SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
CHARACTER BUILDING 
PEMULUNG dan ANAK JALANAN serta KEMISKINAN 
di INDONESIA 
NAMA KELOMPOK : 
1. Irpan Rambe /11111268 (Ketua) 
2. Dara Puspita / 11111790 (Wakil Ketua) 
3. Andrean / 11111347 (Moderator) 
4. Amanda Widyasari / 11111351 
5. Ayu Lestari / 11111639 
6. Chairunnisa / 11111699 
7. Diki Prastiyo / 11111224 
8. Mega Septiani / 11111674 
9. Muhammad Ramdhan / 11110781 
10. Rita Alfiani Safitri / 11111345 
11.3A.12 / KAMPUS G2 
KOMPUTERISASI AKUNTANSI 
Kata Pengantar 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya 
maka Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema 
“PEMULUNG dan ANAK JALANAN serta K EMISKINAN di IN DONESIA” 
yang berjudul “ SISI LAIN DUNIA METROPOLITAN ” 
Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk 
menyelesaikan tugas mata kuliah Character Building. Makalah ini di buat sebagai 
salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah tersebut. 
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan 
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan kami yang masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu kritik dan 
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi 
penyempurnaan makalah ini. 
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih 
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam 
menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada: 
1. Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan 
makalah ini dengan baik 
2. Kedua orang tua yang telah mendukung kegiatan kami 
3. Bapak Dodo dan Saudara Ijal yang menjadi narasumber utama kegiatan 
kami 
4. Bapak Dirgahayu Erri selaku dosen mata kuliah Character Building 
5. Rekan-rekan kelas 11.3A.12 
6. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah 
ini . 
Jakarta, 02 November 2012 
Penulis 
DAFTAR ISI 
Halaman 
Kata Pengantar ...................................................................................................... i 
Daftar Isi ................................................................................................................ ii 
BAB 1 PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................. 2 
1.3. Metode Riset ........................................................................... 3 
1.4. Ruang Lingkup ........................................................................ 4 
1.5. Permasalahan Pokok .............................................................. 4 
1.6. Sistematika Penulisan .............................................................. 4 
BAB II LANDASAN TEORI 
2.1. Pendefinisian ........................................................................... 6 
2.2. Deskripsi Umum...................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS 
3.1. Definisi...................................................................................... 
11 
3.2. Indikator.................................................................................... 
12 
3.3. Penyebab 
Mendasar..................................................................13 
3.4. Faktor-faktor 
pendukung............................................................15 
3.5. Alasan Menggeluti 
Bidang...........................................................18 
3.6. Solusi Mengurangi Volume 
Kemiskinan.......................................20 
BAB IV PENUTUP 
4.1. Kesimpulan............................................................................... 
.21 
4.2. Saran-saran................................................................................ 
23 
PROFIL SINGKAT 
PENULIS............................................................................................iii 
DAFTAR 
PUSTAKA......................................................................................................viii 
LAMPIRAN.............................................................................................................. 
.....ix
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 
Fenomena merebaknya anak jalanan dan pemulung serta kemiskinan di 
Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak 
jalanan dan pemulung memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, 
karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan 
keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, 
masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan dan 
pemulung tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah 
saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, 
sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, 
beradab dan bermasa depan cerah. 
Hidup di kota besar seperti di Jakarta ini, dapat kita temui berbagai macam 
pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencukupi kebutuhan mereka 
sehari-hari. Mulai dari pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan kepintaran 
sampai pekerjaan yang tidak membutuhkan kedua hal tersebut pun dijalani 
sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Mulai dari 
pegawai kantoran yang gajinya dapat untuk membeli mobil mewah sampai 
pemulung dan anak jalanan dengan penghasilan yang jauh dari cukup dapat kita 
temui dalam keseharian hidup di setiap kota di Indonesia, terlebih di kota Jakarta. 
Nyatanya, hidup di Jakarta yang menjadi pilihan banyak orang dari daerah 
tidak semulus yang mereka bayangkan. Gambaran kota Jakarta yang merupakan 
kota metropolitan dan pusat pemerintahan sepertinya menjanjikan lapangan 
pekerjaan bagi para urban yang pindah ke kota Jakarta. Namun apa jadinya? 
Hidup mereka di kota metropolitan ini tak lebih baik dari hidup di desa asal 
mereka. Banyak dari antar mereka yang terpaksa harus mengais rejeki dengan 
meminta-minta di jalanan atau harus memunguti sampah di berbagai tempat 
sebagai pemulung.
Dalam makalah ini akan dibahas banyak hal mengenai salah satu mata 
pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat di Jakarta, yaitu: pemulung dan anak 
jalanan. Bintaro dan Blok M kami pilih menjadi tempat penelitian kami karena 
dua tempat ini terdapat pemulung dan anak jalanan yang menjadi objek penelitian 
kami kali ini. 
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 
MAKSUD : 
1. Bagi Penulis : 
a. Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari 
mata kuliah Character Building. 
b. Untuk mendiskripsikan karakteristik kehidupan sosial dan ekonomi 
komunitas pemulung dan anak jalanan di Indonesia. 
2. Bagi pihak lain : 
a. Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang 
berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian pemulung dan 
anak jalanan serta kemiskinan di Indonesia. 
TUJUAN : 
1. Untuk menghimpun masyatrakat agar terbuka mata untuk ikut perihatin terhadap 
apa yang terjadi pada anak-anak di bawah umur yang sudah mencari uang atau 
sepotong rupiah untuk menyambung hidupnya 
2. Memberikan gambaran mengenai siapa pemulung dan semua perilakunya ketika 
memulung. 
3. Mengetahui keadaan kemiskinan di Indonesia 
1.3 METODE RISET 
Dalam penyusunan laporan hasil riset ini, kami menggunakan metode-metode 
riset sebagai berikut: 
1. Metode Wawancara(Interview) 
Dalam metode ini kami melakukan wawancara langsung dengan pemulung 
yang tidak terjun langsung ke lapangan (memilah milih barang, menghitung,
menimbang, dan menjual barang bekas) maupun yang terjun langsung ke 
lapangan mencari barang-barang bekas. Dan juga kami melakukan wawancara 
langsung dengan beberapa anak jalanan yang sehari-hari bekerja sebagai 
pengamen. 
2. Metode Pengamatan (Observasi) 
Dalam metode ini kami melakukan pengumpulan data dengan cara melihat, 
mendengarkan dan mengamati secara langsung terhadap semua aspek yang 
berhubungan dengan kehidupan para pemulung & anak jalanan tersebut di tempat 
dimana mereka biasa bekerja. 
3. Metode Kepustakaan 
Dalam metode ini kami mempelajari referensi-referensi dari buku-buku dan 
literature lain seperti dari internet yang berhubungan dengan kemiskinan di 
Indonesia, khususnya tentang pemulung dan anak jalanan. 
1.4 RUANG LINGKUP 
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengambil sampel ruang lingkup 
berupa pemulung yang terjun secara lansung maupun yang tidak terjun secara 
langsung mencari barang-barang bekas di sekitar kawasan Bintaro. Dan anak 
jalanan yang kesehariannya bekerja sebagai pengamen di sekitar kawasan Blok M. 
1.5 PERMASALAHAN POKOK 
Pemulung dan anak jalanan serta kemiskinan merupakan problematika 
kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di 
belahan bumi manapun termasuk di Indonesia. 
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN 
A. Objek Penulisan 
Objek penulisan dalam tugas ini adalah permasalahan yang terjadi pada 
pemulung dan anak jalanan serta aspek kebijaksanaannya dan upaya penyelesaian 
yang telah dilakukan oleh pemerintah. 
B. Dasar Pemilihan Objek 
Kami memilih Objek Penulisan ini karena telah ditentukan oleh dosen 
character building berdasarkan kelompok yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu,
kemiskinan juga menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Sebagai warga 
negara Indonesia, dalam mengentaskan kemiskinan tidak hanya bertumpu pada 
bantuan pemerintah saja namun di zaman globalisasi ini warga negara Indonesia 
dituntut untuk mempunyai kualitas SDM yang unggul sehingga memungkinkan 
munculnya keunggulan individual yang dapat memberikan sumbangan kepada 
kemakmuran individu dan masyarakat. 
C. Metode Pengumpulan Data 
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan 
adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan 
permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu masalah mengenai 
pemulung dan anak jalanan serta kemiskinan di Indonesia. Sebagai referensi juga 
diperoleh dari media berbagai media informasi baik dari televisi, koran maupun 
situs web internet yang membahas mengenai permasalahan ini. 
D. Metode Analisis 
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu 
mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis 
permasalahan berdasarkan hasil wawancara dan data pendukung lainnya, serta 
mencari alternatif pemecahan masalah.
BAB II 
LANDASAN TEORI 
2.1 PENDEFINISIAN 
A. ANAK JALANAN 
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang 
mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun 
masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada 
pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak. 
(sumber : wikipedia) 
Pengelompokan 
Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya 
pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada 
mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan 
anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan 
kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan. 
Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai 
kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. 
Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal 
bersama orangtuanyadan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak 
yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih 
mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala 
ataupun denganjadwal yang tidak rutin. 
Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau 
sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia 
memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. 
Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di 
jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan. 
Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di 
jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan 
yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup 
sehari-hari. 
B. PEMULUNG 
Definisi dari pemulung sendiri adalah seseorang yang mencari nafkah 
dengan jalan memungut barang-barang bekas, barang-barang yang sudah tidak
terpakai untuk dijual kepada pengusaha yang akan mengolahnya menjadi suatu 
barang komoditas atau diolah sendiri, kemudian dijual kembali. 
( sumber : Suaramerdeka ) 
Dalam menjalani pekerjaannya, ada terdapat 2 jenis pemulung : 
1. Pemulung Menetap 
Adalah pemulung yang bermukim di gubuk-gubuk kardus, tripleks, seng, terpal 
dan lain sebagainya di sekitar tempat pembuangan akhir sampah. 
2. Pemulung Tidak Menetap 
Adalah pemulung yang memungut sampah keliling dari gang ke gang, jalanan, 
TPS (Tempat Pembuangan Sementara), pinggiran sungai dan lain sebagainya. 
Pemulung yang menetap di kawasan tempat pembuangan akhir sampah terbagi 
menjadi 2 kelompok yaitu : 
a. Pemulung yang menggantungkan hidupnya seratus persen pada kegiatan 
pemulungan. 
b. Pemulung yang melaksanakan aktifitas pemulungan setelah mereka panen 
atau menunggu panen palawija di kampungnya, dengan demikian 
pemulung tersebut memiliki pekerjaan disektor pertanian dan pemulungan. 
C. KEMISKINAN 
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak 
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai 
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Untuk memahami pengertian 
tentang kemiskinan ada sebagai pendapat yang dikemukakan. 
a) Menurut Suparlan (1995), kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu 
standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan 
materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar 
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya 
terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari 
mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
b) Menurut Bank Dunia kemiskinan adalah apabila pendapatan seseorang 
kurang dari US$1 per hari (setara Rp8.500,00 per hari). 
c) Menurut Biro Pusat Statistik (BPS): tingkat kemiskinan didasarkan pada 
jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per 
orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola 
konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi non 
makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan 
tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). 
d) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2009) menjelaskan 
kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena 
dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindar i dengan 
kekuatan yang ada padanya. 
(2.2) DESKRIPSI UMUM 
A. Anak Jalanan 
. 
Menurut UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 “Fakir Miskin dan anak - anak yang 
terlantar dipelihara oleh negara.”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung 
jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak 
jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama 
dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam 
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI 
No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child 
(Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara 
normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ 
and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family 
envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic 
health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and 
culture activites), dan perlindungan khusus (special protection). 
B. Pemulung 
Masyarakat pemulung merupakan sebuah komunitas yang unik dan berbeda 
dengan masayrakat umum lainnya. Keberadaannya mereka mungkin menjadi
sebuah anomaly bagi sebagian masyarakat yang bertanya-tanya tentang dimana 
tempat tinggal mereka, apa saja yang dikerjakan, mengapa mereka ada dan sering 
muncul di media massa terkait masalah-masalah seperti kebersihan lingkungan, 
keamanan dan ketertiban masyarakat, hukum atau masalah sosial lainnya. 
Secara sepintas, orang dapat menemukan pemulung berkeliaran disekitar 
pemukiman penduduk. Tapi fakta yang menunjukan adalah ada tempat tertentu 
yang terisolasi dari pemukiman penduduk, yaitu Tempat Pembuangan Akhir 
Sampah (TPA). Di TPA tersebut terdapat pemulung dalam jumlah yang sangat 
banyak. 
Beberapa alasan mengapa mereka memilih menjadi pemulung adalah sebagai 
berikut: 
1. Tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan nafkah, karena mereka rata-rata 
adalah golongan orang-orang berpendidikan rendah, tidak mempunyai 
keterampilan serta tidak mempunyai modal dan sulitnya mencari pekerjaan. 
2. Menunggu masa tanam panen. 
3. Terpengaruh dari kerabat yang sudah lebih dulu memulung dan 
mendapatkan hasil yang cukup. 
4. Dan lain sebagainya. 
Siapa pemulung? Mereka adalah orang yang mengais sampah baik muda, tua 
maupun anak-anak, bahkan belakangan ini jumlah anak-anak menjadi pemulung 
semakin meningkat.Hal ini disebabkan karena kemiskinan orangtua sebagai 
buntut dari kondisi perekonomian yang fluktuatif, tidak stabil serta sistem transisi 
politik yang sulit diprediksikan. Gambaran kemiskinan keluarga pemulung 
merupakan refleksi menurunnya daya beli akibat efek domino perekonimian 
nasional yang kurang memihak pada kelompok-kelompok rentan seperti buruh, 
nelayan, pemulung dan urban poor lainnya. Anak-anak terpaksa mengikuti jejak 
orang tuanya yang seharusnya waktu mereka digunakan untuk menikmati 
pendidikan dibangku sekolah. Anak-anak menjadi korban kemiskinan dan 
mewakili kemiskinan orang tuanya. Dalam posisi ini tidak ada opsi jangka pendek 
lainnya kecuali menjadikan anak-anak sebagai pemulung. 
C. KEMISKINAN 
Di Negara sedang berkembang, kota mengalami pertambahan jumlah 
penduduk dengan sangat pesat, hal ini diakibatkan oleh adanya migrasi atau 
berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak terkendali. Alasan utama
perpindahan ini adalah factor ekonomi, mereka menganggap bahwa prospek 
ekonomi di perkotaan lebih baik dibandingkan di desa. Adapun dampak yang 
ditimbulkan dari migrasi itu antara lain kemiskinan, terjadinya kesenjangan social 
ekonomi antara kaum miskin kota dengan kaum kaya kota yang memiliki 
kemewahan, dan dampak yang bias kita lihat dan sering kita temui di kota-kota 
besar adalah munculnya slum area atau perkampungan kumuh yang merupakan 
tempat tinggal bagi kaum miskin kota yang menjadi komunitas termarginalkan di 
kota. 
Mereka yang datang ke kota tanpa memiliki bekal keterampilan yang 
memadai hanya akan menjadi tuna karya di kota. Kalau pun mereka bekerja 
biasanya hanya menjadi buruh serabutan, pengemis, pengamen, pemulung dan 
bahkan ada juga yang pada akhirnya menjadi penjahat di kota. Akibat persaingan 
yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta minimnya lapangan kerja 
memunculkan pula pengangguran yang pada gilirannya melahirkan pekerjaan 
tidak terhormat, disamping menyertakan pula berbagai patologis social lainnya. 
Berikut UU nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Bab IV tentang 
penanggulangan kemiskinan: 
-pasal 19 
-pasal 20 
-pasal 21 
-pasal 22 
-pasal 23 
BAB III 
PEMBAHASAN dan ANALISIS
Setelah kami melakukan observasi ke lapangan mengenai tema yang kami 
peroleh dari dosen, disini kami akan menguraikan beberapa pembahasan 
berdasarkan fakta yang kami kumpulkan. 
Kemiskinan, pemulung serta anak jalanan tidak hanya terjadi pada Negara 
yang sedang berkembang, kemiskinan juga terjadi di Negara yang maju. Banyak 
factor yang membuat seseorang itu dilanda kemiskinan, memilih jadi pemulung, 
pengamen dan sebagainnya. Ditengah-tengah kerasnya kehidupan di tahun yang 
semakin tua ini, data kemiskinan di negeri kita ini semakin memprihatinkan. 
Sampai sekarang ketiga hal tersebut menajadi pekerjaan rumah yang harus 
diselesaikan pemerintah untuk meminimalisir data kemiskinan yang ada di Negara 
ini. Namun sampai sekarang hal itu belum pernah ter realisasikan. 
Pandangan aparat keamanan mengenai anak jalanan di 
JABODETABEK dinilai bahwa selama ini anak jalanan tidak pernah melakukan 
tindakan kriminal. Pada siang hari mereka pergi mengamen mengikuti jalur 
bus kota. kejahatan yang paling sering dilakukan oleh anak jalanan yaitu 
berkelahi diantara mereka karena meributkan daerahoperasi atau mencuri tetapi 
yang paling banyak adalah berkelahi diantara mereka. belum ada hukum khusus 
mengenai anak– anak jalanan, dengan demikian masih dirasa cukup sulit untuk 
mengadakan pencegahan agar anak–anak tersebut tidak melakukan kejahatan, 
adapun yang saat ini telah dilakukan adalah dengan cara membatasiareal operasi 
anak jalanan atau jalur–jalur yang diperbolehkan untuk menjadi daerah operasinya. 
Sedang pada malam hari mereka berkumpul dan tidur di taman kota 
Berikut kami akan menguraikan penjelasan tentang kemiskinan, 
pemulung dan anak jalanan menurut dari data yang kami kumpulkan, dari sumber-sumber 
yang kami dapatkan. 
(3.1) Definisi . 
Kemiskinan, anak jalanan dan pemulung mengandung arti tidak berharta, 
