawa permukaan  Derajat spesifisitas tinggi  adsorpsi monolayer  Molekul adsorbat tidak bebas bergerak pada permukaan  Terdapat kenaikan densitas elektron pada antar permukaan adsorben-adsorbat.  Jarang reversibel ; hanya terjadi pada suhu tinggi
  • 51.
  • 52. • Contoh : adsorpsi O2 dan CO pada wolfram adsorpsi O2 pada Ag, Au, Pt adsorpsi H2 pada Ni (suhu tinggi) • Penggunaan chemisorption : dalam reaksi terkatalisis.  sangat penting untuk katalisis heterogen (jika katalis dalam fase padat) — terutama katalis logam transisi.  Dalam beberapa contoh, kedua reagen kimia (reaktan) akan mengikat permukaan katalitik (adsorben) ikatan kimia terbentuk dan elektron bergerak menjauh dari ikatan chemisorption  molekul (produk) kemudian terdesorpsi dan bebas meninggalkan permukaan. Adsorpsi Kimia
  • 53. ADSORBAT • materi/zat yang diikat pada permukaan adsorben. • Berdasarkan jenis adsorbat,  adsorpsi padat – gas  adsorpsi padat – solut (larutan) • Jumlah adsorbat yang teradsorpsi tergantung faktor-faktor : a) tipe adsorben b) adsorbat : tipe, ukuran, konsentrasi. c) suhu d) tekanan
  • 54.  Jika adsorben dan adsorbat kontak cukup lama  akan tercapai kesetimbangan antara : - jumlah adsorbat yang teradsorbsi dan - jumlah adsorbat (“yang tertinggal”) dalam larutan/gas  Hubungan kesetimbangan  isoterm adsorpsi 2. Isoterm Adsorpsi yaitu hubungan antara jumlah adsorbat yang teradsorpsi pada adsorben dengan tekanan (untuk gas) atau konsentrasi (untuk zat cair) pada suhu konstan.  Ada 5 tipe isoterm adsorpsi (lihat gambar)
  • 55. Kurva Adsorpsi Isoterm tekanan jumlah zat teradsorpsi TIPE I  Jumlah adsorbat/gram adsorben meningkat relatif cepat ~ tekanan/ konsentrasi  menjadi lebih lambat begitu permukaan tertutup oleh molekul adsorbat.  Adsorpsi kimiawi : adsorpsi Tipe I  Adsorpsi fisik : meliputi semua Tipe.
  • 56. Kurva Adsorpsi Isoterm tekanan jumlah zat teradsorpsi TIPE II tekanan jumlah zat teradsorpsi TIPE III B Adsorpsi isoterm TIPE II – III :  Multimolekuler, multilayer  lapisan molekul ganda Teori Brunauer, Emmet, Teller (BET) :  Menentukan luas permukaan adsorben dengan cara menentukan titik B pada kurva TIPE II, yaitu saat tepat terjadi adsorpsi lapisan molekul tunggal.
  • 57. Kurva Adsorpsi Isoterm tekanan jumlah zat teradsorpsi tekanan jumlah zat teradsorpsi TIPE IV TIPE V Adsorpsi Isoterm TIPE IV – V :  Adsorpsi multilayer  pembentukan saluran satu lapisan molekul  Contoh : kondensasi gas pada pori dan kapiler.
  • 58. • Persamaan matematik pertama untuk isoterm ini diperkenalkan oleh Freundlich dan Küster (1894)  merupakan rumus empirik murni untuk adsorbat gas. x = jumlah yang diadsorbsi m = massa adsorben P = tekanan adsorbat k dan n = tetapan empirik untuk tiap pasangan adsorben-adsorbat pada suhu tertentu.  Persamaan ini mempunyai asymptotic maximum  Jika suhu naik, tetapan k dan n berubah  mencerminkan pengamatan empirik :  jumlah adsorpsinya meningkat lebih lambat  dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk menjenuhkan permukaan.
