SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
Hukum Acara Perdata
(2)
UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA DI DALAM PENGADILAN
OLEH:
RIZKY KARO KARO, 2017©
Yang Akan Dipelajari
Sejarah Singkat
Asas Hukum Acara Perdata
Alat Bukti dalam Hukum Acara Perdata
Putusan Pengadilan
Surat Kuasa
Definisi Hukum Acara Perdata/Hukum
Perdata Formil
1. Rangkaian peraturan peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak
terhadap dan di muka pengadilan serta cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak
satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan peraturan hukum perdata
(Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia,Bandung)
2. “Peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata
materiil dengan perantara hakim.” (Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,
Yogyakarta)
Sejarah Singkat Penggolongan Rakyat (113
jo.163 IIS/Indische Staatsregeling)
Peradilan Gubernemem
(Peradilan Orang Eropa,
Asia Timur)
menggunakan BRv
Peradilan bagi giolongan
prbumi/bumiputera.
Menggunakan HIR/Rbg
Dasar Hukum Acara Perdata
BRv (namun sudah tidak berlaku lagi)
RBg
HIR
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2006 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor7 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Setempat
(Descente)
Penggunaan BRv (Burgerlijk
Rechtsvodering)
Hukum Acara bagi Golongan Eropa yg terkena kasus di raad van justitie (Peradilan tingkat
banding) & residentie gerecht (Peradilan tingkat pertama)
Setelah Indonesia dijajah oleh Jepang, Jepang menyatakan bahwa BRv tidak berlaku lagi
Contoh Pasal BRv
Pembuktian dapat dilakukan dengan cara apapun, kecuali Undang-undang menentukan lain .......
Penilaian terhadap bukti yang diajukan menjadi kebijaksanaan hakim keculai Undang-undang
menentukan lain (Pasal 197 BRv)
Penggunaan HIR (Het Herziene
Indonesisch Reglement)
Hukum acara bagi bumiputera yang berlaku di Jawa dan Madura
Pembentukan H.I.R di mulai pada tanggal 5 Desember 1846, saat Gubernur Jenderal Jan Jacob
Rochussen memberi tugas kepada Jhr. Mr. H.L. Wichers, Ketua Mahkamah Agung dan
Mahkamah Agung Tentara di Batavia, untuk merancang sebuah Reglement tentang administrasi,
polisi, acara perdata dan acara pidana bagi golongan Indonesia.
Contoh Pasal HIR
A. Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus dimasukkan
dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123,
kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak
diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya. (Pasal 118 ayat (1) HIR)
B. Bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa, yang dikuasakannya
untuk melakukan itu dengan surat kuasa teristimewa, kecuali kalau yang memberi kuasa itu sendiri
hadir. Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat permintaan yang ditandatanganinya dan
dimasukkan menurut ayat pertama pasal 118 atau jika gugatan dilakukan dengan lisan menurut pasal
120, maka dalam hal terakhir ini, yang demikian itu harus disebutkan dalam catatan yang dibuat surat
gugat ini. (Pasal 123 ayat (1) HIR)
Penggunaan RBg (Rechts Reglement voor de
Buitengewesten)
Hukum acara perdata yang berlaku di daerah luar Jawa dan Madura
RBg yang dinyatakan Pasal VIII ordonansi tanggal 11 Mei 1927 Nomor 227 mulai berlaku sejak
tanggal 1 Juli 1927, merupakan pengganti peraturan-peraturan Hukum Acara Perdata yang lama
yang tersebar dan berlaku bagi daerah-daerah tertentu saja. Yaitu ordonansi-ordonansi bagi
daerah-daerah Bengkulu, Lampung, Palembang, Jambi, Sumatra Timur, Aceh, Riau, Bangka,
Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, Manado, Sulawesi,
Ambon, Ternate, Timor, Bali, dan Lombok (Pasal I ordonansi).
Ordonansi
Perbedaan Ordonansi dan Reglement (Sumber: Maria Farida
