SlideShare a Scribd company logo
5 - 1
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan
pengumpulan data secara sistematis berdasarkan indikator untuk
memberikan informasi pada manajemen dan stakeholder yang
berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang diraih setelah
menggunakan dana yang telah dialokasikan.
5.1. Monitoring P2KSN Batam
5.1.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur
Program-program infrastruktur yang akan di monitoring dan evaluasi
adalah program yang ada dalam RTR KSN BBK yang sedang berjalan
ataupun yang sudah selesai pada tahun anggaran 2013. Program yang
menjadi prioritas utama (Tahap I) pada KSN Batam dalam pembangunan
5 - 2
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
infrastruktur ke PU an, yaitu Sistem Transportasi Darat, Sistem
Transportasi Udara, Sistem Transportasi Laut, Sistem Jaringan
Telekomunikasi, Sistem Jaringan Energi dan Sistem Jaringan SDA. Untuk
sistem transportasi darat yang menjadi prioritas saat ini adalah
pengembangan jaringan jalan arteri primer , jaringan jalan kolektor primer
1, pengembangan jaringan jalan bebas hambatan, pengembangan
jembatan Bintan-Batam, pengembangan terminal bus di Telaga Punggur,
pengembangan kualitas prasarana perkeretaapian, pengembangan
pelabuhan penyeberangan di Batu Ampar, Batam Center, Sekupang,
Teluk Senimba dan Nongsapura.
Untuk sistem transportasi laut, program yang menjadi prioritas Monev di
tahun 2013 adalah pengembangan pelabuhan di Batu Ampar, Sekupang,
Kabil dan Nongsa. Untuk sistem transportasi udara adalah
pengembangan bandara Hang Nadim. Untuk sistem telekomunikasi
adalah pengembangan sistem telekomunikasi, baik itu sistem jaringan
tetap melalui sentral telekomunikasi maupun sistem jaringan bergerak
terestrial, selular dan satelit. Perwujudan program sistem jaringan sumber
daya air lebih dititik beratkan kepada program pengembangan sistem
jaringan sungai, zona danau/waduk dan prasarana sumber daya air
meliputi sistem pengendalian banjir berupa waduk dan sistem
pengamanan pantai pada pantai yang rawan abrasi, sedangkan program
prioritas perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan adalah
pengembangan jaringan air minum perpipaan, pengembangan dan
peningkatan unit air baku, pengembangan dan peningkatan sistem
jaringan drainase, pengembangan jaringan air limbah dan limbah B3 dan
sistem pengolahan persampahan.
Untuk dapat memantau kemajuan untuk kemudian mengevaluasi
program-program diatas, maka perlu diketahui kondisi eksisting dari
infrastruktur tersebut. Kondisi eksisting infrastruktur yang termasuk dalam
program RTR KSN Batam dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang disajikan
pada halaman berikut.
5 - 3
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Tabel 5. 1 : Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Batam, 2013
Indikasi
Program Utama
Kondisi Eksisting Keterangan
A.PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
I.1 JARINGAN JALAN
Pengembangan jaringan
jalan arteri primer
Kondisi jaringan jalan Arteri Primer di Kota Batam dalam
kondisi bagus dan terawat, jalan arteri primer di Kota
Batam memiliki 2 jalur dengan masing-masing jalur
memiliki lebar ± 8M. Masing-masing jalur di pisahkan
oleh RTH jalan dengan lebar RTH 2-4 M.
Program pengembangan dan
peningkatan jaringan jalan untuk tahap
1 di targetkan selesai di tahun 2014.
Peningkatan dan pemeliharaan jaringan
jalan dilakukan dengan cara
mengaspalan ulang dan penambalan
jalan yang rusak.
Pengembangan jaringan
jalan kolektor primer 1
Kondisi jaringan jalan kolektor primer di Kota Batam
sebagian besar dalam kondisi baik, lebar jalan ± 8M
Pengembangan dan
Peningkatan jaringan jalan
bebas hambatan
Jaringan yang ada saat ini sudah cukup baik, butuh
pemeliharaan dan peninggkatan
Pengembangan dan
peningkatan lalu lintas dan
angkutan jalan
Kondisi infrastruktur terminal barang di Batu Ampar,
Kabil, Nongsa dan Sekupang dalam kondisi cukup baik.
Terminal penumpang tipe A yang di
rencanakan pembangunannya di
Kecamatan Nongsa belum terealisasi.
Lajur, jalur ataupun jalan untuk
angkutan massal masih menggunakan
jaringan jalan yang ada.
I.2 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN
Pengembangan,
peningkatan dan
pemantapan pelabuhan
penyeberangan
Kondisi pelabuhan penyeberangan lintas provinsi
ataupun internasional dan penyeberangan lintas antar
kabupaten di Kota Batam dalam kondisi baik.
dibeberapa lokasi di Kota Batam dalam keadaaan cukup
baik, dari
Kondisi pelabuhan lintas antar
kabupaten beberapa pelabuhan yang
tersedia masih ada pelabuhan yang
tidak memiliki lahan parkir untuk
pengunjung pelabuhan
1.3 PRASARANA PERKERETAAPIAN
Pengembangan dan
peningkatan sisten jaringan
perkeretaapian perkotaan
Untuk sarana dan prasarana di Kota Batam belum
tersedia
II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT
II.1 PELABUHAN UMUM
Pengembangan dan
peningkatan pelabuhan
Batam
Kondisi terminal Batu Ampar, Terminal Kabil, Terminal
Nongsa dan Terminal Sekupang dalam keadaan cukup
baik.
Pelabuhan Batu Ampar saat ini
penambahan/pembangunan terminal
kenerangkatan untuk pelabuhan
penumpang.
II.2 ALUR PELAYARAN
Pengembangan dan
peningkatan alur pelayaran
Alur pelayaran dari dan menuju Kota Batam dapat dilihat
pada gambar (peta) yang mana alur pelayaran dari dan
menuju Kota Batam masih menggunakan alur pelayaran
yang telah ada.
Alur pelayaran masih menggunakan
alur pelayaran yang telah ada.
III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA
BANDAR UDARA PUSAT PENYEBARAN SKALA PRIMER
Pengembangan dan
Pemantapan Bandara
Pengumpul Dengan Skala
Pelayanan Primer
Kondisi Bandara Hang Nadim yang berada di Kota
Batam dalam kondisi baik, pemeliharaan infrastruktur,
sarana dan prasarana masih dilakukan oleh pihak
penanggung jawab/pihak pengelola bandara.
IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
5 - 4
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Indikasi
Program Utama
Kondisi Eksisting Keterangan
IV.1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi
Pengembangan dan
Peningkatan
 Fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi
terdiri atas Depo Pertamina Kabil, Depo Pertamina
Batu Ampar serta Depo dan refinery Janda Berias
dalam kondisi baik.
IV.2 PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Pengembangan dan
penigkatan pembangkit
tenaga listrik
 Untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Batam,
saat ini telah tersedia PLTU Tanjung Kasem, PLTG
Panaran I yang mana kondisi ke 2 pembangkit
listrik tersebut dalam keadaaan baik
PLTG Tanjung Uncang dan Panaran II
dalam tahap pembangunan dan PLTU
Sembulang, PLTU Pulau Galang Baru
masih dalam tahap perencanaan.
IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Pengembangan dan
penigkatan SUTT (Saluran
Udara Tegangan Tinggi)
 Jaringan listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) untuk Pulau Batam telah tersedia yang
mana jaringan terssebut terhubung dengan GI
yang ada di Kota Batam, untuk Pulau Galang dan
Pulau Galang Baru, SUTT belum ada, masyarakat
yang berada di ke 2 pulau tersebut masih
menggunakan genset milik pribadi sebagai
pembangkit listrik.
Pengembangan kabel melalui
jembatan penghubung Kota Batam –
Kabupaten Bintan dari GI Tanjung
Uban Menuju ke GI Batu Besar belum
terealisasi
IV.4 Gardu Induk
Pengembangan dan
penigkatan GI
 GI Batu Besar dan GI Sei Baloi dalam keadaan
baik
V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI
V.1 Jaringan Terestrial dan Satelit
V.2 Sentra Telepon Otomat (STO)
Pengembangan dan
penigkatan STO
 Sentraln telepon otomat di Kota Batam telah
tersedia.
kawasan-kawasan yang direncakan
untuk pembangunan STO pada tahun
2013 telah
terealisasikan/terlaksanakan.
VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
VI.1 Sistem Jaringan Sungai
Pengembangan dan
peningkatan sungai
Sungai yang berada di Pulau Batam Kota Batam terawat
dan kondisinya cukup baik, akan tetapi untuk sungai
yang berada di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru
belum ada peningkatan ataupun pemeliharaan.
VI.2 Waduk
Pengembangan dan
peningkatan waduk
Meliputi waduk Sei Harapan, Waduk Sei Ladi, waduk
Nongsa, Waduk Muka kuning, Waduk Duriangkang
dalam keadaan baik dan terawat.
Waduk Sei Tembesi Baru saat ini dalam
tahap pembangunan tanggul pembatas
antara waduk dan laut, untuk Waduk
Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia,
Waduk Sungai Galang, dan Waduk
Sungai Gong belum ada peningkatan
ataupun pemeliharaan.
VI.3 Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan dan
peningkatan
 Sistem pengendalian air berupa waduk di Waduk
Sei Harapan di Sungai Harapan, Waduk Sei Ladi di
Sungai Ladi, Waduk Nongsa di Sungai Nongsa,
Waduk Muka Kuning di Sungai Muka Kuning,
Waduk Duriangkang di Sungai Duriangkang,
Sungai Beduk, Sungai Tongkong, Sungai Ngeden
dan Sungai Pacur, dalam keadaan baik. Waduk
 Untuk Waduk Sungai Rampang di
Sungai Rempang, Waduk Sungai
Cia di Sungai Cia, Waduk Sungai
Galang di Sungai Langkai, Sungai
Bengkong, sungai Rempang dan
Sungai Galang serta Waduk
Sungai Gong di Sungai Gong
5 - 5
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Indikasi
Program Utama
Kondisi Eksisting Keterangan
durinagkan merupakan waduk terbesar di Kota
Batam.
 Sistem pengaman pantai pada pantai yang rawan
abrasi
belum ada peningkatan maupun
pemeliharaan.
 Pembangunan tanggul Waduk sei
Tembesi di Sungai Tembesi.
VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN
VII.1 Unit Air Baku
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
perpipaan
 Jaringan perpipaan unit air baku eksisting saat ini
dipasok dari waduk Sie Harapan, Waduk Sei Ladi,
Waduk Nongsa, Waduk Muka Kuning, Waduk
Duriangkang.
Untuk jaringan perpipaan yang
menghubungkan Waduk Sei Tembesi
Baru, Waduk Sungai Rempang, Waduk
Sungai Cia, Waduk Sungai Galang dan
Waduk Sungai Gong belum
terealisasikan.
VII.2 Unit Produksi (UP) Air Minum
Pengembangan dan
penigkatan Unit Produksi
 Unitp Produksi Air Minum Kota Batam terdiri dari
Unit Produksi (UP) Air Minum Sei Harapan, UP Air
Minum Muka Kuning, UP Air Minum Duriangkang,
UP Air Minum Nongsa, UP Air Minum Sei Ladi, UP
Air Minum Baloi yang mana kondisi UP terawat
dengan baik, peningkatan dan pemeliharaan masih
dilakukan oleh pihak pengembang.
 Rencana pembangunan UP Air Minum Tembesi,
UP Air Minum Sei Rempang, UP Air Minum Sei
Cia, UP Air Minum Sei Gong dan UP Air Minum Sie
Galang pada tahun 2013 belum terealisasikan.
Penyaluran air minum di Kota Batam
dibagi kedalam bebrapa tempat
penyaluran sesuai fungsinya, antara
lain penyaluran air minum ke daerah
Non Niaga seperti rumah tempat
tinggal dan instansi pemerintahan,
industri, badan sosial, rumah sakitdan
tempat peribadatan, niaga termasuk
hotel, serta pelabuhan
VII.3 Sistem Jaringan Drainase
Pengembagan dan
peningkatan sistem
jaringan drainase primer
 Kondisi Drainase Kota Batam cukup baik, pada
daerah tertentu masih terdapat jaringan drainase
yang terputus ataupun jaringan drainase yang
tertimbun oleh tanah yang menyebapkan aliran air
pada drainase menjadi tidak lancar.
Program pengembangan dan
peningkatan jaringan drainase di Kota
Batam telah berjalan sekitar 30%
VII.4 Sistem Jaringan Air limbah
Pengembangan dan
peningkatan IPAL
 Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk Kota Batam
di rencanakan akan di bagun sebanyak 11 Unit,
akan tetapi untuk saat ini Kota Batam hanya
memiliki 1 unit instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) yaitu IPAL Batam Center.
Pengembangan dan
peningkatan instalasi
pelolahan limbah B3 di
Kabil
 Instalasi pengolahan limbah B3 yang berada pada
kawasan industri Kabil, peningkatan dan
pemeliharaan di kawasan pengelolaan limbah B3
masih berjalan.
VII.5 Sistem Pengolahan Persampahan
Pengembangan dan
peningkatan TPA
 Kondisi TPA Telaga Punggur cukup baik, untuk
perencanaan TPA baru di Pulau Galang hingga
tahun 2013 belum terealisasikan
Tempat pembuangan akhir di Kota
Batam yaitu TPA Telaga Punggur, luas
TPA Telaga Punggur yaitu 48 Ha. Rata-
rrata sampah yang masuk TPA setiap
harinya mencapai 700 Ton/hari, jumlah
tersebut merupakan jumlah yang cukup
besar, sehingga jika tidak ada
pengembangn atau peningkatan TPAA
tersebut, maka kapasitas daya tampung
yang direncanakan sampai 10 tahun
tidak akan tercapai.
Sumber : Hasil Monitoring Lapangan, Tahun 2013
5 - 6
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat
Kondisi jaringan jalan di kota Batam secara umum dalam kondisi baik.
Adapun jaringan jalan yang telah mengalami perkembangan dan
peningkatan adalah jaringan Jalan Simpang Franky. Sedangkan
jaringan jalan lainnya masih belum ada kegiatan pengembangan dan
peningkatan misal Simpang Kabil – Simpang Punggur – Bandar Udara
Hang Nadim – Batu Besar- Nongsa, Jalan Simpang Kabil – Simpang
Jam – Sei Harapan – Terminal Sekupang di Pelabuhan Batam, Jalan
Tembesi – Batu Aji – Tanjung Ucang, Jalan Simpang Jam – Terminal
Batu Ampar, serta Jaringan-jaringan jalan kolektor primer yang
terdapat di Kota Batam. Adapun pengembangan dan peningkatan
ruas jalan yang masih dalam tahap perencanaan adalah rencana jalan
bebas hambatan yang meliputi simpang tiga bundaran kabil – Pulau
Tanjung Sauh – Pulau Bintan. Untuk lebih jelasnya mengenai
pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kota Batam dapat
dilihat pada gambar-gambar berikut ini.
Gambar 5.1
Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Jaringan Jalan Arteri Primer
5 - 7
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.2
Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Jaringan Jalan Kolektor Primer
Gambar 5.3
Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Jaringan Jalan Bebas Hambatan Non Tol
Gambar 5.4
Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastriktur
Angkutan Massal
5 - 8
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Walaupun belum dilakukannya kegiatan pengembangan dan
peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan seperti yang terdapat pada
terminal penumpang tipe A Telaga Punggur, Terminal Barang Kabil,
dan Terminal Barang Nongsa.
Namun sudah direncanakan pembangunan Fly over Simpang Kabil
dan Fly Over Simpang Jam dengan panjang jembatan yaitu 630 m
dan lebar 9 m untuk rencana Fly Over SP.Kabil, penghubung antara
Kawasan Industri Kabil-Bandara Hang Nadim dengan Nagoya.
Sedangkan untuk rencana Fly Over SP.Jam adalah panjang jembatan
yaitu 475 m dan lebar 9 m, penghubung antara Kawasan industri Kabil
– Bandara Hang Nadim dengan Nagoya dan Pelabuhan Internasional
Sekupang. Lokasi Fly Over dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5
Rencana Fly Over Sp.Kabil dan Fly Over Sp.Jam
Dalam kebijakan pengembangan infrastruktur jaringan transportasi
darat di Kota Batam, terdapat ruas jalan nasional pendukung kawasan
BBK di Kota Batam yang disajikan pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.6.
5 - 9
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Tabel 5.2
Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK di Kota Batam
No. Ruas Nama Ruas Panjang(Km) Kawasan BBK
008 - A
Jl. A. Yani (Batam Centre - Simp.
Franky)
1,68 Pel. Batam Center ,
Daerah Perkantoran
Batam Centre,
Kw.Industri Muka
Kuning & Kw.Industri
Panbil
Jl. A. Yani (Simp. Frangky - Sp. Kabil) 1,97
Jl. A. Yani (Sp. Kabil - Muka Kuning) 3,89
Jl. Letjen Suprapto (Muka Kuning -
Tembesi)
5,00
Tembesi - Tanjung Berikat 7,92
008-K
Tanjung Berikat - Simp. Sembulang 26,28 Pantai Melur,
Perkampungan VietnamSimp. Sembulang - Pel. Galang 30,35
009
Jl. Jend. Sudirman (Sp. Kabil - Sp. Jam) 3,42
Perkantoran Pemko
Batam, Pel.Sekupang &
Kw.Industri Sekupang
Jl. Gajah Mada (Simp. Jam - Sei
Harapan)
8,96
Jl. Re Martadinata (Sei Harapan -
Sekupang)
4,29
010
Jl. Jend. Sudirman (Simp. Kabil - Simp.
Punggur)
6,55
Kw. Wisata Nongsa,
Bandara Hang Nadim,
Pel. International
Nongsa
Jl. Hang Tuah (Simp. Punggur - Batu
Besar)
11,77
Jl. Hang Jebat, Jl Hang Lekiu (Batu
Besar - Nongsa)
10,77
011
Jl. Hasanuddin (Sp. Punggur - Telaga
Punggur)
10,01
Pel. Domestik Punggur,
dan Pel. Kabil
Kw.Industri Punggur
dan Kw. Industri Kabil
012
Jl. Letjen Suprapto (Tembesi - Batu Aji) 5,90
Kawasan Industri
Tanjung Uncang
Jl. Brigjen Katamso (Batu Aji - Tanjung
Uncang)
9,40
Usulan
Jl. Yos Sudarso (Simp. Jam - Pelabuhan
Batu Ampar)
6,50
Kw.Industri & Pel.Batu
Ampar
Jl. Diponegoro (Simp. Sei Harapan -
Simp. Base Camp Batu Aji)
8,00 Waterfront Marina City
Jl. Duyung (Pelabuhan Batu Ampar -
Simp. Baloi Centre)
3,90
Kw.Industri & Pel.Batu
Ampar
Baloi Centre - Simp. Sei Ladi (Uib) 1,60
Kw. Perdagangan dan
Jasa
Simp. Jam - Batam Centre (Masjid
Agung)
3,00
Kw. Perdagangan dan
Jasa
Jl. Hang Kesturi (Simp. Tiga Batu Besar
- Simp. Industri Taiwan)
8,50
Kw. Industri Taiwan &
Pel. Punggur
Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2013
5 - 10
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 11
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
B. Infrastruktur Jaringan Transportasi Laut
Secara umum program pengembangan dan peningkatan pelabuhan di
Kota Batam belum terealisasi sepenuhnya dilakukan. Untuk lebih
jelasnya mengenai program yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan
Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Gambar: 5.7.
Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Pelabuhan
5 - 12
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
C. Infrastruktur Transportasi Udara
Bandar Udara Internasional Hang Nadim adalah sebuah bandar udara
internasional yang terletak di kelurahan Batu Besar, kecamatan
Nongsa, kota Batam, provinsi Kepulauan Riau. Bandar udara ini
mendapatkan nama dari Laksamana Hang Nadim yang termahsyur
dari Kesultanan Malaka. Bandara ini memiliki landas pacu sepanjang
4.025 meter yang menjadikan bandara ini sebagai pemilik landas pacu
terpanjang di Indonesia. Dengan kondisinya saat ini, Bandara Hang
Nadim dapat menampung 18-pesawat berbadan lebar dengan
jenis Boeing 767.
Penyebrangan feri telah menjadi metode transportasi utama untuk
bepergian ke pulau-pulau seberang, termasuk Singapura. Namun,
lama kelamaan, penyeberangan menggunakan feri mulai tidak efektif,
sehingga dibangunlah Bandara Hang Nadim. Bandara ini terbukti
cukup efektif dan awalnya dikembangkan sebagai alternatif Bandara
Internasional Changi yang diletak dari Singapura karena bandara ini
memiliki landas pacu yang cukup panjang untuk menampung
pesawat-pesawat jenis Boeing 747. Namun, bandara ini juga
mendapatkan persaingan yang cukup ketat dari bandara-bandara lain
di Wilayah Pertumbuhan Segitiga Sijori seperti: Bandar Udara
Internasional Senai yang diletak dari Johor Bahru (ibu kotanegara
bagian Johor) dari negara Malaysia & Bandar Udara Internasional
Changi yang diletak dari Singapura.
Menurut sejarah perkembangannya, pada era tahun 1980-1985 untuk
pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan runway
(Landasan Pacu) sepanjang 4.024 meter. Pada tahun 1985-1990
bandara Hang Nadim menjadi bandara nasional yang melayani
penerbangan domestik kemudian pada tahun 1990-sekarang status
bandara Hang Namin berubah menjadi Bandara Internasional. Untuk
lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting Bandara Hang Nadim saat
ini dapat dilihat pada Gambar 5.8 sebagai berikut.
5 - 13
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar : 5.8
Kondisi Bandara Hang Nadim Kota Batam
D. Infrastruktur Jaringan Energi
Sampai dengan triwulan I tahun 2008 perusahaan memiliki
pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 111,3 MW yang
berasal dari 9 PLTD dengan 19 mesin dengan daya mampu netto
(DMN) sebesar 73,6 MW. Perusahaan juga melakukan kerja sama
dalam bentuk sewa genset dengan kapasitas terpasang 192 MW
dengan DMN 175,8 MW, sehingga pembangkit yang dikelola
perusahaan sampai dengan triwulan I tahun 2008 memiliki DMN
sistem mencapai 249,4 MW , dari daya terpasang keseluruhan
sebesar 303,4 MW.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting sarana dan prasaran
pembangkit dan jaringan listrik di Kota Batam dapat dilihat pada
Gambar 5.9 sebagai berikut:
5 - 14
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar : 5.9
Kondisi Eksisting Pembangkit dan Jaringan Listrik
Untuk proyek pembangunan jaringan interkoneksi Batam-Bintan
diperkirakan selesai pada pertengahan tahun 2014. Sehinga pada
pertengahan tahun itu, Bintan telah mendapat suplai listrik dari Batam
untuk memenuhi kebutuhan listriknya.
5 - 15
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Saat ini PLTU Tanjung Kasam 2 x 55 MW telah beroperasi. Dengan
beroperasinya PLTU Tanjung Kasam tersebut, maka daya di Batam
bertambah dan sistem kelistrikan Batam menjadi lebih andal. Untuk
memaksimalkan daya yang dihasilkan pembangkit tersebut, maka
kelebihan daya di Batam akan disalurkan ke pulau sekitar seperti
Pulau Bintan dan Belakang Padang.
Selain pembangkit listrik, program peningkatan dan pemantapan
infrastruktur sumber daya energi adalah peningkatan pemantapan
depo berupa depo penyimpanan minyak bumi. untuk saat ini depo
penyimpanan minyak di Kota Batam berada di Kawasan Industri Kabil,
depo batu ampar dan depo janda berias. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar : 5.10
Kondisi Eksisting Depo Penyimpanan Minyak Bumi
5 - 16
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
E. Infrastruktur Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi adalah segenap perangkat telekomunikasi
yang dapat menghubungkan pemakainya (umumnya manusia)
dengan pemakai lainnya, sehingga kedua pemakai tersebut dapat
saling bertukar informasi (dengan cara bicara, menulis, menggambar
atau mengetik) pada saat itu juga.
Perkembangan infrastruktur telekomunikasi di Kota Batam berupa
pembangunan menara telekomunikasi (STO), perkembangan
pembangunan STO di Kota Batam berkembang dengan cepat, saat ini
hampir seluruh wilayah Kota Batam telah terlayani oleh jaringan
telekomunikasi, terkait dengan program RTR KSN Batam, untuk
program pengembangan dan peningkatan STO di Kota Batam telah
terealisasikan pada kawsan yang direncanakan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 5.11 dan 5.12 sebagai berikut:
Gambar : 5.11.
Kondisi Eksisting Jaringan Telekomunikasi
5 - 17
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 18
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
F. Infrastruktur Sumber Daya Air
Sistem jaringan air minum di KSN BBK dapat ditinjau dari program-
program penanganan dan pengembangan jaringan air minum berupa
pengembangan dan peningkatan waduk, sumber air baku, dan
pelayanan PDAM.
Kebutuhan air bersih di Kota Batam, umumnya disuplai dan berasal
dari air waduk besar yang terletak di Pulau Batam dan Pulau
Rempang yaitu waduk Sie Harapan, Waduk Sei Ladi, Waduk Nongsa,
Waduk Muka Kuning, Waduk Duriangkang. Penyediaan air minum di
Kota Batam dilaksanakan oleh PT. Aditya Tirta (ATB) Batam yang
mengelola enam (6) buah waduk yang terdapat di Pulau Batam.
Selain itu, untuk kebutuhan air di wilayah Hinterland, juga terdapat
empat (4) buah waduk yang relatif kecil yang dikelola oleh UPT Air
Bersih. Keempat waduk tersebut adalah waduk Sekanak I & II, waduk
Pulau Pemping, dan waduk Pulau Bulang dengan total volume air
758,000 M3. Kesemua waduk tersebut cukup untuk konsumsi pabrik,
hotel, dan perumahan yang ada di Kota Batam.
Gambar 5.13 : Penanganan SDA di Kota Batam
5 - 19
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Untuk waduk muka kuning, waduk duriangkang, dan waduk sungai
nongsa sampai kegiatan monev ini dilaksanakan belum dilakukan
program kegiatan pengembangan dan peningkatan waduk.
Sedangkan waduk sei harapan, waduk sei ladi, waduk sei tembesi
baru, waduk sungai rempang, waduk sungai cia, waduk sungai
galang, dan waduk sungai gong masih dalam perencanaan Termasuk
di dalamnya pengembangan dan peningkatan UP air minum yang
belum dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya mengenai program
pengembangan dan peningkatan sungai, waduk dan UP Air Minum di
Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.14 dan Gambar 5.15.
Gambar : 5.14.
Kondisi Eksisting Sumberdaya Air di Kota Batam
G. Infrastruktur Sarana dan Prasaran Perkotaan
a. Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya).
5 - 20
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 21
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana
drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara
penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur
dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan
sehat.
Di Kota Batam terdapat 2 (dua) jenis drainase, yaitu drainase
terbuka dan drainase tertutup, rata-rata lebar drainase yang berada
di jalan utama Kota Batam berkisar antara 1m – 2m dengan
kedalaman 0,5m – 1m. Permasalahan yang ditemukan saat
melakukan survei yaitu masih terdapat di beberapa titik jaringan
drainase yang terputus, baik itu karena infrastruktur yang buruk
