SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen : Novella Parchiano, M.Hum
KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH
DALAM KERANGKA NKRI
KELOMPOK 5
1. Nurul Hidayati (126900)
2. Dwi Mutmainah (12690017)
3. Nurvita Eka A. (12690019)
4. Winda Rizki H. (12690022)
5. Wigati Wido Wati (12690023)
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Pujisyukurkitapanjatkankehadirat Allah SWT yang manaberkattaufiqdan hidayah-
Nya,makalah yang berjudulKebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka
NKRIsebagaitugasmatakuliahPendidikan Kewarganegaraandapatterselesaikandenganlancar
dan tepat waktu.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah membimbing umat melalui dakwah dan
pendidikan sehingga dapat melaksanakan pengabdian kepada Allah SWT.
Bersamaini kami jugamenyampaikanterimakasihkepadasemuapihak yang
telahmembantuhinggaterselesaikannyamakalahini, terutamakepadatemansatukelompok yang
telahbekerjakerasdalampembuatanmakalahini.Semogamakalahinibergunabagiparapembaca.
Isi makalahinitentujauhdarikesempurnaan, olehkarenaitusegalakritikdan saran sangat
kami harapkan demiperbaikandanpenyempurnaantugasmakalah
selanjutnyadanuntukpelajaranbagi kamidalampembuatantugas-tugas yang lain di
masamendatang. Semogadenganadanyatugasini kamidapatbelajar bersama demi
kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi
Wassalamu’alaikum wr.wb
Yogyakarta, Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mengetahui pembagian urusan pemerintah..
2. Mengetahui otonomi daerah dan demokratisasi.
3. Menentuka implementasi kebijakan daerah.
KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI
Otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk mengurus dan mengatur
sendiri urusan di daerahnya. Indonesia membutuhkan otonomi daerah karena kehidupan
berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di ibukota negara sehingga
mengakibatkan ketidakmerataan di berbagai bidang yang berdampak pada kurangnya
kesejahteraan masyarakat di daerah yang jauh dari pusat. Dengan otonomi daerah,
diharapkan daerah mampu mengembangkan seluruh potensi daerahnya sehingga akan
terjadi keseimbangan kesejahteraan masyarakat di seluruh lapisan.
A. Pembagian Urusan Pemerintahan
Dengan adanya otonomi daerah akan terjadi pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam menangani urusannya. Menurut UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan dapat dibagi ke dalam urusan
pemerintahan pusat, pemerintahan daerah tingkat I, dan pemerintahan daerah tingkat II.
Pembagian tersebut meliputi;
1. Urusan pemerintahan pusat
a. Politik luar negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan fiskal nasional
f. Agama
2. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraaan pendidikan dan alokasi SDM potensial
g. Penanggualangan masalah sosial lintas kabupaten atau kota
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, termasuk lintas
kabupaten/kota
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi peneneman modal termasuk lintas kabupaten/kota
o. Penyelenggraaan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
3. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang pendidikan
f. Penanggulangan masalsah sosial
g. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
h. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
i. Pengendalian lingkungan hidup
j. Pelayanan pertahanan
k. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
l. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
m. Pelayanan administrasi penanaman modal
n. Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya
o. Urusan wajib lainnya yang diamnatkan oleh peraturan perundang-undangan.
B. Otonomi Daerah dan Demokratisasi
Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi. Otonomi
daerah berintikan kebebasan suatu daerah untuk mengelola daerahnya sendiri, dengan kata
lain otonomi daerah bukan merupakan suatu tujuan akhir, melainkan sebagai mekanisme
dalam menciptakan demokratisasi penyelenggaraan pemerintah. Tujuan utama adanya
kebijakan ini adalah sebagai upaya mewujudkan;
1. Kesetaraan politik (political equality), yaitu hak warga negara untuk mendapatkan
kesetaraan/kesamaan politik.
2. Tanggung jawab daerah (local accountability), yaitu masyarakat daerah dapat secara
langsung ikut bertanggung jawab dalam membangun dan mengembangkan segala
potensi SDA, SDM, SDB yang ada pada daerah bagi kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat dan daerahnya.
3. Kesadaran daerah (local reponsiveness), yaitu kesadaran daerah untuk
menumbuhkembangkan segenap potensi yang dimilikinya bagi masyarakat maupun
negara.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari kebijakan otonomi
daerah diatas yaitu;
a. Memiliki teritorial kebijakan yang jelas (legal territorial of power), yaitu kebijakan dan
keputusan yang dibuat serta dilakukan pemerintahan dan rakyat daerah adalah hanya
meliputi batas wilayah daerah kekuasaan daerah tersebut.
b. Memiliki pendapatan daerah sendiri (local own income), yaitu agar daerah memiliki
pendapatan (income) sendiri yang dihasilkan dari potensi SDA daerah, dan diperoleh
dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang berasal dari
