SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses
islamisasi di kawasan Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian
besar penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi. Berdirinya
kerajaan Islam Pasai menjadi titik sentral penyiaran agama Islam ke berbagai
daerah di Sumatra dan pesisir utara Pulau Jawa. Penyebaran Islam ke Pulau
Jawa juga berasal dari kerajaan Pasai, terutama berkat jasa Maulana Malik
Ibrahim, Maulana Ishak, dan Ibrahim Asmoro yang ketiganya adalah abituren
Pasai. Karena kegigihan dan keuletan mereka maka lahirlah kerajaan Islam di
Jawa yaitu Kerajaan Demak yang kemudian menguasai Banten dan Batavia
melalui Syarif Hidayatullah. Perkembangan Islam di Pulau Jawa kemudian
digerakkan oleh Wali Sanga. Sebutan tersebut sudah cukup menunjukkan
bahwa mereka adalah penghayat tasawuf yang sudah sampai pada derajat
“wali”.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia
2. Menjelaskan ajaran yang di bawa tokoh-tokoh tasawuf
3. Menjelaskan penyebaran yang di lakukan di pulau-pulau jawa
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia
2
2. Untuk mengetahui ajaran yang di bawa tokoh-tokoh tasawuf
3. Untuk mengetahui penyebaran yang di lakukan di pulau-pulau jawa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syeikh Hamzah Fansuri
Kiranya namanya di nusantara, kalangan ulama dan sarjana penyelidik
keislaman tidak asing lagi. Hampir semua penulis sejarah Islam mencatat
behwa Syeikh Hamzah Fansuri dan muridnya Syeikh Samsudin Sumatrani
adalah tokoh sufi yang sepaham dengan al-Hallaj, faham hulul, ittihad,
mahabbah dan lain-lain adalah seirama. Syeikh Hamzah Fansuri diakui salah
seorang pujangga islam yang sangat populer di zamannya, sehingga kini
namanya menghiasi lembaran-lembaran sejarah kesusteraan Melayu dan
Indonesia. Namanya tercatat sebagai tokoh kaliber besar dalam perkembangan
islam dinusantara dari abadnya hingga abad ini.
Sufi yang jelas-jelas berpengaruh luar biasa dalam kehidupan intelektual
al-Fansuri adalah Muhyidin ibnu ’Arabi. Akan tetapi, karya-karya al-Fansuri juga
menunjukkan bahwa dia akrab dengan ide-ide para sufi semisal al-Jilli (wafat
832 H/ 1428 M), Aththar (wafat 618 H/ 1221 M),
Rumi(wafat672H/1273M),dll.[1]
B. Syeikh Yusuf Makasari
Seorang tokoh sufi yang agung yang tiada taranya, berasal dari Sulawesi
ialah Syeikh Yusuf Makasari. Beliau dilahirkan pada 8 Syawal 1036 H atau
bersamaan dengan 3 Juli 1629 M, yang berarti belum beberapa lama setelah
kedatangan tiga orang penyebar Islam ke Sulawesi (yaitu Datuk Ri Banding dan
kawan-kawannya dari Minangkabau). Untuk diri sebesar ini selain ia
dinamakan dengan Muhammad yusuf diberi gelar juga dengan ”Tuanku
Salamaka”, ”Abdul Mahasin”, ”Hidayatullah” dll.
3
Dalam salah satu karangannya beliau menulis diujung namanya dengan
bahasa arab ”al-Mankasti” yaitu mungkin yang beliau maksudkan adalah
”Makassar” yaitu nama kota di Sulawesi Selatan dimasa pertengahan dan
nama kota itu sekarang diganti pula dengan ”Ujung Pandang” yaitu mengambil
nama yang lebih tua dari pada nama Makasar.
Naluri atau fitrah pribadinya sejak kecil telah menampakkan diri cinta
akan pengetahuan keislaman, dalam tempo relatif singkat al-Qur’an 30 juz
telah tamat dipelajarinya. Setelah lancar benar tentang al-Qur’an dan mungkin
beliau termasuk seorang penghafal maka dilanjutkannya pula dengan
pengetahuan-pengetahuan lain yang ada hubungannya dengan itu. Dimulainya
dengan ilmu nahwu, ilmu sharaf kemudian meningkat hingga keilmu bayan,
mani’, badi’, balaghah, manthiq, dan sebagainya.
Beriringan dengan ilmu-ilmu yang disebut ”ilmu alat” itu beliau belajar
pula ilmu fiqih, ilmu ushuludin, dan ilmu tasawuf. Ilmu yang terakhir ini
nampaknya seumpama tanaman yang ditanam ditanah yang subur. Kiranya
lebih serasi pada pribadinya. Namun walaupun demikian adanya tiadalah
dapat dibantah bahwa Syeikh Yusuf juga mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya,
seumpama ilmu hadist dan sekte-sektenya, juga ilmu tafsir dalam berbagai
bentuk dan coraknya, termasuk ”ilmu asbaabun nuzul ”, ”ilmu
tafsir”dll.[2] Karangan-karangan Syeikh Yusuf Tajul Khalwati yang berbahasa
arab mungkin merupakan salinan tulisan tangan telah diserahkan oleh Haji
Muhammad Nur (salah seorang keturunan khatib di Bone dan mungkin adalah
keturunan Syeikh Yusuf sendiri).
Kitab-kitabnya antara lain :[3]
Ar-Risalatun Naqsabandiyyah, Fathur Rahman, Zubdatul Asraar, Asraaris
Shalaah, Tuhfatur Rabbaniyyah, Safinatunnajah, Tuhfatul Labiib.
C. Syiekh Abdul Rauf as-Singkili
Nama lengkapnya Abdul Rauf Singkel dalam ejaan bahasa arab disebut
’Abd ar-Rauf bin ’Ali al-Jawiyy al-Fansuriyy as-Sinkilyy, selanjutnya akan disebut
Abdurrauf. Ia adalah seorang Melayu dari Fansur, Sinkil (Singkel) di wilayah
pantai barat laut Aceh. Hingga saat ini tiak ada data pasti mengenai tanggal
4
dan tahun kelahirannya. Akan tetapi menurut hipotesis Rinkes, Abdurrauf
dilahirkan sekitar tahun 1615 M. Rinkes mendasarkan dugaannya setelah
menghitung mundur dari saat kembalinya Abdurrahman dari tanah Arab ke
Aceh pada 1661 M.[4]
Abdurrahman wafat pada tahun 1693 M dan dimakamkan disamping
makam teuku Anjong yang dianggap paling keramat di aceh, dekat kuala sungai
Aceh. Oleh karena itulah di Aceh ia dikenal dengan sebutan Teuku di Kuala.
Berkat kemasyurannya, nama Abdurrauf diabadikan menjadi nama sebuah
perguruan tinggi di Aceh, yaitu Univeraitas Syiah Kuala.
Abdurrauf telah menghasilkan berbagai karangan yang mencakup bidang
fiqih, hadist, tasawuf, tafsir al-Qur’an, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Beberapa
karangan yang dihubungkan dengan Abdurrauf dibidang tasawuf antara lain
:[5] Tanbih al-Masyi al-Manshub Ila Thariq al-Qusyassyiyy (pedoman bagi orang
yang menempuh tarekat al-Qusyasyiyy, bahasa arab) ’Umdah al-Muhtajin Ila
Suluk Maslak al-Mufarridin (pijakan bagi orang-orang yang menempuh jalan
tasawuf, bahasa melayu).
Sullam al-Mustafidin (tanga setiap orang yang mencari faedah, bahasa
Melayu). Piagam tentang Dzikir (bahasa Melayu). Kifayah al-Muhtajin Ila
Masyrab al-Muwahhidin al-Qa’ilin bi Wahdah al-Wujud (bekal bagi orang yang
membutuhkan minuman ahli tauhid penganut Wahdatul Wujud, bahasa
Melayu).
D. Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri lahir di kota Ranir Pantai Gujarat, India. Tahun
kelahirannya tidak di ketahui tetapi banyak ahli yang memperkirakan ia lahir di
akhir abad 16. Guru yang paling berpengaruh adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin
‘Abdullah bin Syaiban, seorang guru Tarekat Rifa’iyah. Ar-Raniri merupakan
tokoh pembaharuan Islam di Aceh. Pembaharuan utamanya adalah memerangi
aliran Wujudiyyah yang dianggap aliran sesat. Karya-karya beliau antara
lain Ash-Shirath Al-Mustaqim, Bustan As-Salatin fi DzikirAl-Awwalin wa Al-
Akhirin, Durrat Al-Farra’idh bi Syarhi Al’Aqa’id, Syifa Al-Qulub.
5
Mengenai ketuhanan, Ar-Raniri berupaya menyatukan
paham Mutakallimin dengan paham para sufi yang diwakili oleh Ibn Arabi. Ia
berpendapat ungkapan “wujud Allah dan Alam Esa” berarti alam ini
merupakan sisi lahir dari hakikat batin yaitu Allah SWT sebagaimana yang
dimaksud Ibn Arabi. Tetapi hakikatnya alam ini tidak ada yang ada adalah
wujud Allah Yang Esa. Jadi ia berpendapat bahwa alam ini tidak bisa dikatakan
berbeda dengan Allah atau bersatu dengan Allah, alam ini
merupakan tajalli Allah SWT.
E. Syekh Nawawi Al-Bantani (1230-1314 H / 1815- 1897 M)
Lahir dengan nama Abû Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin
‘Arabi. Ulama besar ini hidup dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat.
Ulama yang lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan
Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Bernasab kepada keturunan
Maulana Hasanuddin Putra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Keturunan ke-12 dari
Sultan Banten. Nasab beliau melalui jalur ini sampai kepada Baginda Nabi
Muhammad saw. Di usia beliau yang belum lagi mencapai 15 tahun, Syaikh
Nawawi telah mengajar banyak orang.
Dalam bidang tasawuf ia memiliki konsep yang identik dengan tasawuf
ortodok. Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada gurunya Syekh
Khatib Sambas, seorang ulama tasawuf asal Jawi yang memimpin sebuah
organisasi tarekat, bahkan tidak ikut menjadi anggota tarekat, namun ia
memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara praktek tarekat, syariat dan
hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari keterkaitan ini Nawawi
mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat dengan lautnya dan
hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh dengan kapal
berlayar di laut.
Dalam proses pengamalannya Syariat (hukum) dan tarekat merupakan
awal dari perjalanan (ibtida’i) seorang sufi, sementara hakikat adalah hasil dari
syariat dan tarikat. Pandangan ini mengindikasikan bahwa Syekh Nawawi tidak
menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak mengajarkan
6
hal-hat yang bertentangan dengan ajaran Islam, syariat. Paparan konsep
tasawufnya ini tampak pada konsistensi dengan pijakannya terhadap
pengalaman spiritualitas ulama salaf. Tema-teman yang digunakan tidak jauh
dari rumusan ulama tasawuf klasik. Model paparan tasawuf inilah yang
membuat Nawawi harus dibedakan dengan tokoh sufi Indonesia lainnya. la
dapat dimakzulkan (dibedakan) dari karakteristik tipologi tasawuf Indonesia,
seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Abdurrauf Sinkel dan sebagainya.
F. HAMKA
Hamka, atau nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (lahir di
Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia pada 17 Februari 1908 -
24 Julai 1981) adalah seorang penulis dan ulama terkenal Indonesia. Ayahnya
ialah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang
merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau. Beliau melibatkan
diri dengan pertubuhan Muhammadiyah dan menyertai cawangannya dan
dilantik menjadi anggota pimpinan pusat Muhammadiyah.Beliau melancarkan
penentangan terhadap khurafat, bida'ah, thorikoh kebatinan yang menular di
Indonesia.
Oleh itu,beliau mengambil inisiatif untuk mendirikan pusat latihan
dakwah Muhammadiyah. Sebagai realisasi dari upayanya memurnikan kembali
ajaran tasawuf, Hamka menulis beberapa karya yang berkenaan dengan
tasawuf. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok pikirannya, sebagaimana
yang terdapat dalam bukunya, Tasawuf Moderen.
1. Tentang Harta Benda dan Kekayaan
2. Al-Qana’ah
3. Tawakkal
G. Walisongo
Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia
khususnya Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam mengajarkan
tasawuf kepada masyarakat. Pada abad ke-12 M, peranan ulama tasawuf
sangat dominan di dunia Islam. Hal ini antara lain disebabkan pengaruh
7
pemikiran Islam al-Ghazali (wafat 111 M), yang berhasil mengintegrasikan
tasawuf ke dalam pemikiran keagamaan madzab Sunnah wal Jamaah menyusul
penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat menengah. Hal ini juga berlaku di
Indonesia, sehingga corak tasawuf yang berkembang di Indonesia lebih
cenderung mengikuti tasawuf yang diusung oleh al-Ghazali, walaupun tidak
menutup kemungkinan berkembang tasawuf dengan corak warna yang lain.
Abdul Hadi W. M. dalam tesisnya menulis : “Kitab tasawuf yang paling
awal muncul di Nusantara ialah Bahar al-Lahut (lautan Ketuhanan) karangan
`Abdullah Arif (w. 1214). Isi kitab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang
wujudiyah Ibn `Arabi dan ajaran persatuan mistikal (fana) al-Hallaj”. Sehingga
sejarah mencatat di samping Wali Songo sebagai pengusung tasawuf sunni
juga muncul Syekh Siti Jenar sebagai penyebar tasawuf falsafi dengan ajaran
‘manunggaling kawula gusti’. Aliran tasawuf yang berkembang pada zaman
Walisongo dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1. Tasawuf Sunni
2. Tasawuf Falsafi
H. Syekh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy
Beliau adalah seorang keturunan ulama, ayahnya bernama Abdullah as-
Sumatri, dan mendapat pendidikan kesufian dari Syekh Hamzah Pansuri.
