SlideShare a Scribd company logo
GAMBARAN PELAKSANAAN PEMILU KADA
             DI INDONESIA
                                    Ahsanul Minan
                                      Disampaikan dalam acara
Sosialisasi Peraturan Pemilu Kada Tahun 2012 bagi Komponen Masyarakat oleh Pemerintah Provinsi DKI
                                              Jakarta,
                                     Puncak 28 September 2011
Pokok Bahasan


Bagaimana sejarah proses dan mekanisme pengisian
jabatan Kepala Daerah di Indonesia ?
Bagaimana standard ideal pemilu ?
Bagaimana potret penyelenggaraan Pemilu Kada tahun
2010 ?
Apa permasalahan utama yang dihadapi ?
Apa yang perlu diwaspadai dalam penyelenggaraan
Pemilu Kada di DKI ?
Bagaimana karakter konflik dalam Pemilu Kada ?
Sekilas Sejarah Pemilu Kada-1
         Dalam rentang sejarah Indonesia, proses pengisian jabatan politik kepala daerah sudah
         berlangsung sejak zaman colonial. Pemerintahan Hindia Belanda menjalankan system rekrutmen
         kepala daerah dengan sistem penunjukan atau pengangkatan oleh penguasa kolonial atau
         tepatnya gubernur jenderal, dengan kewajiban pribumi yang menduduki jabatan memberikan
         kompensasi ekonomi (upeti). Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, sistem rekrutmen kepala
         daerah juga tidak demokratis karena kepala daerah diangkat atau ditunjuk oleh penguasa Jepang ¹.
         Setelah Indonesia merdeka, beberapa peraturan perundang-undangan yang menyinggung
         kedudukan kepala daerah dibuat antara lain adalah undang - undang nomor 1 tahun 1945 ², UU
         nomor 22/1948 tentang pemerintahan di daerah ³. Sehubungan dengan adanya perubahan bentuk
         negara menjadi negara serikat dengan ditetapkannya Undang - Undang Dasar Sementara Tahun
         1950 terjadi pula perubahan pada undang - undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah,
         yaitu undang - undang nomor 1 tahun 1957. UU ini pada dasarnya mulai mengintrodusir system
         pemilihan kepala daerah secara langsung, namun karena situasi politik yang belum kondusif, UU
         ini belum dapat dilaksanakan hingga selanjutnya keluar UU undang - undang nomor 18/1965
         tentang pokok - pokok pemerintahan daerah, dimana UU ini kembali mempertegas peran
         pemerintah pusat dalam proses rekrutmen kepala daerah. Pemerintahan Orde Baru menerbitkan
         undang - undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok - pokok pemerintahan di daerah fengan
         nuansa yang masih sama. Bahkan dalam beberapa kasus, kepala daerah yang dipilih bukanlah
         pilihan nomor 1 yang diusulkan DPRD setempat. Pada tahun 1985, kandidat nomor 1 gubernur
         Riau, Ismail Suko dikalahkan oleh Imam Munandar yang merurpakan kandidat nomor 2. pada
         pemilihan bupati Sukabumi, calon nomor 2 Ragam Santika juga akhirnya dipilih sebagai bupati.

1.   Ari Barata, Sejarah Pemilu Kepala Daerah di Indonesia, http://politik.kompasiana.com/2010/11/30/sejarah-pemilu-kepala-daerah-di-indonesia/
2.   Dalam undang - undang tersebut dinyatakan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi eksekutifnya sebagai pemimpin komite nasional daerah, juga menjadi anggota dan ditetapkan sebagai ketua legislatif dalam badan
     perwakilan daerah. Pada masa undang -undang nomor 1 tahun 1945, kepala daerah yang diangkat adalah kepala daerah pada masa sebelumnya, hal itu dilakukan karena situasi politik, keamanan, dan hukum ketatanegaraan
     pada saat itu tidak baik.
3.   Dalam UU ini, Kepala daerah propinsi (gubernur) diangkat oleh presiden dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi. Untuk kepala daerah kabupaten, diangkat oleh menteri dalam negeri dari calon
     yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten. Demikian juga untuk kepala daerah desa (kota kecil) yang diangkat oleh kepala daerah propinsi dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Desa
     (kota kecil).
4.   Dalam undang - undang ini, kepala daerah diangkat dan diberhentikan oleh presiden atau menteri dalam negeri melalui calon - calon yang diajukan oleh DPRD.
Sekilas Sejarah Pemilu Kada-2

