SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Penyeberangan Selat Sunda;
Identifikasi awal
Triarko Nurlambang
Anggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda - DEPDAGRI
Pusat Penelitian Geografi Terapan UI
Identifikasi AWAL KLHS bagi
Penyeberangan Selat Sunda
Jika menggunakan
pendekatan regional maka
akan dilihat lebih holistik
/komprehensif (capturing) dan
sistemik; prioritas nya adalah
kebutuhan stakeholder Pengang
guran
Tabungan
terbatas
Kurang
modal
Produktifi
tas rendah
Pendapatan
/kapita
rendah
Daya beli
rendah
Pertmbhn
eko. rendah
Keluarga
besar
Laju
kelahiran
tinggi
Permintaan
tenga kerja
tinggi
Output/
pekerja
kurang
Pendidikan
kurang
Kemiskinan
Perumahan
tak layak
Kondisi hidup
tak sehat
Kesehatan
buruk
Kurang gizi
Diet jelek
Ouput
pertanian
kecil
Sedikit input
modern
REGION
Jabodetabekcur
Jika menggunakan
pendekatan sektoral
maka sulit menentukan
prioritas diantara sektor-
sektor
Penetapan Prioritas
Pembangunan
Relatif lebih mudah Relatif lebih sulit
Sumber: Triarko N, 2006
Krisis Ekologi
B
e
r
b
a
s
i
s
R
e
g
i
o
n
a
l
A
k
t
i
f
i
t
a
s
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
A
k
t
i
f
i
t
a
s
M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
Tingkat
Pembangunan
Penyeberangan
Selat Sunda –
Sumatera/Jawa
Layak untuk
melanjutkan
kegiatan
pembangunan
Tidak Layak untuk
melanjutkan
kegiatan
pembangunan
Kondisi
Pembangunan
mengarah kritis
 perlu
perlakuan khusus
Kondisi Pembangunan
sudah kritis  Kegiatan
Pembangu Utama perlu
dibekukan/ dihentikan
Kondisi
pembangunan
yg aman 
perlu/ dapat
dipertahankan
kelangusnganny
a
Ambang batas Ambang batas
Kondisi Krisis Ekologi dan Pembangunan
Waktu
Tingkat
Pembangunan
Penyeberangan
Selat Sunda –
Sumatera/Jawa
Tingkat
Pembangunan
Penyeberangan
Selat Sunda-
Sumatera/Jawa
Sumber: Triarko N, 2006
Alih fungsi lahan sawah
Penyusutan luasan sawah terbesar terjadi di wilayah Jawa dan Bali seluas
36.000 ha atau sekitar 3.600 ha/tahun.
Perubahan Penggunaan Tanah Sawah 1994 - 2004
(%)
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
SU
M
ATER
A
JAW
A
&
BA
LI
KA
LIM
AN
TAN
SU
LA
W
ESI
N
T
&
M
A
LU
KU
PA
PU
A
1994-1998
1998-2002
2002-2004
4.
Pangan
Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
Threat Status (Loss since 1985)
Critically Endangered (>70% )
Endangered (50-70%)
Vulnerable (40-50%)
Near Threatened (20-40%)
Least Concern (0-20%)
2007 Threat Status of Natural forest
in 38 EFRs
Many EFRs in Eastern lowland and
Swamp zones are “Critically
Endangered ” or “Endangered”.
Many EFRs in Western coast,
Hill and Montane zones are
“Near Threatened” or “Least Concern”.
oristic Region
kasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
Natural forest loss 1985-2007 by Function by Province
ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss
CA -3,321 -21% -12,518 -6% N.A. -4,730 -79%
CA-L N.A.
HSAW -69 0% -34,606 -8% -222 -5% -45,086 -12%
SM -5,406 -7% N.A.
TAHURA -771 -22% N.A. -5,402 -48%
TB -8,213 -10% N.A.
TN -15,344 -2% -14,501 -4% N.A. -79,929 -11%
TN-L N.A.
TWA N.A. -687 -100%
TWA-L N.A.
Protection Forest HL -172,402 -10% -241,725 -31% -110,576 -13% -165,909 -50% -25,125 -15%
HPT -19,890 -46% -240,204 -42% -22,327 -12% -1,074,275 -59% -81,801 -28%
HP -166,165 -31% -330,797 -61% -21,844 -27% -916,366 -51% -456,433 -49%
HPK -11,154 -96% -30,534 -28% -1,922,262 -79% -1,974 -86%
APL APL -633,702 -67% -583,037 -74% -331,730 -59% -106,137 -97% -835,107 -83%
Water
Danau/
Sungai/
Perairan*
-5,627 -71% -2,808 -63% -1,384 -64% -3,793 -40% -1,802 -69%
TOTAL Total -1,030,910 -25% -1,444,332 -46% -545,637 -23% -4,233,829 -62% -1,492,990 -48%
ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss
CA -946 -100% -21,514 -9%
CA-L
HSAW -79,984 -10%
SM -115,065 -61% -3,804 -70% -124,274 -46%
TAHURA -19 -100% -993 -25% -7,185 -38%
TB -7,713 -99% -15,926 -17%
TN -9,768 -3% -60,513 -15% -81,519 -27% -261,573 -10%
TN-L -835 -82% -835 -82%
TWA -8,337 -59% -9,023 -61%
TWA-L
Protection Forest HL -34,250 -15% -104,900 -27% -57,684 -48% -912,572 -20% -912,572 -20%
HPT -58,329 -34% -44,975 -34% -12,764 -61% -1,554,566 -48%
HP -16,271 -48% -913,369 -81% -108,466 -100% -2,929,711 -57%
HPK -170,142 -93% -2,136,066 -78%
APL APL -320,581 -89% -874,529 -90% -256,480 -93% -3,941,303 -78% -3,941,303 -78%
Water
Danau/
Sungai/
Perairan*
-927 -93% -6,723 -82% -2,365 -85% -25,429 -66% -25,429 -66%
TOTAL Total -457,121 -38% -2,291,070 -67% -524,074 -62% -12,019,962 -48% -12,019,962 -48%
-6,620,343 -59%
TOTAL by Class
-520,315 -12%
Bengkulu S. Sumatra Lampung TOTAL by Function
Conservation
Production
Class Function
Function
Aceh N. Sumatra W. Sumatra
Class
Conservation
Production
Riau Jambi
Sumber:
WWF, 2008
HASIL PERHITUNGAN DAYA DUKUNG AIR PROPINSI-PROPINSI DI PULAU JAWA DAN BALI
A. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perdesaan
(360 kg setara beras/orang x 4 m3
/kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun
No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air
(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status
(000 orang) (m3
/orang/tahun) (m3
/tahun) (mm/tahun) Supply (m3
/tahun) Supply/Demand
1 Bali 544.9 3379 1440 4,865,760,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00082870 Overshoot
2 Banten 90,186.4 9309 1440 13,404,960,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04978600 Overshoot
3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1440 12,528,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00437272 Overshoot
4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1440 56,256,480,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04857136 Overshoot
5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1440 4,723,200,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04908814 Overshoot
6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1440 45,917,280,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.05285981 Overshoot
