Makalah ini membahas peran dan kontribusi masyarakat pesantren dalam berbangsa dan bernegara. Pesantren berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan mengumandangkan resolusi jihad melawan penjajah. Kontribusi masyarakat pesantren meliputi membentuk pandangan hidup bangsa, menyebarkan agama Islam, pendidikan, dan perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdf
1. MAKALAH
FILSAFAT PESANTREN
PERAN DAN KONTRIBUSI MASYARAKAT PESANTREN
DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA
Dosen Pengampu:
Salamah Eka Susanti, M.Si.
Disusun Oleh:
M. Yahya Azzahid
Siti Nur Holisa
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa
kebenaran bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yakni ibu Salamah Eka Susanti, M.Si. yang telah membimbing serta
mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang
berjudul “Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren
dalam Berbangsa dan Bernegara” dan juga terima kasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-
teman sekalian.
Kraksaan, 08 Mei 2023
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Peran Masyarakat Pesantren Dalam Berbangsa Dan Bernegara..............3
B. Kotribusi Masyarakat Pesantren Dalam Berbangsa Dan Bernegara........4
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan Dan Saran...........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren yaitu suatu Lembaga Pendidikan agama islam yang
tumbuh serta di akui masyarakat sekitar, dengan system asrama dimana santri-
santri menerima pendidikan agama melalui system pengajian atau madrasah
yang sepenuhnya berada di bawah daulatan dari leadership seorang atau
beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta
independent dalam segala hal (Arifin, 1991: 240)salah satu institusi islam yang
lekat dengan kepemimpinan adalah pondok pesantren. Pesantren merupakan
lembaga Pendidikan tertua saat ini dan di anggap sebagai produk budaya
indonesiayang asli atau khas yang tidak di temui di negara lain. Sebuah lembaga
dapat di sebut sebagai pondok pesantren jika memuat lima indicator yang
terkumpul dalam sebuah kompleks, yang di sebut komplek pesantren, indicator
tersebut yaitu: (1) kyai (2) santri (3) asrama (4) masjid (5) pengajaran ilu-ilmu
yang berisi ajaran-ajaran islam,(Dhofier, 1982:44)
Selain pengkaji ilmu-ilmu agama, peran penting pesantren adalah
fungsinya yang sangat intensif dalam membentuk akhlak yang mulia. (Dradjad,
1982: 59). Akhlak bermakna berbudi pekerti, perangai dan tingkah laku atau
tabiat. Akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperature batin
yang mempengaruhi perilaku manusi. Setelah akhlak terbina dengan baik, maka
seseorang akan menjadikan agama sebagai pedoman tingkah laku dan gerak-
geriknya dalam menjalani kehidupan. Akhlak yang baik akan membahagiakan
bagi pelakuny. Kebahagiaan dalam melakukan akhlak yang baik dapat di capai
melalui upaya terus-menerus dalam mengamalkan perbuatan terpuji
berdasarkan kesadaran dan kemauan (Munir dan Wahyu, 2006 :29)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran masyarakat pesantren dalam berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana kontribusi masyarakat pesantren dakam berbangsa dan
bernegara ?
5. 2
C. Tujuan
1. Mengetahui peran masyarakat pesantren dalam berbangsa dan bernegara
2. Mengetahui kontribusi masyarakat pesantren dalam berbangsa bernegara
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Masyarakat Pesantren Dalam Berbangsa Dan Bernegara1
Secara umum santri adalah seorang murid yang mengikuti pendidikan
agama islam disebuah pondok pesantren, dalam istilah lain yaitu bahasa
sanskerta shastri yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang
berarti kitab suci, agama, dan pengetahuan.
Para santri tidak hanya berjuang dijalan islam akan tetapi para santri ini
juga pernah berperan dalam memperjuangkan negara ini saat dalam masa
penjajahan dulu hingga pada tanggal 22 oktober 2015 pada keputusan presiden
nomor 22 tahun 2015 yang ditandatangani oleh presiden Joko Widodo di masjid
istiqlal, Jakarta.
