Ceramah untuk Pelatihan Khusus Analis Kebijakan
Pusbangkom TSK LAN-RI, 1 Juli 2019
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
powerpin ini membahas agar mampu Memahami sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia (struktur organisasi – Alur keuangan, top down & bottom up) dan Memahami sistem pembiayaan di dinas kesehatan provinsi & kota (APBN, APBD, Bantuan Luar Negeri)
Urgensi Kajian Kebijakan sebagai Dasar Pengambilan KebijakanTri Widodo W. UTOMO
Disampaikan pada “FGD Informasi Pengumpulan Usulan Kajian Kebijakan Tahun 2023”, diselenggarakan oleh Pusat PSK-ATRP Kementerian ATR/BPN
Jakarta, 16 November 2022
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Berdasarkan pengalaman dilapangan, ternyata banyak Guru-guru yang tidak memahami berapa jumlah dana BOS yang diterima disekolah tempatnya mengajar termasuk dana tersebut dipergunakan untuk apa saja, penting sekali Transparansi perencanaan dan penggunaan dana BOS diketahui oleh seluruh guru dan murid sebagai pengelola dan penerima dana BOS,
Salam Transparansi
Rurita Ningrum
Disampaikan pada Webinar Nasional dalam rangka Dies Natalis XXI STIA Bandung
Bandung, 14 Agustus 2021
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Proyeksi perkembangan industri pangan nasional & pengaruhnya thd konsumsi berasF W
dipresentasikan pada diskusi dan analisis kebijakan pangan dan pertanian Kementerian Perekonomian, mengupas tuntas rencana dan strategi untuk mencapai ketahanan pangan nasional melalui komoditi beras, Rabu 16 Nopember gedung Olveh , jalan Jalan Jembatan Baru no 50, Pinangsia, Jakarta Barat
disampaikan dalam acara: Seminar STIE ST Pignatelli Surakarta, Selasa 29 Maret 2016, pk 13.00-16.00. Gedung Aula STIE St Pignatelli Jl. Duwet no.1 Karangasem, Laweyan, Surakarta
Logistik Pangan Nasional dengan Pendekatan SpasialF W
Dipresentasikan pada:
FGD Bank Indonesia
Jumat 22 Januari 2016, pukul 14.00 s.d. selesai
Di Ruang Rapat Departemen Regional II ( Jawa)
Gedung Tipikal lt 12. Kompleks Perkantoran Bank Indonesia
Jln. MH Thamrin no 2 Jakarta Pusat
Advancing Impacts not Numbers, @lliance, vol 20 number 4 December 2015F W
SDGS are becoming, buzzwords, I have been asked whether philanthropy institutions should participate in SDGs. I believe the philanthropy community should engage in any global initiative relevant to its work that contributes to the shared goal of creating a just and prosperous society.
Over the past year, spurred by the work of the SDG Philanthropy Platform, philanthropy has emerged as more active stakeholder in global conversation around the Post-2015 Development Agenda and Sustainable Development Goals. As a result, solid groundwork has been laid for philanthropic organisations to co-create transformative solutions to achieveing the SDGs.
disampaikan pada: Indonesia Knowlege Forum IV-2015: Conference & Expo "Moving Our Nation to Next Level" Kamis 8 Oktober 2015 pk 10.30-12.00 di Ballroom Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta
dipresentasikan pada: "Seminar Evaluasi 1 tahun, Menimbang Manfaat OJK" OJK Watch, Senin 23 Juni 2014 di Auditorium Adhiyana Wisma Antara, Jl. Medan Merdeka Selatan no. 17 Jakarta
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Insentif Perpajakan Untuk Filantropi Indonesia: Keseimbangan Efektivitas Pull Factor dan Peran Negara
1. INSENTIF PERPAJAKAN UNTUK
FILANTROPI INDONESIA :
KESEIMBANGAN EFEKTIVITAS PULL
FACTOR DAN PERAN NEGARA
Philanthropy Learning Forum 2
Oleh:
Prof. Dr. Dra. Haula Rosdiana, M.Si
Guru Besar Ilmu Kebijakan Pajak Universitas Indonesia
Ketua Kluster Riset UI
“Politik Perpajakan, Kesejahteraan dan Ketahanan Nasional”
Ratu Plaza Office Tower,
15 Desember 2015
2. A. Conceptual/Theoritical Background
1. Fungsi Pajak :
a. Pajak sebagai satu satunya sumber penerimaan
negara yang paling aman, murah, ajeg dan
berkesinambungan;
b. Pajak sebagai economic, politic, and social
engineering
2. Fungsi Negara / Pemerintah
a. Bentuk-bentuk peran/intervensi negara
b. Peran Negara dalam sistem perekonomian
3. PERAN NEGARA
1. Fungsi Alokasi
2. Fungsi Redistribusi
Penghasilan
3. Fungsi Stabilisasi
4. Fungsi Regulasi :
a. Menciptakan iklim
makroekonomi yang
kondusif
b. Mendorong ketahanan
nasional di segala
sektor (pangan, energi,
dll)
c. Mengatasi
eksternalitas negatif
BENTUK INTERVENSI
1. Informasi dan/atau
Persuasi
2. Regulasi (termasuk
menetapkan Standar)