7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1440 51,192,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06749167 Overshoot
Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS
B. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perkotaan
(480 kg setara beras/orang x 4 m3
/kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun
No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air
(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status
(000 orang) (m3
/orang/tahun) (m3
/tahun) (mm/tahun) Supply (m3
/tahun) Supply/Demand
1 Bali 544.9 3379 1920 6,487,680,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00062153 Overshoot
2 Banten 90,186.4 9309 1920 17,873,280,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.03733950 Overshoot
3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1920 16,704,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00327954 Overshoot
4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1920 75,008,640,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.03642852 Overshoot
5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1920 6,297,600,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.03681610 Overshoot
6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1920 61,223,040,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.03964485 Overshoot
7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1920 68,256,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.05061875 Overshoot
Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS
C. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan 4 sehat 5 sempurna dan kebutuhan lainnya
(2 x 800 m3 air/orang/tahun); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun
No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air
(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status
(000 orang) (mm3
/orang/tahun) (m3
/tahun) (mm/tahun) Supply (m3
/tahun) Supply/Demand
1 Bali 544.9 3379 1600 5,406,400,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00074583 Overshoot
2 Banten 90,186.4 9309 1600 14,894,400,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04480740 Overshoot
3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1600 13,920,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00393545 Overshoot
4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1600 62,507,200,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04371422 Overshoot
5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1600 5,248,000,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04417933 Overshoot
6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1600 51,019,200,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.04757383 Overshoot
7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1600 56,880,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06074250 Overshoot
Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS
Perhitungan Daya Dukung Air
Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air
Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air
Ketersediaan Air
Ketersediaan air per kapita (m3/kapita/th)
Nama
Provinsi
1990 1995 2000 2005
(Qrata+Air
Tanah)
(Qrata+Air
Tanah)
(Qrata+Air
Tanah)
(Qrata+Air
Tanah)
(Q90%+Ai
r Tanah)
DKI Jakarta 138 124 136 152 59
Jawa Barat*) 2,347 2,165 1,907 1,744 431
Jawa Tengah 1,480 1,421 1,368 1,303 268
DI
Yogyakarta
762 713 714 689 194
Jawa Timur 1,280 1,231 1,205 1,139 294
J a w a 1,583 1,491 1,414 1,338 323
Catatan: *)Termasuk Banten
5. Air
Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
Kondisi umumLH pulausumatera dan jawamengarahpadasituasi
kritis
Identifikasi AWAL Penyeberangan Selat Sunda (1)
UU Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009:
Pasal 15
• Pemerintah (Pusat) dan Pemda wajib membuat KLHS untuk memastikan prinsip pembangunan
berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP)
pembangunan
• Pemmerintah dan Pemda wajib melaksanakan rekomendasi KLHS dalam penyusunan RPJP
(N/D), RPJM (N/D), dan RTRW (N/D)
Pasal 16
• KLHS mencakup daya dukung dan daya tampung, perkiraan resiko LH, kinerja jasa ekosistem,
efisiensi SDA, resiliensi dan kapasitas adaptasi perubahan iklim, ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati
Pasal 17
• KLHS menjadi dasar KRP di suatu wilayah
Pasal 18
• Tata laksana KLHS diatur dalam PP
Pasal 19
• Perencanaan tata ruang wajib didasarkan KLHS untuk menjaga kelestarian fungsi LH dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampung
Sistem Lingkungan Hidup
Perubahan Iklim
dan Variasinya
Kejadian ekstrim (bencana)
Ketersediaan SD Air,
udara dan
tanah berkualitas
Naiknya permukaan air laut
Dampak
pd
LH
Perubahan pada emisi
dan tutupan lahan
Perubahan pada SD Air,
Penggunaan Tanah,
Permodalan,
Ketenagkerjaan, dan
Produktifitas
Perubahan pada
pola produksi
dan konsumsi
Dampak
pd
Ekonomi
Kerentanan
KEBIJAKAN
Mitigasi
Adaptasi
Sistem Ekonomi
Tekanan LH
Tekanan
Ekonomi
Contoh Simplifikasi Integrasi Keterkaitan Sistem LH dan Sistem Ekonomi
(Kerangka Pemahaman KLHS)
Identifikasi AWAL Konsekuensi Penyeberangan Selat Sunda (2)
Titik Kritis
Ekologis
Daya dukung-
Daya tampung
( minus )
Pendekataan
perhitungan dampak
kumulatif:
a. Teknik perhitungan
- linier
- non-linier
- kombinasi (system
dynamic)
b. Orientasi output
- Trade-off?
- Zero sum game?
- Positive sum game?
Daya dukung-
Daya tampung
( surplus )
Daya dukung-
Daya tampung
( maksimum )
Sebelum
konstruksi
JSS
Saat
konstruksi
JSS Setelah
beroperasi JSS
Tahap awal Tahap operasi
penuh
?
?
?
?
10 – 15 tahun
Solusi Strategis:
‘ bend-down the curve’
• Sumatera berpotensi sebagai
hinterland Jawa  aliran
(barang dan manusia) dari
Sumatera- Jawa dialihkan
sebaliknya secara berimbang
(urusan penataan ruang)
• Pola konsentrasi
pembangunan linier (mengikuti
jalur “life in the fast lane” trans
