SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
INVESTASI JEPANG
KE INDIA
Suzuki Motor Corporation
Eric Hariyanto Wijaya
00000022136
Abstract
Menjelaskan latar belakang, bentuk, analisa, dan perkembangan investasi Jepang ke India
menggunakan studi kasus Suzuki Motor Corporation.
Manajemen Internasional Page 1 of 31
1 DAFTAR ISI
2 Latar Belakang ..........................................................................................................................................3
2.1 Jepang..................................................................................................................................................3
2.1.1 Masyarakat dan Budaya Jepang..............................................................................................4
2.1.2 Etika Bisnis di Jepang...............................................................................................................6
2.1.3 Dimensi Nilai Budaya Jepang.................................................................................................8
2.2 India.................................................................................................................................................. 13
2.2.1 Masyarakat dan Budaya India.............................................................................................. 14
2.2.2 Etika Bisnis di India ............................................................................................................... 16
2.2.3 Dimensi Nilai Budaya India................................................................................................. 18
3 Investasi Jepang ke India...................................................................................................................... 22
3.1 Komunikasi dan Negosiasi antara Jepang dan India............................................................... 22
3.2 Pengambilan Keputusan Antara Jepang dan India................................................................... 24
4 Suzuki Motor Corporation................................................................................................................. 26
4.1 Sejarah ............................................................................................................................................. 26
4.2 Maruti Suzuki India Limited......................................................................................................... 26
4.2.1 Kronologi Masuknya Jepang ke India................................................................................ 26
4.3 Alasan Untuk membuat pabrik di India .................................................................................... 27
4.4 Model Hirarki dari Pengambilan Keputusan Strategis........................................................... 28
4.4.1 Mengidentifikasi Potensi Market........................................................................................ 28
4.4.2 Ancaman / Peluang................................................................................................................ 28
4.4.3 Penilaian Daya Tarik Pasar.................................................................................................. 28
4.4.4 Kekuatan / Kelemahan......................................................................................................... 28
4.4.5 Penilaian Strategi yang tepat............................................................................................... 29
Manajemen Internasional Page 2 of 31
4.4.6 Memutuskan Strategi............................................................................................................ 29
4.5 Analisis menggunakan Porter’s Five Forces Industry-Based Model ........................................... 29
4.6 Strategi Suzuki untuk memasuki pasar India ........................................................................... 30
5 Daftar Referensi.................................................................................................................................... 31
Manajemen Internasional Page 3 of 31
2 LATAR BELAKANG
2.1 JEPANG
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Samudera Pasifik.
Ibukota Tokyo
Populasi 127,103,388 (2014)
Agama Shinto dan Buddhist 84%, lainnya 16% (termasuk Kristen 0.7%).
Struktur Umur 0-14 tahun: 13.2% (pria 8,681,728 / wanita 8,132,809)
15-24 tahun: 9.7% (pria 6,429,429 / wanita 5,890,991)
25-54 tahun: 38.1% (pria 23,953,643 / wanita 24,449,655)
55-64 tahun: 13.2% (pria 8,413,872 / wanita 8,400,953)
Lebih dari 65: 25.8% (pria 14,218,655 / wanita 18,531,653) (2014)
Pertumbuhan Populasi -0.13% (2014)
Tingkat Kelahiran 8.07 kelahiran / 1,000 populasi (2014)
Tingkat Kematian 9.38 kematian / 1,000 populasi (2014)
Populasi Kota Besar TOKYO (ibukota) 37.217 juta; Osaka-Kobe 11.494 juta; Nagoya
3.328 juta; Fukuoka-Kitakyushu 2.868 juta; Sapporo 2.742 juta;
Sendai 2.428 juta (2011)
Manajemen Internasional Page 4 of 31
GDP ≈ $5 Triliun (ekonomi terbesar ke-2). Per kapita $38,633.71 USD
(2013)
Minimum Upah 780 JPY/Jam ≈ USD 6.89/Jam (2015) ≈ USD 55.12 / Hari (8 jam)
Industri Otomotif, elektronik konsumen, komputer, semikonduktor, besi,
dan baja
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
700.000 ilmuan dan $130 miliar US Dollar untuk R&D – terbesar ke
3.
Harapan Hidup Total populasi: 84.46 tahun
Pria: 81.13 tahun
Wanita: 87.99 tahun (2014)
2.1.1 Masyarakat dan Budaya Jepang
Orang Jepang dan “Muka”
 Menjaga “muka” sangat penting di masyarakat Jepang.
 Orang Jepang percaya bahwa menolak permintaan seseorang menyebabkan orang yang
mengajukan malu dan kehilangan “muka”.
 Jika permintaan tidak dapat disetujui, mereka akan mengatakan “hal itu tidak nyaman” atau
“akan kami pertimbangkan”.
 “Muka” merupakan tanda martabat pribadi dan berarti memiliki status yang tinggi.
 Orang Jepang tidak akan melakukan hal-hal yang dapat membuat mereka kehilangan
“muka”.
 Oleh karena itu, mereka tidak akan mengkritik atau menghina orang lain di depan umum.
Harmoni dalam Masyarakat Jepang
 Harmoni adalah kunci dalam masyarakat Jepang.
 Harmoni adalah filosofi utama dalam keluarga Jepang, Bisnis, dan masyarakat pada
umumnya.
 Anak-anak di Jepang sudah diajarkan untuk berperilaku harmonis dan kooperatif dengan
orang lain pada saat mereka masuk pre-school.
Manajemen Internasional Page 5 of 31
 Sistem edukasi Jepang menekankan pada saling ketergantungan antara semua orang, anak-
anak di Jepang dibesarkan untuk bekerja bersama orang lain, bukan independen.
 Kebutuhan akan relasi yang harmoni ini terlihat pada banyak perilaku orang Jepang.
 Mereka sangat menekankan kesopanan, tanggung jawab pribadi, dan bekerja bersama
untuk kebaikan bersama, bukan kebaikan pribadi.
 Mereka melihat bahwa bekerja dalam harmoni sangat penting untuk produktivitas
pekerjaan.
Komunikasi Non-Verbal
 Orang Jepang menggunakan ekspresi wajah, nada suara, dan postur tubuh untuk
memberitahukan perasaan / maksud mereka kepada lawan bicara.
 Mereka biasanya percaya pesan non-verbal daripada kata-kata, karena kata-kata
mempunyai beberapa arti.
 Mengerutkan kening pada saat lawan bicara sedang berbicara menunjukkan ketidak-
setujuan.
 Kebanyakan orang Jepang mempertahankan ekspresi tenang saat berbicara.
 Komunikasi non-verbal sangat penting, bahkan sampai ada buku untuk membaca
komunikasi non-verbal orang Jepang.
 Memandang mata seseorang dianggap tidak sopan, terutama kepada orang yang lebih
senior.
 Orang Jepang menghindari kontak mata untuk menjaga privasi mereka.
Hirarki di Jepang
 Orang Jepang sangat sadar akan umur dan status.
 Semua orang berada pada hirarki tertentu, misalnya dalam keluarga, keluarga besar, sosial,
dan Bisnis.
 Di sekolah, murid melihat murid lain sebagai senior (“senpai”) atau junior (“kohai”).
 Orang paling tua dalam grup tertentu selalu dihormati. Dalam situasi sosial, mereka akan
dilayani terlebih dahulu dan minuman mereka akan dituangkan untuk mereka.
Manajemen Internasional Page 6 of 31
2.1.2 Etika Bisnis di Jepang
Pemahaman Cara Asing
 Orang Jepang mengerti bahwa orang asing sangat sulit untuk bekerja di Jepang.
 Mereka tidak akan mengharapkan orang asing untuk berbicara atau membaca Bahasa
Jepang.
 Kesalahan diperbolehkan, selama sikap menghormati selalu ditunjukkan.
Relasi dan Komunikasi
 Orang Jepang lebih memilih untuk melakukan Bisnis berdasarkan hubungan personal.
 Pada umumnya, diperkenalkan atau direkomendasikan oleh seseorang yang sudah
mempunyai hubungan yang baik dengan perusahaan sangat membantu karena hal tersebut
memungkinkan orang Jepang untuk menempatkan Anda pada hirarki mereka.
 Salah satu cara untuk membangun dan menjaga hubungan adalah dengan kartu ucapan
seasonal.
Etika Pertemuan Bisnis
 Appointment diharuskan, harus dibuat beberapa minggu sebelumnya.
 Lebih baik untuk melakukan panggilan telepon untuk appointment, daripada mengirim
surat, fax, atau email.
 Ketepatan waktu sangat penting.
 Karena Jepang adalah masyarakat kolektif, persiapkan untuk meeting group.
 Orang Jepang yang paling senior akan duduk paling jauh dari pintu, kemudian yang lain akan
duduk berurutan berdasarkan jenjang tinggi ke rendah sampai orang yang paling junior
akan duduk di dekat pintu.
 Akan perlu beberapa kali meeting untuk melakukan Bisnis.
 Perkenalan pertama sangat penting untuk membangun fondasi untuk keberhasilan relasi.
 Anda akan diberikan beberapa Bisnis kecil sebagai percobaan apakah Anda dapat
menjalankan komitmen.
 Jika Anda merespon dan Cepat dan excellent, maka Anda membuktikan kemampuan Anda
dan membangun kepercayaan terhadap Anda.
Manajemen Internasional Page 7 of 31
 Jangan pernah menolak permintaan, walaupun sangat sulit dan tidak menguntungkan.
Orang Jepang sangat mengutamakan relasi jangka panjang.
 Selalu persiapkan literatur mengenai perusahaan Anda dan testimonial dari client.
 Berikan hadiah kecil kepada orang yang paling senior pada akhir meeting.
Negosiasi Bisnis
 Orang Jepang tidak suka konfrontasi.
 Mereka jarang mengatakan “tidak”, harus terbiasa membaca komunikasi non-verbal
mereka.
 Pengambilan keputusan secara kelompok sangat penting.
 Kontrak tertulis sangat diperlukan.
 Orang Jepang biasanya diam untuk waktu yang lama.
 Jepang lebih memilih perjanjian yang luas dan saling pengertian sehingga ketika masalah
timbul mereka dapat ditangani secara fleksibel.
 Menggunakan pengacara Jepang dipandang sebagai isyarat niat baik.
 Jangan marah atau menaikkan suara Anda selama negosiasi.
 Beberapa orang Jepang menutup mata mereka ketika mereka ingin mendengarkan dengan
penuh perhatian.
 Jepang tidak melihat kontak sebagai perjanjian akhir sehingga mereka dapat dinegosiasi
ulang.
Manajemen Internasional Page 8 of 31
2.1.3 Dimensi Nilai Budaya Jepang
2.1.3.1 Hofstede
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing poin pada Hofstede’s Cultural Dimensions untuk
Jepang.
Power Distance
Jepang memiliki skor Power Distance menengah, yaitu 54. Penduduk Jepang selalu sadar posisi
hirarkis mereka dalam kehidupan sosial dan bertindak sesuai posisi mereka. Beberapa orang asing
menilai Jepang sebagai sangat hierarkis karena pengalaman bisnis mereka yang lambat dalam hal
proses pengambilan keputusan: semua keputusan harus dikonfirmasi oleh setiap lapisan hirarkis
dan akhirnya oleh manajemen puncak di Tokyo. Contoh lain dari tidak begitu tinggi Power Distance
adalah bahwa Jepang selalu menjadi masyarakat meritokratis – sebuah sistem di mana orang
berbakat dipilih dan bergerak maju atas dasar prestasi mereka. Ada gagasan yang kuat dalam sistem
pendidikan Jepang yaitu semua orang dilahirkan sama dan siapa saja bisa maju dan menjadi apapun
jika dia bekerja cukup keras.
Individualism
54
46
95
92
88
42
55
43
50
64
45 46
POWER
DISTANCE
INDIVIDUALISM MASCULINITY UNCERTAINTY
AVOIDANCE
LONG TERM
ORIENTATION
INDULGENCE
Hofstede’s Cultural Dimensions
Japan World Average
Manajemen Internasional Page 9 of 31
Jepang memperoleh skor menengah, yaitu 46 dalam dimensi individualism. Tentu saja masyarakat
Jepang menunjukkan banyak karakteristik dari masyarakat kolektif: seperti mengutamakan
harmoni kelompok di atas pendapat individu. Penjelasan yang paling populer untuk ini adalah
bahwa masyarakat Jepang tidak mempunyai sistem extended family, yang merupakan ciri
masyarakat yang lebih kolektif seperti di Cina dan Korea. Jepang merupakan masyarakat
paternalistic, nama keluarga dan aset diwariskan dari ayah kepada anak sulung. Adik-adik harus
meninggalkan rumah dan membangun hidup mereka sendiri dengan keluarga inti mereka. Salah
satu contoh yang tampaknya paradoks adalah bahwa Jepang terkenal karena kesetiaan mereka
kepada perusahaan mereka. Namun, loyalitas kepada perusahaan adalah sesuatu yang diputuskan
oleh orang itu sendiri, yang merupakan hal Individualist untuk dilakukan. Sementara di budaya yang
lebih kolektif, orang setia kepada kelompok inti mereka, seperti keluarga dan komunitas lokal
mereka. Jepang dinilai sebagai negara kolektif oleh standar Barat dan dinilai sebagai Individualist
oleh standar Asia.
Masculinity
Jepang merupakan salah satu masyarakat yang paling maskulin di dunia, dengan skor 95. Namun,
dalam kombinasi dengan medium collectivism mereka, tidak terlihat perilaku individu yang tegas dan
kompetitif yang sering dikaitkan dengan budaya maskulin. Yang terlihat adalah kompetisi yang ketat
antar kelompok. Dari usia yang sangat muda, anak-anak sudah diajarkan untuk bersaing dalam
kelompok mereka (misalnya dalam bidang olahraga).
Di perusahaan Jepang, terlihat bahwa karyawan paling termotivasi ketika mereka berjuang di dalam
tim untuk melawan pesaing mereka. Masculinity ini juga terlihat pada keunggulan dan
kesempurnaan dalam produksi mereka (Monozukuri) dan jasa (hotel dan restoran) dan
penampilan (bungkus kado dan tampilan makanan) di setiap aspek kehidupan. Budaya workaholic
di Jepang juga merupakan ungkapan lain dari Maskulinitas mereka. Di Jepang, masih sulit bagi
wanita untuk menduduki posisi tinggi dalam perusahaan dengan norma maskulin mereka dan
dengan jam kerja yang panjang.
Uncertainty Avoidance
Skor Jepang untuk Uncertainty Avoidance sangat tinggi, yaitu 92. Jepang termasuk dalam negara yang
paling tinggi nilai Uncertainty Avoidance. Biasanya hal ini dihubungkan dengan fakta bahwa penduduk
Manajemen Internasional Page 10 of 31
Jepang selalu terancam dengan bencana alam. Karena itu, penduduk Jepang belajar untuk selalu
mempersiapkan diri untuk situasi-situasi yang tidak menentu seperti itu. Ternyata hal ini tidak
hanya berlaku dalam situasi emergency terhadap bencana alam saja, tetapi juga berlaku dalam
setiap aspek kehidupan mereka. Bisa dikatakan bahwa apapun yang terjadi di Jepang harus dapat
