Dokumen tersebut membahas tentang penerapan manajemen strategis dalam mengembangkan profesionalitas dosen di Universitas Islam Indonesia. UII dijelaskan sebagai perguruan tinggi Islam terkemuka yang berupaya meningkatkan kualitas dosen melalui berbagai program pengembangan. Manajemen strategis dianggap penting untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien.
1. MANAJEMEN STRATEGIS DAN TANTANGAN GLOBAL LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI RELEVANSI DUNIA KERJA
INTERNASIONAL
(Kajian Human Resource Management di Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta)
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian semester
Mata Kuliah Manajemen Strategik
Dosen :
Prof. Dr. H. Hafzi Ali, MM
Dr. Armida, M.Pd
Oleh
Hendriyadi
NIM. DMP. 17.184
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
MANAJEMEN STRATEGIS DAN TANTANGAN GLOBAL LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI RELEVANSI DUNIA KERJA
INTERNASIONAL
(Kajian Human Resource Management di Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta)
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian semester
Mata Kuliah Manajemen Strategik
Dosen :
Prof. Dr. H. Hafzi Ali, MM
Dr. Armida, M.Pd
Oleh
Hendriyadi
NIM. DMP. 17.184
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
MANAJEMEN STRATEGIS DAN TANTANGAN GLOBAL LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI RELEVANSI DUNIA KERJA
INTERNASIONAL
(Kajian Human Resource Management di Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta)
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian semester
Mata Kuliah Manajemen Strategik
Dosen :
Prof. Dr. H. Hafzi Ali, MM
Dr. Armida, M.Pd
Oleh
Hendriyadi
NIM. DMP. 17.184
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan era di mana pengetahuan dan informasi
berkembang bebas tanpa batas. Baik batas etnis, batas negara ataupun yang
lainnya. Sehingga, perubahan dalam kehidupan di muka bumi ini tidak dapat
dihindari lagi. Hal ini terjadi karena masyarakat yang ada tidaklah
bersosialisasi secara lokal saja, melainkan secara internasional. Masyarakat
butuh usaha-usaha untuk dapat bersaing di tingkat internasional dengan tidak
menghilangkan jati dirinya di tengah era globalisasi. Di era globalisasi
terdapat dampak positif dan negatif. Seiring era globalisasi, dunia pendidikan
dihadapkan dengan berbagai masalah yang kompleks. Masalah tersebut
apabila tidak segera diatasi secara tepat, maka dunia pendidikan akan
tertinggal oleh zaman. Kesadaran akan tampilnya dunia pendidikan dalam
memecahkan dan merespon berbagai tantangan pada setiap zaman adalah
suatu keharusan. Hal tersebut dapat dipahami, mengingat dunia pendidikan
merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan
masa depan umat manusia. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan
masa depan umat manusia merupakan kegagalan bagi kelangsungan
kehidupan bangsa.1
Institusi Perguruan Tinggi merupakan organisasi yang memiliki sumber
daya manusia berupa masyarakat intelektual (terpelajar). Perguruan Tinggi
“menjual” scientific people serta jasa konsultasi kepada scientific community
maupun dunia kerja untuk memperoleh benefit berupa kualitas dan reputasi
akademik. Karena itu, manajemen SDM perguruan tinggi memiliki posisi yang
vital dalam membentuk image mutu lulusan maupun mutu perguruan tinggi
secara umum, dengan berorientasi ilmu pengetahuan. Sistem manajemen
1
Fadhil Al-Jamali, Menerobos Krisis Pendidikan Dunia Islam (Jakarta: Golden Terayon
Press, 1992), 19.
3. SDM perguruan tinggi hari ini dituntut untuk semakin efisien, efektif dan
produktif. Kebutuhan organisasi pada manajemen sumber daya manusia
yang semakin bermutu tinggi akan semakin besar pula. Tanpa mengurangi
pentingnya perhatian yang tetap harus diberikan pada manajemen sumber-
sumber organisasional lainnya, tidak bisa disangkal bahwa perhatian yang
besar harus diberikan pada manajemen sumber daya manusia perguruan
tinggi.
Universitas Islam Indonesia (UII) adalah salah satu perguruan tinggi
swasta terkemuka di Indonesia. Terinspirasi oleh semangat nasionalisme dan
berpedoman pada nilai-nilai perennial, UII didirikan satu bulan sebelum
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Untuk memastikan
proses pembelajaran dengan standar tertinggi, UII menempatkan kualitas
sebagai prioritas. Sebagai hasilnya, pada 2013, UII memperoleh akreditasi A
untuk Akreditasi Institusi Pendidikan Tinggi oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi Indonesia, dengan nilai akreditasi yang termasuk tertinggi
di antara universitas swasta lainnya di Indonesia. Selain itu, pada 2012 dan
2014 UII memperoleh penghargaan Indonesia Green Awards pada kategori
Green Campus. Pada 2015, Pemerintah Indonesia menempatkan UII pada
peringkat 10 universitas terbaik di Indonesia untuk kategori manajemen
pendidikan tinggi dan kualitas organisasional.
Pada tahun 2016, UII merupakan perguruan tinggi swasta yang
menduduki peringkat tertinggi dalam hal kinerja penelitian versi
Kemenristekdikti. Di tahun yang sama, UII juga semakin mengukuhkan kiprah
di level internasional. Salah satunya dibuktikan dengan raihan akreditasi
internasional dari Japan Accreditation Board for Engineering Education
(JABEE) yang diberikan kepada Program Studi Teknik Sipil, serta Program
Studi Akuntansi yang telah diakreditasi oleh ACCA (the Association of
Chartered Certified Accountants). Pada awal tahun 2017, akreditasi
internasional juga diperoleh Program Studi Arsitektur dari Korean
4. Architectural Accrediting Board (KAAB). Akreditasi internasional ini juga
diperoleh Program Studi Teknik Lingkungan dari Accreditation Board for
Engineering and Technology (ABET) dan akan terus diikuti oleh program
studi lain yang saat ini tengah bekerja keras mempersiapkan proses
akreditasi internasional. Pengakuan internasional juga diperoleh UII melalui
tiga bintang dunia versi QS Stars dengan perolehan skor tertinggi di antara
universitas di Indonesia. Rasa syukur kami kian bertambah ketika
Kemenristekdikti menetapkan UII sebagai Perguruan Tinggi Swasta dengan
kinerja Pengabdian Masyarakat yang terbaik di Indonesia.
Seiring dengan cita-cita untuk menjadi universitas kelas dunia, UII
membangun jejaring yang luas dengan universitas-universitas ternama,
antara lain Universiti Kebangsaan Malaysia; Hokkaido University, Jepang;
Solbridge International Business School, Korea; The University of Hawaii at
Manoa, Amerika Serikat; dan Saxion University of Applied Sciences, Belanda,
di antara banyak mitra universitas lainnya. Hasil dari inovasi begitu beragam.
Lebih dari 87.000 alumni UII telah berkarir di Indonesia dan dunia pada
berbagai bidang dan berbagai cara dengan tetap mempertahankan
profesionalisme dan nilai-nilai etika, di mana visi UII berlabuh.
Berdasarkan paparan diatas dapat dikatakan UII adalah salah satu
perguruan tinggi Islam yang terus memperbaiki kualitas mutu baik secara
input-proses-output. Hal tersebut tentu tidak terlapas dari system manajemen
yang dibangun di UII dan SDM yang ada. Untuk mendapatkan SDM (dosen)
yang profesional, diperlukan Strategic Management for Educational
Management atau manajemen strategik untuk pendidikan, yang mempunyai
prinsip meliputi perencanaan (formulating) strategi, penerapan
(Implementing) strategi, evaluasi (evaluating) strategi sebagai salah satu cara
5. yang bisa dilakukan dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan sekolah agar
system organisasi sekolah dapat berjalan sesuai degan perencanan.2
Tidak dapat diragukan bahwa untuk mengembangkan perguruan tinggi
diperlukan dosen yang profesional. Hasil-hasil penelitian menunjukkan
profesionalitas dosen merupakan salah satu syarat utama keberhasilan
pengembangan perguruan tinggi. UII sebagai perguruan tinggi swasta telah
membuktikan eksistensinya sebagai perguruan tinggi yang mampu bersaing
bersaing dikancah globalisasi. Terbukti dengan capain-capaian yang telah
dicapai UII seperti yang telah digambarkan diatas. Disamping itu keberadaan
dosen merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kualitas perguruan
tinggi. Berdasarkan data dokumentasi UII terkait dengan SDM dosen UII
dapat digambarkan sebagaimana berikut:
No Komposisi Dosen Tetap UII Jumlah
1 Professor 14
2 Doktor 157
3 Magister 526
Jumlah 697
Tabel 1.1. Komposisi Dosen Tetap UII Tahun 2017 3
Ketersediaan dosen yang berkualitas sebanyak 10 guru besar, 146
doktor, 526 magister. Disamping itu terdapat 5 orang dosen yang telah
tersertifikasi sebagai Reviewer Dikti.4
Pembinaan bagi dosen juga menjadi
agenda di UII tetap berkelanjutan. UII berkomitmen dan berupaya untuk terus
meningkatkan kualitas dosen yang dimiliki. Dalam hal penelitian dan
pengabdian dosen juga tampak dari tahun 2013-2015 juga mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari table berikut:
No Sumber Pembiayaan
Jumlah Judul
2013 2014 2015 Total
2
Panikkos Poutziouris, ett.all, Handbook of Research on Family Business. (USA, Edward
Elgar Publishing, 2013). hal. 447
3
Dokumentasi UII 2015 Data diolah
4
Informasi dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
6. 1 Pembiayaan sendiri oleh peneliti 73 90 123 288
2 Internal UII 147 186 275 608
3 Ristek-Dikti/Kementerian lain terkait 40 48 60 148
4 Institusi dalam negeri di luar Ristek-
Dikti/Kementerian lain terkait 19 27 32 78
5 Institusi luar negeri 4 33 38 75
Total 283 384 528 1197
Table 1.1. Penelitian Dosen Tetap UII 5
Dalam mencapai tujuan institusi pendidikan tinggi, diperlukan alat
yang berperan sebagai akselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat
tercapai secara efektif dan efisien.6
Sejalan dengan hal tersebut strategi
diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya
konsep strategi mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Penggunaan strategi dalam pendidikan ini harus sesuai dengan relevansi
kebutuhan dan tuntutan zaman. Dalam hal mengembangkan profesionalitas
dosen, salah satunya dengan menggunakan strategi atau kiat yang dikelola
secara efektif, yang dalam pendidikan populer dikenal dengan sebutan
manajemen strategik.
Menurut Wheelen dan Hunger manajemen strategi adalah “... That set
of managerial decisions and actions that determines the long-run
performance of a corporation.”7
Manajer yang efektif menyadari bahwa
manajemen strategis sangat berperan dalam organisasi, terutama
menyangkut kinerjanya. Manajemen strategis merupakan tugas penting
manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-fungsi dasar manajamen.
Wheelen dan Hungger membagi empat tahapan proses manajemen
strategi yaitu pemeriksaan lingkunga (environmental scaning), perumusan
strategi (strategi formulation), penerapan strategi (implementation strategy),
5
Dokumentasi UII data diolah
6
Akdon, Strategic Management for Educational Management. (Bandung: Alfabeta 2011). hal.
2
7
Wheelen, J & David Hunger, Strategic Management And Business Policy, (USA, Pearson
Education, 2012), hal. 3
7. dan pengendalian dan control (evaluation and control).8
Elemen-elemen
dasar diatas dapat dijabarkan sehingga model dari manajemen strategis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.1. Model Manajemen Strategi Wheelen dan Hungger
Berdasarkan model yang ditawarkan oleh Wheelen dan Hungger,
perguruan tinggi yang ingin mengembangkan SDM nya (dosen) diawali dari
proses pengumpulan informasi dan analisas terhadap lingkungan eksternal
dan internal. Analisis lingkungan eksternal termasuk diantaranya; situasi
social, tantangan kedepan, dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan.