maupun karena pendangkalan karena sampah dan tanah yang
longsor ke arah drainase dan lain sebagainya. Hal ini tentunya
akan mengganggu aliran air limbah rumah tangga yang mengalir
pada drainase.
Khusus untuk Air limbah adalah air yang telah mengalami
penurunan kualitas karena pengaruh manusia. Air limbah perkotaan
biasanya dialirkan di saluran air kombinasi atau saluran sanitasi,
dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau septic tank. Air
limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima melalui
saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat
tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin.
Untuk mengolah air limbah tersebut dibutuhkan suatu sistem
pembuangan air. Sistem pembuangan air adalah infrastruktur fisik
yang mencakup pipa, pompa, penyaring, kanal, dan sebagainya
yang digunakan untuk mengalirkan air limbah dari tempatnya
5 - 22
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
dihasilkan ke titik di mana ia akan diolah atau dibuang. Sistem
pembuangan air ditemukan di berbagai tipe pengolahan air limbah,
kecuali septic tank yang mengolah air limbah di tempat.
Sedangkan yang dimaksud dengan Instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah sebuah
struktur yang dirancang untuk membuang limbah
biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut
untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL
mencakup:
 Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran
hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari
lingkungan pertanian.
 Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah
manusia dan limbah rumah tangga lainnya.
 Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari
aktivitas manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk
juga aktivitaspertambangan.
Untuk pembangunan
IPAL saat ini sedang
dilaksanakan di Kota
Batam (bantuan luar
negeri dari Pemerintah
Korea) dengan total
biaya diperkirakan
sebesar Rp. 511,5
Milyar. Adapun lokasi
WTTP dapat dilihat
pada gambar berikut.
Sedangkan untuk mengolah limbah B3, pemerintah Kota Batam
telah memiliki instalasi pengolahan limbah B3 di Kawasan
Perindustrian Kabil, kondisi instalasi pengolahan limbah B3 dalam
5 - 23
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
keadaan baik. Fasilitas pengolahan limbah B3 di Kota Batam yaitu:
Incinerator, Destilasi, Waste Water Treatment Plant, Metal
Recovery, Cooper Slag dan Karbid, Oil and Sludge Treatment,
Daur Ulang Limbah Cair dan Pengolahan Plastik, sedangkan untuk
fasilitas TDLI B3 berupa gudang tertutup seluas 390 m2
sebanyak 2
unit dan gudang terbuka seluas 840 m2
. Luas total kawasan
pengolahan limbah industri (KPLI-B3) adalah 19,7 Ha dimana
dalam pengembangannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, pada
pengembangan tahap 1 dilakukan pengembangan seluas 9,7 ha
dan pada tahap ke 2 (dua) dilakukan pengembangan seluas 10 ha.
Untuk fasilitas jaringan pipa dan manhole terdiri dari jaringan pipa
200mm s/d 800mm dengan panjang 11.833 m, rumah pompa dan
lift pump sebanyak 5 unit dan manhole 73 buah. Untuk lebih
jelasnya terkait kondisi eksisting drainase dan instalasi pengolahan
air limbah di Kota Batam dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar : 5.16.
Kondisi Eksisting Sistem Drainase, IPAL
dan Kawasan Pengolahan Limbah B3 Kota Batam
5 - 24
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
b. Sistem Persampahan
Tempat pembuangan akhir di Kota Batam yaitu TPA Telaga
Punggur, luas TPA Telaga Punggur yaitu 48 Ha. Rata-rrata sampah
yang masuk TPA setiap harinya mencapai 700 Ton/hari, jumlah
tersebut merupakan jumlah yang cukup besar, sehingga jika ditak
ada pengembangn atau peningkatan TPAA tersebut, maka
kapasitas daya tampung yang direncanakan sampai 10 tahun tidak
akan tercapai.
Kondisi sampah di TPA Telaga Punggur yang semakin meningkat
menuntut untuk segera dilakukannya kegiatan pengembangan dan
peningkatan TPA baru di Pulau Galang dalam Rencana Tata
Riuang KSN BBK TPA Pulau Galang direncanakan selesai di akhir
tahun 2019. Untuk lebih jelasnya mengenai program
pengembangan dan peningkatan TPA Tegal Punggur dan TPA
Pulau Galang di Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.17
Gambar : 5.17.
Kondisi Eksisting TPA Telaga Punggur Kota Batam
Secara keseluruhan rencana dan realisasi penyediaan infrastruktur
bidang Cipta Karya di wilayah Kota Batam dapat dilihat pada gambar
berikut.
5 - 25
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 26
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5.1.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Batam
Berkembangnya kegiatan perekonomian di wilayah KSN Batam telah
berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang wilayah ini. Adapun realisasi
pemanfaatan ruang di Kota Batam, diuraikan sebagai berikut :
 Kawasan Permukiman.
Di kota Batam terdapat kawasan permukiman dengan tingkat
kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Saat ini kegiatan peningkatan
dan pengembangan kawasan permukiman baik itu permukiman dengan
kepadatantinggi, sedang danrendah masih terus berjalan. Untuk lebih
jelasnya mengenai pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi
kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi dan kepadatan
sedang dan kepadatan rendah dapat dilihat pada Gambar 5.19.
Gambar 5.19 : Kawasan Permukiman Kota Batam
5 - 27
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
 Kawasan Industri.
Batam Dikenal sebagai Pulau Industri, pulau yang berbentuk
kalajengking ini diibaratkan Singapura yang kedua di indonesia.
Menurut sejarah perkembangan kawasan industri di Kota Batam, pada
awal 1990, Kota Batam menjadi pusat industri elektronik dengan
berdirinya Kawasan Industri Batamindo disusul dengan kawasan lain
yang konsen pada elektronik. Kemudian secara perlahan industri di
Kota Batam bergeser ke galangan kapal dan penunjang perminyakan
lepas pantai, Saat ini industri galangan kapal menjadi yang terbesar di
Indonesia mengalahkan kawasan Surabaya Jawa Timur.
Jumlah galangan kapal di Batam lebih dari 100 perusahaan dan terus
bertambah. Lebih dari 100 perusahaan yang menyampaikan keinginan
berinvestasi di Batam, rata-rata bergerak dalam sektor perkapalan.
Untuk kedepannya BP Batam mengalokasikan lahan 150 hektar di
Kawasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam khusus untuk
pembangunan MRO (Maintenance Repair And Overhaul) atau yang
dikenal dengan sebutan industri perawatan dan perbaikan pesawat.
Untuk saat ini pemanfaatan ruang kawasan industri Kota Batam masih
terpusat di Pulau Batam dimana kawasan yang diperuntukan sebagai
kawasan industri masih dalam tahap pengembangan adapun kawasan
industri yang masih dalam tahap proses pengembangan adalah
Kawasan Industri Kabil dan Lubuk Baja . Untuk lebih jelasnya
mengenai kawasan peruntukan industri padat modal dan industri padat
teknologi dapat dilihat pada Gambar 5.20.
 Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain
memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar
masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang
menjual jasa (sisi penawaran) dan menyerap tenaga kerja di perkotaan
dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.
5 - 28
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.20 : Kawasan Industri Kota Batam
5 - 29
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Batam terus mengalami
peningkatan dan perkembangan. Seperti halnya yang terdapat di
kawasan perdagangan jasa sagulung, Nongsa, BatuAji, Batu Ampar,
Lubuk Baja dan Batam Kota. Untuk lebih jelasnya mengenai
pengembangan dan peningkatan fungsi pusat kegiatan perdagangan
dan jasa dapat dilihat pada Gambar 5.21.
Gambar 5.21 : Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Batam
 Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Pariwisata
Jenis kegiatan wisata di Kota Batam dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
wisata alam dan wisata niaga. Dalam Rencana Tata Ruang KSN
5 - 30
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Batam, Pengembangan dan peningkatan kawasan wisata dilakukan di
Pantai Nongsa, Pantai Tanjungpinggir, Pantai Sembulang yang mana
kondisi ke 3 lokasi pantai tersebut belum ada peningkatan begitu juga
dengan Kawasan Wisata Jodoh. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi
eksisting lokasi/kawasan wisata di Kota Batam dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut.
Gambar 5.22 : Kawasan Wisata Kota Batam
5 - 31
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
 Realisasi Pemanfaatan Ruang VS SK.463/Menhut-II/2013
Dengan telah diterbitkannya SK.463/Menhut-II/2013 pada tanggal 27
Juni 2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan di
Provinsi Kepulauan Riau, beberapa kawasan hutan di Kota Batam ikut
mengalami perubahan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara SK
tersebut terhadap hasil kajian yang telah direkomendasikan oleh Tim
Terpadu Kementerian Kehutanan pada tanggal 03 Desember 2012.
Tabel 5.3 : Rekomendasi Timdu untuk Kws. Hutan di Kota Batam
FUNGSI
TGHK UPDATE
USULAN
RTRWP
REKOM TIMDU SK MENHUT
LUAS % LUAS % LUAS % LUAS %
KPA 2.206 2,14 864 0,84 892 0,87 4.916 14,49
TB 15.571 15,13 2.145 2,08 2.630 2,56 902 0,88
HL 12.821 12,45 14.173 13,77 18.943 18,40 4.846 14,42
HPT 14.205 13,80 4.566 4,43 9.299 9,03 3.125 12,75
HP - - 2.164 2,10 2.443 2,37 913 0,89
Kawasan
Hutan
Tetap
44.803 43,52 23.912 23,23 34.207 33,23 4.701 43,42
HPK 30.537 29,66 118 0,11 4.131 4,01 2.021 21,39
Luas
Kawasan
Hutan Total
75.340 73,18 24.030 23,34 38.338 37,24 6.722 64,81
Sumber : Bappeda Kota Batam, 2013
KETERANGAN :
KPA : Kawasan Hutan Pariwisata Alam (Hutan Konservasi)
TB : Taman Buru (Hutan Konservasi)
HL : Hutan Lindung
HPT : Hutan Produksi Terbatas
HP : Hutan Produksi
HPK: Hutan Produksi yang Dapat dikonversi
APL : Alokasi Penggunaan Lain
Air : Badan Air (waduk dll)
Dari data di atas terlihat bahwa pada Rekomendasi Timdu untuk
Kawasan Hutan di Kota Batam direncanakan seluas 37% (34.204
Hektar) yang terdiri dari 33% Hutan Tetap dan 4% HPK, namun hasil
SK Menhut menentukan bahwa Kawasan hutan di Kota Batam seluas
64% (66.722 Hektar) yang terdiri dari 43% Hutan Tetap dan 22% HPK.
5 - 32
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Jika dibandingkan dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
Provinsi Riau Tahun 1986,SK Menhut tersebut hanya mengakomodir
pelepasan kawasan hutan di Kota Batam sebesar 10%.
a) Pulau Batam
Di Pulau Batam terdapat kawasan hutan yang pelepasannya melalui
proses DPCLS (akan dilepaskan bila disetujui DPR RI), berada di
beberapa titik kampung tua di Nongsa; Pusat Perkantoran di Batam
Centre (termasuk Kantor Walikota Batam, BP Batam, BI, Kantor
bersama dll; Area Coastarina dan Bengkong, Pertokoan Nagoya dan
Tanjung Uma; Tiban Kampung, Marina Waterfront City; Beberapa
industri shipyard Tg, Uncang dan Sagulung, Permukiman Batu Aji;
Rusunawa Muka Kuning; TPA Punggur dan Kapling Sinjulung dan
permukiman Pertamina Tongkang dll. Pada sebagian wilayah ini telah
terbit HPL dan Sertifikat dari BPN.
Gambar 5.23 : SK Menhut dan Realisasi Pemanfaatan Ruang di P. Batam
5 - 33
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
b) Beberapa Pulau Rencana Investasi
Di Beberapa Pulau yang direncanakan dan sedang dilakukan
pengembangan ekonomi dan investasi masih ditunjuk sebagai
kawasan hutan (HPK dan HPT) antara lain :
 P. Janda Berhias : seluruh pulau masih ditetapkan sebagai HPK
(sebagiam telah memiliki sertifikat BPN);
 P. Air Manis : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK (telah
memiliki sertiffikat BPN);
 P. Lumba : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK dan HPT;
 P. Pemping : masih sebagai HPK (perkampungan lama telah
dilepaskan, namun jalur gas yang telah memiliki sertifikat BPN
masih HPK);
 P. Bulan : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK dan HPT
(telah memiliki HGU dari BPN);
 P. Ngenag dan P. Tanjung Sauh : masih ditunjuk sebagai HPK
bahkan ada kawasan yang ditingkatkan dari HPK menjadi HP
(permukiman lama di P. Ngenang disetujui dilepaskan);
 P. Karang Nipah : Pada kawasan pengembangan investasi
dibidang jasa (tank storage) masih ditunjuk sebagai HPK,
sedangkan pada lahan untuk Hankam disetujui dilepaskan.
c) P. Rempang dan pulau disekitarnya
Di P. Rempang dan pulau-pulau disekitarnya masih di tunjuk
sebagai kawasan hutan antara lain :
 P. Rempang : Masih ditunjuk sebagai Hutan Konservasi , namun
terjadi perubahan jenis yang semula keseluruhan P. Rempang
seluas 15.571 Ha sebagai Hutan Taman Buru, didalam SK 463
terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu mejadi 902 Ha,
sedangkan lahan lainnya seluas ± 13.000 Ha berubah menjadi
Hutan Taman Wisata Alam. Sedangkan beberapa titik
permukiman lama (kampung tua) disetujui untuk dilepas namun
menggunakan skema DPCLS (harus melelui persetujuan DPR).
5 - 34
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
 P. Subang Mas : masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk
permukiman masyarakat)
 P. Kinun : masih ditunjuk sebagai HPK (permukiman masyarakat
dilepaskan)
 P. Jemara : masih ditunjuk sebagai HPK (Kampung masyarakat
dilepaskan)
 P. Setokok : Sebagian besar kawasan disetujui pelepasan
kawasan hutannya
 P. Air Raja : Sebagian besar kawasan yang merupakan lahan
program transmigrasi disetujui pelepasan kawasan hutannya .
d) P. Galang, P. Galang Baru dan Pulau Sekitar kawasan hutan
antara lain :
1. P. Galang : Masih ditunjuk sebagai HPT dan HPK, bahkan
dibeberapa kawasan ditingkatkan dari HPK menjadi HL (Hutan
Lindung). Kawasan yang disetujui dilepaskan (APL) hanya
berada pada kawasan pengungsian Vietnam dan sekitar Pantai
Mirota, sedangkan sebagian permukiman dan pelabuhan
Sijantung masih ditunjuk sebagai HPT.
2. P. Galang Baru : Masih ditunjuk sebagai HPT dan HPK, bahkan
dibeberapa kawasan ditingkatkan dari HPK menjadi HL (Hutan
Lindung). Kawasan yang disetujui dilepaskan (APL) hanya
berada pada kawasan permukiman lama Kampung Baru dan Air
Lingke.
3. P. Karas : masih ditunjuk sebagai HPK (sebagian permukiman
masyarakat dilepaskan)
4. P. Nguan : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk
Kampung masyarakat)
5. P. Sembur, P. Tanjung Dahan, P. Batu Belobang, P. Korek
Busung : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk
Kampung masyarakat)
6. P. Petong : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPT (termasuk
Kampung masyarakat)
5 - 35
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
7. P. Abang Besar, P. Abang Kecil, P. Dedap dan P. Pengelap :
seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk puast
kelurahan, Kampung masyarakat).
Gambar 5.24
SK Menhut dan Realisasi Pemanfaatan Ruang
Di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru
5 - 36
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
e) Hal-Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian Dengan Dikeluarkannya
SK Menhut 463 /2013 Terhadap Situasi dan kondisi di kota Batam.
 Terjadinya Stagnasi Pembangunan
Kemungkinan terjadinya stagnasi dalam pengembangan
pembangunan di Kota Batam karena terbatasnya ketersediaan
lahan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan masyarakat,
pembangunan dan investasi (yang bukan kawasan hutan).
Rencana pembangunan di Kawasan Rempang-Galang yang
telah ditetapkan sebagai kawasan FTZ tidak akan dapat
dikembangkan.
 Permasalahan Kepastian Hukum
Dengan adanya Kawasan DPCLS di Pulau Batam yang
pelepasan hutannya harus dilakukan dengan persetujuan DPR
RI, diperkirakan akan memakan waktu yang lama dan sulit
diperkirakan hasilnya. Sementara itu pada sebagian besar
kawasan DPCLS ini telah memperoleh perizinan dan telah
dilakukan pembangunan, telah memiliki sertifikat dari BPN, serta
telah dikembangkan oleh investor baik dalam negeri maupun
PMA. Beberapa kawasan DPCLS yang telah dibangun di Pulau
Batam antara lain : Kantor Walikota Batam, Kantor Otorita
Batam, Costarina, Marina City, Nagoya dan Tanjung Uma,
Sebahagian Kawasan Industri di Tanjung Uncang dan beberapa
kawasan lainnya.
 Timbulnya Gejolak di Masyarakat
Pada beberapa kawasan permukiman yang telah terbangun
(Kawasan Batu Aji, Kabil, Bengkong, dan Batu Ampar) dan telah
dihuni serta memiliki sertifikat dari BPN tidak dapat diagunkan
untuk medapatkan pembiayaan dari perbankan.
 Sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah
Implementasi Rencana Tata Ruang (termasuk RTR Batam,
Bintan dan Karimun) akan menjadi produk yang tidak
5 - 37
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
memberikan jaminan kepastian hukum karena menerapkan
konsep kawasan Holding zone. Hal ini dikhawatirkan akan
mempengaruhi iklim investasi di Kota Batam.
 Proses perizinan akan terkendala
Penerapan DPCLS dan Kawasan Holding zone akan
menyebabkan penundaan perizinan yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kota Batam, bahkan dapat memberikan citra buruk
kepada Pemerintah Kota Batam karena dianggap menghambat
perizinan untuk kawasan yang telah mendapatkan
pengalokasian lahan dan sertifikasi dari BPN.
 Rencana Investasi pada Pulau-pulau strategis tidak dapat
direalisasikan
Rencana dan pelaksanaan pembangunan pada kawasan pulau-
pulau strategis seperti di P. Janda Berhias, P. Air Manis, P.
Tanjung Sauh, P. Ngenang, P. Abang, dan pulau-pulau lainnya
terancam tidak dapat direalisasikan. Bila akan dilaksanakan akan
membutuhkan prosedur yang memakan waktu dan jalur birokrasi
yang cukup panjang (tidak dapat diselesaikan di daerah dan
harus melanjutkan perizinan pelepasan hutan di Kementerian
Kehutanan).
5.1.3. Realisasi Investasi di KSN Batam
Investasi di Kota Batam selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir terus
mengalami peningkatan, walaupun peningkatan investasi Kota Batam tidak
signifikan. Investasi di Kota Batam berasal dari Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri, dimana jumlah investasi dari PMA
terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar ± Rp. 6,7 Trilyun, dan paling
rendah terjadi pada tahun 2006 dengan jumlah investasi sebesar ± Rp. 4,4
Trilyun. Sedangkan untuk investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri
tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar ± Rp. 5,8 Trilyun dan terendah
yaitu sebesar ± Rp. 5,5 Trilyun pada tahun 2006. Secara lebih lanjut
mengenai realisasi investasi Kota Batam dapat dilihat pada Tabel 5.4.
5 - 38
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 39
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Tabel 5.4. : Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Di Kota Batam
Tahun 2006 - 2012
No Tahun Status
Investasi
(USD Milyar)
Keterangan
Tenaga Kerja
(%)
1 2006
PMA 4,47 Naik
4,54
PMDN 5,50 Naik
2 2007
PMA 4,76 Naik
4,84
PMDN 5,71 Naik
3 2008
PMA 5,18 Naik
8,39
PMDN 5,71 Tetap
4 2009
PMA 5,60 Naik
1,88
PMDN 5,72 Naik
5 2010
PMA 5,94 Naik
7,40
PMDN 5,73 Naik
6 2011
PMA 6,02 Naik
1,12
PMDN 5,73 Tetap
7 2012
PMA 6,78 Naik
2,02
PMDN 5,82 Naik
Sumber: Badan Pengusahaan Kota Batam, 2013
5.2. Monitoring P2KSN Bintan
5.2.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur
KSN Bintan merupakan kawasan strategis nasional yang berada di Pulau
Bintan. KSN Bintan memiliki 2 (dua) wilayah administrasi KSN, yaitu
Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang yang mana lokasi kawasan
strategis nasional tersebut tersebar dibeberapa lokasi (enclave). Sama
halnya dengan KSN Batam, program infrastruktur yang di monitoring dan
evaluasi di KSN Bintan pun merupakan program ke-PU-an yang sedang
berjalan atau telah selesai pada tahun anggaran 2013.
Dengan kondisi lokasi kawasan strategis nasional yang berbentuk enclave
di wilayah KSN Bintan, maka salah satu program kegiatan yang paling
prioritas di KSN Bintan adalah peningkatan jaringan jalan arteri primer,
peningkatan dan pemeliharan pelabuhan dan bandara untuk
mempermudah akses mobilitas angkutan barang. Jaringan jalan utama di
di Kabupaten Bintan adalah Jaringan jalan arteri primer yang
5 - 40
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
menghubungkan pelabuhan kijang – sei enam – perbatasan Kota
Tanjungpinang. Jaringan jalan ini memiliki beberapa titik jalan yang
mengalami kerusakan, selain itu di Pulau Bintan juga terdapat jaringan
jalan strategis nasional, jalan ini menghubungkan Simpang Gesek –
Tanjung Uban. Sedangkan jaringan jalan yang berfungsi sebagai jaringan
jalan arteri primer di Kota Tanjungpinang adalah Jalan yang
menghubungkan Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan jalan Adi Sucipto
dan jalan Gesek kemudian Jalan/simpang Adi Sucipto dengan
jalan/simpang Dompak Lama dari jalan/simpang Dompak Lama terhubung
dengan jalan/simpang Wacopek kemudian diakhiri di Perbatasan antara
Kabupaten Bintan dengan Kota Tanjungpinang.
Kondisi pelabuhan di KSN Bintan yang sudah beroperasi dalam keadaan
baik, baik itu pelabuhan bongkar muat barang (Barang) dan pelabuhan
penumpang, hanya saja untuk kedepannya perlu dilakukan perbaikan dan
pemeliharaan untuk prasarana pendukung pelabuhan. Untuk lebih
jelasnya mengenai kondisi eksisting program infrastruktur di wilayah KSN
Bintan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Kabupaten Bintan
INDIKASI PROGRAM
UTAMA KETERANGAN
I. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
I.1 Jaringan Jalan
Pengembangan
jaringan jalan arteri
primer
Jln. Pelabuhan Kijang – Sei Enam – Perbatasan Kota Tanjungpinang
merupakan jaringan jalan arteri primer yang menjadi prioritas utama dalam
program pembanguan infrastruktur di KSN Kabupaten Bintan, peningkatan jalan
dilakukan dengan penambalan bagian jalan yang rusak.
Kondisi jaringan jalan arteri di Kota Tanjungpinang dalam keadaan baikl,
peningkatan dan pemantapan dilakukan dengan penambalan bagian jalam
yang rusak.
Pengembangan
jaringan jalan kolektor
primer 1
Kondisi jaringan jalan Kolektor primer 1 di Kabupaten Bintan dan Kota
Tanjungpiang yang termasuk kedalam program pembangunan KSN BBK dalam
keadaan baik, secara umum program peningkatan jaringan jalan di KSN Bintan
sudah terealisasikan.
Pengembangan dan
Peningkatan jaringan
jalan bebas hambatan
Jaringan jalan bebas hambatan di Kabupaten Bintan berupa Jembatan meliputi
jembatan yang menghubungi Pulau Bintan dengan Pulau Tanjung Sauh dan
Simpang Tiga Bundaran Kabil di Pulau Batam. Untuk program pembangunan ini
sampai saat monev di lakukan belum ada peningkatan.
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
jalan strategis nasional
Kondisi jaringan jalan nasional yang menghubungkan Jalan Simpang Gesek
dengan Tanjung Uban dalam keadaan bagus, jaringan jalan ini baru selesai di
bangun secara keseluruhan di tahun 2013, saat ini masih ada pemeliharaan di
beberapa titik/lokasi, seperti pemeliharaan jalan di setiap sambungan antara
jembatan dengan infrastruktur jaringan jalan.
5 - 41
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
INDIKASI PROGRAM
UTAMA
KETERANGAN
Pengembangan dan
peningkatan lalu lintas
dan angkutan jalan
 Untuk Lajur, jalur ataupun jaringan jalan dan halthe khusus angkutan jalan
belum terealisasikan, kecuali di kawasan wisata lagoi.
 Terminal penumpang tipe A Terminal Sri Tri Buana Simpang Lagoi di
Kecamatan Teluk Sebong dalam kondisi terawat dan bagus, hanya saja
terminal belum berfungsi sebagai mana mestinya, saat ini terminal lebih di
manfaatkan sebagai lahan parkir bagi kendaraan milik warga yang tinggal
disekitar terminal.
 Terminal barang Pelabuhan Bandar Sri Udana berada di Kawasan Berikat
Lobam, kondisi pelabuhan dalam keadaan baik , begitu jugan dengan
Pelabuhan Tanjung Uban, Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Sri Bayi Intan) dan
Pelabuhan Tanjung Berakit, secara umum kondisi pelabuhan yang berada di
Kabupaten Bintan dalam keadaan baik/bagus.
I.2 Sistem Jaringan Transportasi Penyeberangan
Pengembangan dan
peningkatan
pelabuhan
penyeberangan
 Kondisi pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antar negara di
pelabuhan Bandar Bintan Telani, Pelabuhan Bandar Sri Udana dan
Pelabuhan Gisi Bandar Seri Bentan dalam keadaan baik, hingga saat ini
peningkatan dan pemeliharaan terus dilakukan oleh pengelola ataupun
penanggung jawab pelabuhan.
 Pelabuhan penyeberangan lintas antar kabupaten/kota di Pelabuhan Sri
Bayi Intan dan Pelabuhan Tanjung Uban dalam keadaan baik.
1.3 Prasarana Perkeretaapian
Pembangunan
jaringan kereta api
Untuk program pengembangan dan peningkatan sistem jaringan perkereta
apian di KSN Bintan belum terealisasikan.
II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT
II.1 Pelabuhan Umum
Pengembangan dan
peningkatan
pelabuhan
Kondisi pelabuhan umum di KSN Bintan rata-rata dalam keadaan baik, seperti
kondisi Pelabuhan Bandar Sri Udana, Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Sri Bayi
Intan), Pelabuhan Tanjung Berakit dan Pelabuhan Tanjung Uban yang berada
di Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan Teluk
Sebong di Kabupaten Bintan dan pelabuhan Batu Enam, Pelabuhan Sri Bintan
Pura dan pelabuhan Tanjung Moco di Kota Tanjungpinang.
Untuk masa yang akan datang disarankan untuk melakukan perbaikan sarana
penunjang pelabuhan seperti perbaikan atau merenovasi lahan parkir dan
akses keluar masuk pelabuhan. Untuk pelabuhan Tanjung Berakit saat ini
belum berfungsi atau belum ada aktivitas keberangkatan ataupun kedatangan
penumpang.
II.2 ALUR PELAYARAN
Pengembangan dan
peningkatan alur
pelayaran
Alur pelayaran nasional yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Berakit dan
Pelabuhan Tanjung Uban dengan pelabuhan nasional lainnya dan Alur
pelayaran internasional yang menghubungkan Pelabuhan Sei Kolak Kijang
(Pelabuhan Sri Bayi Intan) dengan alur pelayaran di Selat Malaka Dan Selat
Singapura masih menggunakan alur pelayaran yang telah ada
III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA
Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Primer
Pengembangan dan
Pemantapan Bandara
Pengumpul Dengan
Skala Pelayanan
Primer
Bandara Raja Haji Fisabilillah secara administrasi berada di Kota
Tanjungpinang, bandara Raja Haji Fisabilillah melayani penerbangan dari dan
yang akan keluar dari Pulau Bintan, kondisi bandara saat ini masih dalam tahap
pengembangan.
IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
IV.1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
gas bumi
 Fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi tanjung uban dalam
keadaan baik.
 Jaringan Pipa Gas Bumi, berupa:
 Jaringan pipa gas hulu perpipaan bawah laut yang terhubung
meneruskan antara Natuna, Kawasan BBK dan Pulau Sumatera.
 Jaringan pipa gas transmisi perpipaan bawah laut yang terhubung
menerus antara Pulau Sumatera, Kawasan BBK, Kawasan Johor Baru-
Malaysia dan Negara singapura
5 - 42
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
INDIKASI PROGRAM
UTAMA
KETERANGAN
IV.2 Pembangkit Tenaga Listrik
Pengembangan dan
penigkatan
pembangkit tenaga
listrik
 PLTU Sungai Lekop sampai saat ini belum beroperasi dan di lokasi PLTU
Sungai Lekop belum ada aktivitas pekerja.
 PLTU Galang Batang saat ini telah beroperasi sebagai pembangkit listrik di
Kabupaten Bintan, kondisi PLTU dalam keadaan baik hanya saja fasilitas
pendukung di lokasi PLTU seperti kantor dan pos jaga keamanan perlu
perbaikaan dan pembangunan pagar serta pengaspalan jalan menuju
lokasi PLTU, hingga saat ini jalan menuju PLTU masih jalan tanah.
IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Pengembangan dan
penigkatan SUTT
(Saluran Udara
Tegangan Tinggi)
 Pengembangan kabel melalui jembatan penghubung Kota Batam –
Kabupaten Bintan dari GI Tanjung Uban Menuju ke GI Batu Besar belum
terealisasi.
 Pengembangan jaringan SUTT yang menghubungkan GI Air Raja dengan
GI Simpang Lagoi KM 66 dan GI Simpang Lobam belum terealisasikan.
IV.4 Gardu Induk
Pengembangan dan
penigkatan GI
 GI KM 66 Simpang Lagoi masih dalam tahap pembebasan lahan.
 GI Simpang Lobam dan GI Air Raja masih dalam tahap pembangunan.
V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI
Pengembangan dan
penigkatan STO
 Pengembangan jaringan STO di Lokasi yang direncanakan telah
terealisasikan.
VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
VI.2 Waduk
Pengembangan dan
peningkatan waduk
 Waduk Sui pulai dalam keadaan baik, penigkatan diwaduk ini berupa
pengecoran bibir waduk supaya tidak longsor.
 Waduk Galang Batang belum ada peningkatan, waduk masih berbentuk
waduk alami.
 Waduk Sungai Gesek sedang dalam tahap pengerjaan
 Waduk Sungai Kawal belum ada peningkatan.
 Kondisi Waduk Lagoi dalam kedaan baik
 Waduk Aculai belum ada peningkatan
 Waduk Kangboi belum ada peningkatan
 Waduk Sekuning dalam keadaan baik, akan tetapi peningkatan ataupun
pemeliharaan di waduk ini belum ada.
 Waduk Sungai Jago-Lepan belum ada penigkatan
 Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik peningkatan di waduk ini belum
ada.
 Waduk Estuary Dompak masih dalam tahap pengerjaan
VI.3 Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan dan
peningkatan prasarana
sumber daya air
 Sistem pengendalian Banjir berupa waduk di Waduk Sei Pulai, Waduk
Sungai Kawal, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk Sekuning dan Waduk
Tanjung Uban berupa dam dan pintu air. Kondisi pintu air di waduk ini
dalam keadaan baik.
 Untuk waduk sungai Gesek masih dalam tahap pembangunan
VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN
VII.1 Unit Air Baku
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
perpipaan
 Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku
yang dipasok dari Waduk Sei Pulai, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk
Sekuning, Waduk, dan Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik
VII.2 Unit Produksi (UP) Air Minum
Pengembangan dan
penigkatan Unit
Produksi
Unit Produksi (UP) Air Minum Lagoi dalam keadaan baik begitu juga dengan UP
Air Minum Sei Pulai.
VII.3 Sistem Jaringan Drainase
Pengembangan dan
peningkatan sistem
jaringan drainase
Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase berupa saluran
drainase primer dilakukan Kecamatan Tanjung Uban, kondisi drainase dalam
keadaan baik, begitu juga dengan jaringan drainase yang terdapat di Kota
Tanjungpinang.
VII.4 Sistem Jaringan Air Limbah
Pengembangan dan
peningkatan IPAL
Pengembangan maupun peningkatan IPAL di Kabupaten Bintan dan Kota
Tanjungpinang belum terealisasikan.
5 - 43
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
INDIKASI PROGRAM
UTAMA
KETERANGAN
VII.5 Sistem Pengolahan Limbah B3
Pengembangan dan
peningkatan instalasi
pengelolaan limbah B3
Untuk program pengembangan dan peningkatan instalasi pengolahan limbah
B3 belum terealisasikan di tahun 2013.
VII.6 Sistem Pengolahan Persampahan
Pengembangan dan
peningkatan TPA
 Tempat Pembuangan Akhir (TPA), KSN Bintan Bintan masih di layani oleh
TPA yang berada di Bintan Timur , di tahun 2013 peningkatan yang
dilakukan oleh pihak pengelola berupa pembangunan sarana pos jaga dan
garasi untuk alat berat (escapator) dan garasi untuk mobil yang
mengangkut sampah.
 Untuk perencanaan TPA di Bintan Utara belum terealisasikan.
Sumber : Hasil Survey 2013
Dari hasil survey yang termuat pada tabel diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk pengembangan dan peningkatan jaringan jalan hampir
semua program telah terealisasikan dan kondisi jaringan jalan dalam
keadaan baik, begitu juga dengan program pengembangan dan
peningkatan pelabuhan dan jaringan telekomunikasi. Program
peningkatan dan pengembangan sumber daya air di tahun 2013 belum
terealisasikan sepenuhnya, menurut target atau jadwal pelaksanaan yang
tertuang dalam Indikator Kerja RTR KSN BBK, di Kabupaten Bintan
pengembangan dan peningkatan sumber daya air berupa pengembangan
dan peningkatan waduk harus selesai di akhir tahun 2019, karena secara
teknis program ini masuk kedalam program pelaksanaan tahap I dan
Tahap II.
A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat
Kegiatan pengembangan dan peningkatan jaringan jalan yang
dilakukan di KSN Bintan secara umum telah dilaksanakan diantaranya
pada ruas jalan arteri primer yaitu jalan Pelabuhan Kijang sampai
dengan Sei Enam, Sei Enam sampai dengan Perbatasan Kota
Tanjung Pinang, kemudian jaringan jalan yang menghubungkan jalan
simpang Adi sucipto dengan simpang dompak lama kemudian
simpang wacopek dan berakhir di perbatasan yang menghubungkan
antara kabupaten dengan kota.
5 - 44
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Untuk jaringan jalan kolektor primer, secara umum program
pengembangan dan peningkatan jaringan jalan juga sudah
dilaksanakan, seperti pada jalan simpang senggarang di kota
Tanjungpinang. Jaringan jalan strategis nasional yang pada saat ini
dalam tahap peningkatan adalah ruas jalan Simpang Gesek sampai
dengan Tanjung Uban yang telah mencapai 90% tahap pengerjaan.
Selain itu juga terdapat jaringan jalan yang belum dilakukan kegiatan
pengembangan yaitu pada Jalan KM 16 Gesek sampai dengan
Korindo.
Hal lain yang dilakukan di Kabupaten Bintan adalah Pengembangan
dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan yang telah dilakukan di
Kabupaten Bintan seperti Terminal tipe A Terminal Sri Tri Buana
Simpang Lagoi, dan halte. Untuk terminal tipe B di Kota
Tanjungpinang belum ada peningkatan, saat ini terminal di Kota
Tanjungpinang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Infrastruktur terminal yang masih dalam tahap perencanaan
diantaranya terminal barang Bandar Sri Udana, Pelabuhan Tanjung
Uban, Pelabuhan Sei Kolak Hijau, Pelabuhan Tanjung Berakit dan
pelabuhan Tanjung Mocho.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan lalu
lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan
Dinas Bina Marga Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar dan
tabel berikut ini.
Jln. Pelabuhan Kijang-Sei Enam-Perbatasan Kota Tanjungpinang
5 - 45
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Jalan Pelabuhan Sri Bintan Pura-Adisucipto-Gesek
Jln. Sp Adi Sucipto-Dompak Lama-Sp. Wacopek-Perbatasan Kabupaten
Jln Sp. Senggarang-Pusat Pemerintahan Senggarang
Jln. Tanjung Uban-Lowe-Gesek
5 - 46
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Jln KM 16 Gesek-Korindo-Pelabuhan Kijang
Jln. Malang Rapat-Lowe
Jln Korindo-Kawal
Jln Gesek-Kawal-Malamg Rapat-Tanjung Beraki
Gambar 5.26 : Kondisi Eksisting Jaringan Jalan KSN Bintan
5 - 47
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 48
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Tabel 5.6
Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK di Kabupaten Bintan
No.
Ruas
Nama Ruas
Panjang
(Km)
Kawasan BBK
003 JL. SP. WACOPEK – SEI ENAM 7,844
Kw. Perkebunan &
PDAM
004
JL. BERDIKARI 0,137
Pel. Bongkar Muat Sri
Bayintan
JL. KEBUN NENAS 0,480
JL. TANAH KUNING 0,710
JL. BAREK BETAWI 0,355
JL. HANG JEBAT 0,463
JL. HANG TUAH 0,131
JL. SRIBAYINTAN - PELABUHAN 0,592
Usulan
KM 16 (BATAS KOTA) - KM 16 (LINTAS BARAT) - SP.
GESEK - SP. GESEK - TOAPAYA - KM 46 - SEI KECIL -
KP. BARU - PELABUHAN RORO TANJUNG UBAN
79,100
Pusat Pemerintahan
Kabupaten Bintan, Kw.
Industri Lobam, Kw.
Pariwisata Lagoii dan
Pel. Roro Tg. Uban
SP. GESEK - KANGKA - SP. SIALANG - PELABUHAN
BERAKIT
45,00
Kw. Wisata Pantai
Trikora & Pel.
Internasional Berakit
Sumber: Dinas PU Provinsi Kepulauan Riau, 2013
B. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Laut
Pengembangan dan Peningkatan pelabuhan di KSN Bintan telah
dilakukan di beberapa lokasi diantaranya pelabuhan penyeberangan
lintas antar provinsi dan antarnegara yang berada di Kabupaten
Bintan yaitu pelabuhan Bandar Bintan Telani, dan pelabuhan Bandar
Sri Udana, Serta Tanjung Berakit. Sedangkan pelabuhan yang belum
dilakukan kegiatan peningkatan adalah Pelabuhan Tanjung Uban, dan
Pelabuhan Sei Kolak.
Untuk pelabuhan di Kabupaten Bintan melayani rute pelayaran
domestik antar pulau di Provinsi Kepulauan Riau dan juga melayani
rute pelayanan internasional menuju Singapura. Selain pelabuhan
penumpang, ada juga pelabuhan barang yang beroperasi hanya untuk
transportasi barang.
Di Kota Tanjungpinang, pengembangan dan peningkatan pelabuhan
dilakukan di Pelabuhan Dompak. Kondisi pelabuhan dalam keadaan
baik, hanya saja akses/jalan menuju pelabuhan masih berupa jalan
tanah (belum di aspal), untuk Pelabuhan Tanjung Mocho saat ini
5 - 49
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
masih dalam tahap pembangunan, sedangkan di Pelabuhan Sri Bintan
Pura dan Pelabuhan Barang Batu Enam belum ada peningkatan akan
tetapi kondisi pelabuhan dalam keadaan baik.
Ketersediaan pelabuhan sangat penting di Provinsi Kepri dikarenakan
karekteristik wilayahnya yang berbentuk kepulauan, sehingga dapat
mempengaruhi perkembangan wilayah dan kegiatan ekonomi. Untuk
lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan pelabuhan
di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar berikut.
Pelabuhan Tanjung Berakit
Pelabuhan Bandar Bintan Telani
Pelabuhan Penumpang Sei Kolak (Sri Bayiintan)
5 - 50
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Pelabuhan Penumpang Tanjung Uban
Pelabuhan Terminal Barang Sei Kolak (Sri Bayiintan)
Pelabuhan PenyeberanganTanjung Uban
Pelabuhan Sri Udana
5 - 51
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Pelabuhan Sri Bintan Pura
Pelabuhan Batu Enam
Pelabuhan Tanjung Mocho
Gambar 5.28 : Kondisi Pelabuhan Di Kabupaten Bintan
C. Infrastruktur Jaringan Transportasi Udara
Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan
pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos
untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar
udara yang lain atau beberapa bandar udara. Untuk saat ini
pelayanan transportasi udara di KSN Bintan masih mengandalkan
Bandara Raja Haji Fisabilillah yang berada di Kota Tanjungpinang.
5 - 52
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 53
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Kondisi Bandara saat ini masih dalam keadaan baik dan masih dalam
tahap pembangunan. Program pengembangan bandara ini berupa
pembangunan gedung baru untuk aktivitas chek in penumpang dan
fasilitas pendukung lainya, pembangunan/penambahan panjang
landasan pacu pesawat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.30.
Gambar 5.30 : Kondisi Eksisting Bandara Raja Haji Fisabilillah
D. Infrastruktur Jaringan Energi
Program pembangunan infrastruktur jaringan energi di Kabupaten
Bintan berupa depo penyimpanan minyak bumi, pembangkit tenaga
listrik dan jaringan listrik berupa jaringan SUTT yang
menghubungkang GI induk yang ada di Kabupaten Bintan dan GI Batu
Besar Batam, untuk kondisi depo penyimpanan minyak yang berada di
tanjung uban dalam keadaan baik.
Saat ini pembangkit listrik yang telah beroperasi di Kabupaten Bintan
adalah PLTU Galang Batang, kondisi infrastruktur PLTU Galang
Batang dalam kondisi baik, hanya saja untuk fasilitas pendukung
5 - 54
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
memerlukan perbaikan atau peningkatan seperti peningkatan dan
pemantapan infrastruktur pos jaga, dan kantor administrasi dan yang
lebih penting adalah peningkatan dan pemantapan infrastruktur
jaringan jalan menuju PLTU, sedangkan di PLTU Sei Lekop hingga
saat ini belum ada aktivitas, kondisi di PLTU Sei Lekop sebagian
besar masih berupa lahan kosong. Untuk pengembangan jaringan
SUTT yang menghubungkan Gardu Induk (GI) Tanjung Uban dengan
GI Batu Besar Kota Batam belum terealisasikan karena jembatan
yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Bintan belum di
bangun, begitu juga dengan rencana pembangunan GI KM 66
Simpang Lagoi, dimana rencana ini masih dalam tahap pembebasan
lahan dan untuk rencana pembangunan GI Simpang Lobam sudah
ada actionnya dimana GI ini masih dalam tahap pembangunan, begitu
juga dengan GI yang ada di Kota Tanjungpinang, dimana GI tersebut
masih dalam tahap pembagunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 5.31 sebagai berikut.
PLTU Galang Batang
PLTU Sei Lekop
5 - 55
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
GI Simpang Lobam
Kondisi Pintu Masuk Depo Tanjung Uban
GI Air Raja
Gambar : 5.31 : Kondisi Eksisting Infrastruktur Jaringan Energy
E. Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan dan peningkatan sistem telekomunikasi KSN Bintan
berupa penigkatan dan pemantapan jaringan terestrial dan satelit dan
pengembangan dan peningkatan STO di Bandar Seri Bintan, STO
Kijang, STO Dompak dan STO Tanjungpinang Kota. Dari kedua
program tersebut hanya program pengembangan dan peningkatan
STO yang telah berjalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.32 sebagai berikut.
5 - 56
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
STO Dompak dan STO Tanjung Pinang Kota
STO Kijang dan STO Seri Bintan
Gambar 5.32
Pengembangan dan Peningkatan STO di KSN Bintan
F. Infrastruktur Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan dan peningkatan Waduk telah dilakukan di Waduk
Sungai Gesek yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan.
Sedangkan waduk Galang Batang, waduk Sungai Kawal, waduk
sungai anculai, waduk sungai kangboi, waduk sekuning, waduk sungai
jago lepan, waduk tanjung uban masih belum ditingkatkan.
Sedangkan Sungai dan Waduk yang telah dilakukan kegiatan
pengembangan dan peningkatan di Kota Tanjungpinang adalah
Waduk Sei Pulai yang berasal dari Sungai Pulai. Peningkatan yang
dilakukan berupa pelebaran dan pengerukan. Selain Waduk Sungai
Pulau, juga terdapat Waduk Estuary Dompak yang saat ini sementara
dalam tahap pembangunan.
5 - 57
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 58
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan dan
peningkatan sungai dan waduk di Kabupaten Bintan dapat dilihat
pada Gambar 5.34.
Waduk Galang Batang
Waduk Sei Gesek dan unit air baku sei gesek
5 - 59
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Unit Air Baku dan Waduk Sei Pulai
Waduk Sei Kuning dan sistem pengendalian banjir
Waduk Lagoi dan pengendalian banjir di waduk lagoi
Gambar 5.34
Pengembangan dan Peningakatan Waduk di KSN Bintan
Penanganan potensi sumber daya air di wilayah Pulau Bintan di
laksanakan oleh BWSS. Adapun potensi sumberdaya air yang belum
ditangani :
 Waduk Anculai (500 lt/det)
 Waduk Kangboi (300 lt/det)
 Waduk Galang Batang (465 lt/det)
 Waduk Kawal (500 lt/det)
5 - 60
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
 Waduk/Kolong Enam (75 lt/det)
 Estuari/Dam Dompak (200 lt/det)
 Waduk/Kolong Nyirih (20 lt/det)
 Waduk/Kolong Katen (75 lt/det)
 Estuari/Dam Busung (5.500 lt/det)
Untuk lebih jelasnya mengenai potensi sumberdaya air di Pulau
Bintan, dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.35 : Potensi Sumberdaya Air di Pulau Bintan
Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, pada tahun 2011 ada 2 (dua) perusahaan PDAM Tirta
Kepri cabang Kijang dan PDAM Tirta Kepri Cabang Uban yang
melayani masing-masing kecamatan (Bintan Timur dan Bintan Utara)
dimana jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut
sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang dan 2 perusahaan tersebut
melayani 2.565 pelanggan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
jumlah perusahaan, tenaga kerja, pelanggan, serta jumlah kapasitas
5 - 61
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
produksi air di Kabupaten Bintan disajikan dalam Tabel seperti di
bawah ini.
Tabel 5.7
Jumah Perusahaan, Pelanggan, dan Produksi Air Minum di
Kabupaten Bintan Tahun 2011
No Uraian Satuan Jumlah
1 Jumlah Perusahan Unit 2
2 Jumlah Tenaga Kerja Orang/Jiwa 28
3 Jumlah Pelanggan Unit 2.565
4 Kapasitas Produksi Air Liter/Detik 50
5 Pengguna Air Minum M3 1.009.076
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka, 2011
Untuk memenuhi kebutuhan airbersih bagi masyarakat
KotaTanjungpinang di kelola oleh Perusahaan Daerah Air
Minum(PDAM) Tirta Janggi Tanjungpinang. Produksinya air bersih
tahun 2011 mencapai 5,31 juta m³ mengalami kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 5.8.
Tabel 5.8
Ketersediaan Air Minum di Kota Tanjung Pinang Tahun 2011
No Uraian Satuan Jumlah
1 Tenaga Kerja Orang 116
2 Pelanggan RumahTangga 15.502
3 Produksi M3 5.314.897
4 Distribusi M3 5.129.393
Sumber: Tanjung Pinang Dalam Angkat, 2012
G. Infrastruktur Perkotaan
1) Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah
Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di
KSN Kota Tanjung Pinang telah berjalan, seperti yang terdapat
5 - 62
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
pada jaringan drainase yang berada di tepi jalan menuju Bandar
udara Aji Fiisabilillah dan di sekitar kawasan permukiman warga di
Kota Tanjung Pinang. Di Kabupaten Bintan, program
pengembangan dan peningkatan jaringan drainase telah berjalan
sekitar 30%, dimana pengembangan dan peningkatan drainase
dilakukan dengan cara pengecoran. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 5.36 sebagai berikut.
Kondisi Drainase Kota Tanjungpinang
Kondisi Drainase Kabupaten Bintan
Gambar 5.36 : Kondisi Eksisting Drainase di Kabupaten Bintan
Pengembangan dan peningkatan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Di KSN Bintan belum ada peningkatan, IPAL KSN Bintan
eksisting berada di Kota Tanjungpinang yaitu IPAL Air Raja. Kondisi
IPAL tersebut kurang terawat dan untuk lebih jelsnyanya mengenai
kondisi IPAL Air Raja dapat dilihat pada gambar sebagai Berikut.
5 - 63
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.37 : Kondisi IPAL di KSN Bintan
2) Sistem Persampahan
Ketersediaan sarana persampahan di KSN Bintan berada di Sei
Enam Kabupaten Bintan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kijang. Luas lahan TPA Kijang mencapai ± 5 Ha, dengan luas zona
land fill 1 seluas ± 0,6 Ha dan zona land fill 2 seluas ± 0,8 Ha dan
TPA Ganet yang berada di Kota Tanjungpinang. Luas TPA Ganet
mencapai 10,82 Ha, namun luas yang terpakai sampai saat ini
seluas 1,5 Ha dan luas lahan kosong sebesar 2 Ha. Selain itu 6 Ha
lahan yang tersedia di TPA Ganet merupakan lahan yang tidak aktif
dengan kapasitas layanan mencapai ± 200.000 m3
yang terbagi
kedalam 3 (tiga) zona.
Rata-rata jumlah sampah per hari sampah yang masuk ke TPA
Kijang sebanyak 512 m3
/hari, dan daya tampung TPA Kijang yaitu
untuk 15 (lima belas) tahun. Dikarenakan belum ada sistem
pengolahan sampah di TPA Kijang, sehingga kapasitas daya
tampung tersebut bisa berkurang seiring dengan semakin
banyaknya produksi sampah di Kabupaten Bintan, dan rata-rata
sampah yang masuk ke TPA Ganet mencapai 11.000 m3
/hari, rata-
rata sampah yang masuk selama 1 (satu) bulan mencapai 350.400
m3
dan luas landfill yaitu 0,45 Ha.
Untuk lebih jelasnyanya mengenai kondisi eksisting TPA tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
5 - 64
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.38 : Kondisi Eksisting TPA KSN Bintan
5.2.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Bintan
Realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN Bintan merupakan
perwujudan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah
ditetapkan. Berikut diuraikan realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN
Bintan.
A. Kawasan Permukiman
Pemanfaatan ruang yang dilakukan di KSN Bintan yaitu
pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan
permukiman kepadatan sedang. Seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk kebutuhan akan tempat tinggal juga akan mengalami
peningkatan oleh karena itu perlu adanya pengembangan, rehabilitasi
dan revitalisasi fungsi kawasan permukiman kepadatan sedang di
KSN Bintan (Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang) yang saat ini
sedang berjalan.
5 - 65
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.39 : Kawasan Permukiman KSN Bintan
B. Kawasan Industri
Pusat industri di KSN Bintan berada di seluruh Kawasan Industri
Galang Batang, Kawasan Industri Maritim, Pulau Lobam, serta
sebagian dari wilayah Kota Tanjung Pinang yang meliputi kawasan
industri Senggarang dan kawasan industri Dompak Darat. untuk
kawasan industri di Kabupaten Bintan belum ada peningkatan
infrastruktur sedangkan untuk kawasan industri di Kota Tanjungpinang
masih dalam tahap pengerjaan.
Gambar 5.40 : Kawasan Perindustrian KSN Bintan
5 - 66
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
C. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Perkembangan investasi yang ada di Kabupaten bintan ternyata
mempengaruhi kegiatan ekonomi sehingga perlu adanya kawasan
ekonomi yang nantinya juga akan mempengaruhi kegiatan sosial,
pertahanan keamanan Negara serta transportasi. Pelaksanaan
kegiatan peruntukan ekonomi meliputi kegiatan perdagangan dan jasa
yang sedang berjalan di Kecamatan Teluk Bintan. Sedangkan
kawasan pertahanan keamanan Negara masih belum ada kegiatan
pengembangan dan peningkatan kawasan.
Untuk kawasan perdagangan dan jasa Kota Tanjungpinang masih
terpusat di Bintan Center dan di Kawasan Kecamatan Bukit Bestari
menuju Dompak, kawasan ini telah tumbuh dan berkembang seiring
berjalannya waktu, didalam program kerja RTR KSN Bintan untuk
Kota Tanjungpinang, disebutkan bahwa kawasan senggarang
merupakan calon kawasan perdagangan dan jasa yang baru untuk
Kota Tanjungpinang, akan tetapi sampai saat ini kawasan senggarang
belum ada peningkatan ataupun pembangunan, begitu juga dengan
Kawasan Perdagangan Tanjung Uban yang diperuntukan sebagai
Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kabupaten Bintan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan
perdagangan dan jasa di KSN Bintan dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut.
5 - 67
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.41 : Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa KSN Bintan
D. Kawasan Pengembangan dan Peningkatan Pusat Kegiatan
Pariwisata
