SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
*


    SUPERVISI PENGAJARAN SEBAGAI PEMBINAAN
    PROFESIONALISME GURU

                                Rochmanu Fauzi
Abstrak
supervisi pengajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam

melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu mengajar. Ada tiga pendekatan dalam supervisi

pengajaran, yaitu (1) pendekatan langsung, (2) pende-katan tidak langsung, dan (3) kolaboratif. Teknik-

teknik supervisi pengajaran yang paling bermanfaat adalah kunjungan kelas, pembicaraan individual,

Diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan sebagainya. Para guru lebih menghargai supervisor yang

hangat dan menghargai guru. Dalam praktiknya supervisi penga-jaran masih berorientasi pada aspek

administratif saja. Berdasarkan uraian tersebut disarankan para supervisor perlu ada penyegaran secara

rutin, dalam pelaksanaan supervisi pengajaran para supervisor sebaiknya menggunakan pendekatan

supervisi klinis, perlu ada pertemuan seusai supervisi yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah atau

Pengawas Sekolah, sebagai upaya untuk tindak lanjut setelah pelaksanaan supervisi dilaksanakan.

Kata kunci: mutu pendidikan, supervisi pengajaran.
bukan hanya sekedar melestaiikan kebudayaan dan meneruskan dari generasi ke generasi.
Akan tetapi juga diharapkan akan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan.
Sementara itu, salah satu fenomena di bidang pendidikan yang banyak disoroti oleh para
pemerhati, cendekiawan maupun masyarakat pada umumnya adalah masalah mutu pendidikan.
Membahas masalah mutu pendidikan, sebenarnya membahas masalah yang sangat kompleks.
Oleh karena masalah mutu pendidikan selalu kait-mengkait dengan indikator-indikator lainnya.
Salah satu instrumen yang dianggap cukup efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
dengan supervisi pengajaran oleh Kepala Sekolah maupun Pengawas.
Untuk itu perlu adanya pergeseran dari paradigma lama menuju ke paradigma yang baru.
Paradigma baru manajemen pendidikan tinggi, terdiri dari akreditasi, akuntabilitas, evaluasi,
otonomi dan mutu. Kelima paradigma baru pendidikan tersebut saling terkait satu sama lain dan
seyogyanya ini dijadikan acuan dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu,
mutu sebagai salah satu paradigma yang harus ditata secara terus menerus dan berkelanjutan.
Menurut Mastuhu (2003) dalam pengelolaan suatu unit pendidikan, mutu dapat dilihat dari
"masukan", "proses", dan "hasil".
Permasalahan pendidikan yang diidentifikasi (Depdikbud, 1983), sampai saat ini, formulasinya
tetap sama, yaitu masalah (1) masalah kuantitatif, (2) masalah kualitatif, (3) masalah relevansi,
(4) masalah efisiensi, (5) masalah efektivitas, dan (6) masalah khusus.
Uraian secara singkat masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut ini.

Masalah Kuantitatif
Masalah kuantitatif adalah masalah yang timbul sebagai akibat hubungan antara pertumbuhan
sistem pendidikan pada satu pihak dan pertumbuhan penduduk Indonesia pada pihak lain.
Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya suatu sistem pendidikan nasional yang
memungkinkan setiap warga ncgara Indonesia memperoleh pendidikan yang layak sebagai
bekal dasar kehidupannya sebagai warga negara. Dalam rangka pemerataan pendidikan ini,
perlu dilaksanakan kewajiban belajar dengan segala konsekuensinya dalam bidang
pembiayaan, ketenagaan, dan peralatan.
Masalah kualitatif
Masalah kualitatif adalah masalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
gara bangsa Indonesia dapat meinpertahankan eksistcnsinya. Dalam masalah ini tercakup pula
masalah ketinggalan bangsa Indonesia dan perkembangan modern. Ditinjau dari latar bclakang ini,
masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang memprihatinkan dalam rangka kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Dalam sistem pendidikan ini sendiri, masalah kualitas menyangkut
banyak hal, antara lain kualitas calon anak didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya, prasarana,
dan sarana. Penanganan aspek kualitatif ini berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitatif
sehingga perlu sekali adanya keseimbangan yang dinamis dalam proses pengembangan pendidikan
nasional, sehingga peningkatan kualitas tidak sampai menghambat peningkatan kuantitas dan
sebaliknya.
Masalah relevansi
Masalah relevansi adalah masalah yang timbul dari hubungan antara sistem pendidikan dan
pembangunan nasional serta antara kepentingan perorangan, keluarga, dan masyarakat, baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini meminta adanya keterpaduan di dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional agar pendidikan merupakan wahana penunjang
yang efektif bagi proses pembangunan dan ketahanan nasional. Masalah ini dengan sendirinya
mempunyai kaitan pula dengan masalah pokok di dalam pembangunan nasional, seperti masalah tata
nilai, industri. pembangunan pertanian, perencanaan tenaga kerja, dan pertumbuhan wilayah.
Masalah efisiensi
Masalah efisiensi pada hakikatnya adalah masalah pengelolaan pendidikan nasional. Adanya
keterbalasan dana dan daya manusia sungguh-sungguh memerlukan adanya sistem pengelolaan
efisien dan terpadu. Keterpaduan pengelolaan tidak hanya tercermin di dalam hubungan antara negeri
dan swasta, antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, antara departemen yang satu dan
departemen yang lain, di dalam lingkungan jajaran Departemen Pendidikan Nasional sendiri, tetapi
juga di antara semua unsur dan unit lersebut.
Masalah efektifitas
Masalah efektifitas adalah masalah yang menyangkut keampuhan pelaksanaan pendidikan nasional.
Dalam hubungan dengan permasalahan keseimbangan yang dinamis antara
   kualitas dan kuantitas, di samping keterbalasan sumber dana dan tenaga,
    efektivitas proses pendidikan amat penting. Hal ini berkaitan dengan kurikulum,
    termasuk aspek metodologi dan evaluasi, serta masalah guru, pengawas, dan
    masukan instrumental lainnya.
   6. Masalah khusus
   Di samping masalah-masalah umum yang telah dibicarakan di atas, perlu
    dibicarakan pula beberapa masalah khusus sebagai berikut. Guru sebagai
    pelaksana pendidikan faktor kunci di dalam pelaksanaan sistem pendidikan
    nasional. Masalah guru menyangkut soal pengadaan di lembaga-lembaga
    pendidikan guru, pembinaan sistem karir dan prestasi kerja, pengangkatan,
    pemerataan dan penyebaran menurut wilayah dan bidang studi, pembinaan karir
    dan prestasi, status, dan kesejahteraan. Masalah yang kompleks ini menyangkut
    banyak lembaga dan unit serta koordinasi dan kerjasama antara lembaga dan
    unit tersebut.
   Esensi dari permasalahan-permasalahan pendidikan pada hakekatnya adalah
    bermuara pada satu istilah yaitu kualitas pendidikan atau mutu pendidikan.
    Mastuhu (2003) mengemukakan bahwa kata kunci untuk menggambarkan Sistem
    Pendidikan Nasional yang bagaimana yang diperlukan dalam abad-abad
    mendatang ialah pendidikan yang bermutu. Selanjutnya, Mastuhu mengatakan
    bahwa mutu (quality) merupakan suatu istilah yang dinamis yang turus bergerak;
    jika bergerak maju dikatakan mutunya bertambah baik, sebaliknya jika bergerak
    mundur dikatakan mutunya merosot. Mutu dapat berarti superiority atau
    excellence yaitu melebihi standar umum yang berlaku. Sedangkan sesuatu
    dikatakan bermutu jika terdapat kecocokan antara syarat-syarat yang dimiliki oleh
    benda yang dikehendaki dengan maksud dari orang yang menghendakinya
    (Idrus, dkk., 2002).
   Dalam pengelolaan suatu unit pendidikan, mutu dapat dilihat dari: "ma-sukan",
    "proses", dan "hasil". 'Masukan" meliputi: siswa. Tenaga pengajar, administrator,
    dana, sarana, prasarana, kurikulum, buku-buku perpustakaan, laboratorium, dan
    alat-alat pembelajaran, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. "Proses"
    meliputi, pengelolaan lembaga, pengelolaan program studi, pengelolaan program
    studi. pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, interaksi akademik antara civitas
    akademika, seminar dialog, penelitian, wisata ilmiah, evaluasi dan akreditasi.
    Sedangkan "hasil": meliputi lulusan. penerbitan-penerbitan, temuan-temuan
   Ketiga unsur di atas (input, proses, dan output) terus berproses atau berubah-ubah. Oleh
    karena itu, pengelola unit pendidikan atau sekolah perlu menetapkan patokan atau benchmark,
    yaitu standar target yang harus dicapai dalam suatu periode waktu tertentu dan terus berusaha
    melampuinya. Seperti dikemukakan oleh Watson (dalam Taroeratjeka, 2000) bahwa suatu
    upaya pencarian mutu secara terus-menerus demi mendapatkan cara kerja yang lebih baik agar
    mampu tampil bersaing melampui standar umum.
   Menurut Supriadi (2000) kita tidak perlu dipusingkan oleh pertanyaan-pertanyaan mengenai
    validitas metodologisnya atau berusaha mencari excuse apabila ternyata ada hasil-hasil studi
    yang tidak sesuai dengan harapan kita. Sikap optimis perlu untuk dikembangkan bagi
    pendidikan di Indonesia, walaupun hasil surveinya tidak menyenangkan sesuai dengan yang
    diharapkan. langkah selanjutnya membuat visi ke depan untuk meningkatkan kualitas
    manajemen pendidikan.
   Suatu saran yang dikemukakan oleh Supriadi dalam menghadapi permasalahan rendahnya
    kualitas pendidikan di Indonesia adalah memiliki visi global dan kehendak untuk bersaing
    secara internasional, maka insan pendidikan mulai para pengajar dan peneliti di lembaga
    pendidikan tenaga kependidikan di perguruan tinggi dan pengambil keputusan dituntut untuk
    membuka wacana terhadap studi-studi internasional.
KONSEP DASAK SUPERVISI PENGAJARAN DI SEKOLAH
   Di antara masalah-masalah pendidikan yang sedang mendapat pcrhatian pemerintuh salah
    salunya adalah puningkatan mutu pendidikan (Benly, IW2). Dalam PROPENAS (2002)
    dijelaskan bahwa sampai dengan awal abad ke-21 pembangunan pendidikan masih
    menghadapi krisis ekonomi berbagai bidang kcliidupan. Walaupun sejak tahun 2000, ekonomi
    Indonesia telah mulai tumbuh positif (4,8 persen), akibat krisis dalam kehidupan sosial, politik
    dan kepercayaan dikawatirkan masih akan memberi yang kurang menguntungkan terutama
    bagi upaya peningkatan kualitas SDM. Program peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar
    dapat dicapai manakala proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. berdayaguna
    dan berhasil guna.
   Dalam mengkaji risalah mutu pendidikan, tidak dapat lepas dari penyelenggaraan sistem
    pendidikan. Dari berbagai faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan, ditinjau dari aspek
   manajemen pendidikan, termasuk di dalamnya sistem pembinaan profesional
    guru, dan (c) faktor substansi manajemen pendidikan (Mantja, 1998). Untuk dapat
    melaksanakan pembinaan terhadap guru agar lebih profesional, maka instrumen
    yang sangat relevan dan tepat adalah dengan melalui supervisi pengajaran. Oleh
    karena supervisi pengajaran pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan
    kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-
    hari yaitu mengajar para peserta didik di kelas.
   Dari berbagai kajian mengenai rumusan definisi mengenai supervisi, Mantja
    (1998) menuliskan formulasi tentang supervisi pengajaran adalah semua usaha
    yang sifatnya membantu guru atau melayani guru agar ia dapat memperbaiki,
    mengembangkan, dan bahkan meningkatkan pengajarannya, serta dapat pula
    menyediakan kondisi belajar murid yang efek'if dan efisien demi pertumbuhan
    jabatannya untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu
    pendidikan. Definisi yang dirumuskan oleh Mantja ini sudah mewakili konsep
    supervisi pengajaran.
   Apabila dikaji dari tujuannya supervisi pada hakikatnya adalah untuk membantu
    guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya. Harsosandjojo
    (1999) mengemukakan tujuan supervisi yaitu membantu guru dalam hal (1)
    membimbing pengalaman belajar sisvva, (2) menggunakan sumber-sumber
    pengalaman belajar, (3) menggunakan metode-metode yang baru dan alat-alal
    pelajaran modern, (4) memenuhi kebutuhan belajar para siswa, (5) menilai proses
    pembelajaran dan hasil belajar siswa, (6) mcmbina reaksi mental atau moral kerja
    guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka, (7) melihat
    dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, dan (8) mengguaakan waktu dan tenaga
    mereka dalam pembinaan sekolah. Tujuan supervisi ini pada akhirnya adalah
    ditujukan untuk meningkatkan kualitas para siswa. Hal ini sebagaimana
    dikemukakan oleh Sergiovanni (1983) bahwa tujuan supervisi ialah (1) tujuan
    akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang
    bersifat total). Dengan demikian sekaligus akan dapat memperbaiki masyarakat,
    (2) tujuan kedua ialah membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program
    pendidikan dari waktu ke waktu secara kontinyu (dalam rangka menghadapi
    tantangan perubahan zaman), (3) tujuan dekat ialah bekerjasama
    mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat. Tujuan tersebut ditambah
    dengan (4) tujuan perantara ialah membina guru-guru agar dapat
   mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.
   Dalam kaitannya dengan tugas-tugas supervisor, secara lebih khusus Nurtain (1989) membagi
    10 (sepuluh) bidang tugas supervisor yang dirinci sebagai berikut ini. Tugas I,pengembangan
    kurikulum. Tugas 2, pengorganisasian pengajaran. Tujuan 3, pengadaan staf. Tugas 4,
    penyediaan fasilitas. Tugas 5, pcnycdiaan bahan-bahan. Tugas 6, penyusunan penataran
    pendidikan. Tugas 7, pemberian orientasi anggota-anggota staf. Tugas 8, berkaitan dengan
    pelayanan murid khusus. Tugas 9, pengembangan hubungan masyarakat. Dan yang terakhir
    tugas 10, penilaian pengajaran.
   Mengkaji tugas-tugas supervisi pengajaran tersebut di atas, dapat ditelaah dari tujuan
    supervisi pengajaran itu sendiri. Sesuai dengan fungsi pokok supervisi, yaitu memperbaiki dan
    mengembangkan situasi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional,
    maka tujuan supervisi pendidikan mencakup tujuan dasar, tujuan umum dan tujuan khusus.
   Tujuan dasar supervisi pendidikan, adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional
    dan tujuan pendidikan institusional. Tujuan pendidikan nasional secara rinci dan jelas
    dirumuskan dalam GBHN. Sedangkan tujuan institusional dapat dilihat di dalam kurikulum
    yang memuat landasan, program dan pengembangan.
   Tujuan umum supervisi pendidikan, adalah membantu memperbaiki dan mengembangkan
    administrasi pendidikan. Administrasi yang dimaksud adalah meliputi baik administrasi sebagai
    substansi maupun administrasi sebagai proses.
   Administrasi sebagai substansi meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) administrasi kesiswaan, (2)
    administrasi ketenagaan, (3) administrasi kurikulum, (4) administrasi keuangan, (5)
    administrasi sarana/prasarana, dan (6) administrasi hubungan masyarakat. Sedangkan
    administrasi sebagai proses meliputi hal-hal terkait dengan unsur-unsur manajemen, antara
    lain (1) kegiatan perencanaan (planning), (2) kegiatan pengorganisasian (organizing), (3)
    kegiatan pengarahan (actuating) yang meliputi kegiatan pengarahan (directing) dan kegiatan
    pengkoordinasian (coordinating), dan (4) kegiatan pengawasan (controlling).
   Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa untuk meningkatkan kualitas
    belajar mengajar, guru adalah faktor sentral yang perlu mendapatkan perhatian secara
    optimal. Media untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui supervisi pengajaran.
   Supervisi pengajaran pada hakikatnya adalah ditujukan untuk meningkatkan kualitas
    pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas, sehingga tujuan akhirnya adalah kualitas
    hash belajar siswa dapat ditingkatkan secara optimal.