diprediksi sebelumnya.
Di perusahaan Jepang, banyak waktu dan usaha yang dialokasikan ke dalam studi kelayakan dan
analisis semua faktor risiko sebelum setiap proyek dapat dimulai. Manajer meminta semua fakta
rinci dan angka sebelum mengambil keputusan apapun. Kebutuhan yang sangat tinggi untuk
Uncertainty Avoidance ini adalah salah satu alasan mengapa perubahan begitu sulit untuk dilakukan
di Jepang.
Long Term Orientation
Skor Jepang untuk Long Term Orientation cukup tinggi, yaitu 88. Jepang juga merupakan salah satu
negara dengan skor Long Term Orientation yang paling tinggi. Budaya Jepang mengajarkan mereka
untuk melihat kehidupan mereka sebagai suatu masa yang singkat dalam sejarah manusia yang
sangat panjang. Dari perspektif ini, penduduk di Jepang selalu terdorong untuk melakukan yang
terbaik selama masa hidup mereka.
Di perusahaan Jepang, terlihat orientasi jangka panjang dalam hal alokasi investasi yang tinggi dan
terus menerus untuk Research & Development bahkan di saat ekonomi sulit. Semua berfokus pada
daya tahan perusahaan. Filosofi di balik itu adalah bahwa perusahaan tidak didirikan untuk
menghasilkan uang setiap kuartal untuk pemegang saham, melainkan untuk memberikan value bagi
pemegang saham dan masyarakat luas untuk generasi-generasi yang akan datang.
Indulgence
Jepang, dengan skor rendah 42, memiliki budaya Restraint. Masyarakat dengan skor rendah dalam
dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme. Juga, berbeda dengan
masyarakat Indulgent, masyarakat Restraint selalu mengontrol pemuasan keinginan mereka.
Masyarakat dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma-
norma sosial dan merasa bahwa menyenangkan diri sendiri agak salah.
Manajemen Internasional Page 11 of 31
2.1.3.2 GLOBE (Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness)
Jepang
Assertiveness 3.69
Institutional Collectivism 5.23
In-Group Collectivism 4.72
Future Orientation 4.29
Gender Egalitarianism 3.17
Humane Orientation 4.34
Performance Orientation 4.22
Power Distance 5.23
Uncertainty Avoidance 4.07
High Institutional Collectivism
 Pekerja merasa saling bergantung dengan perusahaan.
0
1
2
3
4
5
6
Assertiveness
Institutional Collectivism
In-Group Collectivism
Future Orientation
Gender EgalitarianismHumane Orientation
Performance Orientation
Power Distance
Uncertainty Avoidance
Budaya Jepang berdasarkan GLOBE Study
Jepang
Manajemen Internasional Page 12 of 31
 Loyalitas kepada kelompok sangat ditekankan, namun tidak menghilangkan adanya tujuan
individual.
 Keputusan penting diambil dalam group.
High Power Distance
 Masyarakat dikelompokkan berdasarkan kelas sosial.
 Kekuasaan biasanya dijadikan urutan dalam kelas sosial.
 Jalur sosial ke atas dibatasi.
 Sumberdaya tersedia untuk segelintir orang.
 Informasi tidak dibagikan kepada semua orang
Low Gender Egalitarianism
 Sedikit wanita yang dapat menempati posisi penting.
 Banyak pemisahan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.
 Perbedaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara pria dan wanita.
 Wanita mempunyai peran sedikit atau tidak sama sekali dalam pengambilan keputusan.
Manajemen Internasional Page 13 of 31
2.2 INDIA
Ibukota New Delhi
Populasi 1,065,070,607 (July 2004)
Agama Hindu 81.3%, Muslim 12%, Kristen 2.3%, Sikh 1.9%, lain-lain
2.5% (2000)
Pemerintahan Republik Federal
Upah rata-rata 272.19 INR / hari (2014) ≈ US$ 4 / hari
Struktur Umur 0-14 tahun: 28.5% (pria 187,016,401 / wanita 165,048,695)
15-24 tahun: 18.1% (pria 118,696,540 / wanita 105,342,764)
25-54 tahun: 40.6% (pria 258,202,535 / wanita 243,293,143)
55-64 tahun: 7% (pria 43,625,668 / wanita 43,175,111)
65 tahun lebih: 5.8% (pria 34,133,175 / wanita 37,810,599)
(2014 est.)
Pertumbuhan Populasi 1.25% ( 2014 )
Tingkat Kelahiran 19.89 kelahiran / 1000 populasi (2014)
Tingkat Kematian 7.35 kematian / 1000 populasi (2014)
Harapan Hidup Total populasi: 67.8 tahun
Pria: 66.68 tahun
Wanita: 69.06 tahun
Manajemen Internasional Page 14 of 31
2.2.1 Masyarakat dan Budaya India
Bahasa di India
Beberapa wilayah di India memiliki bahasa resmi yang berbeda, beberapa diantaranya tidak diakui
oleh pemerintah pusat. Beberapa wilayah bahkan memiliki lebih dari 1 bahasa resmi. Pemerintah
pusat memutuskan bahwa Hindi adalah bahasa resmi dari India.
Masyarakat dan Budaya India
 Pengaruh agama Hindu dan tradisi sistem kasta telah membentuk budaya yang menekankan
pada hubungan hirarkis.
 Masyarakat India selalu sadar akan adanya perbedaan hirarki sosial dan status mereka
dibandingkan dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, ataupun orang asing.
 Semua hubungan dalam masyarakat terdapat hirarki. Di sekolah, guru di sebut ‘gurus’ yang
dipandang sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan. Ayah dipandang sebagai pemimpin
keluarga. Pimpinan dalam Bisnis dipandang sebagai sumber penanggung jawab utama dalam
Bisnis tersebut. Setiap hubungan dalam masyarakat mempunyai struktur hirarki yang sangat
jelas.
Peran Keluarga
 Masyarakat biasanya mengidentifikasi dirinya berdasarkan kelompok dimana mereka
berada daripada status mereka sebagai individu. Seseorang selalu dihubungkan dengan asal
mereka, agama, kota, keluarga, karir, dan lain sebagainya.
 Orientasi kelompok ini berasal dari hubungan pribadi yang dekat dengan keluarga mereka,
termasuk keluarga besar.
 Keluarga besar menciptakan banyak hubungan timbal balik, aturan, dan struktur. Seiring
dengan kewajiban bersama datang kepercayaan yang mengakar di kalangan kerabat.
Tidak dapat mengatakan Tidak
 Masyarakat India tidak dapat mengatakan ‘Tidak’, verbal maupun non-verbal.
 Daripada mengecewakan orang lain, misalnya dengan mengatakan bahwa sesuatu tidak
tersedia, orang India akan menawarkan respon yang mereka pikir orang tersebut akan
suka.
Manajemen Internasional Page 15 of 31
 Kebiasaan ini tidak dianggap sebagai ketidak-jujuran. Seorang India akan dianggap buruk
jika dia tidak berusaha untuk memberikan seseorang apa yang mereka minta.
 Karena mereka tidak ingin memberikan jawaban negatif, India dapat memberikan jawaban
positif tapi kurang jelas tentang rincian spesifik. Ini akan mengharuskan Anda untuk mencari
isyarat non-verbal, seperti keengganan untuk berkomitmen waktu aktual untuk pertemuan
atau tanggapan antusias.
Budaya Pertemuan
 Agama, pendidikan, dan kelas sosial mempengaruhi bagaimana orang India saling menyapa.
 India menganut budaya hirarki, maka orang yang lebih senior akan disapa terlebih dahulu.
 Ketika meninggalkan pertemuan, setiap orang harus mengucapkan selamat tinggal secara
individual.
 Berjabat tangan sudah umum, terutama di kota besar diantara orang berpendidikan yang
sering bekerja sama dengan orang barat.
 Pria akan berjabat tangan dengan pria lain, dan wanita akan berjabat tangan dengan wanita
lain, akan tetapi jarang terjadi jabat tangan antara pria dan wanita dikarenakan kepercayaan
agama.
Budaya Memberi Hadiah
 Orang India percaya bahwa memberi akan mempermudah transisi ke kehidupan berikutnya
(kepercayaan akan reinkarnasi).
 Pemberian hadiah berupa uang diberikan kepada teman atau kerabat untuk merayakan
peristiwa kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.
 Bukan nilai dari pemberian yang dilihat, tapi kesungguhan pemberinya yang dilihat oleh
penerima.
 Jika diundang untuk makan di Rumah seorang India, tidaklah harus untuk membawa hadiah,
walaupun jika membawa hadiah tidak akan ditolak.
 Kuning, hijau, dan merah adalah warna keberuntungan, jadi pakailah warna-warna tersebut
untuk membungkus hadiah.
 Hadiah dari seorang pria sebaiknya dikatakan berasal dari dia dan istri/ibu/saudara
perempuan, atau keluarga wanita lainnya.
Manajemen Internasional Page 16 of 31
 Penganut Hindu jangan diberi hadiah yang terbuat dari kulit.
 Penganut Islam jangan diberi hadiah yang terbuat dari kulit babi atau produk alcohol.
 Hadiah tidak langsung dibuka pada waktu diberikan.
2.2.2 Etika Bisnis di India
Hubungan dan Komunikasi
 Orang India lebih mengutamakan melakukan Bisnis dengan orang yang mereka kenal.
 Hubungan dibangun berdasarkan saling percaya dan saling menghormati.
 Pada umumnya, orang India lebih suka membangun hubungan personal yang panjang
daripada melakukan Bisnis.
 Lebih baik menggunakan introduksi dari pihak ketiga. Ini akan memberikan Anda
kredibilitas yang baik.
Budaya Pertemuan Bisnis
 Jika Anda akan datang ke India dari luar negeri, dianjurkan untuk membuat janji
menggunakan surat, paling lambat 1 bulan sebelumnya, lebih dianjurkan 2 bulan
sebelumnya.
 Sebaiknya melakukan konfirmasi ulang akan janji appointment, karena bisa dibatalkan dalam
waktu singkat.
 Waktu yang paling baik untuk pertemuan Bisnis adalah akhir pagi atau sore hari. Konfirmasi
ulang rencana meeting 1 minggu sebelumnya dan hubungi lagi di pagi hari, karena sangat
umum untuk membatalkan meeting pada last-minute.
 Datang ke meeting on time karena orang India akan terkesan dengan ketepatan waktu.
 Pertemuan Bisnis akan dimulai dengan pembicaraan untuk saling mengenal. Faktanya,
cukup memungkinkan bahwa pertemuan pertama kali tidak akan membahas Bisnis sama
sekali.
 Selalu mengirimkan agenda detil sebelum meeting. Kirimkan data dan materi meeting
sebelumnya. Ini akan memungkinkan setiap orang untuk mempelajari dan nyaman dengan
materi meeting tersebut.
 Follow up meeting dengan overiew akan apa yang dibicarakan, dan langkah selanjutnya.
Manajemen Internasional Page 17 of 31
Negosiasi Bisnis
 Keputusan diambil oleh orang yang paling berkuasa.
 Proses pengambilan keputusan cukup lambat.
 Jika Anda kehilangan kesabaran, Anda akan kehilangan muka dan dianggap tidak layak untuk
dihormati dan dipercaya.
 Penundaan sudah biasa terjadi, apalagi jika berhubungan dengan pemerintah.
 Jangan terlihat terlalu legal selama negosiasi. Pada umumnya orang India tidak percaya
system legal. Perkataan seseorang sudah cukup untuk mencapai kesepakatan.
 Negosiasi yang berhasil biasanya dirayakan dengan makan bersama.
Titel / Gelar
 Orang India menghormati gelar seperti Profesor, Doktor, dan Engineer.
 Status ditentukan berdasarkan umur, jenjang universitas, kasta, dan profesi.
 Jika seseorang tidak mempunyai gelar professional, pakailah titel “Sir” atau “Madam”.
Kartu Nama
 Kartu nama dipertukarkan setelah jabat tangan sapaan pertama.
 Cantumkan gelar universitas pada kartu nama.
 Gunakan tangan kanan untuk memberi dan menerima kartu nama.
 Kartu nama perlu di terjemahkan ke Bahasa Hindi.
 Selalu sediakan kartu nama supaya penerima dapat membaca pada saat diberikan kepada
mereka.
Manajemen Internasional Page 18 of 31
2.2.3 Dimensi Nilai Budaya India
2.2.3.1 Hofstede
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing poin pada Hofstede’s Cultural Dimensions untuk India.
Power Distance
India menunjukkan skor cukup tinggi pada dimensi ini, yaitu 77. Hal ini menunjukkan adanya hirarki
dan struktur top-down dalam masyarakat dan organisasi. Sangat bergantung pada atasan untuk
keputusan dan arahan perusahaan. Adanya perbedaan hak antara tingkat atas dan tingkat bawah.
Karyawan hanya melapor kepada supervisor langsung di atasnya. Komunikasi dari atas ke bawah,
bahkan feedback yang negatif tidak pernah sampai ke tingkat atas.
Individualism
India mendapatkan skor menengah untuk Individualism, yaitu 48. Masyarakat India menunjukkan
sikap yang kolektif, tapi juga individual. Dari sisi kolektif dapat dilihat dari adanya kecenderungan
untuk begabung dalam suatu kelompok sosial tertentu, dimana perbuatan seseorang dipengaruhi
oleh berbagai konsep, seperti pendapat dari keluarga inti, keluarga besar, tetangga, lingkungan
kerja, dan lainnya. Dalam hubungan kerja, kesetiaan karyawan dan perlindungan dari pemberi kerja
77
48
56
40
51
26
55
43
50
64
45 46
POWER
DISTANCE
INDIVIDUALISM MASCULINITY UNCERTAINTY
AVOIDANCE
LONG TERM
ORIENTATION
INDULGENCE
Hofstede’s Cultural Dimensions
India World Average
Manajemen Internasional Page 19 of 31
juga biasanya berkaitan dengan hubungan keluarga. Perekrutan dan promosi biasanya dibuat
berdasarkan hubungan keluarga atau kelompok tertentu.
Aspek individualis dari masyarakat India muncul dari agama Hindu. Hindu percaya akan konsep
reinkarnasi, dimana kelahiran kembali bergantung bagaiamana seseorang itu hidup dalam
kehidupan sebelumnya. Orang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, yang akan berakibat pada
saat dilahirkan kembali.
Masculinity
India mendapat skor 56 untuk dimensi ini, menunjukkan bahwa India adalah negara yang Maskulin.
Pada banyak negara maskulin, fokus utama adalah pada kesuksesan dan prestasi, yang ditunjukkan
dengan kekayaan. Pekerjaan adalah pusat dari kehidupan seseorang, dan simbol-simbol kesuksesan
sangatlah penting di tempat kerja.
Uncertainty Avoidance
India termasuk dalam negara yang medium-low untuk dimensi Uncertainty Avoidance, dengan
skor 40. Budaya India menerima adanya ketidak-sempurnaan. India merupakan negara yang sopan
dan toleransi.
Long Term Orientation
Skor 51 untuk dimensi ini menunjukkan bahwa masyarakan India lebih condong ke arah long-term.
Di India, konsep “karma” sangat mempengaruhi agama dan pemikiran mereka.
Indulgence
India, dengan skor rendah 26, memiliki budaya Restraint. Masyarakat dengan skor rendah dalam
dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme. Juga, berbeda dengan
masyarakat Indulgent, masyarakat Restraint selalu mengontrol pemuasan keinginan mereka.
Masyarakat dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma-
norma sosial dan merasa bahwa menyenangkan diri sendiri agak salah.
Manajemen Internasional Page 20 of 31
2.2.3.2 GLOBE (Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness)
India
Assertiveness 3.7
Institutional Collectivism 4.25
In-Group Collectivism 5.81
Future Orientation 4.04
Gender Egalitarianism 2.89
Humane Orientation 4.45
Performance Orientation 4.11
Power Distance 5.29
Uncertainty Avoidance 4.02
High In-Group Collectivism
 Tugas dan kewajiban merupakan penentu penting dari perilaku sosial.
 Masyarakat menekankan keterkaitan dengan kelompok-kelompok.
 Laju kehidupan lebih lambat.
0
1
2
3
4
5
6
Assertiveness
Institutional Collectivism
In-Group Collectivism
Future Orientation
Gender EgalitarianismHumane Orientation
Performance Orientation
Power Distance
Uncertainty Avoidance
Budaya India berdasarkan GLOBE Study
India
Manajemen Internasional Page 21 of 31
High Power Distance
 Masyarakat dikelompokkan berdasarkan kelas sosial.
 Kekuasaan biasanya dijadikan urutan dalam kelas sosial.
 Jalur sosial ke atas dibatasi.
 Sumberdaya tersedia untuk segelintir orang.
 Informasi tidak dibagikan kepada semua orang
Low Gender Egalitarianism
 Sedikit wanita yang dapat menempati posisi penting.
