Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh ditandai dengan suhu tubuh meningkat, kulit teraba hangat, kulit kemerahan. Tujuan penanganan keperawatan adalah mengembalikan suhu tubuh pasien ke dalam batas normal dengan berbagai intervensi seperti pemantauan suhu tubuh, kompres, peningkatan cairan dan nutrisi, serta kolaborasi dengan tenaga medis dalam penggunaan antipyretik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Pitting Edema. KMB 1. By Pangestu Chaesar SPangestu S
Dokumen tersebut membahas tentang pitting edema yang disebabkan oleh gagal jantung. Pitting edema terjadi ketika cairan menumpuk di jaringan dan meninggalkan cekungan setelah tekanan jari di lepas. Gagal jantung dapat menyebabkan edema karena jantung gagal memompa darah dengan benar ke seluruh tubuh. Gejala gagal jantung seperti dispnea dan edema paru dapat terjadi akibat penumpukan cairan.
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh ditandai dengan suhu tubuh meningkat, kulit teraba hangat, kulit kemerahan. Tujuan penanganan keperawatan adalah mengembalikan suhu tubuh pasien ke dalam batas normal dengan berbagai intervensi seperti pemantauan suhu tubuh, kompres, peningkatan cairan dan nutrisi, serta kolaborasi dengan tenaga medis dalam penggunaan antipyretik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Pitting Edema. KMB 1. By Pangestu Chaesar SPangestu S
Dokumen tersebut membahas tentang pitting edema yang disebabkan oleh gagal jantung. Pitting edema terjadi ketika cairan menumpuk di jaringan dan meninggalkan cekungan setelah tekanan jari di lepas. Gagal jantung dapat menyebabkan edema karena jantung gagal memompa darah dengan benar ke seluruh tubuh. Gejala gagal jantung seperti dispnea dan edema paru dapat terjadi akibat penumpukan cairan.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi berkemih seseorang, antara lain diet, gaya hidup, stres, aktivitas fisik, kondisi penyakit, pengobatan, dan pemeriksaan medis.
Dokumen tersebut membahas tentang radang dan mekanisme proses infeksi. Radang adalah reaksi dari jaringan hidup terhadap jejas, yang menimbulkan tanda seperti kemerahan, panas, rasa sakit dan pembengkakan. Terdapat berbagai jenis radang seperti radang kataral, abses dan flegmon. Proses infeksi meliputi periode inkubasi, tahap prodromal, tahap sakit dan pemulihan. Infeksi disebabkan oleh bakteri,
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Makalah ini membahas tentang perawatan luka, dengan menjelaskan pengertian luka, proses penyembuhan luka, dan faktor yang mempengaruhinya. Juga dijelaskan tentang perawatan luka bersih, luka basah, menjahit luka, dan mengangkat jahitan.
Dokumen tersebut membahas tentang istirahat dan tidur, termasuk definisi, fisiologi, fungsi, gangguan, pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan yang terkait dengan memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.
A. Pengertian sistem termoregulasi
Termoregulasi merupakan salah satu hal penting dalam homeostatis. Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatik yang mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan pendahuluan keperawatan dasar tentang kebutuhan cairan dan elektrolit yang mencakup definisi, etiologi, tanda dan gejala, fisiologi, klasifikasi, pathway, faktor yang mempengaruhinya, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan klinis, pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk mengelola ketidakseimbangan elektrolit.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan diperlukan penanganan darurat untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada klien amputasi. Mencakup pengertian amputasi sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh, penyebabnya seperti trauma dan penyakit vaskular, tanda dan gejalanya seperti nyeri dan keterbatasan gerak, serta penanganannya seperti balutan dan pencegahan infeksi.
Dokumen tersebut membahas definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, data penunjang, dan komplikasi diabetes melitus. Diabetes dapat dibedakan menjadi tipe I yang disebabkan kekurangan produksi insulin dan tipe II yang disebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresinya. Kedua tipe dapat menyebabkan komplikasi akut seperti hipoglikemia dan kronis seperti gangguan organ.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien anak berusia 8 tahun dengan diagnosa diare. Ringkasannya adalah: (1) Pasien mengeluh nyeri perut dan defekasi berlebihan; (2) Dilakukan pengkajian dan diagnosa diare serta hipovolemia; (3) Dilakukan berbagai intervensi keperawatan seperti manajemen diare dan nutrisi.