Kawasan wisata eksisting di KSN Bintan berada di Kecamatan
Tanjungpinang Barat, Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan
Gunung Kijang dengan jenis wisata yaitu wisata alam, budaya dan
wisata religi.
Di Kabupaten Bintan terdapat Kawasan Wisata Lagoi dan Kawasan
Wisata Tri Kora, untuk Kawasan Wisata Lagoi telah berkembang
menjadi Kawasan Wisata bertaraf International di Provinsi Kepulauan
Riau, sedangkan Kawasan Wisata Pantai Trikora belum ada
peningkatan. Untuk kawasan wisata di Kota Tanjungpinang berada di
Pulau Penyengat. Di Pulau Penyengat terdapat objek wisata sejarah
dan kebudayaan melayu, adapun obyek wisata yang ada di Pulau
Penyengat yaitu Masjid Sultan Riau, Makam Raja Ali Haji, Perigi
Putrid an Benteng Bukit Kursi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi
eksisting kawasan wisata yang ada di KSN Bintan dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut.
5 - 68
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Gambar 5.42 : Kondisi Obyek Wisata di KSN Bintan
5.2.3. Realisasi Investasi di KSN Bintan
Perkembangan investasi di Kabupaten Bintan dalam kurun waktu 8
(delapan) tahun terakhir mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
dapat dikatakan mengalami perubahan yang cenderung dinamis pada
setiap tahunnya.
investasi di Kabupaten Bintan meliputi Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Jumlah Penanaman Modal
Asing mengalami penambahan pada setiap tahunnya, terbukti pada tahun
2005 sebanyak 67 (enam puluh tujuh) perusahaan yang berinvestasi
menjadi 130 perusahaan pada tahun 2013.
Pantai Trikora
Pantai Lagoi
5 - 69
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 70
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5 - 71
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki
ketertarikan yang sangat tinggal untuk berinvestasi di Kabupaten Bintan.
Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri hanya berjumlah 11
(sebelas) perusahaan pada tahun 2005 dan hanya 14 (empat belas)
perusahaan pada tahun 2013 yang berinvestasi di Kabupaten Bintan.
Kenaikan realisasi investasi Penanaman Modal Asing yang paling tinggi
dialami pada tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 79,18 % dan
penurunan investasi PMA paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar -
8,34 %. Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri mengalami
peningkatan investasi yang paling tinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar
287,75 % peningkatan dari tahun sebelumnya, dan penurunan paling
tinggi dari PMDN terjadi pada tahun 2010 sebesar -30,66 % dari tahun
sebelumnya.
Tabel 5.9
Perkembangan Investasi Perusahaan PMA/PMDN
di Kabupaten Bintan Periode Tahun 2005 s/d Bulan Mei Tahun 2013
TAHUN STATUS
JUMLAH
PERUSAHAAN
INVESTASI (US $ / Rp. )
Dalam ribuan (000)
TENAGA KERJA
(jiwa)
PROSENTASE
(%)
KET.
RENCANA REALISASI TKI TKA
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005
PMA 67 $ 565.027 $ 349.353 21.123 491 6,00% Naik
PMDN 11 Rp 649.443.000 Rp 86.365.000 3.408 20 -12,62% Turun
2006
PMA 70 $ 570.912 $ 320.208 21.704 477 -8,34% Turun
PMDN 10 Rp 197.193.000 Rp 74.532.000 3.380 18 -13,70% Turun
2007
PMA 67 $ 732.094 $ 303.981 19.019 450 -5,07% Naik
PMDN 11 Rp 437.193.577 Rp 64.282.400 3.412 18 -13,75% Turun
2008
PMA 95 $ 1.561.213 $ 394.485 21.429 456 29,77% Naik
PMDN 8 Rp 378.963.577 Rp 59.918.400 1.604 - -6,79% Turun
2009
PMA 111 $ 1.654.113 $ 415.763 24.512 472 5,39% Naik
PMDN 9 Rp 415.763.577 Rp 96.718.400 3.696 - 61,42% Naik
2010
PMA 121 $ 1.613.877 $ 744.948 20.630 609 79,18% Naik
PMDN 8 Rp 577.388.077 Rp 67.068.400 1.585 - -30,66% Turun
2011
PMA 121 $ 1.462.112 $ 852.355 12.260 339 14,42% Naik
PMDN 10 Rp 850.128.148 Rp 235.529.650 2.958 - 251,18% Naik
2012
PMA 127 $ 1.477.287 $ 902.606 13.909 326 21,16% Naik
PMDN 11 Rp 1.087.799.956 Rp 428.517.081 2.972 - 287,75% Naik
MEI 2013
PMA 130 $ 1.483.687 $ 902.754 12.634 326 5,91% Naik
PMDN 14 Rp 1.087.799.956 Rp 475.257.923 3.172 - 19,84% Naik
Sumber: BPMPD Kabupaten Bintan, 2013
Khusus untuk Kota Tanjungpinang, hingga saat ini belum ada realisasi
investasi. Kegiatan investasi masih terpusat di wilayah Kabupaten Bintan.
5 - 72
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5.3. Monitoring P2KSN Karimun
5.3.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur
Pulau karimun terletak di sebelah barat Singapura dan Batam, Kepulauan
Karimun berada di jalur pelayaran yang sibuk yaitu Selat Malaka. Sama
halnya dengan Batam dan Bintan, Kepulauan Karimun merupakan bagian
dari Zona Perdagangan Bebas Batam-Bintan-Karimun yang kini sedang
giat-giatnya dikembangkan menjadi kawasan industri dan pariwisata serta
kawasan dengan fungsi lainnya.
Mengembangkan kawasan Karimun menjadi kawasan yang memiliki
kualitas pelayanan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas kelas dunia, membutuhkan ketersediaan infrastruktur yang mapan.
Kawasan permukiman bagi para pekerja dibangun dengan dukungan
fasilitas seperti jaringan listrik, jalan,drainase, limbah, persampahan yang
terintegrasi dengan baik. Dengan menerapkan pendekatan pembangunan
berbasiskan pulau, diharapkan Kawasan Pengusahaan Karimun, lebih
luasnya Pulau Karimun Besar memiliki daya tarik tersendiri terhadap
manajemen infrastruktur Pulau. Jaringan jalan, air bersih, persampahan,
limbah harus dapat dikelola dengan menerapkan pola-pola yang
aman,nyaman, bersih dan bersahabat dengan lingkungan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting program infrastruktur di
wilayah KSN Karimun dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut.
Tabel 5.10
Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Karimun
Indikasi Program
Utama
Kondisi Eksisting
I. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
Pengembangan
jaringan jalan kolektor
primer 1
 Kondisi jaringan jalan di KSN Karimun secara umum dalam keadaan baik.
 Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan di KSN Karimun masih sama dengan peningkatan
yang dilakukan di KSN Batam dan Bintan, untuk penigkatan dilakukan dengan cara pengaspalan dan
penambalan bagian jalan yang rusak, sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan Pelabuhan
RORO dengan kawasan industri meral dibangun oleh BP Kawasan Karimun.
Pengembangan dan
peningkatan lalu lintas
dan angkutan jalan
Untuk Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di KSN Karimun belum tersedia begitu juga
dengan terminal penumpang tipe A.
Pengembangan dan
peningkatan
pelabuhan
penyeberangan
Pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antar negara meliputi pelabuhan Tanjung Balai
Karimun dalam keadaan baik begitu juga dengan pelabuhan Parit Rempak di Kecamatan Meral
5 - 73
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Indikasi Program
Utama
Kondisi Eksisting
Pengembangan dan
peningkatan sisten
jaringan
perkeretaapian
perkotaan
Untuk sarana dan prasarana serta jaringan perkereta apiaan di Kabupaten Karimun belum tersedia,
program pengembangan dan peningkatan sistem perkereta apian belum terlaksana.
II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT
Pengembangan dan
peningkatan
pelabuhan
Kondisi Pelabuhan dan Terminal Parit Rempak dalam keadaan baik, pengembangan dan peningkatan
masih dilakukan di pelabuhan ini dan untuk pelabuhan dan terminal Malarko masih dalam tahap
pembangunan.
Pengembangan dan
peningkatan alur
pelayaran
Alur pelayaran yang menghubungkan pelayaran tingkata nasional dan internasional masih menggunakan
alur pelayaran yang sudah ada/tersedia.
III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA
Pengembangan dan
Pemantapan Bandara
Bandara Sei Beti berfungsi sebagai bandara pengumpul tersier. Kondisi Bandar Udara Sei Bati dalam
keadaan bagus, hanya saja kegiatan penerbangan di bandara ini belum produktif.
IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
gas bumi
Program pembangunan dan pemantapan fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi di KSN
Karimun belum terealisasi.
IV.2 PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Pengembangan dan
penigkatan
pembangkit tenaga
listrik
PLTU Meral dalam tahap pembagunan
PLTU Tanjung Sebatak dalam kondisi bagus dan PLTU ini telah beroperasi dan merupakan pembangkit
listrik yang sangat di andalkan di KSN Karimun, tapi walaupun demikian PLTU Tanjung Sebatak belum
optimal beroperasi sehingga masih dilakukan pemadaman listrik bergilir di Kabupaten Karimun.
IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Pengembangan dan
penigkatan SUTT
(Saluran Udara
Tegangan Tinggi).
Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) meliputi SUTT yang
menghubungkan tiap-tiap GI di Pulau belum terealisasikan sepenuhnya
IV.4 Gardu Induk
Pengembangan dan
penigkatan GI
 GI Tanjung Balai Karimun dalam keadaan baik, gardu induk ini telah terkoneksi/tersambung dengan
PLTU Tanjung Sebatak sedangkan Pembangunan GI Pulau Parit Belum terealisasikan.
V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI
Pengembangan dan
penigkatan STO
Untuk pengembangan dan peningkatan menara STO di lokasi perencanaan sudah terlaksana/sudah
terealisasikan.
VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
VI.1 Sistem Jaringan Sungai
Pengembangan dan
peningkatan sungai
 Sungai Sei Bati
 Sungai Pongkar
 Sungai Gunung Jantan
 Sungai Ambat
VI.2 Waduk
Pengembangan dan
peningkatan waduk
 Waduk Sungai Gunung Jantan dalam keadaan baik dan di waduk ini belum terlihat ada peningkatan
ataupun pemeliharaan.
 Waduk Sungai Pongkar dalam keadaan baik, di waduk ini telah di bangun pintu air untuk
pengendalian banjir.
 Di Waduk Sei Bati telah tersedia infrastruktur pengolahan air dan infrastruktur pengendalian banjir.
 Waduk Sei Sentani dalam keadaan kuran baik jika dibandingkan dengan waduk sebelumnya, pada
waduk ini belum terlihat adanya peningkatan.
VI.3 Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan dan
peningkatan
prasarana sumber
daya air
 Sistem pengendalian Banjir berupa waduk di Waduk Sungai Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk
Sei Bati di Sungai Sei Bati dan Waduk Sentani di Sungai Ambat
 Sistem pengaman pantai pada pantai yang rawan abrasi
VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
perpipaan dan unit
produksi air minum.
Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasok dari waduk Sei
Bati, kondisi jaringan perpipaan dalam keadaan baik begitu juga dengan instalasi pengolahan airnya. Saat
inikebutuhan air bersih KSN Karimun di pasok dari instalasi pengolahan air yang berada di Sei Bati,
sedangkan pada waduk Sei Pongkar, Sei Gunung Jantan dan Sei Sentani belum ada pningkatan ataupun
pembangunan instalasi pengolahan air bersih.
Pengembangan dan
peningkatan sistem
jaringan drainase
Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase berupa saluran drainase primer pada KSN
Karimun di beberapa lokasi sudah ada peningkatan, secara umum kondisi jaringan drainase di KSN
Karimun dalam keadaan cukup baik hanya saja untuk kedepannya perlu dilakukan perawatan seperti
pengerukan drainase yang tersumbat oleh longsoran tanah dan lain sebagainya.
Pengembangan dan
peningkatan IPAL
Untuk saat ini KSN Karimun belum memiliki IPAL.
Pengembangan dan
peningkatan TPA
 TPA KSN Karimun berada di Kecamatan Meral, kondisi TPA lumayan bagus.
Sumber : Hasil Survey 2013
5 - 74
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Sama halnya dengan kawasan strategis nasional yang berada di pulau
batam dan pulau bintan, pembangunan, peningkatan dan pemantapan
infrastruktur di KSN Karimun masih terkonsentrasi pada jaringan jalan dan
pelabuhan, untuk lebih jelasnya berikut ini akan di uraikan hasil
pengamatan saat dilapangan.
A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat
Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Karimun
telah dilakukan, namun masih terdapat beberapa ruas jalan yang
sementara dalam tahap pengembangan seperti pada ruas jalan Meral
sampai dengan Parit Rempak, untuk penigkatan dilakukan dengan
cara pengaspalan dan penambalan bagian jalan yang rusak,
sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan Pelabuhan RORO
dengan kawasan industri meral dibangun oleh BP Kawasan Karimun.
Untuk program pengembangan dan peningkatan sistem jaringan
perkeretaapian kerkotaan di Kabupaten Karimun masih dalam tahap
perencanaan. Lebih jelasnya mengenai pengembangan dan
peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 5.11
Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK Kab. Karimun
No.
Ruas
Nama Ruas
Panjang
(Km)
Kawasan BBK
013- K TG. BALAI - MERAL 3,350
Pel.Domestik/Internasional Tg.
Balai Karimun & Kw. Perdagangan
014 – K MERAL - PARIT RAMPAK 6,706 Kw. Perdagangan dan Pemukiman
015- K
PARIT RAMPAK - PELABUHAN
RORO
3,160
Pel. Domestik Roro – Kaw.Industri,
rencana PLTU
016- K PARIT RAMPAK - PARIT BENUT 2,485 Kw. Pemukiman
017 – K PARIT BENUT - SP. JELETUNG 1,416 Kw. Pemukiman
018 - K SP. JELUTUNG - PASIR PANJANG 9,524 Kw.Industri / Granit
Usulan
TANJUNG BALAI - BANDARA SEI
BATI
11,050
Kw. Pariwisata (Coastal Area) &
Bandara
PARIT RAMPAK - PT.SAIPEM 4,700 Kw. Industri
PT. SAIPEM - PT. KDH 1,980 Kw. Industri
PT. KDH - PT. SEMBAWANG 2,560 Kw. Industri
PT. SEMBAWANG - PASIR
PANJANG
4,450 Kw. Industri
Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2013
5 - 75
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Jln. Tanjung Balai-Meral-Parit Rempak-Parit Benut-Sp. Jelutung-Pasir Panjang
Jln Sungai Pasir-Teluk Ranai-Teluk Sitimbut
Jln. Pasir Panjnag-Pelambung-Mentuda-Tanjung Balai
Jln. Parit Rempak-Pelabuhan Roro
5 - 76
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Jln. Sp Jelutung-Teluk Ranai
Gambar 5.45 : Kondisi Eksisting Jaringan Jalan KSN Karimun
B. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Laut
Pelabuhan yang tedapat di Kabupaten Karimun diantaranya adalah
Pelabuhan Tanjung Balai karimun, Pelabuhan Parit Rempak. Kegiatan
peningkatan dan pengembangan belum dilakukan pada kedua
pelabuhan ini. Sedangkan Pelabuhan Malarko dan tanjung Tiram
masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai
program pengembangan dan peningkatan pelabuhan yang dilakukan
oleh Dinas Perhubungan pada Kabupaten Karimun dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Pelabuhan Tanjung Balai Karimun
Pelabuhan Parit Rempak
5 - 77
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Kondisi Lokasi Pembangunan Pelabuhan Malarko
Gambar 5.46 : Kondisi Eksisting Pelabuhan KSN Karimun
C. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Udara
Untuk transportasi udara di Kabupaten Karimun dilayani oleh Bandara
Sei Beti yang berada di Kecamatan Tebing yang mana fungsi bandara
ini adalah bandara pengumpul tersier. Kondisi bandara dalam
keadaan baik hanya saja kegiatan penerbangan di bandara ini belum
produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut.
Gambar 5. 47 : Kondisi Eksisting Bandara Sei Beti di KSN Karimun
5 - 78
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
D. Infrastruktur Jaringan Energi
Program pengembangan dan peningkatan jaringan energy di KSN
Karimun berupa pengembangan dan peningkatan pembangkit tenaga
listrik yang di kembangkan di daerah Kecamatan Meral dan Tebing,
pengembangan dan peningkatan SUTT yang menghubungkan tiap-
tiap Gardi Induk (GI) di Kabupaten Karimun dan peningkatan Gardu
Induk.
Untuk program pengembangan pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU
di Kecamatan Meral masih dalam tahap pembangunan sedangkan
PLTU yang berada di Kecamatan Tebing yaitu PLTU Tanjung Sebatak
telah beroperasi, untuk jaringan SUTT di Kabupaten Karimun belum
sepenuhnya terealisasi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi
jaringan listrik dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut.
Gambar 5.48 : Kondisi Eksisting Pembangkit Tenaga Listrik Karimun
E. Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi
Program pengembangan jaringan telekomunikasi di KSN Karimun
berupa pengembangan dan peningkatan jaringan terrestrial dan satelit
5 - 79
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
dan pengembangan dan penigkatan STO, untuk pengembangan dan
peningkatan STO direncanakan di daerah Kecamatan Karimun dan
Kecamatan Tebing yang mana program tersebut telah
terealisasikan/dilaksanakan, sedangkan program pengembangan dan
penigkatan jaringan terestrial dan satelit masih dalam tahap
perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting
jaringan STO yang ada di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada
Gamabar sebagai berikut.
Gambar 5.49 : Kondisi Eksisting STO di Kabupaten Karimun
F. Infrastruktur Jaringan Sumber Daya Air
Program pengembangan dan peningkatan sumber daya air di KSN
Karimun meliputi pengembangan dan penigkatan waduk Sungai
Gunung Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk Sei Bati dan Waduk
Sei Sentani.
Secara umum program pengembangan dan peningkatan waduk di
KSN Karimun belum berjalan, kondisi eksisting waduk rata-rata dalam
keadaan baik dan masih berbentuk waduk alami, untuk Waduk
Pongkar dan Waduk Sei Bati telah dibangun pintu air dan untuk
infrastruktur pengolahan air berada di Wadu Sei Bati.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting waduk dan
infrastruktur pengolahan air di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada
Gambar sebagai berikut.
5 - 80
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Waduk Sei Bati dan Instalasi Pengolahan Air Sei Bati
Waduk Pongkar
Waduk Sei Sentani
Gambar 5.50 : Kondisi Eksisting Sumber Daya Air Di Kab. Karimun
5 - 81
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Di Kabupaten Karimun terdapat tiga perusahaan air minum, yaitu Unit
Usaha Air Minum (UUAB) Tanjung Balai Karimun, UUAB Tanjung
Batu, dan UUAB Moro. Pada tahun 2012, jumlah air yang disalurkan
mencapai 1.353.943 m3
dengan nilai mencapai Rp. 4.535.578.700,-.
Jumlah pelanggan PDAM terbanyak adalah untuk non niaga yaitu
rumah tangga dan instansi pemerintah mencapai 69 persen dari total
pelanggan. Lebih jelas mengenai ketersediaan air minum di
Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12
Ketersediaan Air Minum di Kabupaten Karimun Tahun 2012
No
Nama Perusahaan Air
Minum
Jumlah Produksi yang
Disalurkan (m3)
Jumlah Pelanggan
1 UUAB Tg. Balai Karimun 1.109.634 4.315
2 UUAB Tg. Batu 104.483 594
3 UUAB Moro 139.826 588
Jumlah 1.353.943 5.497
Sumber: Karimun Dalam Angka, 2012
Penanganan potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Karimun,
belum dilaksanakan oleh BWSS dikarenakan cakupan wilayah
penanganannya belum
termasuk wilayah Karimun.
Untuk itu perlu dilakukan
pengembangan penanganan-
nya hingga wilayah Karimun.
Adapun potensi sumberdaya
air di wilayah Kabupaten
Karimun, dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
G. Infrastruktur Perkotaan
 Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah
Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di
Kabupaten karimun telah berjalan namun masih belum berjalan
Gambar 5.51
Penanganan SDA di Kab. Karimun
5 - 82
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
secara menyeluruh, untuk program pengembangan dan
peningkatan IPAL di Kabupaten Karimun masih belum dilakukan
karena masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.52 : Kondisi Eksisting Jaringan Drainase Kab. Karimun
 Sistem Persampahan
Tempat Pembuang Akhir (TPA) Kabupaten Karimun berada di
Kecamatan Meral tepatnya di Desa Pangke. TPA ini melayani
sampah yang di hasilkan oleh masyarakat yang berada di Pulau
Karimun, kondisi infrastruktu TPA cukup baik akan tetapi program
peningkatan dan pemantapan TPA seperti yang tertuang dalam
RTR KSN BBK untuk KSN Karimun belum terealisasikan.
Gambar 5.53 : Kondisi Eksisting TPA Kabupaten Karimun
5 - 83
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
5.3.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Karimun
Berdasarkan hasil survey terhadap realisasi pemanfaatan ruang di wilayah
KSN Karimun, diperoleh informasi-informasi sebagai berikut :
A. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman KSN Karimun saat ini tumbuh dan berkembang
mengikuti jaringan jalan (Linier) dan di bibir pantai. Untuk program
pemanfaatan pola ruang di Kabupaten Karimun yaitu pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan permukiman
kepadatan tinggi dan kepadatan sedang, akan tetapi sampai saat ini
program tersebut belum berjalan. Untuk mengenai kondisi eksisting
kawasan permukiman di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada
Gambar berikut ini.
Gambar 5.54 : Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kab. Karimun
B. Kawasan Industri
Kawasan Industri di Kabupaten Karimun berada di Kecamatan Meral
dan sebagian wailayah Kecamatan Tebing, saat ini sudah ada
5 - 84
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
beberaapa industri yang sudah beroperasi dikawasan tersebut,
program pengembangan dan peningkatan masih berjalan di
Kabupaten Karimun, hal ini di tandai dengan adanya pembangunan
industri yang sedang berlangsung/berjalan di kawasan tersebut.
Industri yang telah beroperasi di kawsan industri karimun diantaranya
PT Saipem Indonesia, PT Aquabis Riau, PT Kinaka Shipyard, PT
Karimun Marine Shipyard, dan industri galangan kapal. Untuk lebih
jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan industri di Kabupaten
Bintan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.55 : Kondisi Eksisting Kawasan Industri Kab. Karimun
C. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun
direncanakan di kembangkan di Kawasan CBD Tebing dan Kawasan
Perdagangan dan Jasa Malarko Barat yang mana ke 2 (dua) kawasan
tersebut belum dikembangkan, saat ini pusat perdagangan dan jasa di
Kabupaten Karimun tumbuh dan berkembang di sekitar kawsan
5 - 85
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
Pelabuhan Tanjung Balai karimun atau di Kecamatan Tanjung Balai
Karimun. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan
perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 5.56 : Kondisi Eksisting Kawasan Perdagangan dan Jasa
D. Kawasan Pariwisata.
Indikasi program utama yang tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Batam, Bintan dan Karimun dijelaskan bahwa untuk
kawasan pariwisata di KSN Karimun di kembangkan di Kawasan
Pariwisata Pantai Pongkar dan Pantai Pelalawan. Kondisi kawasan
wisata pantai Pongkor dalam keadaan baik akan tetapi
pengembangan dan peningkatan belum terealisasi pada ke 2 (dua)
kawasan tersebut, saat ini selain wisata bahari, Kabupaten Karimun
juga memiliki satu kawasan wisata alam yang berada di Kecamatan
Tebing tepatnya di Desa Pongkar, yaitu wisata air terjung. Pada
kawasan wisata ini telah dilengkapi fasilitas pusat penjualan oleh-oleh,
5 - 86
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
akan tetapi fasilitas tersebut tidak berfungsi dan kawasan wisata ini
juga terkesan kumuh karena tidak adanya perhatian dari pemerintah
Kabupaten Karimun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
berikut ini.
Pusat Penjualan Oleh-oleh Di Kawasan Wisata Air Terjun Akses Menuju Kawasan Wisata Air Terjun
Kawasan Wisata Air Terjun
Gambar 5.57 : Kondisi Eksisting Kawasan Pariwisata di Kab. Karimun
5.3.3. Realisasi Investasi di KSN Karimun
Realisasi investasi untuk Kabupaten Karimun pada 4 (empat) tahun
terakhir terus mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan, namun
5 - 87
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi
di Kabupaten Karimun memiliki potensi yang cukup baik. Jumlah investasi
Penanaman Modal Asing di Kabupaten Karimun pada Tahun 2009
sebesar ± Rp. 3,8 Trilyun sampai tahun 2012 terus mengalami
peningkatan mencapai jumlah ± Rp. 5,2 Trilyun. Sama halnya untuk
Penanaman Modal Dalam Negeri, juga mengalami peningkatan investasi
setiap tahunnya, pada tahun 2009 investasi PMDN sebesar ± Rp. 500
Milyar sampai dengan tahun 2012 investasi mencapai angka ± Rp. 3
Trilyun.
Jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karimun dihitung
berdasarkan masing-masing perusahaan yang berinvestasi di Kabupaten
Karimun, jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar berada di PT. SAIPEM
INDONESIA dengan jumlah tenaga kerja mencapai 5000 (lima ribu) jiwa,
sedangkan penyerapan tenaga kerja terendah berada di PT. SARANA
RUSEL VICTORY sebanyak 2 (dua) jiwa.
Secara lebih jelas mengenai realisasi investasi di Kabupaten Karimun
disajikan pada tabe di bawah ini:
Tabel 5.13
Realisasi Investasi Kabupaten Karimun Tahun 2009 – 2012
No Tahun Status Jumlah Investasi (Rp) Keterangan
1 2009
PMA 3.887.500.000.000 -
PMDN 545.542.482.189 -
2 2010
PMA 3.932.500.000.000 Naik
PMDN 2.473.092.482.189 Naik
3 2011
PMA 3.970.216.000.000 Naik
PMDN 2.904.082.000.000 Naik
4 2012
PMA 5.291.984.133.537 Naik
PMDN 3.004.092.000.000 Naik
Sumber: Badan Pengusahaan Kab. Karimun, 2013
5 - 88
Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