Syamsuddin Sumatrani dikenal dengan nama Syamsuddin Pasai. Ia pernah
belajar Ilmu Tasawuf pada syekh Hamzah Pansuri dan Sunan bonang di
Jawa.Dia lebih giat menulis buku tasawuf daripada gurunya (Hamzah Pansuri),
dan keberhasilannya karena ditunjang oleh dana yang memadai. Dan di antara
karya-karyanya adalah : Jawaahirul Haqaaiq, Tanbiihuth Thullaab Fi-Ma'arifati
Malikil Wahhaab, Risaalatul Bayyinatil Mulaahazbatil Muwahhidiin 'Alal
Muhtadiy Fi-Dzikrillah, Kitab al-Halaqah dan Nur al-Daqaiq, Sirr al-'Arifin, Mir'at
al-Iman, Dzikr al-Da'irah Qausai al-Adna, Mir'at al-Qulub, Syarah Mir'at al-
Qulub, Kitab Ushul al-Tahqiq dll.
Tentang Allah, Syamsuddin Sumatrani mengajarkan bahwa Allah itu Esa
adanya, Qadim, dan Baqa. Tentang Penciptaan. Menggambarkan tentang
8
penciptaan dari Dzat yang mutlak. Tentang manusia ia berpendapat bahwa
manusia seolah-olah semacam objek ketika Tuhan menzahirkan sifatnya.
Semua sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia ini hanyalah sekedar
penggambaran sifat-sifat Tuhan dan tidak bearti bahwa sifat-sifat Tuhan itu
sama dengan sifat yang dimiliki manusia.
I. Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani
Ia termasuk seorang Shufi, putra dari seorang Ulama Tasawuf yang
terkemuka di zamannya, bernama Syekh Abdul Jaiil bin Abdil Wahhab bin
Syekh Ahmad Al-Mahdan Al- Yaman. Dari beberapa ungkapannya, ia sering
mengatakan; seorang Shufi tidak boleh belajar dan berdzikir saja, tetapi ia
harus tampil membela agama Islam dengan perjuangan pisik. Karena itu, ia
gugur di medan peperangan ketika ia turut memimpin pasukan Muslim
melawan Siam (Muanthai) yang hendak melenyapkan agama Islam.
Mengenai kitab karangannya yang memuat ajaran Tasawuf antara lain :
Shiraatul Muriid Fi-Bayaan Kalimatir Tauhid, Hidaayatus Saalikiin, Siyaarus
Saalikin (empat jilid), Urwatul Wutsqaa, Nashiihatul Muslim Wa-Tadzkratul
Mu'minin Fi-Sabilillah, Ratiib Syekh abdish Shamaad Al-Falimbaaniy.
J. SyeikhBurhanuddin(1646-1693M)
Beliau merupakan penduduk asli Minangkabau, lahir pada tahun 1056
H/1646 M dan meninggal pada bulanSyafar 1111 H/1693 M. Murid dari Syekh
Abdul Ra‟uf Singkel yang berpaham Syafi‟I, Beliau mendirikan madrasah dan
mengajar di ulakan,diantara murid-murid yang pernah belajar dengan beliau
adalah; TuankuMansingan Nan Tuo, Tuanku Imam Bonjol.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses
islamisasi di kawasan Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian
besar penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi. Adapun tokoh-
tokoh sufi yang sangat berpengaruh di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, al-
9
Raniri, Abd. Rauf Sinkel, Abd Shamad al-Palembani, Sheh Yusuf al-Makassari,
Nawawi al-Bantani, dan Hamka. Dari tokoh-tokoh tersebut di atas Islam di
Indonesia berkembang dan dapat di terima oleh masyarakat bangsa Indonesia,
walau tidak bisa di pungkiri ada perbedaan dan pertentangan di antara ajaran
seorang sufi yang satu dengan tokoh sufi yang lain.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan. Oleh karena
itu kepada para pembaca, khususnya kepada dosen pembimbing untuk
mengkritik makalah ini yang bersifat konstruktif, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Nawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di
nusantara, Surabaya: al-Ikhlas, 1999
Fathurrahman, Oman. Tanbih al-Masyi Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus
Abdurrauf Singkel di Aceh Abadc 17, Bandung: Mizan, 1999
Nassr, Sayyid Husein. Ensiklopedi Tematis Spiirtualitas Islam Manifestasi,
penterj. Tim Penerjemah Mizan, Bandung: Mizan Media Utama, 2003
Wahyudi, Agus. Inti Ajaran Makrifat Islam-Jawa: Menggali Ajaran Syeikh Siti
Jenar dan Wali Songo dalam Perspektif Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Dian
Yogyakarta, 2006
Zoet Mulder, P.J. Manunggaling Kawula Gusti, Pantheisme dan Monoisme
dalam Sastra Suluk Jawa, penterj. Dick Hartoko, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1990
[1] Abdullah, Nawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di
nusantara, Surabaya: al-Ikhlas, 1999
[2] Nassr, Sayyid Husein. Ensiklopedi Tematis Spiirtualitas Islam Manifestasi,
penterj. Tim Penerjemah Mizan, Bandung: Mizan Media Utama, 2003
[3] Ibid 205
[4] Fathurrahman, Oman. Tanbih al-Masyi Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus
Abdurrauf Singkel di Aceh Abadc 17, Bandung: Mizan, 1999
[5] Ibid 175
10
Detik.com
Mewakili Kepemimpinan Muda?
M Setiawan Sampurna - detikNews
Kamis, 16 Nov 2023 13:36 WIB
Gibran di acara konsolidasi Koalisi Indonesia Maju Sumatera Selatan di
Jakabaring Sport City, Palembang (Foto: Firda Cynthia/detikcom)
Jakarta - Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden
bersama Prabowo Subianto menimbulkan gelombang perbincangan dan
perbedaan pendapat di seluruh Indonesia. Saat kita membahas topik ini lebih
dalam, penting untuk mengeksplorasi implikasi potensial dari pencalonan ini
dan menganalisis apakah hal ini menandakan sebuah langkah menuju
transformasi politik oleh para pemimpin muda atau sekadar memperkuat
gagasan dinasti berkuasa di bawah kepemimpinan Jokowi.
Gembira dan Skeptis
Munculnya pemimpin-pemimpin muda dalam dunia politik Indonesia disambut
dengan perasaan gembira dan skeptis. Di satu sisi, hal ini memberikan peluang
bagi perspektif segar, ide-ide inovatif, dan penyimpangan dari norma-norma
politik tradisional. Di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai kelangsungan
dinasti politik dan potensi nepotisme yang melemahkan meritokrasi dan
representasi yang adil.
Pencalonan Gibran menjadi katalis diskusi seputar isu ini. Meskipun tidak dapat
disangkal bahwa ikatan kekeluargaan dengan Presiden Jokowi berperan dalam
pencalonannya, kita juga harus mengakui kemampuan, kualifikasi, dan
komitmennya terhadap pelayanan publik. Hal ini memberikan peluang untuk
mencapai keseimbangan antara mengakui pengaruh hubungan kekeluargaan
dan memastikan bahwa prestasi dan kompetensi tetap menjadi yang terdepan
dalam seleksi politik.
Lebih jauh lagi, pencalonan pemimpin muda seperti Gibran mencerminkan
semakin besarnya pengakuan akan pentingnya keterwakilan pemuda dalam
11
proses pengambilan keputusan. Aspirasi dan keprihatinan generasi muda
Indonesia harus diberi landasan dan secara aktif dimasukkan ke dalam lanskap
politik negara. Melibatkan generasi muda tidak hanya memberikan perspektif
baru, namun juga memastikan bahwa kebijakan mengatasi tantangan dan
aspirasi mereka yang unik.
Namun, penting untuk menghindari tokenisme atau menggunakan
representasi pemuda hanya sebagai simbolisme tanpa adanya perubahan
substantif. Keterwakilan pemuda yang sejati memerlukan partisipasi yang
bermakna, keterlibatan aktif, dan penciptaan ruang inklusif agar suara-suara
pemuda Indonesia yang beragam dapat didengar dan diperhatikan. Hal ini
mencakup penyediaan platform untuk berdialog, berinvestasi dalam program
pengembangan pemuda, dan menciptakan lingkungan di mana para pemimpin
muda dapat berkembang dan berkontribusi terhadap kemajuan bangsa.
Sebagai generasi muda Indonesia, kita telah menyaksikan transisi demokrasi
yang penuh gejolak di negara ini selama beberapa dekade terakhir. Meskipun
lanskap politik telah menjadi lebih progresif, keterwakilan kepentingan kaum
muda masih kurang. Terpilihnya Gibran sebagai Wali Kota Solo pada usia 33
tahun pada 2020 telah memicu perdebatan.
Bagi sebagian orang, kemenangan Gibran menandakan bangkitnya pemimpin-
pemimpin muda yang berpikiran maju yang membentuk masa depan politik
Indonesia. Bagi sebagian lainnya, hal ini merupakan contoh terbentuknya
dinasti politik dan kekuasaan yang hanya dimiliki oleh segelintir keluarga elite.
Sebagai warga negara muda yang menginginkan perubahan dan peluang politik
nyata di negara Indonesia, banyak masyarakat yang terpecah di antara
perspektif-perspektif ini.
Ada yang ingin memiliki harapan terhadap potensi keterwakilan pemuda,
namun tetap skeptis terhadap realisasinya ketika posisi kekuasaan tampaknya
hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki nama belakang yang tepat.
Konflik internal ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam sistem
politik Indonesia yang kompleks antara cita-cita kemajuan demokrasi dan
penguatan struktur kekuasaan yang sudah mapan.
12
Persimpangan Jalan
Indonesia berada di persimpangan jalan, terpecah antara cita-cita demokrasi
yang mendasari sistem politiknya dan kekuatan dinasti yang mengancam akan
melemahkan cita-cita tersebut. Pencalonan Gibran menjadi wakil presiden
semakin memperkeruh ketegangan ini. Di satu sisi, pemuda dan karisma
Gibran menarik bagi generasi milenial dan generasi Z yang sedang
berkembang, yang merupakan 60% pemilih.
Pencalonannya menandakan upaya untuk memberikan representasi
demografis yang lebih besar dan kepentingan dalam pemerintahan. Namun,
ikatan kekeluargaan Gibran dengan presiden mengundang tuduhan nepotisme
dan melemahkan ketidakberpihakan pemerintahan Jokowi. Dukungan presiden
terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi yang menguntungkan putranya,
seperti menurunkan persyaratan usia bagi para kandidat, telah menyebabkan
para kritikus mempertanyakan apakah ia akan memanfaatkan sumber daya
negara untuk membantu kampanye Gibran.
Secara historis, demokrasi Indonesia telah terombang-ambing antara prinsip-
prinsip demokrasi dan kekuasaan terpusat. Kebangkitan Jokowi di kalangan
akar rumput mencerminkan hal tersebut, namun manuver pemerintahannya
baru-baru ini berisiko mencerminkan hal tersebut.
Pencalonan Gibran harus dilihat dalam konteks lintasan demokrasi Indonesia.
Di permukaan, hal ini tampak sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan
generasi dan memberikan suara kepada generasi muda. Namun, hal ini
mungkin juga merupakan upaya sinis untuk merayu pemilih muda dan
mengkonsolidasikan kekuatan politik dalam keluarga Jokowi. Masa depan
demokrasi Indonesia bergantung pada keterwakilan generasi muda yang
benar-benar mencerminkan aspirasi generasi muda, dan bukan hanya sekadar
kedok politik dinasti.
Peran cita-cita demokrasi, pengaruh dinasti, dan keterwakilan pemuda telah
menyatu dalam pemilu kali ini. Generasi muda Indonesia akan membentuk
jalur demokrasi ke depan, baik dengan menjaga esensi demokrasi pada intinya
13
atau membiarkan kekuatan strategis mengambil alih demokrasi. Negara ini
berada di persimpangan jalan, dan masa depannya bergantung pada arah yang
dipilihnya.
Menawarkan Harapan
Kita telah melihat dinamika kompleks yang terjadi menyikapi majunya Gibran
sebagai calon wakil persiden. Di satu sisi, Gibran mewakili idealisme dan energi
pemuda Indonesia yang menginginkan perubahan politik. Di sisi lain,
pencalonannya menunjukkan menguatnya dinasti politik yang telah lama
mendominasi negara ini.
Bagi generasi muda Indonesia, majunya Gibran menawarkan harapan akan
keterwakilan dan pengaruh yang lebih besar. Namun bagi para kritikus, hal ini
menandakan ketahanan struktur kekuasaan yang sudah mapan dan
mengancam reformasi demokrasi yang sejati.
Ketika pencalonan Gibran terus berlanjut, Indonesia berada di persimpangan
jalan. Apakah aspirasi generasi muda akan dihormati atau elite politik akan
semakin mengkonsolidasikan kendali mereka? Hasilnya masih belum jelas.
Yang pasti generasi muda Indonesia akan membentuk masa depan negaranya,
baik melalui kerja sama atau tantangan terhadap status quo.
Suara mereka penting dalam menentukan apakah pemimpin baru yang
visioner dapat muncul atau dinasti politik akan bertahan. Pada akhirnya,
generasi muda Indonesia dapat memegang kunci untuk mewujudkan
masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Jalan yang mereka pilih akan
menentukan Indonesia untuk generasi mendatang.
Perkembangan Awal Tasawuf dan Para Tokoh yang Paling Berpengaruh Header
Mozaik Perkembangan Awal Tasawuf.
tirto.id/Ecun Kontributor: Ali Zaenal, tirto.id - 7 Apr 2023 00:00 WIB
Dibaca Normal 4 menit Ajaran tasawuf lahir sebagai cara untuk mendekatkan