 Banyak pemisahan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.
 Perbedaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara pria dan wanita.
 Wanita mempunyai peran sedikit atau tidak sama sekali dalam pengambilan keputusan.
High Humane Orientation
 Kepentingan orang lain adalah penting.
 Orang termotivasi terutama oleh kebutuhan untuk memiliki dan afiliasi.
 Anggota masyarakat bertanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan orang lain.
 Pekerja anak dibatasi oleh sanksi publik.
 Masyarakat didesak untuk peka terhadap segala bentuk diskriminasi rasial.
Manajemen Internasional Page 22 of 31
3 INVESTASI JEPANG KE INDIA
3.1 KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI ANTARA JEPANG DAN INDIA
Jepang India
Assertiveness 3.69 3.7
Institutional Collectivism 5.23 4.25
In-Group Collectivism 4.72 5.81
Future Orientation 4.29 4.04
Gender Egalitarianism 3.17 2.89
Humane Orientation 4.34 4.45
Performance Orientation 4.22 4.11
Power Distance 5.23 5.29
Uncertainty Avoidance 4.07 4.02
Seperti bisa di perhatikan dari chart di atas, sebagian besar karakteristik budaya Jepang mirip
dengan budaya India. Perbedaan yang cukup besar terlihat yaitu pada jenis kolektivism di kedua
0
1
2
3
4
5
6
Assertiveness
Institutional Collectivism
In-Group Collectivism
Future Orientation
Gender EgalitarianismHumane Orientation
Performance Orientation
Power Distance
Uncertainty Avoidance
Budaya Jepang dan India berdasarkan GLOBE
Study
Jepang India
Manajemen Internasional Page 23 of 31
negara tersebut. Jepang lebih ke Institutional Collectivism sedangkan India lebih condong ke In-Group
Collectivism, namum keduanya tetap memiliki nilai collectivism yang termasuk tinggi. Jepang perlu
beberapa penyesuaian dalam komunikasi dan negosiasi untuk dapat bekerja sama dengan India.
Jepang perlu memperhatikan keluarga, keluarga besar, dan kelompok sosial pada masyarakat India.
Berikut ini beberapa gaya komunikasi dan budaya antara Jepang dan India
Jepang India
Gaya Komunikasi
Introvert Extrovert
Sederhana Kuat
Diam Lincah
Tidak menginterupsi Menginterupsi
Berpikir dalam keheningan Berpikir dalam keramaian
Tidak menyukai perkataan besar (big talkers) Suka berbicara
Bahasa tubuh sedikit Bahasa tubuh jelas
Fitur Budaya
Pengaruh tradisi sangat kuat Pengaruh tradisi sangat kuat
Komitmen kuat untuk menyelesaikan sesuatu Komitmen kuat untuk menyelesaikan sesuatu
Reaktif Aktif dan reaktif
Budaya mendengarkan Budaya berbicara
Berorientasi pada data Berorientasi pada dialog
Tepat waktu Tidak tepat waktu
Hirarkis Hirarkis
Sangat menghormati orang yang lebih tua Sangat menghormati orang yang lebih tua
Kolektif Kolektif dalam group sendiri, individual dengan
orang luar
Manajemen Internasional Page 24 of 31
3.2 PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANTARA JEPANG DAN INDIA
Beberapa perbedaan yang cukup terlihat antara budaya Jepang dan India berdasarkan nilai dari
Hofstede antara lain:
Power Distance
Walaupun ada perbedaan dalam hal Power Distance, tapi kedua negara (Jepang dan India) cukup
condong ke arah Power Distance. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
 Menetapkan struktur dan kewenangan yang jelas, karena kedua negara menjunjung tinggi
hirarkis.
 Menetapkan supervisor untuk setiap pekerja yang dapat memberikan arahan dan target
yang jelas kepada para pekerja.
Masculinity
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjembatani perbedaan Masculinity antara lain:
Manajemen Internasional Page 25 of 31
 Karena Jepang dan India lebih condong ke budaya Maskulin, maka kesepakatan lebih mudah
dapat dilakukan.
 Proses pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh kaum pria.
 Jepang perlu menetapkan standard Produksi yang jelas dan detil untuk memastikan kualitas
barang yang dihasilkan.
Uncertainty Avoidance
Untuk menjembatani perbedaan uncertainty avoidance yang cukup jauh ini, yang dapat dilakukan
antara lain:
 Jepang dapat mencoba untuk lebih fleksibel dan terbuka dalam melihat ide-ide baru.
 Bersiaplah untuk mendorong melalui persetujuan bersama karena mereka akan diharapkan
untuk direalisasikan secepatnya.
 Memberikan otomoni dan ruang gerak untuk pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka.
Hanya perlu guidelines untuk mengatur para pekerja.
Long Term Orientation
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjembatani perbedaan Long Term Orientation pada
Jepang yang tinggi dan India yang medium antara lain:
 Setiap keputusan yang disepakati harus berorientasi pada relasi Bisnis jangka panjang.
 Harus mencapai kesepakatan bersama dalam hal ketepatan waktu kerja untuk menunjang
produktivitas. Hal ini dikarenakan budaya orang India yang tidak tepat waktu.
 Memberikan ruang untuk perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan,
asalkan tidak keluar dari jalur yang telah disepakati bersama.
Manajemen Internasional Page 26 of 31
4 SUZUKI MOTOR CORPORATION
Suzuki Motor Corporation adalah perusahaan Jepang yang memproduksi kendaraan seperti mobil,
mesin, ATV dan sepeda motor. Pada tahun 2011, Suzuki merupakan perusahaan yang
memproduksi otomotif ke-9 terbesar di seluruh dunia. Suzuki saat ini memiliki lebih dari 45.000
pekerja di seluruh dunia dan memiliki 35 pabrik utama di 23 negara dan 133 distributor di 192
negara.
4.1 SEJARAH
Didirikan pada tahun 1909 oleh Michio Suzuki di Hamamatsu, Jepang. Pada awalnya Suzuki
memproduksi alat tenun untuk industri sutra di Jepang. 30 tahun pertama perusahaan ini fokus
pada Produksi alat tenun. Pada tahun 1937, Suzuki mulai memproduksi mobil kecil.
Pada tahun 1954, Suzuki sudah memproduksi 6.000 sepeda motor per bulan dan mengubah nama
menjadi Suzuki Motor Co., Ltd. Volkswagen mempunyai non-controlling shareholding sebesar 19.9%
pada tahun 2009 dan 2015. Akhirnya dibeli kembali oleh Suzuki dengan niali $3.8 billion pada
September 2015.
4.2 MARUTI SUZUKI INDIA LIMITED
Maruti Suzuki India Limited adalah produsen mobil India yang merupakan anak perusahaan dari
Suzuki Motor Corporation. Maruti Suzuki telah memproduksi 1,133,695 unit antara 1 April 2011
dan 30 Maret 2012. Suzuki Motor Corporation memiliki saham 54.2%, dan sisanya dimiliki oleh
berbagai institusi public dan finansial di India.
4.2.1 Kronologi Masuknya Jepang ke India
Pada tahun 1970, didirikan perusahaan dengan nama Maruti technical services private limited
(MTSPL). Tujuan utama perusahaan ini adalah untuk menyediakan pengetahuan teknis untuk
desain, pembuatan dan perakitan sebuah mobil. Pada tahun 1971, berubah menjadi Maruti Limited.
Pada tahun 1977, Maruti Limited dilikuidasi, dan akhirnya dibentuk Maruti Udyog Ltd atas usaha Dr
V. Krishnamurthy.
Afiliasi dengan Suzuki
Manajemen Internasional Page 27 of 31
Pada tahun 1982, lisensi dan Joint Venture Agreement (JVA) ditandatangani oleh Maruti Udyog Ltd.
dengan Suzuki dari Jepang. Pada awalnya, Maruti Suzuki adalah importir mobil. Dalam pasar
tertutup di India, Maruti mendapat hak untuk mengimport 40,000 mobil Suzuki dalam 2 tahun
pertama.
Pada tahun 1991, Suzuki menaikkan saham nya di Maruti menjadi 50 persen, membuat perusahaan
ini menjadi 50 – 50 Joint Venture dengan pemerintah India.
Pada tahun 2002, anak perusahaan dari Maruti dimulai: Maruti Insurance Distributor Services dan
Maruti Insurance Brokers Limited. Suzuki Motor Corporation meningkatkan kepemilikannya
menjadi 54.2 persen.
Pada tahun 2006, Suzuki dan Maruti membuat joint venture baru, “Maruti Suzuki Automobiles
India”, untuk membangun pabrik baru, satu untuk kendaraan, satu untuk mesin.
Pada bulan Juli 2014, Maruti sudah memiliki market share lebih dari 45% di India.
Pada Februari 2016, untuk pertama kalinya Maruti Suzuki meng-export mobil ke Jepang.
4.3 ALASAN UNTUK MEMBUAT PABRIK DI INDIA
Suzuki Motor Corporation memiliki beberapa proactive reasons untuk berinvestasi di India.
Skala Ekonomi
Dengan populasi sebesar 731 juta penduduk (tahun 1982) – 7 kali populasi Jepang pada saat itu,
India mempunyai pasar yang sangat besar untuk Suzuki. Suzuki berencana untuk memproduksi
mobil dengan harga lebih murah untuk penduduk India kelas menengah.
Peluang untuk Growth
Dengan populasi dan spending power yang sangat besar dari India, peluang Suzuki untuk
mengembangkan perusahaannya dengan menambah pabrik di India sangatlah tepat.
Penghematan Cost
Penghematan biaya jika membuat pabrik di India akan sangat besar, dapat dilihat dari sisi gaji
pekerja. Di Jepang minimum gaji kurang lebih USD 55.12 / Hari, sedangkan di India kurang lebih
Manajemen Internasional Page 28 of 31
USD 4 per hari. Selain itu dengan membuat pabrik di India, akan mengurangi cost Transportasi
dan biaya export import. Dengan demikian bisa menekan harga penjualan mobil di India.
4.4 MODEL HIRARKI DARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIS
4.4.1 Mengidentifikasi Potensi Market
India mempunyai market yang sangat besar, dapat di lihat dari jumlah penduduk yang sangat besar
(saat ini memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-2 di dunia setelah China). Jepang bermaksud
untuk mentargetkan produksi mobil dengan harga lebih murah untuk market menengah di India.
Jepang dan India juga memiliki banyak kesamaan budaya (berdasarkan nilai dari GLOBE Study).
4.4.2 Ancaman / Peluang
Peluang yang ada di India sangatlah besar. Bisa dikatakan consumer market di India adalah yang
terbesar ke-3 di Asia. Banyak perusahaan sudah berinvestasi di India, antara lain Unilever. Menurut
Thomson Reuters, potensi consumer market di India sebesar 1.2 miliar. Beberapa ancaman bisa
datang dari dalam maupun luar negeri, seperti pesaing yang bergerak dibidang otomotif baik di
India maupun negara lain yang juga tertarik dengan market India.
4.4.3 Penilaian Daya Tarik Pasar
Dari kedua analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa India mempunyai market dengan daya Tarik
yang luar biasa. Terutama dengan jumlah populasi yang sangat besar serta spending power yang juga
sangat besar dari kalangan menengah (yang menjadi target market utama Suzuki). Beberapa
kesamaan budaya antar Jepang dan India, dan juga adanya kerjasama antara kedua negara tersebut
dalam bidang pemerintahan, sangat menolong terjadinya kerjasama yang baik.
4.4.4 Kekuatan / Kelemahan
Suzuki mempunyai kekuatan antara lain teknologi yang maju dan tim research and development yang
handal untuk industri otomotif. Suzuki mempunyai kualitas produk yang diakui secara
internasional. Kuatnya budaya Long Term Orientation di Jepang membuat mereka berfokus untuk
terus mengembangkan teknologi untuk otomotif, menjadi leading company dalam industri
otomotif. Beberapa kelemahan antara lain biaya Produksi dan export import yang cukup tinggi jika
diproduksi di Jepang dan di ekspor ke negara lain.
Manajemen Internasional Page 29 of 31
4.4.5 Penilaian Strategi yang tepat
Untuk mengembangkan pasar internasional, Suzuki harus membangun pabrik-pabrik di negara lain,
yang dapat menekan biaya Produksi dan biaya export import, sehingga harga jual mobil dapat
diterima oleh banyak kalangan dan negara. Suzuki memilih India sebagai salah satu negara target
nya dikarenakan rendahnya biaya Produksi di India dan banyaknya market otomotif di negara
tersebut.
4.4.6 Memutuskan Strategi
Jepang awalnya melakukan kerjasama dengan perusahaan India, yaitu Maruti, untuk mengexport
produknya ke India. Setelah mengenal dan menganalisis lebih lanjut kondisi market di India, Jepang
memutuskan untuk membuat pabrik di India dengan tetap bekerjasama dengan Maruti – yang saat
itu sebagian besar sahamnya dipegang oleh pemerintah India. Kemudian Suzuki Jepang berusaha
untuk memperoleh kepemilikan dominan (di atas 50%).
4.5 ANALISIS MENGGUNAKAN PORTER’S FIVE FORCES INDUSTRY-BASED MODEL
1. Level kompetisi global dan lokal dalam industri otomotif. Pesaing besar Suzuki untuk
industri yang sama antara lain Honda, Toyota, dan Yamaha.
2. Untuk masuk ke dalam pasar India tidak terlalu sulit karena didukung adanya persamaan
budaya dan kerjasama yang baik antara pemerintah Jepang dan India. Oleh karena itu,
Suzuki harus segera mendominasi pasar otomotif di India sebelum pesaing lain memasuki
pasar tersebut.
3. Saat memutuskan untuk bekerja sama dengan India, belum ada perusahaan besar yang
menguasai sektor otomotif di India. Suzuki masuk ke India dan akhirnya mendominasi
paling kurang 50% dari market otomotif di India.
4. Untuk mengantisipasi bargaining power dari supplier otomotif di India, Maruti Suzuki juga
mendirikan anak perusahaan untuk memproduksi mesin dan parts mobil.
5. Untuk mengantisipasi ancaman produk pengganti dan inovasi terbaru, Maruti Suzuki juga
mengedepankan Research & Development untuk terus melakukan inovasi menggunakan
tekonologi terbaru di bidang otomotif.
Manajemen Internasional Page 30 of 31
4.6 STRATEGI SUZUKI UNTUK MEMASUKI PASAR INDIA
Pada tahun 1982, Suzuki bekerja sama dengan Maruti India untuk mengekspor mobil ke India.
Namun export mobil dari Suzuki dibatasi hanya 40,000 mobil dalam 2 tahun oleh pemerintah
India.
Pada tahun 1983, mulai produksi mobil di India. Maruti 800 merupakan mobil pertama yang di
produksi, yang juga merupakan mobil pertama di India dengan harga yang terjangkau.
Pada tahun 1989, Maruti menjadi perusahaan 50 – 50 Joint Venture antara Suzuki dan pemerintah
India.
Pada tahun 2002, Suzuki meningkatkan kepemilikan menjadi 54.2% dari Maruti.
Pada tahun 2006, Suzuki dan Maruti membuat joint venture baru, “Maruti Suzuki Automobiles
India”, untuk membangun 2 pabrik baru, satu untuk kendaraan, satu untuk mesin.
Pada bulan Juli 2014, Maruti sudah memiliki market share lebih dari 45% di India.
Suzuki memasuki pasar India dengan strategi Joint Ventures dengan pemerintah India untuk
memperoleh akses “orang dalam” ke pasar India, membagi cost dan resiko, melindungi teknologi
Suzuki, berbagi control perusahaan, lebih mudah beradaptasi dengan budaya lokal (India).
Manajemen Internasional Page 31 of 31
5 DAFTAR REFERENSI
http://www.indexmundi.com/japan/demographics_profile.html
http://www.indexmundi.com/india/demographics_profile.html
http://geert-hofstede.com
http://www.helsinki.fi/~tella/nishimuranevgitella299.pdf
http://www.financialexpress.com/article/industry/automobiles/maruti-suzuki-india-begins-baleno-
shipments-to-japan-launch-slated-for-march/208472/
http://www.globalsuzuki.com/
http://www.marutisuzuki.com/
http://www.tlu.ee/~sirvir/IKM/Leadership%20Dimensions/globe_project.html
http://www.kwintessential.co.uk/resources/global-etiquette/japan-country-
profiles.html?highlight=YToxOntpOjA7czo1OiJqYXBhbiI7fQ==
http://www.kwintessential.co.uk/resources/global-etiquette/india-country-
profile.html?highlight=YToxOntpOjA7czo1OiJpbmRpYSI7fQ==

