Dokumen tersebut membahas mengenai gangguan mental yang disebabkan oleh kegagalan dalam penyesuaian diri. Terdapat dua jenis gangguan mental yaitu organik yang disebabkan oleh faktor fisik dan fungsional yang tidak disebabkan oleh kerusakan organik. Gangguan fungsional terdiri atas psikosis seperti gangguan afektif, skizofrenia, paranoid, dan neurosis seperti kecemasan, disosiasi, amnesia, fuga, kepribadian maj
Gangguan mental akibat gagal dalam penyesuaian diri
1. GANGGUAN
MENTAL :
AKIBAT GAGAL
DALAM
PENYESUAIAN
DIRI
Kelompok 3
1. Alamanda Nur Rokhmah (1201419001)
2 . Widodo Fitriyanto (1201419012)
3. Muhammad Badawi (1201419018)
4. Tami Zainul K (1201419020)
5. Sherena Anodhea Eka Pramudita (1201419936)
6. Dwi Wulan Rezkiana (1201419037)
Kelompok 3
1. Alamanda Nur Rokhmah (1201419001)
2 . Widodo Fitriyanto (1201419012)
3. Muhammad Badawi (1201419018)
4. Tami Zainul K (1201419020)
5. Sherena Anodhea Eka Pramudita (1201419936)
6. Dwi Wulan Rezkiana (1201419037)
2. Apa itu gangguan Mental?
– Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri menyebabkan individu mengalami
gangguan mental.Semakin lama gangguan tersebut tidak diatasi, maka derajat
gangguannya menjadi semakin berat dan semakin sulit untuk dipulihkan.
4. 1. Gangguan mental organik
– Gangguan mental organik adalah kondisi fisik yang memicu turunnya kinerja otak
maupun kemampuan mental seseorang seiring waktu. kondisi-kondisi yang
memicu terjadinya gangguan mental organik
Gejala- gejalanya
• Perubahan suasana hati (mood)
• Linglung atau kebingungan
• Sulit konsentrasi untuk waktu
yang lama
• Gangguan pada penglihatan
• dll
kondisi-kondisi yang memicu
terjadinya gangguan mental
organik
• Paparan bahan-bahan kimia
• Penggunaan obat-obatan
terlarang dan alcohol
• dll
5. 2. Gangguan mental Fungsional
– gangguan jiwa fungsional merupakan gangguan jiwa yang penyebabnya bukan
berasal dari faktor – faktor non organik, tanpa kerusakan struktural ataupun
adanya kondisi biologis yang dapat diketahui menjadi penyebab kondisi mental
yang buruk.
• terbagi menjadi beberapa jenis dilihat dari gejala yang muncul pada orang
yang mengalami psikosis fungsional. Macam – macam gangguan jiwa
fungsional tersebut antara lain:
a. Psikosis
1) Gangguan afektif
2) Schiofrenia
3) Paranoid
b. Neurosis
1) Kecemasan
2) Disosiasi
a) Amnesia
b) Fuga
c) Kepribadian majemuk
d) Somnabolisme
7. A. Psikosis
– Psikosis adalah kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi.
Psikosis juga dapat dipicu oleh kondisi yang terjadi karena adanya gangguan pada otak, seperti:
• Penyakit Parkinson
• Penyakit Huntington
• Tumor atau kista otak
• Stroke
• Penyakit Alzheimer
• Epilepsi
• Infeksi yang menyerang otak, seperti
HIV dan sifilis
Gejala Gejala
• Delusi
• Halusinasi
• Sulit berkonsentrasi.
• Gangguan berinteraksi dengan orang lain
• Berbicara melantur dan tidak sesuai
topik.
• Merasakan dorongan untuk bunuh diri
• Suasana hati menurun (depresi).
8. Gangguan Afektif, Skizofrenia, Paranoid
Gangguan Afektif
– Gangguan afektif merupakan gangguan perasaan. Biasanya ke arah depresi atau bahkan ke arah elasi
suasana perasaan meningkat.
Penyebabnya merupakan interkasi antara faktor genetik, biologis dan psikososial. Depresi, Episode
manik, Gangguan manik depresif
Skizofrenia
– gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang.
Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami
halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan
perilaku.
Gejala skizofrenia, yaitu:
– Cenderung mengasingkan diri dari orang lain.
– Mudah marah dan depresi.
– Perubahan pola tidur
– Kurang konsentrasi dan motivasi.
– Kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Paranoid
• paranoid ditandai dengan rasa curiga dan takut
berlebihan. merasa kondisi di sekitarnya
mencurigakan atau berbahaya.
Gejalanya yaitu
• Percaya bahwa orang lain memiliki motif
tersembunyi atau ingin menyakitinya.
• Mengalami kesulitan bekerja dengan orang lain.
• Cepat marah dan bermusuhan.
• Mengalami kesulitan dalam memahami masalah
mereka sendiri.
• dll
9. B. Neurosis
– Neurosis atau psikoneurosis adalah istilah umum yang merujuk pada perilaku
dan kecenderungan untuk merespons dengan emosi negatif terhadap ancaman,
kondisi yang membuat frustrasi, atau kejadian buruk lainnya.
– gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional,
terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya
perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst.
10. kecemasan dan Phobia
Kecemasan
– Gejala-gejala yang bersifat fisik
diantaranya adalah : jari tangan dingin,
detak jantung makin cepat, berkeringat
dingin, kepala pusing, nafsu makan
berkurang, tidur tidak nyenyak, dada
sesak.
