Dokumen ini membahas gambaran umum pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya. Terdapat informasi mengenai administrasi wilayah, kebijakan tata ruang, sistem transportasi, dan penggunaan lahan di kecamatan Tanjung Priok. Kebijakan tata ruang bertujuan mengurangi lingkungan buruk, meningkatkan drainase, dan mengatasi kemacetan lalu lintas di sekitar pelabuhan. Sebagian besar lahan digunakan untuk perumahan.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Shaleh Afif Hasibuan
1. Mengetahui metode pelaksanaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
2. Mengetahui perbedaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
3. Mengetahui persyaratan dari pondasi
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Shaleh Afif Hasibuan
1. Mengetahui metode pelaksanaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
2. Mengetahui perbedaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
3. Mengetahui persyaratan dari pondasi
Kompetensi Pembelajaran - PPT pondasi dangkal dan pondasi dalamnoussevarenna
Semoga bermanfaat :)
Tolong jangan mengupload file ini kembali yaa, jika ingin mengupload kembali, copy url dan sertakan akun ini sebagai sumber ^^ Terima kasih
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Jakarta sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia merukan gerbang utama Indonesia, dan merupakan pusat segala kegiatan baik itu pe-merintah, pedagang, maupun kebudayaan. Perkembangan fisik Jakarta terutama ditentukan oleh sinergi daya pertumbuhan yang berasal dari pihak swasta dan pemerintah. Dalam proses pertumbuhan tersebut, berbagai sektor perekonomian berkembang pesat di ranah Provinsi DKI Jakarta, salah satu di antaranya adalah sektor industri. Perkembangan sektor ini terjadi dalam bentuk industri rumah tangga, kecil, menengah, besar dan kawasan industri. Sektor industri ini, pada hakekatnya berpe-luang untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata (ODTW).
Kompetensi Pembelajaran - PPT pondasi dangkal dan pondasi dalamnoussevarenna
Semoga bermanfaat :)
Tolong jangan mengupload file ini kembali yaa, jika ingin mengupload kembali, copy url dan sertakan akun ini sebagai sumber ^^ Terima kasih
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Jakarta sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia merukan gerbang utama Indonesia, dan merupakan pusat segala kegiatan baik itu pe-merintah, pedagang, maupun kebudayaan. Perkembangan fisik Jakarta terutama ditentukan oleh sinergi daya pertumbuhan yang berasal dari pihak swasta dan pemerintah. Dalam proses pertumbuhan tersebut, berbagai sektor perekonomian berkembang pesat di ranah Provinsi DKI Jakarta, salah satu di antaranya adalah sektor industri. Perkembangan sektor ini terjadi dalam bentuk industri rumah tangga, kecil, menengah, besar dan kawasan industri. Sektor industri ini, pada hakekatnya berpe-luang untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata (ODTW).
Pembinaan Penyelenggaraan Minyak dan Gas Bumi Melalui Anjungan Lepas Pantai d...Putu Indra Mahatrisna
Development of Oil and Gas Operations Through Offshore Platforms and Underwater Pipelines.
Presentation was held to fullfil the invitation of Indonesian Coast Guard in 2020
Program indonesia project outlook 2015-2019iswan arpadi
Program indonesia project outlook 2015-2019 merupakan pedoman dari Era Jokowi untuk melakukan perubahan Indonesia lebih maju. mari bersama2 kita membantu dan mendukung negara. maaf ini untuk intelektual bukan untuk politisi maupun orang nyiyir
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
Ada banyak definisi mengenai pembangunan perdesaan. Dower, Michael dkk (2003) menyebutkan salah satu definisi yang paling mendekati :
Pembangunan Perdesaan adalah proses yang disengaja atas aspek : ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan, yang diharapkan akan berlangsung berkelanjutan, dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal di wilayah perdesaan.
Penekanan pada proses yang disengaja dan berkelanjutan: pembangunan perdesaan bukanlah urusan yang berumur pendek. Pembangunan perlu dilakukan selama bertahun-tahun dan dengan cara yang disengaja.
Pembangunan perdesaan bukan tentang melindungi status quo, melainkan tentang perubahan yang disengaja untuk membuat segalanya lebih baik.
Salah satu ciri kawasan perdesaan adalah bangkitnya gaya hidup wirausahawan, yang tertarik untuk mendirikan usaha pariwisata kecil (dan lainnya), membawa serta modal keuangan, jaringan kontak, pengetahuan pasar, dan ide-ide wirausaha dari kota-kota. Beberapa pengusaha baru datang sebagai pasangan atau mitra, beberapa sebagai keluarga, beberapa sebagai pasangan. Tidak semua keterampilan kewirausahaan baru ini telah menggerakkan ekonomi perdesaan.
Terdapat transisi masyarakat perdesaan tradisional dari menjadi anggota "masyarakat jarak pendek" menjadi "masyarakat terbuka," yakni dengan adanya perubahan dalam hal sistem kontrol, konflik, dan tingkat pemberdayaannya. Hal ini merupakan konsekuensi dari masyarakat perdesaan yang akan semakin berkembang dan dengan permasalahan yang semakin kompleks. Pariwisata perdesaan dapat berakar pada pertanian berbasis atau agrowisata, tapi berkembang menjadi jauh lebih beragam, dan terus terdiversifikasi. Pariwisata perdesaan adalah serangkaian aktivitas niche dalam aktivitas niche yang lebih besar.
Keragaman situasi ekonomi di wilayah perdesaan telah mendorong dikembangkannya sembilan jenis situasi ekonomi perdesaan, baik yang ditemukan secara terpisah, apaupun merupakan kombinasi.
Wilayah perdesaan dapat didefinisikan sebagai daerah yang ekonominya didasarkan pada industri agraria/perhutanan tradisional, atau setidaknya ekstraksi (tetapi tidak biasanya pengolahan) sumber daya alam. Penurunan peran yang berlangsung terus-menerus dalam kepentingan relatif sektor pertanian dan pertumbuhan sektor jasa pasca-industri telah menyebabkan tumbuhnya banyak industri baru, termasuk pariwisata, di kawasan perdesaan. Lebih lanjut, di banyak daerah, baik yang berkembang secara ekonomi maupun yang kurang berkembang, kegiatan industri perdesaan skala kecil telah menjadi fenomena khas.
Masyarakat perdesaan memiliki berbagai karakteristik yang, secara kolektif, dapat menyebak mereka diidentifikasi sebagai lebih tradisional daripada masyarakat perkotaan kontemporer, tetapi banyak wilayah perdesaan berada dalam keadaan perubahan yang konstan, paling tidak dalam kaitannya dengan penyerapan, atau penolakan mereka terhadap nilai-nilai, struktur dan karakteristik sosial dan spasial perkotaan.
Ini adalah kumpulan ayat Al Qur'an yang "semoga" dapat membantu untuk meruqyah diri sendiri, atau orang lain, jika diperkirakan sumber permasalahannya berupa gangguan dari luar,khususnya yang bersikap gaib. Bangguan tersebut dapat berupa kecanduan "game online", penyakit keturunan, badan yang dirasakan "tidak nyaman", dll.
Mohon maaf saya sendiri bukan peruqyah. Saya hanya mengkristalkan pengalaman berbagai peruqyah yang pernah mengunakan ayat-ayat tertentu, yang pengalaman ini cukup bertaburan di internet untuk dapat dimanfaatkan.
Pedoman RIPPDA beserta Lampiran A, B dan C berasal dari Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, yang berhasil penulis ‘selamatkan’, dari diubah dari format cetakan menjadi format tulisan. Karena itu pada beberapa tempat masih akan didapat kesalahan akibat proses pengubahan.
Sementara Lampiran D dan seterusnya, bersumber dari pengalaman mengerjakan berbagai kegiatan pengembangan kepariwisataan. Dari pengalaman tersebut penulis memperoleh sejumlah tulisan yang cukup berharga untuk sekedar disimpan di dalam laptop. Dengan niat untuk turut menyebar luaskan ilmu terkait kepariwisataan, maka kumpulan tulisan tersebut kami hadirkan bersama buku pedoman tersebut, sebagai Lampiran D dan seterusnya.
Tulisan pada Lampiran D dan seterusnya tersebut berasal dari berbagai sumber, yang ‘sayangnya’ sebagian besar tidak tercatat dengan baik. Karena itu, penggunaannya disarankan tidak untuk dijadikan rujukan/referensi ilmiah, di mana dalam lingkungan akademis, keabsahan rujukan/referensi merupakan suatu keharusan. Tulisan ini hanyalah sekedar penambah wawasan tentang kepariwisataan, serta membuka jalan bagi pencarian lebih lanjut rujukan/referensi dari aspek yang dibahas dalam kumpulan tulisan ini. Kepada pihak-pihak yang merupakan sumber dari tulisan tersebut, yang kebetulan tidak kami catat, kami hanya dapat berharap kiranya Allah jualah yang dapat membalas amal shalih tersebut dengan pahala yang mengalir tidak putus-putus, selama ilmu tersebut masih dapat dimanfaatkan. Sedangkan beberapa pihak yang ‘kebetulan’ terekam, dan dapat kami cantumkan dalam kumpulan tulisan ini, antara lain dari UGM, selain adanya balasan dari Allah tersebut, kami juga menghaturkan banyak terima kasih.
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahFitri Indra Wardhono
Untuk menjadi peruqyah perlu dibekali ayat-ayat khusus, disamping yang umum seperti Al Fatihah, Al Baqarah, Ayat Qursy, 3 Qul. Berikut ini ditampilkan ayat-ayat tersebut, serta evaluasi kita (jika ingin menjadi peruqyah) seberapa jauh/banyak kita sudah menguasainya.
Kejawèn adalah suatu paham keagamaan campuran yang dianut orang-orang Jawa, yang merupakan ramuan di antara adat keagamaan asli Jawa yang percaya pada alam ghaib dengan pengaruh Hindu-Budha dari zaman Majapahit dan pengaruh agama Islam dari zaman Demak. Dalam perkembangannya, paham keagamaan kejawèn tersebut kadangkala lebih condong kepada Hindu-Budha, kadangkala lebih condong pada Islam, atau lebih mengutamakan kejawaannya, dan atau kemudian ada pula yang condong pada Kristen-Katolik. Kecederungan itu ada yang sifatnya sebagai pedoman hidup dan ada yang sifatnya mengejek dan mencela antara satu dengan yang lain.
Upacara pokok kejawèn adalah slametan, yaitu perjamuan kerukunan sosio-religius yang diikuti oleh para tetangga bersama dengan beberapa sanak saudara dan sahabat. Upacara ini diadakan bertepatan dengan saat-saat penting di dalam kehidupan (perkawinan, kehamilan, kelahiran anak, kematian, dll.), peristiwa-peristiwa komunal yang setiap tahun diadakan (bersih desa, pesta dusun/kampung yang setiap tahun diadakan bersama dengan upacara pembersihan atau persucian tertentu) dan segala macam kesempatan bila kesejahteraan umum dan keseimbangan digoncangkan. Pandangan religius kejawèn dipusatkan pada kesatuan hidup. Dalam ungkapan upacara-upacara simbolis, pandangan ini berpusat pada kesatuan harmonis dalam lingkungannya sendiri, entah itu keluarganya, tetangganya atau desanya. Dalam ungkapan yang mistik, agama Jawa memusatkan perhatiannya kepada hubungan langsung dan pribadi seseorang dengan “Yang Tunggal”. Kebangkitan aliran kejawèn dewasa ini tidak terlepas dari pandangannya terhadap agama-agama yang ada di Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, tidak berarti bangsa Indonesia seluruhnya beragama, karena kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan monopoli pemeluk agama saja, akan tetapi hak setiap orang sekalipun tidak mengikuti agama tertentu. Pengikut aliran kejawèn adalah orang yang ber-Tuhan, akan tetapi belum tentu beragama (resmi yang diakui di Indonesia). Mereka menghayati dan menyembah Tuhan dengan caranya sendiri di luar ajaran agama dan ternyata mendapatkan apa yang mereka cari. Atas dasar hal itu, selanjutnya mereka berusaha membentuk organisasi baru dan tersendiri yang serupa dengan agama. Mereka merasa lebih cocok dengan cara penghayatan yang mereka temukan daripada cara yang diajarkan agama yang mungkin pernah mereka peluk.