Pada saat itu setelah jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15
agustus 1945 disini sekutu tersebut ialah amerika yang telah mem bom atom 2
kota besar di negara jepang yaitu kota Hiroshima dan kota Nagasaki yang
menyebabkan jatuh banyak korban hingga 200.000 jiwa dikota Nagasaki dan
kota Hiroshima dan juga banyak sekali radiasi akibat bom atom yang dijuluki “
little boy “ hingga menyebabkan jepang menyerah kepada sekutu dan disitulah
kesempatan bangsa Indonesia untuk mengumumkan kemerdekaannya pada
tangggal 17 agustus 1945. Dan setelah jepang menyerah pada sekutu dan juga
setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya pemenang perang dunia ke
II yaitu inggris ingin mengambil alih tanah jajahan jepang yang berarti mereka
negara inggris ingin menyentuh negara indonesia namun usaha itu juga di
dengar oleh KH Hasyim Asy Ari yang bertindak sebagai Rais Akbar pengurus
besar Nadhlatul Ulama ( PBNU) Beliau KH Hasyim Asy Ari langusng
mengumandangkan resolusi jihad untuk melawan tentara sekutu yaitu inggris
pada tanggal 22 oktober 1945.2
1
https://www.kompasiana.com/amp/akbarinob123/616f6af006310e6dbe7dd7f2/peran-
santri-dalam-memperjuangkan-bangsa-dan-negara/tanggal 20 Desember 2022 pukul 11:40WIB.
7. 4
Sebelum itu untungnya pada saat itu Nadhlatul Ulama (NU) sudah
memiliki milisi atau pasukan yang sudah di latih secara militer oleh tentara
jepang berkat siasat KH Hasyim Asy Ari nama organiasasi tersebut adalah
Lazkar Hizbullah, Lazkar Hizbullah ini juga di kobarkan semangatnya oleh KH
Hasyim Asy Ari dalam resolusi jihad.
Pada tanggal 21 oktober hingga 22 oktober KH Hasyim Asy Ari
mengumpulkan beberapa pentolan-pentolan yaitu Kyai Wahab Hasbullah, Kyai
Bisri Syamsuri dan para kyai lainnya, pada saat itu KH Hasyim juga
mengumandangkan resolusi jihad yang di lihat langsung oleh panglima
Hizbullah, panglima Zainul Arifin, dan forum pun menyetujui atau menyepakati
resolusi jihad tersebut yang berbunyi “ berperang menolak dan melawan
penjajah itu fardhu ain “(orang islam laki-laki maupun perempuan anak-anak
bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat
masuk musuh dan kedudukan musuh. Bagi yang berada diluar jarak lingkaran
tadi, kewajiban iyu fardhu kifayah ( yang cukup di kerjakan sebagaian orang
islam saja ).
Intinya pada resolusi jihad itu menjelaskan bahwa kita sebagai
masyarakat Indonesia sekaligus santri wajib bagi kita berjihad mempertahankan
kemerdekaan negara Indonesia. Lewat resolusi jihad tersebut kaum santri
memohon kepada pemerintah republik Indonesia agar menentukan sikap dan
tindakan yang nyata terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan
kemerdekaan, agama, dan Indonesia.
B. Kotribusi Masyarakat Pesantren Dalam Berbangsa Dan Bernegara3
Kontribusi masyarakat pesantren dalam berbangsa dan bernegara ada 5
1. Kontribusi pondok pesantren pada masa awal kedatangan islam di Indonesia
Wujud pondok pesantren di nusantara hampir bersamaan dengan
datangnya ummat islam di negri ini. Dengan demikian, kontribusi pondok
pesantren dalam membangun negri ini sebenarnya sama dengan kontribusi
islam itu sendiri. Kontribusi islam dalam membangun dunia melayu sudah
terbukti secara historis. Dalam teori Prof. Naquib al-Attas tentang
3
Wiyonggo Seto. “Peran Pesantren dalam Sejarah Bangsa Indonesia.”
