SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
7 CARA MENGATASI
PENYAKIT HASAD
Seorang muslim yang hanif tentulah sadar bahwa penyakit hasad adalah
penyakit yang harus diatasi mengingat bahaya yang ditimbulkannya teramat
besar. Artikel ini secara singkat berusaha memberikan beberapa kiat untuk
mengatasi penyakit hasad tersebut. Semoga bermanfaat
1. Obat yang paling pertama adalah mengakui bahwa hasad itu
merupakan sebuah penyakit akut yang harus dihilangkan.
Tanpa adanya pengakuan akan hal ini, seorang yang tertimpa
penyakit hasad justru akan memelihara sifat hasad yang diidapnya.
Dan pengakuan bahwa hasad adalah sebuah penyakit yang
berbahaya tidak akan timbul kecuali dengan ilmu agama yang
bermanfaat.
2. Ilmu yang bermanfaat, hal ini berarti bahwa seorang yang ingin
mengobati hasad yang dideritanya harus memiliki pengetahuan atau
ilmu, dan pengetahuan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara
global dan secara terperinci.
Pertama, secara global, maksudnya dia mengetahui bahwa segala sesuatu
telah ditentukan berdasarkan qadha dan qadar-Nya; segala sesuatu yang
dikehendaki-Nya akan terjadi dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya,
tidak akan terjadi. Demikian pula, dia menanamkan dalam dirinya bahwa
rezeki yang telah ditetapkan dan diberikan Allah kepada para hamba-Nya,
tidak akan berubah dan tertolak karena ketamakan dan kedengkian
seseorang.
Kedua, secara terperinci, yakni dia mengetahui bahwa dengan memiliki sifat
hasad, pada hakekatnya dia membiarkan sebuah kotoran berada di mata air
keimanan yang dimilikinya, karena hasad merupakan bentuk penentangan
terhadap ketetapan dan pembagian Allah kepada para hamba-Nya. Dengan
demikian, hasad merupakan tindakan pengkhianatan kepada saudara-Nya
sesama muslim dan dapat mewariskan siksa, kesedihan, kegalauan yang
berkepanjangan. Demikian pula, hendaklah dia menanamkan kepada dirinya
bahwa hasad justru akan membawa berbagai dampak negatif bagi dirinya
sendiri, baik di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, orang yang dihasadi justru
memperoleh keuntungan berupa limpahan pahala akibat hasad yang
dimilikinya [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah].
Jadi bagaimana bisa seorang berakal membiasakan dirinya untuk dengki
(hasad) kepada orang lain?!
Muhammad ibnu Sirin rahimahullah mengatakan,
“Saya tidak pernah dengki kepada orang lain dalam perkara dunia, karena
apabila dia ditetapkan sebagai ahli jannah, bagaimana bisa saya
mendengkinya dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju jannah.
Sebaliknya, jika dia adalah ahli naar, bagaimana bisa saya dengki kepadanya
dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju naar” [Muktashar
Minhajul Qashidin 177].
3. Dengan amal perbuatan yang bermanfaat, yaitu melakukan kebalikan
dari perbuatan-perbuatan negatif yang muncul sebagai akibat dari sifat hasad
[Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah]. Hal ini diisyaratkan
Allah ta‟ala dalam firman-Nya,
( ٌ‫م‬ٌِ‫م‬َ‫ح‬ ًٌِّ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ ٌ‫ة‬ َ‫او‬َ‫د‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ ْ‫ح‬َ‫أ‬ ًَِ‫ه‬ ًِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫اد‬٤٣)
Tolaklah(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang
yangantaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi
temanyang sangat setia( .Fushshilat: 34.)
Jikasifat hasad mendorongnya untuk mencemarkan dan memfitnah orang
yangdidengkinya, maka ia harus memaksakan lidahnya untuk memberikan
pujiankepada orang tersebut. Jika sifat hasad mendorongya untuk bersikap
sombong, maka ia harus memaksa dirinya untuk bersikap tawadhu‟ (rendah
hati) kepada orang yang didengkinya, memuliakan, dan berbuat baik
kepadanya. Jika di kali pertama dia bisa memaksa dirinya untuk melakukan
berbagai hal tersebut, maka insya Allah selanjutnya dia akan terbiasa
melakukannya, dan kemudian hal itu menjadi bagian dari karakternya.
4. Meneliti dan menelusuri sebab-sebab yang membuat dirinya menjadi
dengki kepada orang lain, kemudian mengobatinya satu-persatu. Misalnya,
sifat sombong diobati dengan sifat tawadhu„ (rendah hati), penyakit haus
kedudukan dan jabatan diobati dengan sifat zuhud, sifat tamak (rakus) diobati
dengan sifat qana‟ah dan berinfak, dst.
5. Di antara obat hasad yang paling mujarab adalah sebagaimana yang
telah diterangkan Allah dalam firman-Nya,
) ٣٢)
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain, (karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.” (An Nisa: 32).
Dalam ayat ini, Allah ta‟ala melarang hamba-Nya iri (dengki) terhadap rezeki
yang berada di tangan orang lain, dan Dia menunjukkan gantinya yang
bermanfaat di dunia dan akhirat yaitu dengan memohon karunia-Nya karena
hal tersebut terhitung sebagai ibadah dan merupakan perantara agar
permintaannya dipenuhi apabila Allah menghendakinya [Fatawasy Syabakah
Al Islamiyah 7/278; Maktabah Asy Syamilah].
6. Bersandar kepada Allah, bermunajat serta memohon kepada-Nya
agar berkenan mengeluarkan penyakit yang kotor ini dari dalam hatinya.
7. Banyak mengingat mati. Abud Darda radhiallahu „anhu
mengatakan,
‫ده‬ ‫ح‬ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ذ‬ ‫ث‬ ‫أ‬
“Seorang yang memperbanyak mengingat mati, niscaya akan sedikit
girangnya dan sedikit pula sifat hasadnya” [Hilyatul Auliya 1/220].
SHALAT 5 WAKTU DPT MELEBUR DOSA
Kita telah diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah Ta‟ala tatkala kita
berada dalam keadaan sendirian maupun di hadapan orang banyak. Namun
sudah merupakan kepastian dalam melakukan ketaatan tersebut, terkadang
kita lalai. Boleh jadi kita meninggalkan hal yang diperintahkan atau terjerumus
dalam hal yang dilarang. Ketika dalam keadaan demikian, Nabishallallahu
„alaihi wa sallam pun memerintahkan kita untuk menghapus kejelekan
tersebut dengan kebajikan.
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah memberikan sebuah nasehat
berharga kepada Abu Dzar Al Ghifariy Jundub bin Junadah,
ٍ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ٍ‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ِ‫ب‬ َ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ِق‬‫ل‬‫ا‬َ‫خ‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ح‬ْ‫م‬َ‫ت‬ َ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ َ‫ة‬َ‫ئ‬ٌَِّّ‫س‬‫ال‬ ِ‫ع‬ِ‫ب‬ْ‫ت‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ َ َّ‫َّللا‬ ِ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah
kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan
berakhlaqlah dengan sesama dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi no.
1987. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi, hasan dilihat dari jalur
lain. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib 2655)
Allah Ta‟ala juga berfirman,
ِ‫ل‬ ‫ى‬َ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫ذ‬ َ‫ِك‬‫ل‬َ‫ذ‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ئ‬ٌَِّّ‫س‬‫ال‬ َ‫ْن‬‫ب‬ِ‫ه‬ْ‫ُذ‬ٌ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ْل‬ٌَّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬ً‫ف‬َ‫ل‬ُ‫ز‬ َ‫و‬ ِ‫ار‬َ‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬ ًَِ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ط‬ َ‫ة‬ َ‫ََّل‬‫ص‬‫ال‬ ِ‫ِم‬‫ق‬َ‫أ‬ َ‫و‬ِ‫ِر‬‫ك‬‫ا‬َّ‫لذ‬َ‫ٌن‬
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114)
Ketika Allah menceritakan sifat-sifat orang yang bertakwa, Allah pun
berfirman,
ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وب‬ُ‫ن‬ُ‫ِذ‬‫ل‬ ‫ُوا‬‫ر‬َ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬َ‫ف‬ َ‫َّللا‬ ‫ُوا‬‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫م‬َ‫ل‬َ‫ظ‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ً‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ح‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
“Apabila mereka mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.”
(QS. Ali Imran: 135). Ayat ini menunjukkan bahwa sifat orang yang bertakwa
adalah terkadang terjerumus dalam dosa-dosa besar (faahisyah) dan juga
dosa-dosa kecil (zhulmun nafs). Akan tetapi mereka tidak terus menerus
berbuat dosa. Bahkan mereka mengingat Allah setelah mereka terjerumus
dalam dosa tersebut. Mereka pun memohon ampunan kepada-Nya dan
bertaubat.
Shalat Lima Waktu Pelebur Dosa
Maksud “perbuatan-perbuatan yang baik” dalam surat Huud ayat 14 di atas
adalah shalat lima waktu. Karena ayat ini dalam konteks membicarakan
masalah shalat. Tafsiran ini adalah tafsiran dari Ibnu Mas‟ud, Ibnu „Abbas,
Mujahid dan mayoritas ulama.[1] Sedangkan yang dimaksud dengan
perbuatan-perbuatan yang buruk dalam ayat tersebut adalah dosa-dosa kecil
dan bukan semua dosa.[2] Tafsiran ini berdasarkan pada sabda
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam,
َ‫ُع‬‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ة‬َ‫ُع‬‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ْس‬‫م‬َ‫خ‬ْ‫ال‬ ُ‫ات‬ َ‫و‬َ‫ل‬َّ‫ص‬‫ال‬َ‫ِر‬‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ال‬ َ‫ب‬َ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫اج‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َّ‫ُن‬‫ه‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ٌ‫ات‬َ‫ر‬ِّ‫ف‬َ‫ك‬ُ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ض‬َ‫م‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ان‬َ‫ض‬َ‫م‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬
“Antara shalat yang lima waktu, antara jum‟at yang satu dan jum‟at berikutnya,
antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-
amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-
dosa besar.” (HR. Muslim no. 233)
Bahkan dikuatkan pula dengan ayat dalam surat An Nisa‟,
ِ‫ر‬َ‫ك‬ ً‫َل‬َ‫خ‬ْ‫ُد‬‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ِل‬‫خ‬ْ‫د‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ئ‬ٌَِّ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫ر‬ِّ‫ف‬َ‫ك‬ُ‫ن‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ِر‬‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ك‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬‫ًا‬‫م‬ٌ
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-
dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”
(QS. An Nisa‟: 31). “Kesalahan-kesalahanmu” ditafsirkan dengan dosa-
dosamu yang kecil sebagaimana yang dikatakan oleh As Sudiy[3]. Dalam
tafsir Al Jalalain juga dikatakan bahwa yang dimaksudkan adalah dosa-dosa
kecil dan dosa tersebut dihapus dengan ketaatan[4].[5]
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dosa-dosa kecil bisa terhapus
dengan amalan ketaatan, di antaranya adalah shalat wajib. Antara shalat
Shubuh dan Zhuhur, Ashar dan Maghrib, Maghrib dan Isya, Isya dan Shubuh,
di dalamnya terdapat pengampunan dosa (yaitu dosa kecil) dengan sebab
melaksanakan shalat lima waktu.
Namun perlu diketahui bahwa dosa-dosa kecil ini bisa terhapus dengan
amalan wajib apabila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Pendapat inilah
yang dianut mayoritas ulama salaf. Artinya, menjauhi dosa besar merupakan
syarat agar dosa kecil itu bisa dihapus dengan amalan-amalan wajib. Jika
dosa besar tidak dijauhi, maka dosa kecil tidak bisa terhapus dengan sekedar
melakukan amalan wajib.[6]
Ibnu Mas‟ud mengatakan, “Shalat lima waktu menghapuskan setiap dosa di
antara waktu-waktu tersebut selama seseorang menjauhi dosa besar.”[7]
Salman mengatakan, “Jagalah shalat lima waktu karena shalat lima waktu
adalah pelebur dosa yang diperbuat tubuh ini selama seseorang tidak
melakukan dosa pembunuhan.”[8]
Adapun dosa besar bisa terhapus dengan taubat nashuhah[9]. Yang
namanya taubat adalah dengan menyesali setiap dosa, bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi, tidak terus menerus dalam dosa.
Semoga Allah mengampuni setiap dosa kita dan memberi taufik untuk
menjadi lebih baik dengan bertaubat pada-Nya.
Masih ada amalan lainnya sebagai pelebur dosa, mudah-mudahan dapat
