1. iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan Kita
Copyright e-cha riska_145@webmail.umm.ac.id
http://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-k
ita/
Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas
Pendidikan Kita
Berbagai keberatan yang dilontarkan oleh stakeholders terhadap penyelenggaraan
UN bukan tanpa alasan. Kepeduliannya terhadap kualitas proses dan hasil
pendidikan menjadi perhatiannya yang serius. Berdasarkan kajian teoritik dan fakta
empirik tampak jelas bahwa UN berdampak negarif terhadap kualitas proses dan
hasil pendidikan. Apabila kondisi ini terus berlanjut dikhawatirkan kualitas
pendidikan kita akan semakin merosot dan tujuan pendidikan nasional kita akan
sulit untuk diwujudkan, dan pada akhirnya kondisi masyarakat dan bangsa ini tidak
akan pernah berubah, terus berada dalam keterpurukan.
Berbagai dampak negatif yang nyata terjadi di sekolah sebagai akibat
diterapkannya UN di sekolah, diantaranya:
☺ Terjadinya disorientasi pendidikan di sekolah
Mata pelajaran yang di-UN-kan tidak seluruh mata pelajaran. Pada tiga tahun
terakhir pada tingkat SMP dan SMA, hanya mata pelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris. Memang untuk tahun 2008 direncanakan untuk
tingkat SMA akan ada penambahan mata pelajaran dan berbeda antara jurusan IPA,
IPS, dan Bahasa. Untuk SMA jurusan IPA, akan ditambah mata pelajaran Fisika,
Kimia, dan Biologi; Untuk jurusan IPS akan ditambah mata pelajaran Ekonomi,
Geografi, dan Sosiologi, dan untuk jurusan Bahasa akan ditambah mata pelajaran
Sastra Indonesia, Bahasa asing lain, dan Antropologi/Sejarah Budaya. Selain itu,
pada tahun 2008 juga akan dilaksanakan UN untuk tingkat SD, dengan mata
pelajaran yang diuji adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.
Pembatasan mata pelajaran yang diujikan dalam UN, berakibat pada fokus proses
pembelajaran di sekolah hanya ditekankan pada penguasaan mata pelajaran
tersebut, sedangkan mata pelajaran lain dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal ini
menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pengabaian terhadap mata pelajaran lain.
Para siswa dan bahkan orang tua lebih memusatkan perhatiannya terhadap mata
pelajaran yang akan di UN-kan, terutama pada siswa kelas akhir.
page 1 / 4
2. iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan Kita
Copyright e-cha riska_145@webmail.umm.ac.id
http://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kit
a/
Disorientasi juga terjadi pada arah dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Dengan adanya UN, maka pembelajaran cenderung hanya mengembangkan ranah
kognitif, pada penguasaan pengetahuan, dan mengesampingkan ranah lain yang
sebenarnya tidak kalah pentingnya untuk menghasilkan individu-individu yang utuh
dan berkarakter, yaitu ranah afektif dan psikomotorik.
☺ Proses pembelajaran yang tidak bermakna
Untuk mempersiapkan para siswanya menghadapi dan mengerjakan soal-soal UN,
para guru biasanya menggunakan metode pembelajaran drill, dimana para siswa
dilatih untuk mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan keluar dalam ujian.
Melalui metode ini guru mengharapkan para siswa terbiasa menghadapi soal ujian,
dan menguasai teknik-teknik dan trik mengerjakan soal yang dihadapi.
Pembelajaran dengan model ini jelas tidak bermakna, karena apa yang dipelajari
bersifat mekanistik, bukan pada penguasaan konsep yang esensial. Pembelajaran
seperti ini tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan
masalah, yang menjadi indikator kecerdasan sebagaimana yang diharapkan dicapai
melalui pembelajaran.
☺ Upaya-upaya yang tidak fair
Tuntutan kelulusan yang tinggi, baik terhadap persentase/jumlah siswa yang
dinyatakan lulus, maupun besarnya nilai yang diperoleh para siswa, mendorong
sekolah untuk melakukan berbagai upaya untuk mencapainya. Tuntutan seperti ini
sekaligus berdampak pada terbentuknya citra dan prestise sebuah sekolah. Sekolah
yang mampu meluluskan siswanya dengan prosentase yang tinggi dengan nilai UN
yang tinggi, dinilai sebagai sekolah yang berkualitas dan unggul. Setiap sekolah
menginginkannya dan berbagai upaya dilakukan untuk mencapai posisi tersebut.