Sumatera dan Pantura Jawa)
perlu dipecah/disperse secara
terkendali sesuai daya dukung
dan daya tampung
?
?
Dampak Positif secara ruang
Dampak Negatif secara ruang
• Akan lebih memberikan multiplier effect
ekonomi mengikuti jalur transportasi daripada
nodal /pusat pengembangan di mulut
penyeberangan (seperti pengalaman
Eurotunnel)
• Pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat
karena transaksi barang dan jasa lebih lancar
• Peluang untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat lebih terbuka seiring dengan lebih
banyak modal mengalir
• Pada jalur linier transporatsi Sumatera-Jawa akan
lebih cepat mengalami tekanan dan konsekuensi alih
lahan.
• Struktur sosial budaya dan pola kehidupan sehari-
hari akan berubah ke arah yang lebih rasional.
• Mengingat lemahnya daya saing pada sektor
sekunder dan tersier maka tekanan pada sektor primer
akan menjadi titik utama, artinya eksploitasi SDA akan
meningkat tajam. Tekanan terhadap biodiversitas
meningkat.
• Ekosistem berubah  peluang percepatan perubahan
iklim
• Bagaimana perhitungan portofolio terhadap total aset (tangibel/intangibel) demi PB?
• Jika SDA dan daya dukung semakin terbatas bagaimana siklus ekonomi nya? Berapa tahun “golden period”nya ?
CONTOH PENETAPAN STRATEGI DAN SOLUSI DIKAITKAN DENGAN
PERATURAN YANG BERLAKU
Daya
dukung
Daya
tampung
Resiko
LH
Jasa
ekosistem
Efisiensi
SDA
Mitigasi
dan
Adaptasi
terhadap
perubahan
iklim
Keanekaragaman
hayati
S T R A T E G I
Penataan ruang/Penggunaan tanah √ √ √ √ √
RPJP/RPJM : Daya saing daerah √ √ √ √ √ √ √
Pemanfaatan SDA √ √ √ √
Good Governance √ √ √ √ √ √ √
Investasi √ √ √ √ √
S O L U S I
Manajemen penggunaan tanah (P4T) √ √ √ √ √
Jawa – Sumatera Incorporate √ √ √ √ √
Efisiensi SDA/SD alternatif √ √ √ √ √
Good Governance/ Public participation √ √ √ √ √ √ √
Pola kerjasama (Public Private Partnership) √ √ √ √
UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tema-tema
yang
dianalisis
dengan
menggunakan
KLHS
Contoh Penerapan KLHS dalam
Kasus Penanganan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi “Aceh Tsunami”
Tim CEPP-BAPPENAS
2006
Critical Pressure
Points of Natural
Resources
aspect (physical
Environment)
Critical Pressure
Points on
Social-Economic
aspects
Masa
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
Sebelum
Bencana Gempa
dan Tsunami
Terjadinya Bencana Gempa dan Tsunami
serta Masa Gawat Darurat
Masa setelah Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
?
?
Perlu adanya Intervensi
Kebijakan untuk
mengurangi Dampak
Negatif Pembangunan
Tingkat
Kegiatan
Pembangunan
Struktur Model Dinamika
Daerah
Penduduk
Pembangunan rumah
Pembangunan jalan
Lahan
Ekonomi
Ek. pertanian
Ek. industri
Ek. non-industri
Lahan permukiman
Lahan ekonomi
Lahan terbuka
Pembuatan bata
Pengadaan kayu konstruksi
Pengadaan pasir
Pengadaan batu pondasi
Pengadaan kayu konstruksi
Pengadaan kayu bakar untuk pembuatan batu
Dinamika
Pembangunan
Daerah
Lahan pertanian
Metode Kajian CEPP
Mengembangkan Modeling
Berbasis System Dynamics
Dengan software Powersim
• u/ mengetahui perilaku dinamika (perubahan
berdasarkan perjalanan waktu)
• u/ mengidentifikasi variabel-variabel dari
perubahan berdasarkan perjalanan waktu
tersebut
• u/ menguji sensitivitas model melalui
intervensi terhadap variabel-variabel tersebut
• Sehingga variabel yang sensitif terhadap
perubahan perilaku dinamika dapat
diklasifikasikan sebagai Critical Environmental
Pressure Points (CEPP)
Tanah Liat
Batu Pondasi
Kayu Bakar dan
Kayu Bulat
Pasir
Inmigrasi dan
Outmigrasi
LINGKUNGAN MANUSIA/HUMAN ECOLOGY
Biofisik Sosial Ekonomi
Elemen Fungsi Komoditi Fungsi Bentuk Fungsi Aktivitas/Bentuk
Penambang-
an tanah liat
Industri bata
Pendapatan sektor penambangan
tanah liat
Tanah/
Top Soil
Lokasi
galian
tanah liat
Tanah
liat
Penerbitan
ijin galian
tanah liat
Peluang usaha
galian tanah
liat Penerbitan
ijin galian
tanah liat Pendapatan sektor penambangan
tanah liat per kapita
Pendapatan sektor penambangan
batu belah
Lokasi
galian
batu belah
Batu
pondasi
Penerbitaniji
n usaha
galian batu
belah
Peluang usaha
galian batu
belah
Penambang-
an batu
belah
Pendapatan sektor penambangan
batu belah per kapita
Industri bata
Pendapatan sektor industri bata
Kayu
bakar
Penerbitan
ijin usaha
industri bata
Peluang usaha
industri bata
Penerbitan
ijin usaha
industri bata
Pendapatan sektor industri bata
per kapita
Industri kayu konstruksi
Pendapatan sektor industri kayu
konstruksi
Tutupan
Lahan/
Land
Cover
Hutan
Produksi
Kayu
bulat
Penerbitan
zijin zusaha
industri
kayu
konstruksi
Peluang usaha
industri kayu
konstruksi
Penerbitan
ijin usaha
industri
kayu
konstruksi Pendapatan sektor industri kayu
konstruksi per kapita
Pendapatan sektor penambangan
pasir
Badan
Air/ Water
Bodies
Lokasi
galian
pasir
Pasir Penerbitan
ijin usaha
galian pasir
Peluang usaha
galian pasir
Penambang-
an pasir
Pendapatan sektor penambangan
pasir per kapita
Permukiman
Fasilitas
Umum
Fasilitas Sosial
Lahan/
Land
Lahan
Budidaya
Alih fungsi
lahan
permukim
an
Perumahan/
Perkotaan
Ruang Terbuka
Hijau Kota
Lahan
Permukiman
Jasa publik: kepemerintahan,
konstruksi, transportasi,
telekomunikasi, air minum,
kelistrikan dll.
Alih fungsi
lahan
aktivitas
ekonomi
Lahan
Aktivitas
Ekonomi
Aktivitas industri, perdagangan
dan jasa komersial: pabrik,
pasar, toko, mal, kawasan
industri, pelabuhan, jalan
ekonomi dll.
Alih fungsi
lahan
pertanian
Lahan
Pertanian
Sawah, ladang, tambak, kebun,
perkebunan, hutan produksi
Lahan
Konserva-
si
Alih fungsi
lahan
terbuka
Kawasan
lindung
Kawasan
lindung
Hutan Lindung, Cagar Alam,
Suaka Margasatwa, sempadan
sungai, lereng, dll.
Wirausaha Pendapatan per sektor
Tenaga kerja Pendapatan per sektor per kapita
Tidak bekerja
Kesempatan
kerja
Pendapatan per kapita
Inmigrasi Pendapatan per sektor
Pendapatan per sektor per kapita
Angkatan
kerja
Outmigrasi
PDRB
Pendapatan per kapita