kami sajikan dalam tulisan lainnya. Semoga sajian yang singkat ini
bermanfaat.
ORANG BERTAQWA TDK PERNA MERASA MISKIN
Berikut pelajaran berharga yang kami peroleh dari penjelasan Ahmad bin
Abdul Halim Al Haroni (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah). Semoga bermanfaat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Adapun mengenai firman Allah Ta‟ala,
} ُ‫ب‬ِ‫س‬َ‫ت‬ْ‫ح‬ٌَ َ‫َل‬ ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬ٌَ َ‫و‬ { } ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬ٌَ َ َّ‫َّللا‬ ِ‫ق‬َّ‫ت‬ٌَ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ {
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah
akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang
benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya
berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu
yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki
dunia dan rizki akhirat.
Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah
merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali.” Lalu ada
yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena
Allah Ta‟ala berfirman:
} ُ‫ب‬ِ‫س‬َ‫ت‬ْ‫ح‬ٌَ َ‫َل‬ ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬ٌَ َ‫و‬ { } ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬ٌَ َ َّ‫َّللا‬ ِ‫ق‬َّ‫ت‬ٌَ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ {
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”
Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di
antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang
ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.”
Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan
diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan
bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk
akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta‟alaberfirman,
‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ق‬ْ‫ز‬ِ‫ر‬ ِ َّ‫َّللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َّ‫إَل‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ًِ‫ف‬ ٍ‫ة‬َّ‫ب‬‫دَا‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). Bahkan hamba yang menerjang yang
haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu
boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan
cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.
Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan
yang tidak terduga. Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang
haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari yang khobits (yang kotor-
kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi
dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang
berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi
diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan
disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda
halnya dengan keadaan manusia yang Allah ceritakan,
‫ا‬َ‫إذ‬ ‫َّا‬‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬ { } ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ًِّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬ٌََ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫م‬َّ‫ع‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ َ‫َل‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫إذ‬ ُ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫َّا‬‫م‬َ‫أ‬َ‫ف‬ {ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ر‬َ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ َ‫َل‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬
} ًّ‫َل‬ُ‫ك‬ { } ِ‫ن‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫أ‬ ًِّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬ٌََ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ق‬ْ‫ز‬ِ‫ر‬
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya
maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak
(demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16)
Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia
berarti dimuliakan. Sebaliknya orang yang disempitkan rizkinya, belum tentu
ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang dilapangkan rizki baginya hanya
sebagai istidroj (agar ia semakin terlena dengan maksiatnya). Begitu pula
boleh jadi seseorang disempitkan rizkinya untuk melindungi dirinya dari
bahaya. Sedangkan jika ada orang yang sholih yang disempitkan rizkinya,
boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa yang ia perbuat sebagaimana sebagian
salaf mengatakan,
“Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia
perbuat.”
Dalam hadits, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫م‬ ٍ‫ٌق‬ ِ‫ض‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬َ‫ف‬ ٍّ‫م‬َ‫ه‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ َّ‫َّللا‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫ار‬َ‫ف‬ْ‫ِغ‬‫ت‬ْ‫س‬ ِ‫اَل‬ َ‫ر‬َ‫ث‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ب‬ِ‫س‬َ‫ت‬ ْ‫ح‬ٌَ َ‫َل‬ ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ ْ‫ن‬
“Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu
memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari
segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah
yang tidak ia sangka-sangka.”[1]
Allah Ta‟ala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus
kejelekan, istighfar adalah sebab datangnya rizki dan berbagai kenikmatan,
sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai kesulitan.
(Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-ayat berikut ini).
Allah Ta‟ala berfirman,
َّ‫م‬ُ‫ث‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬ٌََ‫آ‬ ْ‫ت‬َ‫م‬ِ‫ك‬ ْ‫ح‬ُ‫أ‬ ٌ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ ‫الر‬( ٍ‫ٌر‬ِ‫ب‬َ‫خ‬ ٍ‫ٌِم‬‫ك‬َ‫ح‬ ْ‫ُن‬‫د‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬ِّ‫ص‬ُ‫ف‬1ٌ‫ر‬ٌِ‫َش‬‫ب‬ َ‫و‬ ٌ‫ر‬ٌِ‫ذ‬َ‫ن‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ًِ‫ن‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ َّ‫َّللا‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ َّ‫َل‬َ‫أ‬ )
(2ِ‫ذ‬ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ِ‫ت‬ ْ‫ُؤ‬ٌ َ‫و‬ ‫ى‬ًّ‫م‬َ‫ُس‬‫م‬ ٍ‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ً‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ‫ًا‬‫ع‬‫ا‬َ‫ت‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ع‬ِّ‫ت‬َ‫م‬ٌُ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ُوا‬‫ب‬‫و‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ُوا‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ِ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ )ٍ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ ‫ي‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah.
Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa
khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta
ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan
yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus
menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia
akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(balasan) keutamaannya” (QS. Huud: 1-3)
( ‫ا‬ً‫ار‬َّ‫ف‬َ‫غ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ُوا‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬11ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ِ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫ُر‬ٌ )( ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ر‬ْ‫د‬11َ‫ٌِن‬‫ن‬َ‫ب‬ َ‫و‬ ٍ‫ال‬ َ‫ْو‬‫م‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ِد‬‫د‬ْ‫م‬ٌُ َ‫و‬ )
( ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ج‬ٌَ َ‫و‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ج‬ٌَ َ‫و‬12)
“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
ِ‫ل‬ { } ‫ا‬ً‫ق‬َ‫د‬َ‫غ‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ٌَْ‫ق‬ْ‫س‬َ َ‫ْل‬ ِ‫ة‬َ‫ق‬ٌ ِ‫ر‬َّ‫الط‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ُوا‬‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ِ‫و‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ {} ِ‫ه‬ٌِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ن‬
“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama
Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang
segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya.”
(QS. Al Jin: 16-17)
ُ‫ب‬َّ‫ذ‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ِ‫ْه‬ٌَ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ْ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ف‬َ‫ل‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ َ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫وا‬
َ‫ُون‬‫ب‬ِ‫س‬ْ‫ك‬ٌَ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A‟rof: 96)
ِ‫م‬ ْ‫م‬ِ‫ْه‬ٌَ‫ل‬‫إ‬ َ‫ل‬ِ‫ز‬ْ‫ن‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ل‬ٌِ‫ج‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ة‬‫ا‬َ‫ر‬ ْ‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ِه‬‫ل‬ُ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ِ‫ت‬ْ‫ح‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ِه‬‫ق‬ ْ‫و‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َ‫ك‬َ َ‫ْل‬ ْ‫م‬ِ‫ِّه‬‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan
Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.”
(QS. Al Maidah: 66)
ٍ‫ٌِر‬‫ث‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫و‬ُ‫ف‬ْ‫ع‬ٌَ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ٌِ‫د‬ٌَْ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫ب‬ٌ ِ‫ُص‬‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30)
ٌ‫ر‬‫و‬ُ‫ف‬َ‫ك‬ ٌ‫وس‬ُ‫ئ‬ٌََ‫ل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬‫إ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ز‬َ‫ن‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ذ‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬ َ‫و‬
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami,
kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa
lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)
َ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫ئ‬ٌَِّ‫س‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ك‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ َّ‫َّللا‬ َ‫ِن‬‫م‬َ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ك‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa‟: 79)
َ‫و‬ ‫ُوا‬‫ع‬َّ‫ر‬َ‫ض‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫إذ‬ َ‫َل‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ف‬ { } َ‫ُون‬‫ع‬َّ‫ر‬َ‫ض‬َ‫ت‬ٌَ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ء‬‫ا‬َّ‫َّر‬‫ض‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬َ‫ف‬ {ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ب‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ْ‫ت‬َ‫س‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬
َ‫م‬ ُ‫ان‬َ‫ْط‬ٌَّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫َّن‬ٌَ‫ز‬ َ‫و‬} َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬ٌَ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬
“Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah)
dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka,
bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan
kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An‟am:
42-43)
Allah Ta‟ala telah mengabarkan dalam kitabnya bahwa Dia akan menguji
hamba-Nya dengan kebaikan atau dengan kejelekan. Kebaikan yang
dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini
dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan
bersyukur. Dalam hadits shahih, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
َّ‫إَل‬ ِ‫د‬َ‫ح‬َ ِ‫ْل‬ َ‫ِك‬‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ْس‬ٌَ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ْر‬ٌَ‫خ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ َّ‫إَل‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫ض‬َ‫ق‬ ِ‫ِن‬‫م‬ ْ‫ُؤ‬‫م‬ْ‫ِل‬‫ل‬ ُ َّ‫َّللا‬ ً ِ‫ض‬ْ‫ق‬ٌَ َ‫َل‬ ِ‫ه‬ِ‫د‬ٌَِ‫ب‬ ًِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ْ‫إن‬ ِ‫ِن‬‫م‬ ْ‫ُؤ‬‫م‬ْ‫ِل‬‫ل‬