Indrati Soeprapto. Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi,
dan Materi Muatan. Kanisius)
ORDONANTIE
Ordonantie adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Gubernur
Jenderal (Gouverneur Generaal) bersama-
sama Volksraad (Dewan Rakyat) di Jakarta dan
berlaku bagi wilayah Hindia Belanda.
REGLEMENT
Peraturan Pemerintah yang ditetapkan oleh
Gubernur Jenderal untuk melaksanakan Wet
Contoh Pasal RBg
Bila perkara yang diajukan (ke pengadilan) berkenaan dengan perkara yang telah diputus oleh
hakim desa, penggugat memberitahukan isi dari keputusan tersebut pada surat gugatannya; bila
mungkin, salinan keputusannya itu dilampirkan. (Pasal 143 b ayat (1) Rbg)
Asas-Asas Hukum Acara Perdata
Peradilan
dilakukan "DEMI
KEADILAN
BERDASARKAN
KETUHANAN YANG
MAHA ESA".
Hakim bersifat
independent dan
menjaga
kemandirin
peradilan (o
enforce thetruth
and justice)
Equality before the
law (Pengadilan
mengadili tanpa
membedakan
orang)
Hakim menggali
nilai-nilai
hukum&rasa
keadilan di
masyarakat (living
law);
Lanjutan Asas
Gugatan dan Permohonan
GUGATAN
Tuntutan hak yg
mengandung sengketa
dan diajukan ke
pengadilan utk
mendapat putusan
pengadilan (RUU
HAPER)
Tuntutan hak yaitu
tindakan yang bertujuan
memberikan
perlindungan yang
diberikan oleh
pengadilan untuk
mencegah perbuatan
main hakim sendiri
(eigenrichting).
(Soedikno Mertokusumo
, Hukum Acara Perdata di
Indonesia, 1998, Jakarta)
PERMOHONAN/GUGATAN PERMOHONAN
Tuntutan hak yang
tidak mengandung
sengketa&diajukan
ke pengadilan utk
mendapat
penetapan
pengadilan (RUU
HAPER)
Tidak ada lawan
Gugatan Permohonan,
Gugatan Contentiosa, dan
Gugatan Class Action
Alur Peradilan Perdata
Mediasi (Gagal)
Sidang 1
(Pembacaan
Gugatan oleh
Penggugat)
Sidang 2
(Pembacaan
jawaban/eksepsi
dari Tergugat)
Sidang 3
(Pembacan
Replik dari
Penggugat)
Sidang 4
(Pembacaan
duplik dari
Tergugat)
Sidang 5
(Pembuktian
Penggugat)
Sidang 6
(Pembuktian
Tergugat)
Kesimpulan Putusan
Karakteristik Gugatan Permohonan
Gugatan atau
permohonan ini
adalah tanpa sengketa;
Tidak ada pihak ketiga
atau pihak lain sebagai
lawan;
Contoh: Permohonan
Poligami ke Pengadilan
Agama; Permohonan
Hak Asuh Anak
M. Yahya Harahap,
2008, Hukum, Acara
Perdata, Jakarta
Gugatan
contentious
adalah suatu permasalahan
perdata yang berbentuk gugatan;
Ada sengketa;
Terdapat lawan atau pihak ketiga
Para pihak disebut Penggugat dan
Tergugat
Sumber: M. Yahya Harahap, 2008,
Hukum, Acara Perdata, Jakarta
Gugatan Class Aciton
Contoh: Masyarakat berhak mengajukan
gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau
untuk kepentingan masyarakat apabila
mengalami kerugian akibat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(Ps. 91 UU 32/2009 tentang
Perlindungan&Pengelolaan Lingkungan
Hidup)
Bentuk Gugatan
Asas Pembuatan Gugatan
Harus ada dasar
hukum/alas hak
(wanprestasi/PMH);
point d’interest,
point d’action
(Putusan MA No.294
K/Sip/1971
mensyaratkan bahwa
gugatan harus
diajukan oleh orang
yang mempunyai
hubungan hukum;
Harus ada sengketa
Actor Sequitur Forum
Rei
Posita
(Fundamentum
Petendi) dan Petitum
harus sinkron
Perumusan Posita
Pasal 118 HIR
1. Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus
dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh
wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa
tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal
sebetulnya.
2. Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di dalam itu dimajukan kepada
ketua pengadilan negeri di tempat tinggal salah seorang dari tergugat itu, yang dipilih oleh
penggugat. Jika tergugat-tergugat satu sama lain dalam perhubungan sebagai perutang
utama dan penanggung, maka penggugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri
di tempat orang yang berutang utama dari salah seorang dari pada orang berutang utama