Teks tersebut membahas tentang berpikir kritis dalam keperawatan dan terdiri dari 3 poin utama:
1. Definisi berpikir kritis sebagai komponen penting dari tanggung jawab profesional dan asuhan keperawatan profesional
2. Karakteristik berpikir kritis meliputi rasional, skeptis konstruktif, otonomi, kreatif, adil, dan dapat dipercaya
3. Model berpikir kritis meliputi total recall, habits, inquiry, new ideas
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi berkemih seseorang, antara lain diet, gaya hidup, stres, aktivitas fisik, kondisi penyakit, pengobatan, dan pemeriksaan medis.
Dokumen tersebut membahas tentang radang dan mekanisme proses infeksi. Radang adalah reaksi dari jaringan hidup terhadap jejas, yang menimbulkan tanda seperti kemerahan, panas, rasa sakit dan pembengkakan. Terdapat berbagai jenis radang seperti radang kataral, abses dan flegmon. Proses infeksi meliputi periode inkubasi, tahap prodromal, tahap sakit dan pemulihan. Infeksi disebabkan oleh bakteri,
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Makalah ini membahas tentang perawatan luka, dengan menjelaskan pengertian luka, proses penyembuhan luka, dan faktor yang mempengaruhinya. Juga dijelaskan tentang perawatan luka bersih, luka basah, menjahit luka, dan mengangkat jahitan.
Dokumen tersebut membahas tentang istirahat dan tidur, termasuk definisi, fisiologi, fungsi, gangguan, pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan yang terkait dengan memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.
A. Pengertian sistem termoregulasi
Termoregulasi merupakan salah satu hal penting dalam homeostatis. Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatik yang mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan pendahuluan keperawatan dasar tentang kebutuhan cairan dan elektrolit yang mencakup definisi, etiologi, tanda dan gejala, fisiologi, klasifikasi, pathway, faktor yang mempengaruhinya, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan klinis, pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk mengelola ketidakseimbangan elektrolit.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan diperlukan penanganan darurat untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada klien amputasi. Mencakup pengertian amputasi sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh, penyebabnya seperti trauma dan penyakit vaskular, tanda dan gejalanya seperti nyeri dan keterbatasan gerak, serta penanganannya seperti balutan dan pencegahan infeksi.
Dokumen tersebut membahas definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, data penunjang, dan komplikasi diabetes melitus. Diabetes dapat dibedakan menjadi tipe I yang disebabkan kekurangan produksi insulin dan tipe II yang disebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresinya. Kedua tipe dapat menyebabkan komplikasi akut seperti hipoglikemia dan kronis seperti gangguan organ.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien anak berusia 8 tahun dengan diagnosa diare. Ringkasannya adalah: (1) Pasien mengeluh nyeri perut dan defekasi berlebihan; (2) Dilakukan pengkajian dan diagnosa diare serta hipovolemia; (3) Dilakukan berbagai intervensi keperawatan seperti manajemen diare dan nutrisi.
Teks tersebut membahas tentang berpikir kritis dalam keperawatan dan terdiri dari 3 poin utama:
1. Definisi berpikir kritis sebagai komponen penting dari tanggung jawab profesional dan asuhan keperawatan profesional
2. Karakteristik berpikir kritis meliputi rasional, skeptis konstruktif, otonomi, kreatif, adil, dan dapat dipercaya
3. Model berpikir kritis meliputi total recall, habits, inquiry, new ideas
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan hiperglikemia, asidosis, dan ketosis yang disebabkan oleh defisiensi insulin. Penanganannya meliputi rehidrasi, penggantian elektrolit, dan terapi insulin. Komplikasinya dapat berupa gangguan ginjal, mata, saraf, dan jantung.
1. Makalah ini membahas manajemen dan perawatan pasca operasi caesar.
2. Terdapat berbagai perawatan pasca operasi seperti observasi tanda vital, diet, perawatan luka, dan antisepsis untuk mencegah berbagai komplikasi seperti demam, infeksi, dan gangguan pencernaan.
3. Pentingnya diagnosis dan penanganan dini komplikasi untuk memastikan pemulihan yang baik bagi ibu dan janin.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai asuhan keperawatan untuk kejang demam pada An. R di RSUP Dr. Sardjito.