Analisis lingkungan eksternal masuk di dalamnya: kekuatan organisasi,
budaya organisasi dan sumber daya organisasi. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan visi misi lembaga, perencanaa stragis yang akan dilakukan dan
kebijakan lembaga dalam menetapkan keputusan program yang akan
dilaksanakan. Langkah berikutnya adalah menyusun dan melaksanakan
program menyiapkan anggaran dan menyiapkan prosedur yang akan
8
Ibid hal. 15
dan pengendalian dan control (evaluation and control).8
Elemen-elemen
dasar diatas dapat dijabarkan sehingga model dari manajemen strategis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.1. Model Manajemen Strategi Wheelen dan Hungger
Berdasarkan model yang ditawarkan oleh Wheelen dan Hungger,
perguruan tinggi yang ingin mengembangkan SDM nya (dosen) diawali dari
proses pengumpulan informasi dan analisas terhadap lingkungan eksternal
dan internal. Analisis lingkungan eksternal termasuk diantaranya; situasi
social, tantangan kedepan, dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan.
Analisis lingkungan eksternal masuk di dalamnya: kekuatan organisasi,
budaya organisasi dan sumber daya organisasi. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan visi misi lembaga, perencanaa stragis yang akan dilakukan dan
kebijakan lembaga dalam menetapkan keputusan program yang akan
dilaksanakan. Langkah berikutnya adalah menyusun dan melaksanakan
program menyiapkan anggaran dan menyiapkan prosedur yang akan
8
Ibid hal. 15
dan pengendalian dan control (evaluation and control).8
Elemen-elemen
dasar diatas dapat dijabarkan sehingga model dari manajemen strategis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.1. Model Manajemen Strategi Wheelen dan Hungger
Berdasarkan model yang ditawarkan oleh Wheelen dan Hungger,
perguruan tinggi yang ingin mengembangkan SDM nya (dosen) diawali dari
proses pengumpulan informasi dan analisas terhadap lingkungan eksternal
dan internal. Analisis lingkungan eksternal termasuk diantaranya; situasi
social, tantangan kedepan, dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan.
Analisis lingkungan eksternal masuk di dalamnya: kekuatan organisasi,
budaya organisasi dan sumber daya organisasi. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan visi misi lembaga, perencanaa stragis yang akan dilakukan dan
kebijakan lembaga dalam menetapkan keputusan program yang akan
dilaksanakan. Langkah berikutnya adalah menyusun dan melaksanakan
program menyiapkan anggaran dan menyiapkan prosedur yang akan
8
Ibid hal. 15
8. dilaksanakan. Langkah terahir adalah manajemen strategis adalah evaluasi
terhadap kegiatan-kegaiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan adalah
mengukur dan menilai capaian-capaian kegiatan yang hasilnya digunakan
sebagai landasan untuk memperbaiki program-program yang telah
dilaksanakan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka, pertanyaan besar dalam
penelitian ini mengapa peran SDM dosen UII menjadi penting untuk selalu
ditingkatkan kualitasnya. Dalam kajian ini akan membahas tentang
manajemen strategic yang dilakukan oleh UII dalam human resource
management. Dalam hal ini terfokus pada dosen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Analisis lingkungan UII dalam Human Resource
Management (dosen)
2. Bagaimana Strategi Formulasi UII dalam Human Resource Management
(dosen)
3. Bagaimana Strategi Implementasi UII dalam Human Resource
Management (dosen)
4. Bagaimana Strategi Evaluasi UII dalam Human Resource Management
(dosen)
C. Kegunaan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Strategi Analisis lingkungan UII dalam Human
Resource Management (dosen)
2. Untuk Mengetahui Formulasi UII dalam Human Resource Management
(dosen)
3. Untuk Mengetahui Strategi Implementasi UII dalam Human Resource
Management (dosen)
10. BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan tentang Manajemen Strategsi
1. Pengertian Manajemen Strategik
Manajemen strategik merupakan rangkaian dua kata yang terdiri dari
kata “manajemen” dan “strategi”, di mana masing-masing kata tersebut
memiliki pengertian tersendiri, dan setelah dirangkaikan menjadi satu
pemahaman secara terminologi. Manajemen secara sederhana dapat
diartikan sebagai serangkaian proses yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan (planing), pengorganisasian (orgaanizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controling).
Pengertian tersebut sebagaimana dipaparkan oleh Terry dalam Didin
sebagai berikut:
Manajement is adistinct process consisting of planing, organizing,
actuating and controling performed to determine and accomplish staed
objektives by the use of human being and othern resources.9
Tindakan-tindakan Planing, organising, actuating dan controling
tersebut merujuk pada fungsi-fungsi dalam manajemen. Manajememen
hakikatnya adalah pengaturan yang banyak terdapat dalam ayat-ayat al
Qur’an seperti terdapat pada dua ayat yaitu Qur’an surat as Sajdah (32)
ayat 5 dan surat Yunus (10) ayat 31 berikut ini:
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu.10
9
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Arruz Media, 2012), hal. 26.
11.
Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan
bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah".
Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"11
Ahmad al Syawi dalam Imron Fauzi memberikan penafsiran bahwa
Allah SWT adalah pengatur alam (manajer).12
Keteraturan yang terjadi di
jagad raya ini merupakan bukti kebesaran Allah dalam mengelola alam, yang
merupakan manajemen sang Kholiq.
Murniati dan Usman mengatakan bahwa manajemen strategik
merupakan kegiatan yang harus diselesaikan oleh manajemen puncak
bersama personil secara terus menerus, dan merupakan siklus yang mampu
melahirkan keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi
dengan kebutuhan lingkungan.13
Manajemen strategi dikenal sebagai ilmu
tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya.14
Manajemen
strategi adalah perpaduan manajemen, pemasaran, akunting, operasi
penelitian, dan pengembangan serta sistem informasi untuk mencapai
keberhasilan organisasi.15
Manajemen Strategi adalah perencanaan berskala
10
Anonim, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil al-Qur’an), hal. 415.
11
Ibid., hal. 212.
12
Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rosulullah, (Jakarta: Ar-Rus Media, 2012), hal.
68-69.
13
Muniarti dan Nasir Ustman, Implementasi Manajemen Strategik dalam Pemberdayaan
Sekolah Menengah Kejuruan, (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2013). hal. 37
14
Ordonez de Pablos dan Patricia, International Business Strategy and Entrepreneurship: An
Information Technology Perspective (USA. Business Sience Reference, 2014) hal. 138
15
Jeffrey S. Harrison, Caron H. St. John, Foundations in Strategic Management, (Canada,
Cengage Learning, 2013) hal. 8
12. besar (disebut perencanaan strategik) yang berorientasi pada jangkauan
masa depan yang jauh (visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen
puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (misi) dalam usaha
menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang
atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan dengan diarahkan pada
optimalisasi pencapaian tujuan (tujuan strategik) dan berbagai sasaran
(tujuan operasional) organisasi.16
Deskripsi tersebut menjelaskan bahwa manajemen strategik
merupakan manajemen yang berkaitan dengan upaya memutuskan
persoalan strategi, perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dapat
dilaksanakan dalam wujud implementatif. Manajemen strategik merupakan
suatu sistem yang sebagai satu kesatuan mamiliki berbagai komponen yang
saling mempengaruhi dan bergerak secara bersama-sama kearah yang
sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan strategik (Renstra)
dengan unsur-unsur yang terdiri dari visi, misi, tujuan strategik dan strategi
utama (induk) organisasi. Sedang komponen kedua adalah perencanaan
operasional (Renop) dengan unsur-unsur sasarannya atau tujuan
operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran,
kebijaksanaan situasional, jaringan kerja (network) internal dan eksternal,
fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik (feed-back).
Dari deskripsi tersebut jelaslah bahwa suatu organisasi hendaknya
mampu mengimplementasikan konsep-konsep manajemen strategik dalam
lingkungan organisasi. Karena pada hakekatnya manajemen strategik
bertujuan agar organisasi memiliki produktivitas yang tinggi sehingga tujuan
organisasi tercapai secara efektif.
16
Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, Robert E Hoskissin. Concepts Strategik Management
Competetiviness & Globalization (New York, Change Learning, 2011). hal. 6
13. Dari beberapa pengertian manajemen strategik tersebut diatas dapat
disimpulkan beberapa karakteristik manajemen strategik sebagai berikut:
1) Manajemen Strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala
besar dalam arti mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah
organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategik (Renstra)
yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional (Renop), yang
kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek
tahunan.
2) Renstra berorientasi pada jangkauan masa depan, untuk organisasi non
profit (pendidikan) 1 tahun (jangka pendek), 5 tahun (jangka menengah),
10 tahun (jangka panjang).
3) Visi, Misi, pemilihan strategik yang dihasilkan strategik induk (utama), dan
tujuan strategik organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan
dalam merumuskan Renstra, namun dalam teknik penempatannya
sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan
tersebut terdapat di dalamnya
4) Renstra dijabarkan menjadi Renop yang antara lain berisi program-
program operasional termasuk proyek-proyek dengan sasaran jangka
sedang masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak.
Sondang mengutip pendapat Richard Vancil, bahwa Strategi sebuah
organisasi, atau sub unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah
konseptualisasi dinyatakan atau diimplikasikan oleh pemimpin organisasi
yang bersangkutan berupa: 1). Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-
tujuan organisasi tersebut. 2). Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan,
yang atau di tetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari
pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi yang
bersangkutan, dan 3). Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka
pendek dan telah ditetapkan dengan ekspektasi akan diberikannya
sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi
14. tersebut.17
Sebuah organisasi sekolah dapat meraih suatu keunggulan
apabila sekolah dapat memanfaatkan peluang-peluang didalam lingkungan,
yang memunkinkannya menarik keuntunngan-keuntungan dari kekuatan
yang dimiliki sekolah.
Berdasarkan pengertian dan karakteristiknya dapat disimpulkan bahwa
manajemen strategik memiliki beberapa dimensi atau bersifat
multidimensional. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah:
1) Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
2) Dimensi Alokasi Dana, Sarana dan Prasarana
3) Dimensi Waktu Keputusan Strategik
4) Dimensi Orientasi Masa Depan
5) Konsekuensi Isu Strategik Yang Multifaset
6) Dimensi Lingkungan Eksternal.18
Implementasai strategi dalam menajemen melibatkan upaya besar yang
bertujuan mentransformasikan tujuan strategik kedalam aksi yaitu
penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategik
apabila tidak diimplementasikan dengan baik tentu saja strategi itu tidak akan
bermakna dalam lingkungan organisasi pendidikan. Oleh karena itu,
kemampuan kepala sekolah dan personal sekolah lainnya untuk
implementasi suatu strategi dalam manajemen pendidikan merupakan hal
yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin dan tenaga kependidikan sebagai bawahannya yang
menjadi perpanjangan tangan dari kepala sekolah dalam urusan manajemen
dan administrasi di sekolah.
2. Proses Manajemen Strategis
Manajemen strategik merupakan suatu proses terus-menerus dan
walaupun pada waktunya harus dipilih titik-titik yang berlainan dengan
17
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). hal. 18-20
18
Ibid
15. maksud untuk mengambil keputusan.19
Menurut Wheelen dan Hunger
manajemen strategi adalah “... That set of managerial decisions and actions
that determines the long-run performance of a corporation.”20
Manajer yang
efektif menyadari bahwa manajemen strategis sangat berperan dalam
organisasi, terutama menyangkut kinerjanya. Manajemen strategis
merupakan tugas penting manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-
fungsi dasar manajamen.