More Related Content

Similar to Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

Sistem jaringan prasarana utama
Sistem jaringan prasarana utamaSistem jaringan prasarana utama
Sistem jaringan prasarana utama
Ary Ajo
 
Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014
Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014
Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014
wahyu kurniawan
 
Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014
Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014
Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014
BungJon
 
1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf
1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf
1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf
SlametRaharjo42
 
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
Tito Mizteriuz
 
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
Roni Tresna Nugraha
 

Similar to Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final) (20)

1.0. pednis pengembangan jaringan
1.0. pednis pengembangan jaringan1.0. pednis pengembangan jaringan
1.0. pednis pengembangan jaringan
 
Sistem jaringan prasarana utama
Sistem jaringan prasarana utamaSistem jaringan prasarana utama
Sistem jaringan prasarana utama
 
Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014
Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014
Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi 2014
 
lampiran iv rencana infraswil
lampiran iv rencana infraswillampiran iv rencana infraswil
lampiran iv rencana infraswil
 
lampiran vii KLHS KABUPATEN TUBAN
lampiran vii KLHS KABUPATEN TUBANlampiran vii KLHS KABUPATEN TUBAN
lampiran vii KLHS KABUPATEN TUBAN
 
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUANBAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
 
03. bab 1. pendahuluan
03. bab 1. pendahuluan03. bab 1. pendahuluan
03. bab 1. pendahuluan
 
Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014
Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014
Pedoman teknis-pengembangan-jaringan-irigasi-2014
 
Profil Kegiatan 2021_Air Minum (edit).pptx
Profil Kegiatan 2021_Air Minum (edit).pptxProfil Kegiatan 2021_Air Minum (edit).pptx
Profil Kegiatan 2021_Air Minum (edit).pptx
 
1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf
1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf
1. Perencanaan UPI dalam PPSI - Bappenas.pdf
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok
 
KAK-P-06-Detail-Desain-DI-Kragilan.pdf
KAK-P-06-Detail-Desain-DI-Kragilan.pdfKAK-P-06-Detail-Desain-DI-Kragilan.pdf
KAK-P-06-Detail-Desain-DI-Kragilan.pdf
 
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
 
Pelindo i
Pelindo iPelindo i
Pelindo i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IVPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
 
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Bidang Air Minum, Cipta Karya
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Bidang Air Minum, Cipta KaryaPedoman Penyusunan Memorandum Program Bidang Air Minum, Cipta Karya
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Bidang Air Minum, Cipta Karya
 
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdfPPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
 
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
 

More from ergi bari (9)

Kerangka acuan kerja_kak_pekerjaan_peren
Kerangka acuan kerja_kak_pekerjaan_perenKerangka acuan kerja_kak_pekerjaan_peren
Kerangka acuan kerja_kak_pekerjaan_peren
 
Justifikasi teknik i._latar_belakang_jus
Justifikasi teknik i._latar_belakang_jusJustifikasi teknik i._latar_belakang_jus
Justifikasi teknik i._latar_belakang_jus
 
Kuesioner opd bangka
Kuesioner opd bangkaKuesioner opd bangka
Kuesioner opd bangka
 
Laporan bandara hang nadim batam ergi
Laporan bandara hang nadim batam ergiLaporan bandara hang nadim batam ergi
Laporan bandara hang nadim batam ergi
 
23
2323
23
 
Buku i rpjmn 2015 2019
Buku i rpjmn 2015 2019Buku i rpjmn 2015 2019
Buku i rpjmn 2015 2019
 
Paparan mengenai perencanaan_pembangunan
Paparan mengenai perencanaan_pembangunanPaparan mengenai perencanaan_pembangunan
Paparan mengenai perencanaan_pembangunan
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
 
Pendanaan jalan
Pendanaan jalanPendanaan jalan
Pendanaan jalan
 

Recently uploaded

PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 

Recently uploaded (20)

LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis JurnalLidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
 
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJARAKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

