Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945Davis Lesmana
Menurut pasal 26 ayat(2) UUD 1945, penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Selanjutnya pasal 26 ayat (1) UUD 1945 mengasakan bahwa, warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahakan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Menurut Rene David, perbandingan hukum merupakan ilmu yg setua dg ilmu hukum itu sendiri, namun perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan baru pada abad-abad terakhir ini.
Demikian pula Adolf F. Schnitser mengemukakan, bahwa baru pada abad ke-19 perbandingan hukum itu berkembang sebagai cabang khusus dari ilmu Hukum
Paradigma adalah pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tetntang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajarinya (a fundamental image a dicipline has of its subject matter).
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu konsep yang di dalamnya terdapat perihal usul tentang perubahan perilaku manusia yang diinginkan
Hakikat Pembangunan Hukum adalah bagaimana merubah perilaku manusia kearah kesadaran dan kepatuhan hukum terhadap nilai-nilai yang hidup dan diberlakukan dalam masyarakat
Pembangunan hukum mengandung dua arti, Pertama, sebagai upaya untuk memperbarui hukum positif (modernisasi hukum). Kedua, sebagai usaha untuk memfungsionalkan hukum yakni dengan cara turut mengadakan perubahan sosial sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun (Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, 1979)
Untuk mengkaji pembangunan hukum nasional diperlukan metode pendekatan filsafat hukum dengan dasar bahwa filsafat hukum melakukan usaha pengkajian tentang hukum secara mendasar dengan sistematis dan dengan metode yang rasional
Dasar pendekatan dan pengkajian hukum yang akan dibangun dan dikembangkan adalah berdasarkan nilai-nilai dan dasar-dasar hukum
Istilah ‘kebijakan Pembangunan hukum’ mencakup banyak isu yang paling bersangkutan dengan pembahasan ini adalah maksud atau tujuan yang dinyatakan pemerintah. Terdapat tekanan dari dalam pemerintah dan masyarakat untuk menjadikan proses perubahan kebijakan hukum lebih sistematis dan transparan. Riset kebijakan digambarkan oleh Ann Majchrzak sebagai proses yang sangat elusif dalam ‘mengadakan riset, atau analisis, atas masalah hukum fundamental guna memberikan saran yang pragmatis dan berorientasi kebijakan kepada pembuat kebijakan untuk mengurangi permasalahan’, riset kebijakan bertujuan memberikan informasi yang tepat yang relevan dengan keputusan publik.
HAM HARUS DIBEDAKAN DENGAN HAK DASAR: HAM BERASAL DARI KATA MENSEN-RECHTEN, YAITU: HAK YG DIPEROLEH SETIAP MANUSIA SEBAGAI KONSEKUENSI IA DILAHIRKAN MENJADI MANUSIA.
HAK DASAR BERASAL DARI KATA GROND-RECHTEN, YAITU: HAK YG DIPEROLEH SETIAP MANUSIA SEBAGAI KONSEKUENSI IA MENJADI WARGA NEGARA DARI SUATU NEGARA
Kekuasaan kehakiman yang bebas atau merdeka adalah terbebasnya kekuasaan peradilan dari segala bentuk tekanan, segala bentuk rasa takut baik langsung atau tidak langsung yang menyebabkan putusan hakim tidak lagi didasarkan hukum dan keyakinan hakim untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sistem peradilan tidak sepenuhnya berfungsi berhubung ada peraturan-peraturan yang tidak dijalankan sebagaimana semestinya dan ada yang memerlukan sanksi untuk lebih menjamin kebebasan hakim dalam menjalankan tugasnya.
Adanya peradilan yang bebas yang tidak memihak (independent and impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak harus ada dalam setiap Negara Hukum. Dalam menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang (ekonomi). Hakim tidak boleh memihak kepada siapapun juga kecuali hanya kepada kebenaran dan keadilan.
Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses pengambilan putusan keadilan oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa.
Lembaga peradilan sebagai lembaga publik harus senantiasa terjamin akuntabilitasnya, sebab sebagai lembaga publik tidak saja bekerja untuk kepentingan individu tertentu tetapi lebih jauh dan lebih utama adalah untuk kepentingan publik itu sendiri, sehingga disyaratkan adanya independensi, dan independensi itu harus dilengkapi dengan akuntabilitas
Filsafat hukum mempelajari hukum secara spekulatif dan kritis artinya filsafat hukum berusaha untuk memeriksa nilai dari pernyataan-pernyataan yang dapat dikatagorikan sebagai hukum ; Secara spekulatif, filsafat hukum terjadi dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakekat hukum.
Secara kritis, filsafat hukum berusaha untuk memeriksa gagasan-gagasan tentang hukum yang sudah ada, melihat koherensi, korespondensi dan fungsinya.