Wheelen dan Hungger membagi empat tahapan proses manajemen
strategi yaitu pemeriksaan lingkunga (environmental scaning), perumusan
strategi (strategi formulation), penerapan strategi (implementation strategy),
dan pengendalian dan control (evaluation and control).21
Elemen-elemen
dasar diatas dapat dijabarkan sehingga model dari manajemen strategis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Model Manajemen Strategi Wheelen dan Hungger
1) Pengamatan lingkungan (Enviromental Scanning)
19
R. Edward Freeman, Strategic Management: A Stakeholder Approach (New York,
Cambridge University Press, 2015) hal 85
20
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Strategic Management And Business Policy, (USA,
Pearson Education, 2012), hal. 3
21
Ibid hal. 15
maksud untuk mengambil keputusan.19
Menurut Wheelen dan Hunger
manajemen strategi adalah “... That set of managerial decisions and actions
that determines the long-run performance of a corporation.”20
Manajer yang
efektif menyadari bahwa manajemen strategis sangat berperan dalam
organisasi, terutama menyangkut kinerjanya. Manajemen strategis
merupakan tugas penting manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-
fungsi dasar manajamen.
Wheelen dan Hungger membagi empat tahapan proses manajemen
strategi yaitu pemeriksaan lingkunga (environmental scaning), perumusan
strategi (strategi formulation), penerapan strategi (implementation strategy),
dan pengendalian dan control (evaluation and control).21
Elemen-elemen
dasar diatas dapat dijabarkan sehingga model dari manajemen strategis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Model Manajemen Strategi Wheelen dan Hungger
1) Pengamatan lingkungan (Enviromental Scanning)
19
R. Edward Freeman, Strategic Management: A Stakeholder Approach (New York,
Cambridge University Press, 2015) hal 85
20
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Strategic Management And Business Policy, (USA,
Pearson Education, 2012), hal. 3
21
Ibid hal. 15
maksud untuk mengambil keputusan.19
Menurut Wheelen dan Hunger
manajemen strategi adalah “... That set of managerial decisions and actions
that determines the long-run performance of a corporation.”20
Manajer yang
efektif menyadari bahwa manajemen strategis sangat berperan dalam
organisasi, terutama menyangkut kinerjanya. Manajemen strategis
merupakan tugas penting manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-
fungsi dasar manajamen.
Wheelen dan Hungger membagi empat tahapan proses manajemen
strategi yaitu pemeriksaan lingkunga (environmental scaning), perumusan
strategi (strategi formulation), penerapan strategi (implementation strategy),
dan pengendalian dan control (evaluation and control).21
Elemen-elemen
dasar diatas dapat dijabarkan sehingga model dari manajemen strategis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Model Manajemen Strategi Wheelen dan Hungger
1) Pengamatan lingkungan (Enviromental Scanning)
19
R. Edward Freeman, Strategic Management: A Stakeholder Approach (New York,
Cambridge University Press, 2015) hal 85
20
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Strategic Management And Business Policy, (USA,
Pearson Education, 2012), hal. 3
21
Ibid hal. 15
16. Pengamatan lingkungan adalah memonitor, mengevaluasi, dan
mencari informasi dari lingkungan eksternal maupun internal bagi orang-
orang penting dalam perusahaan.22
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor strategis elemen eksternal dan internal yang akan menentukan
masa depan perusahaan. Penyusunan strategi, khususnya perencanaan
strategis atau perencanaan jangka panjang biasanya berkaitan dengan visi,
misi dan kebijaksanaan suatu instansi. Biasanya penyusunan strategi dimulai
dengan melakukan analisa situasi untuk mendapatkan kesesuaian antara
peluang eksternal dan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan
kelemahan internal.23
Salah satu alat yang paling sering digunakan dalam analisa situasi
adalah analisa SWOT. SWOT merupakan singkatan dari Strengths
(kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) internal dari suatu instansi, serta
Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) dalam lingkungan yang
dihadapi suatu instansi.24
Analisa SWOT merupakan cara sistematik untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor ini. Analisa ini didasarkan pada asumsi
bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan
peluang, dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisa SWOT bukan
hanya mengidentifikasi kompetensi (kemampuan dan sumber daya) yang
dimiliki perusahaan, tetapi juga mengidentifikasi peluang yang belum
dilakukan oleh perusahaan karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki dampak yang
sangat besar atas rancangan suatu strategi yang handal.
Analisis SWOT diterangkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an yaitu
Surat Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
22
Ismail Solihin, Manajemen Strategi, (Jakarta, Erlangga, 2012) hal. 78
23
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Opcit, hal. 9
24
Aimee Heene dkk, Manajemen Strategik Keorganisasian Publik, (Bandung, PT Rafika
Aditama, 2015). hal. 148
17.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT. Dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”25
Ayat tersebut adalah ayat yang mengharuskan kita umat Islam untuk
merencanakan apa yang akan diperbuat untuk masa depan. Dalam proses
perencanaan, manusia harus dapat memprediksi, mengukur kelemahan,
kekuatan, kesempatan dan ancaman serta memperhatikan keadaan
lingkungan dimana dia berada. Ketika Allah memerintahkan untuk
merencanakan masa depan, maka secara tidak langsung kita juga harus
melakukan analisis SWOT dalam kehidupan ini.
Adapun penjelasan yang lebih rinci tentang SWOT dari masing-masing
faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kekuatan (Strengths): Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau
keunggulan-keunggulan lain, relatif terhadap pesaing dan kebutuhan
pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan
adalah komparatif bagi perusahaan di pasar.
b) Kelemahan (Weaknesses): Kelemahan adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang
secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan.
c) Peluang (Opportunities): Peluang adalah suatu situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-
kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.
d) Ancaman (Threats): Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang maupun yang diinginkan perusahaan.
25
Anonim, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil al-Qur’an), hal. 548
18. Dari analisa SWOT yang telah dilakukan, selanjutnya kita dapat
menghasilkan beberapa alternatif strategi yang mungkin dapat diterapkan.
Komponen SWOT ini dapat digunakan lebih lanjut dalam pembuatan matriks
SWOT (SWOT matrix) atau lebih dikenal dengan sebutan matriks TOWS
(TOWS matrix).26
Matriks TOWS dapat mengilustrasikan peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi suatu perusahaan dapat dipadukan dengan
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan tersebut. Adapun hasilnya
adalah empat alternatif strategi, yaitu sebagai berikut:
a) Strengths-Opportunities (S-O Strategies) yaitu strategi yang dilakukan
dengan cara mempergunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang di luar perusahaan.
b) Strengths-Threats (S-T Strategies) yaitu strategi yang dilakukan dengan
cara mempergunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman dari luar perusahaan.
c) Weaknesses-Opportunities (W-O Strategies) yaitu strategi yang dilakukan
dengan cara mengatasi kelemahan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang di luar perusahaan.
d) Weaknesses-Threats (W-T Strategies) yaitu strategi yang dilakukan
dengan cara mengurangi kelemahan internal perusahaan dan
menghindari ancaman eksternal.
26
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Opcit, hal 144
19. Gambar 2.2 Matrik TWOS David Hungger dan Wheelen
Manajemen strategi pada dasarnya adalah konsep manajemen yang
digunakan untuk survive dan bersaing.27
Dalam bidang pelayanan
pendidikan, manajemen strategi digunakan untuk memberikan pelayanan
yang sebaik-baik mungkin sehingga kualitas pelayanan pendidikan dapat
terus dinikmati oleh para siswa. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya
dengan mutu atau kualitas. Dengan adanya manajemen strategi,
profesionalisme tenaga kependidikan sangat diharapkan. Polanya adalah
tenaga kependidikan adalah sebagai pelayan pendidikan yang harus
memberikan pelayanan prima terhadap peserta didik. Tentang kualitas dan
pelayanan Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 267:
27
Michael et.all, Strategy Management: Concepts and Cases: Competitiveness and
Globalization (Canada; Cengage, 2015) hal. 3
20. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bersedekahlah dari sebaik-baik hasil
usahamu dan dari apa yang kami tumbuhkan untukmu dari bumi. Dan
jangan sengaja memilih yang busuk untuk kamu sedekahkan,
padahal kamu sendiri tidak mau menerimanya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.28
Berdasarkan ayat di atas, Islam mengajarkan bila ingin memberikan
hasil usaha yang baik berupa barang maupun pelayanan atau jasa
hendaknya memberikan yang berkualitas, jangan memberikan yang buruk
atau tidak berkualitas kepada orang lain. Islam mengajarkan kualitas
pelayanan yang baik harus dilaksanakan pada segala kegiatan termasuk
kegiatan pelayanan di sekolah.
2) Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang
untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat
dari kekuatan dan kelemahan organisasi.29
Setelah mengetahui yang menjadi
ancaman yang dihadapi organisasi, peluang atau kesempatan yang dimiliki,
serta kekuatan dan kelemahan yang ada pada organisasi, maka selanjutnya
kita dapat menentukan atau merumuskan strategi organisasi.
Strategi perusahaan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
perusahaan dan tingkatan tugas. Dilihat dari jenis perusahaan, ada strategi
perusahaan konglomerasi yang memiliki beberapa Strategic Bussiness Unit
(SBU), dan strategi perusahaan kecil dan hanya memiliki satu SBU.
Sedangkan dilihat dari tingkatan tugas, strategi dapat diklasifikasikan
menjadi: strategi generik (generic strategy), strategi utama/induk (grand
strategy), dan strategi fungsional.30
28
Anonim, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Bandung: Syaamil al-Qur’an)hal. 35
29
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Ibid, hal 12
30
Huesein Umar, Manajemen Strategik In Action, (Jakarta, PT Gramedia Utama, 2015) hal.
31
21. a) Strategi Generik
Menurut Porter strategi generik adalah suatu pendekatan strategi
perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis.31
Dalam praktek, setelah perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk
implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penemuan strategi
yang lebih operasional. Kemudian Wheelen dan Hunger (2002:33) membagi
strategi generik ini menjadi 3 macam yaitu, 1) strategi stabilitas, 2) strategi
ekspansi, 3) strategi penciutan. 32
Dalam hal organisasi sekolah strategi generic merupakan visi dari
lembaga sekolah.33
Visi mendorong anggota organisasi sekolah ingin
merealisasikan. Visi adalah keadaan masa datang yang diinginkan
organisasi.34
Oleh karena itu adalah cara pandang yang menyeluruh dan
futuristik terhadap pernyataan menjadi organisasi seperti apa dalam 5 tahun
mendatang.
b) Strategi induk
Strategi induk merupakan strategi yang lebih operasional dan
merupakan tindak lanjut dari strategi generik. Dalam hal orgaanisasi sekolah,
strategi induk bisa berupa misi dan tujuan dan program kerja. Misi merupakan
perwujudan yang lebih jauh daripada visi.35
Hill, Jones dan Schilling
berpendapat bahwa misi adalah “the purpose of the company, or statement of
what the company strives to do”36
Menurut Akdon, misi adalah pernyataan
31
Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, Robert E. Hoskisson, Strategic Management: Concepts:
Competitiveness and Globalization (USA, Cengage Learning, 2016). hal. 243
32
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Opcit, hal 33
33
Gabriel Amin, Strategi Manajemen (Surabaya: CV Citra Media, 2013) hal. 27
34
Brennan dan Sisk, Strategic Management a Practical Guide, (India, Cognelia, 2015) hal.
14
35
Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung, Refika Aditama, 2013)
hal. 55
36
Hiil, Jones, Schilling, Strategic Management An Integrated Approach, (USA, Change
Learning, 2007) hal. 30
22. mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dimasa datang.37
Dalam proses perumusan visi dan misi sekolah kepala sekolah harus
mempertimbangkan masukan-masukan dari pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap organisasi. Pihak yang berkepentingan bisa dari
dalam organisasi yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan karyawan.
Sedangkan dari luar terdiri dari masyarakat sekitar, komite sekolah. Masing-
masing pihak ini menuntut kepala sekolah harus mampu mengakomodir
semua kepentingan baik dari dalam maupun dari luar agar kepentingan
tersebut tercermin dalam perumusan misi organisasi.