itu, kecuali dalam hal yang ditentukan pada ayat 2 dari pasal 6 dari reglemen tentang aturan
hakim dan mahkamah serta kebijaksanaan kehakiman (R.O.).
3. Bilamana tempat diam dari tergugat tidak
dikenal, lagi pula tempat tinggal
sebetulnya tidak diketahui, atau jika
tergugat tidak dikenal, maka surat
gugatan itu dimasukkan kepada ketua
pengadilan negeri di tempat tinggal
penggugat atau salah seorang dari pada
penggugat, atau jika surat gugat itu
tentang barang gelap, maka surat gugat itu
dimasukkan kepada ketua
pengadilan negeri di daerah hukum siapa
terletak barang itu.
4.Bila dengan surat syah dipilih dan
ditentukan suatu tempat berkedudukan,
maka penggugat,jika ia suka, dapat
memasukkan surat gugat itu kepada
ketua pengadilan negeri dalam daerah
hukum siapa terletak tempat kedudukan
yang dipilih itu.
Contoh Gugatan
Contoh Putusan
Memperhatikan Pasal 4
sampai dengan Pasal 6
jo. Pasal 69 UU 15/2001
tentang Merek
Mengadili:
Dalam Eksepsi:
Menolak Eksepsi
Tergugat I dan
Tergugat II
Dalam Pokok Perkara:
Menolak Gugatan
Penggugat untuk
seluruhnya
Menghukum
Penggugat membayar
biaya perkara sebesar
Rp.731.000
(Putusan Nomor
15/Pdt.Sus-
HKI/2015/PN. Niaga.
Jkt.Pusat
Alat Bukti HAPER
“ Barangsiapa mengatakan
mempunyai suatu hak atau
mengemukakan suatu perbuatan
untuk meneguhkan haknya itu, atau
untuk membantah hak orang lain,
haruslah membuktikan adanya
perbuatan itu.” (Ps. 283RBg/163 HIR)
Pasal 1866 Kuh.Per jo. 164 HIR:
• Bukti Tulisan
• Keterangan Saksi
• Persangkaan
• Pengakuan
• Sumpah
Bukti Tulisan
Alat bukti tertulis atau surat ialah segala sesuatu
yang memuat tanda-tanda bacaan yang
dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau
untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan
dipergunakan sebagai pembuktian. “ (Sudikno
Mertokusumo)
Akta Otentik/ Acte Ambtelijk : suatu akta yang
didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-
pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat
di mana akta dibuatnya (Ps.1868 Kuh.Per);
Akta Bawah Tangan
Saksi
Dasar Hukum Pasal 165 RBg/139 HIR
sampai dengan Pasal 179 RBg/152 HIR
tentang pemeriksaan saksi, Pasal 306
RBg/169 HIR sampai dengan Pasal 309
RBg/172 HIR tentang keterangan saksi,
serta dalam Pasal 1895, Pasal 1902
sampai dengan Pasal 1912 KUHPerdata
Yang tidak boleh jadi saksi: Keluarga
sedarah/keluarga karena perkawinan;
suami/isteri; anak-anak yang belum
berusia 15 tahun, orang gila (Pasal 146
HIR)
Persangkaan
Pengakuan
Dasar Hukum Pasal 311
RBg/174 HIR, Pasal 312
RBg/175 HIR, Pasal 313
RBg/176 HIR serta Pasal 1923
sampai dengan Pasal 1928
KUHPerdata.
Pengakuan mutlak. Contoh: X
meminjam uang 1 M ke Y
Sumpah
diatur dalam Pasal 182 sampai
dengan Pasal 185 RBg/Pasal
155 sampai dengan Pasal 158
HIR, Pasal 314 RBg/Pasal 177
HIR, Pasal 1929 sampai dengan
Pasal 1945 KUHPerdata.
Sumpah oleh salah satu
pihak memerintahkan
kepada pihak lawan
untuk menggantungkan
putusan perkara
kepadanya, yakni sumpah
pemutus ( sumpah
decissoir )
Sumpah penambah
(suppletoir), dan sumpah
penaksir (taxatoir). Diatur
dalam Pasal 155HIR
jo.1940 Kuh.Per
Macam – macam Putusan :
◦ Putusan Sela / Putusan Antara
◦ Putusan Akhir
Putusan Sela/Putusan Antara (Psl 185 (1) HIR atau Psl 48
Rv)
◦ Hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan putusan
akhir, pada saat proses pemeriksaan berlangsung.
◦ Putusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang
berperkara untuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan
perkara sebelum menjatuhkan putusan akhir.
Macam-Macam Putusan
Putusan Sela
Berdasarkan Ps. 48 RV, ada 2 macam putusan sela:
◦ Putusan Preparatoir bertujuan sebagai persiapan jalannya pemeriksaan.
Misalnya sebelum hakim memulai pemeriksaan terlebih dahulu