َ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬ ُ‫ء‬‫ا‬َّ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ْر‬ٌَ‫خ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َ‫ف‬ َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ش‬ ُ‫ء‬‫ا‬َّ‫ر‬َ‫س‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ْر‬ٌَ‫خ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َ‫ف‬
“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi
seorang mukmin suatu ketentuan melainkan itu baikk baginya. Hal ini tidaklah
mungkin kita jumpai kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa suatu
bahaya, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.”
Demikian penjelasan dari Abul „Abbas Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah dalam Majmu‟ Al Fatawa (16/52-54). Semoga
bermanfaat dan dapat sebagai penyejuk hati yang sedang gundah.
Alhamdulillahilladzi bi ni‟matihi tatimmush sholihaat.
SYUKUR KETIKA MERAIH SUKSES
Di kala impian belum terwujud, kita selalu banyak memohon dan terus
bersabar menantinya. Namun di kala impian sukses tercapai, kadang kita
malah lupa daratan dan melupakan Yang Di Atas yang telah memberikan
berbagai kenikmatan. Oleh karenanya, apa kiat ketika kita telah mencapai
hasil yang kita idam-idamkan? Itulah yang sedikit akan kami kupas dalam
tulisan sederhana ini.
Akui Setiap Nikmat Berasal dari-Nya
Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat
adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui
bahwa semuanya berasal dari Allah Ta‟ala dan jangan berlaku angkuh
dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang
pantas mendapatkannya. Coba kita renungkan firman Allah Ta‟ala,
ٌ‫وط‬ُ‫ن‬َ‫ق‬ ٌ‫وس‬ُ‫ئ‬ٌََ‫ف‬ ُّ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫س‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ‫ْر‬ٌَ‫خ‬ْ‫ال‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬‫اْل‬ ُ‫م‬َ‫أ‬ْ‫س‬ٌَ ‫َل‬
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka
dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Fushshilat: 49). Atau pada
ayat lainnya,
ٍ‫ٌض‬ِ‫ر‬َ‫ع‬ ٍ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫د‬ ‫و‬ُ‫ذ‬َ‫ف‬ ُّ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫س‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ِب‬‫ن‬‫ا‬َ‫ج‬ِ‫ب‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ن‬ َ‫و‬ َ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ِ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ع‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan
menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak
berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)
Inilah tabiat manusia, yang selalu tidak sabar jika ditimpa kebaikan atau
kejelekan. Ia akan selalu berdo‟a pada Allah agar diberikan kekayaan, harta,
anak keturunan, dan hal dunia lainnya yang ia cari-cari. Dirinya tidak bisa
merasa puas dengan yang sedikit. Atau jika sudah diberi lebih pun, dirinya
akan selalu menambah lebih. Ketika ia ditimpa malapetaka (sakit dan
kefakiran), ia pun putus asa. Namun lihatlah bagaimana jika ia mendapatkan
nikmat setelah itu? Bagaimana jika ia diberi kekayaan dan kesehatan setelah
itu? Ia pun lalai dari bersyukur pada Allah, bahkan ia pun melampaui batas
sampai menyatakan semua rahmat (sehat dan kekayaan) itu didapat karena
ia memang pantas memperolehnya. Inilah yang diisyaratkan dalam firman
Allah Ta‟ala,
‫ذ‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ه‬ ‫ق‬‫ذ‬‫أ‬
“Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia
ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku.”(QS. Fushshilat:
50)
Sifat orang beriman tentu saja jika ia diberi suatu nikmat dan kesuksesan
yang ia idam-idamkan, ia pun bersyukur pada Allah. Bahkan ia pun khawatir
jangan-jangan ini adalah istidroj (cobaan yang akan membuat ia semakin larut
dalam kemaksiatan yang ia terjang). Sedangkan jika hamba tersebut tertimpa
musibah pada harta dan anak keturunannya, ia pun bersabar dan berharap
karunia Allah agar lepas dari kesulitan serta ia tidak berputus asa.[1]
Ucapkanlah “Tahmid”
Inilah realisasi berikutnya dari syukur yaitu menampakkan nikmat tersebut
dengan ucapan tahmid (alhamdulillah) melalui lisan. Ini adalah sesuatu yang
diperintahkan sebagaimana firman Allah Ta‟ala,
ْ‫ث‬ِّ‫د‬َ‫ح‬َ‫ف‬ َ‫ِّك‬‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫َّا‬‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur).” (QS. Adh Dhuha: 11)
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda,
ٌ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ك‬ ْ‫ر‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ، ٌ‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ش‬ ِ‫َّللا‬ ِ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ث‬ُّ‫د‬َ‫ح‬َّ‫ت‬‫ال‬
“Membicarakan nikmat Allah termasuk syukur, sedangkan meninggalkannya
merupakan perbuatan kufur.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih Al Jaami‟ no.
3014).
Lihat pula bagaimana impian Nabi Ibrahim tercapai ketika ia memperoleh
anak di usia senja. Ketika impian tersebut tercapai, beliau pun memperbanyak
syukur pada Allah sebagaimana do'a beliau ketika itu,
ِ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ُّ‫د‬‫ال‬ ُ‫ع‬ٌِ‫م‬َ‫س‬َ‫ل‬ ًِّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫اق‬َ‫ح‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ َ‫ل‬ٌِ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ًِ‫ل‬ َ‫ب‬َ‫ه‬ َ‫و‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ َّ ِ‫ّلِل‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ال‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua
(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha
Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39).
Para ulama salaf ketika mereka merasakan nikmat Allah berupa kesehatan
dan lainnya, lalu mereka ditanyakan, “Bagaimanakah keadaanmu di pagi ini?”
Mereka pun menjawab, “Alhamdulillah (segala puji hanyalah bagi Allah).”[2]
Oleh karenanya, hendaklah seseorang memuji Allah
dengan tahmid (alhamdulillah) atas nikmat yang diberikan tersebut. Ia
menyebut-nyebut nikmat ini karena memang terdapat maslahat dan bukan
karena ingin berbangga diri atau sombong. Jika ia malah melakukannya
dengan sombong, maka ini adalah suatu hal yang tercela.[3]
Memanfaatkan Nikmat dalam Amal Ketaatan
Yang namanya syukur bukan hanya berhenti pada dua hal di atas yaitu
mengakui nikmat tersebut pada Allah dalam hati dan menyebut-nyebutnya
dalam lisan, namun hendaklah ditambah dengan yang satu ini yaitu nikmat
tersebut hendaklah dimanfaatkan dalam ketaaatan pada Allah dan menjauhi
maksiat.
Contohnya adalah jika Allah memberi nikmat dua mata. Hendaklah nikmat
tersebut dimanfaatkan untuk membaca dan mentadaburi Al Qur‟an, jangan
sampai digunakan untuk mencari-cari aib orang lain dan disebar di tengah-
tengah kaum muslimin. Begitu pula nikmat kedua telinga. Hendaklah nikmat
tersebut dimanfaatkan untuk mendengarkan lantunan ayat suci, jangan
sampai digunakan untuk mendengar lantunan yang sia-sia. Begitu pula jika
seseorang diberi kesehatan badan, maka hendaklah ia memanfaatkannya
untuk menjaga shalat lima waktu, bukan malah meninggalkannya. Jadi, jika
nikmat yang diperoleh oleh seorang hamba malah dimanfaatkan untuk
maksiat, maka ini bukan dinyatakan sebagai syukur.
Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur:
[1] mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), [2] membicarakan
nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan [3] menggunakan nikmat
tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan).
Abul „Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan,
ِ‫ح‬ِ‫ار‬ َ‫و‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ان‬َ‫س‬ِّ‫ل‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ون‬ُ‫ك‬ٌَ َ‫ر‬ْ‫ك‬ُّ‫ش‬‫ال‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬
“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan
dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.”[4]
Merasa Puas dengan Rizki Yang Allah Beri
Karakter asal manusia adalah tidak puas dengan harta. Hal ini telah
diisyaratkan oleh Nabi shallallahu „alaihi wa sallam dalam berbagai haditsnya.
Ibnu Az Zubair pernah berkhutab di Makkah, lalu ia mengatakan,
َّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ٌَُّ‫أ‬ ‫ا‬ٌَ-‫صلى‬‫وسلم‬ ‫علٌه‬ ‫َّللا‬-ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬ٌَ َ‫ان‬َ‫ك‬«ٍ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ذ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫أل‬َ‫م‬ ‫ًا‬ٌِ‫د‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫أ‬ َ‫م‬َ‫آد‬ َ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬
ُّ‫ت‬‫ال‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫م‬َ‫آد‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫ف‬ ْ‫و‬َ‫ج‬ ُّ‫د‬ُ‫س‬ٌَ َ‫َل‬ َ‫و‬ ، ‫ا‬ً‫ِث‬‫ل‬‫ا‬َ‫ث‬ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ِ‫إ‬ َّ‫ب‬َ‫ح‬َ‫أ‬ ‫ًا‬ٌِ‫ن‬‫ا‬َ‫ث‬ َ‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ، ‫ًا‬ٌِ‫ن‬‫ا‬َ‫ث‬ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ِ‫إ‬ َّ‫ب‬َ‫ح‬َ‫أ‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫َّللا‬ ُ‫وب‬ُ‫ت‬ٌَ َ‫و‬ ، ُ‫اب‬َ‫ر‬
َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫اب‬»
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia
masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah
kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah
akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa
saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)
Inilah watak asal manusia. Sikap seorang hamba yang benar adalah selalu
bersyukur dengan nikmat dan rizki yang Allah beri walaupun itu sedikit.
Karena Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
َ‫ٌِر‬‫ث‬َ‫ك‬ْ‫ال‬ ِ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ش‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬ َ‫ل‬ٌِ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ِ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ش‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu
mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash
Shohihah no. 667)
Dan juga mesti kita yakini bahwa rizki yang Allah beri tersebut adalah yang
terbaik bagi kita karena seandainya Allah melebihkan atau mengurangi dari
yang kita butuh, pasti kita akan melampaui batas dan bertindak kufur.
Allah Ta‟ala berfirman,
‫د‬ ‫د‬ ‫ه‬‫د‬ ‫ه‬
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa
yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba
tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui
batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada
mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang
maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang
terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka
yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan
kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[5]
Patut diingat pula bahwa nikmat itu adalah segala apa yang diinginkan
seseorang. Namun apakah nikmat dunia berupa harta dan lainnya adalah
nikmat yang hakiki? Para ulama katakan, tidak demikian. Nikmat hakiki adalah
kebahagiaan di negeri akhirat kelak. Tentu saja hal ini diperoleh dengan
beramal sholih di dunia. Sedangkan nikmat dunia yang kita rasakan saat ini
hanyalah nikmat sampingan semata. Semoga kita bisa benar-benar
merenungkan hal ini.[6]
Jadilah Hamba yang Rajin Bersyukur
Pandai-pandailah mensyukuri nikmat Allah apa pun itu. Karena keutamaan
orang yang bersyukur amat luar biasa. Allah Ta‟ala berfirman,
َ‫ٌن‬ِ‫ِر‬‫ك‬‫ا‬َّ‫ش‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ز‬ْ‫ج‬َ‫ن‬َ‫س‬ َ‫و‬
“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS.
Ali Imron: 145)
ٌ‫د‬ٌِ‫د‬َ‫ش‬َ‫ل‬ ًِ‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ٌد‬ ِ‫ز‬َ َ‫ْل‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ن‬َّ‫ذ‬َ‫أ‬َ‫ت‬ ْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".”
(QS. Ibrahim: 7)
Ya Allah, anugerahkanlah kami sebagai hamba -Mu yang pandai bersyukur
pada-Mu dan selalu merasa cukup dengan segala apa yang engkau beri.