diri kepada Allah secara intens. Jalan ini juga memilih kesederhanaan dalam
mencicip kehidupan dunia. tirto.id - Sejarah tasawuf dapat ditelusuri dari awal
perkembangan Islam pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, sebagian muslim
14
memutuskan untuk hidup sederhana dan mengabdikan diri sepenuhnya pada
Tuhan.
Mereka mencari cara untuk mencapai pemahaman spiritual yang lebih dalam
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka mengajarkan tentang
pentingnya kesederhanaan, kejujuran, dan kebajikan. Beberapa di antaranya,
seperti Hasan al-Basri dan Rabiah al-Adawiyah, dikenal sebagai tokoh-tokoh
spiritual yang menginspirasi ajaran tasawuf. Pada abad ke-8, para sufi mulai
muncul dan mengembangkan ajaran tasawuf secara lebih terstruktur.
Mereka takarub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan mengembangkan
praktik-praktik spiritual seperti zikir dan puasa untuk membantu para
pengikutnya mencapai kesadaran spiritual yang lebih dalam tentang Tuhan.
Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal tasawuf adalah Abu al-Hasan al-
Syadzili, seorang sufi dari Mesir yang hidup pada abad ke-13. Ia dikenal sebagai
pendiri Tarekat Syadziliyah, salah satu dari banyak tarekat (kelompok sufi) yang
berkembang di seluruh dunia Islam.
Tasawuf berkembang dengan pesat di Iran sejak abad ke-11, banyak tokoh sufi
terkenal berasal dari negeri ini, seperti Jalaluddin Rumi dan Hafidz Asy-Syirazi.
Tasawuf juga memiliki pengikut yang kuat di Mesir dengan lahirnya beberapa
tokoh sufi terkenal seperti Imam Al-Ghazali dan Ibnu Arabi. Baca juga:
Kecemerlangan dan "Kesesatan" Ibnu Arabi yang Merenggut Jiwanya Selain itu,
tasawuf juga menyebar ke banyak negara seperti Pakistan, India, Turki,
Indonesia, Malaysia, dan sejumlah negara di Afrika.
Di Indonesia, beberapa tokoh tasawuf di antaranya adalah Syekh Syamsuddin
As-Sumatrani, Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, dan Syekh Abdurrauf As-
Singkili. Meskipun tasawuf mengalami tantangan dan kontroversi selama
sejarahnya, ajaran-ajarannya tetap menjadi bagian integral dari tradisi dan
khazanah keilmuan yang terus memengaruhi banyak umat Islam hingga saat
ini. Penyebaran Tasawuf Penyebaran tasawuf mula-mula dilakukan para sufi
dengan berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil di masjid dan di tempat-
tempat lain untuk berzikir dan melakukan praktik-praktik spiritual lainnya.
15
Seiring waktu, ajaran ini kian meluas melalui perjalanan para sufi yang
bepergian ke luar negeri untuk menyebarluaskan ajaran Islam, atau para
pedagang dan musafir yang membawa ajaran tasawuf ke berbagai tempat
yang mereka kunjungi. Penyebaran tasawuf terutama terjadi pada abad ke-9
hingga abad ke-12 Masehi, ketika banyak kelompok sufi berkembang dan
menyebar di seluruh dunia Islam. Pada awalnya, misi penyebaran tasawuf
dilakukan secara langsung melalui pertemuan-pertemuan dengan para murid
dan penguasa di berbagai daerah. Para sufi datang ke suatu tempat untuk
memberikan ceramah, membimbing umat Islam, dan memperkenalkan ajaran
tasawuf kepada masyarakat setempat.
Pada abad ke-11, para sufi mulai membentuk kelompok-kelompok keagamaan
yang lebih terstruktur, yang dikenal sebagai tariqah atau tarekat. Kelompok-
kelompok ini memiliki aturan dan praktik-praktik yang khusus, dan dipimpin
oleh seorang guru atau syekh yang dianggap memiliki pengalaman spiritual dan
pengetahuan yang mendalam tentang ajaran tasawuf. Selain itu, penyebaran
tasawuf juga terjadi melalui literatur. Banyak karya sastra dan puisi tasawuf
yang ditulis oleh para sufi yang berisi ajaran-ajaran tentang kesempurnaan
spiritual dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Karya-karya ini menjadi sumber pengajaran bagi banyak orang dalam
mengembangkan pemahaman mereka tentang ajaran tasawuf. Baca juga: Naik
Haji & Bertasawuf: Cara "Hijrah" Orang Jawa di Masa Kolonial Diminati sebagai
Gerakan Alternatif Seturut Azyumadi Azra dkk dalam Ensklopedi Tasawuf Jilid I
A-H (2008), Islam memiliki dua dimensi, yakni dimensi lahir atau eksoterik yang
mencakup syariat, seperti salat, puasa, zakat, dan berhaji. Satu lagi dimensi
batin atau esoterik yang mencakup tasawuf.
Kedua dimensi ini saling membutuhkan dan saling melengkapi. Tasawuf
dianggap sebagai gerakan alternatif karena ajaran-ajarannya menekankan
pada pengalaman spiritual individu terkait pengalaman langsung hubungan
seseorang dengan Tuhan. Selain itu, tasawuf juga mengajarkan pada
kesederhanaan serta keterlibatan dalam bermasyarakat. Para sufi mengajarkan
nilai-nilai seperti kebaikan, kasih sayang, dan toleransi, yang merupakan
prinsip-prinsip yang sangat penting dalam agama Islam. Tasawuf juga menolak
16
materialisme dan lebih fokus pada nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi. Namun,
seiring waktu, tasawuf juga mengalami perkembangan dan masuk ke dalam
struktur keagamaan formal. Di beberapa negara, tasawuf terintegrasi dengan
politik dan kekuasaan, yang menyebabkan pengaruhnya menjadi berbeda-
beda di berbagai wilayah.
Misalnya di Iran, sebagaimana ditulis Seyyed Hossein Nasr dalam Living Sufism
(1970), persinggungan syiah dengan tasawuf secara simbolis berakhir setelah
masa kepemimpinan Imam Ridha, imam syiah kedelapan. Kemudian ada juga
pemikiran yang dilontarkan Muhammad Iqbal (1877-1938), filsuf dan penyair
terkenal dari Pakistan. Ia memiliki pandangan yang khas mengenai tasawuf dan
peran politik umat Islam. Iqbal percaya bahwa tasawuf adalah gerakan spiritual
yang penting dalam Islam, karena tasawuf fokus pada peningkatan kualitas
kehidupan spiritual individu dan masyarakat.
Iqbal juga menganggap tasawuf sebagai salah satu cara untuk memperbaiki
keadaan umat Islam yang seringkali terbelakang dan tertindas. Bagi Iqbal,
tasawuf dan politik menjadi dua hal yang tak dapat dipisahkan. Tasawuf
memberikan pemahaman tentang esensi agama Islam, sementara politik
berperan dalam menjaga kekuatan dan keberlangsungan masyarakat Islam.
Dalam konsep teo-demokrasi yang digagasnya, Iqbal menggabungkan unsur-
unsur politik dan tasawuf. Ia percaya bahwa demokrasi adalah sistem politik
yang paling cocok untuk menjaga nilai-nilai Islam, karena memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
Namun demokrasi menurut Iqbal tidak dapat dilaksanakan secara sepihak
tanpa mengacu pada nilai-nilai Islam yang mendasar. Oleh karena itu, dalam
teo-demokrasi, kekuasaan politik dijalankan oleh para pemimpin yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang ajaran Islam. Baca juga: Syair
dan Pemikiran Muhammad Iqbal, Politikus Pencetus Pakistan Tokoh-Tokoh
Tasawuf Awal yang Paling Berpengaruh Tokoh-tokoh awal tasawuf memiliki
peran penting dalam pengembangan tasawuf sebagai tradisi keilmuan Islam.
Mereka membentuk karakteristik khas dari praktik-praktik dan pandangan-
pandangan tasawuf yang dikenal sampai saat ini. Hasan Al-Basri (642-728 M),
17
salah satu tokoh awal tasawuf dan dianggap sebagai tokoh sufi pertama.
Dikutip dari laman NU Online, dia berguru kepada sahabat nabi, seperti
Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abdullah bin Mughaffal, ‘Amr bin Taghlib,
Abu Burzah al-Aslami, dan masih banyak lagi. Pemikiran Hasan al-Bashri dalam
bidang tasawuf sangat berpengaruh, khususnya dalam hal tawakal, zuhud, dan
iktikad.
Ia mengajarkan untuk selalu bertawakal kepada Allah dalam segala hal, tidak
tergantung kepada dunia atau materi, serta selalu memperbaiki niat dalam
segala tindakan. Hasan al-Bashri juga menekankan pentingnya zuhud dan
menjaga hati dari cinta kepada dunia, serta menyarankan untuk selalu
memperbaiki hubungan dengan Allah dan merenungkan makna-makna
kehidupan. Baca juga: Ketika Kitab Ihya Ulumuddin Karya Al-Ghazali Diragukan
Ulama Di mata para sufi, Hasan Al-Bashri dikenal sebagai salah satu tokoh yang
paling menonjol dalam memadukan antara ilmu dan amal, yaitu mengetahui
dan mengamalkan agama dengan sebaik-baiknya. Ia mengajarkan bahwa ilmu
tanpa amal tidak berarti dan amal tanpa ilmu adalah buta, sehingga penting
untuk selalu menggabungkan keduanya.
Dalam keseharian, dia juga terkenal dengan sikap rendah hati dan penuh kasih
sayang kepada sesama. Ia sering kali memberikan nasihat yang santun dan
membantu orang-orang yang membutuhkan. Kesederhanaan dan keterbukaan
hatinya membuat banyak orang terpikat dan merasa nyaman ketika berbicara
dengannya. Tokoh lain yang memiliki pengaruh dalam perkembangan awal
tasawuf ialah Junaid al-Baghdadi (830-910 M), salah satu tokoh sufi yang
membentuk banyak konsep dan praktik tasawuf modern. Ia menekankan pada
pentingnya pengetahuan dan kesederhanaan dalam praktik sufi, serta menolak
praktik-praktik ekstrem yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Selanjutnya ada tokoh sufi fenomenal, yakni Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111
M) yang menulis banyak karya penting dalam tradisi tasawuf, termasuk karya
monumentalnya Ihya Ulumuddin. Karya ini menjadi referensi utama dalam
banyak tarekat dan ilmu tasawuf yang diajarkan di sekolah maupun pesantren-
pesantren. Tak lengkap juga jika kita membicarakan tasawuf tanpa menyebut
Jalaluddin Rumi (1207-1273 M), tokoh sufi sekaligus penyair terbesar dalam
18
sejarah Persia. Dia memimpin sebuah tarekat sufi yang dikenal sebagai Tarekat
Maulawi. Beberapa karyanya, terutama Mathnawi, sangat dihormati dan
dihargai oleh banyak orang sebagai salah satu warisan sastra terbesar dalam
sejarah.
Cara Mengirim opini ke tirto.id
31 Desember 2019 magungakbar.com 0 Komentar
Kali ini kita akan membahas cara mengirim opini ke laman tirto.id
Tirto.id adalah sebuah situs berita, artikel, opini, dan infografik di Indonesia.
Pertama kali tayang pada Februari 2016 dan diresmikan pada 3 Agustus 2016.
Nama Tirto diambil dari pahlawan nasional bapak pers Tirto Adhi Soerjo yang
pada masanya mendirikan surat kabar Soenda Berita, Medan Prijaji, dan Poetri
Hindia juga pembentukan Sarekat Dagang Islam (SDI).
Tirto.id adalah media online terkini. Menyajikan tulisan dan infografik berita
nasional dan internasional serta analisis berdasarkan fakta dan data.
Apa saja syarat tulisan yang layak dimuat oleh rubrik opini Tirto?
Editor menerima esai yang ditulis dengan sudut pandang dan argumen yang
jelas dan ringkas. Jargon-jargon yang tidak familiar wajib dijelaskan di dalam
badan tulisan. Editor tidak menerima tulisan dengan paparan bertele-tele,
obskurantis, dan mengaburkan pokok bahasan.
Kolom opini belum diterbitkan di media lain dan tidak plagiat. Kolom opini
Tirto terbuka untuk tulisan dari pelbagai macam kajian dan disiplin ilmu.
Respons atas topik terkini dan isu-isu jangka panjang yang krusial bagi
diskursus publik akan diprioritaskan.
Pencantuman referensi?
Pencantuman rujukan tidak menggunakan catatan kaki atau catatan akhir.
Judul buku/tulisan beserta tahun terbit dan nama penulis dimuat langsung di
badan tulisan. Judul buku ditulis dengan cetak miring, sementara judul esai
lepas, tulisan jurnal, atau bab dalam buku yang dirujuk ditulis dengan tanda
kutip (“…”).
Tautan elektronik (URL) langsung ditulis di badan teks dalam tanda kurung dan
tidak dicantumkan sebagai hyperlink. Contoh: “… seperti yang dikemukakan
19
dalam artikel Tirto, “Harga Apartemen Terjangkau Makin Bergeser ke Pinggir
Jakarta…” (https://tirto.id/harga-apartemen-terjangkau-makin-bergeser-ke-
pinggir-jakarta-cCD4). Bukan: “… seperti yang dikemukakan dalam artikel Tirto,
“Harga Apartemen Terjangkau Makin Bergeser ke Pinggir Jakarta…”
Ke mana saya harus mengirimkan opini?
Kirimkan tulisan email ke opini@tirto.id, disertai lampiran berkas tulisan, foto,
nomor telepon yang bisa dihubungi, dan nomor rekening beserta alamat
cabang bank. Format subjek email: [OPINI] – judul tulisan – nama penulis.
Berapa panjang artikel opini Tirto?
Tirto menerima esai opini sepanjang minimal 800 dan maksimal 1.500 kata.
Berapa lama saya harus menunggu jawaban editor?
Maksimal 7 hari setelah dikirim. Tulisan Anda tidak kami terbitkan jika editor
tidak merespons dalam waktu 7 hari.