More Related Content

What's hot

Analisis Pembanding Laporan Keuangan
Analisis Pembanding Laporan KeuanganAnalisis Pembanding Laporan Keuangan
Analisis Pembanding Laporan Keuanganphatar_augrah
 
Pengenalan Konsep Sistem Inovasi Tatang A Taufik
Pengenalan Konsep Sistem Inovasi   Tatang A TaufikPengenalan Konsep Sistem Inovasi   Tatang A Taufik
Pengenalan Konsep Sistem Inovasi Tatang A TaufikTatang Taufik
 
Kelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Kelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan InternalKelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Kelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan InternalPusvitaPutri
 
Balanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profitBalanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profitSelli Andria
 
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di IndonesiaPorter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di IndonesiaErwan Cipto Priyatmoko
 
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseMcDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseRidwan Ichsan
 
Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)
Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)
Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)Adam Ismail
 
Analisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah Otsuka
Analisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah OtsukaAnalisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah Otsuka
Analisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah OtsukaAlbert Winadi, CISA
 
Model Difusi Inovasi
Model Difusi InovasiModel Difusi Inovasi
Model Difusi InovasiAtika Rusli
 
Telkom Indonesia Business Strategy
Telkom Indonesia Business StrategyTelkom Indonesia Business Strategy
Telkom Indonesia Business StrategySanjaya Sanjaya
 
Mc donald's
Mc donald'sMc donald's
Mc donald'sr471
 
PERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
PERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAANPERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
PERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAANPandji Harsanto
 
Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29
Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29
Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29Izzan Patria
 
Bab i manajemen strategis
Bab i manajemen strategisBab i manajemen strategis
Bab i manajemen strategistri wulandari
 

What's hot (20)

Analisis Pembanding Laporan Keuangan
Analisis Pembanding Laporan KeuanganAnalisis Pembanding Laporan Keuangan
Analisis Pembanding Laporan Keuangan
 
Pengenalan Konsep Sistem Inovasi Tatang A Taufik
Pengenalan Konsep Sistem Inovasi   Tatang A TaufikPengenalan Konsep Sistem Inovasi   Tatang A Taufik
Pengenalan Konsep Sistem Inovasi Tatang A Taufik
 
Kelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Kelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan InternalKelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Kelompok 4 - Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
 
Balanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profitBalanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profit
 
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di IndonesiaPorter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
 
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseMcDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
 
Pengantar manajemen stratejik
Pengantar manajemen stratejikPengantar manajemen stratejik
Pengantar manajemen stratejik
 
Kepribadian dan Nilai
Kepribadian dan Nilai Kepribadian dan Nilai
Kepribadian dan Nilai
 
Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)
Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)
Rapat Bisnis - Kelompok 4 (Adam Ismail)
 
Analisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah Otsuka
Analisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah OtsukaAnalisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah Otsuka
Analisis SWOT-SPACE matrix untuk PT Amerta Indah Otsuka
 
Model Difusi Inovasi
Model Difusi InovasiModel Difusi Inovasi
Model Difusi Inovasi
 
(financial-statements-taxes-and-cash-flow)
(financial-statements-taxes-and-cash-flow)(financial-statements-taxes-and-cash-flow)
(financial-statements-taxes-and-cash-flow)
 
Telkom Indonesia Business Strategy
Telkom Indonesia Business StrategyTelkom Indonesia Business Strategy
Telkom Indonesia Business Strategy
 
The Matching Stage - Manajemen Strategik
The Matching Stage - Manajemen StrategikThe Matching Stage - Manajemen Strategik
The Matching Stage - Manajemen Strategik
 
Mc donald's
Mc donald'sMc donald's
Mc donald's
 
PERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
PERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAANPERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
PERENCANAAN KEUANGAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
 
Balanced scorecard
Balanced scorecardBalanced scorecard
Balanced scorecard
 
Ekosistem bisnis
Ekosistem bisnisEkosistem bisnis
Ekosistem bisnis
 
Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29
Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29
Bab 5 VAR(Value At Risk) 4EA29
 
Bab i manajemen strategis
Bab i manajemen strategisBab i manajemen strategis
Bab i manajemen strategis
 

Similar to INVESTASI JEPANG

PKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptx
PKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptxPKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptx
PKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptxRezaAryanto4
 
Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo
Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni SundjojoPengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo
Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni SundjojoDaniel Doni
 
Komparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia Bisnis
Komparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia BisnisKomparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia Bisnis
Komparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia BisnisHora Tjitra
 
SEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJ
SEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJSEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJ
SEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJsaeful bahri
 
Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...
Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...
Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...CSSekolahAhli
 
Pamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdf
Pamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdfPamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdf
Pamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdfDanielPandapotan3
 
Mengenal karakter bangsa Jepang
Mengenal karakter bangsa JepangMengenal karakter bangsa Jepang
Mengenal karakter bangsa JepangPPI Sendai
 
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 20187. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018Maghfira Arsyfa Ganivy
 
Modul whole of government cetak
Modul whole of government cetakModul whole of government cetak
Modul whole of government cetakHarun Surya
 
1. whole of government
1. whole of government1. whole of government
1. whole of governmentdillaazhar
 
PKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkap
PKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkapPKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkap
PKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkapSania M.
 
