1. Critical Appraisal of Journal KEPANITERAAN IKA
FK UKRIDA PERIODE 10 APR– 17 JUNI 2023
RSUD CENGKARENG
Dokter Pembimbing: dr. Andhika T. Hutapea Sp. A(K)
Charlos Rohy
(112022209)
2. Outline
I. PENDAHULUAN
a. Judul jurnal
b. Penulis jurnal
c. Publikasi
d. Penelaah & tgl telaah
II. TELAAH KRITIS
a. Outline/Abstrak
b. Introduction
c. Metode
d. Hasil
e. Diskusi
III. PENUTUP
Kesimpulan
3. 1. Judul Jurnal/ Artikel : Tackling Neonatal Sepsis—Can It Be Predicted?
2. Penulis : Špela But, Brigita Celar and Petja Fister
3. Publikasi dan Link : Licensee
MDPI,Basel,Switzerland.https://doi.org/10.3390/ijerph20043644
4. Penelaah : Charlos Rohy
5. Tanggal Telaah : 25 April 2023
I. PENDAHULUAN
4. Abstrak
Latar Belakang
Tanda-tanda awal sepsis pada neonatus seringkali tidak kentara dan tidak spesifik, perjalanan klinisnya cepat dan fulminan. Tujuan dari penelitian
kami adalah untuk menganalisis penanda diagnostik untuk sepsis neonatal dan membangun sebuah aplikasi yang dapat menghitung probabilitasnya.
Metode
Studi klinis retrospektif dilakukan pada 497 neonatus yang dirawat di Departemen Klinis Neonatologi Rumah Sakit Anak Universitas di Ljubljana
dari tahun 2007 hingga 2021. Neonatus dengan diagnosis sepsis dipisahkan berdasarkan kultur darah, klinis dan penanda laboratorium. Pengaruh
faktor perinatal juga diamati. Kami melatih beberapa model pembelajaran mesin untuk memprediksi sepsis neonatal dan menggunakan model dengan
kinerja terbaik dalam aplikasi kami.
Hasil
Tiga belas fitur menunjukkan kepentingan diagnostik tertinggi: konsentrasi serum protein C-reaktif dan prokalsitonin, usia onset, persentase neutrofil
dan limfosit imatur, jumlah leukosit dan trombosit, berat lahir, usia kehamilan, skor Apgar 5 menit, jenis kelamin , perubahan toksik pada neutrofil,
dan persalinan. Aplikasi online yang dibuat memprediksi kemungkinan terjadinya sepsis dengan menggabungkan nilai data dari fitur-fitur tersebut.
Kesimpulan
Aplikasi kami menggabungkan tiga belas fitur paling signifikan untuk perkembangan sepsis neonatal dan memprediksi kemungkinan sepsis pada
neonatus.
5. Introduction
• Sepsis adalah sindrom disfungsi organ yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon
disregulasi terhadap infeksi. Risiko berkembangnya sepsis sangat tinggi pada neonatus karena sistem kekebalan
mereka yang rentan dan kurang berkembang. Tanda-tanda awal sepsis seringkali tidak kentara dan tidak
spesifik, mulai dari ketidakstabilan suhu (hipotermia lebih sering daripada demam) hingga tanda-tanda klinis
pernapasan dan jantung, makan yang buruk, dan kelesuan. Namun, perjalanan klinis sepsis neonatal bisa sangat
cepat dan fulminan.
• Sepsis neonatal tetap menjadi isu topikal bagi dokter anak di seluruh dunia. Insidensi sepsis neonatorum pada
tingkat global diperkirakan 2.824 neonatus per 100.000 kelahiran hidup, atau 2,8%, sebagian besar ditentukan
oleh tingkat pendapatan negara. Sementara tingkat morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi masih menjadi
perhatian utama negara-negara kurang berkembang, negara-negara maju berayun antara resep antibiotik yang
berlebihan dan resep yang kurang karena terlambat bertindak
6. Introduction
• Berdasarkan onset, sepsis neonatal dibagi menjadi 2 yakni: neonatal early-onset sepsis (EOS), yang
berkembang dalam 72 jam pertama kehidupan, dan late-onset sepsis (LOS), yang berkembang
setelah itu. Secara umum, EOS paling sering disebabkan oleh Group B Streptococcus (GBS) dan
Escherichia coli(E.coli), sedangkan agen utama LOS tampaknya adalah Coagulase-negative
Staphylococci (CoNS) dan Staphylococcus aureus(S aureus), diikuti oleh E.colidan GBS. Onset
sangat tergantung pada faktor perinatal seperti jenis kelamin, usia kehamilan, berat lahir, skor
Apgar, jenis persalinan, dan faktor ibu.