More Related Content

What's hot

The power of silaturahmi
The power of silaturahmiThe power of silaturahmi
The power of silaturahmiSofyan Siroj
 
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) أحمد رمضان
 
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusPendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusRasyadan Hussin
 
Kaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & SantauKaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & SantauRasyadan Hussin
 
Khutbah jumat-setahun edisi 1
Khutbah jumat-setahun edisi 1Khutbah jumat-setahun edisi 1
Khutbah jumat-setahun edisi 1imamtarmuji
 
Tuntunan ibadah di Bulan Ramadhan
Tuntunan ibadah di Bulan RamadhanTuntunan ibadah di Bulan Ramadhan
Tuntunan ibadah di Bulan Ramadhankodri .
 
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhiratKhutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhiratEko Sufian
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahMuchammad Dimyati
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiMohd Nur Addin
 
SILATURRAHIM PRODUKTIF
SILATURRAHIM PRODUKTIFSILATURRAHIM PRODUKTIF
SILATURRAHIM PRODUKTIFSofyan Siroj
 
Kelebihan ramadhan
Kelebihan ramadhanKelebihan ramadhan
Kelebihan ramadhanAmardiyyah
 

What's hot (19)

The power of silaturahmi
The power of silaturahmiThe power of silaturahmi
The power of silaturahmi
 
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
 
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusPendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
 
Kaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & SantauKaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & Santau
 
Ramadhan
RamadhanRamadhan
Ramadhan
 
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalaminMakalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
 
Khutbah jumat-setahun edisi 1
Khutbah jumat-setahun edisi 1Khutbah jumat-setahun edisi 1
Khutbah jumat-setahun edisi 1
 
Ruqyah (1)
Ruqyah (1)Ruqyah (1)
Ruqyah (1)
 
Tuntunan ibadah di Bulan Ramadhan
Tuntunan ibadah di Bulan RamadhanTuntunan ibadah di Bulan Ramadhan
Tuntunan ibadah di Bulan Ramadhan
 
Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
 
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhiratKhutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
 
Rukun al fahmu pt 4
Rukun al fahmu pt 4Rukun al fahmu pt 4
Rukun al fahmu pt 4
 
Bk kj manusia terbaik dim
Bk kj manusia terbaik dimBk kj manusia terbaik dim
Bk kj manusia terbaik dim
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
SILATURRAHIM PRODUKTIF
SILATURRAHIM PRODUKTIFSILATURRAHIM PRODUKTIF
SILATURRAHIM PRODUKTIF
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
Akhlak mulia
Akhlak muliaAkhlak mulia
Akhlak mulia
 
Kelebihan ramadhan
Kelebihan ramadhanKelebihan ramadhan
Kelebihan ramadhan
 

Viewers also liked

10 menghindari sifat tercela
10 menghindari sifat tercela10 menghindari sifat tercela
10 menghindari sifat tercelaadulcharli
 
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos KerjaDalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos KerjaResma Puspitasari
 
Perilaku tercela
Perilaku tercelaPerilaku tercela
Perilaku tercelaScifi
 

Viewers also liked (7)

Hasad
HasadHasad
Hasad
 
Hasad (iri dengki)
Hasad (iri dengki)Hasad (iri dengki)
Hasad (iri dengki)
 
Pengertian riya’ dan nifak
Pengertian riya’ dan nifakPengertian riya’ dan nifak
Pengertian riya’ dan nifak
 