   SUPERVISI PENGAJARAN
   Dalam pemakaiannya secara umum supervisi diberi arti sama dengan director, manager.
    Dalam bahasa umum ini ada kecenderungan untuk membatasi pemakaian istilah supervisor
    kepada orang-orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hicrarkhi
    manajemen.
   Dalam sistem sekolah, khususnya dalam sistem sckolah yang ialah berkembang, situasinya
    agak lain. Dalam Good (1976) supervisi didefinisikan sebagai segala usaha dari para pejabat
    sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan
    tenaga kependidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan
    professional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan peudidikan,
    bahan pengajaran, dan metoda-metoda mengajar, dan evaluasi pengajaran.
   Wiles (1982) menjelaskan bahwa supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi
    belajar-mengajar yang lebih baik; ia adalah suatu kegiatan pelajaran yang disediakan untuk
    membantu para guru menjalankan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Peranan supervisor
    adalah mendukung, membantu, dan membagi, bukan menyuruh. Wiles (1982) selanjutnya
    mengatakan bahwa supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan di dalam
    kelompok, membangun program latihan dalam jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru,
    dan membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam menilai hasil pekerjaannya.

   SUPERVISI PENGAJARAN SEBAGAI PEMBINAAN PROFESIONAL GURU
   Memperhatikan penting dan peranannya pendidikan dasar dan menengah yang demikian
    besar, maka pendidikan dasar dan menengah harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
    Oleh karena itu, pembinaan terhadap para guru di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan
    yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Pembinaan terhadap guru sekolah dasar, terutama
    diarahkan pada pembinaan proses belajar mengajar. Pembinaan proses belajar mengajar
    adalah usaha memberi bantuan pada guru untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan
    keterampilan mengajar dan menumbuhkan sikap profesional, schingga guru menjadi lebih ahli
    dalam mengelola KBM untuk membelajarkan
   anak didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan di
    SD (Depdikbud, 1999/2000).
   Supervisi pendidikan di sekolah dasar lebih diarahkan untuk meningkatkan
    kemampuan guru sekolah dasar dalam rangka peningkatan kualitas proses
    belajar mengajar. Supervisi ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik Kepala
    Sekolah maupun Pengawas Sekolah yang bertugas sebagai supervisor melalui
    pemberian bantuan yang bercorak pelayanan dan bimbingan profesional,
    sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dalam proses belajar mengajar
    dengan lebih baik dari prestasi sebelumnya.
   Supervisi pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah dalam rangka
    pembinaan terhadap para guru. Adapun sasaran pembinaannya, antara lain (1)
    merencanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan strategi belajar aktif, (2)
    mengelola kegiatan belajar mengajar yang menantang dan menarik, (3) menilai
    kemajuan anak belajar, (4) memberikan umpan balik yang bermakna, (5)
    memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran, (6)
    membimbing dan melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar, terutama
    bagi anak lamban dan anak pandai, (7) mengelola kelas sehingga tercipta
    lingkungan belajar yang menyenangkan, dan (8) menyusun dan mengelola
    catatan kemajuan anak (record keeping) (Depdikbud, 1999/2000).
   Menurut Mantja (1990) supervisi atau pembinaan profesional adalah bantuan atau
    layanan yang diberikan kepada guru, agar ia belajar bagaimana mengembangkan
    kemampuannya untuk meningkatkan proses belajar-mengajar di kelas.
    Supervisor atau pembina, yaitu Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, atau semua
    pejabat yang terlibat dalam layanan supervisi, adalah pihak yang selama ini
    dipandang berwewenang, dan karena itu pula dianggap paling bertanggung jawab
    dalam kegiatan supervisi.
   Kilas balik kaji historis supervisi pengajaran, pada awalnya istilah yang
    dimunculkan adalah supervisi pendidikan (Kurikulum 1975). Kemudian. pada
    Kurikulum 1984 dan 1994 digunakan istilah pembinaan profesional guiu atau
    pembinaan guru untuk jenjang sekolah dasar. Walaupun demikian istilah supervisi
    pendidikan dalam Kurikulum SMU 1994 masih tetap digunakan. Dengan demikian
    dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan maupun pembinaan
    profesional merupakan
   nama layanan yang digunakan secara bergantian dalam praktik pendidikan pada
    sekolah-sekolah di Indonesia.
   Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa supervisi (pembinaan profesional
    guru ) dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru
    dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu mengelola proses belajar-
    mengajar dengan segala aspek pendukungnya sehingga berjalan dengan baik
    khususnya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pendidikan dasar
    dapat tercapai secara optimal.
   Pada hakikatnya kegiatan pembinaan menyangkut dua belah pihak yaitu pihak
    yang dilayani atau pihak yang dibina dan pihak yang melayani atau yang
    membina (Ekosusilo, 2003). Baik yang dibina maupun pembina harus sama-sama
    memiliki kemampuan yang berkembang secara serasi sesuai dengan kedudukan
    dan peran masing-masing. Oleh sebab itu, sasaran pembinaan profesional ini
    adalah kedua belah pihak yaitu guru sebagai pihak yang dibina dan kepala
    sekolah atau pengawas sekolah sebagai pihak yang membina.