Untuk menjalankan visi dan misi sekolah, kepala sekolah harus
menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam rangka menetapkan
standar yang harus dipenuhi sebagai tolok ukur keberhasilan sebuah misi.
Tujuan harus diungkapkan secara jelas, kongkrit menyatakan apa yang akan
dicapai dan kapan tujuan dapat dicapai, sehingga dapat diterjemahkan
kedalam sasaran operasional
Tujuan adalah suatu pernyataan kualitatif mengenai keadaan/hasil
yang ingin dicapai dimasa yang akan datang.38
Atau dengan kata lain
gambaran yang ingin dicapai dalam jangka waktu satu, dua, atau tiga tahun.
Tujuan dibagi menjadi dua yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan
khusus ini bisa disebut tujuan jangka pendek yang berkisar satu tahun.
Sedangkan tujuan umum ini bisa juga disebut jangka panjang yang berkisar
1-5 tahun.
Tujuan khusus difokuskan pada kelangsungan hidup organisasi.
Kelangsungan hidup ini mencakup: memuaskan/melayani konsumen,
meningkatkan pengembangan organisasi, menekan biaya serendah mungkin
dan lain-lain. Sedangkan tujuan umum difokuskan kepada kesejahteraan
37
Akdon, Opcit, hal. 97
38
Gabriel Amin, Opcit hal. 11
23. hidup masyarakat atau meningkatkan partisipasi aktif dari organisasi
terhadap tanggung jawabnya kepada masyarakat.
c) Strategi fungsional
Strategi fungsional merupakan turunan strategi utama dan lebih
bersifat spesifik serta terperinci tentang pengelolaan bidang-bidang
fungsional tertentu, sperti bidang pemasaran, bidang keuangan, bidang SDM,
bidang pelayanan, dan lain sebagainya. Strategi ini berisi bagaimana
mengelola administrasi dan mendukung kebutuhan yang mempengaruhi
efisiensi dan efektivitas organisasi. Strategi fungsional ini sebagai suatu
proses pengelolaan sumber daya organisasi. Untuk lembaga/institusi
sekolah.
3) Implementasi Strategi
Setelah strategi ditentukan dan sasaran jangka panjang ditetapkan,
proses manajemen strategi masih jauh dari selesai. Manajemen strategi
adalah proses yang berkesinambungan. Dimulai dengan perumusan strategi,
dilanjutkan dengan pelaksanaan dan kemudian bergerak kearah peninjauan
kembali dan penyempurnaan strategi itu.39
Para manajer strategi kini beralih ketahap yang baru yang kritis dari
proses tersebut menerjemahkan pemikiran strategik kedalam tindakan
organisasi. Menurut ungkapan yang terkenal mereka beralih dari
“merencanakan kerja mereka” ke “mengerjakan rencana mareka” disaat
meraka menggeser fokus mereka dari formulasi strategi keimplementasi
strategi.40
Pelaksanaan perlu menghimpun sumberdaya, menstruktur
hubungan kerja, memadukan berbagai fungsi dan mengawasi kegiatan-
kegiatan berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan prosedur.
4) Evaluasi Strategi
39
Barry J. McLeish, Successful Marketing Strategies for Nonprofit Organizations (Canada,
Jhons Wiley & Sons. Inc, 2011) hal 156
40
John Pearce, Richard Robinson, Strategic Management, (New York, McGraw-Hill
Education, 2014) hal. 386
24. Setelah strategi selesai dirumuskan dan berhasil diimplementasikan,
proses manajemen strategi belum selesai sampai disini, masih ada satu
pekerjaan lagi yang harus dilakukan yaitu evalausi strategik. Yang
dimaksudkan dengan evaluasi strategik disini adalah usaha-usaha untuk
memonitor hasil-hasil dari pembuatan perumusan (formulasi) dan penerapan
(implementasi) strategi termasuk mengukur kinerja dan organisasi, serta
mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.41
Evaluasi adalah aktivitas memonitoring dan membandingkan hasil
kinerja organisasi dengan kinerja yang diinginkan atau direncanakan.42
Evaluasi adalah tahap proses manajerial mengenai pemeliharaan kegiatan
organisasi dalam batas-batas yang diizinkan yang diukur dari harapa-
harapan. Evaluasi itu saling berkaitan erat dengan perencanaan. Evaluasi
strategi berkaitan dengan proses pelacakan sebuah strategi apakah telah
dilaksanakan dengan mendeteksi masalah-masalah atau perubahan dengan
asumsi dasarnya, dan membuat penyesuaian yang diperlukan.43
B. Tantangan Lembaga Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Kata lembaga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah badan
(organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau
melakukan usaha. Sedangkan yang dimaksud pendidikan Islam menurut
Omar Muhammad Al Toumy Al Syaebani adalah “sebagai proses mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan alam sekitarnya melalui interaksi yang dilakukan
oleh individu tersebut”.44
Jadi, yang dimaksud dengan lembaga pendidikan
41
Fremont E Kast, James E Rosenzwing, Organisasi dan Manajemen, ter. A Hasyim Ali
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015 cet. X), hal. 729
42
Jorge Casillas, Francisco J. Martínez, Management Intelligent Systems (New York,
Spinger, 2012) hal 11
43
Jhon A Pearce, Richard B Robinson, Opcit, hal. 398
44
Muhammad, Omar. "al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah Indonesia
oleh Langgulung, Hasan." (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) hal. 57
25. Islam adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu kearah yang
lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dan perubahan
yang dimaksud tentu dilandasi dengan nilai-nilai Islami.
Berbicara tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam, memang
terdapat banyak jenis dan bentuknya. Secara garis besar ada tiga macam
bentuk lembaga pendidikan Islam, yaitu: lembaga pendidikan informal,
lembaga pendidikan non formal dan lembaga pendidikan formal. Akan tetapi,
dalam konteks pembahasan mengenai “Tantangan Yang Dihadapi Lembaga
Pendidikan”, maka akan dibatasi pada bentuk lembaga pendidikan formal
atau sekolah saja. Tantangan lembaga pendidikan ini menurut Cece Wijaya
dapat dilukiskan sebagai perubahan masyarakat di bidang sosial, ekonomi,
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berpengaruh terhadap system
pendidikan yang sedang berjalan.45
Menyusul derasnya arus globalisasi ada 2 tantangan besar yang harus
dihadapi oleh pendidikan islam. Kedua tantangan tersebut meliputi aspek
kelembagaan dan penguatan materi pendidikan untuk konsteks tantangan
pertama. Bila mengamati kekuatan pasar seperti dimaksud diatas, kita segera
diingatkan oleh dua kategori pendidkan yang kini menyeruak ke permukaan
pendidikan yang dikendalikan oleh pasar (market driven education) dan
pendidikan yang berorientasi penciptaan pasar (market creation based
education).
Ditengah dua kategori diatas posisi pendidikan islam sungguh
dilematis pada satu sisi. Ia dihadapkan pada kekuatan pasar yang harus
segera direspon, dan pada sisi lain, ia harus mempertahankan misi awal
sebagai media penciptaan. Masyarakat/pasar yang islami melalui pelestarian
nilai-nilai keislaman yang terorganisir dan terlembaga. Jika terlalu bergerak
45
Wijaya, Cece. Pendidikan Inkuiri Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia.
(Bandung; Rosda Karya,2000) hal. 38
26. ke sudut kekuatan pasar dengan berbagai selera yang dimiliki, pendidikan
islam bisa kehilangan identitas dan jati dirinya. Jika terlalu bergerak ke sisi
idealisme, pendidikan islam bisa kehilangan pasar potensialnya, karena
terdapatnya jarak yang melebar antara dirinya dan selera pasar.
1) Tantangan Dikotomi Pendidikan
Walaupun pendidikan Agama Islam telah masuk dalam system
pendidikan Nasional. Permasalahan dikotomi pendidikan belum pernah
tuntas diselesaikan. Dikotomi dalam bahasa Inggris adalah dichotomy adalah
pembagian dua bagian, pembelahan dua, bercabang dua bagian.46
Ada juga
yang mendefinisikan dikotomi sebagai pembagian di dua kelompok yang
saling bertentangan.47
Secara terminologis, dikotomi dipahami sebagai
pemisahan antara ilmu dan agama yang kemudian berkembang menjadi
fenomena dikotomik-dikotomik lainnya, seperti dikotomi ulama dan
intelektual, dikotomi dalam dunia pendidikan Islam dan bahkan dikotomi
dalam diri muslim itu sendiri (split personality)48
Dengan pemaknaan dikotomi di atas, maka dikotomi pendidikan Islam
adalah dulaisme sistem pendidikan antara pendidikan agama Islam dan
pendidikan umum yang memisahkan kesadaran keagamaan dan ilmu
pengetahuan.Dulaisme ini, bukan hanya pada dataran pemilahan tetapi
masuk pada wilayah pemisahan, dalam operasionalnya pemisahan mata
pelajaran umum dengan mata pelajaran agama, sekolah umum dan
madrasah, yang pengelolaannya memiliki kebijakan masing-masing.
2) Tantangan Inovasi Kurikulum dan Khususnya Pembelajaran
Lembaga pendidikan islam di Indonesia saat ini mengalami kritis
dalam menghadapi permasalahan yang timbul karena perkembangan sosial
46
John M. Echols dan Hassan Shadily, dichotomy, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta :PT.
Gramedia Utama, 1992), hal. 180.
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dikotomi, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hal. 205.
48
, Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 1991), hal. 104.
27. politik dan budaya, terutama menyusul merebaknya globalisasi. Pendidikan
Islam dihadapkan pada persoalan kesiapan dalam merespon tuntunan dan
tantangan inovasi, khususnya dalam kaitannya dengan kurikulum digunakan
praktek pendidikan islam. Sejauh ini masih menggunakan metode-metode
yang lama yang dalam banyak kasus lemah dalam merespon isu-isu aktual.49
Kondisi ini mengakibatkan ilmu-ilmu yang lebih modern memiliki predikat
khusus sebagai ilmu yang kurang penting untuk dipelajari di lingkungan
pendidikan islam.
Keterangan tersebut menggambarkan betapa sulitnya lembaga
pendidikan islam di Indonesia dalam menghadapi tantangan transformasi
sosial, politik dan budaya. Meminjam ungkapan Fazlur Rahman, seperti
dikutip Shofan “Strategi Pendidikan Islam yang dilakukan masih tampak
sekedar bersifat defansif, hanya untuk menyelamatkan pikiran-pikiran kaum
muslim dari pencemaran dan kerusakan moral dan perilaku yang ditimbulkan
oleh dampak gagasan-gagasan barat.50
Muhaimin mencatat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh
pendidikan islam di Indonesia, khususnya jenjang pendidikan tinggi,
permasalahan dimaksud berkaitan dengan desain dan implementasi
kurikulum, sebagai berikut:
a) Kurang relevannya materi pembelajaran dengan masyarakat banyak
program studi dan materi pembelajaran yang tidak diminati masyarakat
tetap dipertahankan.
b) Kurang efektifnya pembelajaran, yakni tidak terjaminnya lulusan yang
sesuai dengan harapan.
49
Muhammad Shofan. Pendidikan Berparadigma, Dikotomi Sistem Pendidikan Islam.
(Jogyakarta: IR CISOD, 2014) hal. 29
50
Ibid hal 43
28. c) Kurang efisiennya penyelenggaraan pembelajaran, yakni terlalu
banyaknya materi pembelajaran sehingga kompetensi lulusan tidak bisa
dijamin secara baik.
d) Kurang fleksibelnya dalam pengembangan kurikulum agar lebih sesuai
dengan kebutuhan masyarakat (setempat, global, maupun nasional).
e) Banyaknya multitafsir atas materi dan praktek pembelajaran.
f) Hanya berupa deretan mata kuliah
g) Berbasis pada mata kuliah / penyampaian materi bukan pada tujuan
kurikuler.
h) Kurang jelas dan kuatnya pengacuan secara fungsional materi
pembelajaran terhadap tugas utama kurikuler.51
Secara lebih spesifik, inovasi atas strategi dan metode pembelajaran
cenderung melemah dibanding praktek pengulangan atas metode
konvensional. Seperti menjadi catatan besar dari praktek riil yang ada.