8. 5
islamisasi masyarakat melayu, islam datang dengan membawa pandangan
hidup baru yang di tandai oleh munculnya semangat resionalisme. Pandanga
hidup baru ini kemudian mengubah pandangan hidup bangsa melayu-
indonesia yang sebelumnya di kuasai oleh dunia metologi.
Islam mampu menjadi pandangan hidup bagi sebagian besar bangsa
Indonesia setelah melalui proses transformasi konsep-konsep kedalam
pikiran masyarakat, dan pemahaman suatu konsep hanya efektif di lakukan
melalui proses belajar mengajar. Dalam hal ini pondok pesantren telah
sukses berperan dalam transformasi konsep-konsep penting dalam islam ke
tengan-tengah masyarakat pada waktu itu. Hal ini berbeda dengan agama
hindu yang tidak mempunyai peran dalam pembinaan spiritual masyarkat
awam yang kebanyakan dari kasta rendah. Sebagai contoh di suamatera,
yang pernah di kenal sebagai pusat berkumpulnya para pemikir hindu,
misalnya pandangan hidup hindu hampir tidak tersentuh oleh kasta sudra
yang merupakan masyarkat awam. Oleh karena itu, pada masa kekuasaan
kerajaan hindu banyak anggota masyarakat kelas awam yang tertarik pada
pandangan hidup islam yang lebih egaliter.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di Tarik kesimpulan bahwa salah
satu kontribusi pondok pesantren pada masa awal kedatangan islam di
Indonesia adalah sebagai agen perubahan sosial yang mampu mengubah
pandangan hidup bangsa Indonesia, khususnya dari hal yang statis dan
mistis menuju pola pandangan hidup yang dinamis, rasional, dan progesif
yang di sebut dengan proses islamisasi. Pandangan rasional dan dinamis
inilah yang kemudian memicu bangsa Indonesia untuk bergerak menentang
segala bentuk kolonalisme di buni nusantara.
Selain itu, kontribusi pondok pesantren yang menonjol bagi
perjalanan bangsa Indonesia pada periode ini adalah fungsinya sebagai
Lembaga dakwah (syair agama) islam. Tebukti dalam sejarah bahwa
pondok pesantren telah menjadi ujung tombak dalam mengenalkan islam
kepada bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dari fakta bahwa islam sebagai
sebuah agama telah menjadi unsur perekat bangsa Indonesia sekaligus
9. 6
sebagai unsur terpenting dari munculnya negara kesatuan republic
Indonesia (NKRI).
Selanjutnya, kontribusi pondok pesantren yang lain pada periode ini
adalah sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membebaskan
manusia dari keterbelakangan dan berupaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kemunculan pondok pesantren sungguh telah menjadi awal
munculnya pencerahan bangsa Indonesia, sebab melalui pondok pesantren
inilah bangsa Indonesia mulai mengenyam pendidikan, baik pendidikan
keagamaan maupun pendidikan kemasyarakatan dan kewarganegaraan.
2. Kontribusi pondok pesantren pada masa penjajahan belanda dan jepang
Sejak awal kedatangan islam di Indonesia, penyebaran ajaran islam
merupakan misi penting bagi kaum muslimin. Begitu pula yang terjadi
ketika penjajahan belanda mulai bercocok di bumi nusantara, penyebaran
islam dan pendidikan islam masih menjadi salah satu peran pokok pondok
pesantren. Di samping itu, pada masa awal penjajahan belanda banyak
tokoh-tokoh pondok pesantren yang terpanggil menjadi tokoh-tokoh
perjuangan bangsa Indonesia dan gigih terlibat dalam berbagai perlawanan
menentang penjajah belanda. Sebagai contoh misalnya dalam perang
diponegoro di jawa, perjuangan Pangeran Diponegoro di bantu oleh Kyai
Mojo (guru beliau) dan Sentot Prawiradirjo (elit pondok pesantren).