   BEBERAPA PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
   Secara garis besar ada tiga pendekatan dalam supervisi pendidikan, yaitu (1)
    pendekatan langsung (directive approach), (2) pendekatan tidak langsung (non
    directive approach), dan (3) pendekatan kolaboratif (collaborative approach).
    Pendekatan langsung adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam upaya
    peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah dasar, pengawas TK/SD,
    dan pembina lainnya lebih besar dari pada peran guru yang bersangkutan.
    Pendekatan tidak langsung adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam
    upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas TK/SD,
    dan Pembina lainnya lebih kecil daripada peran guru yang bersangkutan.
    Pendekatan kolaboratif adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam
    upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas TK/SD,
    dan pembina lainnya sama besarnya dengan peran guru yang bersangkutan.
   Penggunaan pendekatan tersebut disesuaikan dengan dua karakteristik guru
    yang akan diberi supervisi, yaitu tingkat abstraksi
   guru (level of teacher abstraction) dan tingkat komitmen guru (level of teacher commitment).
    Daya abstraksi guru bisa tinggi, sedang, dan bisa juga rendah. Demikian pula dengan
    komitmen guru bisa tinggi, sedang, dan rendah. Pendekatan supervisi yang digunakan harus
    disesuaikan dengan tinggi-rendahnya daya abstraksi dan komitmen guru yang disupervisi.
   Guru yang memiliki daya abstraksi dan komitmm yang rendah sebaiknya disupervisi
    dengan pendekatan langsung.
   Guru yang memiliki daya abstraksi yang rendah, tetapi komitmennya tinggi, sebaiknya
    disupervisi dengan pendekatan kolaboiatif.
   Guru yang memiliki daya abstraksi yang tinggi tetapi komitmennya rendah, sebaiknya
    disupervisi dengan pendekatan kolaboratif.
   Guru yang memiliki daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebaiknya disupervisi dengan
    pendekatan tidak langsung (Bafadal, 2003).

   TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI
   Bagaimana Kepala Sekolah dalam mensupervisi para guru ?. Dalam konteks ini, maka Kepala
    Sekolah perlu mengenal dan mempraktekkan teknik-teknik supervisi pendidikan yang lazim
    digunakan dalam pelaksanaan supervisi pengajaran. Ada tersedia sejumlah teknik supervisi
    yang dipandang bermanlaat untuk merangsang dan mengarahkan perhatian guru-guru
    terhadap kurikulum dan pengajaran, untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang bertalian
    dengan mengajar dan belajar, dan untuk menganalisis kondisi-kondisi yang mengelilingi
    mengajar dan belajar. Yang berikut ini pada umumnya dipandang teknik yang paling
    bermanfaat bagi supervisi.

   1. Kunjungan kolas.
   Kunjungan kelas (sering disebut kunjungan supervisi) yang dilakukan kepala sekolah (atau
    pengawas/penilik) adalah teknik paling efektif untuk mengamati guru bekerja, alat, metode,
    dan teknik mengajar tertentu yang dipakainya, dan untuk mem-pelajari situasi belajar secara
    keseluruhan dengan memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan murid.
    Dengan menggunakan hasil analisis observasinya, ia bersama dengan guru dapat menyusun
    suatu program yang baik untuk memperbaiki kondisi yang melingkari mengajar-belajar di kelas
    tertentu. Sudan tentu,
   kunjungan kelas, agar efektif, hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan dilaksanakan dengan
    sangat berhati-hati dengan disertai budi bahasa yang baik pula.
   Pada umumnya kunjungan kelas hendaknya diikuti oleh pembicaraan individual antara kepada
    sekolah dengan guru.
   Pembicaraan individual
   Pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang sangat penting karena kesempatan
    yang diciptakannya bagi kepala sekolah (pengawas/penilik) untuk bekerja secara individual
    dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesional pribadinya. Masalah-masalah
    yang mungkin dipecahkan melalui pembicaraan individual bisa macam-macam: masalah-
    masalah yang bertalian dengan mengajar, dengan kebutuhan yang dirasakan oleh guru,
    dengan pilihan dan pemakaian alat pengajaran, teknik dan prosedur, atau bahkan masalah-
    masalah yang oleh kepala sekolah dipandang perlu untuk dimintakan pendapat guru. Apapun
    yang dijadikan pokok pembicaraan, ia mewakili teknik yang sangat baik untuk membantu guru
    mengembangkan arah diri dan tumbuh dalam pekerjaan.
   Diskusi Kclompok
   Dengan diskusi kelompok (atau sering pula disebut pertemuan kelompok) dimaksud sualu
    kegiatan dimana sekelompok orang berkumpul dalam situasi bcrlatap muka dan melalui
    interaksi lisan bertukar informasi atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang
    masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapal mengambil beberapa bentuk pertemuan
    staf pengajar, seperti: diskusi panel, seminar, lokakarya, konperensi, kelompok studi,
    pekerjaan komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan untuk bersama-sama membicarakan dan
    menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan pengajaran. Pertemuan-pertemuan serupa
    ini dipadang suatu kegiatan yang begitu penting dalam program supervisi modern, sehingga
    guru sebenarnya hidup dalam suasana pelbagai jenis pertemuan kelompok.
   Demonstrasi mengajar
   Demonstrasi mengajar merupakan teknik yang berharga pula. Rencana demonstrasi yang
    telah disusun dengan teliti dan dicetak lebih dulu, dengan menekankan pada hal-hal yang
    dianggap penting atau pada nilai teknik mengajar
   tertentu, akan sangat membantu. Pembicaraan sehabis demonstrasi bisa menjelaskan banyak
    aspek. Suatu analisis observasi adalah perlu.
   Kunjungan kelas antar guru
   Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa kunjungan kelas yang dilakukan guru-guru di
    antara mereka sendiri adalah efektif dan disukai. Kunjungan ini biasanya direncanakan atas
    permintaan guru-guru. Teknik ini akan lebih efektif lagi jika tiap observasi diikuti oleh suatu
    analisis yang berhati-hati.
   Pengembangan kurikulum
   Perencanaan penyesuaian dan pengembangan kurikulum menyediakan kesempatan yang
    sangat baik bagi partisipasi guru. Pentingnya relevansi kurikulum dengan kebutuhan murid
    dan masyarakat bagi pemeliharaan dan peningkatan kualitas pendidikan di negara kita diakui.
    Tetapi dalam prakteknya, sekolah-sekolah secara individual tidak banyak melakukan usaha
    untuk menyesuaikan dan mengembangkan kurikulum standar itu dengan kebutuhan murid dan
    masyarakat terus berubah. Terserah kepada kepala sekolah untuk menciptakan perhatian dan
    keinginan bagi pekerjaan penting dan terus-menerus itu. Penyesuaian dan pengembangan
    kurikulum dilakukan di sekolah dengan mengembangkan materi muatan lokal. Muatan lokal ini
    sesuai dengan potensi lingkungan sekitar sekolah.
   Buletin supervisi
   Buletin supervisi merupakan alat komunikasi yang efektif. Ia bisa berisi pengumuman-
    pengumuman, ikhtisar tentang penelitian-penelitian, analisis presentasi dalam pertemuan-
    pertemuan organisasi professional, dan perkembangan dalam berbagai bidang studi.