Metode yang banyak digunakan oleh dan dipraktekkan dalam lembaga
pendidikan islam meliput diantaranya: 1) Metode Ceramah 2) Metode Tanya
Jawab 3) Metode Diskusi.52
Untuk kepentingan ke depan, perlu dilakukan
pembaharuan kurikulum dari penyelenggaraan pendidikan islam yang lebih
bersifat reponsif dan progresif. Pembaharuan kurikulum ini penting dilakukan
untuk menciptakan keterhubungan dan relevansi yang sangat tinggi antara
program pendidikan yang dijalankan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri
3) Tantangan Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan
Menurut Abdur Rahman Shaleh desentralisasi adalah pemberian
pendelegasian kewenangan, umumnya dari pemilik wewenang (atasan) pada
pelaksana (penguasa dibawahnya) dalam mengambil keputusan. Sedang
51
Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. (Bandung Nuansa Cendekia,
2003) hal 209
52
Ahmad Munjin Nasih. Metode dan Teknik Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta : PT
Reflikas Aditama, 2009) hal 49–57.
29. otonomi adalah kemandirian dalam wujud memiliki yang disertai adanya
kemampuan.53
Desentralisasi dan otonomi pendidikan memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Unit perencanaan yang lebih rendah memiliki wewenang untuk
memformulasikan targetnya sendiri.
b) Unit yang lebih rendah diberi kewenangan dan kekuasaan untuk
memobilitasi sumber-sumber yang ada dan kekuasaan untuk melakukan
realokasi sumber-sumber yang telah diberikannya sesuai kebutuhan
prioritasnya.
c) Unit perencanaan yang lebih rendah turut berpartisipasi dalam proses
perencanaan dengan unit yang lebih tinggi (propinsi atau pusat dimana
posisi unit yang lebih rendah sebagai bawahan melainkan sebagai potret
dari unit propinsi atau pusat).54
Kebijakan pemerintah dalam menyikapi sistem pendidikan di Indonesia
ini menjadi gerbang awal lembaga pendidikan islam di Indonesia untuk tetap
eksis dalam era persaingan bebas dan keunggulan teknologi informasi yang
menurut adanya sistem keterbukaan politik, ekonomi, budaya.
53
Shaleh. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006) hal. 133
54
Ibid hal 135
30. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan gejala-gejala yang
ada pada saat penelitian. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang atau pelaku yang dapat diamati.55
Menurut Lexy J Moleong bahwa
penelitian kualitatif deskriptif yaitu peneliti mencari dan menggunakan data-
data yang bersifat deskriptif yaitu berupa kata-kata atau ungkapan, pendapat-
pendapat dari informan penelitian baik lisan atau tulisan.56
Menurut Arief
Furchan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk
memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan.
Penelitian ini diharapkan dan diarahkan untuk menerapkan sifat suatu situasi
pada waktu penyelidikan dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak ada
perlakuan yang dilakukan atau diberikan atau dikendalikan seperti yang
dapat ditemui dalam penelitian eksperimen.57
Dalam penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan khusus
kepada subjek penelitian. Peneliti hanya menggali informasi tentang gejala-
gejala yang timbul pada subjek penelitian. Penelitian ini dirancang untuk
menemukan informasi tentang gejala yang timbul kemudian dengan begitu,
diharapkan hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan.
Travers dalam Husein Umar menyatakan bahwa penelitian kualitatif
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung
55
Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal. 92.
56
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 3.
57
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal. 447.
31. pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu, hal tersebut bisa dilihat dari pengamatan yang dilakukan, hasil
wawancara dan dokumen-dokumen yang ada.58
Jenis penelitian kualitatif
deskriptif memiliki ciri-ciri yaitu: memiliki minat teoritis pada proses
interpretasi manusia, memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia,
manusia sebagai instrumen penelitian utama dan mengandalkan bentuk-
bentuk naratif.59
Ciri-ciri yang telah diungkapkan di atas peneliti memilih metode
kualitatif untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dirumuskan
dalam penelitian ini. Selain itu ciri penelitian kualitatif adalah lebih
menekankan makna dari pada hasil suatu aktifitas, karena dalam melakukan
penelitian ini bukan sebagai orang ahli tetapi orang yang belajar mengenal
sesuatu dari subjek penelitian.
Melalui pendekatan ini di harapkan temuan-temuan empiris dapat di
deskripsikan secara lebih rinci, jelas, dan akurat mengenai manajemen
strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas tenaga
kependidikan. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa jenis metode yang
tepat adalah pendekatan deskriptif kualitatif.
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian
Situasi sosial yang dipilih dalam penelitian ini adalah Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta. Dalam hal ini UII merupakan Perguruan Tinggi Islam
Islam dibawah binaan Kemenristek Dikti. Universitas Islam Indonesia (UII)
adalah salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Indonesia.
Terinspirasi oleh semangat nasionalisme dan berpedoman pada nilai-
nilai perennial, UII didirikan satu bulan sebelum proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945. Untuk memastikan proses pembelajaran dengan
58
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), hal.
87.
59
Op. Cit., Lexi J. Moleong, hal. 4.
32. standar tertinggi, UII menempatkan kualitas sebagai prioritas. Sebagai
hasilnya, pada 2013, UII memperoleh akreditasi A untuk Akreditasi Institusi
Pendidikan Tinggi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Indonesia, dengan nilai akreditasi yang termasuk tertinggi di antara
universitas swasta lainnya di Indonesia. Selain itu, pada 2012 dan 2014 UII
memperoleh penghargaan Indonesia Green Awards pada kategori Green
Campus. Pada 2015, Pemerintah Indonesia menempatkan UII pada
peringkat 10 universitas terbaik di Indonesia untuk kategori manajemen
pendidikan tinggi dan kualitas organisasional.
Sanafiah Faisal mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa,
situasi social untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang
didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya.60
Selain
dinyatakan bahwa sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong sedang berkecimpung atau terlibat dalam
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.61
60
Sanafiah Faisal, Penelitian kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: Ya3, 2010), hal.
81
61
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, CV. Alfabeta, 2014), hal.56-57
33. Situasi sosial penelitian merupakan keadaan atau tempat penelitian
dilakukan yang berpengaruh terhadap kegiatan, keadaan dan perilaku objek
penelitian.62
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Yoyakarta dengan
mengungkap analisis SWOT implementasi manajemen manajemen strategi
UII dalam meningkatkan Human resource management.
C. Jenis dan Sumber Data
Data dan sumber data merupakan factor penentu keberhasilan suatu
penelitian. Tidak dikatakan penelitian adalah suatu yang ilmiah bila tidak ada
data dan sumber data yang dapat dipercaya. Lofland dalam moleong
mengemukakan bahwa sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis
atau melalui perekaman video/audio, pengambilan foto atau film. 63
1. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti
kepada sumbernya, tanpa adanya perantara. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.64
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunkan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.65
Data primer
adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-
petugasnya) dari sumber pertamanya.66
Data ini diambil dengan cara
observasi dan wawancara langsung kepada subjek penelitian mengenai
manajemen strategi. Dan didukung juga dengan data dokumentasi yang
berkaitan dengan manajemen strategi
62
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 2006)hal. 43
63
Moleong Op.Cit,... hal. 157
64
Moh. Nazir, Op. Cit, hal. 66
65
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 91.
66
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hal, 39.
34. Dalam penelitian penulis berupaya semaksimal mungkin melihat
kondisi dan keadaan riel sekolah dalam keseharian, meskipun pengambilan
data penelitian dipilih waktu secara acak yang dapat mewakili waktu yang
dibutuhkan untuk keabsahan penelitian. Dengan turun secara langsung
melihat kegiatan sehari-hari di sekolah diharapkan didapatkan data yang
valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
b). Data sekunder
Data dari tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.67
Sumber data sekunder berasal dari bahan bacaan yang berupa dokumen-
dokumen seperti buku atau dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dalam
melengkapi data primer.68
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam
bentuk dokumen-dokumen.69
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan.70
Menurut Sutrisno Hadi, metode observasi
adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.71
67
Loc. Cit,. Saifuddin Azwar.
68
S. Nasution, Metode Research (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal.144.
69
Loc. Cit., Sumadi Suryabrata.
70
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hal. 63.
71
Sutrisno Hadi, Metodologi Reaserch (Yogyakarta: Andi Ofset, 2000), hal. 136.
35. Observasi juga merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian.72
2. Interview atau wawancara
Interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan informan.73
Menurut Sutrino Hadi bahwa metode interview adalah metode pengumpulan
data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik
dan berlandaskan kepada tujuan penelitian atau penyelidikan pada umumnya
dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu dan
masing-masing menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan
lancar.74
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data dan mengumpulkan data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.75
Menurut Arif Armani
bahwa dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data mengenai suatu hal atau variabel berupa catatan,
buku, surat kabar, majalah dan lain sebagainya.76
Dokumentasi mengenai
situasi dan subjek penelitian yang diteliti peneliti.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
72
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian pendidikan (Surabaya: Sic, 2001), hal. 96.
73
Ibid., hal. 82.
74
Op. Cit., Sutrisno Hadi, hal. 193.
75
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal.274.
76
Arif Armani, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2005), hal. 97.
36. diinformasikan kepada orang lain.77
Analisis data yang digunakan yaitu model
Miles dan Huberman yaitu menganalisis data kualitatif secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sampai data yang
diperoleh sampai jenuh.78
Analisis data berlangsung dalam tiga langkah yaitu data reduction,
data display dan conclucion/drawing/verification. Dalam menganalisis data,
peneliti menggunakan cara snowball yaitu seperti bola salju yang ukuran
awalnya kecil karena terus menggelinding sehingga bola tersebut menjadi
besar, demikian juga dengan hasil penelitian yang diperoleh, semakin besar
atau benyak informasi yang diterima oleh peneliti maka semakin bagus atau
valid data yang diperoleh peneliti. Langkah-langkah yang dilaksanakan
sebagai berikut:79
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban informan yang diwawancarai. Apabila jawaban
informan, setelah dianalisis dianggap belum lengkap, maka peneliti akan
melanjutkan memberikan pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai tahap
tertentu diperoleh data yang lebih kredibel.80
Dalam kaitannya dengan
penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis yang kedua yaitu model
analisis interaksi atau interactive analysis models dengan langkah-langkah
yang ditempuh yaitu sebagai berikut:
77
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R D (Bandung: Alfabeta, 2008),
hal. 244.
78
Miles dan Hubermanan, Quantitavie Data Analizis Third Edition (USA; Sage Publication,
2014) hal. 31
79
Op. Cit., Lexi J. Moleong, hal. 190.
80
Ibid, hal.337
37. 1. Pengumpulan data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan proses yang berlangsung sepanjang
penelitian, dengan menggunakan seperangkat instrumen yang telah
disiapkan, guna untuk memperoleh informasi data melalui. observasi,
wawancara, dan dokumentasi.81
Dilaksanakan dengan cara pencarian data
yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di
lapangan, kemudian melaksanakan pencatatan data di lapangan.
2. Reduksi data (Data reduction)
Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah mereduksl
data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila
diperlukan.82
Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai
berikut: pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan selama proses
penelitian berlangsung yang masih bersifat kasar atau acak ke dalam bentuk
yang lebih mudah dipahami. peneliti juga mendeskripsikan terlebih dahulu
hasil dokumentasi berupa foto-foto dan dokumen lainnya. Setelah selesai,
peneliti melakukan reflektif-reflektif merupakan kerangka berpikir dan
pendapat atau kesimpulan dari peneliti sendiri.