Ruqyah (dengan huruf ra’ di dhammah) adalah yaitu bacaan untuk pengobatan syar’i (berdasarkan riwayat yang shahih atau sesuai ketentuan ketentuan yang telah disepakati oleh para ulama) untuk melindungi diri dan untuk mengobati orang sakit. Bacaan ruqyah berupa ayat ayat al-Qur’an dan doa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al-Qur’an dan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa ruqyah merupakan penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna bagi penyakit hati dan fisik dan bagi penyakit dunia dan akhirat. Bagaimana mungkin penyakit itu mampu melawan firman-firman Rabb bumi dan langit yang jika firman-firman itu turun ke gunung makai ia akan memporakporandakan gunung gunung. Oleh karena itu tidak ada satu penyakit hati maupun penyakit fisik melainkan ada penyembuhnya.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Qur’an, pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih berpengaruh.
5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang sedang dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya, dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya tentang tiupan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar)”. (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan Al Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al Fathu Ar Rabbani, 17/184].
8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun.
9. Mengusap yang sakit dengan tangan kanan.
10. Bagi yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang
Ruqyah adalah Seni Penyembuhan dari segala macam penyakit baik fisik, psikis, gangguan makhluk halus maupun serangan sihir yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sholallau ‘Alaihi wassalam (Seorang Nabi Utusan Tuhan Terahir di Muka Bumi ini). Selain itu Ruqyah juga merupakan seni perlawanan, perlindungan dan pembentengan diri dari segala macam mara bahaya yang bersifat fisik, maupun psikis.
Energi Ruqyah berasal dari keberkahan dan mu’jizat bacaan ayat Suci Al Qur’an dan Doa-doa Nabi Muhammad SAW.
Agar rumah tidak seram dan angker laksana kuburan. Agar rumah tidak menjadi tempat nongkrong Iblis dan syetan, supaya rumah menjadi sarang kebaikan dan keberkahan, maka hiasilah dengan sholat-sholat sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah. Beliau bersabda, “Kerjakanlah sholat kalian di rumah, dan janganlah kalian menjadikannya sebagai kuburan.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar).
Yang dimaksud di sini adalah sholat sunnah, sebagaimana diterangkan dalam riwayatnya yang lain, “Wahai manusia, sholatlah di rumah kalian. Karena sesungguhnya sholat seseorang yang paling utama adalah di rumahnya, kecuali sholat yang wajib.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dalam sabdanya yang lain, “Apabila seseorang telah melaksanakan sholatnya di masjid, maka hendaknya ia memberikan bagian dari sholatnya untuk rumahnya. Karena Allah akan menjadikan kebaikan di rumahnya karena sholat yang dilakukannya.” (HR. Muslim)
Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “ bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.
Seperti halnya manusia yang merupakan bagian dari alam, maka karya manusia yang timbul itu pada hakekatnya merupakan sebagian dari alam itu juga.
Oleh karena itu suatu karya seharusnya tidak menimbulkan disharmoni dengan alam sekitarnya maupun disharmoni dengan manusia calon pemakai itu sendiri.
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
Secara umum, buku ini memuat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang dan
pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan serta pedoman praktis yang dapat digunakan
di dalam penataan ruang kawasan-kawasan spesifik seperti perkotaan, perdesaan, wilayah
pariwisata di pesisir, dan di kawasan rawan bencana longsor.
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasFitri Indra Wardhono
Teori menyebutkan bahwa salah satu cara yang efektif dalam membangun
wilayah adalah melalui pengembangan kawasan, lebih khusus lagi melalui
pendekatan klaster. Dalam suatu klaster, berbagai kegiatan ekonomi dari para pelaku
usaha saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain menghasilkan barang
dan jasa yang unik. Bagaimana mengembangkan kegiatan usaha yang saling
mendukung itu merupakan kunci bagi pengembangan ekonomi suatu wilayah.
Buku “Penyusunan Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk
Percepatan Pembangunan Daerah” ini disusun berdasarkan penelaahan literatur
dan pengamatan lapangan. Banyak kajian telah dilakukan dan banyak buku telah
ditulis mengenai berbagai aspek pengembangan kawasan, namun yang
menggabungkan semua kajian dan buku tentang pengembangan kawasan-kawasan
itu menjadi satu masih belum ada. Buku ini dimaksudkan untuk mengisi kekurangan
itu.
Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
Pemerintah Daerah, baik tingkat propinsi maupun dan khususnya tingkat
kabupaten/kota, bahkan bagi tingkat kecamatan dan desa dalam menyusun
perencanaan pengembangan kawasan di wilayahnya, baik secara individual maupun
secara terpadu. Diharapkan buku ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun program, kebijakan dan rencana pengembangan kawasan.
Buku ini akan terus disempurnakan agar semakin memenuhi kebutuhan
semua pihak. Untuk itu saran perbaikan dari para pembaca dan pengguna buku ini
sangat diharapkan.
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Gambaran Umum Pelabuhan Tanjung Priok dan Sekitarnya
1. Bab II
Gambaran Umum Pelabuhan
Tanjung Priok dan Sekitarnya
1. Gambaran Umum Keadaan Wilayah Administrasi di Sekitar Pelabuhan
Tanjung Priok
a. Kecamatan Tanjung Priok
Pelabuhan Tanjung Priok berada dalam lingkup Kecamatan Tanjung
Priok. Di kecamatan ini terdapat 7 kelurahan, yakni : Sunter Agung,
Sunter Jaya, Kebon Bawang, Papango, Warakas, Sungai Bambu, dan
Tanjung Priok.
1- Kebijakan Arahan Tata Ruang
Arahan tata ruang bagi Kecamatan Tanjung Priok, terdapat dalam
RRTR Wilayah Kecamatan Tanjung Priok. Secara ringkas, arahan
tata ruang tersebut adalah sebagai berikut :
a- Isu Pokok Perencanaan
1- Kondisi tanah yang relatif rendah terhadap muka air
laut telah menyebabkan mudahnya areal, tergenang
oleh air. Pasang surut air laut juga menyebabkan sulit-
nya pengaturan drainase di daerah ini. Akibat hujan,
genangan terjadi di Kelurahan :
Sunter Agung,
Sunter Jaya,
Papanggo,
sedangkan genangan akibat pasang surut air laut ter-
jadi di Kelurahan :
Warakas,
Sungai Bambu,
Kebon Bawang, dan
Tanjung Priok.
Hal ini terjadi karena :
masih terdapatnya kebocoran sistem drainase yang
2. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-2
ada, dan
belum terbangunnya Sodetan Saluran Kali Sentiong
(Sentiong Cut Off), serta
penyelesaian pembangunan saluran makro sistem
yang belum terbangun.
Oleh karena itu perlu dilaksanakan normalisasi kali dan
perawatan saluran, serta merealisasikan lanjutan
saluran makro yang menuju Waduk Sunter Utara.
2- Kemacetan lalu-lintas di :
a- sepanjang Jl. Martadinata,
b- sepanjang Jl. Enggano (akibat kendaraan barang
yang menjadi satu jalur dengan angkutan umum),
c- sepanjang Jl. Yos Sudarso (akibat tidak ada pe-
nyeberangan jalan orang, khususnya pada ruas
jalan di sebelah Barat Plumpang menuju Kantor
Walikota Jakarta Utara),
d- sepanjang Jl. Sunter C (akibat letak pergudangan
dekat dengan perumahan), dan
e- sekitar terminal bis Tanjung Priok, akibat :
lebar jalan sempit, dan
tidak ada akses langsung menuju tol dari pe-
labuhan, dan
masih bersatunya lajur bagi angkutan barang
dan umum, serta
kondisi jalan yang buruk akibat tidak mampu
menahan beban kendaraan berat.
Oleh karena itu konsep penyelesaian yang disa-
rankan, adalah :
pemisahan lajur angkutan barang dan angkut-
an umum, khususnya untuk lajur angkutan ba-
rang yang melintasi terminal dengan dibuat-
nya fly over, dan
membuka akses langsung angkutan barang
dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Tol Har-
bour Road, sehingga angkutan barang tidak
melintasi Jl. Enggano dan Jl. Martadinata.
f- Masih terdapat perumahan padat dan buruk ling-
kungan (kumuh) di :
3. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-3
bagian Selatan yaitu Sunter Jaya di bagian
Utara Kelurahan Tanjung Priok,
sebagian Kelurahan Warakas, Kelurahan Su-
ngai Bambu, Kelurahan Papanggo dan Kelu-
rahan Kebon Bawang,
terutama perumahan yang dibangun di bantara
kali dan jalur hijau pengaman tegangan tinggi
PLN. Pada area ini umumnya rawan banjir, se-
hingga penempatan prasarana kurang baik. Oleh
karena itu konsep penyelesaiannya adalah de-
ngan :
program perbaikan lingkungan, dan
program peremajaan pada areal pemukiman
kumuh.
b- Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang
Kebijaksanaan yang relevan dengan Kecamatan Tanjung
Priok yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pe-
ngembangan Tata Ruang adalah:
1) Mempertahankan target penduduk sebagaimana yang
ditetapkan RBWK 1985-2005.
2) Melaksanakan penyesuaian-penyesuaian penataan
ruang sebagaimana ditetapkan RBWK 1985-2005 de-
ngan pelaksanaan rencana selama periode 1990-1995
dalam batas-batas yang dapat dipertanggungjawabkan.
3) Melakukan optimasi pemanfaatan ruang pada bagian-
bagian wilayah yang padat penduduknya di Kecamatan
Tanjung Priok, agar dapat menampung tuntutan per-
kembangan di masa mendatang.
4) Melanjutkan kebijaksanaan-kebijaksanaan tata ruang
yang masih relevan sebagaimana tertuang dalam
RBWK 1985-2005 antara lain sebagai berikut:
Mengurangi keadaan lingkungan yang buruk dan
lingkungan padat di bagian Utara wilayah Tanjung
Priok ini, sehingga diperoleh lingkungan perkotaan
yang baik dan seimbang.
Mengusahakan mengurangi penggunaan air tanah.
4. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-4
c- Kebijaksanaan Pengembangan Sektor-Sektor
1) Sektor Perumahan
Pembangunan perumahan lebih diarahkan kepada
peningkatan kualitas bangunan bagi perkampungan
yang padat di bagian utara Kecamatan Tanjung
Priok, sedangkan bagian selatan yang bangunan-
nya telah teratur (dikelola real estate) tingkat ke-
padatan huniannya diupayakan penurunan, sehing-
ga mencapai norma hunian untuk 1 kepala ke-
luarga.
Program perbaikan lingkungan dilanjutkan.
Melaksanakan peremajaan hunian kumuh.