Mereka bahu membahu menentang penjajah belanda sebagai kaum kafir
yang menduduki tanah air mereka.
Kasus yang hampir sama terjadi pula pada perang paderi dengan
tokoh sentralnya Imam Bonjol yang juga tergolong kaum santri. Perang
aceh mengenalkan kita pada Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Nyak
Muthia, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, dan kawan-kawan yang
kesemuanya merupakan didikan dayah (pondok pesantren)di aceh. Bahkan
yang paling akhir kita mengenal KH. Zenal Mustofa dari tasikmalaya
dengang santrinya memberontak terhadap penjajah jepang, sehingga banyak
di antara mereka yang gugur di meda perang menjadi syuhada. Kemudian,
Ketika jepang memobilisasi tentara PETA (pembela tanah air) guna
melawan belanda, para kyai dan santri mendirikan tentara Hizbullah dan
10. 7
Sabilillah sebagai bentuk menifestasi jihad melawan kefakiran. Laskar
Hizbullah dan Sabulillah kemudian berkontribusi pada terbentuknya BKR
dan TKR yang merupakan cikal bakal TNI.
Pondok pesantren yang tersebar di pelosok-pelosok pedesaan
mampu mampu mengembangkan masyarakat muslim yang solid, yang
berperan sebagai kubu pertahanan rakyat dalam melawan penjajah.
Masyarakat muslim yang solid ini kelak menjadi modal yang kuat bagi
persatuan bangsa Indonesia sehingga bangsa ini bisa berdiri sebagai bangsa
yang merdeka.
Pengaruh kyai pondok pesantren ternyata tidak hanya terbatas pada
masyarakat awam, tetapi juga menjangkau istana-istana. Kyai Hasan
Besari dari pondok pesantren tegal sari ponorogo, misalnya berperan besar
dalam meleraikan pemberontakan di keraton kartasur. Bukan hanya itu,
pondok pesantren juga mampu melahirkan pujangga. Raden Ngabehi
Ronggowarsito adalah santri Kyai Hasan Besari tegalsari yang berhasil
menjadi pujangga jawa terkenal.
Pondok pesantren juga sukses dalam memberantas buta huruf pada
masyarakat akar rumput pada masa penjajahan dengan mengenalkan system
bahasa Arab-melayu. Di lain hal, pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang berbasis masyarkat muslim Indonesia yang pertama membuka isolasi
kaltular dengan dunia luar. Hal ini adalah bentuk kemampuan pesantren
dalam mengaktualisasikan bahasa arab. Turunannya adalah membuka
wacana bangsa hingga dapat berinteraksi dengan dunia dan keilmuan yang
lebih luas. Dengan demikian, system pendidikan pesantren berhasil
melahirkan tokoh-tokoh ulama, zuama, bahkan politikus kaliber
internasional.
3. Kontribusi pondok pesantren pada masa orde lama
Pada masa orde lama ketika Soekarno semakin menampakkan
dirinya sebagai seorang dictator sejak ia di angkat menjadi “presiden
seumur hidup”(penguasa mutlak di Indonesia) sedikit banyak ada juga peran
pondok pesantren dalam proses pencitraan Soekarno tersebut. Bahkan, elit
pondok pesantren NU pada tahun 1954 malah menyematkan gelar waliyul
11. 8
amri adh-dhorury bi asy-syaukah bagi Soekarno yang berarti menambah
legitimasi kekuatanya. Keputusan ini sangat di tentang oleh masyumi dan
pondok-pondok pesantren yang menyokongnya sebab bisa menghalangi
perjuangan umat islam untuk menjadikan islam sebagai dasar negara yang
akan di perjuangkan dalam sidang konstituante.