2. Termasuk definisi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan kejang demam.
3. Juga memberikan informasi mengenai prognosis, risiko kejang berulang, risiko epilepsi, dan edukasi untuk orang tua.
1. Laporan pendahuluan ini membahas definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinik, dan diagnosis keperawatan diabetes melitus.
2. Diabetes melitus adalah kondisi hiperglikemia kronis yang disebabkan gangguan hormonal insulin dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
3. Terdapat dua jenis utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kekurangan produksi insulin dan tipe 2 yang disebabkan resistensi terhadap insulin.
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar diabetes mellitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya. Diabetes mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan produksi insulin atau resistensi terhadap insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel pankreas dan tipe 2 yang le
Askep pada klien dengan kejang demam membahas 3 poin utama:
1. Konsep penyakit kejang demam mencakup definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan
2. Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
3. Rangkuman singkat dokumen memberikan gambaran menyeluruh tentang penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan gej
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak yang mengalami kejang demam. Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi pada anak yang bersamaan dengan demam, yang disebabkan oleh infeksi di luar otak. Penatalaksanaan umum kejang demam pada anak meliputi pemantauan pernafasan, denyut jantung, dan suhu tubuh serta pemberian cairan infus dan obat-obatan seperti glukosa, magnesium, dan fenobarbital.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering dijumpai pada anak dibawah lima tahun.
2. Etiologi kejang demam meliputi gangguan metabolik, infeksi, trauma otak, dan kelainan bawaan.
3. Patofisiologi kejang demam terkait dengan gangguan keseimbangan ion di dalam dan luar sel saraf yang mengakibatkan pelepasan list
1. Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam akibat infeksi ekstrakranial pada anak. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi sederhana dan kompleks.
2. Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan akut selama kejang, pengobatan penyebab, dan profilaksis untuk mencegah kejang berulang.
3. Prognosis kejang demam umumnya baik asalkan ditangani dengan tepat dan cepat.
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti menjaga keefektifan bersih jalan nafas, mencegah resiko cedera akibat kejang, dan menurunkan suhu tubuh yang meningkat. Keluarga perlu diberikan edukasi tentang penanganan anak selama serangan demi meningkatkan pengetahuan mereka.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam. Secara umum, kejang demam disebabkan oleh infeksi ekstrakranial seperti OMA atau infeksi pernapasan atas. Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan menyebabkan kejang. Komplikasi kejang demam antara lain aspirasi, asfiksia, dan retardasi mental. Diagnosa dan penatalaksanaan medis meliputi memberantas kejang, pen
1. Makalah ini membahas tentang kejang demam pada anak, termasuk definisi, etiologi, tanda dan gejala, diagnosa banding, patofisiologi, komplikasi, dan penanganannya.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan keperawatan untuk anak yang mengalami demam kejang. Demam kejang adalah kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak berumur 6 bulan hingga 4 tahun dan disebabkan oleh proses ekstrakranium seperti infeksi. Gejalanya berupa serangan kejang yang berlangsung singkat ketika suhu tubuh meningkat."
Kejang dan spasme pada neonatus dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti asfiksia perinatal, perdarahan intrakranial, gangguan metabolik seperti hipoglikemia dan hipokalsemia, serta infeksi. Manifestasi klinis kejang pada bayi baru lahir sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari gerakan normal karena perbedaan status neurologis dan fisiologis. Diagnosis dan penanganan cepat diperlukan untuk mencegah kerusakan saraf lebi
1. LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG
DI INTENSIF CARDIAC CARE UNIT
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 s/d 21 Juni 2014
Oleh:
ATIK CIMI
NIM. I4BI09213
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014
2. LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJENG DOMAM KOMPLEKS
DI RUANG SEDAP MALAM (RUANG ANAK)
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 Desember 2013 s/d 21 Desember 2013
Oleh:
Devi Magdalena Siagian
NIM. I1B108224
Banjarmasin, Desember 2013
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
3. Devi Rahmayanti, S.Kep, Ns Hj. Erni Aprilia S.Kep.,Ns
A. Definisi
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yangmengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yangbersifat sementara (Hudak and Gallo,).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga
kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak
didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh
penyebab kejang demam.
B. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi
saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat
diturunkan pada anakmya.
b. Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada anak belum
matang sehingga mudah mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat
rangsangan tiba-tiba.