More Related Content

Similar to KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt

Presentasi kadis annual eep 2012 (1)
Presentasi kadis annual eep 2012 (1)Presentasi kadis annual eep 2012 (1)
Presentasi kadis annual eep 2012 (1)
Teddy Lesmana
 
Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...
Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...
Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
 
Pengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptx
Pengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptxPengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptx
Pengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptx
rizalbahtiar3
 
pemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Barat
pemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Baratpemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Barat
pemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Barat
Ririn Indahyani
 
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ar Tinambunan
 
Kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu raya
Kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu rayaKebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu raya
Kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu raya
pdatarawa
 
12. pertanian hal 116 129
12. pertanian hal 116 12912. pertanian hal 116 129
12. pertanian hal 116 129
fadilrazqa
 

Similar to KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt (20)

gjkhgjkghkgh (1).pptx
gjkhgjkghkgh (1).pptxgjkhgjkghkgh (1).pptx
gjkhgjkghkgh (1).pptx
 
Presentasi kadis annual eep 2012 (1)
Presentasi kadis annual eep 2012 (1)Presentasi kadis annual eep 2012 (1)
Presentasi kadis annual eep 2012 (1)
 
Materi grand priview aston pangandaran condotel hubungi 0816608779
Materi grand priview aston pangandaran condotel hubungi 0816608779Materi grand priview aston pangandaran condotel hubungi 0816608779
Materi grand priview aston pangandaran condotel hubungi 0816608779
 
1016.pdf
1016.pdf1016.pdf
1016.pdf
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutan
 
Pengolahan Limbah di Kota Semarang_DLH_29 Sept 2023.pptx
Pengolahan Limbah di Kota Semarang_DLH_29 Sept 2023.pptxPengolahan Limbah di Kota Semarang_DLH_29 Sept 2023.pptx
Pengolahan Limbah di Kota Semarang_DLH_29 Sept 2023.pptx
 
Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...
Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...
Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaran lingkun...
 