10 menghindari sifat tercela
10 menghindari sifat tercela10 menghindari sifat tercela
10 menghindari sifat tercela
 
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos KerjaDalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
 
Bab 9. perilaku tercela
Bab 9. perilaku tercelaBab 9. perilaku tercela
Bab 9. perilaku tercela
 
Perilaku tercela
Perilaku tercelaPerilaku tercela
Perilaku tercela
 

Similar to 7 cara mengatasi penyakit hasad

Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxAgungWahyudi66
 
Kepedulian sosial
Kepedulian sosialKepedulian sosial
Kepedulian sosialAhma Di
 
_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx
_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx
_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptxssuser9bedd8
 
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikanSetelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikanSeptian Muna Barakati
 
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikanSetelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikanOperator Warnet Vast Raha
 
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz GaulHadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz GaulAbdul Muchith
 
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?HildaMahfud
 
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)amienm92
 
Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia TerbaikKhutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia TerbaikMuchammad Dimyati
 
Keutamaan sayyidul istighfar
Keutamaan sayyidul istighfarKeutamaan sayyidul istighfar
Keutamaan sayyidul istighfarMuhsin Hariyanto
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27lilissofiani
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2darma wati
 
Adil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxAdil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxMohZaini6
 
Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01Muhsin Hariyanto
 

Similar to 7 cara mengatasi penyakit hasad (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
 
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
 
Kepedulian sosial
Kepedulian sosialKepedulian sosial
Kepedulian sosial
 
ZUHUD.pptx
ZUHUD.pptxZUHUD.pptx
ZUHUD.pptx
 
_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx
_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx
_Ghozali_Ibadah Nu Mabrur untuk dakwah.pptx
 
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikanSetelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
 
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikanSetelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
Setelah melakukan kesalahan disusul dengan kebaikan
 
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz GaulHadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
 
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
 
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia TerbaikKhutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
 
Ruqyah
RuqyahRuqyah
Ruqyah
 
Keutamaan sayyidul istighfar
Keutamaan sayyidul istighfarKeutamaan sayyidul istighfar
Keutamaan sayyidul istighfar
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
 
Akhlak Mulia
Akhlak MuliaAkhlak Mulia
Akhlak Mulia
 
Adil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxAdil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docx
 
Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01
 

More from Helmon Chan

We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersWe believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersHelmon Chan
 
Understand quran
Understand   quranUnderstand   quran
Understand quranHelmon Chan
 
The message of_islam
The message of_islamThe message of_islam
The message of_islamHelmon Chan
 
My lord i_love_you
My   lord i_love_youMy   lord i_love_you
My lord i_love_youHelmon Chan
 
Turkish Islam 08
Turkish Islam      08Turkish Islam      08
Turkish Islam 08Helmon Chan
 
Turkish Islam 09
Turkish Islam   09Turkish Islam   09
Turkish Islam 09Helmon Chan
 
Turkish Islam 10
Turkish Islam  10Turkish Islam  10
Turkish Islam 10Helmon Chan
 
Turkish Islam 15
Turkish Islam  15Turkish Islam  15
Turkish Islam 15Helmon Chan
 
Turkish Islam 16
Turkish Islam  16Turkish Islam  16
Turkish Islam 16Helmon Chan
 
Turkish Islam 17
Turkish Islam  17Turkish Islam  17
Turkish Islam 17Helmon Chan
 
Turkish Islam 18
Turkish Islam  18Turkish Islam  18
Turkish Islam 18Helmon Chan
 
Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Helmon Chan
 
Turkish Islam 02
Turkish Islam  02Turkish Islam  02
Turkish Islam 02Helmon Chan
 

More from Helmon Chan (20)

We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersWe believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
 
Understand quran
Understand   quranUnderstand   quran
Understand quran
 
The message of_islam
The message of_islamThe message of_islam
The message of_islam
 
My lord i_love_you
My   lord i_love_youMy   lord i_love_you
My lord i_love_you
 
Hajj and umrah
Hajj    and  umrahHajj    and  umrah
Hajj and umrah
 
Haji and umrah
Haji   and umrahHaji   and umrah
Haji and umrah
 
Haji and umrah
Haji and umrahHaji and umrah
Haji and umrah
 
Turkish Islam 08
Turkish Islam      08Turkish Islam      08
Turkish Islam 08
 
Turkish Islam 09
Turkish Islam   09Turkish Islam   09
Turkish Islam 09
 
Turkish Islam 10
Turkish Islam  10Turkish Islam  10
Turkish Islam 10
 
Turkish Islam 15
Turkish Islam  15Turkish Islam  15
Turkish Islam 15
 
Turkish Islam 16
Turkish Islam  16Turkish Islam  16
Turkish Islam 16
 
Turkish Islam 17
Turkish Islam  17Turkish Islam  17
Turkish Islam 17
 
Turkish Islam 18
Turkish Islam  18Turkish Islam  18
Turkish Islam 18
 
Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Turkish Islam 03
Turkish Islam 03
 