atau bisa juga disebut harta yang dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi 
kebutuhan.
Definisi dari pemulung sendiri adalah seseorang yang mencari nafkah 
dengan jalan memungut barang-barang bekas, barang-barang yang sudah tidak 
terpakai untuk dijual kepada pengusaha yang akan mengolahnya menjadi suatu 
barang komoditas atau diolah sendiri, kemudian dijual kembali. 
Anak jalanan adalah anak-anak yang kesehariannya terbiasa hidup di 
jalanan, tetapi mungkin lebih spesifik lagi mereka adalah anak kecil yang 
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dijalanan bahkan 
terkadang tempat tinggal dan bermain mereka juga dijalanan. 
Sedangkan kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan 
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, 
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat 
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan 
pekerjaan. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian : 
Miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis 
kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan, 
sandang, papan, pendidikan. 
Miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun 
masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. 
Miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok 
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya 
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. 
(3.2) Indikator 
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri 
secara detail indikator- indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator- indikator 
kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai 
berikut: 
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan 
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, 
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi). 
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk 
pendidikan dan keluarga). 
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa. 
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya 
alam. 
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat. 
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang 
berkesinambungan. 
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, 
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal 
dan terpencil). 
10. Susahnya untuk menjamin pengobatan yang bagus di tengah-tengah 
keadaan ekonomi yang tergolong miskin 
(3.3) Penyebab Mendasar 
Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat kami. 
Yang antara lain adalah: 
a. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global. 
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita 
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau 
produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. 
Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan 
per-kapita akan turun beriringan. Inilah salah satu penyebab maraknya 
kemiskinan yang ada pada Negara kita ini. 
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan 
pendapatan per-kapita: 
a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.. 
Maksudnya, nilai dan biaya otonomi daerah yang sangat besar dan tidak 
seimbang dengan apa yang ada pada daerah tersebut,dari segi pendaapatan 
penduduknya, dan sebagainya. Yang membuat biaya hidup di daerah itu 
sangat tinggi. 
b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
Politik ekonomi yang tidak sehat, bisa juga mempengaruhi perosotan standar 
pendapatan per-kapita secara global. Banyaknya perdangangan gelap, 
penyelundupan barang-barang dari Negara-negara lain yang tentunya sangat 
merugikan keuangan Negara. 
c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya: 
1. Rusaknya syarat-syarat perdagangan : syarat-syarat perdangan yang 
semakin hari semakin rusak, sangat berdampak pada perekonomian 
Negara kita ini, diantaranya banyaknya pedagang-pedagang dari luar 
negeri masuk ke Indonesia tanpa membayar pajaknya, dikarnakan karna 
adanya pasar gelap tersebut. 
2. Beban hutang 
3. Kurangnya bantuan luar negeri, dan 
4. Perang 
b. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat. 
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap 
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas 
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan 
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal 
c. Biaya kehidupan yang tinggi. 
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai 
akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. 
Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa 
disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di 
depan publik dan banyaknya pengangguran. 
d. Pembagian subsidi pemerintah yang kurang merata. 
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan 
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung 
mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi la in rakyat miskin masih 
terbebani oleh pajak negara. 
(3.4) Faktor- faktor pendukung 
Ada banyak hal yang menjadi fator penentu yang akan membawa 
seseorang anak itu menjadi pemulung dan anak jalanan, diantaranay; 
a. Kurang Kasih Sayang
Anak – anak pada usia yang belum matang sangat membutuhkan kasih 
sayang yang tulus, perhatian yang baik dari orangtua terhadap 
perkembangan mereka. Hal itu akan mempengaruhi mental dan kejiwaan 
anak-anak pada saat Dewasa nanti. 
b. Kemiskinan 
Kebutuhan ekonomi, Pekerjaan orang tua juga sangat besar dampaknya 
terhadap anak yang berlum matang pemikirannya. Ekonomi yang tidak 
mencukupi membuat sebagaian besar anak-anak harus terjun menjadi 
seorang pengamen atau pemulung. 
c. Kecenderungan Ingin Hidup Bebas 
Anak-anak yang belum bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang 
salah. Sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, cara bergaul dan 
sebagainya di tengah-tengah kota besar dan zaman yang semakin modern. 
d. Rendahnya Pendidikan 
Walaupun pemerintah sudah membuat program wajib sekolah selama 9 
tahun dan menggratiskan beberapa sekolah negeri di beberapa wilayah, 
tetap saja masih banyak pemulung dan anak jalanan yang dibawah umur. 
Motivasi belajar yang kurang, sulitnya masuk sekolah negeri, serta buku 
pelajaran dan seragam yang memerlukan biaya menjadi alasan pemulung 
dan anak jalanan tidak meneruskan sekolah mereka. 
e. Menunggu Masa Panen 
Untuk orang-orang yang tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, untuk 
menunggu masa panen tanaman mereka biasanya mereka mencari 
pekerjaan sampingan untuk tambahan penghasilan mereka, dan pekerjaan 
yang mereka ambil biasanya memulung atau mengamen. 
f. Urbanisasi 
Para penduduk desa yang pindah ke kota, dan tidak mempunyai keahlian 
ataupun mempunyai lahan usaha sebelumnya di kota, hanya akan 
menambah jumlah pengangguran di Indonesia dan akhirnya jalan yang 
mereka ambil pun adalah bekerja sebagai pemulung ataupun pengamen.
(3.5) Alasan Menggeluti Bidang 
Dari keterangan yang kami dapatkan dari narasumber yang kami 
wawancara i, mereka memaparkan alasan mereka terjun ke dunia tersebut. 
Seperti yang dijelaskan oleh narasumber kami yang bernama Kang Dodo dan 
adek Ijal. Mereka memilih terjun jadi anak jalanan, pengamen karna : 
1. Kerasnya kehidupan dunia di kota besar ini, yang membuat mereka tidak 
mampu bersaing di dunia pekerjaan yang layak. 
2. Terjadinya sistem kontrak di dunia pekerjaan, sehingga mereka tidak bisa 
mencari pekerjaan lagi, itulah sebabnya mereka memilih menjadi 
pengamen yang tentunya lebih mudah dan tanpa syarat. 
3. Tidak adanyan lagi opsi lain untuk mereka kerjakan.. 
4. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, membuat mereka 
harus 
terjun jadi seorang pengamen 
5. Banyaknya jumlah penduduk di negara kita ini, di tengah-tengah 
perekonimian yang sangat tidak mengikuti standar perekonomian global. 
Pengamen yang hanya berpengahasilan maksimal 30.000/hari ini mengaku 
sangat tidak nyaman dengan pekerjaan mereka sekarang, tapi karna factor diatas 
yang memakasa mereka harus bergelumuh menjadi seorang pengamen yang tiap 
harinya merasakan terik matahari, hujan mulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 
6 sore, mereka kerap sekali di pandang sebelah mata oleh kalangan menengah 
keatas. Di anggap sebagai orang yang malas, tidak benar, dekat dengan narkoba, 
sex bebas dan sebagainya. 
Pengamen yang dasarnya pernah bekerja di pabrik pembuatan sepatu, 
harus memilih menjadi pengamen karena adanya system kontrak di Negara kita 
ini, yang mengeluarkan dia dari tempatnya bekerja. 
Dengan ade ijal, harus berhenti sekolah di tengah-tengah biaya yang 
sangat tinggi di instansi swasta. Pemerintah seeharusnya memperhatikan hal ini, 
sehingga data putus sekolah di negeri kita ini tidak bertambah banyak. Yang 
akhirnya akan membawa mereka ke kemiskinan, bekerja sebagai pengamen. 
Rintangan demi rintangan mereka lalu i saat jadi pengamen. Di hina orang, 
di kejar-kejar oleh petugas keamanan, dan sebagainya. 
Begitu juga dengan narasumber kami yang bernama Andi yang berpropesi 
sebagai pemulung, tidak jauh beda alasannya dengan narasumber kami yang
berprofesi sebagai anak jalanan mengapa pak Andi akhirnya harus memilih 
bekerja sebagai pemulung. 
Ayah dari empat Anak ini yang mengaku tinggal di daerah Bintaro, yang 
hanya lulusan SMA ini sebelumnya sudah pernah berkerja di salah satu Pabrik 
pembutan kramik sebelum akhirnya menjadi seorang pemulung. Dan diantara 
fakta yang membawa dia harus memilih jadi seorang pengamen adalah : 
a) Kerasnya persaingan di luar sana yang membuat dia tidak bisa 
menemukan pekerjaan yang lebih layak dengan hanya seorang lulusan 
SMA yang sudah berumur hampir 50 tahun. 
b) Adanya sistem kontrak yang membuat pak Andi kehilangan pekerjaannya 
di Pabrik dia bekerja sewaktu masih muda. 
c) Susahnya mencari pekerjaan di kota besar disebabkan karna lapangan 
pekerjaan yang sedikit disediakan pemerintah. 
Bapak Andi yang bekerja setiap hari ini, hanya berpenghas ilan dibawah 
30.000 perharinya ini, harus menghidupi keempat anaknya ditengah-tengah 
kerasnya kehidupan di kota besar ini dengan biaya hidup yang sangat tinggi, harus 
bekerja keras menahankan terik matahari, guyuran hujan dari jam 7 padi hingga 
jam 5 sore. Harus membiayai anak-anaknya sekolah ditengah mahalnya biaya 
pendidikan di Negara kita ini. 