   Perpustakaan Profesional
   Perpustakaan professional sekolah merupakan sumber informasi yang sangat membantu
    kepada peitumbuhan professional personil pengajar di sekolah. Perpusta-kaan professional
    menyediakan tidak saja suatu sumber informasi, tapi ia juga suatu rangsangan bagi kepuasan
    pribadi. Buku-buku tentang pandangan professional, bacaan suplementer yang lebih baru, dan
    majalah professional yang banyak jumlah-nya itu hendaknya tersedia bagi semua guru. Juga
    sumbangan-sumbangan dari guru dapat menjadi bagian dari "gudang" informasi ini.
   Lokakarya
   Lokakarya menyediakan kesempatan untuk Kerjasama, untuk memperteukan ide-ide, untuk
    mendiskusikan masalah-masalah bersama alau khuais, dan untuk pertumbuhan pribadi dan
    professional dalam berbagai bidang studi. Ada banyak jenis lokakarya itu. Dalam lokakarya
    seni, barangkali sebagian bcsar waktu akan diisi dengan
   partisipasi sungguh dengan mempelajari keterampilan dan teknik-teknik kegiatan scni.
    Dalam lokakarya matematika lebih banyak tckanan mungkin diberikan kepada
    menganalisis dan memilih pengalaman belajar yang sesuai, menemukan bahan
    teknologi pengajaran dan metode-metode presentasi ini, dan menilai program-program
    baru.
   Survey sekolah-masyarakat
   Suatu studi yang komprehensif tentang masyarakat akan membantu guru dan kepala
    sekolah untuk memahami dengan lebih jelas program sekolah yang akan memenuhi
    kebutuhan dan kepentingan murid.
   Sebenarnya ada teknik-teknik lain, tetapi yang diterapkan di atas dengan singkat adalah
    teknik-teknik yang dalam sejumlah penelitian dipandang telah menunjukkan manfaatnya
    bagi supervisi. Untuk pembahasan yang lebih terurai pembaca disarankan untuk
    membaca sumber-sumber lain.
   Pada hakekatnya tidak ada satu teknik tunggal yang bisa memenuhi segala ke-butuhan;
    dan bahwa sualu teknik tidaklah baik alau buruk pada umumnya, melainkan dalam
    kondisi tertentu. Masalah yang utama adalah menetapkan kebutuhan. Beberapa teknik
    hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang diperkenalkan oleh Sahertian (1989)
    antara lain adalah seperti: (1) laporan kepada orang tua murid, (2) majalah sekolah, (3)
    surat kabar sekolah, (4) pameran sekolah, (5) open house, (6) kunjungan ke sekolah,
    (7) kunjungan ke rumah murid, (8) melalui penjelasan yang diberikan oleh personil
    sekolah, (9) gambaran keadaan sekolah melalui murid-murid, (10) melalui radio dan
    televisi, (11) laporan tahunan, (12) organisasi perkumpulan alumni sekolah, (13) melalui
    kegiatan ekstra kurikulum, dan (14) pendekatan secara akrab.
   RESPON DAN SIKAP GURU TERHADAP SUPERVISI PENGAJARAN
   Kajian tentang sikap guru terhadap supervisi menjadi perhatian Neagley & Evans
    (dalam Mantja, 1998) dengan merujuk sejumlah hasil penelitian beberapa pakar
    supervisi pengajaran. Temuan-temuan yang dilaporkan, antara lain (1) supervisi yang
    efektif harus didasarkan atas prinsip-prinsip yang sesuai dengan perubahan sosial dan
   supervisi dan mengharapkan untuk disupervisi, (5) para guru lebih menghargai
    dan menilai secara positif perilaku supervisi yang "hangat", saling mempercayai,
    bersahabat, dan menghargai guru, (6) supervisi dianggap bermanfaat bila
    direncanakan dengan baik, supervisor menunjukkan sifat membantu dan
    menyediakan model-model pengajaran yang efektif, (7) supervisor memberikan
    peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan keputusan dalam
    wawancara supervisi, (8) supervisor mengutamakan pengembangan keterampilan
    hubungan insani, seperti halnya dengan keterampilan teknis dan (9) supervisor
    seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan
    pemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).
   Dalam praktiknya supervisi pengajaran yang dilaksanakan selama ini masih
    cenderung berorientasi pada administratif saja. Walaupun sudah dirumuskan
    dalam kegiatan supervisi bahwa aspek yang disupervisi adalah administratif dan
    edukatif, namun pada kenyataannya masih cenderung lebih dominan aspek
    administratif. Fenomena ini dikaji secara khusus dalam Konferensi Pendidikan di
    Indonesia: Mengatasi Krisis Menuju Pembaruan, yang diikuti para pakar yang
    kompclen. Salali satu rekomendasi dari konferensi ini, khusu'snya yang berkaitan
    langsung dengan masalah supervisi dikemukakan sebagai berikut ini.
   Rekomendasi 23
   Fungsi-fungsi pengawasan pada semua jenjang pendidikan dioptimalkan seba-gai
    sarana untuk memacu mutu pendidikan. Pengawasan dimaksud dengan
    mengutamakan aspek-aspek akademik daripada administratif sebagaimana
    berlaku selama ini (Jalal & Supriadi, 2001).
   Keefektifan penerapan orientasi dan pendekptan supervisi di atas, tidak hanya
    tergangung pada supervisor saja, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh
    persepsi, respon, dan sikap guru terhadap orientasi dan supervisi yang dilakukan
    oleh supervisor. Penelitian mengenai sikap guru terhadap supervisi dikemukakan
    oleh Ekosusilo (2003) bahwa guru tidak terlalu positif terhadap supervisi yang
    dilakukan supervisor. Selanjutnya dikemukakan oleh Ekosusilo dalam simpulan
    penelitiannya bahwa supervisi yang dilakukan supervisor dianggap biasa-biasa
    saja dan monoton itu-itu saja, bahkan nampak diacuhkan. Namun guru tidak
    menampakkan ketidak-setujuannya di hadapan supervisor,
   karena dilandasi rasa hormat sekaligus tidak ingin menimbulkan konflik. Penelitian yang
    dilakukan Mantja (1989) juga menyimpulkan bahwa respon dan sikap guru terhadap
    supervisi ditentukan oleh kemanfaatan, data pengamatan yang obyektif, kesempatan
    menanggapi balikan, perhatian supervisor terhadap gagasan guru. Supervisi yang
    teratur dan hubungan yang diciptakan dapal mengurangi ketegangan emosional guru.
    Guru lebih menyukai pendekatan supervisi kolaboratif atau non direktif.
   KENDALA-KENDALA PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN
   Dalam pelaksanaannya, supervisi pengajaran di sekolah banyak menghadapi kendala.
    Mantja (1990) dalam temuan disertasinya meuyalakan bahwa kendala-kendala yang
    kurang menunjang keefektifan supervisi, antara lain: sikap personil sekolah yang kurang
    positif terhadap supervisi pengelola teknis edukatif; kurangnya keterampilan supervisi
    kepala sekolah; pengendalian emosional supervisor dalam menerima respons guru;
    kepala sekolah yang karena kurangnya tenaga guru haras memegang kelas atau bidang
    studi tertentu, sehingga supervisi menjadi kurang efektif; dan adanya guru yang tingkat
    pendidikannya lebih tinggi dari kepala sekolahnya. Temuan Mantja ini, nampaknya
    mempunyai kadar transferabilitas yang cukup tinggi, karena kendala-kendala di jenjang
    pendidikan dasar berkisar pada permasalahan-permasalahan temuan tersebut di atas.
    Isvanto (1999) mengemukakan bahwa permasalahan pendidikan, antara lain adalah
    manajemen sekolah yang tidak efektif, dan kemampuan manajemen kepala sekolah
    pada umumnya rendah terutama di sekolah negeri dan pembinaan karier dan
    kesejahteraan guru yang tidak konsisten.
   Mengkaji perihal kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi, temuan Ekosusilo
    (2003) menarik untuk dikemukakan di sink Temuan penelitian Ekosusilo tentang
    pelaksanaan supervisi antara lain: (1) supervisor tidak mengkomunikasikan
    rencana/program supervisinya kepada para guru sebagai subyek supervisi, (2) fokus
    supervisi hanya terarah pada aspek administrasi, kurang menyentuh pada
    pengembangan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, (3)
    supervisor tidak melaksanakan kunjungan kelas secara serius, (4) supervisor
    mendominasi pembicaraan dan berjalan satu arah, (5) tidak ada penilaian umpan balik,
   Kendala-kendala inilah yang mengakibatkan supervisi pengajaran yang
    dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah di sekolah dasar tidak dapat optimal,
    sehingga tujuan pokok pelaksanaan supervisi untuk meningkatkan kualitas
    kegiatan belajar mengajar tidak dapat tercapai. Temuan Ekosusilo (2003) ini
    memberikan gambaran bahwa pembinaan profesional guru masih perlu
    ditingkatkan lebih lanjut.
   SIMPULAN DAN SARAN
   Simpulan
   Berdasarkan uraian tentang peningkatan mutu pendidikan melalui supervisi
    pengajaran di atas, maka dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1)
    masalah-masalah dalam bidang pendidikan adalah (a) masalah kuantitatif, (b)
    masalah kualitatif, (e) masalah relevansi, (d) masalah efisiensi, (e) masalah
    efektivitas, dan (f) masalah khusus; (2) supervisi pengajaran pada hakikatnya
    adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam
    melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu mengajar para peserta didik di
    kelas; (3) supervisor atau pembina, yaitu Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah,
    atau semua pejabat yang terlibat dalam layanan supervisi, adalah pihak yang
    dianggap paling bertanggung jawab dalam kegiatan supervisi; (4) ada tiga
    pendekatan dalam supervisi pengajaran, yaitu (a) pendekatan langsung, (b)
    pendekatan tidak langsung, dan (c) pendekatan kolaboratif; (5) teknik-teknik
    supervisi pendidikan yang paling bermanfaat bagi supervisi antara lain adalah: (a)
    kunjungan kelas, (b) pembicaraan individual, (c) diskusi kelompok, (d)
    demonstrasi mengajar, (e) kunjungan kelas antar guru, (1) pengembangan
    kurikulum, (g) bulletin supervisi, (h) perpustakaan profcsioml, (i) lokakarya, (j)
    survey sekolah-masyarakat; (6) para guru lebih menghargai dan menilai secara
    positif perilaku supervisi yang "hangat", saling mempercayai, bersahabat, dan
    menghargai guru; dan (7) dalam praktiknya supervisi pengajaran yang
    dilaksanakan selama ini masih cenderung berorientasi pada administratif saja.
   Saran-saran
   Berdasarkan simpulan di atas, maka dapatlah dikemukakan saran-saran sebagai
    berikut: (1) untuk meningkatkan kemampuan supervisor, maka perlu secara rutin
    ada program penyegaran bagi para supervisor, sehingga dalam melaksanakan
    tugasnya sesuai dengan tujuau
   supervisi dan sesuai dengan keinginan para
    guru; (2) arah supervisi perlu
    difokuskan/ditekankan kepada aspek akademik
    tanpa mengabaikan faktor administratif sebagai
    pelengkap pelaksanaan supervisi tcrhadap para
    guru di sekolah; (3) dalam pelaksanaan supervisi
    di sekolah, para supervisor perlu membekali
    format dokumen yang dapat merekam dan
    mencatat kegiatan guru dalam melaksanakan
    tugas-

    tugasnya di sekolah; (4) dalam melaksanakan
    supervisi pengajaran disarankan untuk
    menggunakan prosedur supervisi klinis, dan (5)
    perlu ada pertemuan sesuai supervisi untuk
    mendiskusikan hasil supervisi yang telah
    dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas
    Sekolah, sebagai upaya tindak lanjut setelah
    pelaksanaan supervisi dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN
   Bafadal, I. 2003. Seri Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Peningkatan
    Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
    Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
   Benty, D.D.N. 1992. Kemampuan Kepi'la Sekolah Dasar Membantu Guru dalam Mengembangkan
    Pengajaran Menurut Persepsi Guru-Guru SD Negeri di Kecamatan Lowokwaru Kodya Malnng.
    Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasa Sarjana, Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
    Malang.
   Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Dasar 1975, Garis-Garis Besar Program Pengajaran Buku III
    D Pedoman Administrasi dan Supervisi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
   Depdikbud. 1994/1995. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu
    SD, TK dan SLB, Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
    Menenga,'., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
   Depdikbud. 1995. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
    Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
    dan Kebudayaan.
   Depdiknas. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan
    Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
    Nasional.
   Ekosusilo, M. 2003. Iiasil Penelitian Kualitatif, Supervisi Pengajaran Dalam Latar Budaya Jawa,
    Studi Kasus Pembinaan Guru SD di Kralon Surakarta. Sukoharjo: Penerbit Uvitet Bantara Press.
   Indrafachrudi, S.(Koordinator). 1989. Administrasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.
   Idrus, N., dkk. 2000. Quality Assurance, Handbook. 3-Edition. Jakarta: Engineering Education
    Development Project, Du Malcomlm Jones (ed)., Director General of Higher Education.
   Iswanto, B. 1999. Olonomi Daerah: Implikasi bagi Pengelolaan Pendidikan. Makalah disajikan
    dalam seminar nasional Formula Manajemen Pendidikan dalam Kerangka Otonomi Daerah di
   Mantja, W. 1998. Manajemen Pembinaan Profesional
    Guru Berwawasan Pengembangan Sumber Daya
    Manusia: Suatu Kajian Ko.tseptual-historik dan Empirik.
    Pidalo Pengukuhan Guru Besar [KIP Malang. Making:
    Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang,
    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

   Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem
    Pendidikan Nasional dalam Abad 21 (The New Mind
    Set of National Education in the 21s' Century).
    Yogyakarta: Safiria Insania Press bekerjasama dengan
    Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia (MSI
    UII).

   Sahertian, P.A. & Mataheru, F. 1982. Prinsip & Tehnik
    Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

   Supriadi, D. 2004. Satuan Biaya Pendidikan, Dasar dan
    Menengah: Rujukan Bagi Penetapan Kebijakan
    Pendidikan Pada Era Otonomi dan Manajemen
    Berbasis Sekolah. Bandung: PT Lemadja Rosdakarya.
Rochmanu, e  jrnal
Rochmanu, e  jrnal
Rochmanu, e  jrnal

More Related Content

What's hot

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA PRAKTIK DI SMK T...
PENGARUH  KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA  PRAKTIK DI SMK  T...PENGARUH  KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA  PRAKTIK DI SMK  T...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA PRAKTIK DI SMK T...SMK Negeri 6 Malang
 
Contoh Reading List Jurnal
Contoh Reading List JurnalContoh Reading List Jurnal
Contoh Reading List Jurnalisa said
 
Edu 5818 tugasan 1 instructional supervision
Edu 5818 tugasan 1 instructional supervisionEdu 5818 tugasan 1 instructional supervision
Edu 5818 tugasan 1 instructional supervisionIndra Maniam
 
Programe International Student Assessment (PISA)
Programe International Student Assessment (PISA)Programe International Student Assessment (PISA)
Programe International Student Assessment (PISA)Farah Waheeda
 
Makalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikanMakalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikanMuhammad Idris
 
7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesional7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesionalkrys73
 
programme for international student assessment
programme for international student assessmentprogramme for international student assessment
programme for international student assessmentCahaya Cita-Cita
 
Paperpublishstrategipembelajaran11
Paperpublishstrategipembelajaran11Paperpublishstrategipembelajaran11
Paperpublishstrategipembelajaran11johar
 
Review jurnal manajemen strategis
Review jurnal manajemen strategisReview jurnal manajemen strategis
Review jurnal manajemen strategisAgon Wenewolok
 
PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT )
 PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT ) PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT )
PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT )Ameer Chann
 

What's hot (15)

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA PRAKTIK DI SMK T...
PENGARUH  KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA  PRAKTIK DI SMK  T...PENGARUH  KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA  PRAKTIK DI SMK  T...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA PRAKTIK DI SMK T...
 