diterbitkan putusan preparatoir ttg tahap-tahap proses atau jadwal
persidangan. “Timetable Program” di Inggris.
◦ Putusan Interlocutoir : putusan hakim dengan mana sebelum dijatuhkan
putusan, diperintahkan mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu yang
dapat mempengaruhi bunyi putusan akhir, misalnya
a. Putusan interlocutoir yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli
(Psl 154 HIR)
b. Memerintahkan pemeriksaan setempat (Psl 153 HIR)
c. Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah (Psl 155 HIR).
d. Memerintahkan pemanggilan saksi (Psl 139 HIR)
e. Memerintahkan pemeriksaan pembukuan perusahaan yang terlibat
dalam sengketa oleh akuntan publik yang independen.
Putusan Sela
Berdasarkan Ps. 332 RV, ada 2 macam putusan :
◦ Putusan Insidentil: putusan yang berhubungan dengan insiden, yaitu
peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa. Putusan ini
belum berhubungan dengan pokok perkara, misalnya putusan yang
membolehkan seseorang ikut kerja dalam perkara.
◦ Putusan Provisionil: putusan yang bersifat sementara yang berisi
tindakan sementara menunggu sampai putusan akhir dijatuhkan.
Putusan provisi tidak boleh mengenai materi pokok perkara tetapi
hanya terbatas pada tindakan sementara berupa larangan melanjutkan
kegiatan, misalnya melarang meneruskan pembangunan di atas tanah
berperkara.
Putusan Akhir
Ditinjau dari segi sifatnya, terdapat beberapa jenis putusan
yang dapat dijatuhkan oleh Hakim, sbb:
1. Putusan Declaratoir: putusan yang isinya bersifat
menerangkan atau menyatakan apa yang sah, misal :
menerangkan bahwa anak yang menjadi sengketa adalah
anak yang lahir dalam perkawinan yang sah.
2. Putusan Constitutif: putusan yang meniadakan atau
menciptakan keadaan hukum baru. Misal: pemutusan
perkawinan, pengangkatan anak, pernyataan pailit,
pemutusan perjanjian.
3. Putusan Condemnatoir : putusan yang menghukum pihak
yang kalah untuk memenuhi prestasi atau membayar
sejumlah uang tertentu.
Gugurnya Gugatan Penggugat
Dasar Hukum: Pasal 124 HIR & Pasal 77 Rv
Gugatan yang telah diajukan oleh penggugat dapat menjadi
“gugur” apabila penggugat tidak hadir dalam persidangan
setelah dilakukan pemanggilan oleh pengadilan secara
patut, sedangkan tergugat hadir.
Hal ini diputuskan untuk kepentingan tergugat yang telah
meluangkan waktu untuk datang ke persidangan,
mengingat tergugat datang karena telah digugat oleh
tergugat.
Dengan diputuskannya gugatan penggugat menjadi gugur,
maka perkara perdata tersebut dianggap selesai.
Penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara.
Upaya Hukum
Upaya Hukum Biasa
Perlawanan (Verzet): Perlawanan
merupakan upaya hukum terhadap
putusan yang dijatuhkan diluar
hadirnya tergugat (pasal 125 ayat 3
jo. 129 HIR, 149 ayat 3 jo. 153 Rbg).
Jangka waktu mengajukan 14 hari;
Banding ke Pengadilan Tinggi
Kasasi ke Mahkamah Agung –
hukumnya dianggap salah; lalai
mencantumkan irah-irah putusan.
Jangka waktu 14 hari
Upaya Hukum Luar Biasa
Upaya hukum terhadap putusan tingkat akhir dan putusan yang dijatuhkan di luar hadir tergugat
(verstek), dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk mengajukan perlawanan
Alasan:
◦ Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
◦ Ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak ditemukan.
◦ Ultra Petita
◦ Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.
◦ Hakim khilaf/keliru
Dasar hukum: Pasal 67 UU No. 14/1985, jo Peraturan MA No. 1/1982.
Deden Verzet (perlawanan dari pihak
ketiga)
salah satu upaya hukum luar biasa yang
dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu
perkara perdata yang bukan pihak dalam
perkara yang bersangkutan, tetapi merasa
dirugikam oleh putusan pengadilan
Merupakan upaya hukum atas penyitaan
milik pihak ketiga (Yahya Harahap, 2009 )