  • 1. 5 - 1 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan data secara sistematis berdasarkan indikator untuk memberikan informasi pada manajemen dan stakeholder yang berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang diraih setelah menggunakan dana yang telah dialokasikan. 5.1. Monitoring P2KSN Batam 5.1.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur Program-program infrastruktur yang akan di monitoring dan evaluasi adalah program yang ada dalam RTR KSN BBK yang sedang berjalan ataupun yang sudah selesai pada tahun anggaran 2013. Program yang menjadi prioritas utama (Tahap I) pada KSN Batam dalam pembangunan
  • 2. 5 - 2 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur infrastruktur ke PU an, yaitu Sistem Transportasi Darat, Sistem Transportasi Udara, Sistem Transportasi Laut, Sistem Jaringan Telekomunikasi, Sistem Jaringan Energi dan Sistem Jaringan SDA. Untuk sistem transportasi darat yang menjadi prioritas saat ini adalah pengembangan jaringan jalan arteri primer , jaringan jalan kolektor primer 1, pengembangan jaringan jalan bebas hambatan, pengembangan jembatan Bintan-Batam, pengembangan terminal bus di Telaga Punggur, pengembangan kualitas prasarana perkeretaapian, pengembangan pelabuhan penyeberangan di Batu Ampar, Batam Center, Sekupang, Teluk Senimba dan Nongsapura. Untuk sistem transportasi laut, program yang menjadi prioritas Monev di tahun 2013 adalah pengembangan pelabuhan di Batu Ampar, Sekupang, Kabil dan Nongsa. Untuk sistem transportasi udara adalah pengembangan bandara Hang Nadim. Untuk sistem telekomunikasi adalah pengembangan sistem telekomunikasi, baik itu sistem jaringan tetap melalui sentral telekomunikasi maupun sistem jaringan bergerak terestrial, selular dan satelit. Perwujudan program sistem jaringan sumber daya air lebih dititik beratkan kepada program pengembangan sistem jaringan sungai, zona danau/waduk dan prasarana sumber daya air meliputi sistem pengendalian banjir berupa waduk dan sistem pengamanan pantai pada pantai yang rawan abrasi, sedangkan program prioritas perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan adalah pengembangan jaringan air minum perpipaan, pengembangan dan peningkatan unit air baku, pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase, pengembangan jaringan air limbah dan limbah B3 dan sistem pengolahan persampahan. Untuk dapat memantau kemajuan untuk kemudian mengevaluasi program-program diatas, maka perlu diketahui kondisi eksisting dari infrastruktur tersebut. Kondisi eksisting infrastruktur yang termasuk dalam program RTR KSN Batam dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang disajikan pada halaman berikut.
  • 3. 5 - 3 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Tabel 5. 1 : Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Batam, 2013 Indikasi Program Utama Kondisi Eksisting Keterangan A.PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT I.1 JARINGAN JALAN Pengembangan jaringan jalan arteri primer Kondisi jaringan jalan Arteri Primer di Kota Batam dalam kondisi bagus dan terawat, jalan arteri primer di Kota Batam memiliki 2 jalur dengan masing-masing jalur memiliki lebar ± 8M. Masing-masing jalur di pisahkan oleh RTH jalan dengan lebar RTH 2-4 M. Program pengembangan dan peningkatan jaringan jalan untuk tahap 1 di targetkan selesai di tahun 2014. Peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan dilakukan dengan cara mengaspalan ulang dan penambalan jalan yang rusak. Pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1 Kondisi jaringan jalan kolektor primer di Kota Batam sebagian besar dalam kondisi baik, lebar jalan ± 8M Pengembangan dan Peningkatan jaringan jalan bebas hambatan Jaringan yang ada saat ini sudah cukup baik, butuh pemeliharaan dan peninggkatan Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan Kondisi infrastruktur terminal barang di Batu Ampar, Kabil, Nongsa dan Sekupang dalam kondisi cukup baik. Terminal penumpang tipe A yang di rencanakan pembangunannya di Kecamatan Nongsa belum terealisasi. Lajur, jalur ataupun jalan untuk angkutan massal masih menggunakan jaringan jalan yang ada. I.2 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN Pengembangan, peningkatan dan pemantapan pelabuhan penyeberangan Kondisi pelabuhan penyeberangan lintas provinsi ataupun internasional dan penyeberangan lintas antar kabupaten di Kota Batam dalam kondisi baik. dibeberapa lokasi di Kota Batam dalam keadaaan cukup baik, dari Kondisi pelabuhan lintas antar kabupaten beberapa pelabuhan yang tersedia masih ada pelabuhan yang tidak memiliki lahan parkir untuk pengunjung pelabuhan 1.3 PRASARANA PERKERETAAPIAN Pengembangan dan peningkatan sisten jaringan perkeretaapian perkotaan Untuk sarana dan prasarana di Kota Batam belum tersedia II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT II.1 PELABUHAN UMUM Pengembangan dan peningkatan pelabuhan Batam Kondisi terminal Batu Ampar, Terminal Kabil, Terminal Nongsa dan Terminal Sekupang dalam keadaan cukup baik. Pelabuhan Batu Ampar saat ini penambahan/pembangunan terminal kenerangkatan untuk pelabuhan penumpang. II.2 ALUR PELAYARAN Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran Alur pelayaran dari dan menuju Kota Batam dapat dilihat pada gambar (peta) yang mana alur pelayaran dari dan menuju Kota Batam masih menggunakan alur pelayaran yang telah ada. Alur pelayaran masih menggunakan alur pelayaran yang telah ada. III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA BANDAR UDARA PUSAT PENYEBARAN SKALA PRIMER Pengembangan dan Pemantapan Bandara Pengumpul Dengan Skala Pelayanan Primer Kondisi Bandara Hang Nadim yang berada di Kota Batam dalam kondisi baik, pemeliharaan infrastruktur, sarana dan prasarana masih dilakukan oleh pihak penanggung jawab/pihak pengelola bandara. IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
  • 4. 5 - 4 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Indikasi Program Utama Kondisi Eksisting Keterangan IV.1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi Pengembangan dan Peningkatan  Fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi terdiri atas Depo Pertamina Kabil, Depo Pertamina Batu Ampar serta Depo dan refinery Janda Berias dalam kondisi baik. IV.2 PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Pengembangan dan penigkatan pembangkit tenaga listrik  Untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Batam, saat ini telah tersedia PLTU Tanjung Kasem, PLTG Panaran I yang mana kondisi ke 2 pembangkit listrik tersebut dalam keadaaan baik PLTG Tanjung Uncang dan Panaran II dalam tahap pembangunan dan PLTU Sembulang, PLTU Pulau Galang Baru masih dalam tahap perencanaan. IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi)  Jaringan listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) untuk Pulau Batam telah tersedia yang mana jaringan terssebut terhubung dengan GI yang ada di Kota Batam, untuk Pulau Galang dan Pulau Galang Baru, SUTT belum ada, masyarakat yang berada di ke 2 pulau tersebut masih menggunakan genset milik pribadi sebagai pembangkit listrik. Pengembangan kabel melalui jembatan penghubung Kota Batam – Kabupaten Bintan dari GI Tanjung Uban Menuju ke GI Batu Besar belum terealisasi IV.4 Gardu Induk Pengembangan dan penigkatan GI  GI Batu Besar dan GI Sei Baloi dalam keadaan baik V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI V.1 Jaringan Terestrial dan Satelit V.2 Sentra Telepon Otomat (STO) Pengembangan dan penigkatan STO  Sentraln telepon otomat di Kota Batam telah tersedia. kawasan-kawasan yang direncakan untuk pembangunan STO pada tahun 2013 telah terealisasikan/terlaksanakan. VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR VI.1 Sistem Jaringan Sungai Pengembangan dan peningkatan sungai Sungai yang berada di Pulau Batam Kota Batam terawat dan kondisinya cukup baik, akan tetapi untuk sungai yang berada di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru belum ada peningkatan ataupun pemeliharaan. VI.2 Waduk Pengembangan dan peningkatan waduk Meliputi waduk Sei Harapan, Waduk Sei Ladi, waduk Nongsa, Waduk Muka kuning, Waduk Duriangkang dalam keadaan baik dan terawat. Waduk Sei Tembesi Baru saat ini dalam tahap pembangunan tanggul pembatas antara waduk dan laut, untuk Waduk Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia, Waduk Sungai Galang, dan Waduk Sungai Gong belum ada peningkatan ataupun pemeliharaan. VI.3 Prasarana Sumber Daya Air Pengembangan dan peningkatan  Sistem pengendalian air berupa waduk di Waduk Sei Harapan di Sungai Harapan, Waduk Sei Ladi di Sungai Ladi, Waduk Nongsa di Sungai Nongsa, Waduk Muka Kuning di Sungai Muka Kuning, Waduk Duriangkang di Sungai Duriangkang, Sungai Beduk, Sungai Tongkong, Sungai Ngeden dan Sungai Pacur, dalam keadaan baik. Waduk  Untuk Waduk Sungai Rampang di Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia di Sungai Cia, Waduk Sungai Galang di Sungai Langkai, Sungai Bengkong, sungai Rempang dan Sungai Galang serta Waduk Sungai Gong di Sungai Gong
  • 5. 5 - 5 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Indikasi Program Utama Kondisi Eksisting Keterangan durinagkan merupakan waduk terbesar di Kota Batam.  Sistem pengaman pantai pada pantai yang rawan abrasi belum ada peningkatan maupun pemeliharaan.  Pembangunan tanggul Waduk sei Tembesi di Sungai Tembesi. VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN VII.1 Unit Air Baku Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan  Jaringan perpipaan unit air baku eksisting saat ini dipasok dari waduk Sie Harapan, Waduk Sei Ladi, Waduk Nongsa, Waduk Muka Kuning, Waduk Duriangkang. Untuk jaringan perpipaan yang menghubungkan Waduk Sei Tembesi Baru, Waduk Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia, Waduk Sungai Galang dan Waduk Sungai Gong belum terealisasikan. VII.2 Unit Produksi (UP) Air Minum Pengembangan dan penigkatan Unit Produksi  Unitp Produksi Air Minum Kota Batam terdiri dari Unit Produksi (UP) Air Minum Sei Harapan, UP Air Minum Muka Kuning, UP Air Minum Duriangkang, UP Air Minum Nongsa, UP Air Minum Sei Ladi, UP Air Minum Baloi yang mana kondisi UP terawat dengan baik, peningkatan dan pemeliharaan masih dilakukan oleh pihak pengembang.  Rencana pembangunan UP Air Minum Tembesi, UP Air Minum Sei Rempang, UP Air Minum Sei Cia, UP Air Minum Sei Gong dan UP Air Minum Sie Galang pada tahun 2013 belum terealisasikan. Penyaluran air minum di Kota Batam dibagi kedalam bebrapa tempat penyaluran sesuai fungsinya, antara lain penyaluran air minum ke daerah Non Niaga seperti rumah tempat tinggal dan instansi pemerintahan, industri, badan sosial, rumah sakitdan tempat peribadatan, niaga termasuk hotel, serta pelabuhan VII.3 Sistem Jaringan Drainase Pengembagan dan peningkatan sistem jaringan drainase primer  Kondisi Drainase Kota Batam cukup baik, pada daerah tertentu masih terdapat jaringan drainase yang terputus ataupun jaringan drainase yang tertimbun oleh tanah yang menyebapkan aliran air pada drainase menjadi tidak lancar. Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di Kota Batam telah berjalan sekitar 30% VII.4 Sistem Jaringan Air limbah Pengembangan dan peningkatan IPAL  Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk Kota Batam di rencanakan akan di bagun sebanyak 11 Unit, akan tetapi untuk saat ini Kota Batam hanya memiliki 1 unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yaitu IPAL Batam Center. Pengembangan dan peningkatan instalasi pelolahan limbah B3 di Kabil  Instalasi pengolahan limbah B3 yang berada pada kawasan industri Kabil, peningkatan dan pemeliharaan di kawasan pengelolaan limbah B3 masih berjalan. VII.5 Sistem Pengolahan Persampahan Pengembangan dan peningkatan TPA  Kondisi TPA Telaga Punggur cukup baik, untuk perencanaan TPA baru di Pulau Galang hingga tahun 2013 belum terealisasikan Tempat pembuangan akhir di Kota Batam yaitu TPA Telaga Punggur, luas TPA Telaga Punggur yaitu 48 Ha. Rata- rrata sampah yang masuk TPA setiap harinya mencapai 700 Ton/hari, jumlah tersebut merupakan jumlah yang cukup besar, sehingga jika tidak ada pengembangn atau peningkatan TPAA tersebut, maka kapasitas daya tampung yang direncanakan sampai 10 tahun tidak akan tercapai. Sumber : Hasil Monitoring Lapangan, Tahun 2013
  • 6. 5 - 6 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat Kondisi jaringan jalan di kota Batam secara umum dalam kondisi baik. Adapun jaringan jalan yang telah mengalami perkembangan dan peningkatan adalah jaringan Jalan Simpang Franky. Sedangkan jaringan jalan lainnya masih belum ada kegiatan pengembangan dan peningkatan misal Simpang Kabil – Simpang Punggur – Bandar Udara Hang Nadim – Batu Besar- Nongsa, Jalan Simpang Kabil – Simpang Jam – Sei Harapan – Terminal Sekupang di Pelabuhan Batam, Jalan Tembesi – Batu Aji – Tanjung Ucang, Jalan Simpang Jam – Terminal Batu Ampar, serta Jaringan-jaringan jalan kolektor primer yang terdapat di Kota Batam. Adapun pengembangan dan peningkatan ruas jalan yang masih dalam tahap perencanaan adalah rencana jalan bebas hambatan yang meliputi simpang tiga bundaran kabil – Pulau Tanjung Sauh – Pulau Bintan. Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kota Batam dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini. Gambar 5.1 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Jaringan Jalan Arteri Primer
  • 7. 5 - 7 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.2 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Jaringan Jalan Kolektor Primer Gambar 5.3 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Jaringan Jalan Bebas Hambatan Non Tol Gambar 5.4 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastriktur Angkutan Massal
  • 8. 5 - 8 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Walaupun belum dilakukannya kegiatan pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan seperti yang terdapat pada terminal penumpang tipe A Telaga Punggur, Terminal Barang Kabil, dan Terminal Barang Nongsa. Namun sudah direncanakan pembangunan Fly over Simpang Kabil dan Fly Over Simpang Jam dengan panjang jembatan yaitu 630 m dan lebar 9 m untuk rencana Fly Over SP.Kabil, penghubung antara Kawasan Industri Kabil-Bandara Hang Nadim dengan Nagoya. Sedangkan untuk rencana Fly Over SP.Jam adalah panjang jembatan yaitu 475 m dan lebar 9 m, penghubung antara Kawasan industri Kabil – Bandara Hang Nadim dengan Nagoya dan Pelabuhan Internasional Sekupang. Lokasi Fly Over dapat dilihat pada Gambar 5.5. Gambar 5.5 Rencana Fly Over Sp.Kabil dan Fly Over Sp.Jam Dalam kebijakan pengembangan infrastruktur jaringan transportasi darat di Kota Batam, terdapat ruas jalan nasional pendukung kawasan BBK di Kota Batam yang disajikan pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.6.
  • 9. 5 - 9 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Tabel 5.2 Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK di Kota Batam No. Ruas Nama Ruas Panjang(Km) Kawasan BBK 008 - A Jl. A. Yani (Batam Centre - Simp. Franky) 1,68 Pel. Batam Center , Daerah Perkantoran Batam Centre, Kw.Industri Muka Kuning & Kw.Industri Panbil Jl. A. Yani (Simp. Frangky - Sp. Kabil) 1,97 Jl. A. Yani (Sp. Kabil - Muka Kuning) 3,89 Jl. Letjen Suprapto (Muka Kuning - Tembesi) 5,00 Tembesi - Tanjung Berikat 7,92 008-K Tanjung Berikat - Simp. Sembulang 26,28 Pantai Melur, Perkampungan VietnamSimp. Sembulang - Pel. Galang 30,35 009 Jl. Jend. Sudirman (Sp. Kabil - Sp. Jam) 3,42 Perkantoran Pemko Batam, Pel.Sekupang & Kw.Industri Sekupang Jl. Gajah Mada (Simp. Jam - Sei Harapan) 8,96 Jl. Re Martadinata (Sei Harapan - Sekupang) 4,29 010 Jl. Jend. Sudirman (Simp. Kabil - Simp. Punggur) 6,55 Kw. Wisata Nongsa, Bandara Hang Nadim, Pel. International Nongsa Jl. Hang Tuah (Simp. Punggur - Batu Besar) 11,77 Jl. Hang Jebat, Jl Hang Lekiu (Batu Besar - Nongsa) 10,77 011 Jl. Hasanuddin (Sp. Punggur - Telaga Punggur) 10,01 Pel. Domestik Punggur, dan Pel. Kabil Kw.Industri Punggur dan Kw. Industri Kabil 012 Jl. Letjen Suprapto (Tembesi - Batu Aji) 5,90 Kawasan Industri Tanjung Uncang Jl. Brigjen Katamso (Batu Aji - Tanjung Uncang) 9,40 Usulan Jl. Yos Sudarso (Simp. Jam - Pelabuhan Batu Ampar) 6,50 Kw.Industri & Pel.Batu Ampar Jl. Diponegoro (Simp. Sei Harapan - Simp. Base Camp Batu Aji) 8,00 Waterfront Marina City Jl. Duyung (Pelabuhan Batu Ampar - Simp. Baloi Centre) 3,90 Kw.Industri & Pel.Batu Ampar Baloi Centre - Simp. Sei Ladi (Uib) 1,60 Kw. Perdagangan dan Jasa Simp. Jam - Batam Centre (Masjid Agung) 3,00 Kw. Perdagangan dan Jasa Jl. Hang Kesturi (Simp. Tiga Batu Besar - Simp. Industri Taiwan) 8,50 Kw. Industri Taiwan & Pel. Punggur Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2013
  • 10. 5 - 10 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 11. 5 - 11 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur B. Infrastruktur Jaringan Transportasi Laut Secara umum program pengembangan dan peningkatan pelabuhan di Kota Batam belum terealisasi sepenuhnya dilakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai program yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.7. Gambar: 5.7. Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Pelabuhan
  • 12. 5 - 12 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur C. Infrastruktur Transportasi Udara Bandar Udara Internasional Hang Nadim adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di kelurahan Batu Besar, kecamatan Nongsa, kota Batam, provinsi Kepulauan Riau. Bandar udara ini mendapatkan nama dari Laksamana Hang Nadim yang termahsyur dari Kesultanan Malaka. Bandara ini memiliki landas pacu sepanjang 4.025 meter yang menjadikan bandara ini sebagai pemilik landas pacu terpanjang di Indonesia. Dengan kondisinya saat ini, Bandara Hang Nadim dapat menampung 18-pesawat berbadan lebar dengan jenis Boeing 767. Penyebrangan feri telah menjadi metode transportasi utama untuk bepergian ke pulau-pulau seberang, termasuk Singapura. Namun, lama kelamaan, penyeberangan menggunakan feri mulai tidak efektif, sehingga dibangunlah Bandara Hang Nadim. Bandara ini terbukti cukup efektif dan awalnya dikembangkan sebagai alternatif Bandara Internasional Changi yang diletak dari Singapura karena bandara ini memiliki landas pacu yang cukup panjang untuk menampung pesawat-pesawat jenis Boeing 747. Namun, bandara ini juga mendapatkan persaingan yang cukup ketat dari bandara-bandara lain di Wilayah Pertumbuhan Segitiga Sijori seperti: Bandar Udara Internasional Senai yang diletak dari Johor Bahru (ibu kotanegara bagian Johor) dari negara Malaysia & Bandar Udara Internasional Changi yang diletak dari Singapura. Menurut sejarah perkembangannya, pada era tahun 1980-1985 untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan runway (Landasan Pacu) sepanjang 4.024 meter. Pada tahun 1985-1990 bandara Hang Nadim menjadi bandara nasional yang melayani penerbangan domestik kemudian pada tahun 1990-sekarang status bandara Hang Namin berubah menjadi Bandara Internasional. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting Bandara Hang Nadim saat ini dapat dilihat pada Gambar 5.8 sebagai berikut.
  • 13. 5 - 13 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar : 5.8 Kondisi Bandara Hang Nadim Kota Batam D. Infrastruktur Jaringan Energi Sampai dengan triwulan I tahun 2008 perusahaan memiliki pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 111,3 MW yang berasal dari 9 PLTD dengan 19 mesin dengan daya mampu netto (DMN) sebesar 73,6 MW. Perusahaan juga melakukan kerja sama dalam bentuk sewa genset dengan kapasitas terpasang 192 MW dengan DMN 175,8 MW, sehingga pembangkit yang dikelola perusahaan sampai dengan triwulan I tahun 2008 memiliki DMN sistem mencapai 249,4 MW , dari daya terpasang keseluruhan sebesar 303,4 MW. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting sarana dan prasaran pembangkit dan jaringan listrik di Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.9 sebagai berikut:
  • 14. 5 - 14 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar : 5.9 Kondisi Eksisting Pembangkit dan Jaringan Listrik Untuk proyek pembangunan jaringan interkoneksi Batam-Bintan diperkirakan selesai pada pertengahan tahun 2014. Sehinga pada pertengahan tahun itu, Bintan telah mendapat suplai listrik dari Batam untuk memenuhi kebutuhan listriknya.
  • 15. 5 - 15 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Saat ini PLTU Tanjung Kasam 2 x 55 MW telah beroperasi. Dengan beroperasinya PLTU Tanjung Kasam tersebut, maka daya di Batam bertambah dan sistem kelistrikan Batam menjadi lebih andal. Untuk memaksimalkan daya yang dihasilkan pembangkit tersebut, maka kelebihan daya di Batam akan disalurkan ke pulau sekitar seperti Pulau Bintan dan Belakang Padang. Selain pembangkit listrik, program peningkatan dan pemantapan infrastruktur sumber daya energi adalah peningkatan pemantapan depo berupa depo penyimpanan minyak bumi. untuk saat ini depo penyimpanan minyak di Kota Batam berada di Kawasan Industri Kabil, depo batu ampar dan depo janda berias. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar : 5.10 Kondisi Eksisting Depo Penyimpanan Minyak Bumi
  • 16. 5 - 16 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur E. Infrastruktur Telekomunikasi Jaringan telekomunikasi adalah segenap perangkat telekomunikasi yang dapat menghubungkan pemakainya (umumnya manusia) dengan pemakai lainnya, sehingga kedua pemakai tersebut dapat saling bertukar informasi (dengan cara bicara, menulis, menggambar atau mengetik) pada saat itu juga. Perkembangan infrastruktur telekomunikasi di Kota Batam berupa pembangunan menara telekomunikasi (STO), perkembangan pembangunan STO di Kota Batam berkembang dengan cepat, saat ini hampir seluruh wilayah Kota Batam telah terlayani oleh jaringan telekomunikasi, terkait dengan program RTR KSN Batam, untuk program pengembangan dan peningkatan STO di Kota Batam telah terealisasikan pada kawsan yang direncanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.11 dan 5.12 sebagai berikut: Gambar : 5.11. Kondisi Eksisting Jaringan Telekomunikasi
  • 17. 5 - 17 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 18. 5 - 18 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur F. Infrastruktur Sumber Daya Air Sistem jaringan air minum di KSN BBK dapat ditinjau dari program- program penanganan dan pengembangan jaringan air minum berupa pengembangan dan peningkatan waduk, sumber air baku, dan pelayanan PDAM. Kebutuhan air bersih di Kota Batam, umumnya disuplai dan berasal dari air waduk besar yang terletak di Pulau Batam dan Pulau Rempang yaitu waduk Sie Harapan, Waduk Sei Ladi, Waduk Nongsa, Waduk Muka Kuning, Waduk Duriangkang. Penyediaan air minum di Kota Batam dilaksanakan oleh PT. Aditya Tirta (ATB) Batam yang mengelola enam (6) buah waduk yang terdapat di Pulau Batam. Selain itu, untuk kebutuhan air di wilayah Hinterland, juga terdapat empat (4) buah waduk yang relatif kecil yang dikelola oleh UPT Air Bersih. Keempat waduk tersebut adalah waduk Sekanak I & II, waduk Pulau Pemping, dan waduk Pulau Bulang dengan total volume air 758,000 M3. Kesemua waduk tersebut cukup untuk konsumsi pabrik, hotel, dan perumahan yang ada di Kota Batam. Gambar 5.13 : Penanganan SDA di Kota Batam
  • 19. 5 - 19 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Untuk waduk muka kuning, waduk duriangkang, dan waduk sungai nongsa sampai kegiatan monev ini dilaksanakan belum dilakukan program kegiatan pengembangan dan peningkatan waduk. Sedangkan waduk sei harapan, waduk sei ladi, waduk sei tembesi baru, waduk sungai rempang, waduk sungai cia, waduk sungai galang, dan waduk sungai gong masih dalam perencanaan Termasuk di dalamnya pengembangan dan peningkatan UP air minum yang belum dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan dan peningkatan sungai, waduk dan UP Air Minum di Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.14 dan Gambar 5.15. Gambar : 5.14. Kondisi Eksisting Sumberdaya Air di Kota Batam G. Infrastruktur Sarana dan Prasaran Perkotaan a. Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
  • 20. 5 - 20 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 21. 5 - 21 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Di Kota Batam terdapat 2 (dua) jenis drainase, yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup, rata-rata lebar drainase yang berada di jalan utama Kota Batam berkisar antara 1m – 2m dengan kedalaman 0,5m – 1m. Permasalahan yang ditemukan saat melakukan survei yaitu masih terdapat di beberapa titik jaringan drainase yang terputus, baik itu karena infrastruktur yang buruk maupun karena pendangkalan karena sampah dan tanah yang longsor ke arah drainase dan lain sebagainya. Hal ini tentunya akan mengganggu aliran air limbah rumah tangga yang mengalir pada drainase. Khusus untuk Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan di saluran air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau septic tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima melalui saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin. Untuk mengolah air limbah tersebut dibutuhkan suatu sistem pembuangan air. Sistem pembuangan air adalah infrastruktur fisik yang mencakup pipa, pompa, penyaring, kanal, dan sebagainya yang digunakan untuk mengalirkan air limbah dari tempatnya
  • 22. 5 - 22 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur dihasilkan ke titik di mana ia akan diolah atau dibuang. Sistem pembuangan air ditemukan di berbagai tipe pengolahan air limbah, kecuali septic tank yang mengolah air limbah di tempat. Sedangkan yang dimaksud dengan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL mencakup:  Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.  Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah rumah tangga lainnya.  Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitaspertambangan. Untuk pembangunan IPAL saat ini sedang dilaksanakan di Kota Batam (bantuan luar negeri dari Pemerintah Korea) dengan total biaya diperkirakan sebesar Rp. 511,5 Milyar. Adapun lokasi WTTP dapat dilihat pada gambar berikut. Sedangkan untuk mengolah limbah B3, pemerintah Kota Batam telah memiliki instalasi pengolahan limbah B3 di Kawasan Perindustrian Kabil, kondisi instalasi pengolahan limbah B3 dalam
  • 23. 5 - 23 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur keadaan baik. Fasilitas pengolahan limbah B3 di Kota Batam yaitu: Incinerator, Destilasi, Waste Water Treatment Plant, Metal Recovery, Cooper Slag dan Karbid, Oil and Sludge Treatment, Daur Ulang Limbah Cair dan Pengolahan Plastik, sedangkan untuk fasilitas TDLI B3 berupa gudang tertutup seluas 390 m2 sebanyak 2 unit dan gudang terbuka seluas 840 m2 . Luas total kawasan pengolahan limbah industri (KPLI-B3) adalah 19,7 Ha dimana dalam pengembangannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, pada pengembangan tahap 1 dilakukan pengembangan seluas 9,7 ha dan pada tahap ke 2 (dua) dilakukan pengembangan seluas 10 ha. Untuk fasilitas jaringan pipa dan manhole terdiri dari jaringan pipa 200mm s/d 800mm dengan panjang 11.833 m, rumah pompa dan lift pump sebanyak 5 unit dan manhole 73 buah. Untuk lebih jelasnya terkait kondisi eksisting drainase dan instalasi pengolahan air limbah di Kota Batam dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar : 5.16. Kondisi Eksisting Sistem Drainase, IPAL dan Kawasan Pengolahan Limbah B3 Kota Batam
  • 24. 5 - 24 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur b. Sistem Persampahan Tempat pembuangan akhir di Kota Batam yaitu TPA Telaga Punggur, luas TPA Telaga Punggur yaitu 48 Ha. Rata-rrata sampah yang masuk TPA setiap harinya mencapai 700 Ton/hari, jumlah tersebut merupakan jumlah yang cukup besar, sehingga jika ditak ada pengembangn atau peningkatan TPAA tersebut, maka kapasitas daya tampung yang direncanakan sampai 10 tahun tidak akan tercapai. Kondisi sampah di TPA Telaga Punggur yang semakin meningkat menuntut untuk segera dilakukannya kegiatan pengembangan dan peningkatan TPA baru di Pulau Galang dalam Rencana Tata Riuang KSN BBK TPA Pulau Galang direncanakan selesai di akhir tahun 2019. Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan dan peningkatan TPA Tegal Punggur dan TPA Pulau Galang di Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.17 Gambar : 5.17. Kondisi Eksisting TPA Telaga Punggur Kota Batam Secara keseluruhan rencana dan realisasi penyediaan infrastruktur bidang Cipta Karya di wilayah Kota Batam dapat dilihat pada gambar berikut.
  • 25. 5 - 25 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 26. 5 - 26 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur 5.1.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Batam Berkembangnya kegiatan perekonomian di wilayah KSN Batam telah berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang wilayah ini. Adapun realisasi pemanfaatan ruang di Kota Batam, diuraikan sebagai berikut :  Kawasan Permukiman. Di kota Batam terdapat kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Saat ini kegiatan peningkatan dan pengembangan kawasan permukiman baik itu permukiman dengan kepadatantinggi, sedang danrendah masih terus berjalan. Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi dan kepadatan sedang dan kepadatan rendah dapat dilihat pada Gambar 5.19. Gambar 5.19 : Kawasan Permukiman Kota Batam
  • 27. 5 - 27 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur  Kawasan Industri. Batam Dikenal sebagai Pulau Industri, pulau yang berbentuk kalajengking ini diibaratkan Singapura yang kedua di indonesia. Menurut sejarah perkembangan kawasan industri di Kota Batam, pada awal 1990, Kota Batam menjadi pusat industri elektronik dengan berdirinya Kawasan Industri Batamindo disusul dengan kawasan lain yang konsen pada elektronik. Kemudian secara perlahan industri di Kota Batam bergeser ke galangan kapal dan penunjang perminyakan lepas pantai, Saat ini industri galangan kapal menjadi yang terbesar di Indonesia mengalahkan kawasan Surabaya Jawa Timur. Jumlah galangan kapal di Batam lebih dari 100 perusahaan dan terus bertambah. Lebih dari 100 perusahaan yang menyampaikan keinginan berinvestasi di Batam, rata-rata bergerak dalam sektor perkapalan. Untuk kedepannya BP Batam mengalokasikan lahan 150 hektar di Kawasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam khusus untuk pembangunan MRO (Maintenance Repair And Overhaul) atau yang dikenal dengan sebutan industri perawatan dan perbaikan pesawat. Untuk saat ini pemanfaatan ruang kawasan industri Kota Batam masih terpusat di Pulau Batam dimana kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan industri masih dalam tahap pengembangan adapun kawasan industri yang masih dalam tahap proses pengembangan adalah Kawasan Industri Kabil dan Lubuk Baja . Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan peruntukan industri padat modal dan industri padat teknologi dapat dilihat pada Gambar 5.20.  Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran) dan menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.
  • 28. 5 - 28 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.20 : Kawasan Industri Kota Batam
  • 29. 5 - 29 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Batam terus mengalami peningkatan dan perkembangan. Seperti halnya yang terdapat di kawasan perdagangan jasa sagulung, Nongsa, BatuAji, Batu Ampar, Lubuk Baja dan Batam Kota. Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan fungsi pusat kegiatan perdagangan dan jasa dapat dilihat pada Gambar 5.21. Gambar 5.21 : Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Batam  Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Pariwisata Jenis kegiatan wisata di Kota Batam dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu wisata alam dan wisata niaga. Dalam Rencana Tata Ruang KSN
  • 30. 5 - 30 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Batam, Pengembangan dan peningkatan kawasan wisata dilakukan di Pantai Nongsa, Pantai Tanjungpinggir, Pantai Sembulang yang mana kondisi ke 3 lokasi pantai tersebut belum ada peningkatan begitu juga dengan Kawasan Wisata Jodoh. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting lokasi/kawasan wisata di Kota Batam dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar 5.22 : Kawasan Wisata Kota Batam