More Related Content

Similar to Mengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docx

Nama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin al
Nama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin alNama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin al
Nama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin alAulia Kindy
 
Meneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang mendunia
Meneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang menduniaMeneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang mendunia
Meneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang menduniavariodimas808
 
Aliran syiah di_indonesia
Aliran syiah di_indonesiaAliran syiah di_indonesia
Aliran syiah di_indonesiaRamlee Nooh
 
Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
Sejarah Singkat Perkembangan TasawufSejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
Sejarah Singkat Perkembangan TasawufYayasan Al-Awsath
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manarDodyk Fallen
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaFernalia Halim
 
PPT Microtiching-1.pptx
PPT Microtiching-1.pptxPPT Microtiching-1.pptx
PPT Microtiching-1.pptxAJIMUHAMMAD10
 
Ppt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawufPpt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawufroffiq
 
Proses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di Indonesia
Proses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di IndonesiaProses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di Indonesia
Proses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di Indonesiairdadarmaputri
 
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaTokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaRobet Saputra
 
Pengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di Nusantara
Pengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di NusantaraPengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di Nusantara
Pengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di NusantaraNurul Farhana
 
Makalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docx
Makalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docxMakalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docx
Makalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docxMyAdobe
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraghozali27
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraamirulmuminin9
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraMamaz-AJi
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBangFaeshal
 

Similar to Mengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docx (20)

Nama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin al
Nama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin alNama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin al
Nama lengkapnya adalah syed muhammad naquib ibn ali ibn abdullah ibn muhsin al
 
Meneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang mendunia
Meneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang menduniaMeneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang mendunia
Meneladani Jejak langkah Ulama Indonesia Yang mendunia
 
Aliran syiah di_indonesia
Aliran syiah di_indonesiaAliran syiah di_indonesia
Aliran syiah di_indonesia
 
Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
Sejarah Singkat Perkembangan TasawufSejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manar
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia
 
PPT Microtiching-1.pptx
PPT Microtiching-1.pptxPPT Microtiching-1.pptx
PPT Microtiching-1.pptx
 