7. • Selama bertahun-tahun para peneliti mencari alogaritma pengenalan neonatus dengan sepsis yang tepat
dan cepat yang bertujuan untuk mendeteksi dini sepsis neonatus lalu diikuti dengan pengobatan spesifik
dan efektif. Dan titik focus utama adalah pada konsentrasi serum CRP dan PCT, jumlah sel darah
lengkap (CBC), dan rasio antara jumlah neutrofil imatur dan total (I:T). Namun beberapa peneliti juga
telah meninjau pemodelan pohon keputusan dimana peneliti berfokus pada penggabungan penanda
penyakit dan membuat model prediksi dari penanda tersebut. Dengan parameter ibu, neonatal dan
laboratorium sebagai prediktor yang diakui dan dapat diajukan sebagai tools deteksi dini sepsis neonates
• Tujuan -> untuk mengusulkan suatu pendekatan yang dapat lebih mudah dan tepat membedakan
neonatus dengan sepsis dari mereka yang tidak sepsis. Kami berusaha untuk membangun aplikasi yang
dapat menghitung kemungkinan sepsis dan karenanya dapat membantu dokter dalam diagnosis yang
lebih tepat waktu dan perawatan neonatus yang beralasan.
Introduction
8. • Data yang dikumpulkan terdiri dari faktor perinatal, tanda klinis, dan penanda laboratorium
infeksi.
• Faktor perinatal yang diamati adalah usia kehamilan, berat lahir, lingkar kepala, jenis kelamin, jenis
persalinan, skor Apgar 5 menit, faktor risiko ibu (misalnya, pecah ketuban yang berkepanjangan,
profilaksis antimikroba intrapartum, paparan prenatal steroid), cairan ketuban bernoda mekonium, dan
usia onset.
• tanda-tanda klinis, kami mengamati perubahan suhu tubuh (>38,5◦C/<36,0◦C), adanya takikardia (>160
kali/menit), takipnea (>60 kali/menit), tidak nafsu makan, pengisian kapiler lama (>3 detik), mudah
tersinggung, lesu, dan ikterus.
• laboratorium infeksi, serum CRP dan konsentrasi PCT dan CBC.
• Neonatus dengan diagnosis sepsis dipisahkan berdasarkan hasil kultur darah, tanda klinis, dan
penanda laboratorium infeksi dan kemudian dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok sepsis yang
terbukti, kemungkinan, dan diduga.
Metode
9. • Untuk tujuan pelatihan model yang lebih akurat, neonatus dalam kelompok
yang terbukti dan kemungkinan didefinisikan sebagai septik, dan neonatus
dalam kelompok yang diduga sepsis dan kontrol didefinisikan sebagai non-
septik.
• Analisis multivariabel, model Random Forest (Classification and Regression
Trees atau CART). Dengan modifikasi data yang bertujuan meningkatkan akurasi
dari pemodelan Random Forest.
Metode
10. • Fitur-fitur paling penting yang digunakan dalam
modifikasi data yang digunakan adalah
• Konsentrasi serum CRP
• Usia onset
• Persentase neutrofil imatur
• Konsentrasi serum PCT
• Persentase limfosit
• Jumlah leukosit
• Jumlah trombosit
• Berat lahir
• Usia kehamilan
• Skor apgar 5 menit
• Jenis kelamin
• Adanya racun perubahan neutrofil
• Jenis persalinan
• Penyempurnaan hyperparameter : pencarian
grid dengan k-fold dan Cross-Validation
(akurasi meningkat 10x)
Metode
11. • Kriteria Inklusi
Neonatus yang dirawat di Departemen Klinis Neonatologi Rumah
Sakit Anak Universitas di Ljubljana dari tahun 2007 hingga 2021.
Neonatus yang didiagnosis dengan sepsis neonatal berdasarkan
Klasifikasi Penyakit Internasional (P36.0–P36.9), dan mewakili
kelompok kontrol.
• Kriteria Eksklusi
Bayi dengan data yang hilang
Metode
12. Gambar 1.Kelompok studi dari 497 neonatus: kelompok kontrol dan suspek
sepsis yang terdiri dari kelompok non-sepsis dan kemungkinan dan terbukti
sepsis yang terdiri dari kelompok sepsis.
Hasil
13. Hasil
Gambar 2. Patogen diisolasi dari 91 kultur darah positif pada kelompok sepsis yang
terbukti.
15. Hasil
Tabel 3. Model regresi u/hub. antara early atau late term dan
risiko epilepsi, disabilitas sblm u-20 th dan kematian sblm u- 5 tahun (n = 1.030.168)
X X X
16.
17.
18.
19. • Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah sepsis neonatal dapat diukur dan
diprediksi bahkan pada tahap awal perkembangannya dengan cara :
• Menetapkan faktor risiko, tanda klinis, dan penanda diagnosis infeksi mana yang paling umum dan
paling signifikan untuk mencapai diagnosis.
• Mengklasifikasikan fitur berdasarkan kepentingan untuk memprediksi sepsis neonatal dan
menyematkan kombinasi terpilih ke dalam aplikasi online. Kriteria inklusi adalah kesamaan dan
kepentingan atau signifikansi fitur dalam memprediksi sepsis neonatorum.
