2. Memperhatikan Kesulitan Orang Lain
ْنَعيِبَأَْةَري َرُهَْي ِضَرُْللا،ُهنَعَْلاَق:َْقَْلاُْلوُس َرِْ َّللَاىَلَصُْللاِْهيَلَعَْمَلَس َو:
«ْنَمَْسَفَنْنَعْنِمؤُمْةَبرُكْنِمِْبَرُكَْا،اَينُّدلَْسَفَنُْ َّللَاْنَعُْهْةَبرُكْنِمِْبَرُك
ِْموَي،ِةَماَيِقلَاْنَم َوَْرَسَيىَلَعْرِسعُم،َْرَسَيُْ َّللَاِْهيَلَعيِفلَااَينُّد،ِة َر ِخاْل َوْنَم َو
َْرَتَس،امِلسُمُْه َرَتَسُْ َّللَايِفَْينُّدلَاا،ِة َر ِخاْل َوُْ َّللَا َويِفِْنوَعْلَاِْدبَعاَمَْانَكُْدبَعلَا
يِفِْنوَعِْهي ِخَأ».ُْهَجَرخَأ﴿﴾مِلسُم
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah şallaLlāhu
‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Barang siapa membebaskan seorang
mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya
dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi
kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah
akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa
menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di
dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama
hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. (Şaĥīĥ Muslim
ĥadīś no. 4867)
3. Konteks Hadits
Memberi kemudahan
kepada orang yang
berada dalam kesulitan
membebaskan
seorang mukmin dari
suatu kesulitan
Menutupi aib seorang
muslim
Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut
menolong saudaranya sesama muslim
4. Perkataan َْسَفَن bermakna memberi peluang orang
untuk bisa bernafas dengan lega. Kalimat َْسَفَنكربة
berarti membantu orang yang sedang mengalami
kesulitan.
Perbuatan semacam ini termasuk akhlak yang mulia
yang cukup besar pahalanya, terutama pada hari Kiamat
oleh Allah SWT bakal dibebaskan dari segala kesulitan.
Hari Kiamat adalah hari kesulitan yang dialami oleh
manusia, kecuali yang selama hidupnya di dunia sering
memberikan bantuan mengatasi kesulitan sesamanya.
Adapun cara mengatasi kesulitan sesama, tergantung
pada yang dibutuhkannya, baik yang bersifat materi atau
Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu
kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari
suatu kesulitan pada hari kiamat.
5. Barangsiapa yang membantu memudahkan orang
yang kesulitan, Allah akan memberikan
kemudahan baginya di dunia dan di akhirat.
Memberikan kemudahan bagi yang sedang kesulitan,
sebenarnya hampir sama dengan memberikan
peluang seperti pada kalimat sebelumnya. Namun
yang kedua ini lebih khusus pada memperlancar
sesamanya dalam menjalankan usaha, baik yang
bersifat duniawi, seperti perniagaan, maupun ukhrawi
peribadatan dan kewajiban keagamaan. (Lihat, ash-
Shan’any, Subul as-Salam, (Dar al-Hadits, tt), juz 2, h.
638).
Allah SWT berfirman
6. ُْللاُْهَرَتَسْامِلسُمَْرَتَسْنَم َوِْاْلخ َاْوَينُّديْالِفِْْةَر
Kalimat ini mengandung jaminan bagi seorang muslim
yang menyembunyikan kejelekan orang, akan mendapat
perlindungan Allah SWT di akhirat dari terungkapnya
kehinaan. Hari akhirat adalah hari terbukanya segala
perbuatan baik, maupun jahat yang dilakukan manusia.
Rasul SAW dengan hadits ini mendorong agar menutupi
aib sesama muslim yang mesti ditutupi. Orang yang
mesti ditutupi aibnya antara lain orang yang pernah
berbuat salah kemudian bertaubat. Adapun cara
menutupi aib sesama muslim yang terlanjur sudah
terungkap di khalayak umum, antara lain dengan cara
mengungkap kebaikan-kebaikannya, karena tidak
mungkin yang buruk itu tidak memiliki kebaikan sama
sekali. Cara tersebut tersirat pada Kalam Allah SWT:
ِْتاَئِيَسْالَنبِهذُيِْتَانَسَحْالَنِإ
7. Dengan mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang
yang memiliki keburukan akan nampak ada
keseimbangan. Namun aturan ini tidak berlaku dalam
penegakkan hukum yang mesti membongkar kesalahan
orang jahat di depan pengadilan.