2) Sektor Industri
Pengembangan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok
diarahkan kepada reklamasi dan ke arah perkam-
pungan Sampur di Koja.
Pengembangan daerah industri lebih diarahkan se-
bagai daerah pergudangan dan perkantoran yang
dapat mendukung perkembangan fungsi Pelabuhan
Tanjung Priok di masa yang akan datang.
Secara bertahap sesuai kebijaksanaan Pantai Uta-
ra, areal kawasan industri di Sunter harus direloka-
sikan ke arah Timur yaitu Kawasan Industri di Ke-
camatan Cilincing dan/atau ke luar dari wilayah DKI
Jakarta.
3) Sektor Perdagangan dan Jasa
Pengembangan sentra-sentra tetap diutamakan.
Pengembangan ribbon dibatasi hanya pada kelas
jalan tertentu, dan harus dapat menjamin kelan-
caran lalu-lintas dengan penyediaan parkir off street
yang memadai.
Peremajaan pasar harus memperhatikan kepen-
tingan pedagang lama dan ekonomi lemah.
4) Sektor Transportasi
5. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-5
Pengembangan Harbour Road dipercepat untuk
meningkatkan aksebilitas ke Pelabuhan Tanjung
Priok
Beberapa ruas jalan tertentu perlu ditingkatkan ka-
pasitasnya melalui program pelebaran jalan.
Pengembangan jaringan jalan baru lebih diutama-
kan pada bagian Utara Kecamatan Tanjung Priok.
5) Sektor Fasilitas Umum
Penyediaan tanah untuk fasilitas umum harus dila-
kukan sedini mungkin.
Mendorong pihak real estate yang ada di kawasan
ini untuk berperan, serta dalam pembangunan fa-
silitas pelayanan umum.
Dalam upaya mengatasi keterbatasan lahan, pe-
ngembangan fasilitas umum terpadu diutamakan.
6) Sektor Air Minum
Penggunaan air tanah dangkal maupun sumur da-
lam tetap akan dibatasi.
Perluasan jaringan-jaringan pelayanan air bersih
PDAM melalui pengembangan jaringan waduk baru
dan jaringan distribusi lainnya perlu ditingkatkan
termasuk hidran-hidran umum.
7) Sektor Sanitasi dan Sampah
Melaksanakan pembangunan jamban kolektif atau
MCK pada daerah perkampungan padat.
Mengkoordinasi pengelolaan sampah secara terpa-
du di bawah kooordinasi instansi terkait.
8) Sektor Banjir dan Drainase
Melaksanakan pengembangan jaringan mikro dan
submakro drainase ke dalam sistem pengendalian
banjir terkait.
6. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-6
9) Utilitas Umum
Melaksanakan peningkatan jaringan pelayanan
listrik, telepon dan gas sesuai kebutuhan.
Mendorong pihak swasta untuk berperan, serta da-
lam pembangunan utilitas umum.
10) Ruang Terbuka Hijau
Melaksanakan pengamanan ruang terbuka hijau
yang melindungi objek-objek penting.
Peningkatan pemeliharaan ruang terbuka hijau.
d- Rencana Sistem Jejaring Transportasi
Rencana pengembangan sistem jaringan jalan di Kecamatan
Tanjung Priok meliputi hal-hal seperti berikut :
1) Jalan Arteri Primer
Jl. Enggano.
Jl. Martadinata.
Jl. Tembus Bugis-Pademangan.
Jl. Bugis.
2) Jalan Arteri Sekunder
Jl. Tembus Bugis-Sunter A.
Jl. Sunter A.
Jl. Sumber Mitra Lanjutan.
Jl. Sunter Jaya (Sunter Kemayoran).
3) jalan Kolektor Sekunder
Jl. Warakas 21.
Jl. Servis Road sejajar Tol Harbour Road.
Jl. Gadang.
Jl. Warakas Raya.
Jl. K. Lagoa (Sejajar).
Jl. RS. Kanker.
Jl. Sunter Utara I.
Jl. H. Mawar.
7. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-7
Jl. Mandor Iren (Sunter Timur I).
Jl. Ancol Timur sejajar K. Sunter Kemayoran.
Jalan layang dan jembatan layang di Kecamatan Tanjung
Priok sampai dengan tahun 2005 direncanakan dari Jl. RE.
Martadinata menuju Jl. Enggano (melintasi terminal bis).
Tabel II.1 : Program Pengembangan Jaringan Jalan Kecamatan Tanjung Priok
Sampai Tahun 2005
No. Lokasi Kelurahan Fungsi
ROW (M)
Program
1995 2005
1 Jl. Enggano Tanjung Priok Arteri Primer 25 34 Pelebaran
2 Jl. Martadinata Tanjung Priok Arteri Primer 24 24 Perbaikan
3 Jl. Tembus Bugis-
Pademangan
Tanjung Priok Arteri Primer - 34 Pembangunan Baru
4 Jl. Tembus Bugis-Sunter A Papanggo/Warakas Arteri Primer - 34 Pembangunan Baru
5 Jl. Bugis Sungai Bambu/Kebon Arteri Primer 20 34 Pelebaran
Bawang
6 Jl. Sunter Permai Raya Papanggo Kolektor Primer - 30 Perbaikan
(RS. Kanker)
7 Jl. Sunter A Sunter Agung Arteri Sekunder - 25 Perbaikan
8 Jl. Bisma Utara Papanggo Kolektor Primer - 15 Pembangunan Baru
(Sunter Utara I)
9 Jl. H. Mawar (Jl. PAM) Sunter Jaya Kolektor Primer 6 10-10 Pelebaran
10 Jl. Sumber Mitra Lanjutan Sunter Jaya Arteri Sekunder - 36 Pembangunan Baru
11 Jl. Sunter Kemayoran Sunter Jaya Arteri Sekunder 12 25 Pelebaran
12 Jl. Mandor Iren
(Sunter Timur I)
Sunter Jaya Kolektor Primer 6 10-10 Pelebaran
13 Jl. Ancol Timur sejajar k.
Sunter Kemayoran
Sunter Jaya Kolektor Primer - 30 Pembangunan Baru
14 Jl. Tembus Yos Sudarso- Kebon Bawang Kolektor Primer - 15 Pembangunan Baru
Warakas Sungai Bambu
Warakas
15 Jl. Danau Sunter Selatan Sunter Agung Kolektor Primer 24 34 Pelebaran
16 Jl. Danau Sunter Utara Sunter Agung Kolektor Primer 36 36 Perbaikan
17 Jl. Agung Karya (Jl. Pipa Sunter Agung Kolektor Primer 20 20 Perbaikan dan
PAM) Sungai Bambu Pembangunan Baru
18 Jl. Bisma Raya Papanggo Kolektor Primer 30 30 Perbaikan dan
Pembangunan Baru
19 Jl. Setianegara Lanjutan (Jl.
Agung Utara 1)
Sunter Agung Kolektor Primer - 18 Pembangunan Baru
20 Jl. Pelabuhan Tanjung Priok 24 24 Perbaikan
21 Jl. Agung Jaya 1-Jl. Agung
Barat
Sunter Agung Kolektor Primer 18 18
8. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-8
No. Lokasi Kelurahan Fungsi
ROW (M)
Program
1995 2005
22 Jl. Paradise Sunter Agung Kolektor Primer 10-5-10 10-5-10 Perbaikan
23 Jl. Bisma Timur I,II Sunter Agung Kolektor Primer 10-15-10 10-15-11 Perbaikan
24 Jl. Sunter Agung Tengah Sunter Agung Kolektor Primer 30 30 Perbaikan
Sumber : RRTRW Kecamatan Tanjung Priok.
2- Keadaan Tata Ruang Yang Ada
a- Guna Lahan
Guna lahan di Kecamatan Tanjung Priok didominasi oleh
guna lahan perumahan (12, 84 Ha atau sekitar 51,78 %). Hal
ini terlihat pada Tabel II.2 : Penggunaan Lahan Eksisting di
Kecamatan Tanjung Priok. Jenis guna lahan kedua yang
mendominasi adalah kantor dan gudang (5,91 Ha atau
sekitar 23,82 %), diikuti oleh industri (3,84 Ha atau sekitar
15,49 %). Selebihnya sekitar 8,92% merupakan perpaduan
antara taman, pertanian, lahan tidur, dan ragam guna la-
han lainnya. Hal terlihat pada Gambar II.1 : Komposisi
Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjung Priok.
Gambar II.1 : Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjung Priok
Perumahan
Industri
Kantor dan Gudang
Taman
Pertanian
Lahan Tidur
Lainnya
Sumber : Tabel II.2 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Tanjung Priok.
Sebaran guna lahan di Kecamatan Tanjung Priok tersebut,
secara visual dapat dtelaah pada Gambar II.3 : Penggunaan
Lahan Eksisting di Kecamatan Tanjung Priok. Terlihat pada
gambar tersebut dominasi guna lahan perumahan dengan
warna kuning, yang tersebar di bagian tengah dan barat
Kecamatan Tanjung Priok. Guna lahan kantor dan gudang
dengan warna abu-abu tersebar di bagian tengah ke arah
timur.
9. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-9
Guna lahan di Kelurahan Tanjung Priok (tempat beradanya
Pelabuhan Tanjung Priok) didominasi oleh guna lahan kantor
dan gudang (4,35 Ha atau sekitar 77,82 % dari lahan di
Kelurahan Tanjung Priok). Hal ini juga dpat dilihat pada
Tabel II.2 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan
Tanjung Priok. Jenis guna lahan kedua yang mendominasi
adalah industri (0,49 Ha atau sekitar 8,77 %), diikuti oleh
perumahan (0,41 Ha atau sekitar 7,34 %). Selebihnya sekitar
6,07% merupakan perpaduan antara taman, lahan tidur,
dan ragam guna lahan lainnya. Hal akan semakin jelas jika
Gambar II.1 : Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan
Tanjung Priok ditelaah. Dengan demikian jelaslah bahwa
Pelabuhan Tanjung Priok dikepung oleh guna lahan kantor
dan gudang, serta industri, yang memiliki keterkaitan dengan
fungsi yang diemban pelabuhan ini.
Gambar II.2 : Komposisi Penggunaan Lahan di Kelurahan Tanjung Priok
Perumahan
Industri
Kantor dan Gudang
Taman
Pertanian
Lahan Tidur
Lainnya
Sumber : Tabel II.2 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Tanjung Priok.
b- Kedudukan Kecamatan Tanjung Priok dalam RTRW Provinsi
DKI Jakarta 2010
RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010 menggariskan bahwa da-
lam rangka penataan ruang Provinsi DKI Jakarta, upaya pe-
nataan ini salah satunya dilakukan melalui komponen utama
pembentuk ruang. Komponen utama pembentuk ruang ini
meliputi :
kawasan hijau,
kawasan permukiman,
kawasan ekonomi prospektif,
sistem pusat kegiatan, dan
10. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-10
sistem prasarana.
Dari kelima hal tersebut, salah satu di antaranya adalah ka-
wasan ekonomi prospektif, yang merupakan kawasan de-
ngan pemanfaatan :
11. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-11
Tabel II.2 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Tanjung Priok
No. Kelurahan
Guna Lahan (Ha.)