Kesekretarisan jilid 1
Kesekretarisan jilid 1Kesekretarisan jilid 1
Kesekretarisan jilid 1Nino Budiono
 
Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014
Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014
Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014Abdul Ghofur
 
Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi
Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi
Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi Sentra Komputer dan Foto Copy
 
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBERPENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBERWindaAmalia9
 

Similar to INVESTASI JEPANG (20)

PKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptx
PKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptxPKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptx
PKM DI PT PILAR ARTA SEJAHTERA.pptx
 
Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo
Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni SundjojoPengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo
Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo
 
Komparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia Bisnis
Komparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia BisnisKomparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia Bisnis
Komparasi Kepemimpinan Efektif di Dunia Bisnis
 
SEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJ
SEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJSEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJ
SEJARAH KOPERASI INDONESIA & KOPMA UIJ
 
Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...
Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...
Merancang Keahlian Untuk Kesuksesan Masa Depan | Nopriadi Hermani, ST, M.Sc, ...
 
Pamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdf
Pamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdfPamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdf
Pamlet IJB-Net (8Agustus2020).pdf
 
Mengenal karakter bangsa Jepang
Mengenal karakter bangsa JepangMengenal karakter bangsa Jepang
Mengenal karakter bangsa Jepang
 
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 20187. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
 
Modul whole of government cetak
Modul whole of government cetakModul whole of government cetak
Modul whole of government cetak
 
Kombis1
Kombis1Kombis1
Kombis1
 
Magang ke jepang 1 solusi pengangguran anak muda siantar
Magang ke jepang 1 solusi pengangguran anak muda siantarMagang ke jepang 1 solusi pengangguran anak muda siantar
Magang ke jepang 1 solusi pengangguran anak muda siantar
 
Martabat dan harga diri pkn
Martabat dan harga diri pknMartabat dan harga diri pkn
Martabat dan harga diri pkn
 
1. whole of government
1. whole of government1. whole of government
1. whole of government
 
PKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkap
PKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkapPKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkap
PKN: Hubungan dan organisasi internasional lengkap
 
Kesekretarisan jilid 1
Kesekretarisan jilid 1Kesekretarisan jilid 1
Kesekretarisan jilid 1
 
Kumpulan soal uts kelas x rabu
Kumpulan soal uts kelas x rabuKumpulan soal uts kelas x rabu
Kumpulan soal uts kelas x rabu
 
Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014
Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014
Membangun Budaya Organisasi - Studi Kasus pada DPM ITS 2013/2014
 
Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi
Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi
Makalah bahasa indonesia kata kajian, kata populer, kata denotasi
 
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBERPENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
 
Revisi+makalah+cb 1
Revisi+makalah+cb 1Revisi+makalah+cb 1
Revisi+makalah+cb 1
 

Recently uploaded

Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 

Recently uploaded (20)

Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 

INVESTASI JEPANG

  • 1. INVESTASI JEPANG KE INDIA Suzuki Motor Corporation Eric Hariyanto Wijaya 00000022136 Abstract Menjelaskan latar belakang, bentuk, analisa, dan perkembangan investasi Jepang ke India menggunakan studi kasus Suzuki Motor Corporation.
  • 2. Manajemen Internasional Page 1 of 31 1 DAFTAR ISI 2 Latar Belakang ..........................................................................................................................................3 2.1 Jepang..................................................................................................................................................3 2.1.1 Masyarakat dan Budaya Jepang..............................................................................................4 2.1.2 Etika Bisnis di Jepang...............................................................................................................6 2.1.3 Dimensi Nilai Budaya Jepang.................................................................................................8 2.2 India.................................................................................................................................................. 13 2.2.1 Masyarakat dan Budaya India.............................................................................................. 14 2.2.2 Etika Bisnis di India ............................................................................................................... 16 2.2.3 Dimensi Nilai Budaya India................................................................................................. 18 3 Investasi Jepang ke India...................................................................................................................... 22 3.1 Komunikasi dan Negosiasi antara Jepang dan India............................................................... 22 3.2 Pengambilan Keputusan Antara Jepang dan India................................................................... 24 4 Suzuki Motor Corporation................................................................................................................. 26 4.1 Sejarah ............................................................................................................................................. 26 4.2 Maruti Suzuki India Limited......................................................................................................... 26 4.2.1 Kronologi Masuknya Jepang ke India................................................................................ 26 4.3 Alasan Untuk membuat pabrik di India .................................................................................... 27 4.4 Model Hirarki dari Pengambilan Keputusan Strategis........................................................... 28 4.4.1 Mengidentifikasi Potensi Market........................................................................................ 28 4.4.2 Ancaman / Peluang................................................................................................................ 28 4.4.3 Penilaian Daya Tarik Pasar.................................................................................................. 28 4.4.4 Kekuatan / Kelemahan......................................................................................................... 28 4.4.5 Penilaian Strategi yang tepat............................................................................................... 29
  • 3. Manajemen Internasional Page 2 of 31 4.4.6 Memutuskan Strategi............................................................................................................ 29 4.5 Analisis menggunakan Porter’s Five Forces Industry-Based Model ........................................... 29 4.6 Strategi Suzuki untuk memasuki pasar India ........................................................................... 30 5 Daftar Referensi.................................................................................................................................... 31
  • 4. Manajemen Internasional Page 3 of 31 2 LATAR BELAKANG 2.1 JEPANG Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Samudera Pasifik. Ibukota Tokyo Populasi 127,103,388 (2014) Agama Shinto dan Buddhist 84%, lainnya 16% (termasuk Kristen 0.7%). Struktur Umur 0-14 tahun: 13.2% (pria 8,681,728 / wanita 8,132,809) 15-24 tahun: 9.7% (pria 6,429,429 / wanita 5,890,991) 25-54 tahun: 38.1% (pria 23,953,643 / wanita 24,449,655) 55-64 tahun: 13.2% (pria 8,413,872 / wanita 8,400,953) Lebih dari 65: 25.8% (pria 14,218,655 / wanita 18,531,653) (2014) Pertumbuhan Populasi -0.13% (2014) Tingkat Kelahiran 8.07 kelahiran / 1,000 populasi (2014) Tingkat Kematian 9.38 kematian / 1,000 populasi (2014) Populasi Kota Besar TOKYO (ibukota) 37.217 juta; Osaka-Kobe 11.494 juta; Nagoya 3.328 juta; Fukuoka-Kitakyushu 2.868 juta; Sapporo 2.742 juta; Sendai 2.428 juta (2011)
  • 5. Manajemen Internasional Page 4 of 31 GDP ≈ $5 Triliun (ekonomi terbesar ke-2). Per kapita $38,633.71 USD (2013) Minimum Upah 780 JPY/Jam ≈ USD 6.89/Jam (2015) ≈ USD 55.12 / Hari (8 jam) Industri Otomotif, elektronik konsumen, komputer, semikonduktor, besi, dan baja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 700.000 ilmuan dan $130 miliar US Dollar untuk R&D – terbesar ke 3. Harapan Hidup Total populasi: 84.46 tahun Pria: 81.13 tahun Wanita: 87.99 tahun (2014) 2.1.1 Masyarakat dan Budaya Jepang Orang Jepang dan “Muka”  Menjaga “muka” sangat penting di masyarakat Jepang.  Orang Jepang percaya bahwa menolak permintaan seseorang menyebabkan orang yang mengajukan malu dan kehilangan “muka”.  Jika permintaan tidak dapat disetujui, mereka akan mengatakan “hal itu tidak nyaman” atau “akan kami pertimbangkan”.  “Muka” merupakan tanda martabat pribadi dan berarti memiliki status yang tinggi.  Orang Jepang tidak akan melakukan hal-hal yang dapat membuat mereka kehilangan “muka”.  Oleh karena itu, mereka tidak akan mengkritik atau menghina orang lain di depan umum. Harmoni dalam Masyarakat Jepang  Harmoni adalah kunci dalam masyarakat Jepang.  Harmoni adalah filosofi utama dalam keluarga Jepang, Bisnis, dan masyarakat pada umumnya.  Anak-anak di Jepang sudah diajarkan untuk berperilaku harmonis dan kooperatif dengan orang lain pada saat mereka masuk pre-school.
  • 6. Manajemen Internasional Page 5 of 31  Sistem edukasi Jepang menekankan pada saling ketergantungan antara semua orang, anak- anak di Jepang dibesarkan untuk bekerja bersama orang lain, bukan independen.  Kebutuhan akan relasi yang harmoni ini terlihat pada banyak perilaku orang Jepang.  Mereka sangat menekankan kesopanan, tanggung jawab pribadi, dan bekerja bersama untuk kebaikan bersama, bukan kebaikan pribadi.  Mereka melihat bahwa bekerja dalam harmoni sangat penting untuk produktivitas pekerjaan. Komunikasi Non-Verbal  Orang Jepang menggunakan ekspresi wajah, nada suara, dan postur tubuh untuk memberitahukan perasaan / maksud mereka kepada lawan bicara.  Mereka biasanya percaya pesan non-verbal daripada kata-kata, karena kata-kata mempunyai beberapa arti.  Mengerutkan kening pada saat lawan bicara sedang berbicara menunjukkan ketidak- setujuan.  Kebanyakan orang Jepang mempertahankan ekspresi tenang saat berbicara.  Komunikasi non-verbal sangat penting, bahkan sampai ada buku untuk membaca komunikasi non-verbal orang Jepang.  Memandang mata seseorang dianggap tidak sopan, terutama kepada orang yang lebih senior.  Orang Jepang menghindari kontak mata untuk menjaga privasi mereka. Hirarki di Jepang  Orang Jepang sangat sadar akan umur dan status.  Semua orang berada pada hirarki tertentu, misalnya dalam keluarga, keluarga besar, sosial, dan Bisnis.  Di sekolah, murid melihat murid lain sebagai senior (“senpai”) atau junior (“kohai”).  Orang paling tua dalam grup tertentu selalu dihormati. Dalam situasi sosial, mereka akan dilayani terlebih dahulu dan minuman mereka akan dituangkan untuk mereka.
  • 7. Manajemen Internasional Page 6 of 31 2.1.2 Etika Bisnis di Jepang Pemahaman Cara Asing  Orang Jepang mengerti bahwa orang asing sangat sulit untuk bekerja di Jepang.  Mereka tidak akan mengharapkan orang asing untuk berbicara atau membaca Bahasa Jepang.  Kesalahan diperbolehkan, selama sikap menghormati selalu ditunjukkan. Relasi dan Komunikasi  Orang Jepang lebih memilih untuk melakukan Bisnis berdasarkan hubungan personal.  Pada umumnya, diperkenalkan atau direkomendasikan oleh seseorang yang sudah mempunyai hubungan yang baik dengan perusahaan sangat membantu karena hal tersebut memungkinkan orang Jepang untuk menempatkan Anda pada hirarki mereka.  Salah satu cara untuk membangun dan menjaga hubungan adalah dengan kartu ucapan seasonal. Etika Pertemuan Bisnis  Appointment diharuskan, harus dibuat beberapa minggu sebelumnya.  Lebih baik untuk melakukan panggilan telepon untuk appointment, daripada mengirim surat, fax, atau email.  Ketepatan waktu sangat penting.  Karena Jepang adalah masyarakat kolektif, persiapkan untuk meeting group.  Orang Jepang yang paling senior akan duduk paling jauh dari pintu, kemudian yang lain akan duduk berurutan berdasarkan jenjang tinggi ke rendah sampai orang yang paling junior akan duduk di dekat pintu.  Akan perlu beberapa kali meeting untuk melakukan Bisnis.  Perkenalan pertama sangat penting untuk membangun fondasi untuk keberhasilan relasi.  Anda akan diberikan beberapa Bisnis kecil sebagai percobaan apakah Anda dapat menjalankan komitmen.  Jika Anda merespon dan Cepat dan excellent, maka Anda membuktikan kemampuan Anda dan membangun kepercayaan terhadap Anda.
  • 8. Manajemen Internasional Page 7 of 31  Jangan pernah menolak permintaan, walaupun sangat sulit dan tidak menguntungkan. Orang Jepang sangat mengutamakan relasi jangka panjang.  Selalu persiapkan literatur mengenai perusahaan Anda dan testimonial dari client.  Berikan hadiah kecil kepada orang yang paling senior pada akhir meeting. Negosiasi Bisnis  Orang Jepang tidak suka konfrontasi.  Mereka jarang mengatakan “tidak”, harus terbiasa membaca komunikasi non-verbal mereka.  Pengambilan keputusan secara kelompok sangat penting.  Kontrak tertulis sangat diperlukan.  Orang Jepang biasanya diam untuk waktu yang lama.  Jepang lebih memilih perjanjian yang luas dan saling pengertian sehingga ketika masalah timbul mereka dapat ditangani secara fleksibel.  Menggunakan pengacara Jepang dipandang sebagai isyarat niat baik.  Jangan marah atau menaikkan suara Anda selama negosiasi.  Beberapa orang Jepang menutup mata mereka ketika mereka ingin mendengarkan dengan penuh perhatian.  Jepang tidak melihat kontak sebagai perjanjian akhir sehingga mereka dapat dinegosiasi ulang.
  • 9. Manajemen Internasional Page 8 of 31 2.1.3 Dimensi Nilai Budaya Jepang 2.1.3.1 Hofstede Berikut adalah penjelasan dari masing-masing poin pada Hofstede’s Cultural Dimensions untuk Jepang. Power Distance Jepang memiliki skor Power Distance menengah, yaitu 54. Penduduk Jepang selalu sadar posisi hirarkis mereka dalam kehidupan sosial dan bertindak sesuai posisi mereka. Beberapa orang asing menilai Jepang sebagai sangat hierarkis karena pengalaman bisnis mereka yang lambat dalam hal proses pengambilan keputusan: semua keputusan harus dikonfirmasi oleh setiap lapisan hirarkis dan akhirnya oleh manajemen puncak di Tokyo. Contoh lain dari tidak begitu tinggi Power Distance adalah bahwa Jepang selalu menjadi masyarakat meritokratis – sebuah sistem di mana orang berbakat dipilih dan bergerak maju atas dasar prestasi mereka. Ada gagasan yang kuat dalam sistem pendidikan Jepang yaitu semua orang dilahirkan sama dan siapa saja bisa maju dan menjadi apapun jika dia bekerja cukup keras. Individualism 54 46 95 92 88 42 55 43 50 64 45 46 POWER DISTANCE INDIVIDUALISM MASCULINITY UNCERTAINTY AVOIDANCE LONG TERM ORIENTATION INDULGENCE Hofstede’s Cultural Dimensions Japan World Average
  • 10. Manajemen Internasional Page 9 of 31 Jepang memperoleh skor menengah, yaitu 46 dalam dimensi individualism. Tentu saja masyarakat Jepang menunjukkan banyak karakteristik dari masyarakat kolektif: seperti mengutamakan harmoni kelompok di atas pendapat individu. Penjelasan yang paling populer untuk ini adalah bahwa masyarakat Jepang tidak mempunyai sistem extended family, yang merupakan ciri masyarakat yang lebih kolektif seperti di Cina dan Korea. Jepang merupakan masyarakat paternalistic, nama keluarga dan aset diwariskan dari ayah kepada anak sulung. Adik-adik harus meninggalkan rumah dan membangun hidup mereka sendiri dengan keluarga inti mereka. Salah satu contoh yang tampaknya paradoks adalah bahwa Jepang terkenal karena kesetiaan mereka kepada perusahaan mereka. Namun, loyalitas kepada perusahaan adalah sesuatu yang diputuskan oleh orang itu sendiri, yang merupakan hal Individualist untuk dilakukan. Sementara di budaya yang lebih kolektif, orang setia kepada kelompok inti mereka, seperti keluarga dan komunitas lokal mereka. Jepang dinilai sebagai negara kolektif oleh standar Barat dan dinilai sebagai Individualist oleh standar Asia. Masculinity Jepang merupakan salah satu masyarakat yang paling maskulin di dunia, dengan skor 95. Namun, dalam kombinasi dengan medium collectivism mereka, tidak terlihat perilaku individu yang tegas dan kompetitif yang sering dikaitkan dengan budaya maskulin. Yang terlihat adalah kompetisi yang ketat antar kelompok. Dari usia yang sangat muda, anak-anak sudah diajarkan untuk bersaing dalam kelompok mereka (misalnya dalam bidang olahraga). Di perusahaan Jepang, terlihat bahwa karyawan paling termotivasi ketika mereka berjuang di dalam tim untuk melawan pesaing mereka. Masculinity ini juga terlihat pada keunggulan dan kesempurnaan dalam produksi mereka (Monozukuri) dan jasa (hotel dan restoran) dan penampilan (bungkus kado dan tampilan makanan) di setiap aspek kehidupan. Budaya workaholic di Jepang juga merupakan ungkapan lain dari Maskulinitas mereka. Di Jepang, masih sulit bagi wanita untuk menduduki posisi tinggi dalam perusahaan dengan norma maskulin mereka dan dengan jam kerja yang panjang. Uncertainty Avoidance Skor Jepang untuk Uncertainty Avoidance sangat tinggi, yaitu 92. Jepang termasuk dalam negara yang paling tinggi nilai Uncertainty Avoidance. Biasanya hal ini dihubungkan dengan fakta bahwa penduduk