Menyembunyikan kesalahan orang jahat di pengadilan
adalah sama dengan bersekongkol dalam kejahatan.
Allah SWT berkalam:
َْل َىْو َوقَتال َْو ِرِبىْالَلَعْواُن َاوَعَت َوْال َْوِمِْْىْاَلَعْواُن َاوَعَتِْْان َودُع
Mengungkap kejelekan orang yang berbuat jahat karena
sebagai saksi di persidangan adalah suatu kewajiban
dalam rangka nasihat. Kewajiban saksi adalah bicara
secara jujur, walau mesti membongkar kejelekan orang.
Lihat Kalam Allah SWT dalam QS al-Baqarah 283. :
8. ُْهَنِإَفْاَهمُتكَيْنَم ََْوةَداَهَشواْالُمُتكَتْ َل َوُْلَمعَتْاَمِبُْ َاّلل َُْوهُبلَقٌْمِْاَءٌْميِلَعَْون
Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini memerintah agar saksi mau menyampaikan apa adanya tentang yang
diketahuinya, walaupun mesti mengungkapkan kesalahan orang lain.
Mengungkap kesalahan orang lain, karena jadi saksi dalam persidangan, tidak
termasuk ghibah yang tercela, melainkan termasuk nasihat yang wajib. (Lihat,
al-Asqalany, Fath al-Bari, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379 H), juz 5, h.
262).
Tidak semua menjelekan orang itu termasuk ghibah yang tercela,
tergantung pada situasi dan kondisi keperluannya.
9. Imam al-Hasan menandaskan:
ْالْةْلْغيبةْلهمْصاحبْهوىْوالفاسقْالمعلنْواْمامْالجائر
Menjelekan tiga orang, tidak termasuk ghibah yang tercela yaitu orang
yang suka memenuhi hawa nafsu, orang fasiq (yang suka maksiat)
secara terang-terangan, dan pemerintah yang jahat.
Dengan demikian menutupi aib atau kejelekan sesama muslim sangat dianjurkan,
kecuali dalam keadaan mendesak demi kemaslahatan orang yang lebih banyak. Orang
yang menutupi aib sesama muslim akan ditutupi kesalahannya oleh Allah SWT, baik
dengan ampunan atau dengan cara yang lainnya.
ِْهي ِخَأِْنوَعْيِفُْدبَعْالَانَكْاَمِْدبَعْالِنوَعْيِفُْللا َو
Allah SWT senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba itu
menolong sesamanya.
10. Dalam hadits riwayat al-Hakim Nabi
Muhammad SAW, Bersabda:
يِفِْهي ِخَْأَعَمْمُكُدَحَْأَيِشمَيْنَ ََل َوِْْمُلَضفَْأِهِتَجاَحِْاءَضَقْن
ْيَرَهشْاَذَهْيِد ِجسَمْيِفْ َفِكَتعَيْنَأِْن–ِْهِعَبصِإِبََْارشَأ َو
Seseorang yang pergi dengan temannya untuk membantu
mengatasi masalah atau suatu keperluan, itu lebih utama
dibanding dengan I’tikaf di Masjid ku ini selama dua
bulan(sambil berisyarat dengan jari ke Masjid Nabawi),
selama dua bulan
11. Meringankan Penderitaan dan Beban Orang
Lain
ِْنَعِْنابَْرَمُعَْي ِضَرُْللا،اَمُهنَعَْأنوُسَرَْلِْللاىَلَصُْللاِْهيَلَعَْوَْمَلَس:
«ُْمِلسُمالوُخأِْمِلسُمال،َْلُْهُمِلظَي،َْل َوُْيُْهُمِلس.ْنَمَْانَكيِفِْةَجاَحأ،ِهي ِخ
َْانَكُْللايِف،ِهِتَجاَحْنَم َوَْجَرَفْنَعْسُمْمِل،ةَبرُكَْجَرَفُْللاْنَعُْهاَهِبْةَبرُكْنِم
ِْب َرُكِْومَي،ِةَماَيِقالْنَم َوَْرَتَسْماِلسُمَْسُْه َرَتُْللاَْومَيِْةَماَيِقال».َْأ﴿ُْهَج َرخ
ْي َِارخُبالمِلسُم َووُبَأود ُاوَدْيِئاَسَنال َوَْو﴾يِذِمرِالت
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar rađiyaLlāhu ‘anhuma, ia mengabarkan
bahwa Rasulullah şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya
dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu
kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.
Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka
Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-
kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang
muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat”. (Şaĥīĥ
al-Bukhāriy ĥadīś no.2442 dan 6951)
12. Asbab al-wurud
Diriwayatkan Ibnu majah dan Ahmad yg
bersumber dari Suwaid Ibn Hanzalah, katanya: “
kami keluar mencari dan ingin menemui
Rasullulah Saw, Kami membawa Wail Ibn Hujr,
lalu ia diserang oleh musuhnya. Dan tidak
seorangpun yang berani bersumpah utk
membantu dan membelanya, maka akulah yang
bersumpah bahwa Wail Ibn Hujr adalah
saudaraku, sehingga org yang menyerangnya
meninggalkannya. Kemudian setelah itu
datanglah Rasullulah Saw, dan aku menceritakan
kronologi peristiwa itu kepada beliau. Mendengar
apa yang saya ceritakan itu, maka Rasullulah
Saw. Bersabda: engkau benar, seorang muslim itu
adalah bersaudara dengan sesama muslim
lainnya.
13. Dilihat dari sisi penggunaan kata bahasa arab,
pengertian dasar kata (Akhun) sebagaimana
disebutkan dalam hadits di atas artinya adalah
“saling memperhatikan”.
Maksudnya, orang yang merasa bersaudara dengan yang
lainnya, ia harus saling memperhatikan antar sesama saudara.
Bukan sebaliknya.
Saling memperhatikan dalam artian saling memahami, saling
mengerti, saling membantu dan membela terhadap sesama
sebagaimana ditegaskan daam hadits di atas.
14. Mengapa saudara saling
memperhatikan
Boleh jadi karna didorong adanya persamaan antara
satu dengan yang lainnya. Kalau kita mempunyai ayah
dan ibu yang sama itu berarti bersaudara, namanya
saudara kandung (QS. An-Nisa’/4: 23).
Kalau sama-sama bangsa indonesia, itu berarti
bersaudara, namanya saudara sebangasa (QS. Al-
A’raf/7: 65).
Juga kalau sama-sama dalam aqidah dan agama,
berarti saudara seiman dan seagama. (QS. Al-
Hujurat/49: 10).
Jadi persaudaraan dalam Islam adalah
persamaan, inilah yang mendorong
timblnya saling memperhatikan,
15. Kalau ada org menganggap dirinya berbeda dengan
orang lain dan perbedaan itu justeru menganggap
dirinya membesar2kan dirinya itulah Takabbur
Maka perlunya sikap toleran terhadap perbedaan serta
menjadikan perbedaan itu saling melengkapi dan
menutup kebutuhan dan kekurangan
ْيَبْاوُحِلصَأَفٌْة َوخِاَْنوُنِمؤُماْالَمَنِاْمُكي ََوخَاَْن)الهجرات:10
Makna Ishlah tidak sekedar
mendamaikan saja tapi
mengandung makna luas.
Dalam Al-Qur’an Ishlah
diperlawankan dengan
Fasad.
Oleh karena itu dalam konteks
hadits di atas, hubungan
persaudaraan harus diikuti
dengan perbuatan yg tidak
menzhalimi dll, tapi justeru
menutupi kebutuhan, aib,
ksulitan dll
16. Konsep persaudaraan Islam
Nabi
Anshar
Muhajirin
Lahir
Piagam
Madinah
Dasar &
Landasan
Membangun
Tatanan
Kehidupan Sosial
berbangsa dan
bernegara
Maka hubungan
persaudaraan dlam
konsep Islam, tdk
terbatas hanya
terhadap sesama
Diriwayatkan Abu Daud
bersumber dari Zaid Ibn
Arqam, Nabi bersabda:
“ ِْإْمُهَلُكَْداَبِعْالَنَأٌْة َوخ ”
17. Ingat, sesungguhnya al-
Qur’an sebagai Hudan li
an-Naas, berisi 6.236
ayat (Makiyah
4.613+Madaniyah 1.623)
tujuan pokoknya hanya
berkisar pada tiga
persoalan, yaitu: Allah,
Manusia, Akhlak.
Artinya, seluruh
rangkaian ajaran
dan ibadah dlm
Islam tujuan
utamanya yaitu
memperkokoh
Iman kpd Allah,
mempertebal
rasa sosial, dan
menegakkan
integritas Akhlak
Lihat
Simbol/
bahasa
dalam
gerakan
Shalat
َْب ِحُيْىَتَحْمُكُدَحَْأُنِمؤُي َلِْلُّْب ِحُيْاَمِْهي ِخَ َِْلِْهِسَفن
KADAR & KUALITAS KEIMANAN