More Related Content

Similar to Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx

Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
GUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptx
GUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptxGUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptx
GUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptxAndi Komara
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxWaginemYogya
 
slide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukumslide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukumUndip
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
DATUN (1).ppt
DATUN (1).pptDATUN (1).ppt
DATUN (1).pptNoth5
 
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)arjunowidya
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxAFDAL20
 
Diskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdf
Diskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdfDiskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdf
Diskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdfIndra Sofian
 
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01pebrianazril6478
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 

Similar to Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx (20)

Acaraperdata
AcaraperdataAcaraperdata
Acaraperdata
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
GUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptx
GUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptxGUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptx
GUGATAN_dalam_Acara_Perdata.pptx
 
hukum bisnis
hukum bisnishukum bisnis
hukum bisnis
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptx
 
slide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukumslide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukum
 
Gugatan Pratun Staf UI
Gugatan Pratun Staf UIGugatan Pratun Staf UI
Gugatan Pratun Staf UI
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
DATUN (1).ppt
DATUN (1).pptDATUN (1).ppt
DATUN (1).ppt
 
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
 
UPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.pptUPAYAHUKUM.ppt
UPAYAHUKUM.ppt
 
upayahukum.ppt
upayahukum.pptupayahukum.ppt
upayahukum.ppt
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
 
Diskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdf
Diskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdfDiskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdf
Diskusi 7 HPI Hukum Acara Materiil Formil Peradilan Perdata Internasional.pdf
 
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 

More from AgusRozakSamsudin

Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1
Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1
Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1AgusRozakSamsudin
 
1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx
1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx
1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptxAgusRozakSamsudin
 
Menjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalah
Menjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalahMenjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalah
Menjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalahAgusRozakSamsudin
 
Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptx
Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptxPitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptx
Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptxAgusRozakSamsudin
 
Indoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan Syaraiah
Indoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan SyaraiahIndoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan Syaraiah
Indoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan SyaraiahAgusRozakSamsudin
 
Slide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptx
Slide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptxSlide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptx
Slide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptxAgusRozakSamsudin
 

More from AgusRozakSamsudin (6)

Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1
Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1
Sebuah Introduksi Hukum Dagang Pertemuan ke-1
 
1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx
1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx
1.4-SUMBER-HAPER -Pendahuluan-HAPER.pptx
 
Menjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalah
Menjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalahMenjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalah
Menjaga Imunitas dan Imanitas Dalam Mu'amalah
 
Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptx
Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptxPitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptx
Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck-Pitch deck.pptx
 
Indoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan Syaraiah
Indoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan SyaraiahIndoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan Syaraiah
Indoneisa Menjadi Pusat Ekonomi Islam Dunia Pembiayaan Syaraiah
 
Slide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptx
Slide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptxSlide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptx
Slide_Egg-704609-Rainforest Google Slides Theme.pptx
 

Recently uploaded

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 

Recently uploaded (6)