Seiring dengan dimulainya era reformasi, terjadi sedikit pergeseran system pemilihan kepala
daerah. Melalui undang - undang nomor 22 tahun 1999, diatur bahwa pemilihan kepala daerah
yang dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini berbeda dengan di masa -
masa sebelumnya, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hanya mengusulkan nama - nama
calon kepala daerah dan kemudian kepala daerah tersebut dipilih oleh presiden dari calon -
calon tersebut. Artinya, system yang diintrodusir dalam UU ini sudah mulai mengarah kepada
system demokrasi perwakilan, di mana hal ini konsisten dengan kehendak politik saat itu yang
mulai memberlakukan system desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Transformasi system pemilihan kepala daerah ini semakin berkembang dengan disahkannya
undang - undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya
memandatkan pemberlakuan system pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara
langsung. Implementasi Pemilu Kada secara langsung sesuai dengan Undang - undang ini
terlaksana pertama kali pada tanggal 1 juni 2005. Tidak berhenti di sini, perbaikan system
Pemilu Kada kembali terjadi dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi No 5/PUU-
V/2007 yang menganulir UU 32/2004 pasal 56, 59 dan 60 tentang persyaratan pencalonan
kepala daerah, sehingga memberikan ruang kepada calon perseorangan (independen) untuk
turut berkompetisi menjadi kontestan dalam Pilkada. Dalam kerangka penyesuaian terhadap
putusan MK tersebut, dilakukan perubahan atas UU nomor 3 tahun 2004 melalui pengesahan
UU nomor 12 tahun 2008, dimana di dalamnya diatur persyaratan dan prosedur pencalonan
bagi calon perseorangan dalam Pemilu Kada.
STANDARD IDEAL
    PEMILU
15 Standard Internasional Pemilu-1*

1.      Penyusunan kerangka hokum, Kerangka hukum pemilu harus disusun sedemikian rupa sehing-ga tidak bermakna
        ganda, mudah dipahami, dan harus dapat menyo-roti semua unsur sistem pemilu yang diperlukan untuk
        memastikan pemilu yang demokratis;
2.      Pemilihan sistem pemilu, di dalam sistem pemilu ha-rus terdapat badan-badan yang dipilih, frekuensi pemilu, dan
        lemba-ga penyelenggara pemilu;
3.      Penetapan daerah pemilihan, dimana Daerah pemi- lihan dibuat sedemikian rupa sehingga setiap suara setara
        untuk mencapai derajat keterwakilan yang efektif;
4.      Hak untuk memilih dan dipilih, Semua warga negara yangmemenuhi syarat dijamin bisa ikut dalam pemilihan
        tanpa diskriminasi;
5.      Badan penyelenggara pemilu harus dijamin bisa bekerja indepen-den. Hal ini merupakan persoalan penting
        karena mesin-mesin pe- laksana pemilu membuat dan melaksanakan keputusan yang dapatmempengaruhi hasil
        pemilu. Oleh karena itu, badan tersebut harus bekerja dalam kerangka waktu yang cukup, memiliki
        sumberdaya yang mumpuni, dan tersedia dana yang memadai. Kerangka hukum harus membuat ketentuan
        tentang me-kanisme untuk memproses, memutuskan, dan menangani keluhandalam pemilu secara tepat waktu;
6.      Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih, Kerangka hukum harus mewajibkan penyimpanan daftar pemilihsecara
        transparan dan akurat, melindungi hak warga negara yang me-menuhi syarat untuk mendaftar, dan mencegah
        pendaftaran orangsecara tidak sah atau curang;
7.      Akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat, Semua partai politik dan kandidat dijamin dapat bersaing
        dalampemilu atas dasar perlakuan yang adil. Pendaftaran partai politik danketentuan akses kertas suara pada
        waktu pemilu perlu diatur secara berbeda;
8.      Kampanye pemilu yang demokratis, Kerangka hukum harus menjamin setiap partai politik dan kandi-dat
        menikmati kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berkumpul, serta memiliki akses terhadap para
        pemilih dan semua pihak yang terkait (stakeholder ) dalam proses pemilihan;


5. International Idea, Standard-standard Internasional untuk Pemilihan Umum, http://www.idea.int/publications/ies/upload/STANDAR-STANDAR_INTERNASIONAL_UNTUK_PEMILU.pdf
15 Standard Internasional Pemilu-2