2. Faktor presipitasi
a. Adanaya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis, infeksi
traktus urinarius dan faringitis.
4. b. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga
mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron misalnya hiponatremia, hipernatremia, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
c. Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma kepala,
infeksi premature, hipoksia) yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Menurut
staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang
demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau
dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam
lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
C. Manisfestasi
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a) Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b) Kejang umum tonik dan atau klonik
c) Umumnya berhenti sendiri
d) Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
e) Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik
2. Kejang demam komplek (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
5. d. Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks.
e. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik: mengecap-gecapkan bibir,
mengunyah, gerakan yang berulang-ulang pada tangan.
D. Patofisiologis
Mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat
proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sIstem kardiovaskuler. Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di
ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri
karena penyakit atau keturunan. Pada demam, kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan
orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium dan natrium melalui membran listrik. Ketika besarnya meluas ke seluruh sel
dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter”
dan terjadi kejang.
6. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
380 C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau
lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya
suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985:
847 dan Ngastiyah, 1997: 229).
7.
8. E. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas. Kejang demam
yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi
epilepsi.
1. Aspirasi
2. Afiksia
3. Retardasi mental
4. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara
irreversible.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien kejang demam
antara lain:
a) Pemeriksaan laboratorium elektrolit tidak seimbang dapat berpengaruh atau
menjadi predisposisi pada aktivitas kejang glukosa hipoglikemia ( normal 80-120)
atau (N < 200 mq/dl) Ureum / kreatinin meningkat (ureum normal 10 – 50 mg/dL
dan kreatinin normal =< 1,4 mg/dL). Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang
dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat. Sel darah merah
(Hb) menurun (normal 14-18 g/dl, 12-16 g/dl). Lumbal pungsi tes ini untuk
memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor.
Tes ini dapat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada
otak. Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologis dan pemeriksaan
lumbal pungsi .
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan:
a. Warna cairan cerebrospinal: berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning
santokrom
9. b. Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-
60 ml, anak muda 60-100 ml, anak lebih tua 80-120 ml dan dewasa 130-150
ml)
c. Perubahan biokimia: kadar kalium meningkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L,
bayi 3.6-5.8mEq/L).
b) EEG (electroencephalography) EEG merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik
otak melalui tengkorak yang utuh untuk menentukan adanya kelainan pada SSP, EEG
dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal. Tidak menunjukkan kelainan
pada kejang demam sederhana, gelombang EEG yang lambat di daerah belakang dan
unilateral menunjukkan kejang demam kompleks.
c) CT Scan. Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem,
trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
d) Pemeriksaan radiologis
1. Foto tengkorak diperhatikan simetris tulang tengkorak, destruksi tulang
peningkatan tekanan intrakranial
2. Pneumonsefalografi dan ventrikulografi dilakukan atas indikasi tertentu yaitu
untuk melihat gambaran sistem ventrikal, rongga subaraknoid serta gambaran
otak sehingga dapat diketahui adanya atrofi otak, tumor serebri, hidrosefalus
araknoiditis
3. Arteriografi untuk melihat keadaan pembuluh darah di otak, apakah ada
penyumbatan atau peregangan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Klinis
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulang suntikan kedua dengan
dosis yang sama secara intravena. Setelah 15 menit suntikan kedua masih kejang
diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskular. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4% secara intravena.
10. 2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang:
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dandiberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretik.
Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang
demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4tahun
b. Profilaksis jangka panjang diberikan padakeadaan
1. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2. Kejang demam yang mempunyai ciri :
a) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan danmikrosefali
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikiuti kelainan
saraf yang sementara atau menetap
c) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
d) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
H. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (2005: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Pendidikan kesehatan tentang:
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
11. 2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal
pada anak ( 36-37ºC).
3) Anak diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai
demam dan jangan menunggu sampai meningkat.
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami
kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2. Mencegah cidera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cidera
I. Masalah Keperawatan
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
a. Riwayat Kesehatan:
1) Saat terjadinya demam: keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau
diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur nyenyak.
Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang
dikonsumsi
2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, OMA, pneumonia,
faringitis, bronkropeumonia, morbilivarisela dan campak.