APBN.
c. Memiliki badan perwakilan (local representative body), yaitu dapat memiliki badan
legislatif dan eksekutif yang dibentuk menurut kebutuhan daerah oleh anggota legislatif
hasil pemilihan secara langsung dan kepala pemerintahan daerah.
d. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui pemilu (local leader executive by
election), yaitu dapat memiliki kepala daerah (gubernur, bupati/walikota) yang
merupakan hasil pemilu langsung kepala daerah (PILKADA) oleh rakyat daerah
provinsi atau kabupaten/kota.
Keterkaitan otonomi daerah dengan demokratisasi pernah diungkapkan oleh
Mohammad Hatta, Proklamator RI, yang menyatakan “memberikan otonomi daerah tidak
saja berarti melaksanakan demokrasi, tetapi mendorong berkembangnya auto-activiteit.
Auto-ativiteit artinya bertindak sendiri, melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting
bagi lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya auto-activiteit, tercapailah apa yang
dimaksud dengan demokrasi, yaitu pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat untuk
rakyat. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan juga memperbaiki
nasibnya sendiri.”
Konsekuensi logis dari otonomi daerah dengan demokratisasi antara lain;
1. Otonomi daerah harus dipandang sebagai instrumen desentralisasi dalam rangka
mempertahankan keutuhan serta keberagaman bangsa
2. Otonomi daerah harus didefinsikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah, bukan otonomi
pemerintahan daerah, juga bukan otonomi dari daerah.
C. Implementasi Otonomi Daerah
Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat I dan II , seiring dengan pelimpahan
wewenang pemeintah pusat dapat dekelompokkan dalam lima bidang yaitu :
1. Implementasi Dalam Pembinaan Wilayah.
a. Pelaksanaan otonomi daerah tidak menghilangkan tugas, peran dan tanggungjawab
pemerintah pusat. Otonomi tidak dirancang agar suatu daerah tidak memiliki sifat-sfat
seperti negara . Pemerintah pusat dalam rangka otonomi masih melakukan pembinaan
wilayah dengan mengelola dan mengerahkan segala potensi wilayah suatu daerah untuk
didayagunakan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.
b. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan tugas-tugas pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Pada prinsipnya , pembinaan wilayah diserahkan kepada
daerah untuk mengelola sumber daya yang potensial untuk kesejahteraan daerah dan
dalam Negara kesatuan , tugas pemerintah pusat adalah melakukan pengawasan .
c. Tugas dan fungsi pembinaan wilayah meliputi prinsip pemerintahan umum yaitu
penyelenggaraan pemerintah pusat ke daerah , memfasilitasi dan mengakomodasi
kebijakan daerah , menjaga keselarasan pusat dan daerah , menciptakan ketentraman dan
ketertiban umum , menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan kepastian batas wilayah,
menyelenggarakan kewenangan daerah dan menjalankan kewenangan lain.
d. Pejabat Pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah yang menjalankan dua macam
urusan pemerintahan yaitu urusan daerah dan urusan pemerintahan umum.
2. Pembinaan Sumber Daya Manusia.
a. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan sumber daya manusia
kepada daerah .
b. Dalam era otonomi , daerah harus mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan
dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.
c. Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerjasama antar daerah dan pusat,
pemerintah pusat membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan
mengembangakan jaringan dan kerjasama tim serta mempunyai etos kualitas kerja yang
tinggi .
d. Untuk pembinaan sumer daya manusia , pemerintah daerah diharapkan :
 Membuat struktur organisasi yang terbuka
 Menyediakan media untuk pns berkreatif dan membuat terobosan baru.
 Mendorong PNS berani mengembil resiko.
 Memberikan penghargaan bagi yang berhasil.
 Mengembangan pola komunikasi yang efektif antar PNS.
 Membangun suasna kerja yang inovatif.
 Mengurangi hambatan birokrasi.
 Mencegah tindakan intervensi ang menggangu proses kerja konvensional
 Mendelegasikan tanggung jawab dengan baik.
e. Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan , membuat perncanaan
, melaksanakan kerja dengan pengawasn kerja yang memadai , menentukan prioritas ,
memecahkan maslah , melakukan komunikasi , melakukan hubungan antar pribadi dan
memperhatikan waktu kehadiran .
f. Mengurangi penyimpangan birokrasi dengan menegakkan disiplin pegawai . membangun
pelayanan yang berorientasi pelanggan , menetapkan tanggung jawab , mengembangkan
budaya demokrasi yang bersih, memberikan pelayanan yang tepat dengan biaya murah.
3. Penanggulangan Dan Percepatan Penurunan Kemiskinan.
a. Masalah kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah daerah. Otonomi
memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola sumber daya yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan penduduk di wilayahnya .
b. Pengentasan kemiskinan menjadi masalah penting dari UU no 25 tahun 1999 dimana
pemerintah daerah mempunyai wewenang luas dan didukung dari dana APBD .
pengentasan kemiskinan menggunakan prinsip :
 Memberdayakan peranan wanita
 Mempermudah akses keluarga miskin untuk berusaha dengan mendekatkan
kepada modal dan pemasaran produknya
 Menanggulangi bencana .
 Membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat miskin.
c. Program penanggulangan kemiskinan dilakukan berdasar karakter penduduk dan wilayah.
d. Penangggulangan kemiskinan harus mengedepankan peran masyarakatdan swasta dengan
melakukan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja bagi penduduk miskin
e. Membangun paradigma baru tentang peranan pemerintah daerah yaitu dari pelaksana
menjadi fasilitator, memberikan intruksi menjadi melayani, mengatur menjadi
memberdayakan masyarakat, bekerja memenuhi aturan menjadi bekerja untuk mencapai
misi pembangunan.
f. Peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat adalah memberikan
legitimasi kepada LSM dan masyarakat penerima bantuan, menjadi penengah, mendorong
peningkatan kemampuan keluarga miskin, turut mengendalikan pembanguna fisik dan
memberikan sosialisasi gerakan terpadu pengentasan kemiskinan.
g. Pemerintah daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan dapat mengambil kebijakan
keluarga yaitu mendata dengan benar karakter keluarga miskin, mengidentifikasi tipe dan
pola keluarga miskin, melakukan intervensi kebijakan.
4. Penataan hubungan fungsional antara DPRD dan pemerintahan daerah ( Hubungan
Fungsional Eksekutif dan Legislatif )
a. Hubungan eksekutif ( pemerintah daerah ) dan legislatif ( DPRD ) dalam era otonomi
mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan antara pemerintah daerah dan DPRD .
ketidakharmonisan dipicu oleh interpretasi dari UU no.22 tahun 1999 yang
menyatakan bahwa peran legislatif lebih dominan dibandingkan peran pemerintah
daerah, hal ini bertentangan dengan kondisi sebelumnya dimana pemerintah daerah
lebih dominan daripada DPRD.
b. Ketidakharmonisan harus di pecahkan dengan sangat otonomi, yaitu pemberian
wewenang kepada daerah untuk mengatur daerahnya yang meliputi administrasi
pemeritahan, pembangunan, dan pelayanan publik.
c. Asas dalam otonomi menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 adalah: (1) penyerahan
wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, kecuali dalam bidang
hankam, luar negeri, peradilan, agama, moneter, dan fiskal, (2) pelimpahan wewenang
pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, dan (3) pembantuan
yaitu penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan
tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia, dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada
pemerintah pusat.
d. Kepada daerah mempunyai wewewang: memimpin penyelenggaraan pemerintah
daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD, bertanggungjawab kepada
DPRD, dan menyampaikan laporan atas penyelenggaraan pemerintah daerah kepada
presiden.
e. DPRD dalam era otonomi mempunyai wewenang dan tugas: memilih gubernur/wakil
gubernur, bupati/wakil bupati, atau walikota/wakil walikota, membentuk peraturan
daerah, menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan, serta menampung dan
menikdaklanjuti aspirasi masyarakat.
f. Kepala daerah dan DPRD dalam melakukan tugasnya dapat melakukan komunikasi
yang intensif, baik untuk tukar menukar informasi, dan pengembangan regulasi
maupun klarifikasi suatu masalah.
g. Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dan kepala daerah adalah proses
membuatan kebijakan, pelaksanaan kerja berdasar susduk, yang mencakup kebijakan,
prosedur, dan tata kerja, menjalankan prinsip kompromi dan menjujung tinggi etika
5. Peningkatan Koordinasi Tim.
a. Koordinasi merupakan masalah yang serius dalam pemerintah daerah, sering bongkar
pasang sarana prasarana seperti PAM, PLN, dan Telkom menunjukkan lemahnya
koordinasi selama ini dan telah menimbulkan dampak negatif seperti inefisiensi
organisasi dan pemborosan uang, tenaga dan alat, keputusan banyak yang tertunda,
tidak tepat dan terjadi kesalahan, searta tidak terjadi integrasi dan sinkronisasi
pembangunan.
b. Pemerintah daerah dapat mengatur sektor riil seperti transportasi, sarana prasarana,
pertanian dan usaha kecil, serta wewenang lain yang ditentukan UU.
c. Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah ntara lain karena sesama
instansi belum memonyai visi yang sama, tidak adanya rencana pembangunan jangka
panjang, rendahnya kemauan bekerja sama, gaya kepemimpinan yang masih
komando, rendahnya ketrampilan, integritas, dan kepercayaan diri.
d. Pemerintah daerah harus menciptakan kerjasama tim dengan cara (1) pelatihan kepada
PNS pemda untuk menumbuhkan komitmen, tanggungjawab, peduliterhadap
pemerintah daerah, dan mempunyai kompetensi, (2) mengembangkan visi dan misi
pemerintahan daerah, (3) membuat sistem kerja yang baik yaitu adanya kejelasan
tugas pokok, fungsi dan akuntabilitas pekerjaan, dan (4) membangun suasana dialogis
antar pimpinan dan staf pemda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rosyada, Dede, dkk. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta:
ICCE.
Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba
Empat.
Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

More Related Content

What's hot

Bab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkri
Bab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkriBab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkri
Bab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkriLukman Priasmoro
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahsyabdan
 
Pilar pilar kebangsaan
Pilar pilar kebangsaanPilar pilar kebangsaan
Pilar pilar kebangsaanMuslihin Hilim
 
Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit des 2017
Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit  des 2017Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit  des 2017
Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit des 2017Harun Surya
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan DaerahHarmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan DaerahPuji Zuaini
 
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahPkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahScout Dan
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Rizki Gumilar
 
PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4Andi Widya
 
Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019
Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019
Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019Ernima Sukmasari
 
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...aulia putri
 
Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...
Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...
Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...Iqbal Lfc
 

What's hot (20)

Bab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkri
Bab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkriBab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkri
Bab vi pentingnya daerah dalam bingkai nkri
 
3 kb 2 modul 3
3 kb 2 modul 33 kb 2 modul 3
3 kb 2 modul 3
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Pilar pilar kebangsaan
Pilar pilar kebangsaanPilar pilar kebangsaan
Pilar pilar kebangsaan
 
Makalah otonomi daerah 2
Makalah otonomi daerah 2Makalah otonomi daerah 2
Makalah otonomi daerah 2
 
Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit des 2017
Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit  des 2017Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit  des 2017
Modul 3 kesiapsiagaan bn final edit des 2017
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan DaerahHarmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahPkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah
 
PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4
 
2 kb 1 modul 2
2 kb 1 modul 22 kb 1 modul 2
2 kb 1 modul 2
 
Pilar kebangsaan
Pilar kebangsaan Pilar kebangsaan
Pilar kebangsaan
 
Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019
Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019
Buku putih-agenda-antikorupsi-bg-presiden-2014-2019
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen Nasional
 
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
 
Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...
Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...
Ironi Pemekaran Wilayah, Buah Simalakama bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Repu...
 

Viewers also liked

Contoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputerContoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputerdiahsapitri
 
The flipped classroom
The flipped classroomThe flipped classroom
The flipped classroomgmaneta
 
Contoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputerContoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputerdiahsapitri
 
Finland-country profile
Finland-country profileFinland-country profile
Finland-country profilePrachi Luthra
 
Finavia power point presentation
Finavia power point presentationFinavia power point presentation
Finavia power point presentationNoora Willman
 
Restoration Automotive church presentation 2.2011
Restoration Automotive church presentation 2.2011Restoration Automotive church presentation 2.2011
Restoration Automotive church presentation 2.2011ummhamm
 
บทที่ 1
บทที่ 1บทที่ 1
บทที่ 1teeraratWI
 
биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...
биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...
биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...Biljana Ilieva
 
#4 recruitment presentation
#4   recruitment presentation#4   recruitment presentation
#4 recruitment presentationPrachi Luthra
 
6 sistem pet carstva (virusi)
6 sistem pet carstva (virusi)6 sistem pet carstva (virusi)
6 sistem pet carstva (virusi)Biljana Ilieva
 
Internazionalizzazione delle aziende e dei professionisti
Internazionalizzazione delle aziende e dei professionistiInternazionalizzazione delle aziende e dei professionisti
Internazionalizzazione delle aziende e dei professionistiOwner
 
Empowering Intercultural Teams
Empowering Intercultural TeamsEmpowering Intercultural Teams
Empowering Intercultural TeamsOwner
 

Viewers also liked (17)

Acties wonen 2011
Acties wonen 2011Acties wonen 2011
Acties wonen 2011
 
Question 2
Question 2Question 2
Question 2
 
Contoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputerContoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputer
 
Question 3
Question 3Question 3
Question 3
 
The flipped classroom
The flipped classroomThe flipped classroom
The flipped classroom
 
Contoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputerContoh tugas mulok merakit komputer
Contoh tugas mulok merakit komputer
 
Finland-country profile
Finland-country profileFinland-country profile
Finland-country profile
 
V powering the suburbs
V powering the suburbsV powering the suburbs
V powering the suburbs
 
Finavia power point presentation
Finavia power point presentationFinavia power point presentation
Finavia power point presentation
 
Restoration Automotive church presentation 2.2011
Restoration Automotive church presentation 2.2011Restoration Automotive church presentation 2.2011
Restoration Automotive church presentation 2.2011
 
บทที่ 1
บทที่ 1บทที่ 1
บทที่ 1
 
биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...
биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...
биологија анастасија-боневска-Vii1-1осетливост и реагирање на растенијата на ...
 
#4 recruitment presentation
#4   recruitment presentation#4   recruitment presentation
#4 recruitment presentation
 
Askep post partum
Askep post partumAskep post partum
Askep post partum
 
6 sistem pet carstva (virusi)
6 sistem pet carstva (virusi)6 sistem pet carstva (virusi)
6 sistem pet carstva (virusi)
 
Internazionalizzazione delle aziende e dei professionisti
Internazionalizzazione delle aziende e dei professionistiInternazionalizzazione delle aziende e dei professionisti
Internazionalizzazione delle aziende e dei professionisti
 
Empowering Intercultural Teams
Empowering Intercultural TeamsEmpowering Intercultural Teams
Empowering Intercultural Teams
 

Similar to Kebijakan otonomi daerah_dalam_kerangka_nkri

12629167.ppt
12629167.ppt12629167.ppt
12629167.pptAsuKina
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASanawiyah29
 
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahOperator Warnet Vast Raha
 
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahOperator Warnet Vast Raha
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasimaneicon22
 
14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx
14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx
14-KWN OTONOMI DAERAH.pptxEkiDarmawan4
 
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahMateri 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahfirdaanggraeni2
 
Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaSistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaMukhrizal Effendi
 
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatpresentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatapotek agam farma
 
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat  Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat apotek agam farma
 

Similar to Kebijakan otonomi daerah_dalam_kerangka_nkri (20)

12629167.ppt
12629167.ppt12629167.ppt
12629167.ppt
 
12629167.ppt
12629167.ppt12629167.ppt
12629167.ppt
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 
PPKN KEL 2.pptx
PPKN KEL 2.pptxPPKN KEL 2.pptx
PPKN KEL 2.pptx
 
Otonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docxOtonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docx
 
Otonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdfOtonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdf
 
Presentasi pkn
Presentasi pknPresentasi pkn
Presentasi pkn
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
 
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasi
 
14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx
14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx
14-KWN OTONOMI DAERAH.pptx
 
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahMateri 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaSistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatpresentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
 
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat  Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 

Recently uploaded

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Kebijakan otonomi daerah_dalam_kerangka_nkri

  • 1. MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Dosen : Novella Parchiano, M.Hum KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI KELOMPOK 5 1. Nurul Hidayati (126900) 2. Dwi Mutmainah (12690017) 3. Nurvita Eka A. (12690019) 4. Winda Rizki H. (12690022) 5. Wigati Wido Wati (12690023) PRODI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Pujisyukurkitapanjatkankehadirat Allah SWT yang manaberkattaufiqdan hidayah- Nya,makalah yang berjudulKebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRIsebagaitugasmatakuliahPendidikan Kewarganegaraandapatterselesaikandenganlancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah membimbing umat melalui dakwah dan pendidikan sehingga dapat melaksanakan pengabdian kepada Allah SWT. Bersamaini kami jugamenyampaikanterimakasihkepadasemuapihak yang telahmembantuhinggaterselesaikannyamakalahini, terutamakepadatemansatukelompok yang telahbekerjakerasdalampembuatanmakalahini.Semogamakalahinibergunabagiparapembaca. Isi makalahinitentujauhdarikesempurnaan, olehkarenaitusegalakritikdan saran sangat kami harapkan demiperbaikandanpenyempurnaantugasmakalah selanjutnyadanuntukpelajaranbagi kamidalampembuatantugas-tugas yang lain di masamendatang. Semogadenganadanyatugasini kamidapatbelajar bersama demi kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi Wassalamu’alaikum wr.wb Yogyakarta, Mei 2013 Penyusun
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan 1. Mengetahui pembagian urusan pemerintah.. 2. Mengetahui otonomi daerah dan demokratisasi. 3. Menentuka implementasi kebijakan daerah.
  • 4. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI Otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan di daerahnya. Indonesia membutuhkan otonomi daerah karena kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di ibukota negara sehingga mengakibatkan ketidakmerataan di berbagai bidang yang berdampak pada kurangnya kesejahteraan masyarakat di daerah yang jauh dari pusat. Dengan otonomi daerah, diharapkan daerah mampu mengembangkan seluruh potensi daerahnya sehingga akan terjadi keseimbangan kesejahteraan masyarakat di seluruh lapisan. A. Pembagian Urusan Pemerintahan Dengan adanya otonomi daerah akan terjadi pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam menangani urusannya. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan dapat dibagi ke dalam urusan pemerintahan pusat, pemerintahan daerah tingkat I, dan pemerintahan daerah tingkat II. Pembagian tersebut meliputi; 1. Urusan pemerintahan pusat a. Politik luar negeri b. Pertahanan c. Keamanan d. Yustisi e. Moneter dan fiskal nasional f. Agama 2. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan b. Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum e. Penanganan bidang kesehatan f. Penyelenggaraaan pendidikan dan alokasi SDM potensial g. Penanggualangan masalah sosial lintas kabupaten atau kota h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, termasuk lintas kabupaten/kota j. Pengendalian lingkungan hidup
  • 5. k. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan n. Pelayanan administrasi peneneman modal termasuk lintas kabupaten/kota o. Penyelenggraaan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. 3. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota. a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan b. Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum e. Penanganan bidang pendidikan f. Penanggulangan masalsah sosial g. Pelayanan bidang ketenagakerjaan h. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah i. Pengendalian lingkungan hidup j. Pelayanan pertahanan k. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil l. Pelayanan administrasi umum pemerintahan m. Pelayanan administrasi penanaman modal n. Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya o. Urusan wajib lainnya yang diamnatkan oleh peraturan perundang-undangan. B. Otonomi Daerah dan Demokratisasi Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi. Otonomi daerah berintikan kebebasan suatu daerah untuk mengelola daerahnya sendiri, dengan kata lain otonomi daerah bukan merupakan suatu tujuan akhir, melainkan sebagai mekanisme dalam menciptakan demokratisasi penyelenggaraan pemerintah. Tujuan utama adanya kebijakan ini adalah sebagai upaya mewujudkan; 1. Kesetaraan politik (political equality), yaitu hak warga negara untuk mendapatkan kesetaraan/kesamaan politik. 2. Tanggung jawab daerah (local accountability), yaitu masyarakat daerah dapat secara langsung ikut bertanggung jawab dalam membangun dan mengembangkan segala
  • 6. potensi SDA, SDM, SDB yang ada pada daerah bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan daerahnya. 3. Kesadaran daerah (local reponsiveness), yaitu kesadaran daerah untuk menumbuhkembangkan segenap potensi yang dimilikinya bagi masyarakat maupun negara. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari kebijakan otonomi daerah diatas yaitu; a. Memiliki teritorial kebijakan yang jelas (legal territorial of power), yaitu kebijakan dan keputusan yang dibuat serta dilakukan pemerintahan dan rakyat daerah adalah hanya meliputi batas wilayah daerah kekuasaan daerah tersebut. b. Memiliki pendapatan daerah sendiri (local own income), yaitu agar daerah memiliki pendapatan (income) sendiri yang dihasilkan dari potensi SDA daerah, dan diperoleh dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang berasal dari APBN. c. Memiliki badan perwakilan (local representative body), yaitu dapat memiliki badan legislatif dan eksekutif yang dibentuk menurut kebutuhan daerah oleh anggota legislatif hasil pemilihan secara langsung dan kepala pemerintahan daerah. d. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui pemilu (local leader executive by election), yaitu dapat memiliki kepala daerah (gubernur, bupati/walikota) yang merupakan hasil pemilu langsung kepala daerah (PILKADA) oleh rakyat daerah provinsi atau kabupaten/kota. Keterkaitan otonomi daerah dengan demokratisasi pernah diungkapkan oleh Mohammad Hatta, Proklamator RI, yang menyatakan “memberikan otonomi daerah tidak saja berarti melaksanakan demokrasi, tetapi mendorong berkembangnya auto-activiteit. Auto-ativiteit artinya bertindak sendiri, melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya auto-activiteit, tercapailah apa yang dimaksud dengan demokrasi, yaitu pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat untuk rakyat. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan juga memperbaiki nasibnya sendiri.” Konsekuensi logis dari otonomi daerah dengan demokratisasi antara lain; 1. Otonomi daerah harus dipandang sebagai instrumen desentralisasi dalam rangka mempertahankan keutuhan serta keberagaman bangsa
  • 7. 2. Otonomi daerah harus didefinsikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah, bukan otonomi pemerintahan daerah, juga bukan otonomi dari daerah. C. Implementasi Otonomi Daerah Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat I dan II , seiring dengan pelimpahan wewenang pemeintah pusat dapat dekelompokkan dalam lima bidang yaitu : 1. Implementasi Dalam Pembinaan Wilayah. a. Pelaksanaan otonomi daerah tidak menghilangkan tugas, peran dan tanggungjawab pemerintah pusat. Otonomi tidak dirancang agar suatu daerah tidak memiliki sifat-sfat seperti negara . Pemerintah pusat dalam rangka otonomi masih melakukan pembinaan wilayah dengan mengelola dan mengerahkan segala potensi wilayah suatu daerah untuk didayagunakan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. b. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan tugas-tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pada prinsipnya , pembinaan wilayah diserahkan kepada daerah untuk mengelola sumber daya yang potensial untuk kesejahteraan daerah dan dalam Negara kesatuan , tugas pemerintah pusat adalah melakukan pengawasan . c. Tugas dan fungsi pembinaan wilayah meliputi prinsip pemerintahan umum yaitu penyelenggaraan pemerintah pusat ke daerah , memfasilitasi dan mengakomodasi kebijakan daerah , menjaga keselarasan pusat dan daerah , menciptakan ketentraman dan ketertiban umum , menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan kepastian batas wilayah, menyelenggarakan kewenangan daerah dan menjalankan kewenangan lain. d. Pejabat Pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah yang menjalankan dua macam urusan pemerintahan yaitu urusan daerah dan urusan pemerintahan umum. 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia. a. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan sumber daya manusia kepada daerah . b. Dalam era otonomi , daerah harus mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas. c. Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerjasama antar daerah dan pusat, pemerintah pusat membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan mengembangakan jaringan dan kerjasama tim serta mempunyai etos kualitas kerja yang tinggi . d. Untuk pembinaan sumer daya manusia , pemerintah daerah diharapkan :  Membuat struktur organisasi yang terbuka  Menyediakan media untuk pns berkreatif dan membuat terobosan baru.  Mendorong PNS berani mengembil resiko.
  • 8.  Memberikan penghargaan bagi yang berhasil.  Mengembangan pola komunikasi yang efektif antar PNS.  Membangun suasna kerja yang inovatif.  Mengurangi hambatan birokrasi.  Mencegah tindakan intervensi ang menggangu proses kerja konvensional  Mendelegasikan tanggung jawab dengan baik. e. Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan , membuat perncanaan , melaksanakan kerja dengan pengawasn kerja yang memadai , menentukan prioritas , memecahkan maslah , melakukan komunikasi , melakukan hubungan antar pribadi dan memperhatikan waktu kehadiran . f. Mengurangi penyimpangan birokrasi dengan menegakkan disiplin pegawai . membangun pelayanan yang berorientasi pelanggan , menetapkan tanggung jawab , mengembangkan budaya demokrasi yang bersih, memberikan pelayanan yang tepat dengan biaya murah. 3. Penanggulangan Dan Percepatan Penurunan Kemiskinan. a. Masalah kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah daerah. Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola sumber daya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan penduduk di wilayahnya . b. Pengentasan kemiskinan menjadi masalah penting dari UU no 25 tahun 1999 dimana pemerintah daerah mempunyai wewenang luas dan didukung dari dana APBD . pengentasan kemiskinan menggunakan prinsip :  Memberdayakan peranan wanita  Mempermudah akses keluarga miskin untuk berusaha dengan mendekatkan kepada modal dan pemasaran produknya  Menanggulangi bencana .  Membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat miskin. c. Program penanggulangan kemiskinan dilakukan berdasar karakter penduduk dan wilayah. d. Penangggulangan kemiskinan harus mengedepankan peran masyarakatdan swasta dengan melakukan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja bagi penduduk miskin e. Membangun paradigma baru tentang peranan pemerintah daerah yaitu dari pelaksana menjadi fasilitator, memberikan intruksi menjadi melayani, mengatur menjadi memberdayakan masyarakat, bekerja memenuhi aturan menjadi bekerja untuk mencapai misi pembangunan. f. Peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat adalah memberikan legitimasi kepada LSM dan masyarakat penerima bantuan, menjadi penengah, mendorong peningkatan kemampuan keluarga miskin, turut mengendalikan pembanguna fisik dan memberikan sosialisasi gerakan terpadu pengentasan kemiskinan.
  • 9. g. Pemerintah daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan dapat mengambil kebijakan keluarga yaitu mendata dengan benar karakter keluarga miskin, mengidentifikasi tipe dan pola keluarga miskin, melakukan intervensi kebijakan. 4. Penataan hubungan fungsional antara DPRD dan pemerintahan daerah ( Hubungan Fungsional Eksekutif dan Legislatif ) a. Hubungan eksekutif ( pemerintah daerah ) dan legislatif ( DPRD ) dalam era otonomi mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan antara pemerintah daerah dan DPRD . ketidakharmonisan dipicu oleh interpretasi dari UU no.22 tahun 1999 yang menyatakan bahwa peran legislatif lebih dominan dibandingkan peran pemerintah daerah, hal ini bertentangan dengan kondisi sebelumnya dimana pemerintah daerah lebih dominan daripada DPRD. b. Ketidakharmonisan harus di pecahkan dengan sangat otonomi, yaitu pemberian wewenang kepada daerah untuk mengatur daerahnya yang meliputi administrasi pemeritahan, pembangunan, dan pelayanan publik. c. Asas dalam otonomi menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 adalah: (1) penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, kecuali dalam bidang hankam, luar negeri, peradilan, agama, moneter, dan fiskal, (2) pelimpahan wewenang pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, dan (3) pembantuan yaitu penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia, dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat. d. Kepada daerah mempunyai wewewang: memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD, bertanggungjawab kepada DPRD, dan menyampaikan laporan atas penyelenggaraan pemerintah daerah kepada presiden. e. DPRD dalam era otonomi mempunyai wewenang dan tugas: memilih gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, atau walikota/wakil walikota, membentuk peraturan daerah, menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan, serta menampung dan menikdaklanjuti aspirasi masyarakat. f. Kepala daerah dan DPRD dalam melakukan tugasnya dapat melakukan komunikasi yang intensif, baik untuk tukar menukar informasi, dan pengembangan regulasi maupun klarifikasi suatu masalah. g. Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dan kepala daerah adalah proses membuatan kebijakan, pelaksanaan kerja berdasar susduk, yang mencakup kebijakan, prosedur, dan tata kerja, menjalankan prinsip kompromi dan menjujung tinggi etika
  • 10. 5. Peningkatan Koordinasi Tim. a. Koordinasi merupakan masalah yang serius dalam pemerintah daerah, sering bongkar pasang sarana prasarana seperti PAM, PLN, dan Telkom menunjukkan lemahnya koordinasi selama ini dan telah menimbulkan dampak negatif seperti inefisiensi organisasi dan pemborosan uang, tenaga dan alat, keputusan banyak yang tertunda, tidak tepat dan terjadi kesalahan, searta tidak terjadi integrasi dan sinkronisasi pembangunan. b. Pemerintah daerah dapat mengatur sektor riil seperti transportasi, sarana prasarana, pertanian dan usaha kecil, serta wewenang lain yang ditentukan UU. c. Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah ntara lain karena sesama instansi belum memonyai visi yang sama, tidak adanya rencana pembangunan jangka panjang, rendahnya kemauan bekerja sama, gaya kepemimpinan yang masih komando, rendahnya ketrampilan, integritas, dan kepercayaan diri. d. Pemerintah daerah harus menciptakan kerjasama tim dengan cara (1) pelatihan kepada PNS pemda untuk menumbuhkan komitmen, tanggungjawab, peduliterhadap pemerintah daerah, dan mempunyai kompetensi, (2) mengembangkan visi dan misi pemerintahan daerah, (3) membuat sistem kerja yang baik yaitu adanya kejelasan tugas pokok, fungsi dan akuntabilitas pekerjaan, dan (4) membangun suasana dialogis antar pimpinan dan staf pemda.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Rosyada, Dede, dkk. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE. Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba Empat. Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.