  • 59. 2.1. ADSORPSI GAS • Pada dasarnya semua zat padat (solid) dapat mengadsorpsi gas dalam jumlah tertentu  Hukum adsorpsi hanya dapat diterapkan jika adsorben mempunyai luas permukaan yang besar untuk sejumlah massa tertentu. • Contoh : silika gel dan arang/karbon  sangat efektif sebagai pengadsorpsi (adsorbing agent) karena : - strukturnya sangat porous - permukaan kontak luas
  • 60. Adsorpsi gas • Jumlah adsorpsi dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan adsorben melalui beberapa cara. Contoh : arang kayu dipanaskan 350o C – 1000o C 1g arang mengadsorpsi CCl4 0,011g 1,48g (24 oC) • Aktivasi : membuka ruang/pori antar molekul untuk adsorpsi  melepaskan (desorpsi) molekul gas yang terikat • Jumlah gas yang teradsorpsi tergantung : - Sifat adsorben, luas permukaan adsorben - Sifat adsorbat : suhu kritik gas - Suhu dan tekanan
  • 61.  suhu kritik gas >  mudah dicairkan  mudah teradsorpsi  Adsorpsi gas oleh zat padat selalu disertai pelepasan panas  panas/kalor adsorpsi (heat of adsorption)  Suhu : suhu meningkat  jumlah gas teradsorpsi menurun. contoh : 1 g arang pada 600 mmHg mengadsorpsi 10 cc N2 (0o C); 20 cc N2 ( -29o C); 45 cc N2 ( -78o C) Tabel. Volume gas-gas (NTP) yang diadsorbsi 1 g arang pada 288 K makin mudah dicairkan
  • 62. PERSAMAAN FREUNDLICH UNTUK ADSORPSI GAS Y = k . P 1/n Y = x/m : jumlah adsorbat (volum gas) teradsorpsi per massa adsorben P : Tekanan gas k & n : tetapan empirik  tergantung sifat gas, adsorben, suhu. log Y = 1/n log P + log k Persamaan regresi (garis lurus) : Y  log Y 1/n : arah lereng (slope) X  log P log k : intersep Jumlah zat teradsorpsi  tekanan gas PERSAMAAN FREUNDLICH : Bentuk logaritme :
  • 63. Persamaan adsorpsi Langmuir • Berdasarkan teori kinetik gas • Asumsi : 1. Gas yang teradsorpsi  lapisan satu molekul tunggal (monomolekul layer). 2. Molekul yang teradsorpsi terlokalisir kedudukannya  tak ada interaksi antar molekul 3. Proses adsorpsi = 2 proses yang berlawanan • kondensasi molekul gas pada permukaan (adsorpsi) • penguapan molekul dari permukaan (desorpsi)
  • 64. Definisi lain :  qe = massa materi teradsorbsi (pada kesetimbangan) per massa adsorben  X/m  Ce = konsentrasi kesetimbangan dalam larutan/ gas jika jumlah yang teradsorbsi = qe.  qe/Ce  hubungan yang tergantung pada tipe adsorpsi : multi-layer, kimia, fisik, dll.
  • 65.  Lebih umum untuk model multi-layer.  Asumsi :  isoterm Langmuir berlaku untuk tiap layer dan tidak terjadi transmigration antar layer.  Energi adsorpsi untuk tiap layer sama, kecuali untuk layer pertama. isoterm BET (Brunauer, Emmett and Teller) :
  • 67. 2.2. Adsorpsi larutan • Permukaan zat padat dapat mengadsorpsi : a. zat dari larutan (solut) b. pelarut • Contoh adsorpsi solut :  karbon aktif  asam asetat dalam air, amonia dari larutan amonium hidroksida, fenolftalein dari larutan asam/basa, zat warna, dll.  Sol AgCl (baru)  ion Ag+ atau Cl-  Sol As2S3  ion S2-
  • 68. • Karbon aktif lebih efektif mengadsorpsi non elektrolit daripada elektrolit. • BM adsorbat makin tinggi  jumlah adsorpsi makin besar. • Zat padat anorganik  mengadsorpsi elektrolit lebih mudah daripada non elektrolit. • Adsorpsi pelarut  fenomena Adsorpsi negatif : Kecenderungan adsorben untuk menarik pelarut dari larutan tertentu  konsentrasi solut > (setelah adsorpsi). • Contoh : KCl encer + arang  adsorpsi negatif KCl pekat + arang  adsorpsi positif
  • 69.  Suhu naik  adsorpsi berkurang  Luas permukaan adsorben makin besar  adsorpsi bertambah  Melibatkan keseimbangan antara : Jumlah zat teradsorpsi  konsentrasi solut dalam larutan Y = k . C 1/n Y : massa zat/solut teradsorpsi per massa adsorben = x/m C : konsentrasi solut k & n : tetapan empirik PERSAMAAN FREUNDLICH : Prinsip Adsorpsi Solut = Adsorpsi Gas
  • 70. • Y  gram atau mol adsorbat (solut) per gram adsorben. • C  mol per liter larutan Bandingkan dengan persamaan untuk adsorpsi gas : Y = k . P1/n • Y  volum gas (cc) per gram adsorben • C  P  tekanan gas dalam sistem (mmHg) log Y = 1/n log C + log k 1/n : arah lereng log k : intersep Bentuk persamaan regresi/ garis lurus antara log Y vs log C :
  • 71. Isoterm adsorpsi spesifik untuk karbon aktif. • sumbu horizontal  konsentrasi (mg/mL) • sumbu vertikal  jumlah karbon yang diperlukan (mg/g)
  • 72. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah adsorpsi  dan isoterm : a. Adsorbat : Kelarutan  Umumnya, kelarutan solut meningkat  jumlah adsorpsi turun (Hukum “Lundelius”)  Ikatan solut-solid bersaing dengan gaya tarik solut-solven.  Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :  Ukuran molekul (BM tinggi – kelarutan rendah),  ionisasi (kelarutan minimum jika senyawa tidak bermuatan),  polaritas (polaritas meningkat  kelarutan lebih tinggi karena air adalah solven polar).