Ppt sejarah bab 4 sma x wajib
Ppt sejarah bab 4 sma x wajibPpt sejarah bab 4 sma x wajib
Ppt sejarah bab 4 sma x wajib
 
Ppt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawufPpt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawuf
 
955321 mahkota-sufi-ebooks
955321 mahkota-sufi-ebooks955321 mahkota-sufi-ebooks
955321 mahkota-sufi-ebooks
 
Proses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di Indonesia
Proses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di IndonesiaProses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di Indonesia
Proses Masuk & Berkembangnya Agama & Kebudayaan Islam Di Indonesia
 
129(1).pptx
129(1).pptx129(1).pptx
129(1).pptx
 
RPS Akhlaq Tasawuf Klasik dan Modern.docx
RPS Akhlaq Tasawuf Klasik dan Modern.docxRPS Akhlaq Tasawuf Klasik dan Modern.docx
RPS Akhlaq Tasawuf Klasik dan Modern.docx
 
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaTokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
 
Pengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di Nusantara
Pengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di NusantaraPengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di Nusantara
Pengaruh Israiliyyat dalam kitab tafsir jawi di Nusantara
 
Makalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docx
Makalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docxMakalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docx
Makalah_Sejarah_Masuknya_Islam_di_Indonesia.docx
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
 
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantaraBab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
Bab 7 sejarah perkembangan islam di nusantara
 

More from Ketua LBM MWC NU Lenteng dan Wakil Ketua Ansor lenteng bagian MDS RA

More from Ketua LBM MWC NU Lenteng dan Wakil Ketua Ansor lenteng bagian MDS RA (20)

WISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diri
WISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diriWISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diri
WISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diri
 
PAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docx
PAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docxPAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docx
PAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docx
 
PANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdf
PANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdfPANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdf
PANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdf
 
TATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docx
TATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docxTATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docx
TATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docx
 
6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx
6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx
6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx
 
Panduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdf
Panduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdfPanduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdf
Panduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdf
 
PIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdf
PIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdfPIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdf
PIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdf
 
Kumpulan Opini Kompas. artikel berita pdf
Kumpulan Opini Kompas. artikel berita pdfKumpulan Opini Kompas. artikel berita pdf
Kumpulan Opini Kompas. artikel berita pdf
 
KOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TARBIYATUL BANAT.docx
KOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH  TARBIYATUL BANAT.docxKOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH  TARBIYATUL BANAT.docx
KOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TARBIYATUL BANAT.docx
 
SK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docx
SK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docxSK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docx
SK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docx
 
panduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdf
panduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdfpanduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdf
panduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdf
 
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docxTugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
 
SOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJIL
SOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJILSOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJIL
SOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJIL
 
HASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL LENTENG 2023.pdf
HASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL  LENTENG 2023.pdfHASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL  LENTENG 2023.pdf
HASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL LENTENG 2023.pdf
 
Praktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docx
Praktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docxPraktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docx
Praktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docx
 
KUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docx
KUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docxKUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docx
KUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docx
 
SOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docx
SOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docxSOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docx
SOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docx
 
SOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docx
SOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docxSOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docx
SOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docx
 
04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx
04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx
04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx
 
Marjius_Salik_juz_1.pdf
Marjius_Salik_juz_1.pdfMarjius_Salik_juz_1.pdf
Marjius_Salik_juz_1.pdf
 

Mengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docx

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses islamisasi di kawasan Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi. Berdirinya kerajaan Islam Pasai menjadi titik sentral penyiaran agama Islam ke berbagai daerah di Sumatra dan pesisir utara Pulau Jawa. Penyebaran Islam ke Pulau Jawa juga berasal dari kerajaan Pasai, terutama berkat jasa Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak, dan Ibrahim Asmoro yang ketiganya adalah abituren Pasai. Karena kegigihan dan keuletan mereka maka lahirlah kerajaan Islam di Jawa yaitu Kerajaan Demak yang kemudian menguasai Banten dan Batavia melalui Syarif Hidayatullah. Perkembangan Islam di Pulau Jawa kemudian digerakkan oleh Wali Sanga. Sebutan tersebut sudah cukup menunjukkan bahwa mereka adalah penghayat tasawuf yang sudah sampai pada derajat “wali”. B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia 2. Menjelaskan ajaran yang di bawa tokoh-tokoh tasawuf 3. Menjelaskan penyebaran yang di lakukan di pulau-pulau jawa C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia
  • 2. 2 2. Untuk mengetahui ajaran yang di bawa tokoh-tokoh tasawuf 3. Untuk mengetahui penyebaran yang di lakukan di pulau-pulau jawa BAB II PEMBAHASAN A. Syeikh Hamzah Fansuri Kiranya namanya di nusantara, kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman tidak asing lagi. Hampir semua penulis sejarah Islam mencatat behwa Syeikh Hamzah Fansuri dan muridnya Syeikh Samsudin Sumatrani adalah tokoh sufi yang sepaham dengan al-Hallaj, faham hulul, ittihad, mahabbah dan lain-lain adalah seirama. Syeikh Hamzah Fansuri diakui salah seorang pujangga islam yang sangat populer di zamannya, sehingga kini namanya menghiasi lembaran-lembaran sejarah kesusteraan Melayu dan Indonesia. Namanya tercatat sebagai tokoh kaliber besar dalam perkembangan islam dinusantara dari abadnya hingga abad ini. Sufi yang jelas-jelas berpengaruh luar biasa dalam kehidupan intelektual al-Fansuri adalah Muhyidin ibnu ’Arabi. Akan tetapi, karya-karya al-Fansuri juga menunjukkan bahwa dia akrab dengan ide-ide para sufi semisal al-Jilli (wafat 832 H/ 1428 M), Aththar (wafat 618 H/ 1221 M), Rumi(wafat672H/1273M),dll.[1] B. Syeikh Yusuf Makasari Seorang tokoh sufi yang agung yang tiada taranya, berasal dari Sulawesi ialah Syeikh Yusuf Makasari. Beliau dilahirkan pada 8 Syawal 1036 H atau bersamaan dengan 3 Juli 1629 M, yang berarti belum beberapa lama setelah kedatangan tiga orang penyebar Islam ke Sulawesi (yaitu Datuk Ri Banding dan kawan-kawannya dari Minangkabau). Untuk diri sebesar ini selain ia dinamakan dengan Muhammad yusuf diberi gelar juga dengan ”Tuanku Salamaka”, ”Abdul Mahasin”, ”Hidayatullah” dll.
  • 3. 3 Dalam salah satu karangannya beliau menulis diujung namanya dengan bahasa arab ”al-Mankasti” yaitu mungkin yang beliau maksudkan adalah ”Makassar” yaitu nama kota di Sulawesi Selatan dimasa pertengahan dan nama kota itu sekarang diganti pula dengan ”Ujung Pandang” yaitu mengambil nama yang lebih tua dari pada nama Makasar. Naluri atau fitrah pribadinya sejak kecil telah menampakkan diri cinta akan pengetahuan keislaman, dalam tempo relatif singkat al-Qur’an 30 juz telah tamat dipelajarinya. Setelah lancar benar tentang al-Qur’an dan mungkin beliau termasuk seorang penghafal maka dilanjutkannya pula dengan pengetahuan-pengetahuan lain yang ada hubungannya dengan itu. Dimulainya dengan ilmu nahwu, ilmu sharaf kemudian meningkat hingga keilmu bayan, mani’, badi’, balaghah, manthiq, dan sebagainya. Beriringan dengan ilmu-ilmu yang disebut ”ilmu alat” itu beliau belajar pula ilmu fiqih, ilmu ushuludin, dan ilmu tasawuf. Ilmu yang terakhir ini nampaknya seumpama tanaman yang ditanam ditanah yang subur. Kiranya lebih serasi pada pribadinya. Namun walaupun demikian adanya tiadalah dapat dibantah bahwa Syeikh Yusuf juga mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya, seumpama ilmu hadist dan sekte-sektenya, juga ilmu tafsir dalam berbagai bentuk dan coraknya, termasuk ”ilmu asbaabun nuzul ”, ”ilmu tafsir”dll.[2] Karangan-karangan Syeikh Yusuf Tajul Khalwati yang berbahasa arab mungkin merupakan salinan tulisan tangan telah diserahkan oleh Haji Muhammad Nur (salah seorang keturunan khatib di Bone dan mungkin adalah keturunan Syeikh Yusuf sendiri). Kitab-kitabnya antara lain :[3] Ar-Risalatun Naqsabandiyyah, Fathur Rahman, Zubdatul Asraar, Asraaris Shalaah, Tuhfatur Rabbaniyyah, Safinatunnajah, Tuhfatul Labiib. C. Syiekh Abdul Rauf as-Singkili Nama lengkapnya Abdul Rauf Singkel dalam ejaan bahasa arab disebut ’Abd ar-Rauf bin ’Ali al-Jawiyy al-Fansuriyy as-Sinkilyy, selanjutnya akan disebut Abdurrauf. Ia adalah seorang Melayu dari Fansur, Sinkil (Singkel) di wilayah pantai barat laut Aceh. Hingga saat ini tiak ada data pasti mengenai tanggal
  • 4. 4 dan tahun kelahirannya. Akan tetapi menurut hipotesis Rinkes, Abdurrauf dilahirkan sekitar tahun 1615 M. Rinkes mendasarkan dugaannya setelah menghitung mundur dari saat kembalinya Abdurrahman dari tanah Arab ke Aceh pada 1661 M.[4] Abdurrahman wafat pada tahun 1693 M dan dimakamkan disamping makam teuku Anjong yang dianggap paling keramat di aceh, dekat kuala sungai Aceh. Oleh karena itulah di Aceh ia dikenal dengan sebutan Teuku di Kuala. Berkat kemasyurannya, nama Abdurrauf diabadikan menjadi nama sebuah perguruan tinggi di Aceh, yaitu Univeraitas Syiah Kuala. Abdurrauf telah menghasilkan berbagai karangan yang mencakup bidang fiqih, hadist, tasawuf, tafsir al-Qur’an, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Beberapa karangan yang dihubungkan dengan Abdurrauf dibidang tasawuf antara lain :[5] Tanbih al-Masyi al-Manshub Ila Thariq al-Qusyassyiyy (pedoman bagi orang yang menempuh tarekat al-Qusyasyiyy, bahasa arab) ’Umdah al-Muhtajin Ila Suluk Maslak al-Mufarridin (pijakan bagi orang-orang yang menempuh jalan tasawuf, bahasa melayu). Sullam al-Mustafidin (tanga setiap orang yang mencari faedah, bahasa Melayu). Piagam tentang Dzikir (bahasa Melayu). Kifayah al-Muhtajin Ila Masyrab al-Muwahhidin al-Qa’ilin bi Wahdah al-Wujud (bekal bagi orang yang membutuhkan minuman ahli tauhid penganut Wahdatul Wujud, bahasa Melayu). D. Nuruddin Ar-Raniri Nuruddin Ar-Raniri lahir di kota Ranir Pantai Gujarat, India. Tahun kelahirannya tidak di ketahui tetapi banyak ahli yang memperkirakan ia lahir di akhir abad 16. Guru yang paling berpengaruh adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin ‘Abdullah bin Syaiban, seorang guru Tarekat Rifa’iyah. Ar-Raniri merupakan tokoh pembaharuan Islam di Aceh. Pembaharuan utamanya adalah memerangi aliran Wujudiyyah yang dianggap aliran sesat. Karya-karya beliau antara lain Ash-Shirath Al-Mustaqim, Bustan As-Salatin fi DzikirAl-Awwalin wa Al- Akhirin, Durrat Al-Farra’idh bi Syarhi Al’Aqa’id, Syifa Al-Qulub.
  • 5. 5 Mengenai ketuhanan, Ar-Raniri berupaya menyatukan paham Mutakallimin dengan paham para sufi yang diwakili oleh Ibn Arabi. Ia berpendapat ungkapan “wujud Allah dan Alam Esa” berarti alam ini merupakan sisi lahir dari hakikat batin yaitu Allah SWT sebagaimana yang dimaksud Ibn Arabi. Tetapi hakikatnya alam ini tidak ada yang ada adalah wujud Allah Yang Esa. Jadi ia berpendapat bahwa alam ini tidak bisa dikatakan berbeda dengan Allah atau bersatu dengan Allah, alam ini merupakan tajalli Allah SWT. E. Syekh Nawawi Al-Bantani (1230-1314 H / 1815- 1897 M) Lahir dengan nama Abû Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi. Ulama besar ini hidup dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Bernasab kepada keturunan Maulana Hasanuddin Putra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Keturunan ke-12 dari Sultan Banten. Nasab beliau melalui jalur ini sampai kepada Baginda Nabi Muhammad saw. Di usia beliau yang belum lagi mencapai 15 tahun, Syaikh Nawawi telah mengajar banyak orang. Dalam bidang tasawuf ia memiliki konsep yang identik dengan tasawuf ortodok. Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada gurunya Syekh Khatib Sambas, seorang ulama tasawuf asal Jawi yang memimpin sebuah organisasi tarekat, bahkan tidak ikut menjadi anggota tarekat, namun ia memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara praktek tarekat, syariat dan hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari keterkaitan ini Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh dengan kapal berlayar di laut. Dalam proses pengamalannya Syariat (hukum) dan tarekat merupakan awal dari perjalanan (ibtida’i) seorang sufi, sementara hakikat adalah hasil dari syariat dan tarikat. Pandangan ini mengindikasikan bahwa Syekh Nawawi tidak menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak mengajarkan
  • 6. 6 hal-hat yang bertentangan dengan ajaran Islam, syariat. Paparan konsep tasawufnya ini tampak pada konsistensi dengan pijakannya terhadap pengalaman spiritualitas ulama salaf. Tema-teman yang digunakan tidak jauh dari rumusan ulama tasawuf klasik. Model paparan tasawuf inilah yang membuat Nawawi harus dibedakan dengan tokoh sufi Indonesia lainnya. la dapat dimakzulkan (dibedakan) dari karakteristik tipologi tasawuf Indonesia, seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Abdurrauf Sinkel dan sebagainya. F. HAMKA Hamka, atau nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (lahir di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia pada 17 Februari 1908 - 24 Julai 1981) adalah seorang penulis dan ulama terkenal Indonesia. Ayahnya ialah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau. Beliau melibatkan diri dengan pertubuhan Muhammadiyah dan menyertai cawangannya dan dilantik menjadi anggota pimpinan pusat Muhammadiyah.Beliau melancarkan penentangan terhadap khurafat, bida'ah, thorikoh kebatinan yang menular di Indonesia. Oleh itu,beliau mengambil inisiatif untuk mendirikan pusat latihan dakwah Muhammadiyah. Sebagai realisasi dari upayanya memurnikan kembali ajaran tasawuf, Hamka menulis beberapa karya yang berkenaan dengan tasawuf. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok pikirannya, sebagaimana yang terdapat dalam bukunya, Tasawuf Moderen. 1. Tentang Harta Benda dan Kekayaan 2. Al-Qana’ah 3. Tawakkal G. Walisongo Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia khususnya Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam mengajarkan tasawuf kepada masyarakat. Pada abad ke-12 M, peranan ulama tasawuf sangat dominan di dunia Islam. Hal ini antara lain disebabkan pengaruh
  • 7. 7 pemikiran Islam al-Ghazali (wafat 111 M), yang berhasil mengintegrasikan tasawuf ke dalam pemikiran keagamaan madzab Sunnah wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat menengah. Hal ini juga berlaku di Indonesia, sehingga corak tasawuf yang berkembang di Indonesia lebih cenderung mengikuti tasawuf yang diusung oleh al-Ghazali, walaupun tidak menutup kemungkinan berkembang tasawuf dengan corak warna yang lain. Abdul Hadi W. M. dalam tesisnya menulis : “Kitab tasawuf yang paling awal muncul di Nusantara ialah Bahar al-Lahut (lautan Ketuhanan) karangan `Abdullah Arif (w. 1214). Isi kitab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang wujudiyah Ibn `Arabi dan ajaran persatuan mistikal (fana) al-Hallaj”. Sehingga sejarah mencatat di samping Wali Songo sebagai pengusung tasawuf sunni juga muncul Syekh Siti Jenar sebagai penyebar tasawuf falsafi dengan ajaran ‘manunggaling kawula gusti’. Aliran tasawuf yang berkembang pada zaman Walisongo dikelompokan menjadi 2 yaitu : 1. Tasawuf Sunni 2. Tasawuf Falsafi H. Syekh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy Beliau adalah seorang keturunan ulama, ayahnya bernama Abdullah as- Sumatri, dan mendapat pendidikan kesufian dari Syekh Hamzah Pansuri. Syamsuddin Sumatrani dikenal dengan nama Syamsuddin Pasai. Ia pernah belajar Ilmu Tasawuf pada syekh Hamzah Pansuri dan Sunan bonang di Jawa.Dia lebih giat menulis buku tasawuf daripada gurunya (Hamzah Pansuri), dan keberhasilannya karena ditunjang oleh dana yang memadai. Dan di antara karya-karyanya adalah : Jawaahirul Haqaaiq, Tanbiihuth Thullaab Fi-Ma'arifati Malikil Wahhaab, Risaalatul Bayyinatil Mulaahazbatil Muwahhidiin 'Alal Muhtadiy Fi-Dzikrillah, Kitab al-Halaqah dan Nur al-Daqaiq, Sirr al-'Arifin, Mir'at al-Iman, Dzikr al-Da'irah Qausai al-Adna, Mir'at al-Qulub, Syarah Mir'at al- Qulub, Kitab Ushul al-Tahqiq dll. Tentang Allah, Syamsuddin Sumatrani mengajarkan bahwa Allah itu Esa adanya, Qadim, dan Baqa. Tentang Penciptaan. Menggambarkan tentang