– Gejala yang bersifat mental adalah :
ketakutan merasa akan ditimpa bahaya,
tidak dapat memusatkan perhatian,
tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan.
Phobia
– Fobia adalah rasa takut berlebihan
terhadap sesuatu yang biasanya tidak
membahayakan. Ketakutan tersebut
dapat timbul saat menghadapi situasi
tertentu, berada suatu tempat, atau saat
melihat hewan dan benda tertentu.
– Gejalanya adalah : jantung terasa
berdebar-debar, Sesak napas,
Kebingungan, Pusing atau sakit kepala,
Mual, dll
11. Gangguan Konversi dan Gangguan
Obbesif komlusif
Gangguan Konversi
– Gangguan konversi adalah kondisi kejiwaan di
mana seseorang merasakan gejala fisik berupa
kehilangan kendali terhadap fungsi sistem
saraf dan gejala tersebut tidak terkait dengan
penyakit lainnya.
gejala-gejalanya
– Lumpuh sementara pada tangan dan
kaki,Kehilangan keseimbangan, Kejang,
Kesulitan menelan, seperti ada yang
mengganjal di tenggorokan, Kesulitan berjalan,
dll
Gangguan Obesif Komlusif
– Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive
disorder atau OCD) adalah bentuk gangguan
kecemasan yang ditandai adanya suatu obsesi yang
mendorong seseorang untuk melakukan aksi
tertentu secara berulang (kompulsi).
– perilaku kompulsif, agitasi, gerakan berulang, isolasi
sosial, kewaspadaan berlebihan, pengucapan kata
yang tidak berarti, penimbunan kompulsif, perilaku
impulsif, perilaku ritualistik atau pengulangan kata
atau tindakan secara terus-menerus
– Suasana hati: bimbang, kegelisahan, rasa bersalah
atau serangan panik
12. Disosiasi
– disosiasi terjadi ketika seseorang mengalami keterputusan dari diri mereka sendiri, termasuk ingatan,
perasaan, tindakan, pikiran, tubuh dan bahkan identitas mereka.
– Gejalanya yaitu: amnesia dan masalah memori lainnya,rasa terlepas atau terputusnya dari diri mereka
sendiri, orang-orang yang akrab atau lingkungan, perjuangan batin tentang rasa diri dan identitas
mereka, bertindak seperti orang yang berbeda (perubahan identitas).
– Disosiasi dibagi menjadi 3, yaitu Amnesia Fuga, Kepribadian Majemuk, dan somnabolisme (akan
dijelaskan pada slide berikutnya)
13. Amnesia dan Fuga
Amnesia
– Amnesia atau hilang ingatan adalah gangguan
yang menyebabkan seseorang tidak bisa
mengingat fakta, informasi, atau kejadian yang
pernah dialaminya. Penyebabnya Amnesia
terjadi akibat adanya kerusakan pada bagian
sistem limbik yang ada di otak. Bagian ini
berperan dalam mengatur ingatan dan emosi
seseorang.
Fuga
– fugue atau kelainan identitas disosiatif adalah
suatu kondisi gangguan jiwa dimana penderita
gangguan tersebut melupakan identitas aslinya.
– Gejala: kebingungan, tiba-tiba tidak hadir di
tempat kerja atau menghindari tempat lain yang
sering mereka kunjungi, hilangnya ingatan
otobiografi , memisahkan diri dari emosi mereka
sendiri, stres berat, depresi, kecemasan, pikiran
untuk bunuh diri, dan masalah kesehatan mental
lainnya, mengembara atau pergi ke tempat yang
biasanya tidak mereka datangi.
14. Kepribadian Majemuk
– Kepribadian majemuk atau Kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif adalah suatu
kondisi ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda antara satu dengan
lainnya.
• Gejalanya :
Kecemasan.
Depresi.
Suasana hati yang berubah-ubah.
Depersonalisasi,
Derealisasi,
.Gangguan tidur.
Memiliki keinginan bunuh diri.
Halusinasi
• Kepribadian ganda selalu dipicu, dicetuskan,
atau didahului oleh adanya trauma psikis
tertentu.
• Sebagai upaya untuk mengatasi peristiwa
traumatis yang dialami, secara tidak sadar,
otak pengidap kepribadian ganda berusaha
untuk memisahkan memori buruk tersebut
dengan kehidupan normal sehari-hari, yang
dalam istilah medis disebut dengan disosiasi.
15. Somnabolisme
– Penyakit tidur berjalan atau somnabulisme (sleepwalking) adalah suatu kondisi
berulang di mana seseorang bangun, berjalan, atau melakukan berbagai kegiatan
dalam keadaan tidur.
– Gejala Penyakit Tidur Berjalan Jika kita berpapasan dengan orang yang mengalami
penyakit tidur berjalan, biasanya dia hanya memandang lurus dan tampak seperti
tidak mengenali kita. Matanya yang terbuka terkesan seperti terjaga padahal dia
sebenarnya masih tertidur. Jika disapa, biasanya penderita tidak merespons atau
berkomunikasi dengan orang lain, sebagian lagi akan merespons dengan jawaban
meracau. Penderita akan sulit dibangunkan. Tetapi apabila penderita bangun, dia
akan tampak kebingungan dan tidak ingat dengan aktivitas yang dilaluinya. Gejala
yang dialami berlangsung berulang kali.