  • 31. 5 - 31 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur  Realisasi Pemanfaatan Ruang VS SK.463/Menhut-II/2013 Dengan telah diterbitkannya SK.463/Menhut-II/2013 pada tanggal 27 Juni 2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Kepulauan Riau, beberapa kawasan hutan di Kota Batam ikut mengalami perubahan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara SK tersebut terhadap hasil kajian yang telah direkomendasikan oleh Tim Terpadu Kementerian Kehutanan pada tanggal 03 Desember 2012. Tabel 5.3 : Rekomendasi Timdu untuk Kws. Hutan di Kota Batam FUNGSI TGHK UPDATE USULAN RTRWP REKOM TIMDU SK MENHUT LUAS % LUAS % LUAS % LUAS % KPA 2.206 2,14 864 0,84 892 0,87 4.916 14,49 TB 15.571 15,13 2.145 2,08 2.630 2,56 902 0,88 HL 12.821 12,45 14.173 13,77 18.943 18,40 4.846 14,42 HPT 14.205 13,80 4.566 4,43 9.299 9,03 3.125 12,75 HP - - 2.164 2,10 2.443 2,37 913 0,89 Kawasan Hutan Tetap 44.803 43,52 23.912 23,23 34.207 33,23 4.701 43,42 HPK 30.537 29,66 118 0,11 4.131 4,01 2.021 21,39 Luas Kawasan Hutan Total 75.340 73,18 24.030 23,34 38.338 37,24 6.722 64,81 Sumber : Bappeda Kota Batam, 2013 KETERANGAN : KPA : Kawasan Hutan Pariwisata Alam (Hutan Konservasi) TB : Taman Buru (Hutan Konservasi) HL : Hutan Lindung HPT : Hutan Produksi Terbatas HP : Hutan Produksi HPK: Hutan Produksi yang Dapat dikonversi APL : Alokasi Penggunaan Lain Air : Badan Air (waduk dll) Dari data di atas terlihat bahwa pada Rekomendasi Timdu untuk Kawasan Hutan di Kota Batam direncanakan seluas 37% (34.204 Hektar) yang terdiri dari 33% Hutan Tetap dan 4% HPK, namun hasil SK Menhut menentukan bahwa Kawasan hutan di Kota Batam seluas 64% (66.722 Hektar) yang terdiri dari 43% Hutan Tetap dan 22% HPK.
  • 32. 5 - 32 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Jika dibandingkan dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Provinsi Riau Tahun 1986,SK Menhut tersebut hanya mengakomodir pelepasan kawasan hutan di Kota Batam sebesar 10%. a) Pulau Batam Di Pulau Batam terdapat kawasan hutan yang pelepasannya melalui proses DPCLS (akan dilepaskan bila disetujui DPR RI), berada di beberapa titik kampung tua di Nongsa; Pusat Perkantoran di Batam Centre (termasuk Kantor Walikota Batam, BP Batam, BI, Kantor bersama dll; Area Coastarina dan Bengkong, Pertokoan Nagoya dan Tanjung Uma; Tiban Kampung, Marina Waterfront City; Beberapa industri shipyard Tg, Uncang dan Sagulung, Permukiman Batu Aji; Rusunawa Muka Kuning; TPA Punggur dan Kapling Sinjulung dan permukiman Pertamina Tongkang dll. Pada sebagian wilayah ini telah terbit HPL dan Sertifikat dari BPN. Gambar 5.23 : SK Menhut dan Realisasi Pemanfaatan Ruang di P. Batam
  • 33. 5 - 33 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur b) Beberapa Pulau Rencana Investasi Di Beberapa Pulau yang direncanakan dan sedang dilakukan pengembangan ekonomi dan investasi masih ditunjuk sebagai kawasan hutan (HPK dan HPT) antara lain :  P. Janda Berhias : seluruh pulau masih ditetapkan sebagai HPK (sebagiam telah memiliki sertifikat BPN);  P. Air Manis : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK (telah memiliki sertiffikat BPN);  P. Lumba : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK dan HPT;  P. Pemping : masih sebagai HPK (perkampungan lama telah dilepaskan, namun jalur gas yang telah memiliki sertifikat BPN masih HPK);  P. Bulan : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK dan HPT (telah memiliki HGU dari BPN);  P. Ngenag dan P. Tanjung Sauh : masih ditunjuk sebagai HPK bahkan ada kawasan yang ditingkatkan dari HPK menjadi HP (permukiman lama di P. Ngenang disetujui dilepaskan);  P. Karang Nipah : Pada kawasan pengembangan investasi dibidang jasa (tank storage) masih ditunjuk sebagai HPK, sedangkan pada lahan untuk Hankam disetujui dilepaskan. c) P. Rempang dan pulau disekitarnya Di P. Rempang dan pulau-pulau disekitarnya masih di tunjuk sebagai kawasan hutan antara lain :  P. Rempang : Masih ditunjuk sebagai Hutan Konservasi , namun terjadi perubahan jenis yang semula keseluruhan P. Rempang seluas 15.571 Ha sebagai Hutan Taman Buru, didalam SK 463 terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu mejadi 902 Ha, sedangkan lahan lainnya seluas ± 13.000 Ha berubah menjadi Hutan Taman Wisata Alam. Sedangkan beberapa titik permukiman lama (kampung tua) disetujui untuk dilepas namun menggunakan skema DPCLS (harus melelui persetujuan DPR).
  • 34. 5 - 34 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur  P. Subang Mas : masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk permukiman masyarakat)  P. Kinun : masih ditunjuk sebagai HPK (permukiman masyarakat dilepaskan)  P. Jemara : masih ditunjuk sebagai HPK (Kampung masyarakat dilepaskan)  P. Setokok : Sebagian besar kawasan disetujui pelepasan kawasan hutannya  P. Air Raja : Sebagian besar kawasan yang merupakan lahan program transmigrasi disetujui pelepasan kawasan hutannya . d) P. Galang, P. Galang Baru dan Pulau Sekitar kawasan hutan antara lain : 1. P. Galang : Masih ditunjuk sebagai HPT dan HPK, bahkan dibeberapa kawasan ditingkatkan dari HPK menjadi HL (Hutan Lindung). Kawasan yang disetujui dilepaskan (APL) hanya berada pada kawasan pengungsian Vietnam dan sekitar Pantai Mirota, sedangkan sebagian permukiman dan pelabuhan Sijantung masih ditunjuk sebagai HPT. 2. P. Galang Baru : Masih ditunjuk sebagai HPT dan HPK, bahkan dibeberapa kawasan ditingkatkan dari HPK menjadi HL (Hutan Lindung). Kawasan yang disetujui dilepaskan (APL) hanya berada pada kawasan permukiman lama Kampung Baru dan Air Lingke. 3. P. Karas : masih ditunjuk sebagai HPK (sebagian permukiman masyarakat dilepaskan) 4. P. Nguan : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk Kampung masyarakat) 5. P. Sembur, P. Tanjung Dahan, P. Batu Belobang, P. Korek Busung : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk Kampung masyarakat) 6. P. Petong : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPT (termasuk Kampung masyarakat)
  • 35. 5 - 35 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur 7. P. Abang Besar, P. Abang Kecil, P. Dedap dan P. Pengelap : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk puast kelurahan, Kampung masyarakat). Gambar 5.24 SK Menhut dan Realisasi Pemanfaatan Ruang Di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru
  • 36. 5 - 36 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur e) Hal-Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian Dengan Dikeluarkannya SK Menhut 463 /2013 Terhadap Situasi dan kondisi di kota Batam.  Terjadinya Stagnasi Pembangunan Kemungkinan terjadinya stagnasi dalam pengembangan pembangunan di Kota Batam karena terbatasnya ketersediaan lahan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan masyarakat, pembangunan dan investasi (yang bukan kawasan hutan). Rencana pembangunan di Kawasan Rempang-Galang yang telah ditetapkan sebagai kawasan FTZ tidak akan dapat dikembangkan.  Permasalahan Kepastian Hukum Dengan adanya Kawasan DPCLS di Pulau Batam yang pelepasan hutannya harus dilakukan dengan persetujuan DPR RI, diperkirakan akan memakan waktu yang lama dan sulit diperkirakan hasilnya. Sementara itu pada sebagian besar kawasan DPCLS ini telah memperoleh perizinan dan telah dilakukan pembangunan, telah memiliki sertifikat dari BPN, serta telah dikembangkan oleh investor baik dalam negeri maupun PMA. Beberapa kawasan DPCLS yang telah dibangun di Pulau Batam antara lain : Kantor Walikota Batam, Kantor Otorita Batam, Costarina, Marina City, Nagoya dan Tanjung Uma, Sebahagian Kawasan Industri di Tanjung Uncang dan beberapa kawasan lainnya.  Timbulnya Gejolak di Masyarakat Pada beberapa kawasan permukiman yang telah terbangun (Kawasan Batu Aji, Kabil, Bengkong, dan Batu Ampar) dan telah dihuni serta memiliki sertifikat dari BPN tidak dapat diagunkan untuk medapatkan pembiayaan dari perbankan.  Sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Implementasi Rencana Tata Ruang (termasuk RTR Batam, Bintan dan Karimun) akan menjadi produk yang tidak
  • 37. 5 - 37 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur memberikan jaminan kepastian hukum karena menerapkan konsep kawasan Holding zone. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi iklim investasi di Kota Batam.  Proses perizinan akan terkendala Penerapan DPCLS dan Kawasan Holding zone akan menyebabkan penundaan perizinan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Batam, bahkan dapat memberikan citra buruk kepada Pemerintah Kota Batam karena dianggap menghambat perizinan untuk kawasan yang telah mendapatkan pengalokasian lahan dan sertifikasi dari BPN.  Rencana Investasi pada Pulau-pulau strategis tidak dapat direalisasikan Rencana dan pelaksanaan pembangunan pada kawasan pulau- pulau strategis seperti di P. Janda Berhias, P. Air Manis, P. Tanjung Sauh, P. Ngenang, P. Abang, dan pulau-pulau lainnya terancam tidak dapat direalisasikan. Bila akan dilaksanakan akan membutuhkan prosedur yang memakan waktu dan jalur birokrasi yang cukup panjang (tidak dapat diselesaikan di daerah dan harus melanjutkan perizinan pelepasan hutan di Kementerian Kehutanan). 5.1.3. Realisasi Investasi di KSN Batam Investasi di Kota Batam selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir terus mengalami peningkatan, walaupun peningkatan investasi Kota Batam tidak signifikan. Investasi di Kota Batam berasal dari Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri, dimana jumlah investasi dari PMA terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar ± Rp. 6,7 Trilyun, dan paling rendah terjadi pada tahun 2006 dengan jumlah investasi sebesar ± Rp. 4,4 Trilyun. Sedangkan untuk investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar ± Rp. 5,8 Trilyun dan terendah yaitu sebesar ± Rp. 5,5 Trilyun pada tahun 2006. Secara lebih lanjut mengenai realisasi investasi Kota Batam dapat dilihat pada Tabel 5.4.
  • 38. 5 - 38 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 39. 5 - 39 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Tabel 5.4. : Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Di Kota Batam Tahun 2006 - 2012 No Tahun Status Investasi (USD Milyar) Keterangan Tenaga Kerja (%) 1 2006 PMA 4,47 Naik 4,54 PMDN 5,50 Naik 2 2007 PMA 4,76 Naik 4,84 PMDN 5,71 Naik 3 2008 PMA 5,18 Naik 8,39 PMDN 5,71 Tetap 4 2009 PMA 5,60 Naik 1,88 PMDN 5,72 Naik 5 2010 PMA 5,94 Naik 7,40 PMDN 5,73 Naik 6 2011 PMA 6,02 Naik 1,12 PMDN 5,73 Tetap 7 2012 PMA 6,78 Naik 2,02 PMDN 5,82 Naik Sumber: Badan Pengusahaan Kota Batam, 2013 5.2. Monitoring P2KSN Bintan 5.2.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur KSN Bintan merupakan kawasan strategis nasional yang berada di Pulau Bintan. KSN Bintan memiliki 2 (dua) wilayah administrasi KSN, yaitu Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang yang mana lokasi kawasan strategis nasional tersebut tersebar dibeberapa lokasi (enclave). Sama halnya dengan KSN Batam, program infrastruktur yang di monitoring dan evaluasi di KSN Bintan pun merupakan program ke-PU-an yang sedang berjalan atau telah selesai pada tahun anggaran 2013. Dengan kondisi lokasi kawasan strategis nasional yang berbentuk enclave di wilayah KSN Bintan, maka salah satu program kegiatan yang paling prioritas di KSN Bintan adalah peningkatan jaringan jalan arteri primer, peningkatan dan pemeliharan pelabuhan dan bandara untuk mempermudah akses mobilitas angkutan barang. Jaringan jalan utama di di Kabupaten Bintan adalah Jaringan jalan arteri primer yang
  • 40. 5 - 40 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur menghubungkan pelabuhan kijang – sei enam – perbatasan Kota Tanjungpinang. Jaringan jalan ini memiliki beberapa titik jalan yang mengalami kerusakan, selain itu di Pulau Bintan juga terdapat jaringan jalan strategis nasional, jalan ini menghubungkan Simpang Gesek – Tanjung Uban. Sedangkan jaringan jalan yang berfungsi sebagai jaringan jalan arteri primer di Kota Tanjungpinang adalah Jalan yang menghubungkan Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan jalan Adi Sucipto dan jalan Gesek kemudian Jalan/simpang Adi Sucipto dengan jalan/simpang Dompak Lama dari jalan/simpang Dompak Lama terhubung dengan jalan/simpang Wacopek kemudian diakhiri di Perbatasan antara Kabupaten Bintan dengan Kota Tanjungpinang. Kondisi pelabuhan di KSN Bintan yang sudah beroperasi dalam keadaan baik, baik itu pelabuhan bongkar muat barang (Barang) dan pelabuhan penumpang, hanya saja untuk kedepannya perlu dilakukan perbaikan dan pemeliharaan untuk prasarana pendukung pelabuhan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting program infrastruktur di wilayah KSN Bintan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Kabupaten Bintan INDIKASI PROGRAM UTAMA KETERANGAN I. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT I.1 Jaringan Jalan Pengembangan jaringan jalan arteri primer Jln. Pelabuhan Kijang – Sei Enam – Perbatasan Kota Tanjungpinang merupakan jaringan jalan arteri primer yang menjadi prioritas utama dalam program pembanguan infrastruktur di KSN Kabupaten Bintan, peningkatan jalan dilakukan dengan penambalan bagian jalan yang rusak. Kondisi jaringan jalan arteri di Kota Tanjungpinang dalam keadaan baikl, peningkatan dan pemantapan dilakukan dengan penambalan bagian jalam yang rusak. Pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1 Kondisi jaringan jalan Kolektor primer 1 di Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpiang yang termasuk kedalam program pembangunan KSN BBK dalam keadaan baik, secara umum program peningkatan jaringan jalan di KSN Bintan sudah terealisasikan. Pengembangan dan Peningkatan jaringan jalan bebas hambatan Jaringan jalan bebas hambatan di Kabupaten Bintan berupa Jembatan meliputi jembatan yang menghubungi Pulau Bintan dengan Pulau Tanjung Sauh dan Simpang Tiga Bundaran Kabil di Pulau Batam. Untuk program pembangunan ini sampai saat monev di lakukan belum ada peningkatan. Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan strategis nasional Kondisi jaringan jalan nasional yang menghubungkan Jalan Simpang Gesek dengan Tanjung Uban dalam keadaan bagus, jaringan jalan ini baru selesai di bangun secara keseluruhan di tahun 2013, saat ini masih ada pemeliharaan di beberapa titik/lokasi, seperti pemeliharaan jalan di setiap sambungan antara jembatan dengan infrastruktur jaringan jalan.
  • 41. 5 - 41 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur INDIKASI PROGRAM UTAMA KETERANGAN Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan  Untuk Lajur, jalur ataupun jaringan jalan dan halthe khusus angkutan jalan belum terealisasikan, kecuali di kawasan wisata lagoi.  Terminal penumpang tipe A Terminal Sri Tri Buana Simpang Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong dalam kondisi terawat dan bagus, hanya saja terminal belum berfungsi sebagai mana mestinya, saat ini terminal lebih di manfaatkan sebagai lahan parkir bagi kendaraan milik warga yang tinggal disekitar terminal.  Terminal barang Pelabuhan Bandar Sri Udana berada di Kawasan Berikat Lobam, kondisi pelabuhan dalam keadaan baik , begitu jugan dengan Pelabuhan Tanjung Uban, Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Sri Bayi Intan) dan Pelabuhan Tanjung Berakit, secara umum kondisi pelabuhan yang berada di Kabupaten Bintan dalam keadaan baik/bagus. I.2 Sistem Jaringan Transportasi Penyeberangan Pengembangan dan peningkatan pelabuhan penyeberangan  Kondisi pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antar negara di pelabuhan Bandar Bintan Telani, Pelabuhan Bandar Sri Udana dan Pelabuhan Gisi Bandar Seri Bentan dalam keadaan baik, hingga saat ini peningkatan dan pemeliharaan terus dilakukan oleh pengelola ataupun penanggung jawab pelabuhan.  Pelabuhan penyeberangan lintas antar kabupaten/kota di Pelabuhan Sri Bayi Intan dan Pelabuhan Tanjung Uban dalam keadaan baik. 1.3 Prasarana Perkeretaapian Pembangunan jaringan kereta api Untuk program pengembangan dan peningkatan sistem jaringan perkereta apian di KSN Bintan belum terealisasikan. II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT II.1 Pelabuhan Umum Pengembangan dan peningkatan pelabuhan Kondisi pelabuhan umum di KSN Bintan rata-rata dalam keadaan baik, seperti kondisi Pelabuhan Bandar Sri Udana, Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Sri Bayi Intan), Pelabuhan Tanjung Berakit dan Pelabuhan Tanjung Uban yang berada di Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan Teluk Sebong di Kabupaten Bintan dan pelabuhan Batu Enam, Pelabuhan Sri Bintan Pura dan pelabuhan Tanjung Moco di Kota Tanjungpinang. Untuk masa yang akan datang disarankan untuk melakukan perbaikan sarana penunjang pelabuhan seperti perbaikan atau merenovasi lahan parkir dan akses keluar masuk pelabuhan. Untuk pelabuhan Tanjung Berakit saat ini belum berfungsi atau belum ada aktivitas keberangkatan ataupun kedatangan penumpang. II.2 ALUR PELAYARAN Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran Alur pelayaran nasional yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Berakit dan Pelabuhan Tanjung Uban dengan pelabuhan nasional lainnya dan Alur pelayaran internasional yang menghubungkan Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Pelabuhan Sri Bayi Intan) dengan alur pelayaran di Selat Malaka Dan Selat Singapura masih menggunakan alur pelayaran yang telah ada III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Primer Pengembangan dan Pemantapan Bandara Pengumpul Dengan Skala Pelayanan Primer Bandara Raja Haji Fisabilillah secara administrasi berada di Kota Tanjungpinang, bandara Raja Haji Fisabilillah melayani penerbangan dari dan yang akan keluar dari Pulau Bintan, kondisi bandara saat ini masih dalam tahap pengembangan. IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI IV.1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi Pengembangan dan peningkatan jaringan gas bumi  Fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi tanjung uban dalam keadaan baik.  Jaringan Pipa Gas Bumi, berupa:  Jaringan pipa gas hulu perpipaan bawah laut yang terhubung meneruskan antara Natuna, Kawasan BBK dan Pulau Sumatera.  Jaringan pipa gas transmisi perpipaan bawah laut yang terhubung menerus antara Pulau Sumatera, Kawasan BBK, Kawasan Johor Baru- Malaysia dan Negara singapura
  • 42. 5 - 42 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur INDIKASI PROGRAM UTAMA KETERANGAN IV.2 Pembangkit Tenaga Listrik Pengembangan dan penigkatan pembangkit tenaga listrik  PLTU Sungai Lekop sampai saat ini belum beroperasi dan di lokasi PLTU Sungai Lekop belum ada aktivitas pekerja.  PLTU Galang Batang saat ini telah beroperasi sebagai pembangkit listrik di Kabupaten Bintan, kondisi PLTU dalam keadaan baik hanya saja fasilitas pendukung di lokasi PLTU seperti kantor dan pos jaga keamanan perlu perbaikaan dan pembangunan pagar serta pengaspalan jalan menuju lokasi PLTU, hingga saat ini jalan menuju PLTU masih jalan tanah. IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi)  Pengembangan kabel melalui jembatan penghubung Kota Batam – Kabupaten Bintan dari GI Tanjung Uban Menuju ke GI Batu Besar belum terealisasi.  Pengembangan jaringan SUTT yang menghubungkan GI Air Raja dengan GI Simpang Lagoi KM 66 dan GI Simpang Lobam belum terealisasikan. IV.4 Gardu Induk Pengembangan dan penigkatan GI  GI KM 66 Simpang Lagoi masih dalam tahap pembebasan lahan.  GI Simpang Lobam dan GI Air Raja masih dalam tahap pembangunan. V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI Pengembangan dan penigkatan STO  Pengembangan jaringan STO di Lokasi yang direncanakan telah terealisasikan. VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR VI.2 Waduk Pengembangan dan peningkatan waduk  Waduk Sui pulai dalam keadaan baik, penigkatan diwaduk ini berupa pengecoran bibir waduk supaya tidak longsor.  Waduk Galang Batang belum ada peningkatan, waduk masih berbentuk waduk alami.  Waduk Sungai Gesek sedang dalam tahap pengerjaan  Waduk Sungai Kawal belum ada peningkatan.  Kondisi Waduk Lagoi dalam kedaan baik  Waduk Aculai belum ada peningkatan  Waduk Kangboi belum ada peningkatan  Waduk Sekuning dalam keadaan baik, akan tetapi peningkatan ataupun pemeliharaan di waduk ini belum ada.  Waduk Sungai Jago-Lepan belum ada penigkatan  Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik peningkatan di waduk ini belum ada.  Waduk Estuary Dompak masih dalam tahap pengerjaan VI.3 Prasarana Sumber Daya Air Pengembangan dan peningkatan prasarana sumber daya air  Sistem pengendalian Banjir berupa waduk di Waduk Sei Pulai, Waduk Sungai Kawal, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk Sekuning dan Waduk Tanjung Uban berupa dam dan pintu air. Kondisi pintu air di waduk ini dalam keadaan baik.  Untuk waduk sungai Gesek masih dalam tahap pembangunan VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN VII.1 Unit Air Baku Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan  Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasok dari Waduk Sei Pulai, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk Sekuning, Waduk, dan Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik VII.2 Unit Produksi (UP) Air Minum Pengembangan dan penigkatan Unit Produksi Unit Produksi (UP) Air Minum Lagoi dalam keadaan baik begitu juga dengan UP Air Minum Sei Pulai. VII.3 Sistem Jaringan Drainase Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase berupa saluran drainase primer dilakukan Kecamatan Tanjung Uban, kondisi drainase dalam keadaan baik, begitu juga dengan jaringan drainase yang terdapat di Kota Tanjungpinang. VII.4 Sistem Jaringan Air Limbah Pengembangan dan peningkatan IPAL Pengembangan maupun peningkatan IPAL di Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang belum terealisasikan.
  • 43. 5 - 43 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur INDIKASI PROGRAM UTAMA KETERANGAN VII.5 Sistem Pengolahan Limbah B3 Pengembangan dan peningkatan instalasi pengelolaan limbah B3 Untuk program pengembangan dan peningkatan instalasi pengolahan limbah B3 belum terealisasikan di tahun 2013. VII.6 Sistem Pengolahan Persampahan Pengembangan dan peningkatan TPA  Tempat Pembuangan Akhir (TPA), KSN Bintan Bintan masih di layani oleh TPA yang berada di Bintan Timur , di tahun 2013 peningkatan yang dilakukan oleh pihak pengelola berupa pembangunan sarana pos jaga dan garasi untuk alat berat (escapator) dan garasi untuk mobil yang mengangkut sampah.  Untuk perencanaan TPA di Bintan Utara belum terealisasikan. Sumber : Hasil Survey 2013 Dari hasil survey yang termuat pada tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk pengembangan dan peningkatan jaringan jalan hampir semua program telah terealisasikan dan kondisi jaringan jalan dalam keadaan baik, begitu juga dengan program pengembangan dan peningkatan pelabuhan dan jaringan telekomunikasi. Program peningkatan dan pengembangan sumber daya air di tahun 2013 belum terealisasikan sepenuhnya, menurut target atau jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam Indikator Kerja RTR KSN BBK, di Kabupaten Bintan pengembangan dan peningkatan sumber daya air berupa pengembangan dan peningkatan waduk harus selesai di akhir tahun 2019, karena secara teknis program ini masuk kedalam program pelaksanaan tahap I dan Tahap II. A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat Kegiatan pengembangan dan peningkatan jaringan jalan yang dilakukan di KSN Bintan secara umum telah dilaksanakan diantaranya pada ruas jalan arteri primer yaitu jalan Pelabuhan Kijang sampai dengan Sei Enam, Sei Enam sampai dengan Perbatasan Kota Tanjung Pinang, kemudian jaringan jalan yang menghubungkan jalan simpang Adi sucipto dengan simpang dompak lama kemudian simpang wacopek dan berakhir di perbatasan yang menghubungkan antara kabupaten dengan kota.
  • 44. 5 - 44 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Untuk jaringan jalan kolektor primer, secara umum program pengembangan dan peningkatan jaringan jalan juga sudah dilaksanakan, seperti pada jalan simpang senggarang di kota Tanjungpinang. Jaringan jalan strategis nasional yang pada saat ini dalam tahap peningkatan adalah ruas jalan Simpang Gesek sampai dengan Tanjung Uban yang telah mencapai 90% tahap pengerjaan. Selain itu juga terdapat jaringan jalan yang belum dilakukan kegiatan pengembangan yaitu pada Jalan KM 16 Gesek sampai dengan Korindo. Hal lain yang dilakukan di Kabupaten Bintan adalah Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan yang telah dilakukan di Kabupaten Bintan seperti Terminal tipe A Terminal Sri Tri Buana Simpang Lagoi, dan halte. Untuk terminal tipe B di Kota Tanjungpinang belum ada peningkatan, saat ini terminal di Kota Tanjungpinang belum berfungsi sebagaimana mestinya. Infrastruktur terminal yang masih dalam tahap perencanaan diantaranya terminal barang Bandar Sri Udana, Pelabuhan Tanjung Uban, Pelabuhan Sei Kolak Hijau, Pelabuhan Tanjung Berakit dan pelabuhan Tanjung Mocho. Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan Dinas Bina Marga Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini. Jln. Pelabuhan Kijang-Sei Enam-Perbatasan Kota Tanjungpinang
  • 45. 5 - 45 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Jalan Pelabuhan Sri Bintan Pura-Adisucipto-Gesek Jln. Sp Adi Sucipto-Dompak Lama-Sp. Wacopek-Perbatasan Kabupaten Jln Sp. Senggarang-Pusat Pemerintahan Senggarang Jln. Tanjung Uban-Lowe-Gesek
  • 46. 5 - 46 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Jln KM 16 Gesek-Korindo-Pelabuhan Kijang Jln. Malang Rapat-Lowe Jln Korindo-Kawal Jln Gesek-Kawal-Malamg Rapat-Tanjung Beraki Gambar 5.26 : Kondisi Eksisting Jaringan Jalan KSN Bintan
  • 47. 5 - 47 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 48. 5 - 48 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Tabel 5.6 Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK di Kabupaten Bintan No. Ruas Nama Ruas Panjang (Km) Kawasan BBK 003 JL. SP. WACOPEK – SEI ENAM 7,844 Kw. Perkebunan & PDAM 004 JL. BERDIKARI 0,137 Pel. Bongkar Muat Sri Bayintan JL. KEBUN NENAS 0,480 JL. TANAH KUNING 0,710 JL. BAREK BETAWI 0,355 JL. HANG JEBAT 0,463 JL. HANG TUAH 0,131 JL. SRIBAYINTAN - PELABUHAN 0,592 Usulan KM 16 (BATAS KOTA) - KM 16 (LINTAS BARAT) - SP. GESEK - SP. GESEK - TOAPAYA - KM 46 - SEI KECIL - KP. BARU - PELABUHAN RORO TANJUNG UBAN 79,100 Pusat Pemerintahan Kabupaten Bintan, Kw. Industri Lobam, Kw. Pariwisata Lagoii dan Pel. Roro Tg. Uban SP. GESEK - KANGKA - SP. SIALANG - PELABUHAN BERAKIT 45,00 Kw. Wisata Pantai Trikora & Pel. Internasional Berakit Sumber: Dinas PU Provinsi Kepulauan Riau, 2013 B. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Laut Pengembangan dan Peningkatan pelabuhan di KSN Bintan telah dilakukan di beberapa lokasi diantaranya pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antarnegara yang berada di Kabupaten Bintan yaitu pelabuhan Bandar Bintan Telani, dan pelabuhan Bandar Sri Udana, Serta Tanjung Berakit. Sedangkan pelabuhan yang belum dilakukan kegiatan peningkatan adalah Pelabuhan Tanjung Uban, dan Pelabuhan Sei Kolak. Untuk pelabuhan di Kabupaten Bintan melayani rute pelayaran domestik antar pulau di Provinsi Kepulauan Riau dan juga melayani rute pelayanan internasional menuju Singapura. Selain pelabuhan penumpang, ada juga pelabuhan barang yang beroperasi hanya untuk transportasi barang. Di Kota Tanjungpinang, pengembangan dan peningkatan pelabuhan dilakukan di Pelabuhan Dompak. Kondisi pelabuhan dalam keadaan baik, hanya saja akses/jalan menuju pelabuhan masih berupa jalan tanah (belum di aspal), untuk Pelabuhan Tanjung Mocho saat ini
  • 49. 5 - 49 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur masih dalam tahap pembangunan, sedangkan di Pelabuhan Sri Bintan Pura dan Pelabuhan Barang Batu Enam belum ada peningkatan akan tetapi kondisi pelabuhan dalam keadaan baik. Ketersediaan pelabuhan sangat penting di Provinsi Kepri dikarenakan karekteristik wilayahnya yang berbentuk kepulauan, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan wilayah dan kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan pelabuhan di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar berikut. Pelabuhan Tanjung Berakit Pelabuhan Bandar Bintan Telani Pelabuhan Penumpang Sei Kolak (Sri Bayiintan)
  • 50. 5 - 50 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Pelabuhan Penumpang Tanjung Uban Pelabuhan Terminal Barang Sei Kolak (Sri Bayiintan) Pelabuhan PenyeberanganTanjung Uban Pelabuhan Sri Udana
  • 51. 5 - 51 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Pelabuhan Sri Bintan Pura Pelabuhan Batu Enam Pelabuhan Tanjung Mocho Gambar 5.28 : Kondisi Pelabuhan Di Kabupaten Bintan C. Infrastruktur Jaringan Transportasi Udara Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. Untuk saat ini pelayanan transportasi udara di KSN Bintan masih mengandalkan Bandara Raja Haji Fisabilillah yang berada di Kota Tanjungpinang.
  • 52. 5 - 52 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 53. 5 - 53 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Kondisi Bandara saat ini masih dalam keadaan baik dan masih dalam tahap pembangunan. Program pengembangan bandara ini berupa pembangunan gedung baru untuk aktivitas chek in penumpang dan fasilitas pendukung lainya, pembangunan/penambahan panjang landasan pacu pesawat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.30. Gambar 5.30 : Kondisi Eksisting Bandara Raja Haji Fisabilillah D. Infrastruktur Jaringan Energi Program pembangunan infrastruktur jaringan energi di Kabupaten Bintan berupa depo penyimpanan minyak bumi, pembangkit tenaga listrik dan jaringan listrik berupa jaringan SUTT yang menghubungkang GI induk yang ada di Kabupaten Bintan dan GI Batu Besar Batam, untuk kondisi depo penyimpanan minyak yang berada di tanjung uban dalam keadaan baik. Saat ini pembangkit listrik yang telah beroperasi di Kabupaten Bintan adalah PLTU Galang Batang, kondisi infrastruktur PLTU Galang Batang dalam kondisi baik, hanya saja untuk fasilitas pendukung
  • 54. 5 - 54 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur memerlukan perbaikan atau peningkatan seperti peningkatan dan pemantapan infrastruktur pos jaga, dan kantor administrasi dan yang lebih penting adalah peningkatan dan pemantapan infrastruktur jaringan jalan menuju PLTU, sedangkan di PLTU Sei Lekop hingga saat ini belum ada aktivitas, kondisi di PLTU Sei Lekop sebagian besar masih berupa lahan kosong. Untuk pengembangan jaringan SUTT yang menghubungkan Gardu Induk (GI) Tanjung Uban dengan GI Batu Besar Kota Batam belum terealisasikan karena jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Bintan belum di bangun, begitu juga dengan rencana pembangunan GI KM 66 Simpang Lagoi, dimana rencana ini masih dalam tahap pembebasan lahan dan untuk rencana pembangunan GI Simpang Lobam sudah ada actionnya dimana GI ini masih dalam tahap pembangunan, begitu juga dengan GI yang ada di Kota Tanjungpinang, dimana GI tersebut masih dalam tahap pembagunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.31 sebagai berikut. PLTU Galang Batang PLTU Sei Lekop
  • 55. 5 - 55 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur GI Simpang Lobam Kondisi Pintu Masuk Depo Tanjung Uban GI Air Raja Gambar : 5.31 : Kondisi Eksisting Infrastruktur Jaringan Energy E. Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi Pengembangan dan peningkatan sistem telekomunikasi KSN Bintan berupa penigkatan dan pemantapan jaringan terestrial dan satelit dan pengembangan dan peningkatan STO di Bandar Seri Bintan, STO Kijang, STO Dompak dan STO Tanjungpinang Kota. Dari kedua program tersebut hanya program pengembangan dan peningkatan STO yang telah berjalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.32 sebagai berikut.
  • 56. 5 - 56 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur STO Dompak dan STO Tanjung Pinang Kota STO Kijang dan STO Seri Bintan Gambar 5.32 Pengembangan dan Peningkatan STO di KSN Bintan F. Infrastruktur Jaringan Sumber Daya Air Pengembangan dan peningkatan Waduk telah dilakukan di Waduk Sungai Gesek yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan. Sedangkan waduk Galang Batang, waduk Sungai Kawal, waduk sungai anculai, waduk sungai kangboi, waduk sekuning, waduk sungai jago lepan, waduk tanjung uban masih belum ditingkatkan. Sedangkan Sungai dan Waduk yang telah dilakukan kegiatan pengembangan dan peningkatan di Kota Tanjungpinang adalah Waduk Sei Pulai yang berasal dari Sungai Pulai. Peningkatan yang dilakukan berupa pelebaran dan pengerukan. Selain Waduk Sungai Pulau, juga terdapat Waduk Estuary Dompak yang saat ini sementara dalam tahap pembangunan.