  • 8. 8 penciptaan dari Dzat yang mutlak. Tentang manusia ia berpendapat bahwa manusia seolah-olah semacam objek ketika Tuhan menzahirkan sifatnya. Semua sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia ini hanyalah sekedar penggambaran sifat-sifat Tuhan dan tidak bearti bahwa sifat-sifat Tuhan itu sama dengan sifat yang dimiliki manusia. I. Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani Ia termasuk seorang Shufi, putra dari seorang Ulama Tasawuf yang terkemuka di zamannya, bernama Syekh Abdul Jaiil bin Abdil Wahhab bin Syekh Ahmad Al-Mahdan Al- Yaman. Dari beberapa ungkapannya, ia sering mengatakan; seorang Shufi tidak boleh belajar dan berdzikir saja, tetapi ia harus tampil membela agama Islam dengan perjuangan pisik. Karena itu, ia gugur di medan peperangan ketika ia turut memimpin pasukan Muslim melawan Siam (Muanthai) yang hendak melenyapkan agama Islam. Mengenai kitab karangannya yang memuat ajaran Tasawuf antara lain : Shiraatul Muriid Fi-Bayaan Kalimatir Tauhid, Hidaayatus Saalikiin, Siyaarus Saalikin (empat jilid), Urwatul Wutsqaa, Nashiihatul Muslim Wa-Tadzkratul Mu'minin Fi-Sabilillah, Ratiib Syekh abdish Shamaad Al-Falimbaaniy. J. SyeikhBurhanuddin(1646-1693M) Beliau merupakan penduduk asli Minangkabau, lahir pada tahun 1056 H/1646 M dan meninggal pada bulanSyafar 1111 H/1693 M. Murid dari Syekh Abdul Ra‟uf Singkel yang berpaham Syafi‟I, Beliau mendirikan madrasah dan mengajar di ulakan,diantara murid-murid yang pernah belajar dengan beliau adalah; TuankuMansingan Nan Tuo, Tuanku Imam Bonjol. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Perkembangan tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses islamisasi di kawasan Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi. Adapun tokoh- tokoh sufi yang sangat berpengaruh di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, al-
  • 9. 9 Raniri, Abd. Rauf Sinkel, Abd Shamad al-Palembani, Sheh Yusuf al-Makassari, Nawawi al-Bantani, dan Hamka. Dari tokoh-tokoh tersebut di atas Islam di Indonesia berkembang dan dapat di terima oleh masyarakat bangsa Indonesia, walau tidak bisa di pungkiri ada perbedaan dan pertentangan di antara ajaran seorang sufi yang satu dengan tokoh sufi yang lain. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu kepada para pembaca, khususnya kepada dosen pembimbing untuk mengkritik makalah ini yang bersifat konstruktif, kami ucapkan terima kasih. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Nawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di nusantara, Surabaya: al-Ikhlas, 1999 Fathurrahman, Oman. Tanbih al-Masyi Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abadc 17, Bandung: Mizan, 1999 Nassr, Sayyid Husein. Ensiklopedi Tematis Spiirtualitas Islam Manifestasi, penterj. Tim Penerjemah Mizan, Bandung: Mizan Media Utama, 2003 Wahyudi, Agus. Inti Ajaran Makrifat Islam-Jawa: Menggali Ajaran Syeikh Siti Jenar dan Wali Songo dalam Perspektif Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Dian Yogyakarta, 2006 Zoet Mulder, P.J. Manunggaling Kawula Gusti, Pantheisme dan Monoisme dalam Sastra Suluk Jawa, penterj. Dick Hartoko, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990 [1] Abdullah, Nawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di nusantara, Surabaya: al-Ikhlas, 1999 [2] Nassr, Sayyid Husein. Ensiklopedi Tematis Spiirtualitas Islam Manifestasi, penterj. Tim Penerjemah Mizan, Bandung: Mizan Media Utama, 2003 [3] Ibid 205 [4] Fathurrahman, Oman. Tanbih al-Masyi Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abadc 17, Bandung: Mizan, 1999 [5] Ibid 175
  • 10. 10 Detik.com Mewakili Kepemimpinan Muda? M Setiawan Sampurna - detikNews Kamis, 16 Nov 2023 13:36 WIB Gibran di acara konsolidasi Koalisi Indonesia Maju Sumatera Selatan di Jakabaring Sport City, Palembang (Foto: Firda Cynthia/detikcom) Jakarta - Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden bersama Prabowo Subianto menimbulkan gelombang perbincangan dan perbedaan pendapat di seluruh Indonesia. Saat kita membahas topik ini lebih dalam, penting untuk mengeksplorasi implikasi potensial dari pencalonan ini dan menganalisis apakah hal ini menandakan sebuah langkah menuju transformasi politik oleh para pemimpin muda atau sekadar memperkuat gagasan dinasti berkuasa di bawah kepemimpinan Jokowi. Gembira dan Skeptis Munculnya pemimpin-pemimpin muda dalam dunia politik Indonesia disambut dengan perasaan gembira dan skeptis. Di satu sisi, hal ini memberikan peluang bagi perspektif segar, ide-ide inovatif, dan penyimpangan dari norma-norma politik tradisional. Di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai kelangsungan dinasti politik dan potensi nepotisme yang melemahkan meritokrasi dan representasi yang adil. Pencalonan Gibran menjadi katalis diskusi seputar isu ini. Meskipun tidak dapat disangkal bahwa ikatan kekeluargaan dengan Presiden Jokowi berperan dalam pencalonannya, kita juga harus mengakui kemampuan, kualifikasi, dan komitmennya terhadap pelayanan publik. Hal ini memberikan peluang untuk mencapai keseimbangan antara mengakui pengaruh hubungan kekeluargaan dan memastikan bahwa prestasi dan kompetensi tetap menjadi yang terdepan dalam seleksi politik. Lebih jauh lagi, pencalonan pemimpin muda seperti Gibran mencerminkan semakin besarnya pengakuan akan pentingnya keterwakilan pemuda dalam
  • 11. 11 proses pengambilan keputusan. Aspirasi dan keprihatinan generasi muda Indonesia harus diberi landasan dan secara aktif dimasukkan ke dalam lanskap politik negara. Melibatkan generasi muda tidak hanya memberikan perspektif baru, namun juga memastikan bahwa kebijakan mengatasi tantangan dan aspirasi mereka yang unik. Namun, penting untuk menghindari tokenisme atau menggunakan representasi pemuda hanya sebagai simbolisme tanpa adanya perubahan substantif. Keterwakilan pemuda yang sejati memerlukan partisipasi yang bermakna, keterlibatan aktif, dan penciptaan ruang inklusif agar suara-suara pemuda Indonesia yang beragam dapat didengar dan diperhatikan. Hal ini mencakup penyediaan platform untuk berdialog, berinvestasi dalam program pengembangan pemuda, dan menciptakan lingkungan di mana para pemimpin muda dapat berkembang dan berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Sebagai generasi muda Indonesia, kita telah menyaksikan transisi demokrasi yang penuh gejolak di negara ini selama beberapa dekade terakhir. Meskipun lanskap politik telah menjadi lebih progresif, keterwakilan kepentingan kaum muda masih kurang. Terpilihnya Gibran sebagai Wali Kota Solo pada usia 33 tahun pada 2020 telah memicu perdebatan. Bagi sebagian orang, kemenangan Gibran menandakan bangkitnya pemimpin- pemimpin muda yang berpikiran maju yang membentuk masa depan politik Indonesia. Bagi sebagian lainnya, hal ini merupakan contoh terbentuknya dinasti politik dan kekuasaan yang hanya dimiliki oleh segelintir keluarga elite. Sebagai warga negara muda yang menginginkan perubahan dan peluang politik nyata di negara Indonesia, banyak masyarakat yang terpecah di antara perspektif-perspektif ini. Ada yang ingin memiliki harapan terhadap potensi keterwakilan pemuda, namun tetap skeptis terhadap realisasinya ketika posisi kekuasaan tampaknya hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki nama belakang yang tepat. Konflik internal ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam sistem politik Indonesia yang kompleks antara cita-cita kemajuan demokrasi dan penguatan struktur kekuasaan yang sudah mapan.
  • 12. 12 Persimpangan Jalan Indonesia berada di persimpangan jalan, terpecah antara cita-cita demokrasi yang mendasari sistem politiknya dan kekuatan dinasti yang mengancam akan melemahkan cita-cita tersebut. Pencalonan Gibran menjadi wakil presiden semakin memperkeruh ketegangan ini. Di satu sisi, pemuda dan karisma Gibran menarik bagi generasi milenial dan generasi Z yang sedang berkembang, yang merupakan 60% pemilih. Pencalonannya menandakan upaya untuk memberikan representasi demografis yang lebih besar dan kepentingan dalam pemerintahan. Namun, ikatan kekeluargaan Gibran dengan presiden mengundang tuduhan nepotisme dan melemahkan ketidakberpihakan pemerintahan Jokowi. Dukungan presiden terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi yang menguntungkan putranya, seperti menurunkan persyaratan usia bagi para kandidat, telah menyebabkan para kritikus mempertanyakan apakah ia akan memanfaatkan sumber daya negara untuk membantu kampanye Gibran. Secara historis, demokrasi Indonesia telah terombang-ambing antara prinsip- prinsip demokrasi dan kekuasaan terpusat. Kebangkitan Jokowi di kalangan akar rumput mencerminkan hal tersebut, namun manuver pemerintahannya baru-baru ini berisiko mencerminkan hal tersebut. Pencalonan Gibran harus dilihat dalam konteks lintasan demokrasi Indonesia. Di permukaan, hal ini tampak sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan generasi dan memberikan suara kepada generasi muda. Namun, hal ini mungkin juga merupakan upaya sinis untuk merayu pemilih muda dan mengkonsolidasikan kekuatan politik dalam keluarga Jokowi. Masa depan demokrasi Indonesia bergantung pada keterwakilan generasi muda yang benar-benar mencerminkan aspirasi generasi muda, dan bukan hanya sekadar kedok politik dinasti. Peran cita-cita demokrasi, pengaruh dinasti, dan keterwakilan pemuda telah menyatu dalam pemilu kali ini. Generasi muda Indonesia akan membentuk jalur demokrasi ke depan, baik dengan menjaga esensi demokrasi pada intinya
  • 13. 13 atau membiarkan kekuatan strategis mengambil alih demokrasi. Negara ini berada di persimpangan jalan, dan masa depannya bergantung pada arah yang dipilihnya. Menawarkan Harapan Kita telah melihat dinamika kompleks yang terjadi menyikapi majunya Gibran sebagai calon wakil persiden. Di satu sisi, Gibran mewakili idealisme dan energi pemuda Indonesia yang menginginkan perubahan politik. Di sisi lain, pencalonannya menunjukkan menguatnya dinasti politik yang telah lama mendominasi negara ini. Bagi generasi muda Indonesia, majunya Gibran menawarkan harapan akan keterwakilan dan pengaruh yang lebih besar. Namun bagi para kritikus, hal ini menandakan ketahanan struktur kekuasaan yang sudah mapan dan mengancam reformasi demokrasi yang sejati. Ketika pencalonan Gibran terus berlanjut, Indonesia berada di persimpangan jalan. Apakah aspirasi generasi muda akan dihormati atau elite politik akan semakin mengkonsolidasikan kendali mereka? Hasilnya masih belum jelas. Yang pasti generasi muda Indonesia akan membentuk masa depan negaranya, baik melalui kerja sama atau tantangan terhadap status quo. Suara mereka penting dalam menentukan apakah pemimpin baru yang visioner dapat muncul atau dinasti politik akan bertahan. Pada akhirnya, generasi muda Indonesia dapat memegang kunci untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Jalan yang mereka pilih akan menentukan Indonesia untuk generasi mendatang. Perkembangan Awal Tasawuf dan Para Tokoh yang Paling Berpengaruh Header Mozaik Perkembangan Awal Tasawuf. tirto.id/Ecun Kontributor: Ali Zaenal, tirto.id - 7 Apr 2023 00:00 WIB Dibaca Normal 4 menit Ajaran tasawuf lahir sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah secara intens. Jalan ini juga memilih kesederhanaan dalam mencicip kehidupan dunia. tirto.id - Sejarah tasawuf dapat ditelusuri dari awal perkembangan Islam pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, sebagian muslim