Tidak jauh beda alasan kedua narasumber kami ini mengapa harus 
memilih pekerjaan mereka yang sekarang ini. Adanya sistem kontrak dalam 
bekerja, minimnya lapangan pekerjaan yang ada dengan penduduk yang sangat 
banyak ini. 
Tahun demi tahun, penduduk semakin bertambah. Sedangkan lapangan 
pekerjaan sangat minim perkembangannya, yang mengakibatkan skala 
perbandingannya sangat jauh berbeda. Bapak Andi, Kang Dodo dan adek Ijal 
adalah bagian dari banyak orang yang menjadi korban dari kurang baiknya sistem 
pemerintahan yang ada di Negeri kita ini. 
Jumlah kemiskinan, pemulung dan anak jalanan tiap tahunnya mengalami 
peningkatan yang serius.
Perkembangan Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin 
Provinsi DKI Jakarta, 
2009-2012 
(3.6) Akibat Menjadi Pemulung dan Anak Jalanan 
1. Rawan mendapatkan pelecehan. Yang biasanya sering mendapatkan 
pelecehan di tempat umum biasanya adalah wanita dan anak-anak dibawah 
umur. 
2. Berpotensi tidak melanjutkan pendidikan. Entah karena tidak bisa 
melanjutkan, ataupun karena tidak mau melanjutkan pendidikan, biasanya 
para anak jalanan atau pemulung tidak menamatkan sekolah mereka. 
3. Rawan penyakit. Biasanya pemulung dan anak jalanan berada lebih dari 
setengah hari dijalanan, dan pastinya banyak meghirup polusi udara. 
Penyakit yang sering timbul pun bervariasi, seperti asma, penyakit kulit 
dan gangguan pernafasan. 
4. Berpotensi pengkonsumsi minuman keras dan narkoba. Biasanya adalah 
orang-orang yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarga dan 
pergaulan dari lingkungannya selama ia bekerja. 
5. Berpotensi melakukan kekerasan dan tindak kriminal. Kehidupan jalanan 
yang keras biasanya memancing para anak jalanan melakukan tindak 
kriminal seperti mencopet, memaksa, menodong dll. 
(3.7) Solusi Mengurangi volume kemiskinan, anak jalanan dan pemulung 
a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana 
irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah 
langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan 
dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana 
kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan 
instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) . 
b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan 
dana stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan 
meningkatkan investasi dan revitalisasi industri. 
c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan 
pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program 
belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii)
jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di 
puskesmas dan rumah sakit kelas tiga. 
d) Transmigrasi penduduk, harusnya dibarengi dengan kemajuan masing-masing 
daerah dalam pekerjaan yang layak. UMP tahun 2013 untuk 
masing-masing daerah akan naik mencapai 2 juta perbulan. Itu akan 
membuat para penduduk desa tetap menetap di wilayahnya dan tidak 
pindah ke kota. 
e.) Di adakannya beberapa penyuluhan atau mentoring untuk para 
pemulung, anak jalanan, atau warga miskin untuk bersama-sama 
menciptakan lapangan pekerjaan dan sumber daya manusia yang 
berkualitas dalam dunia usaha. 
f.) Dijalankan koperasi dalam setiap daerah untuk meminjamkan modal 
untuk para warga yang serius membuat suatu usaha sendiri dan 
menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga lain. 
g.) untuk para anak jalanan, membuat Rumah Singgah dengan terobosan 
baru yang bersifat pemberdayaan keterampilan-keterampilan dan 
potensi yang dimiliki anak jalanan menjadi pilihan yang cukup bijak. 
Mengingat para anak jalanan memiliki motivasi belajar yang kurang 
dalam pendidikan formal, sehingga pembelajaran bisa dilakukan secara 
bertahap. 
h.) Menjalankan Otonomi daerah yang benar-benar serius di daerah – 
daerah tertinggal yang membuat penduduknya nyaman (Adanya 
lapangan pekerjaan, fasilitas yang disediakan bagus) di daerah itu, 
sehingga tidak harus memilih mengadu nasib di Jakarta yang semakin 
tahun, semakin bertambah penduduknya. 
BAB IV 
PENUTUP
(4.1) Kesimpulan 
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, 
dapat disimpulkan sebagai berikut: 
1. Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita 
terhadap kemiskinan. Kemiskinan, pemulung dan anak jalanan adalah 
suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin 
meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan 
pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan 
hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus 
menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab 
bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang 
romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua lini masyarakat. 
Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030 kemiskinan akan 
mencapai hasil yang seminimal mungkin. 
2. Hampir seluruh pemulung menilai baik (positif) pekerjaannya baik dalam 
dimensi sosial maupun dimensi ekonomi. Namun, lebih dominan pada 
dimensi ekonomi. Walaupun secara pandangan sosial pemulung adalah 
pekerjaan yang rendah, namun secara ekonomi menjadi pemulung dapat 
menjadi sumber nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
3. Hampir seluruh pemulung dan anak jalanan merasa cukup terhadap nilai 
kerjanya, walaupun banyak yang memiliki harapan besar tentang masa 
depan mereka. Hal ini dikarenakan untuk menjadi pemulung tidaklah sulit, 
karena menjadi pemulung tidak memerlukan syarat-syarat tertentu seperti 
keterampilan, pendidikan bahkan modal. Faktor ekonomi juga menjadi 
alasan mengapa banyak masyarakat yang akhirnya memutuskan menjadi 
pemulung. 
4. Urbanisasi menjadi salah satu faktor penting mengapa di Jakarta terdapat 
begitu banyak pekerja yang tidak mempunyai keahlian, seperti pemulung 
dan anak jalanan. 
5. Transmigrasi yang sudah lama menjadi program pemerintah, ternyata 
belum beroperasi dengan efektif. Karena kurang adanya lapangan 
pekerjaan yang memadai di desa mereka, atau penghasilan yang kurang
mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, sehingga akhirnya mereka tetap 
memilih untuk pindah ke kota. 
6. Dampak yang akan muncul jika jumlah anak jalanan semakin bertambah 
salah satunya adalah semakin maraknya tindak kriminal. Seperti yang kita 
ketahui, banyak anak jalanan yang mengamen di bus, taman atau angkutan 
umum terkesan memaksa dan meresahkan. 
Dengan bertambahnya angka kemiskinan, anak jalanan dan pemulung. 
Marilah kita menjalankan program penuntasan mengurangi volume kemiskinan, 
anak jalanan dan pemulung yang telah kami uraikan di atas.
(4.2) Saran 
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha 
yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka 
peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk 
lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi kedepan mau tidak mau 
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, 
mentalitas, danmoralitas yang standarnya adalah standar global. 
Mengatasi kemiskinan adalah tanggung jawab kita bersama sebagai warga 
Negara Indonesia. Mulai dari pemerintah sampai dengan masyarakat biasa. 
Diadakannya pendidikan gratis sampai 12 tahun adalah opsi yang tepat untuk 
mendukung pendidikan yang bagus bagi anak-anak bangsa, demi melatih skill, 
mental, dan pengetahuan generasi penerus bangsa. Begitu juga dengan besarnya 
biaya pendidikan di perguruan tinggi ada baiknya di turunkan demi kebaikan 
bersama. Dengan dibekali dengan pendidikan yang baik dan murah, maka anak-anak 
Indonesia akan semakin mudah mencari pekerjaan yang ahkhirnya akan 
mengurangi jumlah pengangguran. 
Bagi pemerintah, perlu adanya kerjasama berbagai pihak terkait untuk lebih 
memperhatikan keberadaan pemulung dan anak jalanan . Dalam membuat 
kebijakan hendaknya tidak merugikan pemulung dan anak jalanan. Pemerintah 
juga harus memberikan perlindungan bagi pemulung dan anak jalanan, salah satu 
caranya adalah melegalkan pekerjaan pemulung dan anak jalanan yang benar-benar 
ingin mencari nafkah tanpa mengkhawatirkan orang lain bila pemerintah 
belum dapat membuat lapangan pekerjaan baru bagi rakyatnya. 
Bagi para pemerhati masalah sosial, sebaiknya membuat program yang 
sesuai dengan kebutuhan pemulung dan anak jalanan karena saat ini banyak sekali 
program-program yang tidak tepat sasaran atau tidak sesuai dengan kebutuhan 
sasaran. Pemulung dan anak jalanan saat ini membutuhkan keterampilan yang 
dapat langsung diaplikasikan dan tidak membutuhkan modal yang cukup besar. 
DAFTAR PUSTAKA 
http://benradit.wordpress.com/2012/05/12/hak-pendidikan-anak-jalanan-terampas 
http://beritarequest.blogspot.com/2011/07/contoh-bab-ii- landasan-teori-karya. 
html
http://gigihlardino.blogspot.com/2010/12/kemiskinan.html 
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan 
http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-hidup-pemulung.html 
http://www.scribd.com/doc/90627589/Lingkungan-Dan-Interaksi-Sosial 
http://www.scribd.com/doc/9227580/Anak-Jalanan 
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/03/23/113336/Kemi 
skinan-Keluarga-Picu-Anak-Jalanan 
PROFIL SINGKAT PENULIS 
1. Irpan Rambe / 
11111268 (Ketua) 
Motto : 
a. Jangan tanyakan 
mengapa, tapi sebab apa. 
b. Nikmat tuhan mana lagi 
yang kau pungkiri. 
c. Aku ini kan manusia 
kenapa harus sombong?. 
2. Dara Puspita / 
11111790 (Wakil) 
Motto :Mencintai alam, berbaur 
dengan alam, maju terus 
generasi muda untuk mencintai 
alam indah pegunungan, go 
green.
3. Andrean / 11111 
(Moderator) 
Motto : I’m not perfect, but I’m 
limited edition. 
4. Amanda 
Widyasari(11111351) 
Motto : Dreams , Pray, Do, 
Believe and Make it Happen ^_^ 
5. Ayu Lestari / 11111639 
Motto : Hidup hanya sekali, jadi 
nikmatilah semua yang ada di 
hidup ini. Enjoy your life! 
6. Chairunnisa / 11111699 
Motto : : Love yourself and 
keep thingking positive.
7. Diki Prasteyo / 
11111224 
Motto : Bermimpilah selagi 
kamu bisa! 
8. Mega Septiani / 
11111674 
Motto : Saya memang tidak 
sempurna tp saya ingin membuat 
orang yang disamping saya 
9. Muhammad Ramdhan 
/ 11110781 
Motto : belajar lebih giat agar 
menjadi orang yang sukses.
10. Rita Alfiani .S. / 
11111345 
Motto : Bersikaplah sebaik-baiknya 
hari ini seakan tidak ada 
hari esok. 
LAMPIRAN
Revisi+makalah+cb 1
Revisi+makalah+cb 1