• Berdasarkan penelitian ini ditemukan 5 faktor risiko perinatal untuk mengalami sepsis neonatal, yakni :
Jenis kelamin laki-laki, kelahiran pervaginam, skor apgar 5 menit yang lebih rendah (<7), usia kehamilan
lebih rendah dan berat lahir rendah (BBLR).
Diskusi
20. • Berdasarkan Tabel 2. secara umum jenis kelamin laki-laki memiliki kerentanan lebih besar terhadap sepsis
neonatal maupun gejala lain dalam kelompok non-sepsis pada hari-hari setelah kelahiran dari pada jenis
kelamin perempuan.
• Neonatus yang dilahirkan pervaginam umumnya berisiko lebih tinggi mengalami sepsis karena transmisi
patogen verticala (ibu-neonatus), terlebih jika sang ibu terkolonisasi dengan Group B Streptococcus
(GBS) yang diakui bertanggungjawab pada kejadian Early Onsite Sepsis.
• Skor Apgar yang lebih rendah menunjukkan bahwa neonatus membutuhkan perhatian medis segera
setelah lahir dan dapat dikaitkan dengan risiko infeksi yang lebih besar.
• Neonatus prematur dan BBLR lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan mereka yang kurang
matang dan defisit antibodi IgG ibu pelindung yang melewati plasenta neonatus cukup bulan.
Diskusi
21. • Didapatkan bahwa LOS lebih umum terjadi daripada EOS (waktu onset rata-rata adalah 9,5 hari).
• Dari semua nilai laboratorium yang diuji, hanya jumlah leukosit dan trombosit, persentase neutrofil dan
limfosit imatur, adanya perubahan toksik pada neutrofil, dan konsentrasi serum CRP dan PCT yang berperan
penting untuk mendiagnosis sepsis neonatal (Gambar3).
• Perlu kehati-hatian dalam penafsiran CBC pada neonatus karena rentang nilai normal leukosit pada bayi
yang cukup lebar → tidak bertindak sebagai tools yang tepat untuk penilaian infeksi. Leukosit umumnya
bernilai tinggi di hari pertama kehidupan lalu turun di hari kemudian. Namun dalam beberapa literatur,
jumlah leukosit yang rendah dihubungkan dengan kejadian EOS dan LOS sedangkan jumlah leukosit
tinggi hanya dihubungkan dengan LOS.
• Saat menginterpretasikan leukosit, kita harus mempertimbangkan jumlah neutrophil, dimana neutrophil
cinderung lebih rendah pada usia kehamilan yang lebih rendah dan bahwa kondisi klinis lain juga dapat
mempengaruhinya (asfiksia, perinatal, demam ibu, sindrom aspirasi meconium dan rute persalinan.
Diskusi
22. • Rasio I:T merupakan indikator paling sensitive dari septik neonatus dari semua pemeriksaan
hematologi.
• CRP adalah protein fase akut dan penanda infeksi yang paling umum digunakan pada neonatus. Ini
disintesis di hati sebagai respons terhadap infeksi atau kerusakan jaringan. Dalam penelitian ini,
konsentrasi serum CRP bertindak sebagai fitur yang paling penting untuk mendiagnosis sepsis
dengan nilai kepentingan 0,37 (Gambar3). Nilainya jauh lebih tinggi pada kelompok sepsis
dibandingkan dengan kelompok non-sepsis, di mana mediannya adalah 0 (Tabel4).
• PCT bertindak sebagai protein fase akut yang konsentrasi serumnya meningkat seiring dengan
beratnya infeksi. Berlawanan dengan konsentrasi serum CRP, infeksi bakteri lokal, dan infeksi virus
dan non-bakteri lainnya menghasilkan peningkatan konsentrasi serum PCT yang lebih rendah.
Diskusi
23. Kesimpulan
Kesimpulannya, penanda diagnostik yang ideal untuk sepsis neonatorum masih belum diketahui.
Dalam prakteknya, diagnosis sepsis pada neonatus dicapai dengan menggabungkan faktor risiko
perinatal, tanda klinis dan penanda laboratorium infeksi, dan hasil kultur darah. Mengumpulkan
semua penanda yang diperlukan dapat memakan waktu, tetapi manajemen awal neonatus yang
berpotensi septik sangat penting. Mengingat membantu dokter dalam mencapai diagnosis sepsis
neonatal yang tepat waktu dan lebih tepat, kami membuat aplikasi yang memprediksi
kemungkinannya. Semoga aplikasi ini dapat berguna bagi ahli neonatologi saat menangani neonatus
yang berpotensi septik dan berdampak pada perawatan pasien secara keseluruhan. Kami percaya
pekerjaan kami menunjukkan langkah yang menjanjikan menuju pemodelan prediksi di bidang
sepsis neonatal; namun, penelitian ekstensif dan pengembangan lebih lanjut masih sangat
dibutuhkan.
III. PENUTUP