Namun sayang, tidak sedikit oknum guru dan kepala sekolah melakukan
upaya-upaya yang tidak terpuji. Untuk mewujudkan itu, tidak jarang upaya-upaya
yang tidak fair dilakukan oleh oknum guru dan kepala sekolah untuk mencapai
target kelulusan yang setinggi-tingginya. Sekolah membentuk “Tim Sukses” untuk
mendapatkan kelulusan 100% supaya memenuhi standar pelayanan minimal
pendidikan (SPM Kepmendiknas 053/U/2001) (Salamudin, 2005); Guru memberi
‘contekkan’ kepada siswa adalah suatu upaya yang sering dilakukan untuk
mendongkrak nilai para siswanya dan prosentase kelulusan di sekolah. Kasus di
beberapa sekolah, guru, terutama untuk mata pelajaran yang dibuat secara
nasional seperti matematika, bahasa Inggris, atau ekonomi, dengan berbagai
page 2 / 4
3. iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan Kita
Copyright e-cha riska_145@webmail.umm.ac.id
http://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kit
a/
modus memberi kunci jawaban kepada siswa. Selain itu, pada tingkat
penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan, usaha untuk
menggelembungkan (mark-up) hasil ujian pun terjadi. Caranya dengan membuat
tim untuk membetulkan jawaban-jawaban siswa. (Ade Irawan, Kontroversi Ujian
Nasional. http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod= publisher&op=
viewarticle&artid=3764) Kondisi seperti ini jelas jauh dari nilai-nilai kejujuran dalam
pendidikan yang seharusnya menjadi bagian yang harus dikembangkan secara
serius di sekolah. Bila ini berlanjut, bisa dibayangkan manusia-manusia seperti apa
yang dihasilkan oleh dunia pendidikan (formal) kita. Manusia yang berkembang
dalam suasana yang serba tidak jujur.
☺ Hanya ranah kognitif yang terukur
UN yang menggunakan bentuk soal multiple choise hanya akan dapat mengukur
hasil belajar pada ranah kognitif. Mengacu pada ranah kognitif dari Bloom,
tingkatan berpikir yang mampu terukur melalui bentuk soal MC hanya sampai pada
tingkat berpikir aplikasi. Kondisi seperti ini mendorong para siswa belajar dengan
menghafal. Belum lagi, ranah afektif dan psikomotorik yang merupakan bagian dari
tujuan pembelajaran yang juga harus diukur ketercapaiannya, tidak dilakukan. Sulit
diharapkan dapat diukur dengan menggunakan UN, yang sifatnya masal dan
dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas. Sekali lagi kondisi ini akan berakibat
pada pembelajaran di sekolah hanya pada pengembangan kecerdasan intelektual,
sementara kecerdasan lainnya (multiple intelegence Gardner) akan tidak
mendapatkan perhatian yang memadai.
☺ Keputusan yang tidak fair
Selama ini hasil UN dijadikan sebagai penentu kelulusan siswa. Proses belajar yang
dilakukan siswa selama 3 tahun di SLTP dan SLTA, nasibnya ditentukan oleh hasil
ujian yang dilakukan beberapa jam saja. Ketidaklulusan siswa dalam UN bisa jadi
bukan karena faktor ketidakmampuannya menguasai materi pelajaran, tetapi
karena faktor kelelahan mental (mental fatique), karena stres pada saat
mengerjakan ujian atau karena kesalahan pengukuran yang biasa terjadi pada
setiap tes (false negative).
Ketidak adilan juga bisa dilihat dari proses pembelajaran yang dialami siswa di satu
page 3 / 4
4. iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan Kita
Copyright e-cha riska_145@webmail.umm.ac.id
http://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kit
a/
sekolah dengan sekolah lainnya yang jauh berbeda. Para siswa yang mengikuti
proses pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda diuji
dengan cara dan alat yang sama. Di satu sisi, siswa belajar di sekolah yang
memiliki fasilitas yang lengkap dan dilayani oleh SDM yang jumlah dan kualitasnya
sangat memadai. Jelas, hasil belajar siswa yang belajar di sekolah seperti ini, sangat
mungkin mencapai hasil yang optimal. Namun di sisi lain, di sekolah ‘nan jauh di
sana’, sebagian besar siswanya menjalani proses pembelajaran yang serba
seadanya. Bahkan gedungnya pun hampir roboh. Bagaimana mungkin para
siswanya dapat belajar dengan baik untuk mendapatkan hasil belajar dengan nilai
yang baik dengan kondisi seperti itu. Tanpa dilakukan pengujian secara nasional
pun, yang memakan biaya puluhan milyar (untuk tahun 2008, UN SD saja akan
memakan biaya sebesar Rp 96 milyar), sudah dapat dibaca kualitas macam apa
yang bisa dihasilkan dari model sekolah seperti itu.
☺ Menutup akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat miskin
Di samping sebagai persyaratan untuk kelulusan, hasil UN juga dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sekolah-sekolah
yang berkualitas dan ‘favorit’ akan menjadi tujuan para siswa, yang berakibat pada
terjadinya persaingan yang ketat antarsiswa. Tidak ada pilihan lain bagi mereka,
selain berusaha mendapatkan nilai UN yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan
impian itu, dengan mempertimbangkan karakteristik model UN yang akan dihadapi
para siswa berusaha menambah waktu belajar tambahan dengan mencari guru
privat atau mengikuti bimbingan belajar adalah pilihan yang selama ini dianggap
tepat. Upaya ini tentu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mampu, karena
upaya tersebut menuntut biaya yang tidak sedikit. Siswa miskin hanya bisa
berusaha keras atas kemampuannya sendiri. Kondisi akhir sudah bisa ditebak
mereka yang miskin akan kalah bersaing untuk dapat masuk ke sekolah
berkualitas.
page 4 / 4