3. Penyajian data (Data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami. Display data adalah usaha merangkai informasi yang terorganisir
81
Miles dan Huberman, Op.Cit,,hal. 39
82
Op.Cit, hal.338
38. dalam upaya menggambarkan kesimpulan dan mengambil tindakan.83
Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk itraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Selain itu,
dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut. Penyajian data dalam penelitian ini peneliti paparkan
dengan teks yang bersifat naratif.
4. Penarikan Kesimpulan atau Verification
Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan atau Verification ini merupakan aktivitas analisis, di
mana pada awal pengumpulan data, seorang analisis mulai memutuskan
apakah sesuatu bermakna, atau tidak mempunyai keteraturan, pola,
penjelasan, kemungkinan konfigurasi, hubungan sebab akibat, dan
proposisi.84
Dimana komponen reduksi data dan sajian data dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka
tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan)
saling berinteraksi.85
F. Uji Keterpercayaan Data (trushworthines)
Pengecekan keabsahan data (trustworthiness) adalah bagian yang
sangat penting dan tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif, Menurut
Lincoln dan Guba86
bahwa pelaksanaan pengecekan keabsahan data
didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibitity),
keteralihan (transferabitity), kebergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability). Maka peneliti memakai empat kriteria tersebut untuk
mengecek keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini.
1. Kredibilitas
83
Ibid, hal. 142
84
Ibid, hal. 142
85
Ibid, hal. 143
86
Lincoln and Guba, Naturalistic Inquiry (California: Sage Publication, 2008), hal. 289-331.
39. Pengecekan kredibilitas atau derajat kepercayaan data perlu dilakukan
untuk membuktikana apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar telah
sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan.
Sedangkan menurut Lincoln dan Guba87
bahwa untuk memperoleh data yang
valid dapat ditempuh teknik pengecekan data melalui: (l) observasi yang
dilakukan secara terus-menerus (persistent observation); (2) trianggulasi
(triangulation) sumber data, metode dan peneliti lain; (3) pengecekan
anggota (member check), diskusi teman sejawat (peer reviewing); dan (4)
pengecekan mengenai kecukupan referensi (referencial adequacy check)
transferibilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat dicapai
dengan cara “uraian rinci”.
Pengujian terhadap kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan
dengan trianggulasi sumber data dan pemanfaatan metode, serta member
check. Dengan demikian dalam pengecekan keabsahan data mutlak
diperlukan dalam penelitian kualitatif agar supaya data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan melakukan verifikasi terhadap
data. Verifikasi terhadap data tentang managemen stategik kepala sekolah
dalam mengembangkan profesionalitas tenaga kependidikan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengoreksi metode yang digunakan untuk memperoleh data. Dalam hal
ini peneliti telah melakukan cek ulang terhadap metode yang digunakan
untuk menjaring data. Metode yang dimaksud adalah participant
observation, indepth interview, dan dokumentasi
b. Mengecek kembali hasil laporan penelitian yang berupa uraian data dan
hasil interpretasi peneliti. Peneliti telah mengulang-ulang hasil laporan
yang merupakan produk dari analisis data diteruskan dengan cross check
terhadap subyek penelitian.
87
Ibid., hal. 331.
40. c. Triangulasi untuk menjamin obyektifitas dalam memahami dan menerima
informasi, sehingga hasil penelitian akan lebih objektif dengan didukung
cross check dengan demikian hasil dari penelitian ini benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan. Terdapat tiga macam triangulasi yang
dipergunakan untuk mendukung dan memperoleh keabsahan data, yaitu:
1) Triangulasi dengan sumber
Menurut Patton dalam Creswell88
berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan cara, yaitu:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
Berkaitan dengan pengecekan keabsahan data ini, ketika peneliti
mendapatkan data tentang manajemen strategik kepala sekolahdalam
mengembangkan profesionalitas tenaga kependidikan dengan cara
observasi kemudian peneliti melanjutkan dengan cara membandingkan
dengan hasil wawancara, sehingga diperoleh data-data yang valid.
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi. Peneliti selalu mengulang wawancara
dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya dengan situasi yang
berbeda. Dengan cara demikian, peneliti dapat mengetahui konsistensi
informan berkaitan dengan data-data yang peneliti perlukan.
c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
2) Triangulasi dengan metode
Dalam penjaringan data, peneliti menggunakan metode ganda untuk
mendapatkan data yang sama. Hal ini peneliti lakukan karena tidak ada
metode tunggal yang dapat mencukupi untuk menjaring data tertentu, sebab
setiap metode memiliki aspek yang berbeda atas realitas empiris. Cara ini
88
John. W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hal. 286.
41. peneliti tempuh selain untuk memperoleh data yang valid juga untuk
mengetahui konsistensi atau ekspresi para informan.
3) Triangulasi dengan teori.
Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dengan
membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang sesuai dan
sepadan melalui penjelasan banding (rival explanation) dan hasil penelitian
ini dikonsultasikan lebih lanjut dengan subjek penelitian sebelum dianggap
mencukupi.
4) Triangulasi waktu atau perpanjangan keikutsertaan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
peneliti merupakan instrumen kunci, maka keikutsertaan peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data. Agar data yang diperoleh sesuai
dengan kebutuhan pengamatan dan wawancara tentunya tidak dilakukan
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan dalam
penelitian.
2. Transferabilitas
Transferabilitas atau keteralihan dalarn penelitian kualitatif dapat
dicapai dengan cara "uraian rinci". Untuk kepentingan ini peneliti berusaha
melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan diusahakan dapat
mengungkap secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca
agar para pembaca dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh.
Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya
yang diuraikan secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
kejadian-kejadian nyata.
3. Dependabilitas
Dependebilitas atau kebergantungan dilakukan untuk menanggulangi
kesalahan-kesalahan dalam konseptualisasi rencana penelitian,
pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil penelitian. Untuk
42. itu diperlukan dependent auditor atau para ahli di bidang pokok persoalan
penelitian ini. Sebagai dependent auditor dalam penelitian ini adalah para
pembimbing
4. Konfirmabilitas.
Konfirmabilitas atau kepastian diperlukan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh obyektif atau tidak. Hal ini tergantung pada persetujuan
beberapa orang terhadap pandangan pendapat dan temuan seseorang. Jika
telah disepakati oleh beberapa atau banyak orang dapat dikatakan obyektif,
namun penekanannya tetap pada datanya. Kegiatan ini dilakukan bersama-
sama dengan pengauditan dependabilitas. Perbedaannya jika pengauditan
dependabilitas ditujukan pada penilaian proses yang dilalui selama penelitian,
sedangkan pengauditan konfirmabilitas adalah untuk menjamin keterkaitan
antara data, informasi, dan interpretasi yang dituangkan dalam laporan serta
didukung oleh bahan-bahan yang tersedia.
43. BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Lingkungan UII dalam Human Resource Management
(Dosen)
Pengamatan lingkungan adalah memonitor, mengevaluasi, dan
mencari informasi dari lingkungan eksternal maupun internal bagi orang-
orang penting dalam perusahaan.89
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor strategis elemen eksternal dan internal yang akan menentukan
masa depan perusahaan. Penyusunan strategi, khususnya perencanaan
strategis atau perencanaan jangka panjang biasanya berkaitan dengan visi,
misi dan kebijaksanaan suatu instansi. Biasanya penyusunan strategi dimulai
dengan melakukan analisa situasi untuk mendapatkan kesesuaian antara
peluang eksternal dan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan
kelemahan internal.90
Salah satu alat yang paling sering digunakan dalam analisa situasi
adalah analisa SWOT. SWOT merupakan singkatan dari Strengths
(kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) internal dari suatu instansi, serta
Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) dalam lingkungan yang
dihadapi suatu instansi.91
Analisa SWOT merupakan cara sistematik untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan
internal dan ekstenal di UII. Analisa ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu
strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang, dan
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisa SWOT bukan hanya
mengidentifikasi kompetensi (kemampuan dan sumber daya) yang dimiliki
UII, tetapi juga mengidentifikasi peluang yang belum dilakukan oleh UII
89
Ismail Solihin, Manajemen Strategi, (Jakarta, Erlangga, 2012) hal. 78
90
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, Opcit, hal. 9
91
Aimee Heene dkk, Manajemen Strategik Keorganisasian Publik, (Bandung, PT Rafika
Aditama, 2015). hal. 148
44. karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Dengan menerapkan analisis
SWOT secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki dampak yang sangat
besar atas rancangan suatu strategi pengembangan dosen yang berkualitas.
Dr. Ir. Harsoyo (rektor periode 2014-2018) menyampaikan, beberapa
langkah perlu dilakukan UII kedepan guna mengatasi adanya gap antara
kondisi existing dengan kondisi ideal yang telah ditetapkan. Beberapa
langkah diantaranya melalui redesigning content, redesigning process,
redesigning actor juga redesigning network. Hal ini menurutnya perlu
dilakukan mengingat persaingan di ranah perguruan tinggi kedepan akan
semakin ketat. Terlebih telah berlakukannya Asean Economic Community.92
Untuk melakukan langkah-langkah tersebut UII perlu melakukan
environmental scanning yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal.
Harsoyo memberikan gambaran bahwa deskripsi environmental scanning
berkaitan dengan dosen UII seperti tertera pada table berikut:
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Sistem rekruitmen SDM yang
jelas dan transparan
2. Tersedianya peraturan sitem
remunerasi
3. Sistem pengelolaan dan
pengembangan SDM jelas
4. UII telah memiliki Sistem
Informasi yang kuat
1. Jumlah Guru Besar dan
Doktor belum ideal
2. Produktifitas karya ilmiah dan
penelitian dosen belum
merata
PELUANG ANCAMAN
92
Data Wawancara
45. 1. Banyaknya kegiatan ilmiah
yang dapat diikuti dosen
2. Tersedianya berbagai
sumber dana penelitian dari
eksternal
3. Tersedianya berbagai media
publikasi karya ilmiah dosen
4. Ketersediaan calon tenaga
kependidikan dan dosen
yang berkualitas
1. Perkembangan teknologi
dan metode pembelajaran
yang pesat
2. Persaingan perekrutan SDM
Tabel: Environmental Scanning SDM Dosen UII 93
Dari diskripsi diatas telah teridentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman terkait SDM dosen di UII. Terkait deskripsi diatas nantinya
dilanjutkan dengan dengan pencarian strategi untuk mengatasinya.