More Related Content

Similar to Revisi+makalah+cb 1

Presentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalananPresentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalananMaiya Maiya
 
Makalah character building
Makalah character buildingMakalah character building
Makalah character buildingarifhusni92
 
0Tugas pembelajaran-berwawasan.html
0Tugas pembelajaran-berwawasan.html0Tugas pembelajaran-berwawasan.html
0Tugas pembelajaran-berwawasan.htmlMuh Yusuf Manguluang
 
Kkn unusida berdaya 2020 desa damarsi
Kkn unusida berdaya 2020 desa damarsiKkn unusida berdaya 2020 desa damarsi
Kkn unusida berdaya 2020 desa damarsiUkhies Ukhies
 
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga NegaraEksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negaraqhusnul
 
Eksistensi mahasiswa sebagai warga negara
Eksistensi mahasiswa sebagai warga negaraEksistensi mahasiswa sebagai warga negara
Eksistensi mahasiswa sebagai warga negaranurlisa01
 
Lomba karya tulis ilmiah
Lomba karya tulis ilmiahLomba karya tulis ilmiah
Lomba karya tulis ilmiahretno azizah
 
LAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSAN
LAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSANLAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSAN
LAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSANFaridatulHasanah4
 
Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul
Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul
Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul SitiCholifa
 

Similar to Revisi+makalah+cb 1 (20)

Tugas Makalah
Tugas MakalahTugas Makalah
Tugas Makalah
 
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalananPresentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
 
Makalah gupres2
Makalah gupres2Makalah gupres2
Makalah gupres2
 
Makalah character building
Makalah character buildingMakalah character building
Makalah character building
 
0Tugas pembelajaran-berwawasan.html
0Tugas pembelajaran-berwawasan.html0Tugas pembelajaran-berwawasan.html
0Tugas pembelajaran-berwawasan.html
 
Ptk propos
Ptk proposPtk propos
Ptk propos
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Kelas v sd ips
Kelas v sd ipsKelas v sd ips
Kelas v sd ips
 
Kkn unusida berdaya 2020 desa damarsi
Kkn unusida berdaya 2020 desa damarsiKkn unusida berdaya 2020 desa damarsi
Kkn unusida berdaya 2020 desa damarsi
 
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga NegaraEksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
 
Eksistensi mahasiswa sebagai warga negara
Eksistensi mahasiswa sebagai warga negaraEksistensi mahasiswa sebagai warga negara
Eksistensi mahasiswa sebagai warga negara
 
Lomba karya tulis ilmiah
Lomba karya tulis ilmiahLomba karya tulis ilmiah
Lomba karya tulis ilmiah
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Makalah ICT.pdf
Makalah ICT.pdfMakalah ICT.pdf
Makalah ICT.pdf
 
KKN UNUSIDA 2020
KKN UNUSIDA 2020KKN UNUSIDA 2020
KKN UNUSIDA 2020
 
LAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSAN
LAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSANLAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSAN
LAPORAN KKN UNUSIDA DESA KAJEKSAN
 
Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul
Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul
Siti Cholifah_Kkn unusida berdaya 2021 desa sentul
 