Turkish Islam 02
Turkish Islam  02Turkish Islam  02
Turkish Islam 02
 
Yoruba Islam 01
Yoruba Islam  01Yoruba Islam  01
Yoruba Islam 01
 
Yoruba Islam 03
Yoruba Islam  03Yoruba Islam  03
Yoruba Islam 03
 
Yoruba Islam 05
Yoruba Islam  05Yoruba Islam  05
Yoruba Islam 05
 
telugu islam 13
telugu  islam 13telugu  islam 13
telugu islam 13
 

Recently uploaded

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

7 cara mengatasi penyakit hasad

  • 2. Seorang muslim yang hanif tentulah sadar bahwa penyakit hasad adalah penyakit yang harus diatasi mengingat bahaya yang ditimbulkannya teramat besar. Artikel ini secara singkat berusaha memberikan beberapa kiat untuk mengatasi penyakit hasad tersebut. Semoga bermanfaat 1. Obat yang paling pertama adalah mengakui bahwa hasad itu merupakan sebuah penyakit akut yang harus dihilangkan. Tanpa adanya pengakuan akan hal ini, seorang yang tertimpa penyakit hasad justru akan memelihara sifat hasad yang diidapnya. Dan pengakuan bahwa hasad adalah sebuah penyakit yang berbahaya tidak akan timbul kecuali dengan ilmu agama yang bermanfaat. 2. Ilmu yang bermanfaat, hal ini berarti bahwa seorang yang ingin mengobati hasad yang dideritanya harus memiliki pengetahuan atau ilmu, dan pengetahuan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara global dan secara terperinci. Pertama, secara global, maksudnya dia mengetahui bahwa segala sesuatu telah ditentukan berdasarkan qadha dan qadar-Nya; segala sesuatu yang dikehendaki-Nya akan terjadi dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan terjadi. Demikian pula, dia menanamkan dalam dirinya bahwa rezeki yang telah ditetapkan dan diberikan Allah kepada para hamba-Nya, tidak akan berubah dan tertolak karena ketamakan dan kedengkian seseorang. Kedua, secara terperinci, yakni dia mengetahui bahwa dengan memiliki sifat hasad, pada hakekatnya dia membiarkan sebuah kotoran berada di mata air keimanan yang dimilikinya, karena hasad merupakan bentuk penentangan terhadap ketetapan dan pembagian Allah kepada para hamba-Nya. Dengan demikian, hasad merupakan tindakan pengkhianatan kepada saudara-Nya sesama muslim dan dapat mewariskan siksa, kesedihan, kegalauan yang berkepanjangan. Demikian pula, hendaklah dia menanamkan kepada dirinya bahwa hasad justru akan membawa berbagai dampak negatif bagi dirinya sendiri, baik di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, orang yang dihasadi justru memperoleh keuntungan berupa limpahan pahala akibat hasad yang dimilikinya [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah]. Jadi bagaimana bisa seorang berakal membiasakan dirinya untuk dengki (hasad) kepada orang lain?! Muhammad ibnu Sirin rahimahullah mengatakan, “Saya tidak pernah dengki kepada orang lain dalam perkara dunia, karena apabila dia ditetapkan sebagai ahli jannah, bagaimana bisa saya mendengkinya dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju jannah.
  • 3. Sebaliknya, jika dia adalah ahli naar, bagaimana bisa saya dengki kepadanya dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju naar” [Muktashar Minhajul Qashidin 177]. 3. Dengan amal perbuatan yang bermanfaat, yaitu melakukan kebalikan dari perbuatan-perbuatan negatif yang muncul sebagai akibat dari sifat hasad [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah]. Hal ini diisyaratkan Allah ta‟ala dalam firman-Nya, ( ٌ‫م‬ٌِ‫م‬َ‫ح‬ ًٌِّ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ ٌ‫ة‬ َ‫او‬َ‫د‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ ْ‫ح‬َ‫أ‬ ًَِ‫ه‬ ًِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫اد‬٤٣) Tolaklah(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yangantaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi temanyang sangat setia( .Fushshilat: 34.) Jikasifat hasad mendorongnya untuk mencemarkan dan memfitnah orang yangdidengkinya, maka ia harus memaksakan lidahnya untuk memberikan pujiankepada orang tersebut. Jika sifat hasad mendorongya untuk bersikap sombong, maka ia harus memaksa dirinya untuk bersikap tawadhu‟ (rendah hati) kepada orang yang didengkinya, memuliakan, dan berbuat baik kepadanya. Jika di kali pertama dia bisa memaksa dirinya untuk melakukan berbagai hal tersebut, maka insya Allah selanjutnya dia akan terbiasa melakukannya, dan kemudian hal itu menjadi bagian dari karakternya. 4. Meneliti dan menelusuri sebab-sebab yang membuat dirinya menjadi dengki kepada orang lain, kemudian mengobatinya satu-persatu. Misalnya, sifat sombong diobati dengan sifat tawadhu„ (rendah hati), penyakit haus kedudukan dan jabatan diobati dengan sifat zuhud, sifat tamak (rakus) diobati dengan sifat qana‟ah dan berinfak, dst. 5. Di antara obat hasad yang paling mujarab adalah sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam firman-Nya, ) ٣٢) “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (An Nisa: 32).
  • 4. Dalam ayat ini, Allah ta‟ala melarang hamba-Nya iri (dengki) terhadap rezeki yang berada di tangan orang lain, dan Dia menunjukkan gantinya yang bermanfaat di dunia dan akhirat yaitu dengan memohon karunia-Nya karena hal tersebut terhitung sebagai ibadah dan merupakan perantara agar permintaannya dipenuhi apabila Allah menghendakinya [Fatawasy Syabakah Al Islamiyah 7/278; Maktabah Asy Syamilah]. 6. Bersandar kepada Allah, bermunajat serta memohon kepada-Nya agar berkenan mengeluarkan penyakit yang kotor ini dari dalam hatinya. 7. Banyak mengingat mati. Abud Darda radhiallahu „anhu mengatakan, ‫ده‬ ‫ح‬ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ذ‬ ‫ث‬ ‫أ‬ “Seorang yang memperbanyak mengingat mati, niscaya akan sedikit girangnya dan sedikit pula sifat hasadnya” [Hilyatul Auliya 1/220]. SHALAT 5 WAKTU DPT MELEBUR DOSA Kita telah diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah Ta‟ala tatkala kita berada dalam keadaan sendirian maupun di hadapan orang banyak. Namun sudah merupakan kepastian dalam melakukan ketaatan tersebut, terkadang kita lalai. Boleh jadi kita meninggalkan hal yang diperintahkan atau terjerumus dalam hal yang dilarang. Ketika dalam keadaan demikian, Nabishallallahu „alaihi wa sallam pun memerintahkan kita untuk menghapus kejelekan tersebut dengan kebajikan. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah memberikan sebuah nasehat berharga kepada Abu Dzar Al Ghifariy Jundub bin Junadah, ٍ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ٍ‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ِ‫ب‬ َ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ِق‬‫ل‬‫ا‬َ‫خ‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ح‬ْ‫م‬َ‫ت‬ َ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ َ‫ة‬َ‫ئ‬ٌَِّّ‫س‬‫ال‬ ِ‫ع‬ِ‫ب‬ْ‫ت‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ َ َّ‫َّللا‬ ِ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan berakhlaqlah dengan sesama dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi, hasan dilihat dari jalur lain. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib 2655) Allah Ta‟ala juga berfirman, ِ‫ل‬ ‫ى‬َ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫ذ‬ َ‫ِك‬‫ل‬َ‫ذ‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ئ‬ٌَِّّ‫س‬‫ال‬ َ‫ْن‬‫ب‬ِ‫ه‬ْ‫ُذ‬ٌ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ْل‬ٌَّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬ً‫ف‬َ‫ل‬ُ‫ز‬ َ‫و‬ ِ‫ار‬َ‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬ ًَِ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ط‬ َ‫ة‬ َ‫ََّل‬‫ص‬‫ال‬ ِ‫ِم‬‫ق‬َ‫أ‬ َ‫و‬ِ‫ِر‬‫ك‬‫ا‬َّ‫لذ‬َ‫ٌن‬ “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan- perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114)
  • 5. Ketika Allah menceritakan sifat-sifat orang yang bertakwa, Allah pun berfirman, ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وب‬ُ‫ن‬ُ‫ِذ‬‫ل‬ ‫ُوا‬‫ر‬َ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬َ‫ف‬ َ‫َّللا‬ ‫ُوا‬‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫م‬َ‫ل‬َ‫ظ‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ً‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ح‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ “Apabila mereka mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran: 135). Ayat ini menunjukkan bahwa sifat orang yang bertakwa adalah terkadang terjerumus dalam dosa-dosa besar (faahisyah) dan juga dosa-dosa kecil (zhulmun nafs). Akan tetapi mereka tidak terus menerus berbuat dosa. Bahkan mereka mengingat Allah setelah mereka terjerumus dalam dosa tersebut. Mereka pun memohon ampunan kepada-Nya dan bertaubat. Shalat Lima Waktu Pelebur Dosa Maksud “perbuatan-perbuatan yang baik” dalam surat Huud ayat 14 di atas adalah shalat lima waktu. Karena ayat ini dalam konteks membicarakan masalah shalat. Tafsiran ini adalah tafsiran dari Ibnu Mas‟ud, Ibnu „Abbas, Mujahid dan mayoritas ulama.[1] Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan yang buruk dalam ayat tersebut adalah dosa-dosa kecil dan bukan semua dosa.[2] Tafsiran ini berdasarkan pada sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, َ‫ُع‬‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ة‬َ‫ُع‬‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ْس‬‫م‬َ‫خ‬ْ‫ال‬ ُ‫ات‬ َ‫و‬َ‫ل‬َّ‫ص‬‫ال‬َ‫ِر‬‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ال‬ َ‫ب‬َ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫اج‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َّ‫ُن‬‫ه‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ٌ‫ات‬َ‫ر‬ِّ‫ف‬َ‫ك‬ُ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ض‬َ‫م‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ان‬َ‫ض‬َ‫م‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬ “Antara shalat yang lima waktu, antara jum‟at yang satu dan jum‟at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan- amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa- dosa besar.” (HR. Muslim no. 233) Bahkan dikuatkan pula dengan ayat dalam surat An Nisa‟, ِ‫ر‬َ‫ك‬ ً‫َل‬َ‫خ‬ْ‫ُد‬‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ِل‬‫خ‬ْ‫د‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ئ‬ٌَِّ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫ر‬ِّ‫ف‬َ‫ك‬ُ‫ن‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ِر‬‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ك‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬‫ًا‬‫م‬ٌ “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa- dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An Nisa‟: 31). “Kesalahan-kesalahanmu” ditafsirkan dengan dosa- dosamu yang kecil sebagaimana yang dikatakan oleh As Sudiy[3]. Dalam tafsir Al Jalalain juga dikatakan bahwa yang dimaksudkan adalah dosa-dosa kecil dan dosa tersebut dihapus dengan ketaatan[4].[5] Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dosa-dosa kecil bisa terhapus dengan amalan ketaatan, di antaranya adalah shalat wajib. Antara shalat Shubuh dan Zhuhur, Ashar dan Maghrib, Maghrib dan Isya, Isya dan Shubuh, di dalamnya terdapat pengampunan dosa (yaitu dosa kecil) dengan sebab melaksanakan shalat lima waktu. Namun perlu diketahui bahwa dosa-dosa kecil ini bisa terhapus dengan amalan wajib apabila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Pendapat inilah yang dianut mayoritas ulama salaf. Artinya, menjauhi dosa besar merupakan syarat agar dosa kecil itu bisa dihapus dengan amalan-amalan wajib. Jika dosa besar tidak dijauhi, maka dosa kecil tidak bisa terhapus dengan sekedar melakukan amalan wajib.[6] Ibnu Mas‟ud mengatakan, “Shalat lima waktu menghapuskan setiap dosa di antara waktu-waktu tersebut selama seseorang menjauhi dosa besar.”[7]