  • 14. 14 memutuskan untuk hidup sederhana dan mengabdikan diri sepenuhnya pada Tuhan. Mereka mencari cara untuk mencapai pemahaman spiritual yang lebih dalam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka mengajarkan tentang pentingnya kesederhanaan, kejujuran, dan kebajikan. Beberapa di antaranya, seperti Hasan al-Basri dan Rabiah al-Adawiyah, dikenal sebagai tokoh-tokoh spiritual yang menginspirasi ajaran tasawuf. Pada abad ke-8, para sufi mulai muncul dan mengembangkan ajaran tasawuf secara lebih terstruktur. Mereka takarub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan mengembangkan praktik-praktik spiritual seperti zikir dan puasa untuk membantu para pengikutnya mencapai kesadaran spiritual yang lebih dalam tentang Tuhan. Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal tasawuf adalah Abu al-Hasan al- Syadzili, seorang sufi dari Mesir yang hidup pada abad ke-13. Ia dikenal sebagai pendiri Tarekat Syadziliyah, salah satu dari banyak tarekat (kelompok sufi) yang berkembang di seluruh dunia Islam. Tasawuf berkembang dengan pesat di Iran sejak abad ke-11, banyak tokoh sufi terkenal berasal dari negeri ini, seperti Jalaluddin Rumi dan Hafidz Asy-Syirazi. Tasawuf juga memiliki pengikut yang kuat di Mesir dengan lahirnya beberapa tokoh sufi terkenal seperti Imam Al-Ghazali dan Ibnu Arabi. Baca juga: Kecemerlangan dan "Kesesatan" Ibnu Arabi yang Merenggut Jiwanya Selain itu, tasawuf juga menyebar ke banyak negara seperti Pakistan, India, Turki, Indonesia, Malaysia, dan sejumlah negara di Afrika. Di Indonesia, beberapa tokoh tasawuf di antaranya adalah Syekh Syamsuddin As-Sumatrani, Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, dan Syekh Abdurrauf As- Singkili. Meskipun tasawuf mengalami tantangan dan kontroversi selama sejarahnya, ajaran-ajarannya tetap menjadi bagian integral dari tradisi dan khazanah keilmuan yang terus memengaruhi banyak umat Islam hingga saat ini. Penyebaran Tasawuf Penyebaran tasawuf mula-mula dilakukan para sufi dengan berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil di masjid dan di tempat- tempat lain untuk berzikir dan melakukan praktik-praktik spiritual lainnya.
  • 15. 15 Seiring waktu, ajaran ini kian meluas melalui perjalanan para sufi yang bepergian ke luar negeri untuk menyebarluaskan ajaran Islam, atau para pedagang dan musafir yang membawa ajaran tasawuf ke berbagai tempat yang mereka kunjungi. Penyebaran tasawuf terutama terjadi pada abad ke-9 hingga abad ke-12 Masehi, ketika banyak kelompok sufi berkembang dan menyebar di seluruh dunia Islam. Pada awalnya, misi penyebaran tasawuf dilakukan secara langsung melalui pertemuan-pertemuan dengan para murid dan penguasa di berbagai daerah. Para sufi datang ke suatu tempat untuk memberikan ceramah, membimbing umat Islam, dan memperkenalkan ajaran tasawuf kepada masyarakat setempat. Pada abad ke-11, para sufi mulai membentuk kelompok-kelompok keagamaan yang lebih terstruktur, yang dikenal sebagai tariqah atau tarekat. Kelompok- kelompok ini memiliki aturan dan praktik-praktik yang khusus, dan dipimpin oleh seorang guru atau syekh yang dianggap memiliki pengalaman spiritual dan pengetahuan yang mendalam tentang ajaran tasawuf. Selain itu, penyebaran tasawuf juga terjadi melalui literatur. Banyak karya sastra dan puisi tasawuf yang ditulis oleh para sufi yang berisi ajaran-ajaran tentang kesempurnaan spiritual dan hubungan manusia dengan Tuhan. Karya-karya ini menjadi sumber pengajaran bagi banyak orang dalam mengembangkan pemahaman mereka tentang ajaran tasawuf. Baca juga: Naik Haji & Bertasawuf: Cara "Hijrah" Orang Jawa di Masa Kolonial Diminati sebagai Gerakan Alternatif Seturut Azyumadi Azra dkk dalam Ensklopedi Tasawuf Jilid I A-H (2008), Islam memiliki dua dimensi, yakni dimensi lahir atau eksoterik yang mencakup syariat, seperti salat, puasa, zakat, dan berhaji. Satu lagi dimensi batin atau esoterik yang mencakup tasawuf. Kedua dimensi ini saling membutuhkan dan saling melengkapi. Tasawuf dianggap sebagai gerakan alternatif karena ajaran-ajarannya menekankan pada pengalaman spiritual individu terkait pengalaman langsung hubungan seseorang dengan Tuhan. Selain itu, tasawuf juga mengajarkan pada kesederhanaan serta keterlibatan dalam bermasyarakat. Para sufi mengajarkan nilai-nilai seperti kebaikan, kasih sayang, dan toleransi, yang merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting dalam agama Islam. Tasawuf juga menolak
  • 16. 16 materialisme dan lebih fokus pada nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi. Namun, seiring waktu, tasawuf juga mengalami perkembangan dan masuk ke dalam struktur keagamaan formal. Di beberapa negara, tasawuf terintegrasi dengan politik dan kekuasaan, yang menyebabkan pengaruhnya menjadi berbeda- beda di berbagai wilayah. Misalnya di Iran, sebagaimana ditulis Seyyed Hossein Nasr dalam Living Sufism (1970), persinggungan syiah dengan tasawuf secara simbolis berakhir setelah masa kepemimpinan Imam Ridha, imam syiah kedelapan. Kemudian ada juga pemikiran yang dilontarkan Muhammad Iqbal (1877-1938), filsuf dan penyair terkenal dari Pakistan. Ia memiliki pandangan yang khas mengenai tasawuf dan peran politik umat Islam. Iqbal percaya bahwa tasawuf adalah gerakan spiritual yang penting dalam Islam, karena tasawuf fokus pada peningkatan kualitas kehidupan spiritual individu dan masyarakat. Iqbal juga menganggap tasawuf sebagai salah satu cara untuk memperbaiki keadaan umat Islam yang seringkali terbelakang dan tertindas. Bagi Iqbal, tasawuf dan politik menjadi dua hal yang tak dapat dipisahkan. Tasawuf memberikan pemahaman tentang esensi agama Islam, sementara politik berperan dalam menjaga kekuatan dan keberlangsungan masyarakat Islam. Dalam konsep teo-demokrasi yang digagasnya, Iqbal menggabungkan unsur- unsur politik dan tasawuf. Ia percaya bahwa demokrasi adalah sistem politik yang paling cocok untuk menjaga nilai-nilai Islam, karena memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Namun demokrasi menurut Iqbal tidak dapat dilaksanakan secara sepihak tanpa mengacu pada nilai-nilai Islam yang mendasar. Oleh karena itu, dalam teo-demokrasi, kekuasaan politik dijalankan oleh para pemimpin yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang ajaran Islam. Baca juga: Syair dan Pemikiran Muhammad Iqbal, Politikus Pencetus Pakistan Tokoh-Tokoh Tasawuf Awal yang Paling Berpengaruh Tokoh-tokoh awal tasawuf memiliki peran penting dalam pengembangan tasawuf sebagai tradisi keilmuan Islam. Mereka membentuk karakteristik khas dari praktik-praktik dan pandangan- pandangan tasawuf yang dikenal sampai saat ini. Hasan Al-Basri (642-728 M),
  • 17. 17 salah satu tokoh awal tasawuf dan dianggap sebagai tokoh sufi pertama. Dikutip dari laman NU Online, dia berguru kepada sahabat nabi, seperti Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abdullah bin Mughaffal, ‘Amr bin Taghlib, Abu Burzah al-Aslami, dan masih banyak lagi. Pemikiran Hasan al-Bashri dalam bidang tasawuf sangat berpengaruh, khususnya dalam hal tawakal, zuhud, dan iktikad. Ia mengajarkan untuk selalu bertawakal kepada Allah dalam segala hal, tidak tergantung kepada dunia atau materi, serta selalu memperbaiki niat dalam segala tindakan. Hasan al-Bashri juga menekankan pentingnya zuhud dan menjaga hati dari cinta kepada dunia, serta menyarankan untuk selalu memperbaiki hubungan dengan Allah dan merenungkan makna-makna kehidupan. Baca juga: Ketika Kitab Ihya Ulumuddin Karya Al-Ghazali Diragukan Ulama Di mata para sufi, Hasan Al-Bashri dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling menonjol dalam memadukan antara ilmu dan amal, yaitu mengetahui dan mengamalkan agama dengan sebaik-baiknya. Ia mengajarkan bahwa ilmu tanpa amal tidak berarti dan amal tanpa ilmu adalah buta, sehingga penting untuk selalu menggabungkan keduanya. Dalam keseharian, dia juga terkenal dengan sikap rendah hati dan penuh kasih sayang kepada sesama. Ia sering kali memberikan nasihat yang santun dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Kesederhanaan dan keterbukaan hatinya membuat banyak orang terpikat dan merasa nyaman ketika berbicara dengannya. Tokoh lain yang memiliki pengaruh dalam perkembangan awal tasawuf ialah Junaid al-Baghdadi (830-910 M), salah satu tokoh sufi yang membentuk banyak konsep dan praktik tasawuf modern. Ia menekankan pada pentingnya pengetahuan dan kesederhanaan dalam praktik sufi, serta menolak praktik-praktik ekstrem yang bertentangan dengan ajaran Islam. Selanjutnya ada tokoh sufi fenomenal, yakni Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M) yang menulis banyak karya penting dalam tradisi tasawuf, termasuk karya monumentalnya Ihya Ulumuddin. Karya ini menjadi referensi utama dalam banyak tarekat dan ilmu tasawuf yang diajarkan di sekolah maupun pesantren- pesantren. Tak lengkap juga jika kita membicarakan tasawuf tanpa menyebut Jalaluddin Rumi (1207-1273 M), tokoh sufi sekaligus penyair terbesar dalam
  • 18. 18 sejarah Persia. Dia memimpin sebuah tarekat sufi yang dikenal sebagai Tarekat Maulawi. Beberapa karyanya, terutama Mathnawi, sangat dihormati dan dihargai oleh banyak orang sebagai salah satu warisan sastra terbesar dalam sejarah. Cara Mengirim opini ke tirto.id 31 Desember 2019 magungakbar.com 0 Komentar Kali ini kita akan membahas cara mengirim opini ke laman tirto.id Tirto.id adalah sebuah situs berita, artikel, opini, dan infografik di Indonesia. Pertama kali tayang pada Februari 2016 dan diresmikan pada 3 Agustus 2016. Nama Tirto diambil dari pahlawan nasional bapak pers Tirto Adhi Soerjo yang pada masanya mendirikan surat kabar Soenda Berita, Medan Prijaji, dan Poetri Hindia juga pembentukan Sarekat Dagang Islam (SDI). Tirto.id adalah media online terkini. Menyajikan tulisan dan infografik berita nasional dan internasional serta analisis berdasarkan fakta dan data. Apa saja syarat tulisan yang layak dimuat oleh rubrik opini Tirto? Editor menerima esai yang ditulis dengan sudut pandang dan argumen yang jelas dan ringkas. Jargon-jargon yang tidak familiar wajib dijelaskan di dalam badan tulisan. Editor tidak menerima tulisan dengan paparan bertele-tele, obskurantis, dan mengaburkan pokok bahasan. Kolom opini belum diterbitkan di media lain dan tidak plagiat. Kolom opini Tirto terbuka untuk tulisan dari pelbagai macam kajian dan disiplin ilmu. Respons atas topik terkini dan isu-isu jangka panjang yang krusial bagi diskursus publik akan diprioritaskan. Pencantuman referensi? Pencantuman rujukan tidak menggunakan catatan kaki atau catatan akhir. Judul buku/tulisan beserta tahun terbit dan nama penulis dimuat langsung di badan tulisan. Judul buku ditulis dengan cetak miring, sementara judul esai lepas, tulisan jurnal, atau bab dalam buku yang dirujuk ditulis dengan tanda kutip (“…”). Tautan elektronik (URL) langsung ditulis di badan teks dalam tanda kurung dan tidak dicantumkan sebagai hyperlink. Contoh: “… seperti yang dikemukakan
  • 19. 19 dalam artikel Tirto, “Harga Apartemen Terjangkau Makin Bergeser ke Pinggir Jakarta…” (https://tirto.id/harga-apartemen-terjangkau-makin-bergeser-ke- pinggir-jakarta-cCD4). Bukan: “… seperti yang dikemukakan dalam artikel Tirto, “Harga Apartemen Terjangkau Makin Bergeser ke Pinggir Jakarta…” Ke mana saya harus mengirimkan opini? Kirimkan tulisan email ke opini@tirto.id, disertai lampiran berkas tulisan, foto, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan nomor rekening beserta alamat cabang bank. Format subjek email: [OPINI] – judul tulisan – nama penulis. Berapa panjang artikel opini Tirto? Tirto menerima esai opini sepanjang minimal 800 dan maksimal 1.500 kata. Berapa lama saya harus menunggu jawaban editor? Maksimal 7 hari setelah dikirim. Tulisan Anda tidak kami terbitkan jika editor tidak merespons dalam waktu 7 hari.