Pada masa soekarno menggalakkan ideologi yang saling
bertentangan, yaitu islamisme, nasionalisme, dan komunisme ( nasakom),
maka kyai-kyai NU kemudian mengambil jalan tengah mendukung konsep
nasakom yang digagas oleh soekarno yang saat itu benar-benar sebagai
penguasa mutlak. Kyai-kyai UN juga mendukung terhadap keputusan
presiden soekarno untuk melakukan dekrit presiden 5 juli 1959 sebagai
cara untuk mengakhiri perdebatan didalam sidang konstituante yang
berlarut-larut selama 3,5 tahun. Perdebatan di dewan konstituante memang
sangat meruncing dan cukup mengkhawatirkan bagi persatuan dan kesatuan
bangsa. Perdebatan ini akhirnya tidak menghasilkan keputusan tentang
dasar negara apakah islam, komunisme, atau Pancasila. Menurut soekarno,
dekrit presiden untuk kembali ke Pancasila, UUD 1945, dan NKRI
merupakan keputusan yang harus di ambil untuk menghindarkan
perpecahan bangsa Indonesia.
Adapun pondok-pondok pesantren lainya yang tidak berifiliasi ke
NU justru kebanyakan berada di luar lingkaran pemerintahan dan tidak mau
berkompromi dengan keberadaan PKI di bumi Indonesia yang
berketuhanan. PKI dalam mainstream mereka adalah kumpulan orang-
orang kafir yang menghinakan agama. Pondok-pondok pesantren yang
semacam inilah yang kemudian menjadi korban dan target sasaran PKI
dalam menjalankan agenda-agenda politiknya. Banyak tokoh ulama yang
kritis terhadap nasakom dan para kyai langgar yang menjadi koraban
pembantaian PKI. Kekuatan pondok pesantren posisi inilah yang kemudian
merapat mendekati Angkatan darat karena mempunyai misi yang hampir
sama.
Dalam perkembangannya, ternyata PKI sebagai salah satu kekuatan
nasakom melakukan kudeta berdarah dengan melakukan penculikan dan
12. 9
pembunuhan terhadap para jenderal Angkatan darat yang mereka sebut
sebagai anggota dewan jenderal. Tindakan ini sebenarnya blunder besar
bagi perjalanan PKI di Indonesia. Karena blunder tersebut, pencitraan PKI
di masyarakat memburuk dan oleh Angkatan darat bersama dengan
dukungan dari pondok pesantren berhasil menumpas PKI dan antek-
anteknya di bumi pertiwi. Pada sekitar tahun 1965 sampai 1967 ketika
mahasiswa melalui KAMI, HMI, PII, dan lainnya bergerak melalui
demonstrasi besar-besaran menuntut pembubaran PKI di Indonesia maka
pesantren tidak mau ketinggalan dengan melakukan penyadaran di tingkat
grass root, bahkan mereka turut serta dalam pembasmian anggota-anggota
PKI.
4. Kontribusi pondok pesantren pada masa orde baru
Pada era orde baru pembangunan fisik di segala bidang digalakkan
oleh Soeharto. Akan tetapi, kekuatan islam yang dahulu ikut menaikkannya
ke tampuk kekuasaan ternyata oleh Soeharto sengaja di marginalkan.
Proses marginalisasi peran politik ummat islam semakin menjadi-jadi ketika
pemerintah memaksakan fusi bagi partai-partai islam menjadi satu partai
yaitu partai persatuan pembangunan (ppp). Tokoh-tokoh patai islam yang
kebanyakan berasal dari pondok pesantren kemudian balik ke
‘kandang’masing-masing sehingga pondok pesantren berusaha
menempatkan dirinya pada wilayah yang netral, yang bersih dari efek
pergesekan dengan dunia politik. Meskipun demikian, terdapat pula
beberapa pondok pesantren yang tumbuh sebagai identitas keislaman yang
berbeda suara dengan pemerintah. Pada periode ini lahir beberapa pondok
pesantren seperti pondok pesantren istiqlal Ciranjang Cianjur (1963),
pondok pesantren al-Mukmin Nguki (1967) , pondok pesantren Darul
istikomah Maccopa Maros (1967), dan pondok pesantren Qomarul Huda
Bagu, Lombok Tengah (1972).