Masalah keadilan sejak dahulu telah menjadi bahan kajian baik dikalangan ahli filsafat maupun dikalangan agamawan, politikus maupun para pemikir atau ahli hukum. Namun apabila timbul pertanyaan tetang keadilan, tidak bisa ditentukan ukuran apa yang digunakan untuk menentukan sesuatu itu adil atau tidak. Berbagai jawaban tentang keadilan biasanya tidak pernah atau jarang yang memuaskan sehingga terus menjadi perdebatan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbagai rumusan mengenai keadilan merupakan rumusan yang relatif. Persoalan ini pada akhirnya mendorong banyak kalangan untuk mengambil jalan pintas dengan menyerahkan perumusan keadilan kepada pembentuk undang-undang dan hakim yang akan merumuskannya berdasarkan pertimbangan mereka sendiri
Analisis Filsafat Hukum (Legal Philosophy) pada permulaannya lebih berat kepada filsafat umum dan teori politik, sementara Teori Hukum (Legal Theory) modern lebih membahas dalam kerangka ungkapan dan sistem berfikir dari Sarjana Hukum itu sendiri. Teori hukum bersumber dari para pemikir hukum, sedangkan hukum bersumber dari undang-undang atau putusan-putusan pengadilan. Filsafat Hukum berisi unsur filsafat dan teori politik. Sumber utama dari Filsafat Hukum (Legal Philosophy) adalah karya-karya dari pemikir hukum. W. Friedman mengatakan : “Semua sistem Teori Hukum (Legal Theory) harus mengandung unsur-unsur filsafat, refleksi manusia dalam posisinya di alam semesta dan mendapatkan warna dan isinya yang spesifik dari teori politik, idenya datang dari bagaimana bentuk yang terbaik dalam masyarakat.”
pendalaman secara metodologis pada dasar dan latarbelakang dalam mempelajari hukum secara luas. Terdapat beberapa perbedaan pendapat para ahli mengenai teori hukum, tapi secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa teori hukum berbicara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konsepsi-konsepsi hukum, prinsip-prinsip hukum, aliran-aliran atau pemikiran-pemikiran dalam hukum. Teori hukum, memiliki pengaruh terhadap konstruksi hukum tentang bagaimana penggambaran hukum yang ideal das sollen, dan bagaimana keterkaitannya dengan hukum di dunia nyata atau berdasarkan penerapannya das sein
penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu-isu hukum yang dihadapi
2. APA YANG DIMAKSUD DENGAN
KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN ADALAH
SEGALAH HAL IHWAL YANG
BERHUBUNGAN DENGAN WARGA
NEGARA
WARGA NEGARA ADALAH WARGA
SUATU NEGARA YANG DITETAPKAN
BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
3. PENGERTIAN HAK ASASI
MANUSIA
D F SCHELTENS, BHW: HAM HARUS
DIBEDAKAN DENGAN HAK DASAR: HAM
BERASAL DARI KATA MENSEN-RECHTEN,
YAITU: HAK YG DIPEROLEH SETIAP
MANUSIA SEBAGAI KONSEKUENSI IA
DILAHIRKAN MENJADI MANUSIA.
HAK DASAR BERASAL DARI KATA GROND-
RECHTEN, YAITU: HAK YG DIPEROLEH
SETIAP MANUSIA SEBAGAI KONSEKUENSI
IA MENJADI WARGA NEGARA DARI SUATU
NEGARA
4. •MARTHEN KRIALE:
HAM ADALAH HAK YANG
BERSUMBER DARI ALLAH,OLEH
SEBAB ITU TDK BENAR KALAU
ADA YG MENGKLAIM BAHWA
HAM ITU ADALAH KONSEP
MEREKA
6. HAKEKAT HAM; ADALAH
KEBEBASAN, TETAPI
KEBEBASAN ITU BERAKHIR
KETIKA MULAI MERAMBAH
KEWILAYAH KEBEBASAN
ORANG LAIN (DF.Scheltens)
7. What, How and Why Human Rights
in Indonesia
Secara garis besar ham dikelompokan
dalam empat kelompok, yaitu:
1. Civil Rights; a. integrity rights; b. due
process rights
2. Political Rights;
3. Socioeconmic Rights;
4. Cultural Rights
8. CIVIL RIGHTS, MELIPUTI:
INTEGRITY RIGHTS DAN DUE
PROCESS RIGHTS:
INTEGRITY RIGHTS:
RIGHTS TO LIFE, NO DEATH PENALTY, NO TORTURE, NO
SLAVERY, FREEDOM OF RESIDENCE, FREEDOM OF
MOVEMENT, RIGHTS TO LEAVE ANY COUNTRY, RETURN,
PROTECTION OF PRIVACY, HONOUR AND REPUTATION,
PROTECTION OF PROPERTY, PREEDOM OF THOUHT,
CONCIENCE AND RELIGION, RIGHTS TO SEEK ASLUM FROM
PERSECUTION, RIGHTS TO NATIONALITY, RIGHTS TO FAMILY
LIFE
9. DUE PROCESS RIGHTS
No arbitrary arrest, detention or exile
Rights to effective remedy
Rights to fair trial
Equality before the courts
Rights to the accused
Nulla poena sine lege
10. POLITICAL RIGHTS
Opinion and expression
Assembly and association
Take part in gavernment
Equal access to public service
Elect and be elected
11. SOCIOECONOMIC RIGHTS
Right to work
Equal pay for equal work
No forced labour
Trade Union
Organize and bargaining
Restand leisure
Adequate standard of living
Right to food
Right to health
Right to housing
Right to education
12. CULTURAL RIGHTS
• Take part in cultural life
• To benefit from scientific progress
• Protection of athorship and copyright
• Freedom in scientific research and
creative activity
13. Selain pengelompokan ham seperti
tersebut di atas dikenal juga; right
to self determination; women’s
rights; non discrimination; protection
of children; protection of minorities
(classical rights) generasi baru ham;
right to development, right to
information, right to emperoment
and the new generation right to
water.