3. Mandat
4. Penyediaan Barang &
Jasa
5. Pembiayaan
6. Pajak
7. Subsidi
4. C. MENGAPA INSENTIF PAJAK ?
TAX INCENTIVES
• Market pull
• Industry decides
where to invest
• Avoid picking winners
• Market friendly
• Predictable for companies
• Relatively cheap to
administer
• Transparent and
accessible to business
GRANTS
• Can be targeted to
strategic areas of
innovation
• Better budget control
for government
Tax incentives versus grants (Source: van Pottelsberghe de la Potterie et al., 2003; SwedenBIO analysis) sebagaimana dikutip
dalam Promoting Innovation By Tax Incentives : A Review Of Strategies And Their Importance To Biotech Growth
5. B. Empirical Background
1. Kearifan lokal bangsa Indonesia
2. Kendala birokrasi pemerintah
C. Evaluasi Implementasi
1. Pemetaan Masalah
2. Kendala-kendala
3. Analisis dampak
6. EVALUASI
KEBIJAKAN
S U D A H K A N I N S E N T I F PA J A K U N T U K K E G I ATA N
F I L A N T R O P I M E N C A PA I T U J U A N D A N S A S A R A N
S E R TA M E M B E R I K A N D A M PA K S E P E R T I YA N G
D I H A R A P K A N ?
8. STAGE I :
AGENDA SETTING
STAGE II :
POLICY
FORMULATION
STAGE III :
POLICY IMPLEMENTATION
STAGE VI :
POLICY TERMINATION
STAGE V :
POLICY SETTING
STAGE IV :
POLICY EVALUATION
A PROBLEM FOR GOVERNMENT
Source : Stewart, Joseph and James P. Lester. Public Policy: an Evolutionary Approach 1996. United
States of America: West Publishing Company. P. 6
9. Skeletal Flow Diagram of The Variables involved
in The Implementation Process
STAGES (DEPENDENT VARIABLES) IN THE IMPLEMENTATION PROCESS
Source: Daniel H. Mazmanian and Paul A Sabatiar. Implementation and Public Policy. 1983. New York: HarperCollins College
Publisher. p.22
ABILITY OF STATUTE TO STRUCTURE
IMPLEMENTATION
1. Clear and consistent objectives
2. Incorporation of adequate casual theory
3. Financial Resources
4. Hierarical integration with the among
implementing institutions
5. Decision rules of implementing agencies
6. Recruitment of Implementing agencies
7. Formal Access by outsiders
NONSTATUTORY VARIABLES AFFECTING
IMPLEMENTATION
1. Socioeconomic condition and technology
2. Media attention to the problem
3. Public support
4. Attitudes and resources of constituency
groups
5. Support from sovereign
6. Commitment and leadership skill of
implementing officials
TRACTABILITY OF THE PROBLEM
1. Availability of valid technical theory and
technology
2. Diversity of Target-Group behavior
3. Extent of behavioral change required
Actual impact
policy outputs
Policy outpuuts
of implementing
agencies
Compliance with
policy outputs by
target outputs
Perceived
impacts of policy
outputs
Major revision in
statute
10.
11. TUJUAN INSENTIF PPh UNTUK
KEGIATAN FILANTROPI
1. Dalam rangka membantu program pemerintah serta
2. memberi kesempatan kepada Wajib Pajak untuk
turut berperan serta dalam
a) penanggulangan bencana nasional,
b) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Indonesia, pengembangan pendidikan di
Indonesia,
c) pembinaan olahraga Indonesia dan
d) turut serta membantu pemerintah dalam
pembiayaan pembangunan infrastruktur sosial di
Indonesia
PP 93 Tahun 2010
13. KESIAPAN REGULASI PELAKSANAAN
INSENTIF PPh UNTUK KEGIATAN FILANTROPI
1. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang
NOMOR 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 September 2008
berlaku pada tanggal 1 Januari 2009
2. Peraturan Pemerintah No. 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan
Penanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan Penelitian dan
Pengembangan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pembinaan
Olah Raga, dan Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial yang dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto,
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2010,
Berlaku sejak Tahun Pajak 2010.
3. Peraturan Menteri Keuangan No.76/PMK.3/2011 tentang Tata Cara
Pencatatan dan Pelaporan Sumbangan Penanggulangan Bencana
Nasional, Sumbangan Penelitian dan Pengembangan, Sumbangan
Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pembinaan Olah Raga, dan Biaya
Pembangunan Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto tanggal
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2011
Berlaku sejak Tahun Pajak 2010.
Das Sein…
14. KETENTUAN PELAKSANA
a. Wajib Pajak mempunyai penghasilan
neto fiskal berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
b. pemberian sumbangan dan/atau
biaya tidak menyebabkan rugi pada
Tahun Pajak sumbangan diberikan;
c. didukung oleh bukti yang sah; dan
d. lembaga yang menerima sumbangan
dan/atau biaya memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak, kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek
pajak PPh
e. Besarnya nilai sumbangan dan/atau
biaya pembangunan infrastruktur
sosial yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk 1 (satu) tahun
dibatasi tidak melebihi 5% (lima
persen) dari penghasilan neto fiskal
Tahun Pajak sebelumnya.
Bukti penerimaan sumbangan dan/atau biaya
wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak pemberi
sumbangan pada Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak dengan
menggunakan formulir penerimaan sumbangan
sesuai contoh format Lampiran II PMK 76/2011
Badan penanggulangan bencana dan/atau
lembaga atau pihak yang menerima sumbangan
harus menyampaikan laporan penerimaan dan
penyaluran sumbangan kepada Direktur Jenderal
Pajak setiap triwulan.
Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya
wajib menyampaikan laporan penerimaan
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak
paling lambat pada akhir Tahun Pajak
diterimanya sumbangan dan/atau biaya.
Laporan penerimaan dan penyaluran sumbangan
menggunakan formulir laporan penerimaan
sumbangan sesuai contoh format Lampiran III PMK
76/2011
KETENTUAN MATERIAL KETENTUAN FORMAL