Perumahan Industri
Kantor dan
Gudang
Taman Pertanian Lahan Tidur Lainnya Jumlah
1 Sunter Agung 5,44 0,39 0,18 0,01 - - 0,53 6,55
2 Sunter Jaya 2,15 1,11 0,88 0,02 0,22 0,29 - 4,68
3 Kebon Bawang 1,59 - 0,13 0,01 - - - 1,73
4 Papango 1,46 0,80 0,22 0,01 - - 0,31 2,80
5 Warakas 0,97 - - - - - 0,12 1,09
6 Sungai Bambu 0,83 1,05 0,15 0,00 - - 0,34 2,36
7 Tanjung Priok 0,41 0,49 4,35 - - 0,02 0,32 5,59
8 Jumlah 12,84 3,84 5,91 0,06 0,22 0,31 1,62 24,80
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta.
12. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
Gambar II.3 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Tanjung Priok
perkantoran,
perdagangan dan jasa,
kawasan campuran, dan
13. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
kawasan industri dan pergudangan, serta
kawasan pelabuhan.
Terlihat di sini bahwa dalam wilayah Kecamatan Tanjung
Priok terdapat guna lahan yang merupakan bagian dari ka-
wasan ekonomi prospektif Provinsi DKI Jakarta, mengingat
adanya pemanfaatan perkantoran, industri, pergudangan,
serta kawasan pelabuhan.
Pengembangan kawasan ekonomi prospektif di Kecamatan
Tanjung Priok ini dilakukan melalui pengembangan industri
perakitan yang diarahkan pada daerah industri yang memiliki
akses langsung ke jalan arteri di kawasan sekitar Pelabuhan
Tanjung Priok. Hal ini telah berhasil dicapai, tercermin dari
adanya pemanfaatan lahan industri di Kecamatan Tanjung
Priok dan Kelurahan Tanjung Priok, sebagaimana telah
diuraikan di atas.
Dari kelima komponen utama pembentuk ruang di atas, hal
lainnya adalah sistem pusat kegiatan. Sistem pusat kegiatan
ditetapkan untuk :
menunjang Jakarta sebagai kota jasa, dan
memeratakan pusat kegiatan pemerintahan, kegiatan
sosial, ekonomi, budaya, serta kegiatan pelayanan.
Sistem pusat kegiatan ini dibedakan berdasarkan kegiatan
kawasan sebagai pembentuk struktur ruang dan kawasan
fungsi khusus sebagai :
pusat pemerintahan,
pusat perwakilan negara asing,
pusat kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya.
Sistem pusat kegiatan tersebut terdiri dari Pusat Kegiatan
Utama dan Pusat Kegiatan Penunjang. Sistem Pusat Ke-
giatan Utama menurut fungsi khusus di Kecamatan Tanjung
Priok adalah Pusat Distribusi Barang di Tanjung Priok. Saat
ini, Pelabuhan Tanjung Priok telah menjalankan fungsi se-
bagai pelabuhan ekspor-impor barang. Dengan adanya fung-
si yang diemban ini, maka sesungguhnya Kecamatan Tan-
jung Priok telah menjadi salah satu titik realisasi RTRW Pro-
vinsi DKI Jakarta 2010.
14. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010 juga mengarahkan :
Pengembangan kawasan perdagangan, jasa dan per-
kantoran di Tanjung Priok.
Pengembangan kawasan pergudangan untuk menganti-
sipasi perkembangan pelabuhan Tanjung Priok dan me-
nunjang kegiatan industri, perdagangan dan jasa.
Hal-hal ini telah berhasil dicapai di Kecamatan Tanjung
Priok.
b. Kecamatan Cilincing
Di Kecamatan Cilincing terdapat 7 kelurahan, yakni : Sukapura, Ro-
rotan, Marunda, Cilincing, Semper Timur, Semper Barat, dan Kali Baru.
1- Kebijakan Arahan Tata Ruang
a- Isu Pokok Perencanaan
1) Lalu lintas sepanjang Jl. Cakung-Cilincing Raya dan Jl.
Cilincing Raya yang pada saat tertentu mengalami
kemacetan. Hal ini terjadi karena antara lain: badan
jalan yang tidak sesuai dengan kondisi kendaraan.
Untuk Jl. Cilincing Raya, kemacetan terjadi akibat an-
tara lain adalah :
trace jalan terlalu sempit untuk akses menuju
Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda,
frekuensi kendaraan sangat tinggi pada jam-jam
sibuk,
aksesibilitas ke kawasan industri kurang,
sehingga dari faktor-faktor tersebut, dampak yang
terjadi antara lain adalah arus barang dari dan ke arah
produsen menuju Pelabuhan Tanjung Priok terganggu.
Untuk permasalahan ini, kondisi yang diharapkan ada-
lah terjadinya kelancaran arus lalu-lintas dan arus ba-
rang dari dan ke arah daerah produsen Tanjung Priok
lancar dengan konsep penyelesaian yang disarankan
adalah :
normalisasi trace jalan ideal dari 34 meter (bahkan
seharusnya 60 meter),
segera dibangunnya akses-akses baru sesuai
rencana,
15. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
realisasi jalan Tol Plumpang-Cikunir-Tanjung Priok,
serta
realisasi rencana Jl. Arteri Marunda Tengah (34
meter).
2) Kemacetan lalu-lintas oleh arus/gerak truk besar, serta
pembangunan kawasan industri, kurang terkontrol (khu-
susnya untuk KBN). Hal ini dikarenakan antara lain :
arus kendaraan kontainer yang memacetkan jalur-
jalur sempit akibat belum diatur oleh syarat-syarat
lokasinya,
kurangnya angkutan umum (kendaraan bis) pada
malam hari untuk mengangkut tenafa kerja industri,
serta
pembangunan fisik yang telah melewati batas
ambang pembangunan.
Adapun kondisi yang diharapkan adalah :
lancarnya arus kendaraan kontainer dari dan ke
arah produsen (menuju pelabuhan Tanjung Priok),
parkir kendaraan lancar,
adanya angkutan umum untuk mengangkut tenaga
kerja pada malam hari, serta
penggunaan tanah perindustrian yang sesuai de-
ngan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan KLB
(Koefisien Lantai Bangunan).
Untuk hal ini konsep penyelesaian yang disarankan
adalah :
perlu dibuatnya batasan penggunaan tanah indus-
tri, serta
perlu dibuatkan rencana untuk lokasi container port,
dan
ijin khusus untuk container port.
Selain itu, perlu penambahan armada angkutan umum
dengan bekerjasama koperasi yang ada, serta perlu
adanya koordinasi pada tingkat kota/propinsi.
3) Untuk sektor perumahan, permasalahan yang ada ada-
lah :
16. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
tidak adanya perumahan khusus karyawan di
lingkungan industri dan pelabuhan, serta
eksisting perumahan di Kelurahan Kalibaru, serta
Kelurahan Cilincing diperuntukkan bagi pengguna-
an penambahan beban lalu-lintas,
telah mendukung terbentuknya lingkungan kumuh
di dekat tempat kerja, serta
adanya masalah perijinan.
Kondisi yang diharapkan adalah :
tersedianya permukiman di lingkungan industri,
perlu dihilangkannya lingkungan kumuh, serta
penyesuaian permukiman di lingkungan industri,
perlu dihilangkannya lingkungan kumuh, serta
penyesuaian kondisi pembangunan dengan
rencana kota yang ada.
Konsep penyelesaian yang disarankan adalah perlunya
penyediaan fasilitas permukiman (syarat bagi industria-
wan), dan adanya ijin bersyarat atau dibebaskan pela-
buhan sesuai dengan rencana.
4) Banjir selalu terjadi, baik pada saat hujan maupun pada
saat air laut pasang. Hal ini dikarenakan :
peil tanah rendah, dan
saluran drainase yang belum ideal, serta
penampungan air kurang.
Adapun kondisi yang diharapkan adalah tidak terjadi
banjir pada kawasan rendah. Konsep penyelesaian
yang disarankan adalah :
a) normalisasi saluran drainase, serta
b) realisasi :
Danau/Waduk Semper Timur II,
Rawa Kendal,
Sungai Blencong.
b- Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang
Kebijaksanaan yang relevan dengan Kecamatan Cilincing
yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pengem-
17. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
bangan Tata Ruang adalah:
1) Penyesuaian target jumlah penduduk sekitar 285.500
jiwa pada tahun 2005 dari target jumlah penduduk pada
RBWK 1985-2005 sebesar 338.505 jiwa.
2) Melaksanakan penyesuaian-penyesuaian penataan
ruang sebagaimana ditetapkan RBWK 1985-2005 da-
lam batas-batas yang dapat dipertanggungjawabkan.
3) Melakukan optimasi pemanfaatan ruang pada bagian-
bagian wilayah tertentu agar dapat menampung tun-
tutan perkembangan di masa mendatang.
4) Melanjutkan kebijaksanaan-kebijaksanaan tata ruang
yang masih relevan sebagaimana tertuang dalam
RBWK 1985-2005 antara lain sebagai berikut :
Mengurangi keadaan lingkungan yang buruk dan
lingkungan padat di bagian kota tertentu, sehingga
diperoleh lingkungan perkotaan yang seimbang.
Mengusahakan mengurangi penggunaan air tanah
untuk mencegah intrusi air laut.
c- Kebijaksanaan Pengembangan Sektor-Sektor
1) Sektor Perumahan
Tingkat kepadatan diupayakan agar dapat diturun-
kan, sehingga tercapai norma 1 hunian 1 KK.
Program perbaikan lingkungan dilanjutkan.
Melaksanakan peremajaan hunian kumuh.
2) Sektor Industri
Limbah industri harus diolah dilokasi industri terse-
but sampai batas ambang yang diijinkan sebelum
dibuang ke tempat lain, baik cair maupun padat.
Pengembangan industri pergudangan diarahkan
supaya dapat mendukung perkembangan perluas-
an Pelabuhan Tanjung Priok di masa mendatang.
3) Sektor Perdagangan dan Jasa
Pengembangan sentra-sentra tetap diutamakan.
Pengembangan ribbon dibatasi hanya pada kelas
jalan tertentu, yaitu kolektor ke atas, dan harus da-
18. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
pat menjamin kelancaran lalulintas dan penyediaan
parkir off street yang memadai.
Peremajaan pasar harus memperhatikan kepen-
tingan pedagang lama dan ekonomi lemah.
4) Sektor Transportasi
Pengembangan harbor road dipercepat untuk me-
ningkatkan aksebilitas ke Pelabuhan Tanjung Priok
Beberapa ruas jalan tertentu perlu ditingkatkan ka-
pasitasnya melalui program pelebaran jalan.
Pengembangan jaringan jalan baru lebih diutama-
kan pada Kelurahan Sukapura, Rorotan dan Ma-
runda.
5) Sektor Fasilitas Umum
Pencadangan lahan untuk pembangunan fasilitas
umum harus dilakukan sedini mungkin.
Mendorong pihak swasta untuk berperan, serta
dalam pembangunan fasilitas pelayanan umum.
Untuk mengatasi keterbatasan lahan, pembangun-
an fasilitas umum terpadu harus diutamakan.
6) Sektor Air Minum
Penggunaan air tanah dangkal maupun sumur da-
lam tatap akan dibatasi.
Perluasan jaringan pelayanan air bersih PDAM
melalui pengembangan jaringan induk bari dan
jaringan distribusi lainnya, termasuk hydran-hydran
umum.
7) Sektor Sanitasi dan Sampah
Mengkoordinasi pengelolaan sampah secara ter-
padu dengan instansi terkait.
Mengadakan penyuluhan mengenai sanitasi secara
berkala.
8) Sektor Banjir dan Drainase
Melaksanakan pengembangan jaringan mikro dan
19. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
sub makro drainasi ke dalam sistem pengendalian
banjir terkait.