Revisi+makalah+cb 1

  • 1. CHARACTER BUILDING PEMULUNG dan ANAK JALANAN serta KEMISKINAN di INDONESIA NAMA KELOMPOK : 1. Irpan Rambe /11111268 (Ketua) 2. Dara Puspita / 11111790 (Wakil Ketua) 3. Andrean / 11111347 (Moderator) 4. Amanda Widyasari / 11111351 5. Ayu Lestari / 11111639 6. Chairunnisa / 11111699 7. Diki Prastiyo / 11111224 8. Mega Septiani / 11111674 9. Muhammad Ramdhan / 11110781 10. Rita Alfiani Safitri / 11111345 11.3A.12 / KAMPUS G2 KOMPUTERISASI AKUNTANSI Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya maka Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “PEMULUNG dan ANAK JALANAN serta K EMISKINAN di IN DONESIA” yang berjudul “ SISI LAIN DUNIA METROPOLITAN ” Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Character Building. Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah tersebut. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
  • 2. kemampuan kami yang masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada: 1. Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik 2. Kedua orang tua yang telah mendukung kegiatan kami 3. Bapak Dodo dan Saudara Ijal yang menjadi narasumber utama kegiatan kami 4. Bapak Dirgahayu Erri selaku dosen mata kuliah Character Building 5. Rekan-rekan kelas 11.3A.12 6. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini . Jakarta, 02 November 2012 Penulis DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................. 2 1.3. Metode Riset ........................................................................... 3 1.4. Ruang Lingkup ........................................................................ 4 1.5. Permasalahan Pokok .............................................................. 4 1.6. Sistematika Penulisan .............................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendefinisian ........................................................................... 6 2.2. Deskripsi Umum...................................................................... 8
  • 3. BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS 3.1. Definisi...................................................................................... 11 3.2. Indikator.................................................................................... 12 3.3. Penyebab Mendasar..................................................................13 3.4. Faktor-faktor pendukung............................................................15 3.5. Alasan Menggeluti Bidang...........................................................18 3.6. Solusi Mengurangi Volume Kemiskinan.......................................20 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan............................................................................... .21 4.2. Saran-saran................................................................................ 23 PROFIL SINGKAT PENULIS............................................................................................iii DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................viii LAMPIRAN.............................................................................................................. .....ix
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena merebaknya anak jalanan dan pemulung serta kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan dan pemulung memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan dan pemulung tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. Hidup di kota besar seperti di Jakarta ini, dapat kita temui berbagai macam pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Mulai dari pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan kepintaran sampai pekerjaan yang tidak membutuhkan kedua hal tersebut pun dijalani sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Mulai dari pegawai kantoran yang gajinya dapat untuk membeli mobil mewah sampai pemulung dan anak jalanan dengan penghasilan yang jauh dari cukup dapat kita temui dalam keseharian hidup di setiap kota di Indonesia, terlebih di kota Jakarta. Nyatanya, hidup di Jakarta yang menjadi pilihan banyak orang dari daerah tidak semulus yang mereka bayangkan. Gambaran kota Jakarta yang merupakan kota metropolitan dan pusat pemerintahan sepertinya menjanjikan lapangan pekerjaan bagi para urban yang pindah ke kota Jakarta. Namun apa jadinya? Hidup mereka di kota metropolitan ini tak lebih baik dari hidup di desa asal mereka. Banyak dari antar mereka yang terpaksa harus mengais rejeki dengan meminta-minta di jalanan atau harus memunguti sampah di berbagai tempat sebagai pemulung.
  • 5. Dalam makalah ini akan dibahas banyak hal mengenai salah satu mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat di Jakarta, yaitu: pemulung dan anak jalanan. Bintaro dan Blok M kami pilih menjadi tempat penelitian kami karena dua tempat ini terdapat pemulung dan anak jalanan yang menjadi objek penelitian kami kali ini. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD : 1. Bagi Penulis : a. Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah Character Building. b. Untuk mendiskripsikan karakteristik kehidupan sosial dan ekonomi komunitas pemulung dan anak jalanan di Indonesia. 2. Bagi pihak lain : a. Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian pemulung dan anak jalanan serta kemiskinan di Indonesia. TUJUAN : 1. Untuk menghimpun masyatrakat agar terbuka mata untuk ikut perihatin terhadap apa yang terjadi pada anak-anak di bawah umur yang sudah mencari uang atau sepotong rupiah untuk menyambung hidupnya 2. Memberikan gambaran mengenai siapa pemulung dan semua perilakunya ketika memulung. 3. Mengetahui keadaan kemiskinan di Indonesia 1.3 METODE RISET Dalam penyusunan laporan hasil riset ini, kami menggunakan metode-metode riset sebagai berikut: 1. Metode Wawancara(Interview) Dalam metode ini kami melakukan wawancara langsung dengan pemulung yang tidak terjun langsung ke lapangan (memilah milih barang, menghitung,
  • 6. menimbang, dan menjual barang bekas) maupun yang terjun langsung ke lapangan mencari barang-barang bekas. Dan juga kami melakukan wawancara langsung dengan beberapa anak jalanan yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen. 2. Metode Pengamatan (Observasi) Dalam metode ini kami melakukan pengumpulan data dengan cara melihat, mendengarkan dan mengamati secara langsung terhadap semua aspek yang berhubungan dengan kehidupan para pemulung & anak jalanan tersebut di tempat dimana mereka biasa bekerja. 3. Metode Kepustakaan Dalam metode ini kami mempelajari referensi-referensi dari buku-buku dan literature lain seperti dari internet yang berhubungan dengan kemiskinan di Indonesia, khususnya tentang pemulung dan anak jalanan. 1.4 RUANG LINGKUP Dalam penyusunan makalah ini penulis mengambil sampel ruang lingkup berupa pemulung yang terjun secara lansung maupun yang tidak terjun secara langsung mencari barang-barang bekas di sekitar kawasan Bintaro. Dan anak jalanan yang kesehariannya bekerja sebagai pengamen di sekitar kawasan Blok M. 1.5 PERMASALAHAN POKOK Pemulung dan anak jalanan serta kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun termasuk di Indonesia. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN A. Objek Penulisan Objek penulisan dalam tugas ini adalah permasalahan yang terjadi pada pemulung dan anak jalanan serta aspek kebijaksanaannya dan upaya penyelesaian yang telah dilakukan oleh pemerintah. B. Dasar Pemilihan Objek Kami memilih Objek Penulisan ini karena telah ditentukan oleh dosen character building berdasarkan kelompok yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu,
  • 7. kemiskinan juga menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Sebagai warga negara Indonesia, dalam mengentaskan kemiskinan tidak hanya bertumpu pada bantuan pemerintah saja namun di zaman globalisasi ini warga negara Indonesia dituntut untuk mempunyai kualitas SDM yang unggul sehingga memungkinkan munculnya keunggulan individual yang dapat memberikan sumbangan kepada kemakmuran individu dan masyarakat. C. Metode Pengumpulan Data Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu masalah mengenai pemulung dan anak jalanan serta kemiskinan di Indonesia. Sebagai referensi juga diperoleh dari media berbagai media informasi baik dari televisi, koran maupun situs web internet yang membahas mengenai permasalahan ini. D. Metode Analisis Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan hasil wawancara dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah.
  • 8. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDEFINISIAN A. ANAK JALANAN Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak. (sumber : wikipedia) Pengelompokan Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan. Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanyadan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun denganjadwal yang tidak rutin. Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan. Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. B. PEMULUNG Definisi dari pemulung sendiri adalah seseorang yang mencari nafkah dengan jalan memungut barang-barang bekas, barang-barang yang sudah tidak
  • 9. terpakai untuk dijual kepada pengusaha yang akan mengolahnya menjadi suatu barang komoditas atau diolah sendiri, kemudian dijual kembali. ( sumber : Suaramerdeka ) Dalam menjalani pekerjaannya, ada terdapat 2 jenis pemulung : 1. Pemulung Menetap Adalah pemulung yang bermukim di gubuk-gubuk kardus, tripleks, seng, terpal dan lain sebagainya di sekitar tempat pembuangan akhir sampah. 2. Pemulung Tidak Menetap Adalah pemulung yang memungut sampah keliling dari gang ke gang, jalanan, TPS (Tempat Pembuangan Sementara), pinggiran sungai dan lain sebagainya. Pemulung yang menetap di kawasan tempat pembuangan akhir sampah terbagi menjadi 2 kelompok yaitu : a. Pemulung yang menggantungkan hidupnya seratus persen pada kegiatan pemulungan. b. Pemulung yang melaksanakan aktifitas pemulungan setelah mereka panen atau menunggu panen palawija di kampungnya, dengan demikian pemulung tersebut memiliki pekerjaan disektor pertanian dan pemulungan. C. KEMISKINAN Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Untuk memahami pengertian tentang kemiskinan ada sebagai pendapat yang dikemukakan. a) Menurut Suparlan (1995), kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
  • 10. b) Menurut Bank Dunia kemiskinan adalah apabila pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari (setara Rp8.500,00 per hari). c) Menurut Biro Pusat Statistik (BPS): tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). d) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2009) menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindar i dengan kekuatan yang ada padanya. (2.2) DESKRIPSI UMUM A. Anak Jalanan . Menurut UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 “Fakir Miskin dan anak - anak yang terlantar dipelihara oleh negara.”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection). B. Pemulung Masyarakat pemulung merupakan sebuah komunitas yang unik dan berbeda dengan masayrakat umum lainnya. Keberadaannya mereka mungkin menjadi
  • 11. sebuah anomaly bagi sebagian masyarakat yang bertanya-tanya tentang dimana tempat tinggal mereka, apa saja yang dikerjakan, mengapa mereka ada dan sering muncul di media massa terkait masalah-masalah seperti kebersihan lingkungan, keamanan dan ketertiban masyarakat, hukum atau masalah sosial lainnya. Secara sepintas, orang dapat menemukan pemulung berkeliaran disekitar pemukiman penduduk. Tapi fakta yang menunjukan adalah ada tempat tertentu yang terisolasi dari pemukiman penduduk, yaitu Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Di TPA tersebut terdapat pemulung dalam jumlah yang sangat banyak. Beberapa alasan mengapa mereka memilih menjadi pemulung adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan nafkah, karena mereka rata-rata adalah golongan orang-orang berpendidikan rendah, tidak mempunyai keterampilan serta tidak mempunyai modal dan sulitnya mencari pekerjaan. 2. Menunggu masa tanam panen. 3. Terpengaruh dari kerabat yang sudah lebih dulu memulung dan mendapatkan hasil yang cukup. 4. Dan lain sebagainya. Siapa pemulung? Mereka adalah orang yang mengais sampah baik muda, tua maupun anak-anak, bahkan belakangan ini jumlah anak-anak menjadi pemulung semakin meningkat.Hal ini disebabkan karena kemiskinan orangtua sebagai buntut dari kondisi perekonomian yang fluktuatif, tidak stabil serta sistem transisi politik yang sulit diprediksikan. Gambaran kemiskinan keluarga pemulung merupakan refleksi menurunnya daya beli akibat efek domino perekonimian nasional yang kurang memihak pada kelompok-kelompok rentan seperti buruh, nelayan, pemulung dan urban poor lainnya. Anak-anak terpaksa mengikuti jejak orang tuanya yang seharusnya waktu mereka digunakan untuk menikmati pendidikan dibangku sekolah. Anak-anak menjadi korban kemiskinan dan mewakili kemiskinan orang tuanya. Dalam posisi ini tidak ada opsi jangka pendek lainnya kecuali menjadikan anak-anak sebagai pemulung. C. KEMISKINAN Di Negara sedang berkembang, kota mengalami pertambahan jumlah penduduk dengan sangat pesat, hal ini diakibatkan oleh adanya migrasi atau berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak terkendali. Alasan utama
  • 12. perpindahan ini adalah factor ekonomi, mereka menganggap bahwa prospek ekonomi di perkotaan lebih baik dibandingkan di desa. Adapun dampak yang ditimbulkan dari migrasi itu antara lain kemiskinan, terjadinya kesenjangan social ekonomi antara kaum miskin kota dengan kaum kaya kota yang memiliki kemewahan, dan dampak yang bias kita lihat dan sering kita temui di kota-kota besar adalah munculnya slum area atau perkampungan kumuh yang merupakan tempat tinggal bagi kaum miskin kota yang menjadi komunitas termarginalkan di kota. Mereka yang datang ke kota tanpa memiliki bekal keterampilan yang memadai hanya akan menjadi tuna karya di kota. Kalau pun mereka bekerja biasanya hanya menjadi buruh serabutan, pengemis, pengamen, pemulung dan bahkan ada juga yang pada akhirnya menjadi penjahat di kota. Akibat persaingan yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta minimnya lapangan kerja memunculkan pula pengangguran yang pada gilirannya melahirkan pekerjaan tidak terhormat, disamping menyertakan pula berbagai patologis social lainnya. Berikut UU nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Bab IV tentang penanggulangan kemiskinan: -pasal 19 -pasal 20 -pasal 21 -pasal 22 -pasal 23 BAB III PEMBAHASAN dan ANALISIS
  • 13. Setelah kami melakukan observasi ke lapangan mengenai tema yang kami peroleh dari dosen, disini kami akan menguraikan beberapa pembahasan berdasarkan fakta yang kami kumpulkan. Kemiskinan, pemulung serta anak jalanan tidak hanya terjadi pada Negara yang sedang berkembang, kemiskinan juga terjadi di Negara yang maju. Banyak factor yang membuat seseorang itu dilanda kemiskinan, memilih jadi pemulung, pengamen dan sebagainnya. Ditengah-tengah kerasnya kehidupan di tahun yang semakin tua ini, data kemiskinan di negeri kita ini semakin memprihatinkan. Sampai sekarang ketiga hal tersebut menajadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah untuk meminimalisir data kemiskinan yang ada di Negara ini. Namun sampai sekarang hal itu belum pernah ter realisasikan. Pandangan aparat keamanan mengenai anak jalanan di JABODETABEK dinilai bahwa selama ini anak jalanan tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Pada siang hari mereka pergi mengamen mengikuti jalur bus kota. kejahatan yang paling sering dilakukan oleh anak jalanan yaitu berkelahi diantara mereka karena meributkan daerahoperasi atau mencuri tetapi yang paling banyak adalah berkelahi diantara mereka. belum ada hukum khusus mengenai anak– anak jalanan, dengan demikian masih dirasa cukup sulit untuk mengadakan pencegahan agar anak–anak tersebut tidak melakukan kejahatan, adapun yang saat ini telah dilakukan adalah dengan cara membatasiareal operasi anak jalanan atau jalur–jalur yang diperbolehkan untuk menjadi daerah operasinya. Sedang pada malam hari mereka berkumpul dan tidur di taman kota Berikut kami akan menguraikan penjelasan tentang kemiskinan, pemulung dan anak jalanan menurut dari data yang kami kumpulkan, dari sumber-sumber yang kami dapatkan. (3.1) Definisi . Kemiskinan, anak jalanan dan pemulung mengandung arti tidak berharta, atau bisa juga disebut harta yang dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • 14. Definisi dari pemulung sendiri adalah seseorang yang mencari nafkah dengan jalan memungut barang-barang bekas, barang-barang yang sudah tidak terpakai untuk dijual kepada pengusaha yang akan mengolahnya menjadi suatu barang komoditas atau diolah sendiri, kemudian dijual kembali. Anak jalanan adalah anak-anak yang kesehariannya terbiasa hidup di jalanan, tetapi mungkin lebih spesifik lagi mereka adalah anak kecil yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dijalanan bahkan terkadang tempat tinggal dan bermain mereka juga dijalanan. Sedangkan kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian : Miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan, sandang, papan, pendidikan. Miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. (3.2) Indikator Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator- indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator- indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut: 1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
  • 15. 2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi). 3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga). 4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa. 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam. 6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat. 7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan. 8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil). 10. Susahnya untuk menjamin pengobatan yang bagus di tengah-tengah keadaan ekonomi yang tergolong miskin (3.3) Penyebab Mendasar Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat kami. Yang antara lain adalah: a. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global. Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Inilah salah satu penyebab maraknya kemiskinan yang ada pada Negara kita ini. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita: a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.. Maksudnya, nilai dan biaya otonomi daerah yang sangat besar dan tidak seimbang dengan apa yang ada pada daerah tersebut,dari segi pendaapatan penduduknya, dan sebagainya. Yang membuat biaya hidup di daerah itu sangat tinggi. b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
  • 16. Politik ekonomi yang tidak sehat, bisa juga mempengaruhi perosotan standar pendapatan per-kapita secara global. Banyaknya perdangangan gelap, penyelundupan barang-barang dari Negara-negara lain yang tentunya sangat merugikan keuangan Negara. c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya: 1. Rusaknya syarat-syarat perdagangan : syarat-syarat perdangan yang semakin hari semakin rusak, sangat berdampak pada perekonomian Negara kita ini, diantaranya banyaknya pedagang-pedagang dari luar negeri masuk ke Indonesia tanpa membayar pajaknya, dikarnakan karna adanya pasar gelap tersebut. 2. Beban hutang 3. Kurangnya bantuan luar negeri, dan 4. Perang b. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat. Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal c. Biaya kehidupan yang tinggi. Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran. d. Pembagian subsidi pemerintah yang kurang merata. Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi la in rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara. (3.4) Faktor- faktor pendukung Ada banyak hal yang menjadi fator penentu yang akan membawa seseorang anak itu menjadi pemulung dan anak jalanan, diantaranay; a. Kurang Kasih Sayang
  • 17. Anak – anak pada usia yang belum matang sangat membutuhkan kasih sayang yang tulus, perhatian yang baik dari orangtua terhadap perkembangan mereka. Hal itu akan mempengaruhi mental dan kejiwaan anak-anak pada saat Dewasa nanti. b. Kemiskinan Kebutuhan ekonomi, Pekerjaan orang tua juga sangat besar dampaknya terhadap anak yang berlum matang pemikirannya. Ekonomi yang tidak mencukupi membuat sebagaian besar anak-anak harus terjun menjadi seorang pengamen atau pemulung. c. Kecenderungan Ingin Hidup Bebas Anak-anak yang belum bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang salah. Sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, cara bergaul dan sebagainya di tengah-tengah kota besar dan zaman yang semakin modern. d. Rendahnya Pendidikan Walaupun pemerintah sudah membuat program wajib sekolah selama 9 tahun dan menggratiskan beberapa sekolah negeri di beberapa wilayah, tetap saja masih banyak pemulung dan anak jalanan yang dibawah umur. Motivasi belajar yang kurang, sulitnya masuk sekolah negeri, serta buku pelajaran dan seragam yang memerlukan biaya menjadi alasan pemulung dan anak jalanan tidak meneruskan sekolah mereka. e. Menunggu Masa Panen Untuk orang-orang yang tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, untuk menunggu masa panen tanaman mereka biasanya mereka mencari pekerjaan sampingan untuk tambahan penghasilan mereka, dan pekerjaan yang mereka ambil biasanya memulung atau mengamen. f. Urbanisasi Para penduduk desa yang pindah ke kota, dan tidak mempunyai keahlian ataupun mempunyai lahan usaha sebelumnya di kota, hanya akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia dan akhirnya jalan yang mereka ambil pun adalah bekerja sebagai pemulung ataupun pengamen.
  • 18. (3.5) Alasan Menggeluti Bidang Dari keterangan yang kami dapatkan dari narasumber yang kami wawancara i, mereka memaparkan alasan mereka terjun ke dunia tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh narasumber kami yang bernama Kang Dodo dan adek Ijal. Mereka memilih terjun jadi anak jalanan, pengamen karna : 1. Kerasnya kehidupan dunia di kota besar ini, yang membuat mereka tidak mampu bersaing di dunia pekerjaan yang layak. 2. Terjadinya sistem kontrak di dunia pekerjaan, sehingga mereka tidak bisa mencari pekerjaan lagi, itulah sebabnya mereka memilih menjadi pengamen yang tentunya lebih mudah dan tanpa syarat. 3. Tidak adanyan lagi opsi lain untuk mereka kerjakan.. 4. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, membuat mereka harus terjun jadi seorang pengamen 5. Banyaknya jumlah penduduk di negara kita ini, di tengah-tengah perekonimian yang sangat tidak mengikuti standar perekonomian global. Pengamen yang hanya berpengahasilan maksimal 30.000/hari ini mengaku sangat tidak nyaman dengan pekerjaan mereka sekarang, tapi karna factor diatas yang memakasa mereka harus bergelumuh menjadi seorang pengamen yang tiap harinya merasakan terik matahari, hujan mulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 6 sore, mereka kerap sekali di pandang sebelah mata oleh kalangan menengah keatas. Di anggap sebagai orang yang malas, tidak benar, dekat dengan narkoba, sex bebas dan sebagainya. Pengamen yang dasarnya pernah bekerja di pabrik pembuatan sepatu, harus memilih menjadi pengamen karena adanya system kontrak di Negara kita ini, yang mengeluarkan dia dari tempatnya bekerja. Dengan ade ijal, harus berhenti sekolah di tengah-tengah biaya yang sangat tinggi di instansi swasta. Pemerintah seeharusnya memperhatikan hal ini, sehingga data putus sekolah di negeri kita ini tidak bertambah banyak. Yang akhirnya akan membawa mereka ke kemiskinan, bekerja sebagai pengamen. Rintangan demi rintangan mereka lalu i saat jadi pengamen. Di hina orang, di kejar-kejar oleh petugas keamanan, dan sebagainya. Begitu juga dengan narasumber kami yang bernama Andi yang berpropesi sebagai pemulung, tidak jauh beda alasannya dengan narasumber kami yang
  • 19. berprofesi sebagai anak jalanan mengapa pak Andi akhirnya harus memilih bekerja sebagai pemulung. Ayah dari empat Anak ini yang mengaku tinggal di daerah Bintaro, yang hanya lulusan SMA ini sebelumnya sudah pernah berkerja di salah satu Pabrik pembutan kramik sebelum akhirnya menjadi seorang pemulung. Dan diantara fakta yang membawa dia harus memilih jadi seorang pengamen adalah : a) Kerasnya persaingan di luar sana yang membuat dia tidak bisa menemukan pekerjaan yang lebih layak dengan hanya seorang lulusan SMA yang sudah berumur hampir 50 tahun. b) Adanya sistem kontrak yang membuat pak Andi kehilangan pekerjaannya di Pabrik dia bekerja sewaktu masih muda. c) Susahnya mencari pekerjaan di kota besar disebabkan karna lapangan pekerjaan yang sedikit disediakan pemerintah. Bapak Andi yang bekerja setiap hari ini, hanya berpenghas ilan dibawah 30.000 perharinya ini, harus menghidupi keempat anaknya ditengah-tengah kerasnya kehidupan di kota besar ini dengan biaya hidup yang sangat tinggi, harus bekerja keras menahankan terik matahari, guyuran hujan dari jam 7 padi hingga jam 5 sore. Harus membiayai anak-anaknya sekolah ditengah mahalnya biaya pendidikan di Negara kita ini. Tidak jauh beda alasan kedua narasumber kami ini mengapa harus memilih pekerjaan mereka yang sekarang ini. Adanya sistem kontrak dalam bekerja, minimnya lapangan pekerjaan yang ada dengan penduduk yang sangat banyak ini. Tahun demi tahun, penduduk semakin bertambah. Sedangkan lapangan pekerjaan sangat minim perkembangannya, yang mengakibatkan skala perbandingannya sangat jauh berbeda. Bapak Andi, Kang Dodo dan adek Ijal adalah bagian dari banyak orang yang menjadi korban dari kurang baiknya sistem pemerintahan yang ada di Negeri kita ini. Jumlah kemiskinan, pemulung dan anak jalanan tiap tahunnya mengalami peningkatan yang serius.
  • 20. Perkembangan Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi DKI Jakarta, 2009-2012 (3.6) Akibat Menjadi Pemulung dan Anak Jalanan 1. Rawan mendapatkan pelecehan. Yang biasanya sering mendapatkan pelecehan di tempat umum biasanya adalah wanita dan anak-anak dibawah umur. 2. Berpotensi tidak melanjutkan pendidikan. Entah karena tidak bisa melanjutkan, ataupun karena tidak mau melanjutkan pendidikan, biasanya para anak jalanan atau pemulung tidak menamatkan sekolah mereka. 3. Rawan penyakit. Biasanya pemulung dan anak jalanan berada lebih dari setengah hari dijalanan, dan pastinya banyak meghirup polusi udara. Penyakit yang sering timbul pun bervariasi, seperti asma, penyakit kulit dan gangguan pernafasan. 4. Berpotensi pengkonsumsi minuman keras dan narkoba. Biasanya adalah orang-orang yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarga dan pergaulan dari lingkungannya selama ia bekerja. 5. Berpotensi melakukan kekerasan dan tindak kriminal. Kehidupan jalanan yang keras biasanya memancing para anak jalanan melakukan tindak kriminal seperti mencopet, memaksa, menodong dll. (3.7) Solusi Mengurangi volume kemiskinan, anak jalanan dan pemulung a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) . b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi industri. c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii)
  • 21. jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas tiga. d) Transmigrasi penduduk, harusnya dibarengi dengan kemajuan masing-masing daerah dalam pekerjaan yang layak. UMP tahun 2013 untuk masing-masing daerah akan naik mencapai 2 juta perbulan. Itu akan membuat para penduduk desa tetap menetap di wilayahnya dan tidak pindah ke kota. e.) Di adakannya beberapa penyuluhan atau mentoring untuk para pemulung, anak jalanan, atau warga miskin untuk bersama-sama menciptakan lapangan pekerjaan dan sumber daya manusia yang berkualitas dalam dunia usaha. f.) Dijalankan koperasi dalam setiap daerah untuk meminjamkan modal untuk para warga yang serius membuat suatu usaha sendiri dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga lain. g.) untuk para anak jalanan, membuat Rumah Singgah dengan terobosan baru yang bersifat pemberdayaan keterampilan-keterampilan dan potensi yang dimiliki anak jalanan menjadi pilihan yang cukup bijak. Mengingat para anak jalanan memiliki motivasi belajar yang kurang dalam pendidikan formal, sehingga pembelajaran bisa dilakukan secara bertahap. h.) Menjalankan Otonomi daerah yang benar-benar serius di daerah – daerah tertinggal yang membuat penduduknya nyaman (Adanya lapangan pekerjaan, fasilitas yang disediakan bagus) di daerah itu, sehingga tidak harus memilih mengadu nasib di Jakarta yang semakin tahun, semakin bertambah penduduknya. BAB IV PENUTUP
  • 22. (4.1) Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan, pemulung dan anak jalanan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030 kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin. 2. Hampir seluruh pemulung menilai baik (positif) pekerjaannya baik dalam dimensi sosial maupun dimensi ekonomi. Namun, lebih dominan pada dimensi ekonomi. Walaupun secara pandangan sosial pemulung adalah pekerjaan yang rendah, namun secara ekonomi menjadi pemulung dapat menjadi sumber nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 3. Hampir seluruh pemulung dan anak jalanan merasa cukup terhadap nilai kerjanya, walaupun banyak yang memiliki harapan besar tentang masa depan mereka. Hal ini dikarenakan untuk menjadi pemulung tidaklah sulit, karena menjadi pemulung tidak memerlukan syarat-syarat tertentu seperti keterampilan, pendidikan bahkan modal. Faktor ekonomi juga menjadi alasan mengapa banyak masyarakat yang akhirnya memutuskan menjadi pemulung. 4. Urbanisasi menjadi salah satu faktor penting mengapa di Jakarta terdapat begitu banyak pekerja yang tidak mempunyai keahlian, seperti pemulung dan anak jalanan. 5. Transmigrasi yang sudah lama menjadi program pemerintah, ternyata belum beroperasi dengan efektif. Karena kurang adanya lapangan pekerjaan yang memadai di desa mereka, atau penghasilan yang kurang
  • 23. mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, sehingga akhirnya mereka tetap memilih untuk pindah ke kota. 6. Dampak yang akan muncul jika jumlah anak jalanan semakin bertambah salah satunya adalah semakin maraknya tindak kriminal. Seperti yang kita ketahui, banyak anak jalanan yang mengamen di bus, taman atau angkutan umum terkesan memaksa dan meresahkan. Dengan bertambahnya angka kemiskinan, anak jalanan dan pemulung. Marilah kita menjalankan program penuntasan mengurangi volume kemiskinan, anak jalanan dan pemulung yang telah kami uraikan di atas.
  • 24. (4.2) Saran Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi kedepan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, danmoralitas yang standarnya adalah standar global. Mengatasi kemiskinan adalah tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara Indonesia. Mulai dari pemerintah sampai dengan masyarakat biasa. Diadakannya pendidikan gratis sampai 12 tahun adalah opsi yang tepat untuk mendukung pendidikan yang bagus bagi anak-anak bangsa, demi melatih skill, mental, dan pengetahuan generasi penerus bangsa. Begitu juga dengan besarnya biaya pendidikan di perguruan tinggi ada baiknya di turunkan demi kebaikan bersama. Dengan dibekali dengan pendidikan yang baik dan murah, maka anak-anak Indonesia akan semakin mudah mencari pekerjaan yang ahkhirnya akan mengurangi jumlah pengangguran. Bagi pemerintah, perlu adanya kerjasama berbagai pihak terkait untuk lebih memperhatikan keberadaan pemulung dan anak jalanan . Dalam membuat kebijakan hendaknya tidak merugikan pemulung dan anak jalanan. Pemerintah juga harus memberikan perlindungan bagi pemulung dan anak jalanan, salah satu caranya adalah melegalkan pekerjaan pemulung dan anak jalanan yang benar-benar ingin mencari nafkah tanpa mengkhawatirkan orang lain bila pemerintah belum dapat membuat lapangan pekerjaan baru bagi rakyatnya. Bagi para pemerhati masalah sosial, sebaiknya membuat program yang sesuai dengan kebutuhan pemulung dan anak jalanan karena saat ini banyak sekali program-program yang tidak tepat sasaran atau tidak sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pemulung dan anak jalanan saat ini membutuhkan keterampilan yang dapat langsung diaplikasikan dan tidak membutuhkan modal yang cukup besar. DAFTAR PUSTAKA http://benradit.wordpress.com/2012/05/12/hak-pendidikan-anak-jalanan-terampas http://beritarequest.blogspot.com/2011/07/contoh-bab-ii- landasan-teori-karya. html
  • 25. http://gigihlardino.blogspot.com/2010/12/kemiskinan.html http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-hidup-pemulung.html http://www.scribd.com/doc/90627589/Lingkungan-Dan-Interaksi-Sosial http://www.scribd.com/doc/9227580/Anak-Jalanan http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/03/23/113336/Kemi skinan-Keluarga-Picu-Anak-Jalanan PROFIL SINGKAT PENULIS 1. Irpan Rambe / 11111268 (Ketua) Motto : a. Jangan tanyakan mengapa, tapi sebab apa. b. Nikmat tuhan mana lagi yang kau pungkiri. c. Aku ini kan manusia kenapa harus sombong?. 2. Dara Puspita / 11111790 (Wakil) Motto :Mencintai alam, berbaur dengan alam, maju terus generasi muda untuk mencintai alam indah pegunungan, go green.
  • 26. 3. Andrean / 11111 (Moderator) Motto : I’m not perfect, but I’m limited edition. 4. Amanda Widyasari(11111351) Motto : Dreams , Pray, Do, Believe and Make it Happen ^_^ 5. Ayu Lestari / 11111639 Motto : Hidup hanya sekali, jadi nikmatilah semua yang ada di hidup ini. Enjoy your life! 6. Chairunnisa / 11111699 Motto : : Love yourself and keep thingking positive.
  • 27. 7. Diki Prasteyo / 11111224 Motto : Bermimpilah selagi kamu bisa! 8. Mega Septiani / 11111674 Motto : Saya memang tidak sempurna tp saya ingin membuat orang yang disamping saya 9. Muhammad Ramdhan / 11110781 Motto : belajar lebih giat agar menjadi orang yang sukses.
  • 28. 10. Rita Alfiani .S. / 11111345 Motto : Bersikaplah sebaik-baiknya hari ini seakan tidak ada hari esok. LAMPIRAN