  • 57. 5 - 57 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 58. 5 - 58 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan dan peningkatan sungai dan waduk di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada Gambar 5.34. Waduk Galang Batang Waduk Sei Gesek dan unit air baku sei gesek
  • 59. 5 - 59 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Unit Air Baku dan Waduk Sei Pulai Waduk Sei Kuning dan sistem pengendalian banjir Waduk Lagoi dan pengendalian banjir di waduk lagoi Gambar 5.34 Pengembangan dan Peningakatan Waduk di KSN Bintan Penanganan potensi sumber daya air di wilayah Pulau Bintan di laksanakan oleh BWSS. Adapun potensi sumberdaya air yang belum ditangani :  Waduk Anculai (500 lt/det)  Waduk Kangboi (300 lt/det)  Waduk Galang Batang (465 lt/det)  Waduk Kawal (500 lt/det)
  • 60. 5 - 60 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur  Waduk/Kolong Enam (75 lt/det)  Estuari/Dam Dompak (200 lt/det)  Waduk/Kolong Nyirih (20 lt/det)  Waduk/Kolong Katen (75 lt/det)  Estuari/Dam Busung (5.500 lt/det) Untuk lebih jelasnya mengenai potensi sumberdaya air di Pulau Bintan, dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 5.35 : Potensi Sumberdaya Air di Pulau Bintan Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan oleh masyarakat, pada tahun 2011 ada 2 (dua) perusahaan PDAM Tirta Kepri cabang Kijang dan PDAM Tirta Kepri Cabang Uban yang melayani masing-masing kecamatan (Bintan Timur dan Bintan Utara) dimana jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang dan 2 perusahaan tersebut melayani 2.565 pelanggan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah perusahaan, tenaga kerja, pelanggan, serta jumlah kapasitas
  • 61. 5 - 61 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur produksi air di Kabupaten Bintan disajikan dalam Tabel seperti di bawah ini. Tabel 5.7 Jumah Perusahaan, Pelanggan, dan Produksi Air Minum di Kabupaten Bintan Tahun 2011 No Uraian Satuan Jumlah 1 Jumlah Perusahan Unit 2 2 Jumlah Tenaga Kerja Orang/Jiwa 28 3 Jumlah Pelanggan Unit 2.565 4 Kapasitas Produksi Air Liter/Detik 50 5 Pengguna Air Minum M3 1.009.076 Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka, 2011 Untuk memenuhi kebutuhan airbersih bagi masyarakat KotaTanjungpinang di kelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) Tirta Janggi Tanjungpinang. Produksinya air bersih tahun 2011 mencapai 5,31 juta m³ mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Ketersediaan Air Minum di Kota Tanjung Pinang Tahun 2011 No Uraian Satuan Jumlah 1 Tenaga Kerja Orang 116 2 Pelanggan RumahTangga 15.502 3 Produksi M3 5.314.897 4 Distribusi M3 5.129.393 Sumber: Tanjung Pinang Dalam Angkat, 2012 G. Infrastruktur Perkotaan 1) Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di KSN Kota Tanjung Pinang telah berjalan, seperti yang terdapat
  • 62. 5 - 62 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur pada jaringan drainase yang berada di tepi jalan menuju Bandar udara Aji Fiisabilillah dan di sekitar kawasan permukiman warga di Kota Tanjung Pinang. Di Kabupaten Bintan, program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase telah berjalan sekitar 30%, dimana pengembangan dan peningkatan drainase dilakukan dengan cara pengecoran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.36 sebagai berikut. Kondisi Drainase Kota Tanjungpinang Kondisi Drainase Kabupaten Bintan Gambar 5.36 : Kondisi Eksisting Drainase di Kabupaten Bintan Pengembangan dan peningkatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Di KSN Bintan belum ada peningkatan, IPAL KSN Bintan eksisting berada di Kota Tanjungpinang yaitu IPAL Air Raja. Kondisi IPAL tersebut kurang terawat dan untuk lebih jelsnyanya mengenai kondisi IPAL Air Raja dapat dilihat pada gambar sebagai Berikut.
  • 63. 5 - 63 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.37 : Kondisi IPAL di KSN Bintan 2) Sistem Persampahan Ketersediaan sarana persampahan di KSN Bintan berada di Sei Enam Kabupaten Bintan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kijang. Luas lahan TPA Kijang mencapai ± 5 Ha, dengan luas zona land fill 1 seluas ± 0,6 Ha dan zona land fill 2 seluas ± 0,8 Ha dan TPA Ganet yang berada di Kota Tanjungpinang. Luas TPA Ganet mencapai 10,82 Ha, namun luas yang terpakai sampai saat ini seluas 1,5 Ha dan luas lahan kosong sebesar 2 Ha. Selain itu 6 Ha lahan yang tersedia di TPA Ganet merupakan lahan yang tidak aktif dengan kapasitas layanan mencapai ± 200.000 m3 yang terbagi kedalam 3 (tiga) zona. Rata-rata jumlah sampah per hari sampah yang masuk ke TPA Kijang sebanyak 512 m3 /hari, dan daya tampung TPA Kijang yaitu untuk 15 (lima belas) tahun. Dikarenakan belum ada sistem pengolahan sampah di TPA Kijang, sehingga kapasitas daya tampung tersebut bisa berkurang seiring dengan semakin banyaknya produksi sampah di Kabupaten Bintan, dan rata-rata sampah yang masuk ke TPA Ganet mencapai 11.000 m3 /hari, rata- rata sampah yang masuk selama 1 (satu) bulan mencapai 350.400 m3 dan luas landfill yaitu 0,45 Ha. Untuk lebih jelasnyanya mengenai kondisi eksisting TPA tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
  • 64. 5 - 64 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.38 : Kondisi Eksisting TPA KSN Bintan 5.2.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Bintan Realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN Bintan merupakan perwujudan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan. Berikut diuraikan realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN Bintan. A. Kawasan Permukiman Pemanfaatan ruang yang dilakukan di KSN Bintan yaitu pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan permukiman kepadatan sedang. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk kebutuhan akan tempat tinggal juga akan mengalami peningkatan oleh karena itu perlu adanya pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi kawasan permukiman kepadatan sedang di KSN Bintan (Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang) yang saat ini sedang berjalan.
  • 65. 5 - 65 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.39 : Kawasan Permukiman KSN Bintan B. Kawasan Industri Pusat industri di KSN Bintan berada di seluruh Kawasan Industri Galang Batang, Kawasan Industri Maritim, Pulau Lobam, serta sebagian dari wilayah Kota Tanjung Pinang yang meliputi kawasan industri Senggarang dan kawasan industri Dompak Darat. untuk kawasan industri di Kabupaten Bintan belum ada peningkatan infrastruktur sedangkan untuk kawasan industri di Kota Tanjungpinang masih dalam tahap pengerjaan. Gambar 5.40 : Kawasan Perindustrian KSN Bintan
  • 66. 5 - 66 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur C. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa Perkembangan investasi yang ada di Kabupaten bintan ternyata mempengaruhi kegiatan ekonomi sehingga perlu adanya kawasan ekonomi yang nantinya juga akan mempengaruhi kegiatan sosial, pertahanan keamanan Negara serta transportasi. Pelaksanaan kegiatan peruntukan ekonomi meliputi kegiatan perdagangan dan jasa yang sedang berjalan di Kecamatan Teluk Bintan. Sedangkan kawasan pertahanan keamanan Negara masih belum ada kegiatan pengembangan dan peningkatan kawasan. Untuk kawasan perdagangan dan jasa Kota Tanjungpinang masih terpusat di Bintan Center dan di Kawasan Kecamatan Bukit Bestari menuju Dompak, kawasan ini telah tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu, didalam program kerja RTR KSN Bintan untuk Kota Tanjungpinang, disebutkan bahwa kawasan senggarang merupakan calon kawasan perdagangan dan jasa yang baru untuk Kota Tanjungpinang, akan tetapi sampai saat ini kawasan senggarang belum ada peningkatan ataupun pembangunan, begitu juga dengan Kawasan Perdagangan Tanjung Uban yang diperuntukan sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kabupaten Bintan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan perdagangan dan jasa di KSN Bintan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
  • 67. 5 - 67 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.41 : Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa KSN Bintan D. Kawasan Pengembangan dan Peningkatan Pusat Kegiatan Pariwisata Kawasan wisata eksisting di KSN Bintan berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan Gunung Kijang dengan jenis wisata yaitu wisata alam, budaya dan wisata religi. Di Kabupaten Bintan terdapat Kawasan Wisata Lagoi dan Kawasan Wisata Tri Kora, untuk Kawasan Wisata Lagoi telah berkembang menjadi Kawasan Wisata bertaraf International di Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan Kawasan Wisata Pantai Trikora belum ada peningkatan. Untuk kawasan wisata di Kota Tanjungpinang berada di Pulau Penyengat. Di Pulau Penyengat terdapat objek wisata sejarah dan kebudayaan melayu, adapun obyek wisata yang ada di Pulau Penyengat yaitu Masjid Sultan Riau, Makam Raja Ali Haji, Perigi Putrid an Benteng Bukit Kursi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan wisata yang ada di KSN Bintan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
  • 68. 5 - 68 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Gambar 5.42 : Kondisi Obyek Wisata di KSN Bintan 5.2.3. Realisasi Investasi di KSN Bintan Perkembangan investasi di Kabupaten Bintan dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun terakhir mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dapat dikatakan mengalami perubahan yang cenderung dinamis pada setiap tahunnya. investasi di Kabupaten Bintan meliputi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Jumlah Penanaman Modal Asing mengalami penambahan pada setiap tahunnya, terbukti pada tahun 2005 sebanyak 67 (enam puluh tujuh) perusahaan yang berinvestasi menjadi 130 perusahaan pada tahun 2013. Pantai Trikora Pantai Lagoi
  • 69. 5 - 69 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 70. 5 - 70 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur
  • 71. 5 - 71 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki ketertarikan yang sangat tinggal untuk berinvestasi di Kabupaten Bintan. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri hanya berjumlah 11 (sebelas) perusahaan pada tahun 2005 dan hanya 14 (empat belas) perusahaan pada tahun 2013 yang berinvestasi di Kabupaten Bintan. Kenaikan realisasi investasi Penanaman Modal Asing yang paling tinggi dialami pada tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 79,18 % dan penurunan investasi PMA paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar - 8,34 %. Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri mengalami peningkatan investasi yang paling tinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 287,75 % peningkatan dari tahun sebelumnya, dan penurunan paling tinggi dari PMDN terjadi pada tahun 2010 sebesar -30,66 % dari tahun sebelumnya. Tabel 5.9 Perkembangan Investasi Perusahaan PMA/PMDN di Kabupaten Bintan Periode Tahun 2005 s/d Bulan Mei Tahun 2013 TAHUN STATUS JUMLAH PERUSAHAAN INVESTASI (US $ / Rp. ) Dalam ribuan (000) TENAGA KERJA (jiwa) PROSENTASE (%) KET. RENCANA REALISASI TKI TKA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005 PMA 67 $ 565.027 $ 349.353 21.123 491 6,00% Naik PMDN 11 Rp 649.443.000 Rp 86.365.000 3.408 20 -12,62% Turun 2006 PMA 70 $ 570.912 $ 320.208 21.704 477 -8,34% Turun PMDN 10 Rp 197.193.000 Rp 74.532.000 3.380 18 -13,70% Turun 2007 PMA 67 $ 732.094 $ 303.981 19.019 450 -5,07% Naik PMDN 11 Rp 437.193.577 Rp 64.282.400 3.412 18 -13,75% Turun 2008 PMA 95 $ 1.561.213 $ 394.485 21.429 456 29,77% Naik PMDN 8 Rp 378.963.577 Rp 59.918.400 1.604 - -6,79% Turun 2009 PMA 111 $ 1.654.113 $ 415.763 24.512 472 5,39% Naik PMDN 9 Rp 415.763.577 Rp 96.718.400 3.696 - 61,42% Naik 2010 PMA 121 $ 1.613.877 $ 744.948 20.630 609 79,18% Naik PMDN 8 Rp 577.388.077 Rp 67.068.400 1.585 - -30,66% Turun 2011 PMA 121 $ 1.462.112 $ 852.355 12.260 339 14,42% Naik PMDN 10 Rp 850.128.148 Rp 235.529.650 2.958 - 251,18% Naik 2012 PMA 127 $ 1.477.287 $ 902.606 13.909 326 21,16% Naik PMDN 11 Rp 1.087.799.956 Rp 428.517.081 2.972 - 287,75% Naik MEI 2013 PMA 130 $ 1.483.687 $ 902.754 12.634 326 5,91% Naik PMDN 14 Rp 1.087.799.956 Rp 475.257.923 3.172 - 19,84% Naik Sumber: BPMPD Kabupaten Bintan, 2013 Khusus untuk Kota Tanjungpinang, hingga saat ini belum ada realisasi investasi. Kegiatan investasi masih terpusat di wilayah Kabupaten Bintan.
  • 72. 5 - 72 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur 5.3. Monitoring P2KSN Karimun 5.3.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur Pulau karimun terletak di sebelah barat Singapura dan Batam, Kepulauan Karimun berada di jalur pelayaran yang sibuk yaitu Selat Malaka. Sama halnya dengan Batam dan Bintan, Kepulauan Karimun merupakan bagian dari Zona Perdagangan Bebas Batam-Bintan-Karimun yang kini sedang giat-giatnya dikembangkan menjadi kawasan industri dan pariwisata serta kawasan dengan fungsi lainnya. Mengembangkan kawasan Karimun menjadi kawasan yang memiliki kualitas pelayanan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas kelas dunia, membutuhkan ketersediaan infrastruktur yang mapan. Kawasan permukiman bagi para pekerja dibangun dengan dukungan fasilitas seperti jaringan listrik, jalan,drainase, limbah, persampahan yang terintegrasi dengan baik. Dengan menerapkan pendekatan pembangunan berbasiskan pulau, diharapkan Kawasan Pengusahaan Karimun, lebih luasnya Pulau Karimun Besar memiliki daya tarik tersendiri terhadap manajemen infrastruktur Pulau. Jaringan jalan, air bersih, persampahan, limbah harus dapat dikelola dengan menerapkan pola-pola yang aman,nyaman, bersih dan bersahabat dengan lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting program infrastruktur di wilayah KSN Karimun dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Karimun Indikasi Program Utama Kondisi Eksisting I. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT Pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1  Kondisi jaringan jalan di KSN Karimun secara umum dalam keadaan baik.  Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan di KSN Karimun masih sama dengan peningkatan yang dilakukan di KSN Batam dan Bintan, untuk penigkatan dilakukan dengan cara pengaspalan dan penambalan bagian jalan yang rusak, sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan Pelabuhan RORO dengan kawasan industri meral dibangun oleh BP Kawasan Karimun. Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan Untuk Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di KSN Karimun belum tersedia begitu juga dengan terminal penumpang tipe A. Pengembangan dan peningkatan pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antar negara meliputi pelabuhan Tanjung Balai Karimun dalam keadaan baik begitu juga dengan pelabuhan Parit Rempak di Kecamatan Meral
  • 73. 5 - 73 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Indikasi Program Utama Kondisi Eksisting Pengembangan dan peningkatan sisten jaringan perkeretaapian perkotaan Untuk sarana dan prasarana serta jaringan perkereta apiaan di Kabupaten Karimun belum tersedia, program pengembangan dan peningkatan sistem perkereta apian belum terlaksana. II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT Pengembangan dan peningkatan pelabuhan Kondisi Pelabuhan dan Terminal Parit Rempak dalam keadaan baik, pengembangan dan peningkatan masih dilakukan di pelabuhan ini dan untuk pelabuhan dan terminal Malarko masih dalam tahap pembangunan. Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran Alur pelayaran yang menghubungkan pelayaran tingkata nasional dan internasional masih menggunakan alur pelayaran yang sudah ada/tersedia. III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA Pengembangan dan Pemantapan Bandara Bandara Sei Beti berfungsi sebagai bandara pengumpul tersier. Kondisi Bandar Udara Sei Bati dalam keadaan bagus, hanya saja kegiatan penerbangan di bandara ini belum produktif. IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI Pengembangan dan peningkatan jaringan gas bumi Program pembangunan dan pemantapan fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi di KSN Karimun belum terealisasi. IV.2 PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Pengembangan dan penigkatan pembangkit tenaga listrik PLTU Meral dalam tahap pembagunan PLTU Tanjung Sebatak dalam kondisi bagus dan PLTU ini telah beroperasi dan merupakan pembangkit listrik yang sangat di andalkan di KSN Karimun, tapi walaupun demikian PLTU Tanjung Sebatak belum optimal beroperasi sehingga masih dilakukan pemadaman listrik bergilir di Kabupaten Karimun. IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi). Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) meliputi SUTT yang menghubungkan tiap-tiap GI di Pulau belum terealisasikan sepenuhnya IV.4 Gardu Induk Pengembangan dan penigkatan GI  GI Tanjung Balai Karimun dalam keadaan baik, gardu induk ini telah terkoneksi/tersambung dengan PLTU Tanjung Sebatak sedangkan Pembangunan GI Pulau Parit Belum terealisasikan. V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI Pengembangan dan penigkatan STO Untuk pengembangan dan peningkatan menara STO di lokasi perencanaan sudah terlaksana/sudah terealisasikan. VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR VI.1 Sistem Jaringan Sungai Pengembangan dan peningkatan sungai  Sungai Sei Bati  Sungai Pongkar  Sungai Gunung Jantan  Sungai Ambat VI.2 Waduk Pengembangan dan peningkatan waduk  Waduk Sungai Gunung Jantan dalam keadaan baik dan di waduk ini belum terlihat ada peningkatan ataupun pemeliharaan.  Waduk Sungai Pongkar dalam keadaan baik, di waduk ini telah di bangun pintu air untuk pengendalian banjir.  Di Waduk Sei Bati telah tersedia infrastruktur pengolahan air dan infrastruktur pengendalian banjir.  Waduk Sei Sentani dalam keadaan kuran baik jika dibandingkan dengan waduk sebelumnya, pada waduk ini belum terlihat adanya peningkatan. VI.3 Prasarana Sumber Daya Air Pengembangan dan peningkatan prasarana sumber daya air  Sistem pengendalian Banjir berupa waduk di Waduk Sungai Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk Sei Bati di Sungai Sei Bati dan Waduk Sentani di Sungai Ambat  Sistem pengaman pantai pada pantai yang rawan abrasi VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan dan unit produksi air minum. Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasok dari waduk Sei Bati, kondisi jaringan perpipaan dalam keadaan baik begitu juga dengan instalasi pengolahan airnya. Saat inikebutuhan air bersih KSN Karimun di pasok dari instalasi pengolahan air yang berada di Sei Bati, sedangkan pada waduk Sei Pongkar, Sei Gunung Jantan dan Sei Sentani belum ada pningkatan ataupun pembangunan instalasi pengolahan air bersih. Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase berupa saluran drainase primer pada KSN Karimun di beberapa lokasi sudah ada peningkatan, secara umum kondisi jaringan drainase di KSN Karimun dalam keadaan cukup baik hanya saja untuk kedepannya perlu dilakukan perawatan seperti pengerukan drainase yang tersumbat oleh longsoran tanah dan lain sebagainya. Pengembangan dan peningkatan IPAL Untuk saat ini KSN Karimun belum memiliki IPAL. Pengembangan dan peningkatan TPA  TPA KSN Karimun berada di Kecamatan Meral, kondisi TPA lumayan bagus. Sumber : Hasil Survey 2013
  • 74. 5 - 74 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Sama halnya dengan kawasan strategis nasional yang berada di pulau batam dan pulau bintan, pembangunan, peningkatan dan pemantapan infrastruktur di KSN Karimun masih terkonsentrasi pada jaringan jalan dan pelabuhan, untuk lebih jelasnya berikut ini akan di uraikan hasil pengamatan saat dilapangan. A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Karimun telah dilakukan, namun masih terdapat beberapa ruas jalan yang sementara dalam tahap pengembangan seperti pada ruas jalan Meral sampai dengan Parit Rempak, untuk penigkatan dilakukan dengan cara pengaspalan dan penambalan bagian jalan yang rusak, sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan Pelabuhan RORO dengan kawasan industri meral dibangun oleh BP Kawasan Karimun. Untuk program pengembangan dan peningkatan sistem jaringan perkeretaapian kerkotaan di Kabupaten Karimun masih dalam tahap perencanaan. Lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini. Tabel 5.11 Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK Kab. Karimun No. Ruas Nama Ruas Panjang (Km) Kawasan BBK 013- K TG. BALAI - MERAL 3,350 Pel.Domestik/Internasional Tg. Balai Karimun & Kw. Perdagangan 014 – K MERAL - PARIT RAMPAK 6,706 Kw. Perdagangan dan Pemukiman 015- K PARIT RAMPAK - PELABUHAN RORO 3,160 Pel. Domestik Roro – Kaw.Industri, rencana PLTU 016- K PARIT RAMPAK - PARIT BENUT 2,485 Kw. Pemukiman 017 – K PARIT BENUT - SP. JELETUNG 1,416 Kw. Pemukiman 018 - K SP. JELUTUNG - PASIR PANJANG 9,524 Kw.Industri / Granit Usulan TANJUNG BALAI - BANDARA SEI BATI 11,050 Kw. Pariwisata (Coastal Area) & Bandara PARIT RAMPAK - PT.SAIPEM 4,700 Kw. Industri PT. SAIPEM - PT. KDH 1,980 Kw. Industri PT. KDH - PT. SEMBAWANG 2,560 Kw. Industri PT. SEMBAWANG - PASIR PANJANG 4,450 Kw. Industri Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2013
  • 75. 5 - 75 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Jln. Tanjung Balai-Meral-Parit Rempak-Parit Benut-Sp. Jelutung-Pasir Panjang Jln Sungai Pasir-Teluk Ranai-Teluk Sitimbut Jln. Pasir Panjnag-Pelambung-Mentuda-Tanjung Balai Jln. Parit Rempak-Pelabuhan Roro
  • 76. 5 - 76 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Jln. Sp Jelutung-Teluk Ranai Gambar 5.45 : Kondisi Eksisting Jaringan Jalan KSN Karimun B. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Laut Pelabuhan yang tedapat di Kabupaten Karimun diantaranya adalah Pelabuhan Tanjung Balai karimun, Pelabuhan Parit Rempak. Kegiatan peningkatan dan pengembangan belum dilakukan pada kedua pelabuhan ini. Sedangkan Pelabuhan Malarko dan tanjung Tiram masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan dan peningkatan pelabuhan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan pada Kabupaten Karimun dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun Pelabuhan Parit Rempak
  • 77. 5 - 77 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Kondisi Lokasi Pembangunan Pelabuhan Malarko Gambar 5.46 : Kondisi Eksisting Pelabuhan KSN Karimun C. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Udara Untuk transportasi udara di Kabupaten Karimun dilayani oleh Bandara Sei Beti yang berada di Kecamatan Tebing yang mana fungsi bandara ini adalah bandara pengumpul tersier. Kondisi bandara dalam keadaan baik hanya saja kegiatan penerbangan di bandara ini belum produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar 5. 47 : Kondisi Eksisting Bandara Sei Beti di KSN Karimun
  • 78. 5 - 78 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur D. Infrastruktur Jaringan Energi Program pengembangan dan peningkatan jaringan energy di KSN Karimun berupa pengembangan dan peningkatan pembangkit tenaga listrik yang di kembangkan di daerah Kecamatan Meral dan Tebing, pengembangan dan peningkatan SUTT yang menghubungkan tiap- tiap Gardi Induk (GI) di Kabupaten Karimun dan peningkatan Gardu Induk. Untuk program pengembangan pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU di Kecamatan Meral masih dalam tahap pembangunan sedangkan PLTU yang berada di Kecamatan Tebing yaitu PLTU Tanjung Sebatak telah beroperasi, untuk jaringan SUTT di Kabupaten Karimun belum sepenuhnya terealisasi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan listrik dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut. Gambar 5.48 : Kondisi Eksisting Pembangkit Tenaga Listrik Karimun E. Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi Program pengembangan jaringan telekomunikasi di KSN Karimun berupa pengembangan dan peningkatan jaringan terrestrial dan satelit
  • 79. 5 - 79 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur dan pengembangan dan penigkatan STO, untuk pengembangan dan peningkatan STO direncanakan di daerah Kecamatan Karimun dan Kecamatan Tebing yang mana program tersebut telah terealisasikan/dilaksanakan, sedangkan program pengembangan dan penigkatan jaringan terestrial dan satelit masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting jaringan STO yang ada di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Gamabar sebagai berikut. Gambar 5.49 : Kondisi Eksisting STO di Kabupaten Karimun F. Infrastruktur Jaringan Sumber Daya Air Program pengembangan dan peningkatan sumber daya air di KSN Karimun meliputi pengembangan dan penigkatan waduk Sungai Gunung Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk Sei Bati dan Waduk Sei Sentani. Secara umum program pengembangan dan peningkatan waduk di KSN Karimun belum berjalan, kondisi eksisting waduk rata-rata dalam keadaan baik dan masih berbentuk waduk alami, untuk Waduk Pongkar dan Waduk Sei Bati telah dibangun pintu air dan untuk infrastruktur pengolahan air berada di Wadu Sei Bati. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting waduk dan infrastruktur pengolahan air di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut.
  • 80. 5 - 80 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Waduk Sei Bati dan Instalasi Pengolahan Air Sei Bati Waduk Pongkar Waduk Sei Sentani Gambar 5.50 : Kondisi Eksisting Sumber Daya Air Di Kab. Karimun
  • 81. 5 - 81 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Di Kabupaten Karimun terdapat tiga perusahaan air minum, yaitu Unit Usaha Air Minum (UUAB) Tanjung Balai Karimun, UUAB Tanjung Batu, dan UUAB Moro. Pada tahun 2012, jumlah air yang disalurkan mencapai 1.353.943 m3 dengan nilai mencapai Rp. 4.535.578.700,-. Jumlah pelanggan PDAM terbanyak adalah untuk non niaga yaitu rumah tangga dan instansi pemerintah mencapai 69 persen dari total pelanggan. Lebih jelas mengenai ketersediaan air minum di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 5.12. Tabel 5.12 Ketersediaan Air Minum di Kabupaten Karimun Tahun 2012 No Nama Perusahaan Air Minum Jumlah Produksi yang Disalurkan (m3) Jumlah Pelanggan 1 UUAB Tg. Balai Karimun 1.109.634 4.315 2 UUAB Tg. Batu 104.483 594 3 UUAB Moro 139.826 588 Jumlah 1.353.943 5.497 Sumber: Karimun Dalam Angka, 2012 Penanganan potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Karimun, belum dilaksanakan oleh BWSS dikarenakan cakupan wilayah penanganannya belum termasuk wilayah Karimun. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan penanganan- nya hingga wilayah Karimun. Adapun potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Karimun, dapat dilihat pada gambar berikut ini. G. Infrastruktur Perkotaan  Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di Kabupaten karimun telah berjalan namun masih belum berjalan Gambar 5.51 Penanganan SDA di Kab. Karimun
  • 82. 5 - 82 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur secara menyeluruh, untuk program pengembangan dan peningkatan IPAL di Kabupaten Karimun masih belum dilakukan karena masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5.52 : Kondisi Eksisting Jaringan Drainase Kab. Karimun  Sistem Persampahan Tempat Pembuang Akhir (TPA) Kabupaten Karimun berada di Kecamatan Meral tepatnya di Desa Pangke. TPA ini melayani sampah yang di hasilkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Karimun, kondisi infrastruktu TPA cukup baik akan tetapi program peningkatan dan pemantapan TPA seperti yang tertuang dalam RTR KSN BBK untuk KSN Karimun belum terealisasikan. Gambar 5.53 : Kondisi Eksisting TPA Kabupaten Karimun
  • 83. 5 - 83 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur 5.3.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Karimun Berdasarkan hasil survey terhadap realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN Karimun, diperoleh informasi-informasi sebagai berikut : A. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman KSN Karimun saat ini tumbuh dan berkembang mengikuti jaringan jalan (Linier) dan di bibir pantai. Untuk program pemanfaatan pola ruang di Kabupaten Karimun yaitu pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi dan kepadatan sedang, akan tetapi sampai saat ini program tersebut belum berjalan. Untuk mengenai kondisi eksisting kawasan permukiman di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Gambar 5.54 : Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kab. Karimun B. Kawasan Industri Kawasan Industri di Kabupaten Karimun berada di Kecamatan Meral dan sebagian wailayah Kecamatan Tebing, saat ini sudah ada
  • 84. 5 - 84 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur beberaapa industri yang sudah beroperasi dikawasan tersebut, program pengembangan dan peningkatan masih berjalan di Kabupaten Karimun, hal ini di tandai dengan adanya pembangunan industri yang sedang berlangsung/berjalan di kawasan tersebut. Industri yang telah beroperasi di kawsan industri karimun diantaranya PT Saipem Indonesia, PT Aquabis Riau, PT Kinaka Shipyard, PT Karimun Marine Shipyard, dan industri galangan kapal. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan industri di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.55 : Kondisi Eksisting Kawasan Industri Kab. Karimun C. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun direncanakan di kembangkan di Kawasan CBD Tebing dan Kawasan Perdagangan dan Jasa Malarko Barat yang mana ke 2 (dua) kawasan tersebut belum dikembangkan, saat ini pusat perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun tumbuh dan berkembang di sekitar kawsan
  • 85. 5 - 85 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur Pelabuhan Tanjung Balai karimun atau di Kecamatan Tanjung Balai Karimun. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.56 : Kondisi Eksisting Kawasan Perdagangan dan Jasa D. Kawasan Pariwisata. Indikasi program utama yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Batam, Bintan dan Karimun dijelaskan bahwa untuk kawasan pariwisata di KSN Karimun di kembangkan di Kawasan Pariwisata Pantai Pongkar dan Pantai Pelalawan. Kondisi kawasan wisata pantai Pongkor dalam keadaan baik akan tetapi pengembangan dan peningkatan belum terealisasi pada ke 2 (dua) kawasan tersebut, saat ini selain wisata bahari, Kabupaten Karimun juga memiliki satu kawasan wisata alam yang berada di Kecamatan Tebing tepatnya di Desa Pongkar, yaitu wisata air terjung. Pada kawasan wisata ini telah dilengkapi fasilitas pusat penjualan oleh-oleh,
  • 86. 5 - 86 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur akan tetapi fasilitas tersebut tidak berfungsi dan kawasan wisata ini juga terkesan kumuh karena tidak adanya perhatian dari pemerintah Kabupaten Karimun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Pusat Penjualan Oleh-oleh Di Kawasan Wisata Air Terjun Akses Menuju Kawasan Wisata Air Terjun Kawasan Wisata Air Terjun Gambar 5.57 : Kondisi Eksisting Kawasan Pariwisata di Kab. Karimun 5.3.3. Realisasi Investasi di KSN Karimun Realisasi investasi untuk Kabupaten Karimun pada 4 (empat) tahun terakhir terus mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan, namun
  • 87. 5 - 87 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi di Kabupaten Karimun memiliki potensi yang cukup baik. Jumlah investasi Penanaman Modal Asing di Kabupaten Karimun pada Tahun 2009 sebesar ± Rp. 3,8 Trilyun sampai tahun 2012 terus mengalami peningkatan mencapai jumlah ± Rp. 5,2 Trilyun. Sama halnya untuk Penanaman Modal Dalam Negeri, juga mengalami peningkatan investasi setiap tahunnya, pada tahun 2009 investasi PMDN sebesar ± Rp. 500 Milyar sampai dengan tahun 2012 investasi mencapai angka ± Rp. 3 Trilyun. Jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karimun dihitung berdasarkan masing-masing perusahaan yang berinvestasi di Kabupaten Karimun, jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar berada di PT. SAIPEM INDONESIA dengan jumlah tenaga kerja mencapai 5000 (lima ribu) jiwa, sedangkan penyerapan tenaga kerja terendah berada di PT. SARANA RUSEL VICTORY sebanyak 2 (dua) jiwa. Secara lebih jelas mengenai realisasi investasi di Kabupaten Karimun disajikan pada tabe di bawah ini: Tabel 5.13 Realisasi Investasi Kabupaten Karimun Tahun 2009 – 2012 No Tahun Status Jumlah Investasi (Rp) Keterangan 1 2009 PMA 3.887.500.000.000 - PMDN 545.542.482.189 - 2 2010 PMA 3.932.500.000.000 Naik PMDN 2.473.092.482.189 Naik 3 2011 PMA 3.970.216.000.000 Naik PMDN 2.904.082.000.000 Naik 4 2012 PMA 5.291.984.133.537 Naik PMDN 3.004.092.000.000 Naik Sumber: Badan Pengusahaan Kab. Karimun, 2013
  • 88. 5 - 88 Final ReportBab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur