Dokumen tersebut membahas tentang kelalaian dalam praktik keperawatan di rumah sakit. Kelalaian perawat dapat berupa kesalahan pemberian obat, mengabaikan keluhan pasien, atau salah mengidentifikasi pasien seperti yang terjadi pada kasus perawat yang salah menyuntik pasien. Kelalaian perlu diselesaikan sesuai undang-undang dan kode etik keperawatan untuk mencegah terjadinya kerugian bagi pasien.
1. KELOMPOK 1 :
Kelalaian dalam praktik
keperawatan
Disusun oleh
Aji apip 1113023
Azhar mutaz 1112047
Desi nuraeni 1113051
Mila maelani 1113063
Monica rizki okta f 1113058
Nuraeni 1113014
Rissa Rissandi s 1113027
Selly amelia 1113008
Tuti rosidah 1113015
Yulia mar atuzzakiyah 1113044
2. Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan
menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan
teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of
knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya
dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
PENDAHULUAN
3. Sub menu
Definisi kelalain dan malpraktik
Hukum perundang-undangan
praktek keperawatan
Bentuk kelalaian
contoh kasus tentang kelalaian
penyelesaian kasus menurut undang-
undang dan kode etik
Jenis-jenis kelalaian
Batasan masalah
Manfaat dan Saran
4. Dalam makalah ini masalah di fokuskan pada
kelalaian perawat dalam pelayanan kesehatan di Rumah
sakit.
Batasan Masalah
5. Definisi Kelalaian
Kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang
hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan
orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya.
Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam merawat klien atau orang yang terluka menurut
ukuran di lingkungan yang sama (Hanafiah dan Amir 1999).
6. Jenis-jenis kelalaian
1. Malfeasance: Melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau
tidak tepat/layak
2. Misfeasance: Melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat
tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
3. Nonfeasance: Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan
yang merupakan kewajibannya
7. Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap
tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi 4 unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan
atau untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien
tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh
pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan
oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata,
dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya
menurunkan “Proximate cause”.
8. Dasar hukum perundang-undangan
praktek keperawatan.
Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian
kesembilan pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan).
Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi
surat ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard
praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
9. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang
Rumah Sakit
Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik
perawat dan direvisi dengan SK Kepmenkes
No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik
perawat.
10. Bentuk-bentuk kelalaian
Kesalahan pemberian obat;
Mengabaikan keluhan pasien;
Kesalahan mengidentifikasi masalah klien;
Kelalaian di ruang operasi;
Timbulnya kasus decubitus selama dalam perawatan;
Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan pasien.
11. Kasus kelalaian
Perawat Ana lulusan DIII keperawatan saat ini sedang
melanjutkan pendidikan S.1 saat bertugas di IGD RSR diminta memberi
suntikan mauntoux tes kepada Tn.Ashari tetapi perawat Ana salah
menyuntik orang.pasien yang disuntik bukannya Tn Ashari tetapi Ny.Siti.
kejadian ini disadari oleh temannya yaitu perawat Juli sekaligus sebagai
kepala ruangan dan dokter jaga di IGD. Perawat Ana mengaku bersalah
dan meminta maaf. Kejadian tersebut tidak dilaporkan ke kepala bidang
keperawatan.
12. Sebulan kemudian keluarga Tn.Ashari yaitu Ny Wini
menceritakan kepada perawat kiki bahwa keponakannya yaitu Ny.Siti
mengalami salah suntik di IGD RSR. Perawat kiki melaporkan
pengaduan Ny.Wini kepada kepala bidang keperawatan.
Kepala bidang keperawatan memanggil perawat juli dan perawat
Ana untuk mengklarifikasi kejadian salah suntik orang tersebut.
Kemudian perawat Ana diminta membuat kronologis kejadian dan
masalahnya diserahkan kepada komite etik.
13. o Perawat Ana (tersangka/perawat)
o Tn Ashari (pasien)
o Ny Siti (korban)
o Perawat Juli (saksi)
o Ny Wini (keluarga korban)
o Perawat Kiki (perawat)
Pihak yang Terkait
14. Perawat Ana melakukan kelalaian dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Dimana beliau
salah dalam pemberian suntikan yang seharusnya di
tujukan kepada Tn. Ashari tetapi perawat Ana
menyuntikannya kepada Ny. Siti. Sehingga perawat
Ana ini melanggar Kode etik keperawatan.
Identifikasi Masalah
15. Penyelesaian Masalah
Dalam kasus tersebut hal dilakukan oleh perawat Ana dalam
memberikan suntikan Mantoux tes kepada Ny siti yang seharusnya
diberikan kepada Tn. Ashari termasuk suatu kelalain.kelalaian yang
dilakukan oleh perawat Ana termasuk melanggar kode etik yaitu tidak
merugikan pasien. tidak merugikan pasien dalam arti tidak memberi
dampak negatif kepada pasien dan tidak melanggar hukum perundang-
undangan kesehatan.
16. Oleh karena itu perawat Ana tidak dikenai sanksi mengganti rugi.
Menurut undang-undang kesehatan pasal 58 UU no 36/2009
GANTI RUGI AKIBAT KESALAHAN.
1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan yang diterimanya.
2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
17. Dalam kasus tersebut perawat Ana tidak melakukan
malpraktik karena menurut teori yang dapat dijadikan
pegangan dalam pembelaan apabila menghadapi tuntutan
malpraktik dalam melakukan suatu kelalaian yaitu :
Teori Kesediaan Untuk Menerima Resiko (Assumption
Of Risk)
Teori ini mengatakan bahwa seorang tenaga kesehatan
akan terlindung dari tuntutan malpraktek, bila pasien
memberikan izin atau persetujuan untuk melakukan suatu
tindakan medik dan menyatakan bersedia memikul segala
resiko dan bahaya yang mungkin timbul akibat tindakan
medik tersebut.
18. Teori Pasien Ikut Berperan Dalam Kelalaian
(Contributory Negligence) Adalah kasus dimana tenaga
kesehatan dan pasien dinyatakan oleh pengadilan sama-sama
melakukan kelalaian.
Perjanjian Membebaskan Dari Kesalahan (Exculpatory
Contract) Cara lain bagi tenaga kesehatan untuk melindungi diri
dari tuntutan malpraktek adalah dengan mengadakan suatu
perjanjian atau kontrak khusus dengan penderita, yang berjanji
tidak akan menuntut tenaga kesehatan atau rumah sakit bila
terjadi misalnya kelalaian malpraktek.
19. Manfaat penulisan
mampu memahami dan mendeskripsikan tentang
kelalaian dan malpraktik.
mampu menambah wawasan mengenai kelalaian dan
malpraktik.
mampu melakukan tindakan dengan sebaik-baiknya
dengan tidak ada suatu kelalaian.
20. Saran
Saran untuk setiap perawat agar dalam melakukan
praktik tidak melakukan kelalaian karena didalam undang-
undang setiap pasien atau konsumen memiliki hak untuk
dijaga keamaannya. Dan seharusnya lebih memperhatikan
SOP,kode etik dalam melakukan pelayanan kesehatan
,sehingga tidak merugikan klien atau pasien dan juga diri
sendiri.