Contoh Reading List Jurnal
Contoh Reading List JurnalContoh Reading List Jurnal
Contoh Reading List Jurnal
 
Edu 5818 tugasan 1 instructional supervision
Edu 5818 tugasan 1 instructional supervisionEdu 5818 tugasan 1 instructional supervision
Edu 5818 tugasan 1 instructional supervision
 
Teacher's certification 1
Teacher's certification 1Teacher's certification 1
Teacher's certification 1
 
Programe International Student Assessment (PISA)
Programe International Student Assessment (PISA)Programe International Student Assessment (PISA)
Programe International Student Assessment (PISA)
 
Teacher's certification 2
Teacher's certification 2Teacher's certification 2
Teacher's certification 2
 
Tugasan 4
Tugasan 4 Tugasan 4
Tugasan 4
 
Mardapi
MardapiMardapi
Mardapi
 
Makalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikanMakalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikan
 
7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesional7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesional
 
programme for international student assessment
programme for international student assessmentprogramme for international student assessment
programme for international student assessment
 
Paperpublishstrategipembelajaran11
Paperpublishstrategipembelajaran11Paperpublishstrategipembelajaran11
Paperpublishstrategipembelajaran11
 
Review jurnal manajemen strategis
Review jurnal manajemen strategisReview jurnal manajemen strategis
Review jurnal manajemen strategis
 
Proposal disertasi
Proposal disertasiProposal disertasi
Proposal disertasi
 
PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT )
 PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT ) PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT )
PENTAKSIRAN MATEMATIK YANG DILAKSANAKAN DI SEKOLAH. ( PBS , PT3 , DAN KBAT )
 

Similar to Rochmanu, e jrnal

Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahNuruddin Arranirri
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyahManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyahmahmudi moedy
 
Resensi buku
Resensi bukuResensi buku
Resensi bukupaknah
 
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikanMakalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikanMuhammad Idris
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxManajemenPendidikanI3
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidimahmudi moedy
 
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruEjournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruAGUS SETIYONO
 
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruEjournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruMbakyu Sarah
 
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruEjournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruAGUS SETIYONO
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanMastudiar Daryus
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanMastudiar Daryus
 
Artikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docx
Artikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docxArtikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docx
Artikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docxssuserf77389
 
manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)
manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)
manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)rumaini
 
inovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolio
inovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolioinovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolio
inovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolioharjunode
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitamahmudi moedy
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015anida juita
 

Similar to Rochmanu, e jrnal (20)

Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyahManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
 
Makalah daspen
Makalah daspenMakalah daspen
Makalah daspen
 
Resensi buku
Resensi bukuResensi buku
Resensi buku
 
Resensi buku
Resensi bukuResensi buku
Resensi buku
 
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikanMakalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikan
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
 
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruEjournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
 
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruEjournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
 
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guruEjournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
Ejournal 4 analisis kompetensi lulusan melalui kinerja guru
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan
 
Artikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docx
Artikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docxArtikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docx
Artikel Pembiayaan Pendidikan Kelompok 11 (Sudarsih dkk).docx
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)
manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)
manajemen_pendidikan_islam.dedenmakbuloh(rumaini)
 
inovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolio
inovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolioinovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolio
inovasi pendidikan dalam pembelajaran ips berbasis portofolio
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
 

More from Vaza Ienstinc

More from Vaza Ienstinc (7)

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Interaksi sosial
Interaksi  sosialInteraksi  sosial
Interaksi sosial
 
Jurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blogJurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blog
 
Jurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blogJurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blog
 
E jurnal penelitian
E  jurnal penelitianE  jurnal penelitian
E jurnal penelitian
 
E jurnal penelitian
E  jurnal penelitianE  jurnal penelitian
E jurnal penelitian
 
Dr. rohmanu fauzi m.pd
Dr. rohmanu fauzi m.pdDr. rohmanu fauzi m.pd
Dr. rohmanu fauzi m.pd
 