Data pokok-2006-2012
Data pokok-2006-2012Data pokok-2006-2012
Data pokok-2006-2012
 
EXPOSE PENDAHULUAN.pdf
EXPOSE PENDAHULUAN.pdfEXPOSE PENDAHULUAN.pdf
EXPOSE PENDAHULUAN.pdf
 
PPT STUPRO KELURAHAN SUNTER JAYA.pptx
PPT STUPRO KELURAHAN SUNTER JAYA.pptxPPT STUPRO KELURAHAN SUNTER JAYA.pptx
PPT STUPRO KELURAHAN SUNTER JAYA.pptx
 
Profil upk 2014
Profil upk 2014Profil upk 2014
Profil upk 2014
 
Data kawasan hutan
Data kawasan hutanData kawasan hutan
Data kawasan hutan
 
PAPARAN INALUM.pptx
PAPARAN INALUM.pptxPAPARAN INALUM.pptx
PAPARAN INALUM.pptx
 
Pengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptx
Pengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptxPengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptx
Pengembangan Industri Rumput Laut 2021 Direktur PBM.pptx
 
pemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Barat
pemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Baratpemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Barat
pemetaan pola distribusi dan aliran air di provinsi Jawa Barat
 
PROFIL DAN PERAN PEMERINTAH DESA CIATER DALAM PRB.pdf
PROFIL DAN PERAN PEMERINTAH DESA CIATER DALAM PRB.pdfPROFIL DAN PERAN PEMERINTAH DESA CIATER DALAM PRB.pdf
PROFIL DAN PERAN PEMERINTAH DESA CIATER DALAM PRB.pdf
 
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
 
Kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu raya
Kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu rayaKebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu raya
Kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan kubu raya
 
12. pertanian hal 116 129
12. pertanian hal 116 12912. pertanian hal 116 129
12. pertanian hal 116 129
 
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptxKebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
 

More from Said878643

More from Said878643 (17)

Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptMakallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Makallah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
 
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.pptLangkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
Langkah-langkah-evaluasi-kinerja-lingkungan.ppt
 
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
*Eco Labelling and Carbon labelling*.pptx
 
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
3Etika-lingkungan-hidup-Prinsip-prinsip Etika Lingkungan.pptx
 
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
2 ISO 14001.International Standard Organization 14001pptx
 
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
Prinsip kerja Atomic force microscopy (AFM):
 
The Introduction of Environmental Chemistry
The Introduction of Environmental ChemistryThe Introduction of Environmental Chemistry
The Introduction of Environmental Chemistry
 
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan LingkunganInstrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan
 
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).pptKajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
Kajian-Lingkungan-Hidup-Strategis (KLHS).ppt
 
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
Akreditasi Internasional PTN: ASIIN-2022
 
The membrane separation for beginner.pptx
The membrane separation for beginner.pptxThe membrane separation for beginner.pptx
The membrane separation for beginner.pptx
 
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
1Kuliah Pengantar Teknologi Membran.pptx
 
KULIAH 14-15 Tentang Kimia Permukaan.pptx
KULIAH 14-15  Tentang Kimia Permukaan.pptxKULIAH 14-15  Tentang Kimia Permukaan.pptx
KULIAH 14-15 Tentang Kimia Permukaan.pptx
 
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.pptSILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
SILABUS KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA UNSRI.ppt
 
PetunjukTeknis.pdf
PetunjukTeknis.pdfPetunjukTeknis.pdf
PetunjukTeknis.pdf
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.ppt
 
k3-170411031246.pdf
k3-170411031246.pdfk3-170411031246.pdf
k3-170411031246.pdf
 

Recently uploaded

RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
NezaPurna
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
Di Prihantony
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
iman333159
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
hartonohajar
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
citraislamiah02
 

Recently uploaded (13)

PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 

KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt

  • 1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal Triarko Nurlambang Anggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda - DEPDAGRI Pusat Penelitian Geografi Terapan UI
  • 2. Identifikasi AWAL KLHS bagi Penyeberangan Selat Sunda
  • 3. Jika menggunakan pendekatan regional maka akan dilihat lebih holistik /komprehensif (capturing) dan sistemik; prioritas nya adalah kebutuhan stakeholder Pengang guran Tabungan terbatas Kurang modal Produktifi tas rendah Pendapatan /kapita rendah Daya beli rendah Pertmbhn eko. rendah Keluarga besar Laju kelahiran tinggi Permintaan tenga kerja tinggi Output/ pekerja kurang Pendidikan kurang Kemiskinan Perumahan tak layak Kondisi hidup tak sehat Kesehatan buruk Kurang gizi Diet jelek Ouput pertanian kecil Sedikit input modern REGION Jabodetabekcur Jika menggunakan pendekatan sektoral maka sulit menentukan prioritas diantara sektor- sektor Penetapan Prioritas Pembangunan Relatif lebih mudah Relatif lebih sulit Sumber: Triarko N, 2006
  • 4. Krisis Ekologi B e r b a s i s R e g i o n a l A k t i f i t a s P e m b a n g u n a n A k t i f i t a s M a s y a r a k a t Tingkat Pembangunan Penyeberangan Selat Sunda – Sumatera/Jawa Layak untuk melanjutkan kegiatan pembangunan Tidak Layak untuk melanjutkan kegiatan pembangunan Kondisi Pembangunan mengarah kritis  perlu perlakuan khusus Kondisi Pembangunan sudah kritis  Kegiatan Pembangu Utama perlu dibekukan/ dihentikan Kondisi pembangunan yg aman  perlu/ dapat dipertahankan kelangusnganny a Ambang batas Ambang batas Kondisi Krisis Ekologi dan Pembangunan Waktu Tingkat Pembangunan Penyeberangan Selat Sunda – Sumatera/Jawa Tingkat Pembangunan Penyeberangan Selat Sunda- Sumatera/Jawa Sumber: Triarko N, 2006
  • 5. Alih fungsi lahan sawah Penyusutan luasan sawah terbesar terjadi di wilayah Jawa dan Bali seluas 36.000 ha atau sekitar 3.600 ha/tahun. Perubahan Penggunaan Tanah Sawah 1994 - 2004 (%) -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 SU M ATER A JAW A & BA LI KA LIM AN TAN SU LA W ESI N T & M A LU KU PA PU A 1994-1998 1998-2002 2002-2004 4. Pangan Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
  • 6. Threat Status (Loss since 1985) Critically Endangered (>70% ) Endangered (50-70%) Vulnerable (40-50%) Near Threatened (20-40%) Least Concern (0-20%) 2007 Threat Status of Natural forest in 38 EFRs Many EFRs in Eastern lowland and Swamp zones are “Critically Endangered ” or “Endangered”. Many EFRs in Western coast, Hill and Montane zones are “Near Threatened” or “Least Concern”. oristic Region kasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
  • 7. Natural forest loss 1985-2007 by Function by Province ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss CA -3,321 -21% -12,518 -6% N.A. -4,730 -79% CA-L N.A. HSAW -69 0% -34,606 -8% -222 -5% -45,086 -12% SM -5,406 -7% N.A. TAHURA -771 -22% N.A. -5,402 -48% TB -8,213 -10% N.A. TN -15,344 -2% -14,501 -4% N.A. -79,929 -11% TN-L N.A. TWA N.A. -687 -100% TWA-L N.A. Protection Forest HL -172,402 -10% -241,725 -31% -110,576 -13% -165,909 -50% -25,125 -15% HPT -19,890 -46% -240,204 -42% -22,327 -12% -1,074,275 -59% -81,801 -28% HP -166,165 -31% -330,797 -61% -21,844 -27% -916,366 -51% -456,433 -49% HPK -11,154 -96% -30,534 -28% -1,922,262 -79% -1,974 -86% APL APL -633,702 -67% -583,037 -74% -331,730 -59% -106,137 -97% -835,107 -83% Water Danau/ Sungai/ Perairan* -5,627 -71% -2,808 -63% -1,384 -64% -3,793 -40% -1,802 -69% TOTAL Total -1,030,910 -25% -1,444,332 -46% -545,637 -23% -4,233,829 -62% -1,492,990 -48% ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss CA -946 -100% -21,514 -9% CA-L HSAW -79,984 -10% SM -115,065 -61% -3,804 -70% -124,274 -46% TAHURA -19 -100% -993 -25% -7,185 -38% TB -7,713 -99% -15,926 -17% TN -9,768 -3% -60,513 -15% -81,519 -27% -261,573 -10% TN-L -835 -82% -835 -82% TWA -8,337 -59% -9,023 -61% TWA-L Protection Forest HL -34,250 -15% -104,900 -27% -57,684 -48% -912,572 -20% -912,572 -20% HPT -58,329 -34% -44,975 -34% -12,764 -61% -1,554,566 -48% HP -16,271 -48% -913,369 -81% -108,466 -100% -2,929,711 -57% HPK -170,142 -93% -2,136,066 -78% APL APL -320,581 -89% -874,529 -90% -256,480 -93% -3,941,303 -78% -3,941,303 -78% Water Danau/ Sungai/ Perairan* -927 -93% -6,723 -82% -2,365 -85% -25,429 -66% -25,429 -66% TOTAL Total -457,121 -38% -2,291,070 -67% -524,074 -62% -12,019,962 -48% -12,019,962 -48% -6,620,343 -59% TOTAL by Class -520,315 -12% Bengkulu S. Sumatra Lampung TOTAL by Function Conservation Production Class Function Function Aceh N. Sumatra W. Sumatra Class Conservation Production Riau Jambi Sumber: WWF, 2008
  • 8. HASIL PERHITUNGAN DAYA DUKUNG AIR PROPINSI-PROPINSI DI PULAU JAWA DAN BALI A. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perdesaan (360 kg setara beras/orang x 4 m3 /kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air (000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status (000 orang) (m3 /orang/tahun) (m3 /tahun) (mm/tahun) Supply (m3 /tahun) Supply/Demand 1 Bali 544.9 3379 1440 4,865,760,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00082870 Overshoot 2 Banten 90,186.4 9309 1440 13,404,960,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04978600 Overshoot 3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1440 12,528,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00437272 Overshoot 4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1440 56,256,480,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04857136 Overshoot 5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1440 4,723,200,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04908814 Overshoot 6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1440 45,917,280,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.05285981 Overshoot 7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1440 51,192,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06749167 Overshoot Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS B. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perkotaan (480 kg setara beras/orang x 4 m3 /kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air (000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status (000 orang) (m3 /orang/tahun) (m3 /tahun) (mm/tahun) Supply (m3 /tahun) Supply/Demand 1 Bali 544.9 3379 1920 6,487,680,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00062153 Overshoot 2 Banten 90,186.4 9309 1920 17,873,280,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.03733950 Overshoot 3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1920 16,704,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00327954 Overshoot 4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1920 75,008,640,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.03642852 Overshoot 5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1920 6,297,600,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.03681610 Overshoot 6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1920 61,223,040,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.03964485 Overshoot 7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1920 68,256,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.05061875 Overshoot Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS C. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan 4 sehat 5 sempurna dan kebutuhan lainnya (2 x 800 m3 air/orang/tahun); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air (000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status (000 orang) (mm3 /orang/tahun) (m3 /tahun) (mm/tahun) Supply (m3 /tahun) Supply/Demand 1 Bali 544.9 3379 1600 5,406,400,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00074583 Overshoot 2 Banten 90,186.4 9309 1600 14,894,400,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04480740 Overshoot 3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1600 13,920,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00393545 Overshoot 4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1600 62,507,200,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04371422 Overshoot 5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1600 5,248,000,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04417933 Overshoot 6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1600 51,019,200,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.04757383 Overshoot 7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1600 56,880,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06074250 Overshoot Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS Perhitungan Daya Dukung Air Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air
  • 9. Ketersediaan Air Ketersediaan air per kapita (m3/kapita/th) Nama Provinsi 1990 1995 2000 2005 (Qrata+Air Tanah) (Qrata+Air Tanah) (Qrata+Air Tanah) (Qrata+Air Tanah) (Q90%+Ai r Tanah) DKI Jakarta 138 124 136 152 59 Jawa Barat*) 2,347 2,165 1,907 1,744 431 Jawa Tengah 1,480 1,421 1,368 1,303 268 DI Yogyakarta 762 713 714 689 194 Jawa Timur 1,280 1,231 1,205 1,139 294 J a w a 1,583 1,491 1,414 1,338 323 Catatan: *)Termasuk Banten 5. Air Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa Kondisi umumLH pulausumatera dan jawamengarahpadasituasi kritis
  • 10. Identifikasi AWAL Penyeberangan Selat Sunda (1) UU Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009: Pasal 15 • Pemerintah (Pusat) dan Pemda wajib membuat KLHS untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) pembangunan • Pemmerintah dan Pemda wajib melaksanakan rekomendasi KLHS dalam penyusunan RPJP (N/D), RPJM (N/D), dan RTRW (N/D) Pasal 16 • KLHS mencakup daya dukung dan daya tampung, perkiraan resiko LH, kinerja jasa ekosistem, efisiensi SDA, resiliensi dan kapasitas adaptasi perubahan iklim, ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati Pasal 17 • KLHS menjadi dasar KRP di suatu wilayah Pasal 18 • Tata laksana KLHS diatur dalam PP Pasal 19 • Perencanaan tata ruang wajib didasarkan KLHS untuk menjaga kelestarian fungsi LH dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
  • 11. Sistem Lingkungan Hidup Perubahan Iklim dan Variasinya Kejadian ekstrim (bencana) Ketersediaan SD Air, udara dan tanah berkualitas Naiknya permukaan air laut Dampak pd LH Perubahan pada emisi dan tutupan lahan Perubahan pada SD Air, Penggunaan Tanah, Permodalan, Ketenagkerjaan, dan Produktifitas Perubahan pada pola produksi dan konsumsi Dampak pd Ekonomi Kerentanan KEBIJAKAN Mitigasi Adaptasi Sistem Ekonomi Tekanan LH Tekanan Ekonomi Contoh Simplifikasi Integrasi Keterkaitan Sistem LH dan Sistem Ekonomi (Kerangka Pemahaman KLHS)
  • 12. Identifikasi AWAL Konsekuensi Penyeberangan Selat Sunda (2) Titik Kritis Ekologis Daya dukung- Daya tampung ( minus ) Pendekataan perhitungan dampak kumulatif: a. Teknik perhitungan - linier - non-linier - kombinasi (system dynamic) b. Orientasi output - Trade-off? - Zero sum game? - Positive sum game? Daya dukung- Daya tampung ( surplus ) Daya dukung- Daya tampung ( maksimum ) Sebelum konstruksi JSS Saat konstruksi JSS Setelah beroperasi JSS Tahap awal Tahap operasi penuh ? ? ? ? 10 – 15 tahun Solusi Strategis: ‘ bend-down the curve’ • Sumatera berpotensi sebagai hinterland Jawa  aliran (barang dan manusia) dari Sumatera- Jawa dialihkan sebaliknya secara berimbang (urusan penataan ruang) • Pola konsentrasi pembangunan linier (mengikuti jalur “life in the fast lane” trans Sumatera dan Pantura Jawa) perlu dipecah/disperse secara terkendali sesuai daya dukung dan daya tampung ? ?