Berdasarkan hal diatas maka dapat digambarkan skema matrix kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman SDM UII :
KEKUATAN (S)
1. Sistem rekruitmen SDM
yang jelas dan transparan
2. Tersedianya peraturan sitem
remunerasi
3. Sistem pengelolaan dan
pengembangan SDM jelas
4. UII telah memiliki Sistem
Informasi yang kuat
PELUANG (O) STRATEGI S-O
93
Data Wawancara dan Dokumentasi (Data diolah)
46. 1. Banyaknya kegiatan ilmiah
yang dapat diikuti dosen
2. Tersedianya berbagai sumber
dana penelitian dari eksternal
3. Tersedianya berbagai media
publikasi karya ilmiah dosen
4. Ketersediaan calon tenaga
kependidikan dan dosen yang
berkualitas
1. Optimalisasi pemanfaatan
peluang eksternal
2. Peningkatan reputasi
akademik
3. Memperbaiki sistem
renumerasi
4. Mengevaluasi dan
mengimplementasikan
system pengembangan
dosen
5. Meningkatkan usaha untuk
mendapatkan hibah
6. Peningkatan kualitas
pengelolaan jurnal ilmiah
dalam rangka membangun
afiliasi pada database jurnal
internasional
Tabel: Matrix Strategi S-O SDM Dosen UII
KELEMAHAN (W)
1. Jumlah Guru Besar dan Doktor
belum ideal
2. Produktifitas karya ilmiah dan
penelitian dosen belum merata
PELUANG (O) STRATEGI W-O
47. 1. Banyaknya kegiatan
ilmiah yang dapat diikuti
dosen
2. Tersedianya berbagai
sumber dana penelitian
dari eksternal
3. Tersedianya berbagai
media publikasi karya
ilmiah dosen
4. Ketersediaan calon
tenaga kependidikan dan
dosen yang berkualitas
1. Pengembangan master plan
sumber daya manusia
2. Meningkatkan partisipasi dan
eksistensi dosen tetap dalam
berbagai forum ilmiah
3. Ekstensifikasi media publikasi
ilmiah dosen
4. Peningkatan peran aktif UII dalam
berbagai forum nasional dan
internasional
5. Pengembangan penelitian berbasis
local genius untuk meningkatkan
publikasi international
Tabel: Matrik Strategi W-O SDM Dosen UII
48. KEKUATAN (S)
1. Sistem rekruitmen SDM yang jelas
dan transparan
2. Tersedianya peraturan sitem
remunerasi
3. Sistem pengelolaan dan
pengembangan SDM jelas
4. UII telah memiliki Sistem Informasi
yang kuat
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T
1. Perkembangan teknologi
dan metode pembelajaran
yang pesat
2. Persaingan perekrutan
SDM
1. Meningkatkan skill dosen dan tenaga
kependidikan dalam penggunaan
teknologi informasi
2. Mengevaluasi sistem remunerasi
3. Pengembangan sisteminformasi
kinerja individu dan unit yang
terintegrasi dengan sistem informasi
lainnya
4. Pengembangan sistem yang
mengintegrasikan pengelolaan
semua sumberdaya
5. Optimalisasi implementasi Sistem
Informasi Akuntansi Terpadu (SIAT)
6. Integrasi berbagai sistem informasi
akademik dan administratif dalam
suatu portal kampus yang
komprehensif
7. Pengembangan sistem
pembelajaran
8. Peningkatan kualitas pembelajaran
Tabel: Matrik Strategi S-T SDM Dosen UII
49. KELEMAHAN (W)
1. Jumlah Guru Besar dan Doktor
belum ideal
2. Produktifitas karya ilmiah dan
penelitian dosen belum merata
ANCAMAN (T) W-T
1. Perkembangan
teknologi dan metode
pembelajaran yang
pesat
2. Persaingan perekrutan
SDM
1. Pengembangan remunerasi
berbasis kinerja
akademik/administratif (insentif
berbasis kinerja)
2. Pengembangan sistem
penganggaran berbasis kinerja
sebelumnya dan rasionalitas
rencana program
3. Meningkatkan produktivitas dosen
Tabel: Matrik Strategi W-T SDM Dosen UII
Berdasarkan deskripsi diatas telah teridentifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman untuk setiap komponen yang dinilai. Derajat
kepentingan dari masing-masing item tentu saja berbeda. Oleh karena itu,
perlu ada skala prioritas terkait Human Resource Management dosen UII
Selanjutnya dilanjutkan dengan pencarian strategi untuk mengatasinya.
Environmental Scanning of Human Resource Management dosen UII
tentunya saling berhubungan dengan komponen system lainnya. Menurut
Harsoyo dalam system manajemen organisasi di UII, seperti Visi Misi
Perguruan Tinggi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Budgeting dan lain-
lainnya.94
94
Wawancara
50. Lebih lanjut untuk memanfaatkan peluang dengan bekal kekuatan
yang dimiliki UII, menangkal ancaman dengan kekuatan yang ada, serta
mengurangi kelemahan yang dimiliki UII, maka telah dirancang 4 Tujuan
Strategis dalam Rencana Strategis (Renstra) UII yaitu: (1) melakukan
Institutional Re-Engineering Melalui Penguatan Tata Kelola yang Baik, (2)
Menguatkan Keunggulan dan Kualitas Akademik, (3) Menjadikan UII sebagai
World Class University, dan (4) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat serta Dakwah Islamiyah.95
Menurut Harsoyo, redesigning content merupakan usaha pembenahan
kandungan kegiatan catur dharma perguruan tinggi UII dalam rangka
menjadikan nilai-nilai ke Islaman menjadi uniqueness dalam membangun
daya saing lulusan UII untuk merintis forum Islam tingkat internasional. Hal ini
dikatakan menarik, kewajiban perguruan tinggi pada umumnya adalah
melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, yaitu melaksanakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat. Berbeda dengan UII yang
menerapkan catur dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian,
pengabdian masyarakat dan dakwah.
Sementara Redesigning process menurutnya dapat dilakukan dengan
peningkatan dan penguatan sistem informasi melalui proses kegiatan
pendidikan dan pembinaan mahasiswa menuju World Class University.
Dalam hal ini dosen UII dituntut untuk selalu mengembangkan dan
mengupgrade kapasitasnya dengan selalu aktif melaksanakan catur dharma
perguruan tinggi.
Berkenaan redesigning actor, UII menurutnya perlu melakukan
pengembangan SDM dengan tujuan untuk menempatkan SDM pada tempat
yang tepat dan pada pekerjaan yang tepat serta meningkatkan dan
membangun komitmen kepada UII. Berkaitan dengan SDM dosen,
95
Data Wawancara
51. pelaksanaannya harus dapat mengupayakan peningkatan kualitas dosen
baik dari segi pendidikan maupun fungsional dosen disertai rekruitmen dosen
baru secara transparan dan akuntabel. Hal tersebut dilakukan dalam rangka
penyesuaian standard yang telah ditetapkan oleh Ristek-Dikti dalam hal
perbandingan dosen dan mahasiswa.
Sedangkan redesigning network diarahkan untuk peningkatan
efektifitas kerjasama antara UII dengan institusi di luar UII. “Kerjasama antar
perguruan tinggi dilakukan melalui kerja sama penelitian, pendidikan
pengajaran maupun bidang kemahasiswaan, Saat ini UII memiliki banyak
institusi mitra baik di dalam maupun luar negeri yang terdiri dari perguruan
tinggi, institusi pemerintahan, industri, dan organisasi nirlaba yang terus aktif
menjalin berbagai kegiatan kolaborasi. Mitra kerja sama internasional UII juga
tersebar di berbagai negara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam,
Australia, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Rusia, Iran, Arab Saudi, Cyprus,
Maroko, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Hungaria, dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data dokumentasi UII, sejak tahun 2013 hingga saat ini
tercatat sebanyak 409 bentuk MoU yang telah disepakati oleh UII dengan
lembaga mitra kerja sama penelitian, pendidikan pengajaran maupun bidang
kemahasiswaan. Kerjasama yang dilakukan baik dengan sesama perguruan
tinggi, pemerintah dan dunia industry baik di dalam maupun luar negeri.96
Melihat data tersebut, kerjasama yang dilakukan tidak instan atau hanya
sekedar MoU tapi tidak berkelanjutan. Akan tetapi semua MoU yang ada
mempunyai batas waktu tertentu. Minimal kerjasama yang setiap kerjasama
dilakukan selama 4-5 tahun.
96
http://partnership.uii.ac.id/
52. B. Strategi Formulasi UII dalam Human Resource Management (Dosen)
Setelah strategi ditentukan dan sasaran ditetapkan, proses
manajemen strategi di UII masih jauh dari selesai. Manajemen strategi adalah
proses yang berkesinambungan. Dimulai dengan perumusan strategi,
dilanjutkan dengan pelaksanaan dan kemudian bergerak kearah peninjauan
kembali dan penyempurnaan strategi itu.97
Dalam strategi formulasi, UII menterjemahkan pemikiran strategik
tersebut dengan menghimpun sumberdaya manusia orgaisasi (dosen).
menstruktur hubungan kerja, memadukan berbagai fungsi dan mengawasi
kegiatan-kegiatan berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang
telah ditetapkannya. Adapun formulasi strategi yang dibuat UII dalam
mengembangkan SDM (dosen) adalah dengan memantapkan visi misi,
menyusun langkah strategis dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
berkait dengan human resource management (dosen)
1. Visi Misi UII
Visi UII adalah terwujudnya UII sebagai rahmatan lil’alamin, memiliki
komitmen pada kesempurnaan (keunggulan), risalah Islamiyah, di bidang
pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah, setingkat
universitas yang berkualitas di negara-negara maju.
Misi UII adalah menegakkan Wahyu Ilahi dan Sunnah Nabi sebagai
sumber kebenaran abadi yang membawa rahmat bagi alam semesta melalui
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi, budaya,
sastra, dan seni yang berjiwa Islam, dalam rangka membentuk cendekiawan
muslim dan pemimpin bangsa yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu
amaliah dan beramal ilmiah, yang memiliki keunggulan dalam keislaman,
keilmuan, kepemimpinan, keahlian, kemandirian, dan profesionalisme.
2. Tujuan UII
97
Barry J. McLeish, Successful Marketing Strategies for Nonprofit Organizations (Canada,
Jhons Wiley & Sons. Inc, 2011) hal 156
53. Tujuan UII adalah sebagai berikut:
1. Membentuk cendekiawan muslim dan pemimpin bangsa yang
berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat, menguasai ilmu keislaman dan
mampu menerapkan nilai-nilai Islam serta berdaya saing tinggi.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
budaya, dan seni yang berjiwa Islam.
3. Turut serta membangun masyarakat dan Negara Republik Indonesia
yang adil dan makmur serta mendapat ridlo Allah SWT.
4. Mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran
agama Islam untuk dihayati dan diamalkan oleh warga UII dan
masyarakat.
3. Sasaran Mutu
Sasaran mutu UII adalah:
1. Lulusan bekerja dalam enam bulan pertama minimal 90%.
2. Tepat waktu studi minimal 90%.
3. Nilai Kinerja Dosen dalam aspek pedagogik, sosial dan profesional dosen
dengan nilai baik minimal 90%.
4. Capaian kompetensi ke-UII-an lulusan yang meliputi keislaman,
kebangsaan, kewirausahaan, Bahasa Inggris dengan nilai baik, minimal
90%.
5. Program studi S1 terakreditasi internasional minimal 4%.
6. Jumlah dosen dengan publikasi karya ilmiah internasional minimal 5%
7. Jumlah dosen asing minimal 1%.
8. Jumlah mahasiswa baru berasal dari luar negeri minimal 1%.
4. Langkah Strategis
UII telah menetapkan langkah strategis dengan tema Membangun
Universitas Islam Indonesia dalam Dinamika Global Melalui Aktualisasi Nilai
Islam Kontekstual. Langkah strategis berfungsi Sebagai pedoman bagi UII
54. untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja unit-unit yang ada di
bawahnya dalam menjalankan program kerja sesuai visi, misi, dan tujuan UII,
sebagai bahan acuan utama atau pedoman unit-unit kerja di bawah UII untuk
menyusun program kerja, serta sebagai evaluasi dalam menjalankan
kegiatan operasional unit-unit kerja di lingkungan UII. Dalam Renstra yang
telah ditetapkan ini, terdapat 7 tujuan strategis yang menjadi fokus UII selama
periode 2014-2018
1. Keunggulan Keislaman
Tujuan strategis pertama adalah keunggulan keislaman, yang berfokus
untuk menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai elemen keunikan dan
keunggulan kompetitif untuk mengakselerasi reputasi global.
Tujuan Strategis Kedua: Keunggulan Pembelajaran Berbasis Riset
2. Keunggulan pembelajaran berbasis riset.
Fokus tujuan strategis ini adalah untuk meningkatkan kualitas
penelitian dan pengabdian yang diorientasikan pada penciptaan proses
pembelajaran berbasis keunikan lokal menuju world class university.
3. Keunggulan Etos Islami
Tujuan strategis ketiga pada Renstra 2014-2018 adalah keunggulan
etos Islami, yang berfokus pada membangun sumber daya manusia yang
kompeten dan berkomitmen melalui penyadaran etos kerja Islami yang
visioner dan amanah.