Rochmanu, e jrnal

  • 1. * SUPERVISI PENGAJARAN SEBAGAI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU Rochmanu Fauzi
  • 2. Abstrak supervisi pengajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu mengajar. Ada tiga pendekatan dalam supervisi pengajaran, yaitu (1) pendekatan langsung, (2) pende-katan tidak langsung, dan (3) kolaboratif. Teknik- teknik supervisi pengajaran yang paling bermanfaat adalah kunjungan kelas, pembicaraan individual, Diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan sebagainya. Para guru lebih menghargai supervisor yang hangat dan menghargai guru. Dalam praktiknya supervisi penga-jaran masih berorientasi pada aspek administratif saja. Berdasarkan uraian tersebut disarankan para supervisor perlu ada penyegaran secara rutin, dalam pelaksanaan supervisi pengajaran para supervisor sebaiknya menggunakan pendekatan supervisi klinis, perlu ada pertemuan seusai supervisi yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah, sebagai upaya untuk tindak lanjut setelah pelaksanaan supervisi dilaksanakan. Kata kunci: mutu pendidikan, supervisi pengajaran.
  • 3. bukan hanya sekedar melestaiikan kebudayaan dan meneruskan dari generasi ke generasi. Akan tetapi juga diharapkan akan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan. Sementara itu, salah satu fenomena di bidang pendidikan yang banyak disoroti oleh para pemerhati, cendekiawan maupun masyarakat pada umumnya adalah masalah mutu pendidikan. Membahas masalah mutu pendidikan, sebenarnya membahas masalah yang sangat kompleks. Oleh karena masalah mutu pendidikan selalu kait-mengkait dengan indikator-indikator lainnya. Salah satu instrumen yang dianggap cukup efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan supervisi pengajaran oleh Kepala Sekolah maupun Pengawas. Untuk itu perlu adanya pergeseran dari paradigma lama menuju ke paradigma yang baru. Paradigma baru manajemen pendidikan tinggi, terdiri dari akreditasi, akuntabilitas, evaluasi, otonomi dan mutu. Kelima paradigma baru pendidikan tersebut saling terkait satu sama lain dan seyogyanya ini dijadikan acuan dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, mutu sebagai salah satu paradigma yang harus ditata secara terus menerus dan berkelanjutan. Menurut Mastuhu (2003) dalam pengelolaan suatu unit pendidikan, mutu dapat dilihat dari "masukan", "proses", dan "hasil". Permasalahan pendidikan yang diidentifikasi (Depdikbud, 1983), sampai saat ini, formulasinya tetap sama, yaitu masalah (1) masalah kuantitatif, (2) masalah kualitatif, (3) masalah relevansi, (4) masalah efisiensi, (5) masalah efektivitas, dan (6) masalah khusus. Uraian secara singkat masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut ini. Masalah Kuantitatif Masalah kuantitatif adalah masalah yang timbul sebagai akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan pada satu pihak dan pertumbuhan penduduk Indonesia pada pihak lain. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya suatu sistem pendidikan nasional yang memungkinkan setiap warga ncgara Indonesia memperoleh pendidikan yang layak sebagai bekal dasar kehidupannya sebagai warga negara. Dalam rangka pemerataan pendidikan ini, perlu dilaksanakan kewajiban belajar dengan segala konsekuensinya dalam bidang pembiayaan, ketenagaan, dan peralatan.
  • 4. Masalah kualitatif Masalah kualitatif adalah masalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia gara bangsa Indonesia dapat meinpertahankan eksistcnsinya. Dalam masalah ini tercakup pula masalah ketinggalan bangsa Indonesia dan perkembangan modern. Ditinjau dari latar bclakang ini, masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang memprihatinkan dalam rangka kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam sistem pendidikan ini sendiri, masalah kualitas menyangkut banyak hal, antara lain kualitas calon anak didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya, prasarana, dan sarana. Penanganan aspek kualitatif ini berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitatif sehingga perlu sekali adanya keseimbangan yang dinamis dalam proses pengembangan pendidikan nasional, sehingga peningkatan kualitas tidak sampai menghambat peningkatan kuantitas dan sebaliknya. Masalah relevansi Masalah relevansi adalah masalah yang timbul dari hubungan antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional serta antara kepentingan perorangan, keluarga, dan masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini meminta adanya keterpaduan di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional agar pendidikan merupakan wahana penunjang yang efektif bagi proses pembangunan dan ketahanan nasional. Masalah ini dengan sendirinya mempunyai kaitan pula dengan masalah pokok di dalam pembangunan nasional, seperti masalah tata nilai, industri. pembangunan pertanian, perencanaan tenaga kerja, dan pertumbuhan wilayah. Masalah efisiensi Masalah efisiensi pada hakikatnya adalah masalah pengelolaan pendidikan nasional. Adanya keterbalasan dana dan daya manusia sungguh-sungguh memerlukan adanya sistem pengelolaan efisien dan terpadu. Keterpaduan pengelolaan tidak hanya tercermin di dalam hubungan antara negeri dan swasta, antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, antara departemen yang satu dan departemen yang lain, di dalam lingkungan jajaran Departemen Pendidikan Nasional sendiri, tetapi juga di antara semua unsur dan unit lersebut. Masalah efektifitas Masalah efektifitas adalah masalah yang menyangkut keampuhan pelaksanaan pendidikan nasional. Dalam hubungan dengan permasalahan keseimbangan yang dinamis antara
  • 5. kualitas dan kuantitas, di samping keterbalasan sumber dana dan tenaga, efektivitas proses pendidikan amat penting. Hal ini berkaitan dengan kurikulum, termasuk aspek metodologi dan evaluasi, serta masalah guru, pengawas, dan masukan instrumental lainnya.  6. Masalah khusus  Di samping masalah-masalah umum yang telah dibicarakan di atas, perlu dibicarakan pula beberapa masalah khusus sebagai berikut. Guru sebagai pelaksana pendidikan faktor kunci di dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Masalah guru menyangkut soal pengadaan di lembaga-lembaga pendidikan guru, pembinaan sistem karir dan prestasi kerja, pengangkatan, pemerataan dan penyebaran menurut wilayah dan bidang studi, pembinaan karir dan prestasi, status, dan kesejahteraan. Masalah yang kompleks ini menyangkut banyak lembaga dan unit serta koordinasi dan kerjasama antara lembaga dan unit tersebut.  Esensi dari permasalahan-permasalahan pendidikan pada hakekatnya adalah bermuara pada satu istilah yaitu kualitas pendidikan atau mutu pendidikan. Mastuhu (2003) mengemukakan bahwa kata kunci untuk menggambarkan Sistem Pendidikan Nasional yang bagaimana yang diperlukan dalam abad-abad mendatang ialah pendidikan yang bermutu. Selanjutnya, Mastuhu mengatakan bahwa mutu (quality) merupakan suatu istilah yang dinamis yang turus bergerak; jika bergerak maju dikatakan mutunya bertambah baik, sebaliknya jika bergerak mundur dikatakan mutunya merosot. Mutu dapat berarti superiority atau excellence yaitu melebihi standar umum yang berlaku. Sedangkan sesuatu dikatakan bermutu jika terdapat kecocokan antara syarat-syarat yang dimiliki oleh benda yang dikehendaki dengan maksud dari orang yang menghendakinya (Idrus, dkk., 2002).  Dalam pengelolaan suatu unit pendidikan, mutu dapat dilihat dari: "ma-sukan", "proses", dan "hasil". 'Masukan" meliputi: siswa. Tenaga pengajar, administrator, dana, sarana, prasarana, kurikulum, buku-buku perpustakaan, laboratorium, dan alat-alat pembelajaran, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. "Proses" meliputi, pengelolaan lembaga, pengelolaan program studi, pengelolaan program studi. pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, interaksi akademik antara civitas akademika, seminar dialog, penelitian, wisata ilmiah, evaluasi dan akreditasi. Sedangkan "hasil": meliputi lulusan. penerbitan-penerbitan, temuan-temuan
  • 6. Ketiga unsur di atas (input, proses, dan output) terus berproses atau berubah-ubah. Oleh karena itu, pengelola unit pendidikan atau sekolah perlu menetapkan patokan atau benchmark, yaitu standar target yang harus dicapai dalam suatu periode waktu tertentu dan terus berusaha melampuinya. Seperti dikemukakan oleh Watson (dalam Taroeratjeka, 2000) bahwa suatu upaya pencarian mutu secara terus-menerus demi mendapatkan cara kerja yang lebih baik agar mampu tampil bersaing melampui standar umum.  Menurut Supriadi (2000) kita tidak perlu dipusingkan oleh pertanyaan-pertanyaan mengenai validitas metodologisnya atau berusaha mencari excuse apabila ternyata ada hasil-hasil studi yang tidak sesuai dengan harapan kita. Sikap optimis perlu untuk dikembangkan bagi pendidikan di Indonesia, walaupun hasil surveinya tidak menyenangkan sesuai dengan yang diharapkan. langkah selanjutnya membuat visi ke depan untuk meningkatkan kualitas manajemen pendidikan.  Suatu saran yang dikemukakan oleh Supriadi dalam menghadapi permasalahan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah memiliki visi global dan kehendak untuk bersaing secara internasional, maka insan pendidikan mulai para pengajar dan peneliti di lembaga pendidikan tenaga kependidikan di perguruan tinggi dan pengambil keputusan dituntut untuk membuka wacana terhadap studi-studi internasional. KONSEP DASAK SUPERVISI PENGAJARAN DI SEKOLAH  Di antara masalah-masalah pendidikan yang sedang mendapat pcrhatian pemerintuh salah salunya adalah puningkatan mutu pendidikan (Benly, IW2). Dalam PROPENAS (2002) dijelaskan bahwa sampai dengan awal abad ke-21 pembangunan pendidikan masih menghadapi krisis ekonomi berbagai bidang kcliidupan. Walaupun sejak tahun 2000, ekonomi Indonesia telah mulai tumbuh positif (4,8 persen), akibat krisis dalam kehidupan sosial, politik dan kepercayaan dikawatirkan masih akan memberi yang kurang menguntungkan terutama bagi upaya peningkatan kualitas SDM. Program peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar dapat dicapai manakala proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. berdayaguna dan berhasil guna.  Dalam mengkaji risalah mutu pendidikan, tidak dapat lepas dari penyelenggaraan sistem pendidikan. Dari berbagai faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan, ditinjau dari aspek
  • 7. manajemen pendidikan, termasuk di dalamnya sistem pembinaan profesional guru, dan (c) faktor substansi manajemen pendidikan (Mantja, 1998). Untuk dapat melaksanakan pembinaan terhadap guru agar lebih profesional, maka instrumen yang sangat relevan dan tepat adalah dengan melalui supervisi pengajaran. Oleh karena supervisi pengajaran pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari- hari yaitu mengajar para peserta didik di kelas.  Dari berbagai kajian mengenai rumusan definisi mengenai supervisi, Mantja (1998) menuliskan formulasi tentang supervisi pengajaran adalah semua usaha yang sifatnya membantu guru atau melayani guru agar ia dapat memperbaiki, mengembangkan, dan bahkan meningkatkan pengajarannya, serta dapat pula menyediakan kondisi belajar murid yang efek'if dan efisien demi pertumbuhan jabatannya untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Definisi yang dirumuskan oleh Mantja ini sudah mewakili konsep supervisi pengajaran.  Apabila dikaji dari tujuannya supervisi pada hakikatnya adalah untuk membantu guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya. Harsosandjojo (1999) mengemukakan tujuan supervisi yaitu membantu guru dalam hal (1) membimbing pengalaman belajar sisvva, (2) menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (3) menggunakan metode-metode yang baru dan alat-alal pelajaran modern, (4) memenuhi kebutuhan belajar para siswa, (5) menilai proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, (6) mcmbina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka, (7) melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, dan (8) mengguaakan waktu dan tenaga mereka dalam pembinaan sekolah. Tujuan supervisi ini pada akhirnya adalah ditujukan untuk meningkatkan kualitas para siswa. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni (1983) bahwa tujuan supervisi ialah (1) tujuan akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang bersifat total). Dengan demikian sekaligus akan dapat memperbaiki masyarakat, (2) tujuan kedua ialah membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara kontinyu (dalam rangka menghadapi tantangan perubahan zaman), (3) tujuan dekat ialah bekerjasama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat. Tujuan tersebut ditambah dengan (4) tujuan perantara ialah membina guru-guru agar dapat