Pelaksanaan pembangunan fisik disyaratkan meng-
ikuti peil banjir
9) Utilitas Umum
Melaksanakan peningkatan jaringan pelayanan lis-
trik, telepon dan gas sesuai kebutuhan.
10) Ruang Terbuka Hijau
Melaksanakan pengamanan ruang terbuka hijau
yang melindungi objek-objek penting.
Peningkatan pemeliharaan ruang terbuka hijau.
d- Rencana Sistem Jejaring Transportasi
Rencana pengembangan sistem transportasi dan tata air di
Kecamatan Cilincing meliputi hal-hal seperti berikut:
1) Peningkatan Jalan
Jl. Cilincing Raya dari ROW 15 m menjadi ROW 60
m.
2) Pembangunan Jalan Baru
Jl. Inspeksi Saluran Cakung Drain ROW 5 m de-
ngan fungsi jalan kolektor.
Jl. Plumpang-Cikunir ROW 36 m dengan fungsi
jalan arteri primer.
Tabel II.3 : Program Pengembangan Jaringan Jalan Kecamatan Cilincing Sampai
Tahun 2005
No. Lokasi Fungsi
Row (m)
Program Keterangan
1995 2005
1. Jl. Cilinding Raya Arteri
Primer
15 60 Peningkatan
2. Jl. Inspeksi Saluran
Cakung Drain
Arteri
Primer
5 Pembangunan
Jalan Baru
20. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
Jl. Plumpang -
Cikunir
Arteri
Primer
36 Pembangunan
Jalan Baru
Jalan Tol
Sumber : RRTRW Kecamatan Cilincing.
2- Keadaan Eksisting Tata Ruang
a- Guna Lahan
Guna lahan di Kecamatan Cilincing didominasi oleh guna
lahan perumahan (12, 54 Ha atau sekitar 38,88 %). Hal ini
terlihat pada Tabel II.4 : Penggunaan Lahan Eksisting di
Kecamatan Cilincing. Jenis guna lahan kedua yang mendo-
minasi adalah industri (9,16 Ha atau sekitar 21,52 %), diikuti
oleh pertanian (8,54 Ha atau sekitar 20,07 %). Selebihnya
sekitar 36,75% merupakan perpaduan antara taman, perta-
nian, lahan tidur, dan ragam guna lahan lainnya. Hal akan
semakin jelas jika Gambar II.4 : Komposisi Penggunaan
Lahan di Kecamatan Cilincing ditelaah.
Gambar II.4 : Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Cilincing
Perumahan
Industri
Kantor dan Gudang
Taman
Pertanian
Lahan Tidur
Lainnya
Sumber : Tabel II.4 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Cilincing.
Gambar II.5 : Komposisi Penggunaan Lahan di Kelurahan Cilincing
Perumahan
Industri
Kantor dan Gudang
Taman
Pertanian
Lahan Tidur
Lainnya
21. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo
Sumber : Tabel II.4 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Cilincing.
22. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-22
Tabel II.4 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Cilincing
No. Kelurahan
Guna Lahan (Ha.)
Perumahan Industri
Kantor dan
Gudang
Taman Pertanian
Lahan
Tidur
Lainnya Jumlah
1 Sukapura 2,23 1,50 0,21 - 0,51 - 1,16 5,61
2 Rorotan 4,41 0,50 0,00 - 5,13 - 0,60 10,64
3 Marunda 1,67 0,79 0,09 - 2,90 - 2,47 7,92
4 Cilincing 4,78 2,84 0,00 - - - 0,69 8,31
5 Semper Timur 1,70 1,03 0,26 - - - 0,17 3,16
6 Semper Barat 1,23 1,06 0,32 - - - 1,83 4,44
7 Kali Baru 0,53 1,44 0,32 - - - 0,18 2,47
8 Jumlah 16,54 9,16 1,21 - 8,54 - 7,10 42,55
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta.
23. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-23
Gambar II.6 : Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Cilincing
24. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-24
Sebaran guna lahan di Kecamatan Cilincing tersebut, secara
visual dapat ditelaah pada Gambar II.6 : Penggunaan Lahan
Eksisting di Kecamatan Cilincing. Terlihat pada gambar
tersebut dominasi guna lahan perumahan dengan warna
kuning, yang tersebar di bagian tengah dan barat Kecamatan
Tanjung Priok. Guna lahan kantor dan gudang dengan warna
abu-abu tersebar di bagian tengah ke arah timur.
Guna lahan di Kelurahan Cilincing didominasi oleh guna
lahan perumahan (4,78 Ha atau sekitar 57,51 % dari lahan di
Kelurahan Cilincing). Hal ini juga dapat dilihat pada Tabel II.4
: Penggunaan Lahan Eksisting di Kecamatan Cilincing. Jenis
guna lahan kedua yang mendominasi adalah industri (2,84
Ha atau sekitar 34,12 %). Selebihnya sekitar 8,37% merupa-
kan perpaduan antara kantor dan gudang, serta ragam guna
lahan lainnya. Hal akan semakin jelas jika Gambar II.5 :
Komposisi Penggunaan Lahan di Kelurahan Cilincing dite-
laah. Dengan demikian jelaslah bahwa KBN Marunda dike-
pung oleh guna lahan perumahan, dan industri. Guna lahan
perumahan memiliki keterkaitan tak langsung dengan fungsi
yang diemban KBN Marunda, yakni sebagai sarana peru-
mahan bagi karyawannya. Sedangkan guna lahan industri
memiliki keterkaitan langsung dengan fungsi yang diemban
KBN Marunda, yakni berupa keterkaitan antar industri de-
ngan kegiatan pemrosesan hasil industri tersebut sebelum
diekspor.
b- Kedudukan Kecamatan Cilincing dalam RTRW Provinsi DKI
Jakarta 2010
Mengulangi apa yang telah dipaparkan di muka, bahwa da-
lam rangka penataan ruang Provinsi DKI Jakarta, maka upa-
ya penataan salah satunya dilakukan melalui komponen uta-
ma pembentuk ruang, yang meliputi : kawasan hijau, kawa-
san permukiman, kawasan ekonomi prospektif, sistem pusat
kegiatan, dan sistem prasarana. Dari kelima hal tersebut,
salah satu di antaranya adalah kawasan ekonomi prospektif,
yang merupakan kawasan dengan pemanfaatan perkantor-
an, perdagangan dan jasa, kawasan campuran, dan kawa-
san industri dan pergudangan, serta kawasan pelabuhan.
Terlihat di sini bahwa dalam wilayah Kecamatan Cilincing
25. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-25
terdapat guna lahan yang merupakan bagian dari kawasan
ekonomi prospektif Provinsi DKI Jakarta, mengingat adanya
guna lahan industri (walaupun hanya menduduki peringkat
kedua dalam hal luas untuk lingkup Kelurahan Cilincing),
kantor dan gudang pergudangan (peringkat ketiga), serta ka-
wasan Pelabuhan Marunda.
Pengembangan kawasan ekonomi prospektif di Kecamat-
an/Kelurahan Cilincing ini dilakukan melalui pengembangan
industri perakitan yang diarahkan pada daerah industri yang
memiliki akses langsung ke jalan arteri di kawasan sekitar
Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini telah berhasil dicapai, ter-
cermin dari adanya pemanfaatan lahan industri di Kecamat-
an/Kelurahan Cilincing, sebagaimana telah diuraikan di atas.
RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010 juga mengarahkan :
Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di
Kecamatan Cilincing.
Membatasi kegiatan industri pada kawasan yang sudah
ada di Cilincing.
Mengembangkan industri selektif di Cilincing.
Pengembangan hal-hal ini telah berjalan di Kecamatan Cilin-
cing.
2. Gambaran Umum Pelabuhan Tanjung Priok
a. Kondisi Pada Saat Ini
Pelabuhan Tanjung Priok pada saat ini secara umum terdiri atas :
Cabang Pelabuhan Tanjung Priok,
PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) dan
PT. TPK Koja.
PT. JICT merupakan perusahaan afiliasi antara PT. (Persero) Pelabuh-
an Indonesia II, dengan Grosbeak Pte. Ltd. Hongkong dibentuk pada
bulan maret 1999. Komposisi kepemilikan saham perusahaan terdiri
dari :
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II (48.9%),
Grosbeak Pte. Ltd. Hongkong (51%), dan
Koperasi Pegawai Maritim Tanjung Priok (0,1%).
Sementara TPK Koja merupakan terminal petikemas modern yang di-
26. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-26
siapkan untuk bisa melayani kapal-kapal petikemas generasi ketiga,
dengan kedalaman kolam dermaga - 14 m LWS; di mana pada saat ini
dikelola oleh manajemen kerja sama operasi antara PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia II (52,12%) dan PT. Ocean Terminal Petikemas
(47,88%).
Cabang Pelabuhan Tanjung Priok adalah salah satu cabang pelabuhan
di bawah pengelolaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II dan meru-
pakan pelabuhan terbesar di Indonesia, serta merupakan Pelabuhan
Kelas Utama, terletak di pantai Utara pulau Jawa di Teluk Jakarta te-
patnya di Daerah Khusus lbukota Jakarta pada posisi geografis 106°
52'00" Bujur Timur dan 6°6'00" Lintang Selatan.
Cabang Pelabuhan Tanjung Priok selain berfungsi untuk melayani
cargo dan penumpang dari dan ke wilayah Indonesia lainnya, juga saat
ini melayani transit muatan cargo internasional untuk wilayah Indonesia
bagian Barat, sehingga posisi yang strategis ini menjadikannya sebagai
salah satu gerbang utama perekonomian Indonesia. Selain itu juga me-
rupakan industrial entity sekaligus berfungsi sebagai dinamisator perda-
gangan baik antar pulau, maupun internasional. Berbagai kenyataan
tersebut mengisyaratkan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok merupakan
aset nasional yang sangat berharga dan memerlukan penanganan se-
cara profesional.
1- Cabang Pelabuhan Tanjung Priok
Fastiitas Pelabuhan di Cabang Pelabuhan Tanjung Priok meliputi :
a- Kedalaman Alur Pelayaran - 14 m LWS.
b- Kedalaman Kolam Pelabuhan - 4 s/d - 12 m LWS.
c- Panjang Dermaga 7.737 m.
d- Luas Open Storage 468.390 m2.
e- Luas Container Yard 0.631 m2.
f- Luas Gudang 185.228 m2.
g- Tug Boat 8 unit.
h- Pilot Boat 6 unit.
i- Mooring Boat 6 unit.
j- Peralatan Bongkar Muat:
Container Crane 2 unit
Transtainer 3 unit
Forklitt Diesel 14 unit
Top Loader 1 unit
27. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-27
Side Loader 1 unit
Mobile Crane 1 unit
Chassis 2 unit
Head Truck 1 unit
Spreader 2 unit
2- PT. Jakarta International Container Terminal
Fasilitas Pelabuhan di JICT meliputi :
a- Kedalaman Alur Pelayaran - 14m LWS
b- Kedataman Kolam Pelabuhan - 8,5 s/d -12 M LWS
c- Panjang Dermaga 1.63 7m
d- Luas Container Yard 359.469 m2
e- Peralatan Bongkar Muat :
Container Crane II unit
Transtainer 36 unit
Forklift Diesel 15 unit
MobileCrane 4 unit
Chassis 129 unit
Head Truck 103 unit
Spreader 59 unit
Reach Stacker 3 unit
3- Terminal Petikemas Koja
Fasilitas Pelabuhan di TPK. Koja :
a- Kedalaman Alur Pelayaran - 14 m LWS
b- Kedalaman Kolam Pelabuhan -14 M LWS
c- Panjang Dermaga 450 m
d- Luas Container Yard 225.700 m2
e- Peralatan Bongkar Muat :
Container Crane 5 unit
Transtainer 21 unit
Forklift Diesel 1 unit
Chassis 49 unit
Head Truck 40 unit
Spreader 28 unit
Reach Stacker 1 unit
Keterangan : data diambil dari Annual Report 2001 PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia II.
28. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-28
b. Kegiatan Pelayaran
1- Pelabuhan Tanjung Priok Sebagai Bagian dari Simpul
Transportasi Nasional
a- Hirarki Pelabuhan Laut
Pelabuhan laut yang merupakan prasarana transportasi laut
mempunyai fungsi sebagai simpul transportasi laut. Sesuai
dengan fungsinya dalam tata ruang nasional jaringan trans-
portasi laut menggambarkan intensitas kebuthan pelayanan
pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat, pelabuhan-pela-
buhan untuk melayani kawasan-kawasan produksi dan wila-
yah pelayanan masing-masing pelabuhan.
Jaringan transportasi laut diklasifikasikan dalam kelas pela-
buhan utama primer, sekunder dan tersier.
Pelabuhan utama primer berperan khususnya melayani
bongkar muat angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang sa-
ngat luas, serta merupakan simpul dalam jaringan trans-
portasi laut internasional.
Pelabuhan utama sekunder berperan melayani bongkar
muat angkutan laut nasional dan internasional dalam
jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas, serta
lebih besar peranannya sebagai simpul dalam jaringan
transportasi nasional.
Pelabuhan utama tersier berperan melayani bongkar
angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah
sedang dan jangkauan pelayanan yang juga sedang.
Sebagai pusat pengembangan utama (hirarki pertama) ada-
lah pelabuhan-pelabuhan yang akan berfungsi sebagai pela-
buhan transit dan pelabuhan internasional. Pelabuhan ini
akan menjadi pelabuhan utama di dalam wilayahnya. Trans-
portasi laut mempunyai fungsi sebagai sarana angkutan
barang dan angkutan penumpang. Untuk memenuhi fungsi-
nya pelabuhan tersebut harus memiliki kemampuan derma-
ga, terminal penumpang dan terminal peti kemas yang cu-
kup. Pusat pengembangan hirarki kedua adalah pelabuhan
untuk pelayaran nasional dan dapat juga berfungsi sebagai
pelayaran internasional. Pelabuhan-pelabuhan tersebut akan
29. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-29
mempunyai jaringan menuju pelabuhan hirarki pertama di
dalam wilayahnya.
Dalam simpul transportasi nasional ini, pelabuhan Tanjung
Priok berfungsi sebagai pelabuhan utama sekunder. Kondisi
eksisting pelabuhan ini memiliki kelas pelabuhan I.
b- Jaringan Tranportasi Angkutan Laut
Sistem transportasi yang baik adalah yang mempunyai ja-
ringan transportasi yang dapat menghubungkan setiap dae-
rah dalam wilayah Indonesia dan mempunyai hirarki yang je-
las bagi tiap-tiap lintas di dalamnya sehingga diharapkan da-
pat memberikan gambaran potensi dan posisi angkutan laut.
Jaringan transportasi dalam suatu tatanan system merupa-
kan perpaduan antara jaringan prasaranan transportasi yang
meliputi ruang lalu lintas (ways), terminal, serta fasilitas
pendukung jaringan dengan sarana transportasi dan jaringan
pelayanannya.
Dalam penyusunan jaringan transportasi laut pada saat ini
diarahkan untuk menggambarkan intensitas kebutuhan pela-
yanan pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat, melayani ka-
wasan-kawasan produksi dan wilayah pelayanan masing-
masing pelabuhan sehingga nantinya dapat mengakomoda-
sikan seluruh volume dan jenis pergerakan yang akan terjadi
secara terarah dan terpadu.
c- Klasifikasi Trayek Angkutan Laut
Dalam rangka menampung perkembangan arus muatan de-
ngan meningkatnya volume perdagangan, serta arus penum-
pang maka ada trayek angkutan laut berdasarkan Regular
Liner Service (RLS) sedangkan untuk tramper disusun untuk
pelayaran yang tidak mempunyai trayek tetap maupun ber-
jadwal tetap sehingga kapal dapat berlayar ke mana saja un-
tuk mencari dan membawa muatan. Dengan adanya trayek-
trayek ini diharapkan bertujuan untuk menghubungkan pela-
buhan-pelabuhan satu dengan yang lainnya di seluruh
nusantara. Trayek setiap volume angkutan menggambarkan
rute muatan dari pelabuhan asal melalui pelabuhan-pelabuh-
an transit lainnya (bila ada) menuju pelabuhan tujuan.
30. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-30
Muatan tidak harus melalui pelabuhan lainnya sebelum ke
pelabuhan tujuan namun ada muatan yang dari pelabuhan
asal langsung menuju pelabuhan tujuan.
1) Trayek Liner Angkutan Laut
Guna menampung perkembangan arus muatan barang
maupun penumpang, serta menunjang kegiatan ang-
kutan maka setiap perusahaan pelayaran harus mela-
porkan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Per-
hubungan Laut, yang tertuang dalam Surat Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM. 79 Tahun 1988
tentang penyampaian Laporn Rencana Pola Trayek
Tiga Bulanan. Mengumumkan jadwal untuk pelayaran
tetap dan teratur atau Regular Liner Service (RLS)
maupun pelayaran yang tidak tetap dan tidak teratur
atau pelayaran Tramper.
Pola pengoperasian sarana angkutan laut masih dipe-
ngaruhi oleh keadaan muatan atau lebih menitik be-
ratkan pada aspek ekonomi, sehingga kecenderungan
terjadinya kesenjangan pada distribusi angkutan laut
dalam negeri yang tidak merata. Akibat dari kondisi ini
tentunya akan berpengaruh kehidupan social, ekonomi,
politik dan pertanahan keamanan. Oleh karena itu perlu
dilakukan antisipasi dengan melakuan langkah-langkah
yang tepat, sehingga tidak menimbulkan iklim yang
kurang sehat bagi pengguna jasa pelayaran maupun
bagi perusahaan pelayaran.
Berdasarkan realisasi perjalanan kapal antar pelabuhan
di Indonesia, maka terlihat bahwa Pelabuhan Tanjung
Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Pelabuhan Maka-
sar, serta beberapa pelabuhan lainnya masih mendomi-
nasi pola pergerakan muatan barang angkutan laut
dalam negeri.
2) Trayek Tramper Angkutan Laut
Adapun realisasi perjalanan kapal (Voyage Report) un-
tuk trayek tramper yang tidak mempunyai trayek tetap
dan tidak berjadwal, menurut arus muatan barang antar
31. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-31
di wilayah Indonesia Bagian Barat masih didominasi
oleh pelabuhan lainnya seperti pelabuhan Tanjung
Emas, Batam, Dumai, Teluk Bayur, Palembang, Pan-
jang. Sedangkan untuk wilayah Indonesia Bagian Timur
adalah pelabuhan Tanjung Perak dan pelabuhan Maka-
sar, serta beberapa pelabuhan lainnya seperti pelabuh-
an Bitung, Samarinda, Kupang, Dili, Ambon, Jayapura,
Sorong.
2- Kegiatan Pelayaran Penumpang
Kegiatan pelayaran penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok,
dapat dipilah atas pelayaran interinsuler dan pelayaran samudra.
Kedua jenis pelayaran penumpang ini, selanjutnya terbagi lagi
atas kedatangdan dan keberangkatan. Dala perjalanan waktu, dari
tahun 1990 sampai 2001, secara umum senantiasa terjadi
kenaikan, baik interinsuler maupun samudra, baik datang maupun
berangkat. Secara kuantitatif, hal ini dapat disimak Tabel II.5 :
Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok. Akan menjadi lebih jelas jika Gambar
II.7 : Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang
Melalui Pelabuhan Tanjung Priok ditelaah pula.
Tabel II.5 : Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok
No. Tahun
Interinsuler Samudra Jumlah
Datang Berangkat Datang Berangkat Datang Berangkat
1 1990 254.256 234.624 13.233 5.627 267.489 240.251
2 1991 301.235 292.612 38.224 46.478 339.459 339.090
3 1992 319.000 310.653 19.893 24.452 338.893 335.105
4 1993 350.526 337.791 10.829 7.928 361.355 345.719
5 1994 409.560 337.976 17.164 16.673 426.724 354.649
6 1995 419.453 414.048 93.884 98.205 513.337 512.253
7 1996 350.357 323.036 63.356 63.286 413.713 386.322
8 1997 359.862 284.893 70.368 69.975 430.230 354.868
9 1998 504.852 499.735 16.194 2.761 521.046 502.496
10 1999 804.594 822.264 693 693 805.287 822.957
11 2000 833.711 833.566 - - 833.711 833.566
12 2001 934.434 895.215 154 154 934.588 895.369
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
Dari data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa angka rata-
rata kedatangan adalah sebesar 13,42% per tahun, sedangkan
32. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-32
angka keberangkatan adalah sebesar 15,59% per tahun. Ini
terlihat jelas pada Tabel II.6 : Laju Pertumbuhan Tahunan Jumlah
Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan
Tanjung Priok.
Gambar II.7 : Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
1.000.000
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Datang
Berangkat
Sumber : Tabel II.5 : Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang
Melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Tabel II.6 : Laju Pertumbuhan Tahunan Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan
Datang Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
No. Periode
Interinsuler Samudra Jumlah
Datang Berangkat Datang Berangkat Datang Berangkat
1 1990-1991 18,48% 24,72% 188,85% 725,98% 26,91% 41,14%
2 1991-1992 5,90% 6,17% -47,96% -47,39% -0,17% -1,18%
3 1992-1993 9,88% 8,74% -45,56% -67,58% 6,63% 3,17%
4 1993-1994 16,84% 0,05% 58,50% 110,31% 18,09% 2,58%
5 1994-1995 2,42% 22,51% 446,98% 489,01% 20,30% 44,44%
6 1995-1996 -16,47% -21,98% -32,52% -35,56% -19,41% -24,58%
7 1996-1997 2,71% -11,81% 11,07% 10,57% 3,99% -8,14%
8 1997-1998 40,29% 75,41% -76,99% -96,05% 21,11% 41,60%
9 1998-1999 59,37% 64,54% -95,72% -74,90% 54,55% 63,77%
10 1999-2000 3,62% 1,37% -38,89% -38,89% 3,53% 1,29%
11 2000-2001 12,08% 7,40% -38,89% -38,89% 12,10% 7,41%
12 Rata-Rata 14,10% 16,10% 29,90% 85,15% 13,42% 15,59%
Sumber : Tabel II.5 : Jumlah Penumpang Kapal yang Berangkat dan Datang
Melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
33. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-33
Tabel II.7 : Pelayanan Angkutan Air di Pelabuhan Tanjung Priok
No. Tahun Kapal Lainnya
1 1994 405.595 239.659
2 1995 283.135 198.159
3 1996 554.595 259.314
4 1997 - -
5 1998 467.519 175.913
6 1999 564.783 278.687
7 2000 587.729 349.195
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
Gambar II.8 :Pelayanan Angkutan Air di Pelabuhan Tanjung Priok
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
1.000.000
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Lainnya
Kapal
Sumber : Tabel II.7 : Pelayanan Angkutan Air di Pelabuhan Tanjung Priok.