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 

Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx

  • 1. Hukum Acara Perdata (2) UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA DI DALAM PENGADILAN OLEH: RIZKY KARO KARO, 2017©
  • 2. Yang Akan Dipelajari Sejarah Singkat Asas Hukum Acara Perdata Alat Bukti dalam Hukum Acara Perdata Putusan Pengadilan Surat Kuasa
  • 3. Definisi Hukum Acara Perdata/Hukum Perdata Formil 1. Rangkaian peraturan peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan serta cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan peraturan hukum perdata (Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia,Bandung) 2. “Peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim.” (Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta)
  • 4. Sejarah Singkat Penggolongan Rakyat (113 jo.163 IIS/Indische Staatsregeling) Peradilan Gubernemem (Peradilan Orang Eropa, Asia Timur) menggunakan BRv Peradilan bagi giolongan prbumi/bumiputera. Menggunakan HIR/Rbg
  • 5. Dasar Hukum Acara Perdata BRv (namun sudah tidak berlaku lagi) RBg HIR Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2006 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor7 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Setempat (Descente)
  • 6. Penggunaan BRv (Burgerlijk Rechtsvodering) Hukum Acara bagi Golongan Eropa yg terkena kasus di raad van justitie (Peradilan tingkat banding) & residentie gerecht (Peradilan tingkat pertama) Setelah Indonesia dijajah oleh Jepang, Jepang menyatakan bahwa BRv tidak berlaku lagi
  • 7. Contoh Pasal BRv Pembuktian dapat dilakukan dengan cara apapun, kecuali Undang-undang menentukan lain ....... Penilaian terhadap bukti yang diajukan menjadi kebijaksanaan hakim keculai Undang-undang menentukan lain (Pasal 197 BRv)
  • 8. Penggunaan HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) Hukum acara bagi bumiputera yang berlaku di Jawa dan Madura Pembentukan H.I.R di mulai pada tanggal 5 Desember 1846, saat Gubernur Jenderal Jan Jacob Rochussen memberi tugas kepada Jhr. Mr. H.L. Wichers, Ketua Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung Tentara di Batavia, untuk merancang sebuah Reglement tentang administrasi, polisi, acara perdata dan acara pidana bagi golongan Indonesia.
  • 9. Contoh Pasal HIR A. Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya. (Pasal 118 ayat (1) HIR) B. Bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa, yang dikuasakannya untuk melakukan itu dengan surat kuasa teristimewa, kecuali kalau yang memberi kuasa itu sendiri hadir. Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat permintaan yang ditandatanganinya dan dimasukkan menurut ayat pertama pasal 118 atau jika gugatan dilakukan dengan lisan menurut pasal 120, maka dalam hal terakhir ini, yang demikian itu harus disebutkan dalam catatan yang dibuat surat gugat ini. (Pasal 123 ayat (1) HIR)
  • 10. Penggunaan RBg (Rechts Reglement voor de Buitengewesten) Hukum acara perdata yang berlaku di daerah luar Jawa dan Madura RBg yang dinyatakan Pasal VIII ordonansi tanggal 11 Mei 1927 Nomor 227 mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 1927, merupakan pengganti peraturan-peraturan Hukum Acara Perdata yang lama yang tersebar dan berlaku bagi daerah-daerah tertentu saja. Yaitu ordonansi-ordonansi bagi daerah-daerah Bengkulu, Lampung, Palembang, Jambi, Sumatra Timur, Aceh, Riau, Bangka, Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, Manado, Sulawesi, Ambon, Ternate, Timor, Bali, dan Lombok (Pasal I ordonansi). Ordonansi
  • 11. Perbedaan Ordonansi dan Reglement (Sumber: Maria Farida Indrati Soeprapto. Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan. Kanisius) ORDONANTIE Ordonantie adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh Gubernur Jenderal (Gouverneur Generaal) bersama- sama Volksraad (Dewan Rakyat) di Jakarta dan berlaku bagi wilayah Hindia Belanda. REGLEMENT Peraturan Pemerintah yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal untuk melaksanakan Wet
  • 12. Contoh Pasal RBg Bila perkara yang diajukan (ke pengadilan) berkenaan dengan perkara yang telah diputus oleh hakim desa, penggugat memberitahukan isi dari keputusan tersebut pada surat gugatannya; bila mungkin, salinan keputusannya itu dilampirkan. (Pasal 143 b ayat (1) Rbg)
  • 13. Asas-Asas Hukum Acara Perdata Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA". Hakim bersifat independent dan menjaga kemandirin peradilan (o enforce thetruth and justice) Equality before the law (Pengadilan mengadili tanpa membedakan orang) Hakim menggali nilai-nilai hukum&rasa keadilan di masyarakat (living law);