  • 8. mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.  Dalam kaitannya dengan tugas-tugas supervisor, secara lebih khusus Nurtain (1989) membagi 10 (sepuluh) bidang tugas supervisor yang dirinci sebagai berikut ini. Tugas I,pengembangan kurikulum. Tugas 2, pengorganisasian pengajaran. Tujuan 3, pengadaan staf. Tugas 4, penyediaan fasilitas. Tugas 5, pcnycdiaan bahan-bahan. Tugas 6, penyusunan penataran pendidikan. Tugas 7, pemberian orientasi anggota-anggota staf. Tugas 8, berkaitan dengan pelayanan murid khusus. Tugas 9, pengembangan hubungan masyarakat. Dan yang terakhir tugas 10, penilaian pengajaran.  Mengkaji tugas-tugas supervisi pengajaran tersebut di atas, dapat ditelaah dari tujuan supervisi pengajaran itu sendiri. Sesuai dengan fungsi pokok supervisi, yaitu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, maka tujuan supervisi pendidikan mencakup tujuan dasar, tujuan umum dan tujuan khusus.  Tujuan dasar supervisi pendidikan, adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan institusional. Tujuan pendidikan nasional secara rinci dan jelas dirumuskan dalam GBHN. Sedangkan tujuan institusional dapat dilihat di dalam kurikulum yang memuat landasan, program dan pengembangan.  Tujuan umum supervisi pendidikan, adalah membantu memperbaiki dan mengembangkan administrasi pendidikan. Administrasi yang dimaksud adalah meliputi baik administrasi sebagai substansi maupun administrasi sebagai proses.  Administrasi sebagai substansi meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) administrasi kesiswaan, (2) administrasi ketenagaan, (3) administrasi kurikulum, (4) administrasi keuangan, (5) administrasi sarana/prasarana, dan (6) administrasi hubungan masyarakat. Sedangkan administrasi sebagai proses meliputi hal-hal terkait dengan unsur-unsur manajemen, antara lain (1) kegiatan perencanaan (planning), (2) kegiatan pengorganisasian (organizing), (3) kegiatan pengarahan (actuating) yang meliputi kegiatan pengarahan (directing) dan kegiatan pengkoordinasian (coordinating), dan (4) kegiatan pengawasan (controlling).  Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar, guru adalah faktor sentral yang perlu mendapatkan perhatian secara optimal. Media untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui supervisi pengajaran.
  • 9. Supervisi pengajaran pada hakikatnya adalah ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas, sehingga tujuan akhirnya adalah kualitas hash belajar siswa dapat ditingkatkan secara optimal.   SUPERVISI PENGAJARAN  Dalam pemakaiannya secara umum supervisi diberi arti sama dengan director, manager. Dalam bahasa umum ini ada kecenderungan untuk membatasi pemakaian istilah supervisor kepada orang-orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hicrarkhi manajemen.  Dalam sistem sekolah, khususnya dalam sistem sckolah yang ialah berkembang, situasinya agak lain. Dalam Good (1976) supervisi didefinisikan sebagai segala usaha dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga kependidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan peudidikan, bahan pengajaran, dan metoda-metoda mengajar, dan evaluasi pengajaran.  Wiles (1982) menjelaskan bahwa supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik; ia adalah suatu kegiatan pelajaran yang disediakan untuk membantu para guru menjalankan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Peranan supervisor adalah mendukung, membantu, dan membagi, bukan menyuruh. Wiles (1982) selanjutnya mengatakan bahwa supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan dalam jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, dan membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam menilai hasil pekerjaannya.   SUPERVISI PENGAJARAN SEBAGAI PEMBINAAN PROFESIONAL GURU  Memperhatikan penting dan peranannya pendidikan dasar dan menengah yang demikian besar, maka pendidikan dasar dan menengah harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pembinaan terhadap para guru di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Pembinaan terhadap guru sekolah dasar, terutama diarahkan pada pembinaan proses belajar mengajar. Pembinaan proses belajar mengajar adalah usaha memberi bantuan pada guru untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan mengajar dan menumbuhkan sikap profesional, schingga guru menjadi lebih ahli dalam mengelola KBM untuk membelajarkan
  • 10. anak didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan di SD (Depdikbud, 1999/2000).  Supervisi pendidikan di sekolah dasar lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan guru sekolah dasar dalam rangka peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Supervisi ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah yang bertugas sebagai supervisor melalui pemberian bantuan yang bercorak pelayanan dan bimbingan profesional, sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dalam proses belajar mengajar dengan lebih baik dari prestasi sebelumnya.  Supervisi pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah dalam rangka pembinaan terhadap para guru. Adapun sasaran pembinaannya, antara lain (1) merencanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan strategi belajar aktif, (2) mengelola kegiatan belajar mengajar yang menantang dan menarik, (3) menilai kemajuan anak belajar, (4) memberikan umpan balik yang bermakna, (5) memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran, (6) membimbing dan melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar, terutama bagi anak lamban dan anak pandai, (7) mengelola kelas sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan, dan (8) menyusun dan mengelola catatan kemajuan anak (record keeping) (Depdikbud, 1999/2000).  Menurut Mantja (1990) supervisi atau pembinaan profesional adalah bantuan atau layanan yang diberikan kepada guru, agar ia belajar bagaimana mengembangkan kemampuannya untuk meningkatkan proses belajar-mengajar di kelas. Supervisor atau pembina, yaitu Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, atau semua pejabat yang terlibat dalam layanan supervisi, adalah pihak yang selama ini dipandang berwewenang, dan karena itu pula dianggap paling bertanggung jawab dalam kegiatan supervisi.  Kilas balik kaji historis supervisi pengajaran, pada awalnya istilah yang dimunculkan adalah supervisi pendidikan (Kurikulum 1975). Kemudian. pada Kurikulum 1984 dan 1994 digunakan istilah pembinaan profesional guiu atau pembinaan guru untuk jenjang sekolah dasar. Walaupun demikian istilah supervisi pendidikan dalam Kurikulum SMU 1994 masih tetap digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan maupun pembinaan profesional merupakan
  • 11. nama layanan yang digunakan secara bergantian dalam praktik pendidikan pada sekolah-sekolah di Indonesia.  Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa supervisi (pembinaan profesional guru ) dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu mengelola proses belajar- mengajar dengan segala aspek pendukungnya sehingga berjalan dengan baik khususnya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pendidikan dasar dapat tercapai secara optimal.  Pada hakikatnya kegiatan pembinaan menyangkut dua belah pihak yaitu pihak yang dilayani atau pihak yang dibina dan pihak yang melayani atau yang membina (Ekosusilo, 2003). Baik yang dibina maupun pembina harus sama-sama memiliki kemampuan yang berkembang secara serasi sesuai dengan kedudukan dan peran masing-masing. Oleh sebab itu, sasaran pembinaan profesional ini adalah kedua belah pihak yaitu guru sebagai pihak yang dibina dan kepala sekolah atau pengawas sekolah sebagai pihak yang membina.   BEBERAPA PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN  Secara garis besar ada tiga pendekatan dalam supervisi pendidikan, yaitu (1) pendekatan langsung (directive approach), (2) pendekatan tidak langsung (non directive approach), dan (3) pendekatan kolaboratif (collaborative approach). Pendekatan langsung adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah dasar, pengawas TK/SD, dan pembina lainnya lebih besar dari pada peran guru yang bersangkutan. Pendekatan tidak langsung adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas TK/SD, dan Pembina lainnya lebih kecil daripada peran guru yang bersangkutan. Pendekatan kolaboratif adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas TK/SD, dan pembina lainnya sama besarnya dengan peran guru yang bersangkutan.  Penggunaan pendekatan tersebut disesuaikan dengan dua karakteristik guru yang akan diberi supervisi, yaitu tingkat abstraksi
  • 12. guru (level of teacher abstraction) dan tingkat komitmen guru (level of teacher commitment). Daya abstraksi guru bisa tinggi, sedang, dan bisa juga rendah. Demikian pula dengan komitmen guru bisa tinggi, sedang, dan rendah. Pendekatan supervisi yang digunakan harus disesuaikan dengan tinggi-rendahnya daya abstraksi dan komitmen guru yang disupervisi.  Guru yang memiliki daya abstraksi dan komitmm yang rendah sebaiknya disupervisi dengan pendekatan langsung.  Guru yang memiliki daya abstraksi yang rendah, tetapi komitmennya tinggi, sebaiknya disupervisi dengan pendekatan kolaboiatif.  Guru yang memiliki daya abstraksi yang tinggi tetapi komitmennya rendah, sebaiknya disupervisi dengan pendekatan kolaboratif.  Guru yang memiliki daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebaiknya disupervisi dengan pendekatan tidak langsung (Bafadal, 2003).   TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI  Bagaimana Kepala Sekolah dalam mensupervisi para guru ?. Dalam konteks ini, maka Kepala Sekolah perlu mengenal dan mempraktekkan teknik-teknik supervisi pendidikan yang lazim digunakan dalam pelaksanaan supervisi pengajaran. Ada tersedia sejumlah teknik supervisi yang dipandang bermanlaat untuk merangsang dan mengarahkan perhatian guru-guru terhadap kurikulum dan pengajaran, untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang bertalian dengan mengajar dan belajar, dan untuk menganalisis kondisi-kondisi yang mengelilingi mengajar dan belajar. Yang berikut ini pada umumnya dipandang teknik yang paling bermanfaat bagi supervisi.   1. Kunjungan kolas.  Kunjungan kelas (sering disebut kunjungan supervisi) yang dilakukan kepala sekolah (atau pengawas/penilik) adalah teknik paling efektif untuk mengamati guru bekerja, alat, metode, dan teknik mengajar tertentu yang dipakainya, dan untuk mem-pelajari situasi belajar secara keseluruhan dengan memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan murid. Dengan menggunakan hasil analisis observasinya, ia bersama dengan guru dapat menyusun suatu program yang baik untuk memperbaiki kondisi yang melingkari mengajar-belajar di kelas tertentu. Sudan tentu,
  • 13. kunjungan kelas, agar efektif, hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan dilaksanakan dengan sangat berhati-hati dengan disertai budi bahasa yang baik pula.  Pada umumnya kunjungan kelas hendaknya diikuti oleh pembicaraan individual antara kepada sekolah dengan guru.  Pembicaraan individual  Pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang sangat penting karena kesempatan yang diciptakannya bagi kepala sekolah (pengawas/penilik) untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesional pribadinya. Masalah-masalah yang mungkin dipecahkan melalui pembicaraan individual bisa macam-macam: masalah- masalah yang bertalian dengan mengajar, dengan kebutuhan yang dirasakan oleh guru, dengan pilihan dan pemakaian alat pengajaran, teknik dan prosedur, atau bahkan masalah- masalah yang oleh kepala sekolah dipandang perlu untuk dimintakan pendapat guru. Apapun yang dijadikan pokok pembicaraan, ia mewakili teknik yang sangat baik untuk membantu guru mengembangkan arah diri dan tumbuh dalam pekerjaan.  Diskusi Kclompok  Dengan diskusi kelompok (atau sering pula disebut pertemuan kelompok) dimaksud sualu kegiatan dimana sekelompok orang berkumpul dalam situasi bcrlatap muka dan melalui interaksi lisan bertukar informasi atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapal mengambil beberapa bentuk pertemuan staf pengajar, seperti: diskusi panel, seminar, lokakarya, konperensi, kelompok studi, pekerjaan komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan untuk bersama-sama membicarakan dan menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan pengajaran. Pertemuan-pertemuan serupa ini dipadang suatu kegiatan yang begitu penting dalam program supervisi modern, sehingga guru sebenarnya hidup dalam suasana pelbagai jenis pertemuan kelompok.  Demonstrasi mengajar  Demonstrasi mengajar merupakan teknik yang berharga pula. Rencana demonstrasi yang telah disusun dengan teliti dan dicetak lebih dulu, dengan menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau pada nilai teknik mengajar  tertentu, akan sangat membantu. Pembicaraan sehabis demonstrasi bisa menjelaskan banyak aspek. Suatu analisis observasi adalah perlu.  Kunjungan kelas antar guru