4. Keunggulan Sistem Responsif
Poin keempat pada tujuan strategis ini adalah keunggulan sistem
responsif yang berfokus pada menciptakan proses berbasis sistem informasi
yang unggul, infrastruktur dan lingkungan kerja dan studi yang terstandar dan
berorientasi kampus lestari.
5. Keunggulan Mahasiswa Berkarakter
55. Tujuan strategis kelima adalah keunggulan mahasiswa berkarakter, di
mana fokusnya adalah untuk meningkatkan prestasi dan karakter mahasiswa
yang berorientasi pada kekuatan visi dan akhlak.
6. Keunggulan Alumni Adaptif
Tujuan strategis keenam pada Renstra 2014-2018 adalah keunggulan
alumni adaptif, dengan fokus untuk menghasilkan alumni dengan kompetensi
yang unggul dan memiliki kemampuan kepemimpinan adaptif (situated
leadership).
7. Keunggulan Profil Institusi
Terakhir, tujuan strategis ketujuh adalah keunggulan profil institusi,
yang fokusnya adalah untuk meningkatkan penjaminan mutu, kerja sama,
akreditasi, dan karya ilmiah dalam rangka memperkuat profil institusi.
5. Kebijakan Human Resource Management
Kebijakan UII dalam menjamin keberlanjutan program penelitian dan
Pengabdian masyarakat dituangkan dalam serangkaian peraturan yang
melekat pada seluruh dosen di lingkungan UII, di antaranya Peraturan
Universitas No. 14/PU/Rek/VII/2010 tentang Jabatan Fungsional, Pangkat
dan Angka Kredit Dosen Universitas Islam Indonesia. Peraturan lainnya
yang menguatkan penjaminan keberlanjutan program penelitian di UII adalah
Peraturan Rektor Universitas Islam Indonesia No. 12/PR/DOSDM/IV/2011
tentang Rubrik Beban Kerja Dosen UII.
Peraturan tersebut sudah disosialisasikan kepada seluruh dosen
semenjak mereka diterima/terdaftar sebagai dosen baru di UII. Setiap dosen
berkewajiban melaksanakan penelitian dan PkM selain pengajaran untuk
menunjang jenjang karir akademiknya dan sebagai bentuk
pertanggungjawaban terhadap masyarakat luas. Selain menyediakan dana
internal, UII juga memfasilitasi seluruh dosen untuk berkompetisi dalam
mendapatkan dana hibah penelitian dari eksternal baik lembaga nasional
maupun internasional.
56. Kebijakan lain dalam rangka mendukung keberlanjutan program HRD
dosen berupa pengalokasian dana penelitian dan pengabdian dosen internal
setiap tahun untuk seluruh dosen baik yang dikoordinasi oleh DPPM UII,
maupun dana penelitian yang langsung dikelola oleh berbagai macam pusat
studi di tingkat fakultas/prodi.
C. Strategi Implementasi UII dalam Human Resource Management
(Dosen)
Masalah strategi SDM tidak dapat dilepaskan dari upaya panjang
pencarian dan implementasi teori yang bersumber pada peran kompetensi
inti (core competence) organisasi. Pergeseran paradigma dari manajemen
personalia (personnel management) yang berbasis administrasi SDM
menuju ke manajemen SDM (human resources management) yang berbasis
kompetensi makin menjadi tuntutan dan tuntunan. Konsep yang berkembang
pada abad ke-21 mengarah ke manajemen modal manusia (human capital
management). Upaya tersebut tak lepas dari pengembangan SDM melalui
inisiatif pembelajaran dengan manajemen pengetahuan (knowledge
management). Pengembangan SDM melalui inisiatif pembelajaran dengan
knowledge management ini sudah mulai dilaksanakan terutama untuk
meningkatkan kompetensi MSDM pada dekade akhir 2000-an yang
berorientasi masa kini dan masa. Pergesaran paradigma inilah yang menjadi
cara pandang UII dalam melaksanakan strategi SDM dosen UII.
Implementasi SDM dosen UII tidak lagi pada manajemen personalia yang
berbasis pada administrasi saja. Dengan menerapkan strategic Human
Resource Management Dosen, pengembangan dosen lebih menitik beratkan
pada kompetensi inti dosen. Human Resource Management Dosen UII mulai
dari rekrument hingga mutasi dilaksanakan secara transparan dan
akuntabel.
1. Program Human Resource Management (Dosen)
57. Salah satu program pembinaan penelitian bagi dosen UII adalah
workshop metodologi penelitian, dan metode penulisan proposal penelitian
untuk meraih dana penelitian internal dan eksternal. Perluasan jejaring
penelitian yang dilakukan dosen-dosen UII dilakukan melalui mekanisme
penelitian kerjasama. Sesuai dengan Buku Pedoman PPM, UII
mengapresiasi penelitian yang dilakukan kolaboratif dengan dosen dari
perguruan tinggi dan atau instansi relevan lainnya. Peneliti yang melakukan
penelitian kerjasama akan mendapatkan prioritas untuk didanai dengan dana
internal, terlebih lagi penelitian yang mendapatkan dana bantuan dari luar
negeri. Beberapa penelitian kolaboratif yang telah dilaksanakan oleh
beberapa pusat studi di UII antara lain yang sudah dilakukan oleh Pusat Studi
Hak Asasi Manusia (PUSHAM) UII bekerjasama dengan Norwegian Centre
for Human Right Universitas Oslo, Norwegia, yang berkolaborasi dalam
penelitian “Penggunaan Buku Ajar Hukum HAM (Assessing the Use of the
Human Right Law Textbook (2011-2012).” PUSHAM UII bekerjasama dengan
Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law (RWI),
Universitas Lund, Swedia, dalam Riset Penyusunan Mekanisme Penanganan
Laporan Pelanggaran HAM yang diterima oleh PUSHAM dan KOMNAS HAM
RI (2011).” Capaian dari penelitian-penelitian tersebut berupa kegiatan PkM
berupa berbagai macam training tentang HAM dan penerbitan buku HAM.
Dalam rangka menjamin keberlanjutan pembiayaan penelitian dan
pengabdian di UII, seluruh dosen dihimbau untuk aktif menjalin kerjasama
penelitian dengan pihak eksternal (nasional dan internasional). Selain itu
seluruh dosen dihimbau untuk mengikuti berbagai kompetisi penelitian di
tingkat nasional dan internasional. Upaya pencarian dana eksternal dilakukan
dengan mekanisme penyebarluasan informasi, workshop penguatan
kapasitas dosen dalam metodologi penelitian dan penyusunan proposal,
ceramah dari beberapa pakar yang dapat memberikan strategi untuk meraih
dana dari pihak eksternal, serta pemberian insentif bagi dosen yang
58. menyusun proposal untuk memperoleh dana penelitian dari pihak eksternal.
Selain itu untuk mendorong dosen dalam berkompetisi meraih dana
penelitian eksternal, UII memberikan penghargaan (research award), insentif
publikasi di jurnal internasional dan insentif karya ilmiah dosen yang
dimasukkan dalam database karya ilmiah secara online di website DPPM
UII.98
Berdasarkan hasil Lapoan Penilaian Kinerja Penelitian Perguruan
Tinggi tahun 2014 untuk pengukuran data periode 2010-2012 yang sudah di-
input dalam SIMLITABMAS, UII masuk dalam klaster Utama bintang 2.
Berdasarkan hasil laporan kinerja tersebut diketahui bahwa UII memperoleh
nilai tinggi pada komponen Sumber Daya dan Manajemen Penelitian jika
dibandingkan dengan rata-rata nilai nasional. Sejumlah upaya telah dilakukan
antara lain melalui apresiasi capaian kinerja bidang karya ilmiah program
studi. Berdasarkan Laporan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI)
terkait potensi karya ilmiah Perguruan Tinggi (PT) 2005-2009, UII menempati
peringkat pertama dari kalangan PTS (dari 78 PTS) dan urutan ke-12 dari
keseluruhan PT (dari 143 PT) di Indonesia
Tabel: Peringkat Laporan Potensi Karya Ilmiah Perguruan Tinggi
2005-2009
98
(dppm.uii.ac.id).
59. Berdasarkan Tabel tersebut tampak bahwa UII berhasil meraih
peringkat pertama tingkat Nasional untuk pemeringkatan perguruan tinggi
swasta berdasarkan 7 kriteria potensi karya ilmiah tahun 2005-2009.
Penelitian di UII diarahkan pada keunikan lokal (local genius) sebagai
keunggulan spesifik akademik yang dilakukan secara kolaboratif antar
Program Studi. Keunikan ini diharapkan dapat menjadi keunggulan kompetitif
(competive advantage) bagi UII sehingga dapat meningkatkan daya saing
terhadap perguruan tinggi lain.
Berdasarkan data base penelitian di UII, penelitian yang sudah
dilakukan dapat dikelompokkan dalam 7 bidang unggulan, yaitu: 1)
Pengembangan Model Peningkatan Kualitas Hidup Islami, 2) Sistem
Penyelenggaraan Negara Anti Kejahatan Kemanusiaan berbasis Keadilan, 3)
Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif berbasis Wirausaha dan Etika
Berdaya Saing Global, 4) Pengembangan Permukiman yang Cerdas, Lestari,
dan Tanggap Bencana, 5) Pengembangan Virtual environment (VE) untuk
Pendidikan, Pemerintahan dan Bisnis, 6) Pengembangan Teknologi
Kesehatan untuk Pencegahan, Diagnostik, dan Terapeutik, 7)
Pengembangan Minyak Atsiri dan Fitofarmaka untuk Peningkatan Kesehatan.
Gambar berikut menyajikan rekapitulasi hasil penelitian berdasarkan bidang
dan jumlah dana yang digunakan.
60. Gambar: Rangkuman penelitian dan pengabdian di UII berdasarkan
bidang dan jumlah dana yang digunakan
Selama 5 tahun terakhir di semua fakultas, tercatat ada 9 dosen asing
yang mengajar minimal 1 semester di UII, sementara dosen asing yang
memberikan kuliah <1 semester cukup banyak, dalam bentuk kuliah umum
dan teleconference. Mengacu pada sasaran mutu, jumlah dosen asing
minimal 1%, sementara jumlah dosen UII sebesar 529 orang, maka jumlah
dosen asing baik yang mengajar minimal 1 semester maupun yang
memberikan kuliah umum dan teleconference sudah mencapai target (>6%).
2. Anggaran
Komitmen UII dalam pengembangan SDM dosen ditunjukkan melalui
penyediaan dana penelitian dan pengabdian masyarakat internal setiap tahun
61. untuk seluruh dosen baik yang dikoordinasi oleh DPPM, maupun dana
penelitian yang langsung dikelola oleh berbagai pusat studi di tingkat
fakultas/program studi. Selain menyediakan dana internal, UII juga
memfasilitasi seluruh dosen untuk berkompetisi dalam mendapatkan dana
penelitian eksternal baik dari lembaga nasional maupun internasional.
Sumbersumber dana eksternal antara lain Kementerian Riset dan Teknologi
(Kemenristek), dunia industri, pemerintah daerah, dan masyarakat umum
yang lain. Perolehan dana eksternal dari hibah penelitian dan pengabdian
maupun lembaga pemerintah lainnya terus mengalami peningkatan.
Tabel: Sumber pendanaan penelitian dan pengabdian masyarakat
UII tahun 2013-2015
D. Strategi Evaluasi UII dalam Human Resource Management (Dosen)
Setelah strategi selesai dirumuskan dan berhasil diimplementasikan,
proses manajemen strategi belum selesai sampai disini, masih ada satu
pekerjaan lagi yang harus dilakukan yaitu evalausi strategik. Yang
dimaksudkan dengan evaluasi strategik disini adalah usaha-usaha untuk
memonitor hasil-hasil dari pembuatan perumusan (formulasi) dan penerapan