3- Pelayanan Angkutan Air
Sementara itu, kegiatan angkutan air di Pelabuhan Tanjung Priok
dalam perjalanan waktu senantiasa menunjukkan gejala kenaikan.
Gejala ini terlihat jelas pada Tabel II.7 : Pelayanan Angkutan Air di
Pelabuhan Tanjung Priok, yang divisualisasikan menjadi Gambar
II.8 :Pelayanan Angkutan Air di Pelabuhan Tanjung Priok.
Kenaikan tersebut rata-rata sebesar 12,48% per tahun untuk kapal
dan 10,85% per tahun untuk lainnya, sebagaimana ditunjukkan
oleh Tabel II.8 : Laju Pertumbuhan Tahunan Pelayanan Angkutan
Air di Pelabuhan Tanjung Priok.
4- Kegiatan Pelayaran Menurut Jenisnya
Kegiatan pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok dapat dibedakan
atas pelayaran lokal, nusantara, dan samudra, serta jasa pela-
yaran pelabuhan, ditunjukkan oleh Tabel II.9 : Jumlah Penumpang
34. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-34
dan Barang yang Diangkut (Muat) Melalui Pelabuhan Tanjung
Priok Menurut Jenis Pelayaran. Jika atas tabel tersebut dilakukan
perhitungan, maka sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel II.10 :
Laju Pertumbuhan Tahunan Jumlah Penumpang dan Barang yang
Diangkut (Muat) Melalui Pelabuhan Tanjung Priok Menurut Jenis
Pelayaran, secara umum terlihat adanya kenaikan dalam kegiatan
pelayaran.
Tabel II.8 : Laju Pertumbuhan Tahunan Pelayanan Angkutan Air di Pelabuhan
Tanjung Priok
No. Tahun Kapal Lainnya
1 1994-1995 -30,19% -17,32%
2 1995-1996 95,88% 30,86%
3 1996-1997 -7,85% -16,08%
4 1997-1998 -7,85% -16,08%
5 1998-1999 20,80% 58,42%
6 1999-2000 4,06% 25,30%
7 Rata-Rata 12,48% 10,85%
Sumber : Tabel II.7 : Pelayanan Angkutan Air di Pelabuhan Tanjung Priok.
Tabel II.9 : Jumlah Penumpang dan Barang yang Diangkut (Muat) Melalui Pelabuhan
Tanjung Priok Menurut Jenis Pelayaran
No. Uraian Satuan 1996 1997 1998 1999 2000
1. Pelayaran Lokal
- Barang Ton - - - - -
2. Pelayaran
Nusantara
- Barang Ton 3.887.276 3.618.288 2.982.896 13.396.786 16.947.228
- Penumpang Orang 323.036 284.893 499.735 822.264 833.566
3. Pelayaran
Samudra
- Barang Ton 7.161.614 7.177.126 11.926.299 13.277.960 14.685.265
4 Jasa Pelayaran
Pelabuhan
- Jumlah kapal
Yang
Bersandar
Buah 14.288 15.141 14.143 14.807 16.381
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
35. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-35
Tabel II.10 : Laju Pertumbuhan Tahunan Jumlah Penumpang dan Barang yang
Diangkut (Muat) Melalui Pelabuhan Tanjung Priok Menurut Jenis
Pelayaran
No. Uraian Satuan 1996-1997 1997-1998 1998-1999 1999-2000 Rata-Rata
1. Pelayaran Lokal
- Barang Ton 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
2. Pelayaran Nusantara
- Barang Ton -6,92% -17,56% 349,12% 26,50% 87,79%
- Penumpang Orang -11,81% 75,41% 64,54% 1,37% 32,38%
3. Pelayaran Samudra
- Barang Ton 0,22% 66,17% 11,33% 10,60% 22,08%
4 Jasa Pelayaran Pelabuhan
- Jumlah kapal
Yang
Bersandar
Buah 5,97% -6,59% 4,69% 10,63% 3,68%
Sumber : Tabel II.9 : Jumlah Penumpang dan Barang yang Diangkut (Muat)
Melalui Pelabuhan Tanjung Priok Menurut Jenis Pelayaran.
c. Kegiatan Bongkar Muat
1- Bongkat Muat Secara Umum
Kegiatan bongkar-muat di Pelabuhan Tanjung Priok, dalam perja-
lanan waktu menunjukkan fluktuasi, sebagaimana terlihat pada
Tabel II.11 : Volume Bongkar-Muat Barang Melalui Pelabuhan
Tanjung Priok dan Gambar II.10 : Volume Impor Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok. Secara umum, bongkar-muat antar ne-
gara menunjukkan gejala penurunan. Sedangkan antar pulau, un-
tuk bongkar menunjukkan adanya penurunan, sedangkan untuk
muat menunjukkan adanya kenaikan, sebagaimana terlihat pada
Tabel II.12 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume Bongkar-Muat
Barang Melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai rekapitulasi,
untuk bongkar terlihat adanya gejala penurunan (-6,35%), sedang-
kan untuk muat terlihat gejala kenaikan (39,47%).
2- Impor
a- Impor Secara Umum
Kondisi impor dalam perjalanan waktu di Pelabuhan Tanjung
Priok, secara umum diperlihatkan oleh Tabel II.13 : Volume
Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Priok, serta visualisasinya
36. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-36
berupa Gambar II.10 : Volume Impor Melalui Pelabuhan
Tanjung Priok. Nampak jelas adanya penurunan volume
impor, yang dapat dibuktikan melalui perhitungan pada Tabel
II.14 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume Impor Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok (yakni rata-rata sebesar -8,72%).
Tabel II.11 : Volume Bongkar-Muat Barang Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
Antar Pulau Antar Negara Jumlah
No. Tahun Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
1 1994 10.296.696 2.900.622 14.810.487 5.703.132 25.107.183 8.603.754
2 1995 10.725.269 33.234.871 17.767.486 6.198.629 28.492.755 39.433.500
3 1996 11.587.253 3.881.286 17.888.382 7.161.614 29.475.635 11.042.900
4 1997 - - - - - -
5 1998 10.698.666 2.982.896 12.734.905 11.926.299 23.433.571 14.909.195
6 1999 10.203.951 319.285 8.392.965 4.884.995 18.596.916 5.204.280
7 2000 8.472.050 1.683.639 7.540.605 2.509.445 16.012.655 4.193.084
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
Gambar II.9 : Volume Bongkar-Muat Barang Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Bongkar
Muat
Sumber : Tabel II.11 : Volume Bongkar-Muat Barang Melalui Pelabuhan Tanjung
Priok.
Jenis barang yang diimpor melalui Pelabuhan Tanjung Priok,
secara umum meliputi beras, gandum, gula pasir, tekstil,
polister, kertas, semen, pupuk, aspal, kapas, besi, dan BBM,
sebagaimana terlihat pada Tabel II.15 : Volume Impor
Barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Dari tabel tersebut,
yang dipertegas oleh Gambar II.11 : Volume Impor Barang di
Pelabuhan Tanjung Priok terlihat bahwa gandum, besi, beras
37. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-37
dan BBM merupakan komoditi ekspor yang cukup besar
volumenya. Sayangnya data yang berhasil diperoleh kurang
lengkap, sehingga untuk menghitung angka laju pertumbuh-
an tahunan tidak dapat dilakukan dengan baik, yang dengan
hasil berupa Tabel II.16 : Laju Pertumbuhan Tahunan
Volume Impor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Tabel
tersebut juga menunjukan bahwa secara umum terjadi
penurunan impor sebesar -10,58% per tahun.
Tabel II.12 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume Bongkar-Muat Barang
Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
Antar Pulau Antar Negara Jumlah
No. Tahun Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
1 1994-1995 4,16% 1045,78% 19,97% 8,69% 13,48% 358,33%
2 1995-1996 8,04% -88,32% 0,68% 15,54% 3,45% -72,00%
3 1996-1997 -3,83% -11,57% -14,40% 33,27% -10,25% 17,51%
4 1997-1998 -3,83% -11,57% -14,40% 33,27% -10,25% 17,51%
5 1998-1999 -4,62% -89,30% -34,09% -59,04% -20,64% -65,09%
6 1999-2000 -16,97% 427,32% -10,16% -48,63% -13,90% -19,43%
7 Rata-Rata -2,84% 212,06% -8,74% -2,82% -6,35% 39,47%
Sumber : Tabel II.11 : Volume Bongkar-Muat Barang Melalui Pelabuhan Tanjung
Priok.
Gambar II.10 : Volume Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
-
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
16.000.000
18.000.000
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Sumber : Tabel II.13 : Volume Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
38. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-38
Tabel II.13 : Volume Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
No. Tahun
Volume Impor
(Ton)
1 1994 14.810.507
2 1995 17.766.486
3 1996 17.951.372
4 1997 -
5 1998 12.734.905
6 1999 8.389.365
7 2000 7.540.605
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
Tabel II.14 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
No. Periode
Volume Impor
(Ton)
1 1994-1995 19,96%
2 1995-1996 1,04%
3 1996-1997 -14,53%
4 1997-1998 -14,53%
5 1998-1999 -34,12%
6 1999-2000 -10,12%
7 Rata-Rata -8,72%
Sumber : Tabel II.13 : Volume Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Tabel II.15 : Volume Impor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok
Volume Ekspor
No. Jenis Barang (Ton)
1999 2000
1 Beras 809.649 161.496
2 Gandum 1.283.212 1.873.724
3 Gula Pasir 369.542 241.896
4 Tekstil - -
5 Polister 1.328 221
6 Kertas 47.668 46.567
7 Semen 39.130 -
8 Pupuk 33.403 -
9 Aspal 5.983 -
10 Kapas 467 -
11 Besi 1.221.733 365.233
12 BBM 535.991 330.368
13 Lainnya 4.084.260 4.521.100
Jumlah 8.432.366 7.540.605
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
39. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-39
Gambar II.11 : Volume Impor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
5,000,000
Beras
Gandum
GulaPasir
Tekstil
Polister
Kertas
Semen
Pupuk
Aspal
Kapas
Besi
BBM
Lainnya
1999
2000
Sumber : Tabel II.15 : Volume Impor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok.
Tabel II.16 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume Impor Barang di Pelabuhan
Tanjung Priok
Laju
No. Jenis Barang Pertumbuhan
Tahunan
1 Beras -80,05%
2 Gandum 46,02%
3 Gula Pasir -34,54%
4 Tekstil -
5 Polister -83,36%
6 Kertas -2,31%
7 Semen -100,00%
8 Pupuk -100,00%
9 Aspal -100,00%
10 Kapas -100,00%
11 Besi -70,11%
12 BBM -38,36%
13 Lainnya 10,70%
Rata-Rata -10,58%
Sumber : Tabel II.15 : Volume Impor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok.
b- BBM
Khusus untuk volume BBM yang dibongkar di Pelabuhan Ta-
jung Priok, Tabel II.17 : Volume BBM yang Dibongkar Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok yang secara grafis berupa Gambar
II.12 : Volume BBM yang Dibongkar Melalui Pelabuhan
40. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-40
Tanjung Priok mengungkapkan bahwa secara total angka
pertumbuhan yang terjadi sangat kecil (2,70%). Melalui per-
hitungan pada Tabel II.18 : Laju Pertumbuhan Tahunan
Volume BBM yang Dibongkar Melalui Pelabuhan Tanjung
Priok diperoleh gambaran bahwa laju pertumbuhan tahunan
rata-rata volume BBM yang dibongkar untuk BBM antar
pulau, adalah sebesar 0,10% per tahun. Sedangkan untuk
antar negara adalah sebesar 30,89% per tahun.
