2. Students
(1/6
)
Data
menunjukkan
bahwa
Angka
Par:sipasi
Murni
(APM)
untuk
jenjang
pendidikan
SD
adalah
95.23%,
SMP
74.52%
dan
SM
55.73%.
Pada
tahun
2010,
terdapat
hampir
1
juta
anak
Indonesia
yang
mengalami
putus
sekolah.
Angka
putus
sekolah
Indonesia
adalah
SD
sebesar
1.65%,
SMP
sebesar
2.33%
dan
SM
sebesar
4.27%.
Indikator
dari
rendahnya
par:sipasi
pendidikan
anak
Indonesia
dapat
dilihat
dari
semakin
rendahnya
APM
pada
jenjang
pendidikan
yang
lebih
:nggi
dan
semakin
:ngginya
angka
putus
sekolah
pada
jenjang
pendidikan
yang
semakin
:nggi.
Kondisi
ini
mengindikasikan
bahwa
program
pendidikan
dasar
9
tahun
rela:f
belum
berhasil.
Selain
itu,
banyak
penduduk
:dak
mampu
melakukan
par:sipasi
pendidikan
pada
jenjang
pendidikan
:nggi,
yang
biasanya
terhambat
karena
masalah
kesulitan
ekonomi.
3. Students
(2/6)
Banyak
alasan
yang
melatarbelakangi
seseorang
untuk
:dak/belum
pernah
sekolah
atau
:dak
melanjutkan
pendidikan
pada
jenjang
yang
lebih
:nggi.
Chart
ini
menyajikan
data
alasan
anak
usia
7
–
18
tahun
yang
:dak/belum
pernah
sekolah/
:dak
bersekolah
lagi
menurut
alasan
:dak
melanjutkan
sekolah.
Alasan
utama
anak
:dak
melanjutkan
sekolah
berkaitan
erat
dengan
kemiskinan,
yakni
56.4%
karena
:dak
ada
biaya
dan
9.8%
harus
bekerja.
Alasan
malu
dengan
kondisi
ekonomi
(1.3%)
dan
sudah
puas
dengan
pendidikan
seadanya
(5.1%)
berkaitan
erat
dengan
:dak
naik
kelas
dan
kurangnya
peran
orang
tua
memo:vasi
anak.
Harus
menikah
dan
mengurus
anak
(3.0%)
juga
Source: BPS 2009
berperan
cukup
besar
sebagai
alasan
:dak
melanjutkan
pendidikan.
Perempuan
memiliki
persentase
6
kali
lipat
lebih
:nggi
dibanding
laki-‐laki
(6.07%
VS
0.14%)
Alasan
sekolah
jauh
(2.7%)
berkaitan
dengan
ketersediaan
jumlah
sekolah
yang
minim
atau
kondisi
geografis
daerah
yang
menyebabkan
akses
sulit.
4. Students
(3/6)
Umumnya,
Kualitas
siswa
Sekolah
reguler
dari
se:ap
:ngkatan
pendidikan
lebih
:nggi
jika
dibandingkan
dengan
kualitas
siswa
sekolah
Islam.
Kualitas
ini
dapat
dilihat
dari
Rata-‐Rata
nilai
Ujian
nasional
yang
berhasil
mereka
peroleh.
Dari
se:ap
:ngkatan
pendidikan,
rata-‐rata
nilai
UN
yang
diperoleh
siswa
sekolah
reguler
rela:f
lebih
:nggi
dari
nilai
rata-‐rata
UN
siswa
sekolah
Islam.
Misalnya,
nilai
rata-‐rata
UN
SMA
program
IPA
(7.65)
lebih
:nggi
dibandingkan
Madrasah
Aliyah/MA
IPA
(7.31).
Kualitas
siswa
juga
dapat
dilihat
dari
persentase
ke:dalulusan
siswa
pada
Ujian
Nasional.
Sekolah
reguler
memiliki
persentase
ke:daklulusan
siswa
rela:f
lebih
rendah
Remarks:
Tim
riset
memiliki
data
nilai
UN
dan
da]ar
dibandingkan
siswa
dari
sekolah
Islam.
sekolah
berdasarkan
ranking
rata-‐rata
nilai
Misalnya,
hanya
3.28
%
dari
siswa
SMA
IPA
yang
:dak
lulus,
sedangkan
hampir
6%
UN
untuk
se:ap
:ngkatan
pendidikan
dan
jenis
sekolah
hingga
menyentuh
area
siswa
MA
IPA
:dak
lulus
ujian
nasional.
kabupaten/kota
5. Students
(4/6)
Source: BPS 2009
Rendahnya
status
ekonomi
orang
tua
atau
masyarakat
akan
sulit
dijangkau
oleh
pelayanan
pendidikan.
Hal
ini
disebabkan
oleh
:ngginya
biaya
pendidikan,
baik
biaya
langsung
maupun
:dak
langsung.
Biaya
langsung
melipu:
iuran
sekolah,
buku,
seragam
dan
alat
tulis,
sementara
biaya
:dak
langsung
melipu:
biaya
transportasi,
kursus,
uang
saku
dan
biaya
lain-‐lain.
Rata-‐rata
besarnya
biaya
pendidikan
naik
sekitar
2
kali
lipat
pada
se:ap
jenjang
pendidikan
yang
lebih
:nggi.
Besarnya
biaya
pendidikan
SM
adalah
sekitar
3
kali
lipat
lebih
:nggi
dari
biaya
pendidikan
di
SD
(Rp
734,721,-‐
VS
Rp
274,076,-‐).
Kondisi
ini
berpengaruh
pada
rendahnya
angka
par:sipasi
pada
pendidikan
:nggi.
6. Students
(5/6)
Source: BPS 2009
Alasan
utama
anak
:dak
dapat
melanjutkan
ke
pendidikan
yang
lebih
:nggi
karena
:dak
adanya
biaya/kesulitan
ekonomi
(56.4%).
Akan
tetapi,
hanya
sekitar
4%
anak
Indonesia
di
seluruh
jenjang
pendidikan
yang
mendapatkan
bantuan
beasiswa
dari
pemerintah,
lembaga
swasta
atau
perorangan.
Data
menunjukkan
bahwa
persentase
murid
yang
menerima
beasiswa
masih
rela:f
kecil
(3.89%),
dimana
persentase
murid
perempuan
penerima
beasiswa
(4.19%)
sedikit
lebih
besar
dibandingkan
dengan
murid
laki-‐laki
(3.61%).
Berdasarkan
jenjang
pendidikan,
maka
mahasiswa
perguruan
:nggi
mendapatkan
beasiswa
(7.49%)
paling
banyak
dan
murid
SD
mendapatkan
beasiswa
(3.31%)
paling
sedikit.
7. Students
(6/6)
Source: BPS 2009
Data
menunjukan
bahwa
pemerintah
masih
sebagai
pemberi
bantuan
beasiswa
terbesar,
yakni
37.76%.
Mahasiswa
perguruan
:nggi
yang
mendapatkan
bantuan
beasiswa
terbesar
sebanyak
54.18%
yang
juga
berasal
dari
bantuan/beasiswa
pemerintah.
Murid
SD
juga
mendapatkan
bantuan
beasiswa
terbesar
dari
bantuan
pemerintah
sebanyak
41.21%.
Sementara
itu,
peran
lembaga
non
pemerintah
masih
rela:f
minim
dalam
memberikan
bantuan
untuk
biaya
pendidikan,
yakni
sebesar
6.47%.
Mereka
memberikan
bantuan
beasiswa
terbesar
kepada
mahasiswa
perguruan
:nggi
sebanyak
13.63%
dan
beasiswa
terkecil
kepada
murid
SD
(4.98%)
dan
SMP
(4.58%).
Hal
ini
disebabkan
oleh
program
pendidikan
dasar
9
tahun
masih
menjadi
kewajiban
pemerintah.