4) Adanya riwayat trauma kepala
b. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital
2) Status hidrasi
3) Aktivitas yang masih dapat dilakukan
12. 4) Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
5) Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
6) Adanya kelemahan dan keletihan
7) Adanya kejang
8) Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,
jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
c. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
1) Tingkat perkembangan anak terganggu
2) Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
3) Akibat hospitalisasi
4) Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
5) Hubungan dengan teman sebaya
d. Pengetahuan keluarga
1) Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
2) Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
3) Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
4) Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
e. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
1) Fungsi lumbal
2) Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah
3) Bila perlu : CT-scan dan EEG
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia b.d proses penyakit (peningkatan suhu Tubuh)
b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d trauma di otak
c. Risiko cidera b.d kejang/ perubahan kesadaran
d. Risiko keterlambatan pertumbuhan b.d kejang berulang
13. 3. Intervensi
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1 Hipertermia b.d
peningkatan suhu
tubuh
NOC
Thermoregulasion
Setelah dilakukan asuhan
Keperawatan 2x24 jam,
suhu tubuh anak dalam
batas normal dengan
Kriteria hasil:
Suhu tubuh dalam batas
normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing
NIC
Fever Treatment
1. monitor suhu sesering mungkin
2. monitor tekanan darah, nadi, dan
RR
3. Monitor tingkat kesadaran
4. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
5. Berikan antipiretik
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Monitor tanda-tanda hipertermia
3. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
4. Monitor kualitas nadi
2. Risiko
ketidakeektifan
perfusi jaringan otak
b.d trauma di otak
NOC
Circulation status
Tissue prefusi:cerebral
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1x24 jam
diharapkan status sirkulasi
baik, dengan Kriteria hasil:
Tekanan sistolikdan
diastolic dalam batas
yang diharapkan
Berkomunikasi dengan
jelas
Dan sesuai dengan
NIC
1. Monitor adanya daerah tertentu
yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Monitor adanya tromboplebitis
4. Berikan oksigen jika diperlukan
5. Monitor Tanda-tanda vital
6. Monitor tingkat kesadaran
14. kemampuan
3 Risiko cidera b.d
kehilangan
kesadaran
NOC
Risk control
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan dalam
1x24 jam diharapkan resiko
cidera dapat dihindari
dengan kriteria :
Klien terbebas dari
cidera
Mampu mengenali
perubah status kesehatan
Mampu menjelaskan
factor resiko
NIC
Manajemen Lingkungan
1. Sediakan lingkungan yang aman
untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanana
3. Pasien sesuai dengan kondisi
pasien
4. Hindai lingkungan yang
berbahaya
5. Sediakan tempat tidur nyaman
dan bersih
6. Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien
4. Risiko keterlambatan
pertumbuhan b.d
kejang berulang
NOC
Growth and development
delayed
Family coping
Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan 1x24 jam
diharapkan resiko
keterlambatan dan
pertumbuhan dapat
dihindari dengan criteria:
Perubahan normal fisik
yang biasanya terjadi
seiring penuaan usia
Kematangan fisik wanita
dan pria
Makanan dan asupan
NIC
Peningkatan perkembangan anak
1. Ajarkan kepada orang tua tentang
penanda perkembangan normal
2. Ajarkan tentang perilaku yang
sesuai dengan usia anak
3. Identifikasi dan gunakan sumber
pendidikan untuk menfasilitasi
perkembangan anak yang optimal
4. Tingkatkan komunikasi verbal dan
stimulasi taktil
5. Dorong anak melakukan sosialisasi
dengan kelompok
6. Ciptakan lingkungsn ysng aman
Manajeman nutrisi
1. Kaji keadekuatan nutrisi
15. cairan bergizi
Kondisi gizi adekuat
2. Tentukan makanan yang disukai
anak
3. Pantau kecenderungan kenaikan
dan penurunan berat badan
16. DAFTAR PUSTAKA
1. Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry-Eaton, David Wilson, etal. Buku Ajar
KeperawatanPediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 2009.
2. Meadow, Ro, dan simon Newell. Pediatrika. Jakarta : Erlangga. 2002.
3. Depkes RI. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
4. Kesehatan, 2005.
5. Lumbantobing,SM.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI,
2005.
6. Sachann, M Rossa. 2005. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
7. Suriadi, dkk. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama, 2001.
8. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC, 2005.
9. Hidayat, aziz alimun. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba, 2006.