Tabel II.17 : Volume BBM yang Dibongkar Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
No. Tahun
Antar Pulau Antar Negara Jumlah
(Ton) (Ton) (Ton)
1 1994 6.277.491 707.948 6.985.439
2 1995 6.106.145 957.169 7.063.314
3 1996 6.403.889 617.480 7.021.369
4 1997 - - -
5 1998 6.968.930 470.327 7.439.257
6 1999 5.938.071 1.136.824 7.074.895
7 2000 6.202.260 1.907.198 8.109.458
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
Gambar II.12 : Volume BBM yang Dibongkar Melalui Pelabuhan Tanjung Priok
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Antar Negara
Antar Pulau
Sumber : Tabel II.17 : Volume BBM yang Dibongkar Melalui Pelabuhan Tanjung
Priok.
3- Ekspor
Kegiatan ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok, secara umum
berkaitan dengan sejumlah besar ragam komoditas, seperti
aluminium, ban, barang kimia, batu apung, besi, ckd, clinker,
41. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-41
coklat, dedak, elektronik, furniture, garmen, glassware, ikan, karet,
kayu gergaji, kendaraan, kertas, kopi, mesin, minyak sawit,
plywood, polister, pupuk, sayuran, semen, sepatu, tapioka, teh,
dan tektil. Sayangnya dengan kondisi pendataan yang kurang
memadai, hanya berhasil diperoleh keadaan ekspor untuk 3 tahun
pendataan, yakni 1999 2000 dan 2001, sebagaimana terlihat pada
Tabel II.19 : Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok.
Dari tabel tersebut terlihat pula bahwa fluktuasi yang terjadi untuk
ke-2 tahun tersebut cukup besar, serta pada tahun 201 terjadi
pengurangan jenis komoditi ekspor, walaupun dari segi tonasi
terlihat adanya gejala kenaikan, sebagaimana diperlihatkan oleh
Gambar II.13 : Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung
Priok. Melalui perhitungan pada Tabel II.20 : Laju Pertumbuhan
Tahunan Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok,
dapat diketahui bahwa besar laju pertumbuhan tahunan rata-rata
untuk kurun 1999 – 2001 adalah sebesar 47,25% per tahun.
Tabel II.18 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume BBM yang Dibongkar Melalui
Pelabuhan Tanjung Priok
No. Tahun
Antar Pulau Antar Negara Jumlah
(Ton) (Ton) (Ton)
1 1994-1995 -2,73% 35,20% 1,11%
2 1995-1996 4,88% -35,49% -0,59%
3 1996-1997 4,41% -11,92% 2,98%
4 1997-1998 4,41% -11,92% 2,98%
5 1998-1999 -14,79% 141,71% -4,90%
6 1999-2000 4,45% 67,77% 14,62%
7 Rata-Rata 0,10% 30,89% 2,70%
Sumber : Tabel II.17 : Volume BBM yang Dibongkar Melalui Pelabuhan Tanjung
Priok.
Tabel II.19 : Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok
Volume Ekspor
No. Jenis Barang (Ton)
1999 2000 2001
1 Aluminium 3 2.937 -
2 Ban 34 512 -
3 Barang Kimia 48.271 16.225 -
4 Batu Apung 19.380 3.882 -
5 Besi 337.154 64.117 27.481
6 CKD 391 406 -
7 Clinker 1.044.769 595.116 336.272
42. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-42
Volume Ekspor
No. Jenis Barang (Ton)
1999 2000 2001
8 Coklat 524 2.645 -
9 Dedak 87.908 49.667 -
10 Elektronik 604 4.960 -
11 Furniture 2.343 3.750 -
12 Garmen 19 11.129 -
13 Glassware - 32.141 -
14 Ikan - 425 -
15 Karet 1.131 10.494 -
16 Kayu Gergaji 3.583 3.468 -
17 Kendaraan 3.849 1.877 -
18 Kertas 417.964 195.921 13.744
19 Kopi - 2.740 -
20 Mesin 5.100 1.282 -
21 Minyak Sawit 22.350 14.020 33.044
22 Plywood 45.146 17.192 23.436
23 Polister 345 320 -
24 Pupuk 22.586 1.628 -
25 Sayuran 21 1.007 -
26 Semen 2.187.487 973.193 2.064.254
27 Sepatu - 3.583 -
28 Tapioka - 274 -
29 Teh - 869 -
30 Tektil 638 15.387 -
31 Lainnya 536.602 478.174 3.576.650
Jumlah 4.788.202 2.509.341 6.074.881
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka, Kantor Pusat BPS – Jakarta.
Tabel II.20 : Laju Pertumbuhan Tahunan Volume Ekspor Barang di Pelabuhan
Tanjung Priok
Volume Ekspor
No. Jenis Barang (Ton)
1999-2000 2000-2001 Rata-Rata
1 Aluminium 97800,00% - 97800,00%
2 Ban 1405,88% - 1405,88%
3 Barang Kimia -66,39% - -66,39%
4 Batu Apung -79,97% - -79,97%
5 Besi -80,98% -57,14% -69,06%
6 CKD 3,84% - 3,84%
7 Clinker -43,04% -43,49% -43,27%
8 Coklat 404,77% - 404,77%
9 Dedak -43,50% - -43,50%
10 Elektronik 721,19% - 721,19%
43. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-43
Volume Ekspor
No. Jenis Barang (Ton)
1999-2000 2000-2001 Rata-Rata
11 Furniture 60,05% - 60,05%
12 Garmen 58473,68% - 58473,68%
13 Glassware - - -
14 Ikan - - -
15 Karet 827,85% - 827,85%
16 Kayu Gergaji -3,21% - -3,21%
17 Kendaraan -51,23% - -51,23%
18 Kertas -53,12% -92,98% -73,05%
19 Kopi - - -
20 Mesin -74,86% - -74,86%
21 Minyak Sawit -37,27% 135,69% 49,21%
22 Plywood -61,92% 36,32% -12,80%
23 Polister -7,25% - -7,25%
24 Pupuk -92,79% - -92,79%
25 Sayuran 4695,24% - 4695,24%
26 Semen -55,51% 112,11% 28,30%
27 Sepatu - - -
28 Tapioka - - -
29 Teh - - -
30 Tektil 2311,76% - 2311,76%
31 Lainnya -10,89% 647,98% 318,55%
Jumlah -47,59% 142,09% 47,25%
Sumber : Tabel II.19 : Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok.
d. Peranan Pada Masa Yang Akan Datang
Pada bulan Juni 1997, pemerintah Indonesia menerbitkan Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS) sebagai langkah pertama dalam
merumuskan rencana transportasi beirskala nasional. Kegunaan
sistranas tersebut adalah untuk mendukung dan mendorong
perkembangan nasional dan wilayah, memperkuat kesatuan negara
dan juga untuk meningkatkan hubungan intemasional.
Selanjutnya pada bulan Desember 1997 pemerintah Indonesia
menerbitkan Sistem Transportasi Wilayah (SISTRAWIL). Sistrawil
tersebut digunakan sebagai pedoman baik dalam perencanaan,
maupun dalam penyelenggaraan dan penataan jaringan transportasi
wilayah guna mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang sesuai,
dengan tingkat kebutuhan, lancar, tertib dan teratur.
44. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-44
Gambar II.13 : Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
1999 2000 2001
Sumber : Tabel II.19 : Volume Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Priok.
Dalam pengembangan jaringan transportasi wilayah Jawa-Bali. hirarki
Pelabuhan Tanjung Priok di wilayah Jawa-Bali adalah sebagai
pelabuhan utama (primary trunk port). Sebagai pelabuhan utama dan
pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia, dengan volume hampir 3
juta TEUS per tahun terakhir, yang sebagian besar adalah O/D
container (bukan transshipment container), sudah memasuki threshold
untuk dikunjungi kapal petikemas direct-call dari Transpasific.
Europe/East-Asia dan Intra-Asia Long distances. Pelabuhan Tanjung
Priok dangan infrastruktur dan suprastrukturnya diharapkan dapat
menyediakan jasa kepelabuhanan yang efisien, sehingga mampu
meningkatkan daya saing komoditi ekspor Indonesia di pasaran
intemasional yang pada akhirnya memberikan kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi nasional.
45. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-45
Daftar Isi
Bab II Gambaran Umum Pelabuhan Tanjung Priok dan Sekitarnya
1. Gambaran Umum Keadaan Wilayah Administrasi di Sekitar Pelabuhan
Tanjung Priok
a. Kecamatan Tanjung Priok
1- Kebijakan Arahan Tata Ruang
a- Isu Pokok Perencanaan
b- Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang
c- Kebijaksanaan Pengembangan Sektor-Sektor
1) Sektor Perumahan
2) Sektor Industri
3) Sektor Perdagangan dan Jasa
4) Sektor Transportasi
5) Sektor Fasilitas Umum
6) Sektor Air Minum
7) Sektor Sanitasi dan Sampah
8) Sektor Banjir dan Drainase
9) Utilitas Umum
10) Ruang Terbuka Hijau
d- Rencana Sistem Jejaring Transportasi
1) Jalan Arteri Primer
2) Jalan Arteri Sekunder
3) jalan Kolektor Sekunder
2- Keadaan Tata Ruang Yang Ada
a- Guna Lahan
b- Kedudukan Kecamatan Tanjung Priok dalam RTRW Provinsi DKI
Jakarta 2010
b. Kecamatan Cilincing
1- Kebijakan Arahan Tata Ruang
a- Isu Pokok Perencanaan
b- Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang
c- Kebijaksanaan Pengembangan Sektor-Sektor
1) Sektor Perumahan
2) Sektor Industri
3) Sektor Perdagangan dan Jasa
4) Sektor Transportasi
5) Sektor Fasilitas Umum
6) Sektor Air Minum
7) Sektor Sanitasi dan Sampah
8) Sektor Banjir dan Drainase
9) Utilitas Umum
10) Ruang Terbuka Hijau
d- Rencana Sistem Jejaring Transportasi
1) Peningkatan Jalan
2) Pembangunan Jalan Baru
2- Keadaan Eksisting Tata Ruang
a- Guna Lahan
46. Usulan Teknis
PT Jakarta Konsultindo II-46
b- Kedudukan Kecamatan Tanjung Priok dalam RTRW Provinsi DKI
Jakarta 2010
2. Gambaran Umum Pelabuhan Tanjung Priok
a. Kondisi Pada Saat Ini
1- Cabang Pelabuhan Tanjung Priok
2- PT. Jakarta International Container Terminal
3- Terminal Petikemas Koja
b. Kegiatan Pelayaran
1- Pelabuhan Tanjung Priok Sebagai Bagian dari Simpul Transportasi
Nasional
a- Hirarki Pelabuhan Laut
b- Jaringan Tranportasi Angkutan Laut
c- Klasifikasi Trayek Angkutan Laut
1) Trayek Liner Angkutan Laut
2) Trayek Tramper Angkutan Laut
2- Kegiatan Pelayaran Penumpang
3- Pelayanan Angkutan Air
4- Kegiatan Pelayaran Menurut Jenisnya
c. Kegiatan Bongkar Muat
1- Bongkat Muat Secara Umum
2- Impor
a- Impor Secara Umum
b- BBM
3- Ekspor
d. Peranan Pada Masa Yang Akan Datang