  • 15. Gugatan dan Permohonan GUGATAN Tuntutan hak yg mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan utk mendapat putusan pengadilan (RUU HAPER) Tuntutan hak yaitu tindakan yang bertujuan memberikan perlindungan yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah perbuatan main hakim sendiri (eigenrichting). (Soedikno Mertokusumo , Hukum Acara Perdata di Indonesia, 1998, Jakarta) PERMOHONAN/GUGATAN PERMOHONAN Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa&diajukan ke pengadilan utk mendapat penetapan pengadilan (RUU HAPER) Tidak ada lawan
  • 16. Gugatan Permohonan, Gugatan Contentiosa, dan Gugatan Class Action
  • 17. Alur Peradilan Perdata Mediasi (Gagal) Sidang 1 (Pembacaan Gugatan oleh Penggugat) Sidang 2 (Pembacaan jawaban/eksepsi dari Tergugat) Sidang 3 (Pembacan Replik dari Penggugat) Sidang 4 (Pembacaan duplik dari Tergugat) Sidang 5 (Pembuktian Penggugat) Sidang 6 (Pembuktian Tergugat) Kesimpulan Putusan
  • 18. Karakteristik Gugatan Permohonan Gugatan atau permohonan ini adalah tanpa sengketa; Tidak ada pihak ketiga atau pihak lain sebagai lawan; Contoh: Permohonan Poligami ke Pengadilan Agama; Permohonan Hak Asuh Anak M. Yahya Harahap, 2008, Hukum, Acara Perdata, Jakarta
  • 19. Gugatan contentious adalah suatu permasalahan perdata yang berbentuk gugatan; Ada sengketa; Terdapat lawan atau pihak ketiga Para pihak disebut Penggugat dan Tergugat Sumber: M. Yahya Harahap, 2008, Hukum, Acara Perdata, Jakarta
  • 20. Gugatan Class Aciton Contoh: Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. (Ps. 91 UU 32/2009 tentang Perlindungan&Pengelolaan Lingkungan Hidup)
  • 22. Asas Pembuatan Gugatan Harus ada dasar hukum/alas hak (wanprestasi/PMH); point d’interest, point d’action (Putusan MA No.294 K/Sip/1971 mensyaratkan bahwa gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai hubungan hukum; Harus ada sengketa Actor Sequitur Forum Rei Posita (Fundamentum Petendi) dan Petitum harus sinkron
  • 24. Pasal 118 HIR 1. Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya. 2. Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di dalam itu dimajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal salah seorang dari tergugat itu, yang dipilih oleh penggugat. Jika tergugat-tergugat satu sama lain dalam perhubungan sebagai perutang utama dan penanggung, maka penggugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di tempat orang yang berutang utama dari salah seorang dari pada orang berutang utama itu, kecuali dalam hal yang ditentukan pada ayat 2 dari pasal 6 dari reglemen tentang aturan hakim dan mahkamah serta kebijaksanaan kehakiman (R.O.).
  • 25. 3. Bilamana tempat diam dari tergugat tidak dikenal, lagi pula tempat tinggal sebetulnya tidak diketahui, atau jika tergugat tidak dikenal, maka surat gugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal penggugat atau salah seorang dari pada penggugat, atau jika surat gugat itu tentang barang gelap, maka surat gugat itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa terletak barang itu. 4.Bila dengan surat syah dipilih dan ditentukan suatu tempat berkedudukan, maka penggugat,jika ia suka, dapat memasukkan surat gugat itu kepada ketua pengadilan negeri dalam daerah hukum siapa terletak tempat kedudukan yang dipilih itu.
  • 27. Contoh Putusan Memperhatikan Pasal 4 sampai dengan Pasal 6 jo. Pasal 69 UU 15/2001 tentang Merek Mengadili: Dalam Eksepsi: Menolak Eksepsi Tergugat I dan Tergugat II Dalam Pokok Perkara: Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya Menghukum Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp.731.000 (Putusan Nomor 15/Pdt.Sus- HKI/2015/PN. Niaga. Jkt.Pusat
  • 28. Alat Bukti HAPER “ Barangsiapa mengatakan mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, haruslah membuktikan adanya perbuatan itu.” (Ps. 283RBg/163 HIR) Pasal 1866 Kuh.Per jo. 164 HIR: • Bukti Tulisan • Keterangan Saksi • Persangkaan • Pengakuan • Sumpah
  • 29. Bukti Tulisan Alat bukti tertulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. “ (Sudikno Mertokusumo) Akta Otentik/ Acte Ambtelijk : suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang- undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai- pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya (Ps.1868 Kuh.Per); Akta Bawah Tangan
  • 30. Saksi Dasar Hukum Pasal 165 RBg/139 HIR sampai dengan Pasal 179 RBg/152 HIR tentang pemeriksaan saksi, Pasal 306 RBg/169 HIR sampai dengan Pasal 309 RBg/172 HIR tentang keterangan saksi, serta dalam Pasal 1895, Pasal 1902 sampai dengan Pasal 1912 KUHPerdata Yang tidak boleh jadi saksi: Keluarga sedarah/keluarga karena perkawinan; suami/isteri; anak-anak yang belum berusia 15 tahun, orang gila (Pasal 146 HIR)
  • 32. Pengakuan Dasar Hukum Pasal 311 RBg/174 HIR, Pasal 312 RBg/175 HIR, Pasal 313 RBg/176 HIR serta Pasal 1923 sampai dengan Pasal 1928 KUHPerdata. Pengakuan mutlak. Contoh: X meminjam uang 1 M ke Y