  • 14. Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa kunjungan kelas yang dilakukan guru-guru di antara mereka sendiri adalah efektif dan disukai. Kunjungan ini biasanya direncanakan atas permintaan guru-guru. Teknik ini akan lebih efektif lagi jika tiap observasi diikuti oleh suatu analisis yang berhati-hati.  Pengembangan kurikulum  Perencanaan penyesuaian dan pengembangan kurikulum menyediakan kesempatan yang sangat baik bagi partisipasi guru. Pentingnya relevansi kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat bagi pemeliharaan dan peningkatan kualitas pendidikan di negara kita diakui. Tetapi dalam prakteknya, sekolah-sekolah secara individual tidak banyak melakukan usaha untuk menyesuaikan dan mengembangkan kurikulum standar itu dengan kebutuhan murid dan masyarakat terus berubah. Terserah kepada kepala sekolah untuk menciptakan perhatian dan keinginan bagi pekerjaan penting dan terus-menerus itu. Penyesuaian dan pengembangan kurikulum dilakukan di sekolah dengan mengembangkan materi muatan lokal. Muatan lokal ini sesuai dengan potensi lingkungan sekitar sekolah.  Buletin supervisi  Buletin supervisi merupakan alat komunikasi yang efektif. Ia bisa berisi pengumuman- pengumuman, ikhtisar tentang penelitian-penelitian, analisis presentasi dalam pertemuan- pertemuan organisasi professional, dan perkembangan dalam berbagai bidang studi.   Perpustakaan Profesional  Perpustakaan professional sekolah merupakan sumber informasi yang sangat membantu kepada peitumbuhan professional personil pengajar di sekolah. Perpusta-kaan professional menyediakan tidak saja suatu sumber informasi, tapi ia juga suatu rangsangan bagi kepuasan pribadi. Buku-buku tentang pandangan professional, bacaan suplementer yang lebih baru, dan majalah professional yang banyak jumlah-nya itu hendaknya tersedia bagi semua guru. Juga sumbangan-sumbangan dari guru dapat menjadi bagian dari "gudang" informasi ini.  Lokakarya  Lokakarya menyediakan kesempatan untuk Kerjasama, untuk memperteukan ide-ide, untuk mendiskusikan masalah-masalah bersama alau khuais, dan untuk pertumbuhan pribadi dan professional dalam berbagai bidang studi. Ada banyak jenis lokakarya itu. Dalam lokakarya seni, barangkali sebagian bcsar waktu akan diisi dengan
  • 15. partisipasi sungguh dengan mempelajari keterampilan dan teknik-teknik kegiatan scni. Dalam lokakarya matematika lebih banyak tckanan mungkin diberikan kepada menganalisis dan memilih pengalaman belajar yang sesuai, menemukan bahan teknologi pengajaran dan metode-metode presentasi ini, dan menilai program-program baru.  Survey sekolah-masyarakat  Suatu studi yang komprehensif tentang masyarakat akan membantu guru dan kepala sekolah untuk memahami dengan lebih jelas program sekolah yang akan memenuhi kebutuhan dan kepentingan murid.  Sebenarnya ada teknik-teknik lain, tetapi yang diterapkan di atas dengan singkat adalah teknik-teknik yang dalam sejumlah penelitian dipandang telah menunjukkan manfaatnya bagi supervisi. Untuk pembahasan yang lebih terurai pembaca disarankan untuk membaca sumber-sumber lain.  Pada hakekatnya tidak ada satu teknik tunggal yang bisa memenuhi segala ke-butuhan; dan bahwa sualu teknik tidaklah baik alau buruk pada umumnya, melainkan dalam kondisi tertentu. Masalah yang utama adalah menetapkan kebutuhan. Beberapa teknik hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang diperkenalkan oleh Sahertian (1989) antara lain adalah seperti: (1) laporan kepada orang tua murid, (2) majalah sekolah, (3) surat kabar sekolah, (4) pameran sekolah, (5) open house, (6) kunjungan ke sekolah, (7) kunjungan ke rumah murid, (8) melalui penjelasan yang diberikan oleh personil sekolah, (9) gambaran keadaan sekolah melalui murid-murid, (10) melalui radio dan televisi, (11) laporan tahunan, (12) organisasi perkumpulan alumni sekolah, (13) melalui kegiatan ekstra kurikulum, dan (14) pendekatan secara akrab.  RESPON DAN SIKAP GURU TERHADAP SUPERVISI PENGAJARAN  Kajian tentang sikap guru terhadap supervisi menjadi perhatian Neagley & Evans (dalam Mantja, 1998) dengan merujuk sejumlah hasil penelitian beberapa pakar supervisi pengajaran. Temuan-temuan yang dilaporkan, antara lain (1) supervisi yang efektif harus didasarkan atas prinsip-prinsip yang sesuai dengan perubahan sosial dan
  • 16. supervisi dan mengharapkan untuk disupervisi, (5) para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisi yang "hangat", saling mempercayai, bersahabat, dan menghargai guru, (6) supervisi dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor menunjukkan sifat membantu dan menyediakan model-model pengajaran yang efektif, (7) supervisor memberikan peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan keputusan dalam wawancara supervisi, (8) supervisor mengutamakan pengembangan keterampilan hubungan insani, seperti halnya dengan keterampilan teknis dan (9) supervisor seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan pemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).  Dalam praktiknya supervisi pengajaran yang dilaksanakan selama ini masih cenderung berorientasi pada administratif saja. Walaupun sudah dirumuskan dalam kegiatan supervisi bahwa aspek yang disupervisi adalah administratif dan edukatif, namun pada kenyataannya masih cenderung lebih dominan aspek administratif. Fenomena ini dikaji secara khusus dalam Konferensi Pendidikan di Indonesia: Mengatasi Krisis Menuju Pembaruan, yang diikuti para pakar yang kompclen. Salali satu rekomendasi dari konferensi ini, khusu'snya yang berkaitan langsung dengan masalah supervisi dikemukakan sebagai berikut ini.  Rekomendasi 23  Fungsi-fungsi pengawasan pada semua jenjang pendidikan dioptimalkan seba-gai sarana untuk memacu mutu pendidikan. Pengawasan dimaksud dengan mengutamakan aspek-aspek akademik daripada administratif sebagaimana berlaku selama ini (Jalal & Supriadi, 2001).  Keefektifan penerapan orientasi dan pendekptan supervisi di atas, tidak hanya tergangung pada supervisor saja, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh persepsi, respon, dan sikap guru terhadap orientasi dan supervisi yang dilakukan oleh supervisor. Penelitian mengenai sikap guru terhadap supervisi dikemukakan oleh Ekosusilo (2003) bahwa guru tidak terlalu positif terhadap supervisi yang dilakukan supervisor. Selanjutnya dikemukakan oleh Ekosusilo dalam simpulan penelitiannya bahwa supervisi yang dilakukan supervisor dianggap biasa-biasa saja dan monoton itu-itu saja, bahkan nampak diacuhkan. Namun guru tidak menampakkan ketidak-setujuannya di hadapan supervisor,
  • 17. karena dilandasi rasa hormat sekaligus tidak ingin menimbulkan konflik. Penelitian yang dilakukan Mantja (1989) juga menyimpulkan bahwa respon dan sikap guru terhadap supervisi ditentukan oleh kemanfaatan, data pengamatan yang obyektif, kesempatan menanggapi balikan, perhatian supervisor terhadap gagasan guru. Supervisi yang teratur dan hubungan yang diciptakan dapal mengurangi ketegangan emosional guru. Guru lebih menyukai pendekatan supervisi kolaboratif atau non direktif.  KENDALA-KENDALA PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN  Dalam pelaksanaannya, supervisi pengajaran di sekolah banyak menghadapi kendala. Mantja (1990) dalam temuan disertasinya meuyalakan bahwa kendala-kendala yang kurang menunjang keefektifan supervisi, antara lain: sikap personil sekolah yang kurang positif terhadap supervisi pengelola teknis edukatif; kurangnya keterampilan supervisi kepala sekolah; pengendalian emosional supervisor dalam menerima respons guru; kepala sekolah yang karena kurangnya tenaga guru haras memegang kelas atau bidang studi tertentu, sehingga supervisi menjadi kurang efektif; dan adanya guru yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dari kepala sekolahnya. Temuan Mantja ini, nampaknya mempunyai kadar transferabilitas yang cukup tinggi, karena kendala-kendala di jenjang pendidikan dasar berkisar pada permasalahan-permasalahan temuan tersebut di atas. Isvanto (1999) mengemukakan bahwa permasalahan pendidikan, antara lain adalah manajemen sekolah yang tidak efektif, dan kemampuan manajemen kepala sekolah pada umumnya rendah terutama di sekolah negeri dan pembinaan karier dan kesejahteraan guru yang tidak konsisten.  Mengkaji perihal kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi, temuan Ekosusilo (2003) menarik untuk dikemukakan di sink Temuan penelitian Ekosusilo tentang pelaksanaan supervisi antara lain: (1) supervisor tidak mengkomunikasikan rencana/program supervisinya kepada para guru sebagai subyek supervisi, (2) fokus supervisi hanya terarah pada aspek administrasi, kurang menyentuh pada pengembangan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, (3) supervisor tidak melaksanakan kunjungan kelas secara serius, (4) supervisor mendominasi pembicaraan dan berjalan satu arah, (5) tidak ada penilaian umpan balik,
  • 18. Kendala-kendala inilah yang mengakibatkan supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah di sekolah dasar tidak dapat optimal, sehingga tujuan pokok pelaksanaan supervisi untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar tidak dapat tercapai. Temuan Ekosusilo (2003) ini memberikan gambaran bahwa pembinaan profesional guru masih perlu ditingkatkan lebih lanjut.  SIMPULAN DAN SARAN  Simpulan  Berdasarkan uraian tentang peningkatan mutu pendidikan melalui supervisi pengajaran di atas, maka dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) masalah-masalah dalam bidang pendidikan adalah (a) masalah kuantitatif, (b) masalah kualitatif, (e) masalah relevansi, (d) masalah efisiensi, (e) masalah efektivitas, dan (f) masalah khusus; (2) supervisi pengajaran pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu mengajar para peserta didik di kelas; (3) supervisor atau pembina, yaitu Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, atau semua pejabat yang terlibat dalam layanan supervisi, adalah pihak yang dianggap paling bertanggung jawab dalam kegiatan supervisi; (4) ada tiga pendekatan dalam supervisi pengajaran, yaitu (a) pendekatan langsung, (b) pendekatan tidak langsung, dan (c) pendekatan kolaboratif; (5) teknik-teknik supervisi pendidikan yang paling bermanfaat bagi supervisi antara lain adalah: (a) kunjungan kelas, (b) pembicaraan individual, (c) diskusi kelompok, (d) demonstrasi mengajar, (e) kunjungan kelas antar guru, (1) pengembangan kurikulum, (g) bulletin supervisi, (h) perpustakaan profcsioml, (i) lokakarya, (j) survey sekolah-masyarakat; (6) para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisi yang "hangat", saling mempercayai, bersahabat, dan menghargai guru; dan (7) dalam praktiknya supervisi pengajaran yang dilaksanakan selama ini masih cenderung berorientasi pada administratif saja.  Saran-saran  Berdasarkan simpulan di atas, maka dapatlah dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan kemampuan supervisor, maka perlu secara rutin ada program penyegaran bagi para supervisor, sehingga dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuau
  • 19. supervisi dan sesuai dengan keinginan para guru; (2) arah supervisi perlu difokuskan/ditekankan kepada aspek akademik tanpa mengabaikan faktor administratif sebagai pelengkap pelaksanaan supervisi tcrhadap para guru di sekolah; (3) dalam pelaksanaan supervisi di sekolah, para supervisor perlu membekali format dokumen yang dapat merekam dan mencatat kegiatan guru dalam melaksanakan tugas-  tugasnya di sekolah; (4) dalam melaksanakan supervisi pengajaran disarankan untuk menggunakan prosedur supervisi klinis, dan (5) perlu ada pertemuan sesuai supervisi untuk mendiskusikan hasil supervisi yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah, sebagai upaya tindak lanjut setelah pelaksanaan supervisi dilaksanakan.
  • 20. DAFTAR RUJUKAN  Bafadal, I. 2003. Seri Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.  Benty, D.D.N. 1992. Kemampuan Kepi'la Sekolah Dasar Membantu Guru dalam Mengembangkan Pengajaran Menurut Persepsi Guru-Guru SD Negeri di Kecamatan Lowokwaru Kodya Malnng. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasa Sarjana, Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan Malang.  Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Dasar 1975, Garis-Garis Besar Program Pengajaran Buku III D Pedoman Administrasi dan Supervisi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  Depdikbud. 1994/1995. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD, TK dan SLB, Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menenga,'., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  Depdikbud. 1995. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  Depdiknas. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.  Ekosusilo, M. 2003. Iiasil Penelitian Kualitatif, Supervisi Pengajaran Dalam Latar Budaya Jawa, Studi Kasus Pembinaan Guru SD di Kralon Surakarta. Sukoharjo: Penerbit Uvitet Bantara Press.  Indrafachrudi, S.(Koordinator). 1989. Administrasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.  Idrus, N., dkk. 2000. Quality Assurance, Handbook. 3-Edition. Jakarta: Engineering Education Development Project, Du Malcomlm Jones (ed)., Director General of Higher Education.  Iswanto, B. 1999. Olonomi Daerah: Implikasi bagi Pengelolaan Pendidikan. Makalah disajikan dalam seminar nasional Formula Manajemen Pendidikan dalam Kerangka Otonomi Daerah di
  • 21. Mantja, W. 1998. Manajemen Pembinaan Profesional Guru Berwawasan Pengembangan Sumber Daya Manusia: Suatu Kajian Ko.tseptual-historik dan Empirik. Pidalo Pengukuhan Guru Besar [KIP Malang. Making: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.   Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21 (The New Mind Set of National Education in the 21s' Century). Yogyakarta: Safiria Insania Press bekerjasama dengan Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia (MSI UII).   Sahertian, P.A. & Mataheru, F. 1982. Prinsip & Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.   Supriadi, D. 2004. Satuan Biaya Pendidikan, Dasar dan Menengah: Rujukan Bagi Penetapan Kebijakan Pendidikan Pada Era Otonomi dan Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Lemadja Rosdakarya.