  • 13. Dampak Positif secara ruang Dampak Negatif secara ruang • Akan lebih memberikan multiplier effect ekonomi mengikuti jalur transportasi daripada nodal /pusat pengembangan di mulut penyeberangan (seperti pengalaman Eurotunnel) • Pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat karena transaksi barang dan jasa lebih lancar • Peluang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih terbuka seiring dengan lebih banyak modal mengalir • Pada jalur linier transporatsi Sumatera-Jawa akan lebih cepat mengalami tekanan dan konsekuensi alih lahan. • Struktur sosial budaya dan pola kehidupan sehari- hari akan berubah ke arah yang lebih rasional. • Mengingat lemahnya daya saing pada sektor sekunder dan tersier maka tekanan pada sektor primer akan menjadi titik utama, artinya eksploitasi SDA akan meningkat tajam. Tekanan terhadap biodiversitas meningkat. • Ekosistem berubah  peluang percepatan perubahan iklim • Bagaimana perhitungan portofolio terhadap total aset (tangibel/intangibel) demi PB? • Jika SDA dan daya dukung semakin terbatas bagaimana siklus ekonomi nya? Berapa tahun “golden period”nya ?
  • 14. CONTOH PENETAPAN STRATEGI DAN SOLUSI DIKAITKAN DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU Daya dukung Daya tampung Resiko LH Jasa ekosistem Efisiensi SDA Mitigasi dan Adaptasi terhadap perubahan iklim Keanekaragaman hayati S T R A T E G I Penataan ruang/Penggunaan tanah √ √ √ √ √ RPJP/RPJM : Daya saing daerah √ √ √ √ √ √ √ Pemanfaatan SDA √ √ √ √ Good Governance √ √ √ √ √ √ √ Investasi √ √ √ √ √ S O L U S I Manajemen penggunaan tanah (P4T) √ √ √ √ √ Jawa – Sumatera Incorporate √ √ √ √ √ Efisiensi SDA/SD alternatif √ √ √ √ √ Good Governance/ Public participation √ √ √ √ √ √ √ Pola kerjasama (Public Private Partnership) √ √ √ √ UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tema-tema yang dianalisis dengan menggunakan KLHS
  • 15. Contoh Penerapan KLHS dalam Kasus Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi “Aceh Tsunami” Tim CEPP-BAPPENAS 2006
  • 16. Critical Pressure Points of Natural Resources aspect (physical Environment) Critical Pressure Points on Social-Economic aspects Masa Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sebelum Bencana Gempa dan Tsunami Terjadinya Bencana Gempa dan Tsunami serta Masa Gawat Darurat Masa setelah Rehabilitasi dan Rekonstruksi ? ? Perlu adanya Intervensi Kebijakan untuk mengurangi Dampak Negatif Pembangunan Tingkat Kegiatan Pembangunan
  • 17. Struktur Model Dinamika Daerah Penduduk Pembangunan rumah Pembangunan jalan Lahan Ekonomi Ek. pertanian Ek. industri Ek. non-industri Lahan permukiman Lahan ekonomi Lahan terbuka Pembuatan bata Pengadaan kayu konstruksi Pengadaan pasir Pengadaan batu pondasi Pengadaan kayu konstruksi Pengadaan kayu bakar untuk pembuatan batu Dinamika Pembangunan Daerah Lahan pertanian
  • 18. Metode Kajian CEPP Mengembangkan Modeling Berbasis System Dynamics Dengan software Powersim • u/ mengetahui perilaku dinamika (perubahan berdasarkan perjalanan waktu) • u/ mengidentifikasi variabel-variabel dari perubahan berdasarkan perjalanan waktu tersebut • u/ menguji sensitivitas model melalui intervensi terhadap variabel-variabel tersebut • Sehingga variabel yang sensitif terhadap perubahan perilaku dinamika dapat diklasifikasikan sebagai Critical Environmental Pressure Points (CEPP)
  • 19. Tanah Liat Batu Pondasi Kayu Bakar dan Kayu Bulat Pasir Inmigrasi dan Outmigrasi
  • 20. LINGKUNGAN MANUSIA/HUMAN ECOLOGY Biofisik Sosial Ekonomi Elemen Fungsi Komoditi Fungsi Bentuk Fungsi Aktivitas/Bentuk Penambang- an tanah liat Industri bata Pendapatan sektor penambangan tanah liat Tanah/ Top Soil Lokasi galian tanah liat Tanah liat Penerbitan ijin galian tanah liat Peluang usaha galian tanah liat Penerbitan ijin galian tanah liat Pendapatan sektor penambangan tanah liat per kapita Pendapatan sektor penambangan batu belah Lokasi galian batu belah Batu pondasi Penerbitaniji n usaha galian batu belah Peluang usaha galian batu belah Penambang- an batu belah Pendapatan sektor penambangan batu belah per kapita Industri bata Pendapatan sektor industri bata Kayu bakar Penerbitan ijin usaha industri bata Peluang usaha industri bata Penerbitan ijin usaha industri bata Pendapatan sektor industri bata per kapita Industri kayu konstruksi Pendapatan sektor industri kayu konstruksi Tutupan Lahan/ Land Cover Hutan Produksi Kayu bulat Penerbitan zijin zusaha industri kayu konstruksi Peluang usaha industri kayu konstruksi Penerbitan ijin usaha industri kayu konstruksi Pendapatan sektor industri kayu konstruksi per kapita Pendapatan sektor penambangan pasir Badan Air/ Water Bodies Lokasi galian pasir Pasir Penerbitan ijin usaha galian pasir Peluang usaha galian pasir Penambang- an pasir Pendapatan sektor penambangan pasir per kapita Permukiman Fasilitas Umum Fasilitas Sosial Lahan/ Land Lahan Budidaya Alih fungsi lahan permukim an Perumahan/ Perkotaan Ruang Terbuka Hijau Kota Lahan Permukiman Jasa publik: kepemerintahan, konstruksi, transportasi, telekomunikasi, air minum, kelistrikan dll. Alih fungsi lahan aktivitas ekonomi Lahan Aktivitas Ekonomi Aktivitas industri, perdagangan dan jasa komersial: pabrik, pasar, toko, mal, kawasan industri, pelabuhan, jalan ekonomi dll. Alih fungsi lahan pertanian Lahan Pertanian Sawah, ladang, tambak, kebun, perkebunan, hutan produksi Lahan Konserva- si Alih fungsi lahan terbuka Kawasan lindung Kawasan lindung Hutan Lindung, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, sempadan sungai, lereng, dll. Wirausaha Pendapatan per sektor Tenaga kerja Pendapatan per sektor per kapita Tidak bekerja Kesempatan kerja Pendapatan per kapita Inmigrasi Pendapatan per sektor Pendapatan per sektor per kapita Angkatan kerja Outmigrasi PDRB Pendapatan per kapita