  • 33. Sumpah diatur dalam Pasal 182 sampai dengan Pasal 185 RBg/Pasal 155 sampai dengan Pasal 158 HIR, Pasal 314 RBg/Pasal 177 HIR, Pasal 1929 sampai dengan Pasal 1945 KUHPerdata. Sumpah oleh salah satu pihak memerintahkan kepada pihak lawan untuk menggantungkan putusan perkara kepadanya, yakni sumpah pemutus ( sumpah decissoir ) Sumpah penambah (suppletoir), dan sumpah penaksir (taxatoir). Diatur dalam Pasal 155HIR jo.1940 Kuh.Per
  • 34. Macam – macam Putusan : ◦ Putusan Sela / Putusan Antara ◦ Putusan Akhir Putusan Sela/Putusan Antara (Psl 185 (1) HIR atau Psl 48 Rv) ◦ Hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir, pada saat proses pemeriksaan berlangsung. ◦ Putusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berperkara untuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara sebelum menjatuhkan putusan akhir. Macam-Macam Putusan
  • 35. Putusan Sela Berdasarkan Ps. 48 RV, ada 2 macam putusan sela: ◦ Putusan Preparatoir bertujuan sebagai persiapan jalannya pemeriksaan. Misalnya sebelum hakim memulai pemeriksaan terlebih dahulu diterbitkan putusan preparatoir ttg tahap-tahap proses atau jadwal persidangan. “Timetable Program” di Inggris. ◦ Putusan Interlocutoir : putusan hakim dengan mana sebelum dijatuhkan putusan, diperintahkan mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu yang dapat mempengaruhi bunyi putusan akhir, misalnya a. Putusan interlocutoir yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli (Psl 154 HIR) b. Memerintahkan pemeriksaan setempat (Psl 153 HIR) c. Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah (Psl 155 HIR). d. Memerintahkan pemanggilan saksi (Psl 139 HIR) e. Memerintahkan pemeriksaan pembukuan perusahaan yang terlibat dalam sengketa oleh akuntan publik yang independen.
  • 36. Putusan Sela Berdasarkan Ps. 332 RV, ada 2 macam putusan : ◦ Putusan Insidentil: putusan yang berhubungan dengan insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa. Putusan ini belum berhubungan dengan pokok perkara, misalnya putusan yang membolehkan seseorang ikut kerja dalam perkara. ◦ Putusan Provisionil: putusan yang bersifat sementara yang berisi tindakan sementara menunggu sampai putusan akhir dijatuhkan. Putusan provisi tidak boleh mengenai materi pokok perkara tetapi hanya terbatas pada tindakan sementara berupa larangan melanjutkan kegiatan, misalnya melarang meneruskan pembangunan di atas tanah berperkara.
  • 37. Putusan Akhir Ditinjau dari segi sifatnya, terdapat beberapa jenis putusan yang dapat dijatuhkan oleh Hakim, sbb: 1. Putusan Declaratoir: putusan yang isinya bersifat menerangkan atau menyatakan apa yang sah, misal : menerangkan bahwa anak yang menjadi sengketa adalah anak yang lahir dalam perkawinan yang sah. 2. Putusan Constitutif: putusan yang meniadakan atau menciptakan keadaan hukum baru. Misal: pemutusan perkawinan, pengangkatan anak, pernyataan pailit, pemutusan perjanjian. 3. Putusan Condemnatoir : putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi atau membayar sejumlah uang tertentu.
  • 38. Gugurnya Gugatan Penggugat Dasar Hukum: Pasal 124 HIR & Pasal 77 Rv Gugatan yang telah diajukan oleh penggugat dapat menjadi “gugur” apabila penggugat tidak hadir dalam persidangan setelah dilakukan pemanggilan oleh pengadilan secara patut, sedangkan tergugat hadir. Hal ini diputuskan untuk kepentingan tergugat yang telah meluangkan waktu untuk datang ke persidangan, mengingat tergugat datang karena telah digugat oleh tergugat. Dengan diputuskannya gugatan penggugat menjadi gugur, maka perkara perdata tersebut dianggap selesai. Penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara.
  • 40. Upaya Hukum Biasa Perlawanan (Verzet): Perlawanan merupakan upaya hukum terhadap putusan yang dijatuhkan diluar hadirnya tergugat (pasal 125 ayat 3 jo. 129 HIR, 149 ayat 3 jo. 153 Rbg). Jangka waktu mengajukan 14 hari; Banding ke Pengadilan Tinggi Kasasi ke Mahkamah Agung – hukumnya dianggap salah; lalai mencantumkan irah-irah putusan. Jangka waktu 14 hari
  • 41. Upaya Hukum Luar Biasa Upaya hukum terhadap putusan tingkat akhir dan putusan yang dijatuhkan di luar hadir tergugat (verstek), dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk mengajukan perlawanan Alasan: ◦ Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat ◦ Ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak ditemukan. ◦ Ultra Petita ◦ Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya. ◦ Hakim khilaf/keliru Dasar hukum: Pasal 67 UU No. 14/1985, jo Peraturan MA No. 1/1982.
  • 42. Deden Verzet (perlawanan dari pihak ketiga) salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata yang bukan pihak dalam perkara yang bersangkutan, tetapi merasa dirugikam oleh putusan pengadilan Merupakan upaya hukum atas penyitaan milik pihak ketiga (Yahya Harahap, 2009 )