Pada periode 1980-an pondok pesantren lebih banyak mencerminkan
peran sosialnya, terutama sebagai penguat masyarakat sipil di tengah
hegemoni negara yang mencengkram kuat rakyatnya, Adapun peran
politiknya bisa di katakan terkebiri sejak LB. Moerdani dan Ali Murtopo
13. 10
menjadi orang penting di ring Soeharto. Pada periode ini lahir pondok-
pondok pesantren seperti pondok pesantren Modern Muhammadiyah
(1983), pondok pesantren Edi Mancoro Salatiga (1984), dan sebagainya.
Pada masa orde baru ini di tengah kekuasaan yang hegemonik
kalangan pondok pesantren secara umum mengambil sikap oposisi terhadap
kekuasaan karena banyak kebijakan-kebijakan LB. Moerdani dan Ali
Murtopo yang sengaja penyudutkan umat islam. Hal itu di buktikan dengan
fakta bahwa mayoritas masyarakat pondok pesantren tidak berafiliasi
terhadap parati mayoritas. Namun peran yang lebih tegas di tunjukkan pasca
tahun 1984 ketika kalangan pondok pesantren mulai menjadi tempat
peresmian kekuatan
Pada periode ini beberapa pondok pesantren besar mengalami
penurunan jumlah santri secara signifikan karena adanya peraturan dari
pemerintah di bidang pendidikan yang tidak mengakui ijazah pesantren. Hal
ini tidak lantas mematikan pondok pesantren dan perannya di dalam
masyarakat, tetapi justru banyak pondok pesantren yang kemudian
berlomba-lomba menyesuaikan diri dengan membangun madrasah-
madrasah yang di akui pemerintah dan tentunya mengajarkan ilmu-ilmu
umum selain ilmu keagamaan. Animo masyarakat untuk sekolah di
madrasah-madrasah di bawah pondok pesantren pun ternyata luar biasa
besarnya, sehingga pondok pesantren tidak sampai kehilangan fungsi dan
peran khususnya di ranah Pendidikan.
Ketika pengetahuan agama dan umum sama-sama diajarkan di
pondok pesantren maka sebaran distribusi alumni pondok pesantren
menjadi semakin luas. Banyak santri yang kemudian melanjutkan studynya
ke perguruan tinggi non perguruan tinggi agama islam (PTAI). Para santri
ini kemudian mengembangkan kajian-kajian agama secara informal dan
instensif yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak memiliki
background agama. Pada akhir 70-an dan awal 80-an, kajian-kajian tersebut
kemudian menguatkan pergerakan-pergerakan mahasiswa seperti HMI,
PMII, IMM, LDK, usrah-usrah, aktivitas masjid kampus, dan lain-lain
14. 11
yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dari peran dan konstribusi alumni-
alumni pondok pesantren.
Harus diketahui bahwa pada periode ini tumbuhlah pemikir-pemikir
islam kaliber internasional yang berasal dari kaum santri seperti Nurcholis
Majid, Abdurrahman Wahid, Amin Rais, Mustofa Bisri di bidang
budaya dan sebagainya. Tokoh-tokoh ini yang dengan lantang berani
mengemukakan isu-isu perubahan nasional dan isu sukesi yang pada masa
soeharto.
5. Kontribusi Pondok Pesantren pada masa reformasi
Dari masa kemasa, ranah pendidikan tetaplah menjadi wilayah
strategis bagi pondok pesantren untuk menunjukkan peranannya. Tetapi,
pada era reformasi para elit pondok pesantren banyak yang terseret arus
untuk terjun dalam percaturan politik. Akibanya banyak pondok pesantren
yang secara akademis “terlupakan” oleh para kyainya sendiri karena di
sibukkan oleh kegiatan politik. Bahkan, ada beberapa pondok pesantren
yang iklimnya “memanas” gara-gara para elitnya bersebrangan partai.