  • 6. Salman mengatakan, “Jagalah shalat lima waktu karena shalat lima waktu adalah pelebur dosa yang diperbuat tubuh ini selama seseorang tidak melakukan dosa pembunuhan.”[8] Adapun dosa besar bisa terhapus dengan taubat nashuhah[9]. Yang namanya taubat adalah dengan menyesali setiap dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, tidak terus menerus dalam dosa. Semoga Allah mengampuni setiap dosa kita dan memberi taufik untuk menjadi lebih baik dengan bertaubat pada-Nya. Masih ada amalan lainnya sebagai pelebur dosa, mudah-mudahan dapat kami sajikan dalam tulisan lainnya. Semoga sajian yang singkat ini bermanfaat. ORANG BERTAQWA TDK PERNA MERASA MISKIN Berikut pelajaran berharga yang kami peroleh dari penjelasan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah). Semoga bermanfaat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Adapun mengenai firman Allah Ta‟ala, } ُ‫ب‬ِ‫س‬َ‫ت‬ْ‫ح‬ٌَ َ‫َل‬ ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬ٌَ َ‫و‬ { } ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬ٌَ َ َّ‫َّللا‬ ِ‫ق‬َّ‫ت‬ٌَ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ { “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka- sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat. Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta‟ala berfirman: } ُ‫ب‬ِ‫س‬َ‫ت‬ْ‫ح‬ٌَ َ‫َل‬ ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬ٌَ َ‫و‬ { } ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬ٌَ َ َّ‫َّللا‬ ِ‫ق‬َّ‫ت‬ٌَ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ { “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka- sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)” Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.” Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta‟alaberfirman, ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ق‬ْ‫ز‬ِ‫ر‬ ِ َّ‫َّللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َّ‫إَل‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ًِ‫ف‬ ٍ‫ة‬َّ‫ب‬‫دَا‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan
  • 7. cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah. Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari yang khobits (yang kotor- kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda halnya dengan keadaan manusia yang Allah ceritakan, ‫ا‬َ‫إذ‬ ‫َّا‬‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬ { } ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ًِّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬ٌََ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫م‬َّ‫ع‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ َ‫َل‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫إذ‬ ُ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫َّا‬‫م‬َ‫أ‬َ‫ف‬ {ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ر‬َ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ َ‫َل‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ } ًّ‫َل‬ُ‫ك‬ { } ِ‫ن‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫أ‬ ًِّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬ٌََ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ق‬ْ‫ز‬ِ‫ر‬ “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16) Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia berarti dimuliakan. Sebaliknya orang yang disempitkan rizkinya, belum tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang dilapangkan rizki baginya hanya sebagai istidroj (agar ia semakin terlena dengan maksiatnya). Begitu pula boleh jadi seseorang disempitkan rizkinya untuk melindungi dirinya dari bahaya. Sedangkan jika ada orang yang sholih yang disempitkan rizkinya, boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa yang ia perbuat sebagaimana sebagian salaf mengatakan, “Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia perbuat.” Dalam hadits, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫م‬ ٍ‫ٌق‬ ِ‫ض‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬َ‫ر‬َ‫ف‬ ٍّ‫م‬َ‫ه‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ َّ‫َّللا‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫ار‬َ‫ف‬ْ‫ِغ‬‫ت‬ْ‫س‬ ِ‫اَل‬ َ‫ر‬َ‫ث‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ب‬ِ‫س‬َ‫ت‬ ْ‫ح‬ٌَ َ‫َل‬ ُ‫ْث‬ٌَ‫ح‬ ْ‫ن‬ “Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.”[1] Allah Ta‟ala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai kesulitan. (Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-ayat berikut ini). Allah Ta‟ala berfirman, َّ‫م‬ُ‫ث‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬ٌََ‫آ‬ ْ‫ت‬َ‫م‬ِ‫ك‬ ْ‫ح‬ُ‫أ‬ ٌ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ ‫الر‬( ٍ‫ٌر‬ِ‫ب‬َ‫خ‬ ٍ‫ٌِم‬‫ك‬َ‫ح‬ ْ‫ُن‬‫د‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬ِّ‫ص‬ُ‫ف‬1ٌ‫ر‬ٌِ‫َش‬‫ب‬ َ‫و‬ ٌ‫ر‬ٌِ‫ذ‬َ‫ن‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ًِ‫ن‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ َّ‫َّللا‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ َّ‫َل‬َ‫أ‬ ) (2ِ‫ذ‬ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ِ‫ت‬ ْ‫ُؤ‬ٌ َ‫و‬ ‫ى‬ًّ‫م‬َ‫ُس‬‫م‬ ٍ‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ً‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ‫ًا‬‫ع‬‫ا‬َ‫ت‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ع‬ِّ‫ت‬َ‫م‬ٌُ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ُوا‬‫ب‬‫و‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ُوا‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ِ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ )ٍ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ ‫ي‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa
  • 8. khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya” (QS. Huud: 1-3) ( ‫ا‬ً‫ار‬َّ‫ف‬َ‫غ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ُوا‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬11ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ِ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫ُر‬ٌ )( ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ر‬ْ‫د‬11َ‫ٌِن‬‫ن‬َ‫ب‬ َ‫و‬ ٍ‫ال‬ َ‫ْو‬‫م‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ِد‬‫د‬ْ‫م‬ٌُ َ‫و‬ ) ( ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ج‬ٌَ َ‫و‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ج‬ٌَ َ‫و‬12) “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, - sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12) ِ‫ل‬ { } ‫ا‬ً‫ق‬َ‫د‬َ‫غ‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ٌَْ‫ق‬ْ‫س‬َ َ‫ْل‬ ِ‫ة‬َ‫ق‬ٌ ِ‫ر‬َّ‫الط‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ُوا‬‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ِ‫و‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ {} ِ‫ه‬ٌِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya.” (QS. Al Jin: 16-17) ُ‫ب‬َّ‫ذ‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ِ‫ْه‬ٌَ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ْ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ف‬َ‫ل‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ َ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫وا‬ َ‫ُون‬‫ب‬ِ‫س‬ْ‫ك‬ٌَ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A‟rof: 96) ِ‫م‬ ْ‫م‬ِ‫ْه‬ٌَ‫ل‬‫إ‬ َ‫ل‬ِ‫ز‬ْ‫ن‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ل‬ٌِ‫ج‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ة‬‫ا‬َ‫ر‬ ْ‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ِه‬‫ل‬ُ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ِ‫ت‬ْ‫ح‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ِه‬‫ق‬ ْ‫و‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َ‫ك‬َ َ‫ْل‬ ْ‫م‬ِ‫ِّه‬‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al Maidah: 66) ٍ‫ٌِر‬‫ث‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫و‬ُ‫ف‬ْ‫ع‬ٌَ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ٌِ‫د‬ٌَْ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫ب‬ٌ ِ‫ُص‬‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30) ٌ‫ر‬‫و‬ُ‫ف‬َ‫ك‬ ٌ‫وس‬ُ‫ئ‬ٌََ‫ل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬‫إ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ز‬َ‫ن‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ذ‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬ َ‫و‬ “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9) َ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫ئ‬ٌَِّ‫س‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ك‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ َّ‫َّللا‬ َ‫ِن‬‫م‬َ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ك‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa‟: 79) َ‫و‬ ‫ُوا‬‫ع‬َّ‫ر‬َ‫ض‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫إذ‬ َ‫َل‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ف‬ { } َ‫ُون‬‫ع‬َّ‫ر‬َ‫ض‬َ‫ت‬ٌَ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ء‬‫ا‬َّ‫َّر‬‫ض‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬َ‫ف‬ {ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ب‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ْ‫ت‬َ‫س‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫م‬ ُ‫ان‬َ‫ْط‬ٌَّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫َّن‬ٌَ‫ز‬ َ‫و‬} َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬ٌَ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬ “Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah)