  • 73. pH • pH mempengaruhi muatan permukaan adsorben dan juga muatan solut. • Umumnya, untuk materi organik jika pH turun  adsorpsi meningkat. Suhu • Adsorpsi bersifat eksotermik  H negatif • Dalam reaksi adsorpsi dihasilkan panas  jika T meningkat, jumlah adsorpsi turun.
  • 74. c. Adsorben : • Tiap permukaan padat mempunyai kapasitas untuk mengadsorpsi solut. • Untuk pengolahan air limbah/ air  karbon aktif adalah adsorben pilihan b. Adanya solut lain  kompetisi untuk tempat adsorpsi yang terbatas  menurunkan jumlah adsorpsi Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah adsorpsi :
  • 75. 4. ADSORBEN Karakteristik dan persyaratan umum : • pada umumnya berbentuk sferik pellets, rods, moldings, atau monoliths dengan diameter hidrodinamik antara 0,5 – 10 mm. • harus mempunyai daya tahan abrasi yang tinggi, • Stabilitas termal tinggi, • diameter pori kecil  area permukaan kontak lebih luas  kapasitas permukaan untuk adsorpsi lebih tinggi. • Adsorben juga harus mempunyai struktur pori yang jelas mampu dengan cepat membawa uap-uap gas.
  • 76. Sebagian besar adsorben untuk industri dibagi dalam 3 kelompok : 1. Oxygen-containing compounds – bersifat hidrofilik dan polar, meliputi : silika gel dan zeolit. 2. Carbon-based compounds – bersifat hidrofobik dan non-polar, meliputi : karbon aktif dan grafit. 3. Polymer-based compounds – gugus fungsi polar atau non-polar dalam matriks polimer yang porous.
  • 77. SILIKA GEL • Bersifat inert, nontoksik, polar dan stabil secara dimensional (< 400 °C) • Bentuk amorf SiO2, dibuat dengan reaksi antara natrium silikat dan asam sulfat yang dilanjutkan dengan beberapa after-treatment process seperti aging, pickling, dll.  metode after treatment mengakibatkan distribusi ukuran pori bervariasi. • Penggunaan : a) pengeringan udara (e.g. oksigen, gas alam). b) adsorpsi hidrokarbon berat (polar) dari gas alam. c) analisis kromatografi
  • 78. Zeolit • Aluminosilikat kristalin alami atau sintetik yang mempunyai jaringan pori berulang dan melepaskan air pada suhu tinggi. • Zeolit alami bersifat polar. • Penggunaan : pengeringan udara, penghilangan CO2 dari gas alam, penghilangan CO dari reforming gas, pemisahan udara, catalytic cracking, serta sintesis katalitik dan reforming. Struktur molekuler mikro-porous zeolit, ZSM-5
  • 79. KARBON AKTIF • Zat padat amorf, mikrokristalin dengan kisi grafit, sangat porous. • Dibuat dalam bentuk pellet atau serbuk. • Bersifat non-polar, mudah terbakar. • Dibuat dari bahan-bahan berkarbon : batubara (bituminous, subbituminous, dan lignite), tanah humus, kayu, atau tempurung buah (i.e., kelapa). • Proses pembuatannya terdiri dari 2 fase : Karbonasi dan Aktivasi. • Aktivasi pada suhu 300 – 1000 oC
  • 80.  Penggunaan :  - Adsorpsi zat organik dan adsorbat non polar (penjernihan kristal)  - Pengolahan air (water treatment), gas limbah, dan air limbah  - Adsorben dalam sediaan obat antidiare (Norit), antidotum universal Adsorpsi Isoterm karbon aktif – nitrogen menunjukkan perilaku mikroporous tipe I KARBON AKTIF
  • 81.  Luas permukaan karbon aktif sangat besar  mikroporus dan makroporus .  Luas : 300-1500 m2/gram. Increasing magnification
  • 82. Contoh : Adsorpsi Gas 1. Berikut ini data adsorpsi CO oleh 2,964 g arang aktif pada 0oC. Tekanan P adalah mm Hg, sedangkan x adalah volume gas dalam cc, diukur pada kondisi standar. P x 73 7,5 180 16,5 309 25,1 540 38,1 882 52,3 a. Tentukan tetapan k dan n b. Jika tekanan gas terukur adalah 340 mmHg, berapa cc gas CO yang diadsorpsi oleh 1 g arang aktif ?
  • 83. P X (vol) X/2,964 log P (mmHg) (cc) (Y) log Y (log X) 73 7,5 2,5304 0,4032 1,8633 180 16,5 5,5668 0,7456 2,2553 309 25,1 8,4683 0,9278 2,4900 540 38,1 12,8543 1,1090 2,7324 882 52,3 17,6451 1,2466 2,9455 Slope (B) 0,7816 Intersep (A) -1,0342 r 0,9984