Kasus pondok pesantren di jawa timur sangat unik, para pengelola
pondok pesantren disana mengalami konflik internal karena para kyainya
berbeda partai (ada kyai PKB, kyai PKNU, kyai PPP, atau kyai partai
golkar, dan sebagainya), karena demokrasi pada era reformasi yang terbuka
lebar seakan-akan menjadi kesempatan emas bagi para elit pondok
pesantren untuk berkiprah di dunia politik karena pada era orde baru akses
untuk ini tertutup rapat.
Alam reformasi telah memunculkan sejumlah nama tokoh yang tidak
lepas dari peran pendidikan pondok pesantren, baik langsung maupun tidak
langsung . Amin Rais, pendiri PAN dan mantan ketua MPR;
Abdurrahman Wahid, mantan presiden PKS sekaligus mantan ketua
MPR; Hasyim Muzadi, mantan ketua PBNU dan Hamzah Haz mantan
wakil presiden RI; Nucholis Madjid, rector permadina dan selainya adalah
beberapa nama tokoh dari dunia pondok pesantren yang aktif berperan
dalam pembangunan dan penataan kembali bangsa indonesi. Hal ini tidak
saja menunjukkan kualitas pendidikan pondok pesantren dalam mencetak
15. 12
pemimpin dan tokoh-tokoh bangsa tetapi membuktikan besarnya
kepedulian santri terhadap problematika bangsa ini.
Setelah lebih dari sepuluh tahun reformasi bergulir, sepanjang itu
pula pondok pesantren berperan bagi pembangunan negara. Dalam kondisi
seperti ini posisi pondok pesantren semakin di perhitungkan dalam interaksi
ril sosial, politik, dan budaya. Dalam kancah politik, kaum santri tidak lagi
menjadi objek dari kepentingan sesaat para politisi dan partai politik, akan
tetapi dinamika berpolitikan Indonesia diwarnai pula oleh politisi santri
yang tidak lagi malu dengan idensitas kesantriannya atau muculnya partai-
partai politik yang berbasis massa kaum sarungan seperti PKB, PKU, PNU,
PBR, PKNU, dan sebagainya.
Jika kini beberapa gelintir alumni pondok pesantren dituduh terlibat
dalam berbagai aksi terorisme, maka tidak pada tempatnya jika kemudian
peran dan potensi pondok pesantren dalam membangun bangsa ini, baik
pada masa lalu maupun pada masa depan dinafikan. Jangan-jangan itu
hanya rekayasa pihak-pihak yang takut dengan dominasi pondok pesantren
di kancah berpolitikan nasional saat ini sehingga mereka membuat berbagai
fitnah untuk menyudutkan pondok pesantren. Dalam menghadapi isu-isu ini
pemerintah seharusnya tidak perlu lagi mempertanyakan apa peran dan
fungsi pondok pesantren dalam membangun negara ini, yang justru perlu
dipertanyakan adalah apa yang telah dilakukan pemerintah dalam
membangun pondok pesantren sebagai sebuah kekayaan bangsa yang
orisinil.
16. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Dan Saran
Para santri tidak hanya berjuang dijalan islam akan tetapi para santri ini
juga pernah berperan dalam memperjuangkan negara ini saat dalam masa
penjajahan dulu hingga pada tanggal 22 oktober 2015 pada keputusan presiden
nomor 22 tahun 2015 yang ditandatangani oleh presiden Joko Widodo di masjid
istiqlal, Jakarta.
Dapat di simpulkan bahwa pondok pesantren di Indonesia memiliki
kontribusi yang sangat besar, baik bagi kemajuan itu sendiri maupun bagi
bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Hal ini dapat dilihat dari kiprah kyai dan santrinya dalam berbagai
bidang kehidupan, baik pada masa perjuangan untuk merebut kemerdekaan
bangsa Indonesia dari tangan penjajah maupun pada masa pembangunan untuk
mengsi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya pemerintah NKRI juga
memperhatikan pondok pesantren dan ummat islam bangsa Indonesia demi
mengembangkan dan kemajuan mereka.