  • 11. Manajemen Internasional Page 10 of 31 Jepang selalu terancam dengan bencana alam. Karena itu, penduduk Jepang belajar untuk selalu mempersiapkan diri untuk situasi-situasi yang tidak menentu seperti itu. Ternyata hal ini tidak hanya berlaku dalam situasi emergency terhadap bencana alam saja, tetapi juga berlaku dalam setiap aspek kehidupan mereka. Bisa dikatakan bahwa apapun yang terjadi di Jepang harus dapat diprediksi sebelumnya. Di perusahaan Jepang, banyak waktu dan usaha yang dialokasikan ke dalam studi kelayakan dan analisis semua faktor risiko sebelum setiap proyek dapat dimulai. Manajer meminta semua fakta rinci dan angka sebelum mengambil keputusan apapun. Kebutuhan yang sangat tinggi untuk Uncertainty Avoidance ini adalah salah satu alasan mengapa perubahan begitu sulit untuk dilakukan di Jepang. Long Term Orientation Skor Jepang untuk Long Term Orientation cukup tinggi, yaitu 88. Jepang juga merupakan salah satu negara dengan skor Long Term Orientation yang paling tinggi. Budaya Jepang mengajarkan mereka untuk melihat kehidupan mereka sebagai suatu masa yang singkat dalam sejarah manusia yang sangat panjang. Dari perspektif ini, penduduk di Jepang selalu terdorong untuk melakukan yang terbaik selama masa hidup mereka. Di perusahaan Jepang, terlihat orientasi jangka panjang dalam hal alokasi investasi yang tinggi dan terus menerus untuk Research & Development bahkan di saat ekonomi sulit. Semua berfokus pada daya tahan perusahaan. Filosofi di balik itu adalah bahwa perusahaan tidak didirikan untuk menghasilkan uang setiap kuartal untuk pemegang saham, melainkan untuk memberikan value bagi pemegang saham dan masyarakat luas untuk generasi-generasi yang akan datang. Indulgence Jepang, dengan skor rendah 42, memiliki budaya Restraint. Masyarakat dengan skor rendah dalam dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme. Juga, berbeda dengan masyarakat Indulgent, masyarakat Restraint selalu mengontrol pemuasan keinginan mereka. Masyarakat dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma- norma sosial dan merasa bahwa menyenangkan diri sendiri agak salah.
  • 12. Manajemen Internasional Page 11 of 31 2.1.3.2 GLOBE (Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness) Jepang Assertiveness 3.69 Institutional Collectivism 5.23 In-Group Collectivism 4.72 Future Orientation 4.29 Gender Egalitarianism 3.17 Humane Orientation 4.34 Performance Orientation 4.22 Power Distance 5.23 Uncertainty Avoidance 4.07 High Institutional Collectivism  Pekerja merasa saling bergantung dengan perusahaan. 0 1 2 3 4 5 6 Assertiveness Institutional Collectivism In-Group Collectivism Future Orientation Gender EgalitarianismHumane Orientation Performance Orientation Power Distance Uncertainty Avoidance Budaya Jepang berdasarkan GLOBE Study Jepang
  • 13. Manajemen Internasional Page 12 of 31  Loyalitas kepada kelompok sangat ditekankan, namun tidak menghilangkan adanya tujuan individual.  Keputusan penting diambil dalam group. High Power Distance  Masyarakat dikelompokkan berdasarkan kelas sosial.  Kekuasaan biasanya dijadikan urutan dalam kelas sosial.  Jalur sosial ke atas dibatasi.  Sumberdaya tersedia untuk segelintir orang.  Informasi tidak dibagikan kepada semua orang Low Gender Egalitarianism  Sedikit wanita yang dapat menempati posisi penting.  Banyak pemisahan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.  Perbedaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara pria dan wanita.  Wanita mempunyai peran sedikit atau tidak sama sekali dalam pengambilan keputusan.
  • 14. Manajemen Internasional Page 13 of 31 2.2 INDIA Ibukota New Delhi Populasi 1,065,070,607 (July 2004) Agama Hindu 81.3%, Muslim 12%, Kristen 2.3%, Sikh 1.9%, lain-lain 2.5% (2000) Pemerintahan Republik Federal Upah rata-rata 272.19 INR / hari (2014) ≈ US$ 4 / hari Struktur Umur 0-14 tahun: 28.5% (pria 187,016,401 / wanita 165,048,695) 15-24 tahun: 18.1% (pria 118,696,540 / wanita 105,342,764) 25-54 tahun: 40.6% (pria 258,202,535 / wanita 243,293,143) 55-64 tahun: 7% (pria 43,625,668 / wanita 43,175,111) 65 tahun lebih: 5.8% (pria 34,133,175 / wanita 37,810,599) (2014 est.) Pertumbuhan Populasi 1.25% ( 2014 ) Tingkat Kelahiran 19.89 kelahiran / 1000 populasi (2014) Tingkat Kematian 7.35 kematian / 1000 populasi (2014) Harapan Hidup Total populasi: 67.8 tahun Pria: 66.68 tahun Wanita: 69.06 tahun
  • 15. Manajemen Internasional Page 14 of 31 2.2.1 Masyarakat dan Budaya India Bahasa di India Beberapa wilayah di India memiliki bahasa resmi yang berbeda, beberapa diantaranya tidak diakui oleh pemerintah pusat. Beberapa wilayah bahkan memiliki lebih dari 1 bahasa resmi. Pemerintah pusat memutuskan bahwa Hindi adalah bahasa resmi dari India. Masyarakat dan Budaya India  Pengaruh agama Hindu dan tradisi sistem kasta telah membentuk budaya yang menekankan pada hubungan hirarkis.  Masyarakat India selalu sadar akan adanya perbedaan hirarki sosial dan status mereka dibandingkan dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, ataupun orang asing.  Semua hubungan dalam masyarakat terdapat hirarki. Di sekolah, guru di sebut ‘gurus’ yang dipandang sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan. Ayah dipandang sebagai pemimpin keluarga. Pimpinan dalam Bisnis dipandang sebagai sumber penanggung jawab utama dalam Bisnis tersebut. Setiap hubungan dalam masyarakat mempunyai struktur hirarki yang sangat jelas. Peran Keluarga  Masyarakat biasanya mengidentifikasi dirinya berdasarkan kelompok dimana mereka berada daripada status mereka sebagai individu. Seseorang selalu dihubungkan dengan asal mereka, agama, kota, keluarga, karir, dan lain sebagainya.  Orientasi kelompok ini berasal dari hubungan pribadi yang dekat dengan keluarga mereka, termasuk keluarga besar.  Keluarga besar menciptakan banyak hubungan timbal balik, aturan, dan struktur. Seiring dengan kewajiban bersama datang kepercayaan yang mengakar di kalangan kerabat. Tidak dapat mengatakan Tidak  Masyarakat India tidak dapat mengatakan ‘Tidak’, verbal maupun non-verbal.  Daripada mengecewakan orang lain, misalnya dengan mengatakan bahwa sesuatu tidak tersedia, orang India akan menawarkan respon yang mereka pikir orang tersebut akan suka.
  • 16. Manajemen Internasional Page 15 of 31  Kebiasaan ini tidak dianggap sebagai ketidak-jujuran. Seorang India akan dianggap buruk jika dia tidak berusaha untuk memberikan seseorang apa yang mereka minta.  Karena mereka tidak ingin memberikan jawaban negatif, India dapat memberikan jawaban positif tapi kurang jelas tentang rincian spesifik. Ini akan mengharuskan Anda untuk mencari isyarat non-verbal, seperti keengganan untuk berkomitmen waktu aktual untuk pertemuan atau tanggapan antusias. Budaya Pertemuan  Agama, pendidikan, dan kelas sosial mempengaruhi bagaimana orang India saling menyapa.  India menganut budaya hirarki, maka orang yang lebih senior akan disapa terlebih dahulu.  Ketika meninggalkan pertemuan, setiap orang harus mengucapkan selamat tinggal secara individual.  Berjabat tangan sudah umum, terutama di kota besar diantara orang berpendidikan yang sering bekerja sama dengan orang barat.  Pria akan berjabat tangan dengan pria lain, dan wanita akan berjabat tangan dengan wanita lain, akan tetapi jarang terjadi jabat tangan antara pria dan wanita dikarenakan kepercayaan agama. Budaya Memberi Hadiah  Orang India percaya bahwa memberi akan mempermudah transisi ke kehidupan berikutnya (kepercayaan akan reinkarnasi).  Pemberian hadiah berupa uang diberikan kepada teman atau kerabat untuk merayakan peristiwa kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.  Bukan nilai dari pemberian yang dilihat, tapi kesungguhan pemberinya yang dilihat oleh penerima.  Jika diundang untuk makan di Rumah seorang India, tidaklah harus untuk membawa hadiah, walaupun jika membawa hadiah tidak akan ditolak.  Kuning, hijau, dan merah adalah warna keberuntungan, jadi pakailah warna-warna tersebut untuk membungkus hadiah.  Hadiah dari seorang pria sebaiknya dikatakan berasal dari dia dan istri/ibu/saudara perempuan, atau keluarga wanita lainnya.
  • 17. Manajemen Internasional Page 16 of 31  Penganut Hindu jangan diberi hadiah yang terbuat dari kulit.  Penganut Islam jangan diberi hadiah yang terbuat dari kulit babi atau produk alcohol.  Hadiah tidak langsung dibuka pada waktu diberikan. 2.2.2 Etika Bisnis di India Hubungan dan Komunikasi  Orang India lebih mengutamakan melakukan Bisnis dengan orang yang mereka kenal.  Hubungan dibangun berdasarkan saling percaya dan saling menghormati.  Pada umumnya, orang India lebih suka membangun hubungan personal yang panjang daripada melakukan Bisnis.  Lebih baik menggunakan introduksi dari pihak ketiga. Ini akan memberikan Anda kredibilitas yang baik. Budaya Pertemuan Bisnis  Jika Anda akan datang ke India dari luar negeri, dianjurkan untuk membuat janji menggunakan surat, paling lambat 1 bulan sebelumnya, lebih dianjurkan 2 bulan sebelumnya.  Sebaiknya melakukan konfirmasi ulang akan janji appointment, karena bisa dibatalkan dalam waktu singkat.  Waktu yang paling baik untuk pertemuan Bisnis adalah akhir pagi atau sore hari. Konfirmasi ulang rencana meeting 1 minggu sebelumnya dan hubungi lagi di pagi hari, karena sangat umum untuk membatalkan meeting pada last-minute.  Datang ke meeting on time karena orang India akan terkesan dengan ketepatan waktu.  Pertemuan Bisnis akan dimulai dengan pembicaraan untuk saling mengenal. Faktanya, cukup memungkinkan bahwa pertemuan pertama kali tidak akan membahas Bisnis sama sekali.  Selalu mengirimkan agenda detil sebelum meeting. Kirimkan data dan materi meeting sebelumnya. Ini akan memungkinkan setiap orang untuk mempelajari dan nyaman dengan materi meeting tersebut.  Follow up meeting dengan overiew akan apa yang dibicarakan, dan langkah selanjutnya.
  • 18. Manajemen Internasional Page 17 of 31 Negosiasi Bisnis  Keputusan diambil oleh orang yang paling berkuasa.  Proses pengambilan keputusan cukup lambat.  Jika Anda kehilangan kesabaran, Anda akan kehilangan muka dan dianggap tidak layak untuk dihormati dan dipercaya.  Penundaan sudah biasa terjadi, apalagi jika berhubungan dengan pemerintah.  Jangan terlihat terlalu legal selama negosiasi. Pada umumnya orang India tidak percaya system legal. Perkataan seseorang sudah cukup untuk mencapai kesepakatan.  Negosiasi yang berhasil biasanya dirayakan dengan makan bersama. Titel / Gelar  Orang India menghormati gelar seperti Profesor, Doktor, dan Engineer.  Status ditentukan berdasarkan umur, jenjang universitas, kasta, dan profesi.  Jika seseorang tidak mempunyai gelar professional, pakailah titel “Sir” atau “Madam”. Kartu Nama  Kartu nama dipertukarkan setelah jabat tangan sapaan pertama.  Cantumkan gelar universitas pada kartu nama.  Gunakan tangan kanan untuk memberi dan menerima kartu nama.  Kartu nama perlu di terjemahkan ke Bahasa Hindi.  Selalu sediakan kartu nama supaya penerima dapat membaca pada saat diberikan kepada mereka.
  • 19. Manajemen Internasional Page 18 of 31 2.2.3 Dimensi Nilai Budaya India 2.2.3.1 Hofstede Berikut adalah penjelasan dari masing-masing poin pada Hofstede’s Cultural Dimensions untuk India. Power Distance India menunjukkan skor cukup tinggi pada dimensi ini, yaitu 77. Hal ini menunjukkan adanya hirarki dan struktur top-down dalam masyarakat dan organisasi. Sangat bergantung pada atasan untuk keputusan dan arahan perusahaan. Adanya perbedaan hak antara tingkat atas dan tingkat bawah. Karyawan hanya melapor kepada supervisor langsung di atasnya. Komunikasi dari atas ke bawah, bahkan feedback yang negatif tidak pernah sampai ke tingkat atas. Individualism India mendapatkan skor menengah untuk Individualism, yaitu 48. Masyarakat India menunjukkan sikap yang kolektif, tapi juga individual. Dari sisi kolektif dapat dilihat dari adanya kecenderungan untuk begabung dalam suatu kelompok sosial tertentu, dimana perbuatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai konsep, seperti pendapat dari keluarga inti, keluarga besar, tetangga, lingkungan kerja, dan lainnya. Dalam hubungan kerja, kesetiaan karyawan dan perlindungan dari pemberi kerja 77 48 56 40 51 26 55 43 50 64 45 46 POWER DISTANCE INDIVIDUALISM MASCULINITY UNCERTAINTY AVOIDANCE LONG TERM ORIENTATION INDULGENCE Hofstede’s Cultural Dimensions India World Average
  • 20. Manajemen Internasional Page 19 of 31 juga biasanya berkaitan dengan hubungan keluarga. Perekrutan dan promosi biasanya dibuat berdasarkan hubungan keluarga atau kelompok tertentu. Aspek individualis dari masyarakat India muncul dari agama Hindu. Hindu percaya akan konsep reinkarnasi, dimana kelahiran kembali bergantung bagaiamana seseorang itu hidup dalam kehidupan sebelumnya. Orang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, yang akan berakibat pada saat dilahirkan kembali. Masculinity India mendapat skor 56 untuk dimensi ini, menunjukkan bahwa India adalah negara yang Maskulin. Pada banyak negara maskulin, fokus utama adalah pada kesuksesan dan prestasi, yang ditunjukkan dengan kekayaan. Pekerjaan adalah pusat dari kehidupan seseorang, dan simbol-simbol kesuksesan sangatlah penting di tempat kerja. Uncertainty Avoidance India termasuk dalam negara yang medium-low untuk dimensi Uncertainty Avoidance, dengan skor 40. Budaya India menerima adanya ketidak-sempurnaan. India merupakan negara yang sopan dan toleransi. Long Term Orientation Skor 51 untuk dimensi ini menunjukkan bahwa masyarakan India lebih condong ke arah long-term. Di India, konsep “karma” sangat mempengaruhi agama dan pemikiran mereka. Indulgence India, dengan skor rendah 26, memiliki budaya Restraint. Masyarakat dengan skor rendah dalam dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme. Juga, berbeda dengan masyarakat Indulgent, masyarakat Restraint selalu mengontrol pemuasan keinginan mereka. Masyarakat dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma- norma sosial dan merasa bahwa menyenangkan diri sendiri agak salah.
  • 21. Manajemen Internasional Page 20 of 31 2.2.3.2 GLOBE (Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness) India Assertiveness 3.7 Institutional Collectivism 4.25 In-Group Collectivism 5.81 Future Orientation 4.04 Gender Egalitarianism 2.89 Humane Orientation 4.45 Performance Orientation 4.11 Power Distance 5.29 Uncertainty Avoidance 4.02 High In-Group Collectivism  Tugas dan kewajiban merupakan penentu penting dari perilaku sosial.  Masyarakat menekankan keterkaitan dengan kelompok-kelompok.  Laju kehidupan lebih lambat. 0 1 2 3 4 5 6 Assertiveness Institutional Collectivism In-Group Collectivism Future Orientation Gender EgalitarianismHumane Orientation Performance Orientation Power Distance Uncertainty Avoidance Budaya India berdasarkan GLOBE Study India
  • 22. Manajemen Internasional Page 21 of 31 High Power Distance  Masyarakat dikelompokkan berdasarkan kelas sosial.  Kekuasaan biasanya dijadikan urutan dalam kelas sosial.  Jalur sosial ke atas dibatasi.  Sumberdaya tersedia untuk segelintir orang.  Informasi tidak dibagikan kepada semua orang Low Gender Egalitarianism  Sedikit wanita yang dapat menempati posisi penting.  Banyak pemisahan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.  Perbedaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara pria dan wanita.  Wanita mempunyai peran sedikit atau tidak sama sekali dalam pengambilan keputusan. High Humane Orientation  Kepentingan orang lain adalah penting.  Orang termotivasi terutama oleh kebutuhan untuk memiliki dan afiliasi.  Anggota masyarakat bertanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan orang lain.  Pekerja anak dibatasi oleh sanksi publik.  Masyarakat didesak untuk peka terhadap segala bentuk diskriminasi rasial.
  • 23. Manajemen Internasional Page 22 of 31 3 INVESTASI JEPANG KE INDIA 3.1 KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI ANTARA JEPANG DAN INDIA Jepang India Assertiveness 3.69 3.7 Institutional Collectivism 5.23 4.25 In-Group Collectivism 4.72 5.81 Future Orientation 4.29 4.04 Gender Egalitarianism 3.17 2.89 Humane Orientation 4.34 4.45 Performance Orientation 4.22 4.11 Power Distance 5.23 5.29 Uncertainty Avoidance 4.07 4.02 Seperti bisa di perhatikan dari chart di atas, sebagian besar karakteristik budaya Jepang mirip dengan budaya India. Perbedaan yang cukup besar terlihat yaitu pada jenis kolektivism di kedua 0 1 2 3 4 5 6 Assertiveness Institutional Collectivism In-Group Collectivism Future Orientation Gender EgalitarianismHumane Orientation Performance Orientation Power Distance Uncertainty Avoidance Budaya Jepang dan India berdasarkan GLOBE Study Jepang India
  • 24. Manajemen Internasional Page 23 of 31 negara tersebut. Jepang lebih ke Institutional Collectivism sedangkan India lebih condong ke In-Group Collectivism, namum keduanya tetap memiliki nilai collectivism yang termasuk tinggi. Jepang perlu beberapa penyesuaian dalam komunikasi dan negosiasi untuk dapat bekerja sama dengan India. Jepang perlu memperhatikan keluarga, keluarga besar, dan kelompok sosial pada masyarakat India. Berikut ini beberapa gaya komunikasi dan budaya antara Jepang dan India Jepang India Gaya Komunikasi Introvert Extrovert Sederhana Kuat Diam Lincah Tidak menginterupsi Menginterupsi Berpikir dalam keheningan Berpikir dalam keramaian Tidak menyukai perkataan besar (big talkers) Suka berbicara Bahasa tubuh sedikit Bahasa tubuh jelas Fitur Budaya Pengaruh tradisi sangat kuat Pengaruh tradisi sangat kuat Komitmen kuat untuk menyelesaikan sesuatu Komitmen kuat untuk menyelesaikan sesuatu Reaktif Aktif dan reaktif Budaya mendengarkan Budaya berbicara Berorientasi pada data Berorientasi pada dialog Tepat waktu Tidak tepat waktu Hirarkis Hirarkis Sangat menghormati orang yang lebih tua Sangat menghormati orang yang lebih tua Kolektif Kolektif dalam group sendiri, individual dengan orang luar
  • 25. Manajemen Internasional Page 24 of 31 3.2 PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANTARA JEPANG DAN INDIA Beberapa perbedaan yang cukup terlihat antara budaya Jepang dan India berdasarkan nilai dari Hofstede antara lain: Power Distance Walaupun ada perbedaan dalam hal Power Distance, tapi kedua negara (Jepang dan India) cukup condong ke arah Power Distance. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:  Menetapkan struktur dan kewenangan yang jelas, karena kedua negara menjunjung tinggi hirarkis.  Menetapkan supervisor untuk setiap pekerja yang dapat memberikan arahan dan target yang jelas kepada para pekerja. Masculinity Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjembatani perbedaan Masculinity antara lain:
  • 26. Manajemen Internasional Page 25 of 31  Karena Jepang dan India lebih condong ke budaya Maskulin, maka kesepakatan lebih mudah dapat dilakukan.  Proses pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh kaum pria.  Jepang perlu menetapkan standard Produksi yang jelas dan detil untuk memastikan kualitas barang yang dihasilkan. Uncertainty Avoidance Untuk menjembatani perbedaan uncertainty avoidance yang cukup jauh ini, yang dapat dilakukan antara lain:  Jepang dapat mencoba untuk lebih fleksibel dan terbuka dalam melihat ide-ide baru.  Bersiaplah untuk mendorong melalui persetujuan bersama karena mereka akan diharapkan untuk direalisasikan secepatnya.  Memberikan otomoni dan ruang gerak untuk pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka. Hanya perlu guidelines untuk mengatur para pekerja. Long Term Orientation Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjembatani perbedaan Long Term Orientation pada Jepang yang tinggi dan India yang medium antara lain:  Setiap keputusan yang disepakati harus berorientasi pada relasi Bisnis jangka panjang.  Harus mencapai kesepakatan bersama dalam hal ketepatan waktu kerja untuk menunjang produktivitas. Hal ini dikarenakan budaya orang India yang tidak tepat waktu.  Memberikan ruang untuk perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan, asalkan tidak keluar dari jalur yang telah disepakati bersama.
  • 27. Manajemen Internasional Page 26 of 31 4 SUZUKI MOTOR CORPORATION Suzuki Motor Corporation adalah perusahaan Jepang yang memproduksi kendaraan seperti mobil, mesin, ATV dan sepeda motor. Pada tahun 2011, Suzuki merupakan perusahaan yang memproduksi otomotif ke-9 terbesar di seluruh dunia. Suzuki saat ini memiliki lebih dari 45.000 pekerja di seluruh dunia dan memiliki 35 pabrik utama di 23 negara dan 133 distributor di 192 negara. 4.1 SEJARAH Didirikan pada tahun 1909 oleh Michio Suzuki di Hamamatsu, Jepang. Pada awalnya Suzuki memproduksi alat tenun untuk industri sutra di Jepang. 30 tahun pertama perusahaan ini fokus pada Produksi alat tenun. Pada tahun 1937, Suzuki mulai memproduksi mobil kecil. Pada tahun 1954, Suzuki sudah memproduksi 6.000 sepeda motor per bulan dan mengubah nama menjadi Suzuki Motor Co., Ltd. Volkswagen mempunyai non-controlling shareholding sebesar 19.9% pada tahun 2009 dan 2015. Akhirnya dibeli kembali oleh Suzuki dengan niali $3.8 billion pada September 2015. 4.2 MARUTI SUZUKI INDIA LIMITED Maruti Suzuki India Limited adalah produsen mobil India yang merupakan anak perusahaan dari Suzuki Motor Corporation. Maruti Suzuki telah memproduksi 1,133,695 unit antara 1 April 2011 dan 30 Maret 2012. Suzuki Motor Corporation memiliki saham 54.2%, dan sisanya dimiliki oleh berbagai institusi public dan finansial di India. 4.2.1 Kronologi Masuknya Jepang ke India Pada tahun 1970, didirikan perusahaan dengan nama Maruti technical services private limited (MTSPL). Tujuan utama perusahaan ini adalah untuk menyediakan pengetahuan teknis untuk desain, pembuatan dan perakitan sebuah mobil. Pada tahun 1971, berubah menjadi Maruti Limited. Pada tahun 1977, Maruti Limited dilikuidasi, dan akhirnya dibentuk Maruti Udyog Ltd atas usaha Dr V. Krishnamurthy. Afiliasi dengan Suzuki
  • 28. Manajemen Internasional Page 27 of 31 Pada tahun 1982, lisensi dan Joint Venture Agreement (JVA) ditandatangani oleh Maruti Udyog Ltd. dengan Suzuki dari Jepang. Pada awalnya, Maruti Suzuki adalah importir mobil. Dalam pasar tertutup di India, Maruti mendapat hak untuk mengimport 40,000 mobil Suzuki dalam 2 tahun pertama. Pada tahun 1991, Suzuki menaikkan saham nya di Maruti menjadi 50 persen, membuat perusahaan ini menjadi 50 – 50 Joint Venture dengan pemerintah India. Pada tahun 2002, anak perusahaan dari Maruti dimulai: Maruti Insurance Distributor Services dan Maruti Insurance Brokers Limited. Suzuki Motor Corporation meningkatkan kepemilikannya menjadi 54.2 persen. Pada tahun 2006, Suzuki dan Maruti membuat joint venture baru, “Maruti Suzuki Automobiles India”, untuk membangun pabrik baru, satu untuk kendaraan, satu untuk mesin. Pada bulan Juli 2014, Maruti sudah memiliki market share lebih dari 45% di India. Pada Februari 2016, untuk pertama kalinya Maruti Suzuki meng-export mobil ke Jepang. 4.3 ALASAN UNTUK MEMBUAT PABRIK DI INDIA Suzuki Motor Corporation memiliki beberapa proactive reasons untuk berinvestasi di India. Skala Ekonomi Dengan populasi sebesar 731 juta penduduk (tahun 1982) – 7 kali populasi Jepang pada saat itu, India mempunyai pasar yang sangat besar untuk Suzuki. Suzuki berencana untuk memproduksi mobil dengan harga lebih murah untuk penduduk India kelas menengah. Peluang untuk Growth Dengan populasi dan spending power yang sangat besar dari India, peluang Suzuki untuk mengembangkan perusahaannya dengan menambah pabrik di India sangatlah tepat. Penghematan Cost Penghematan biaya jika membuat pabrik di India akan sangat besar, dapat dilihat dari sisi gaji pekerja. Di Jepang minimum gaji kurang lebih USD 55.12 / Hari, sedangkan di India kurang lebih
  • 29. Manajemen Internasional Page 28 of 31 USD 4 per hari. Selain itu dengan membuat pabrik di India, akan mengurangi cost Transportasi dan biaya export import. Dengan demikian bisa menekan harga penjualan mobil di India. 4.4 MODEL HIRARKI DARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIS 4.4.1 Mengidentifikasi Potensi Market India mempunyai market yang sangat besar, dapat di lihat dari jumlah penduduk yang sangat besar (saat ini memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-2 di dunia setelah China). Jepang bermaksud untuk mentargetkan produksi mobil dengan harga lebih murah untuk market menengah di India. Jepang dan India juga memiliki banyak kesamaan budaya (berdasarkan nilai dari GLOBE Study). 4.4.2 Ancaman / Peluang Peluang yang ada di India sangatlah besar. Bisa dikatakan consumer market di India adalah yang terbesar ke-3 di Asia. Banyak perusahaan sudah berinvestasi di India, antara lain Unilever. Menurut Thomson Reuters, potensi consumer market di India sebesar 1.2 miliar. Beberapa ancaman bisa datang dari dalam maupun luar negeri, seperti pesaing yang bergerak dibidang otomotif baik di India maupun negara lain yang juga tertarik dengan market India. 4.4.3 Penilaian Daya Tarik Pasar Dari kedua analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa India mempunyai market dengan daya Tarik yang luar biasa. Terutama dengan jumlah populasi yang sangat besar serta spending power yang juga sangat besar dari kalangan menengah (yang menjadi target market utama Suzuki). Beberapa kesamaan budaya antar Jepang dan India, dan juga adanya kerjasama antara kedua negara tersebut dalam bidang pemerintahan, sangat menolong terjadinya kerjasama yang baik. 4.4.4 Kekuatan / Kelemahan Suzuki mempunyai kekuatan antara lain teknologi yang maju dan tim research and development yang handal untuk industri otomotif. Suzuki mempunyai kualitas produk yang diakui secara internasional. Kuatnya budaya Long Term Orientation di Jepang membuat mereka berfokus untuk terus mengembangkan teknologi untuk otomotif, menjadi leading company dalam industri otomotif. Beberapa kelemahan antara lain biaya Produksi dan export import yang cukup tinggi jika diproduksi di Jepang dan di ekspor ke negara lain.
  • 30. Manajemen Internasional Page 29 of 31 4.4.5 Penilaian Strategi yang tepat Untuk mengembangkan pasar internasional, Suzuki harus membangun pabrik-pabrik di negara lain, yang dapat menekan biaya Produksi dan biaya export import, sehingga harga jual mobil dapat diterima oleh banyak kalangan dan negara. Suzuki memilih India sebagai salah satu negara target nya dikarenakan rendahnya biaya Produksi di India dan banyaknya market otomotif di negara tersebut. 4.4.6 Memutuskan Strategi Jepang awalnya melakukan kerjasama dengan perusahaan India, yaitu Maruti, untuk mengexport produknya ke India. Setelah mengenal dan menganalisis lebih lanjut kondisi market di India, Jepang memutuskan untuk membuat pabrik di India dengan tetap bekerjasama dengan Maruti – yang saat itu sebagian besar sahamnya dipegang oleh pemerintah India. Kemudian Suzuki Jepang berusaha untuk memperoleh kepemilikan dominan (di atas 50%). 4.5 ANALISIS MENGGUNAKAN PORTER’S FIVE FORCES INDUSTRY-BASED MODEL 1. Level kompetisi global dan lokal dalam industri otomotif. Pesaing besar Suzuki untuk industri yang sama antara lain Honda, Toyota, dan Yamaha. 2. Untuk masuk ke dalam pasar India tidak terlalu sulit karena didukung adanya persamaan budaya dan kerjasama yang baik antara pemerintah Jepang dan India. Oleh karena itu, Suzuki harus segera mendominasi pasar otomotif di India sebelum pesaing lain memasuki pasar tersebut. 3. Saat memutuskan untuk bekerja sama dengan India, belum ada perusahaan besar yang menguasai sektor otomotif di India. Suzuki masuk ke India dan akhirnya mendominasi paling kurang 50% dari market otomotif di India. 4. Untuk mengantisipasi bargaining power dari supplier otomotif di India, Maruti Suzuki juga mendirikan anak perusahaan untuk memproduksi mesin dan parts mobil. 5. Untuk mengantisipasi ancaman produk pengganti dan inovasi terbaru, Maruti Suzuki juga mengedepankan Research & Development untuk terus melakukan inovasi menggunakan tekonologi terbaru di bidang otomotif.
  • 31. Manajemen Internasional Page 30 of 31 4.6 STRATEGI SUZUKI UNTUK MEMASUKI PASAR INDIA Pada tahun 1982, Suzuki bekerja sama dengan Maruti India untuk mengekspor mobil ke India. Namun export mobil dari Suzuki dibatasi hanya 40,000 mobil dalam 2 tahun oleh pemerintah India. Pada tahun 1983, mulai produksi mobil di India. Maruti 800 merupakan mobil pertama yang di produksi, yang juga merupakan mobil pertama di India dengan harga yang terjangkau. Pada tahun 1989, Maruti menjadi perusahaan 50 – 50 Joint Venture antara Suzuki dan pemerintah India. Pada tahun 2002, Suzuki meningkatkan kepemilikan menjadi 54.2% dari Maruti. Pada tahun 2006, Suzuki dan Maruti membuat joint venture baru, “Maruti Suzuki Automobiles India”, untuk membangun 2 pabrik baru, satu untuk kendaraan, satu untuk mesin. Pada bulan Juli 2014, Maruti sudah memiliki market share lebih dari 45% di India. Suzuki memasuki pasar India dengan strategi Joint Ventures dengan pemerintah India untuk memperoleh akses “orang dalam” ke pasar India, membagi cost dan resiko, melindungi teknologi Suzuki, berbagi control perusahaan, lebih mudah beradaptasi dengan budaya lokal (India).
  • 32. Manajemen Internasional Page 31 of 31 5 DAFTAR REFERENSI http://www.indexmundi.com/japan/demographics_profile.html http://www.indexmundi.com/india/demographics_profile.html http://geert-hofstede.com http://www.helsinki.fi/~tella/nishimuranevgitella299.pdf http://www.financialexpress.com/article/industry/automobiles/maruti-suzuki-india-begins-baleno- shipments-to-japan-launch-slated-for-march/208472/ http://www.globalsuzuki.com/ http://www.marutisuzuki.com/ http://www.tlu.ee/~sirvir/IKM/Leadership%20Dimensions/globe_project.html http://www.kwintessential.co.uk/resources/global-etiquette/japan-country- profiles.html?highlight=YToxOntpOjA7czo1OiJqYXBhbiI7fQ== http://www.kwintessential.co.uk/resources/global-etiquette/india-country- profile.html?highlight=YToxOntpOjA7czo1OiJpbmRpYSI7fQ==