14. RIGHTS TO NATIONALITY
(HAK KEWARGANEGARAAN)
BAGAIMANA CARA SESEORANG
MENDAPATKAN KEWARGANEGARAAN
SIAPA YANG MENJADI WARGA
NEGARA SUATU NEGARA
15. CARA MEMPEROLEH HAK
KEWARGA NEGARAAN
SESEORANG MEMPEROLEH HAK
KEWARGANEGARAAN KARENA
KELAHIRAN
SESORANG MEMPEROLEH
KEWARGANEGARAAN KARENA
PERMOHONAN (PEWARGA NEGARAAN
16. BAGAIMANA DENGAN
INDONESIA
YANG MENJADI WARGA NEGARA INA
ADALAH ORANG-ORANG INA ASLI DAN
ORANG-ORANG BANGSA LAIN YG
DISAHKAN DG UU SEBAGAI WN (lht. Pasal 2
UU No.12/2006)
KEWARGANEGARAAN RI HANYA DAPAT
DIPEROLEH BERDASARKAN PERSYARATAN
YG DITENTUKAN DLM UU NO.12/2006
17. a. setiap orang yang berdasarkan perturan perundang-
undangan dan/atau berdasarkan perjanjian
Pemerintah Republik Indonesia dengan Negara lain
sebelum Undang-undang ini berlaku sudah menjadi
Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah warga Negara asing dan ibu warga
Negara Indonesia;
d. anak yang lahir di luar dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah warga Negara asing dan ibu warga
Negara Indonesia;
WARGA NEGARA INDONESIA
(lihat Psl 4 UU No.12/2006)
18. Lanjutan WNI
e. anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu
WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan
atau hokum Negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan
ayahnya WNI;
g. anak yang lahir diluar perkawian yang sah dari seorang ibu
WNI;
h. anak yang lahir diluar perkawian yang sah dari seorang ibu
WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 tahun/belum kawin;
19. Lanjutan WNI
i. anak yang lahir diwilayah Negara RI yang
pada waktu lahir tidak jelas kewarganegaran
ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di
wilayah Negara RI selama ayah dan ibunya
tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah RI apabila yah dan
ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan
atau tidak diketahui keberadaannya;
20. Lanjutan WNI
l. anak yang dilahirkan diluar wilayah negara
R.I dari seorang ayah dan ibu warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari Negara
tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan;
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah
dikabulkan permohonan kewarganegaraanya,
kemudian ayah atau ibu meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau janji
setia.
21. PEWARGANEGARAAN
(lht Pasal 8 s./d 15 UU No.12/2206
Psl 8 KEWARGANEGARAAN
INDONESIA DPT JUGA DIPEROLEH
MELALUI PEWARGANEGARAAN
PEWARGANEGARAAN ADALAH TATA
CARA BAGI ORG ASING UNTUK
MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN
INDONESIA MELALUI PERMOHONAN
22. PERMOHONAN
PEWARGANEGARAAN
a. TELAH BERUSIA 18 TAHUN ATAU
SUDAH KAWIN
b. PADA WAKTU MENGAJUKAN
PERMOHONAN SDH BERTEMPAT
TINGGAL DIWILAYAH NGR RI PALING
SINGKAT 5 TAHUN BERTURUT-
TURUT ATAU PALING SINGKAT 10
TAHUN TDK BERTURUT-TURUT
23. LANJUTAN PERMOHONAN
c. SEHAT JASMANI DAN ROHANI
d. DPT BERBAHASA INDONESIA SERTA
MENGAKUI DASAR NGR PANCASILAN
DAN UUDN THN 1945
e. TDK PERNAH DIJATUHI PIDANA
KARENA MELAKUKAN TINDAK
PIDANA YANG DIANCAM DG PIDANA
SATU TAHUN ATAU LEBIH
24. Lanjutan permohonan
f. Jika dg memperoleh Kewarganegaraan
RI, tidak menjadi berkewarganegaraan
ganda
g. Mempunyai pekerjaan atau penghasilan
yang tetap
h. Membayar uang pewarganegaraan ke
Kas Negara.
25. Mekanisme Pengajuan
Permohonan
Permohonan Pewarganegaraan diajukan di
Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam
bahasa Indonesia di atas kertas materai cukup
kepada Presiden melalui Menteri
Menteri meneruskan permohonan tsb disertai dg
pertimbangan kepada Presiden dlm waktu
paling lambat 30 sejak permohonan diterima.
Pengabulan permohonan ditetapkan dg
Keputusan Presiden.