Dokumen tersebut membahas konsep Tuhan dalam agama Buddha. Agama Buddha dianggap agnostik dan ateist karena tidak memiliki konsep Tuhan sebagai pencipta atau pengatur alam semesta. Ajaran Buddha mendefinisikan Tuhan sebagai "Yang Mutlak" yang tidak terlahirkan, tidak berwujud, dan tidak diciptakan. Ketuhanan dalam agama Buddha adalah suatu yang tidak berkepribadian dan tidak dapat digambarkan.
1. 1. Secara umum, kebanyakan pandangan yang ada menganggap seseorang yang beragama
harus mempunyai “Satu Tuhan yang diakui”. Konsep Tuhan dari sudut pandang ini jelas
mempersonifikasikan Tuhan sebagai Sosok pribadi atau makhluk seperti halnya manusia.
Keyakinan akan konsep ini tentunya bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena sejak kecil
kita sudah mendapat modal yang kuat akan konsep Tuhan sebagai makhluk Adikuasa yang
mencipta alam semesta beserta seluruh isinya dari pendidikan disekolah maupun
lingkungan sekitar kita.
2. Yang sulit adalah, ketika kita mendapatkan kebenaran hakiki dari suatu konsep yang
lain, yang menyatakan bahwa konsep yang kita yakini selama ini ternyata keliru atau salah.
Sulitnya karena kemelekatan kita pada konsep tersebut (bahwa “Tuhan dipandang
sebagai Sosok Pribadi”, pengatur dan penc ipta alam semesta beserta isinya) telah begitu
kuat. Jika kemelekatan (Kepercayaan) kita terhadap konsep itu sudah demikian kuatnya,
maka kita akan selalu menjadi pendebat seluruh konsep yang ada, walaupun konsep yang
lain mungkin menawarkan sudut pandang yang sebenarnya.
Sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan, dalam agama Buddha itu Tuhannya yang
mana, bagaimana pula karakteristiknya, mengapa pula dalam sutta-sutta ataupun ceramah
Dhamma, konsep tentang Tuhan ini sangat jarang disinggung ?. Bagaimana sesungguhnya
konsep mengenai Tuhan dalam agama Buddha ?
3. Menurut para ahli di luar negeri, dikatakan bahwa agama Buddha digolongkan sebagai
agama yang Agnostik (Tidak mengetahui keberadaan Tuhan) dan tidak mengenal Tuhan
pencipta (Atheis). Selain itu, menurut para Atheis, dikatakan bahwa Buddhisme tidak bisa
disebut sebagai agama, karena tidak adanya Tuhan dan segala macamnya, namun lebih
cenderung ke filosofi.
Dalam teori Buddhis, memang tidak dikenal adanya konsep Tuhan dengan definisi sebagai
pencipta dan pengatur alam semesta beserta segala isinya dengan watak atau sifat-sifat seperti
manusia, yang bisa marah, senang, benci, sayang, dsb. Sehingga agama Buddha sering
disebut Atheis.
Tentunya konsep ini sangat tidak memuaskan beberapa pihak dan orang-orang yang sudah
terlanjur melekat pada pandangan Tuhan sebagai pribadi atau makhluk Yang Agung, Maha
Tinggi dan Maha segala-galanya, dimana menuntut setiap agama harus mempunyai konsep
yang sama seperti itu. Namun, cara pandang ajaran Buddha terhadap konsep Tuhan ini
memang sangat berbeda dibanding agama-agama lainnya.
4. TUHAN dalam agama Buddha didefinisikan sebagai “Yang Mutlak” , maka jika meminta
definisi Tuhan sebagai Yang Mutlak ini, kita dapat merujuk pada uraian sabda Sang Buddha
tentang Nibbana yang ada pada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3.
“Ketahuilah para Bhikkhu,
bahwa ada sesuatu Yang tidak dilahirkan,
Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang mutlak.
Apabila tidak ada Yang tidak dilahirkan,
Yang tidak menjelma,Yang tidak diciptakan, Yang mutlak,
2. maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi, karena ada Yang tidak dilahirkan,
Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang mutlak,
maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunc ulan dari sebab yang lalu”.
5. Dalam hal ini agama Buddha termasuk agama Theistik (ber-Tuhan). “Yang Mutlak” itu
sendiri adalah istilah falsafah, bukan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan
keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan “Yang Mutlak” itulah yang disebut dengan
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
6. Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang
Asamkhatang" yang artinya "Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak menjelma, Tidak
tercipta dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang
“Tanpa Aku” (anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakan dengan
suatu sosok yang berkepribadian) dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun.
Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang
berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara)
dengan cara bermeditasi.
Agama Buddha boleh-boleh saja dikatakan Atheis, karena jika melihatnya hanya dari sudut
pandang Personal, agama Buddha memang tidak memiliki Tuhan yang berkepribadian
seperti itu. (yang memiliki sifat murka, cemburu, menghukum, pilih kasih, sayang dan
sebagainya ).
“Apabila, O para bhikkhu, makhluk-makhluk mengalami penderitaan dan kebahagiaan
sebagai hasil atau sebab dari ciptaan Tuhan (Issaranimmanahetu), maka para petapa
telanjang ini tentu juga diciptakan oleh satu Tuhan yang jahat/nakal (Papakena Issara),
karena mereka kini mengalami penderitaan yang sangat mengerikan”.
(Devadaha Sutta, Majjhima Nikaya 101)