  • 9. dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An‟am: 42-43) Allah Ta‟ala telah mengabarkan dalam kitabnya bahwa Dia akan menguji hamba-Nya dengan kebaikan atau dengan kejelekan. Kebaikan yang dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur. Dalam hadits shahih, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, َّ‫إَل‬ ِ‫د‬َ‫ح‬َ ِ‫ْل‬ َ‫ِك‬‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ْس‬ٌَ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ْر‬ٌَ‫خ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ َّ‫إَل‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫ض‬َ‫ق‬ ِ‫ِن‬‫م‬ ْ‫ُؤ‬‫م‬ْ‫ِل‬‫ل‬ ُ َّ‫َّللا‬ ً ِ‫ض‬ْ‫ق‬ٌَ َ‫َل‬ ِ‫ه‬ِ‫د‬ٌَِ‫ب‬ ًِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ْ‫إن‬ ِ‫ِن‬‫م‬ ْ‫ُؤ‬‫م‬ْ‫ِل‬‫ل‬ َ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬ ُ‫ء‬‫ا‬َّ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ْر‬ٌَ‫خ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َ‫ف‬ َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ش‬ ُ‫ء‬‫ا‬َّ‫ر‬َ‫س‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ْر‬ٌَ‫خ‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َ‫ف‬ “Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi seorang mukmin suatu ketentuan melainkan itu baikk baginya. Hal ini tidaklah mungkin kita jumpai kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa suatu bahaya, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” Demikian penjelasan dari Abul „Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu‟ Al Fatawa (16/52-54). Semoga bermanfaat dan dapat sebagai penyejuk hati yang sedang gundah. Alhamdulillahilladzi bi ni‟matihi tatimmush sholihaat. SYUKUR KETIKA MERAIH SUKSES Di kala impian belum terwujud, kita selalu banyak memohon dan terus bersabar menantinya. Namun di kala impian sukses tercapai, kadang kita malah lupa daratan dan melupakan Yang Di Atas yang telah memberikan berbagai kenikmatan. Oleh karenanya, apa kiat ketika kita telah mencapai hasil yang kita idam-idamkan? Itulah yang sedikit akan kami kupas dalam tulisan sederhana ini. Akui Setiap Nikmat Berasal dari-Nya Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui bahwa semuanya berasal dari Allah Ta‟ala dan jangan berlaku angkuh dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang pantas mendapatkannya. Coba kita renungkan firman Allah Ta‟ala, ٌ‫وط‬ُ‫ن‬َ‫ق‬ ٌ‫وس‬ُ‫ئ‬ٌََ‫ف‬ ُّ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫س‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ‫ْر‬ٌَ‫خ‬ْ‫ال‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬‫اْل‬ ُ‫م‬َ‫أ‬ْ‫س‬ٌَ ‫َل‬ “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Fushshilat: 49). Atau pada ayat lainnya, ٍ‫ٌض‬ِ‫ر‬َ‫ع‬ ٍ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫د‬ ‫و‬ُ‫ذ‬َ‫ف‬ ُّ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫س‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ِب‬‫ن‬‫ا‬َ‫ج‬ِ‫ب‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ن‬ َ‫و‬ َ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ِ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ع‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51) Inilah tabiat manusia, yang selalu tidak sabar jika ditimpa kebaikan atau kejelekan. Ia akan selalu berdo‟a pada Allah agar diberikan kekayaan, harta,
  • 10. anak keturunan, dan hal dunia lainnya yang ia cari-cari. Dirinya tidak bisa merasa puas dengan yang sedikit. Atau jika sudah diberi lebih pun, dirinya akan selalu menambah lebih. Ketika ia ditimpa malapetaka (sakit dan kefakiran), ia pun putus asa. Namun lihatlah bagaimana jika ia mendapatkan nikmat setelah itu? Bagaimana jika ia diberi kekayaan dan kesehatan setelah itu? Ia pun lalai dari bersyukur pada Allah, bahkan ia pun melampaui batas sampai menyatakan semua rahmat (sehat dan kekayaan) itu didapat karena ia memang pantas memperolehnya. Inilah yang diisyaratkan dalam firman Allah Ta‟ala, ‫ذ‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ه‬ ‫ق‬‫ذ‬‫أ‬ “Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku.”(QS. Fushshilat: 50) Sifat orang beriman tentu saja jika ia diberi suatu nikmat dan kesuksesan yang ia idam-idamkan, ia pun bersyukur pada Allah. Bahkan ia pun khawatir jangan-jangan ini adalah istidroj (cobaan yang akan membuat ia semakin larut dalam kemaksiatan yang ia terjang). Sedangkan jika hamba tersebut tertimpa musibah pada harta dan anak keturunannya, ia pun bersabar dan berharap karunia Allah agar lepas dari kesulitan serta ia tidak berputus asa.[1] Ucapkanlah “Tahmid” Inilah realisasi berikutnya dari syukur yaitu menampakkan nikmat tersebut dengan ucapan tahmid (alhamdulillah) melalui lisan. Ini adalah sesuatu yang diperintahkan sebagaimana firman Allah Ta‟ala, ْ‫ث‬ِّ‫د‬َ‫ح‬َ‫ف‬ َ‫ِّك‬‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫َّا‬‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬ “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. Adh Dhuha: 11) Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda, ٌ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ك‬ ْ‫ر‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ، ٌ‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ش‬ ِ‫َّللا‬ ِ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ث‬ُّ‫د‬َ‫ح‬َّ‫ت‬‫ال‬ “Membicarakan nikmat Allah termasuk syukur, sedangkan meninggalkannya merupakan perbuatan kufur.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih Al Jaami‟ no. 3014). Lihat pula bagaimana impian Nabi Ibrahim tercapai ketika ia memperoleh anak di usia senja. Ketika impian tersebut tercapai, beliau pun memperbanyak syukur pada Allah sebagaimana do'a beliau ketika itu, ِ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ُّ‫د‬‫ال‬ ُ‫ع‬ٌِ‫م‬َ‫س‬َ‫ل‬ ًِّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫اق‬َ‫ح‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ َ‫ل‬ٌِ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ًِ‫ل‬ َ‫ب‬َ‫ه‬ َ‫و‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ َّ ِ‫ّلِل‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39). Para ulama salaf ketika mereka merasakan nikmat Allah berupa kesehatan dan lainnya, lalu mereka ditanyakan, “Bagaimanakah keadaanmu di pagi ini?” Mereka pun menjawab, “Alhamdulillah (segala puji hanyalah bagi Allah).”[2] Oleh karenanya, hendaklah seseorang memuji Allah dengan tahmid (alhamdulillah) atas nikmat yang diberikan tersebut. Ia menyebut-nyebut nikmat ini karena memang terdapat maslahat dan bukan karena ingin berbangga diri atau sombong. Jika ia malah melakukannya
  • 11. dengan sombong, maka ini adalah suatu hal yang tercela.[3] Memanfaatkan Nikmat dalam Amal Ketaatan Yang namanya syukur bukan hanya berhenti pada dua hal di atas yaitu mengakui nikmat tersebut pada Allah dalam hati dan menyebut-nyebutnya dalam lisan, namun hendaklah ditambah dengan yang satu ini yaitu nikmat tersebut hendaklah dimanfaatkan dalam ketaaatan pada Allah dan menjauhi maksiat. Contohnya adalah jika Allah memberi nikmat dua mata. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk membaca dan mentadaburi Al Qur‟an, jangan sampai digunakan untuk mencari-cari aib orang lain dan disebar di tengah- tengah kaum muslimin. Begitu pula nikmat kedua telinga. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk mendengarkan lantunan ayat suci, jangan sampai digunakan untuk mendengar lantunan yang sia-sia. Begitu pula jika seseorang diberi kesehatan badan, maka hendaklah ia memanfaatkannya untuk menjaga shalat lima waktu, bukan malah meninggalkannya. Jadi, jika nikmat yang diperoleh oleh seorang hamba malah dimanfaatkan untuk maksiat, maka ini bukan dinyatakan sebagai syukur. Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: [1] mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), [2] membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan [3] menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan). Abul „Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan, ِ‫ح‬ِ‫ار‬ َ‫و‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ان‬َ‫س‬ِّ‫ل‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ون‬ُ‫ك‬ٌَ َ‫ر‬ْ‫ك‬ُّ‫ش‬‫ال‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ “Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.”[4] Merasa Puas dengan Rizki Yang Allah Beri Karakter asal manusia adalah tidak puas dengan harta. Hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu „alaihi wa sallam dalam berbagai haditsnya. Ibnu Az Zubair pernah berkhutab di Makkah, lalu ia mengatakan, َّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ٌَُّ‫أ‬ ‫ا‬ٌَ-‫صلى‬‫وسلم‬ ‫علٌه‬ ‫َّللا‬-ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬ٌَ َ‫ان‬َ‫ك‬«ٍ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ذ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫أل‬َ‫م‬ ‫ًا‬ٌِ‫د‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫أ‬ َ‫م‬َ‫آد‬ َ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ ُّ‫ت‬‫ال‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫م‬َ‫آد‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫ف‬ ْ‫و‬َ‫ج‬ ُّ‫د‬ُ‫س‬ٌَ َ‫َل‬ َ‫و‬ ، ‫ا‬ً‫ِث‬‫ل‬‫ا‬َ‫ث‬ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ِ‫إ‬ َّ‫ب‬َ‫ح‬َ‫أ‬ ‫ًا‬ٌِ‫ن‬‫ا‬َ‫ث‬ َ‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ، ‫ًا‬ٌِ‫ن‬‫ا‬َ‫ث‬ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ِ‫إ‬ َّ‫ب‬َ‫ح‬َ‫أ‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫َّللا‬ ُ‫وب‬ُ‫ت‬ٌَ َ‫و‬ ، ُ‫اب‬َ‫ر‬ َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫اب‬» “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438) Inilah watak asal manusia. Sikap seorang hamba yang benar adalah selalu bersyukur dengan nikmat dan rizki yang Allah beri walaupun itu sedikit. Karena Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, َ‫ٌِر‬‫ث‬َ‫ك‬ْ‫ال‬ ِ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ش‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬ َ‫ل‬ٌِ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ِ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ش‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)
  • 12. Dan juga mesti kita yakini bahwa rizki yang Allah beri tersebut adalah yang terbaik bagi kita karena seandainya Allah melebihkan atau mengurangi dari yang kita butuh, pasti kita akan melampaui batas dan bertindak kufur. Allah Ta‟ala berfirman, ‫د‬ ‫د‬ ‫ه‬‫د‬ ‫ه‬ “Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[5] Patut diingat pula bahwa nikmat itu adalah segala apa yang diinginkan seseorang. Namun apakah nikmat dunia berupa harta dan lainnya adalah nikmat yang hakiki? Para ulama katakan, tidak demikian. Nikmat hakiki adalah kebahagiaan di negeri akhirat kelak. Tentu saja hal ini diperoleh dengan beramal sholih di dunia. Sedangkan nikmat dunia yang kita rasakan saat ini hanyalah nikmat sampingan semata. Semoga kita bisa benar-benar merenungkan hal ini.[6] Jadilah Hamba yang Rajin Bersyukur Pandai-pandailah mensyukuri nikmat Allah apa pun itu. Karena keutamaan orang yang bersyukur amat luar biasa. Allah Ta‟ala berfirman, َ‫ٌن‬ِ‫ِر‬‫ك‬‫ا‬َّ‫ش‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ز‬ْ‫ج‬َ‫ن‬َ‫س‬ َ‫و‬ “Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imron: 145) ٌ‫د‬ٌِ‫د‬َ‫ش‬َ‫ل‬ ًِ‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ٌد‬ ِ‫ز‬َ َ‫ْل‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ن‬َّ‫ذ‬َ‫أ‬َ‫ت‬ ْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7) Ya Allah, anugerahkanlah kami sebagai hamba -Mu yang pandai bersyukur pada-Mu dan selalu merasa cukup dengan segala apa yang engkau beri.