9.   Akses ke media dan kebebasan berekspresi, Semua partai politik dan kandidat memiliki akses ke media. Ke-
     rangka hukum harus menjamin mereka diperlakukan secara adil olehmedia yang dimiliki atau dikendalikan oleh
     negara;
10. Pembiayaan dan pengeluaran, semua partai politik dankandidat diperlakukan secara adil oleh ketentuan hukum
    yang meng-atur pembiayaan dan pengeluaran kampanye;
11. Pemungutan suara, Kerangka hukum harus memastikan tempat pemungutan suara dapat diakses semua pemilih.
    Terdapat pencatatan yang akurat ataskertas suara dan jaminan kerahasiaan kertas suara;
12. Penghitungan dan rekapitulasi suara, Penghitungan suara yang adil, jujur, dan terbuka merupakan da-sar dari
    pemilu yang demokratis. Oleh karena itu, kerangka hukumharus memastikan agar semua suara dihitung dan
    ditabulasi atau di-rekapitulasi dengan akurat, merata, adil, dan terbuka;
13. Peranan wakil partai dan kandidat, Guna melindungi integritas dan keterbukaan pemilu, perwakilanpartai dan
    kandidat harus dapat mengamati semua proses pemungu- tan suara. Kerangka hukum harus menjelaskan hak
    dan kewajibanperwakilan partai dan kandidat di tempat pemungutan suara danpenghitungan suara;
14. Pemantauan pemilu, Untuk menjamin transparansi dan meningkatkan kredibilitas, ke-rangka hukum harus
    menetapkan bahwa pemantau pemilu dapatmemantau semua tahapan pemilu;
15. Kepatuhan terhadap hukum; dan penegakan peraturan pemilu, Kerangka hukum pemilu harus mengatur
    mekanisme dan penye- lesaian hukum yang efektif untuk menjaga kepatuhan terhadap un-dang-undang pemilu.
Standard Pemilu Demokratis

      Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dirumuskan
      berdasarkan asas-asas pemilu: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
      dan adil, akuntabel, dan edukatif.
      Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu terdapat
      kepastian hukum (predictable procedures), yaitu: mengatur semua hal
      yang perlu diatur (tidak ada kekosongan hukum), ketentuan yang satu
      dengan ketentuan yang lain tidak saling bertentangan (konsisten), dan
      ketentuan yang mengandung makna tunggal (tidak multitafsir).
      Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dan sistem
      pendukungnya bersifat efektif (mencapai tujuan yang ditetapkan), dan
      efesien (baik dalam prosedur, jangka waktu, sarana, tenaga, dan biaya).
      Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan terdapat sistem
      pengawasan guna menjamin pemilu berjalan sesuai dengan peraturan
      perundang-undangan, sehingga proses dan hasil pemilu mencapai
      integritas tinggi.

Ramlan Surbakti dalam Buku Panduan Komisi Pemilihan Umum, Partnership for Governance Reform.
Asas Pemilu di Indonesia
 UU nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa Kepala daerah dan wakil kepala
 daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
 demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
 UU nomor 22 tahun 2007 Pasal 2 menyebutkan bahwa Penyelenggara Pemilu
 berpedoman kepada asas:
 a. mandiri;
 b. jujur;
 c. adil;
 d. kepastian hukum;
 e. tertib penyelenggara Pemilu;
 f. kepentingan umum;
 g. keterbukaan;
 h. proporsionalitas;
 i. profesionalitas;
 j. akuntabilitas;
 k. efisiensi; dan
 l. efektivitas
POTRET PEMILU KADA
PEMILU KADA memiliki karakteristik yang berbeda
dengan Pemilu Legislatif dan Pilpres, yang dapat
dilihat dari indikator:
• Tingkat kompetisi dan kontestasi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
  Daerah sangat besar. Hal ini disebabkan karena terjadinya kristalisasi kepentingan dan
  dukungan politik kepada 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil
  Kepala Daerah.

• Besarnya potensi konflik antar pendukungan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
  Daerah, yang dipicu oleh dekatnya jarak dan ikatan kepentingan dan ikatan emosional
  pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan pendukung mereka.

• Besarnya potensi ketidaknetralan dan parsialitas penyelenggara PemiluKada maupun pengawas
  PemiluKada, mengingat pengalaman empiric selama ini menunjukkan bahwa arena kompetisi
  antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juga merambah kepada wilayah
  pemasangan “orang” mereka dalam institusi penyelenggara PemiluKada.


• Tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik uang,
  abuse of power, dan manipulasi dana kampanye.
Statistik Penyelenggaraan Pemilukada 2010



• 244 Pemilukada direncanakan, 224
  terlaksana
• 230 PHPU Daerah masuk ke MK, 26
  dikabulkan, tolak 149, tidak diterima
  45, tarik kembali 4
• Jumlah Putusan 224, sisa 6
• 22 daerah yang melaksanakan
  pemungutan suara 2 putaran
• 103 daerah calon incumbent menang
  Pemilu Kada; 4 daerah diusung dari
  unsur perseorangan, & 209 daerah yg
  calon diusung dari partai politik; 3
  daerah incumbent diusung dari unsur
  perseorangan.
PERMASALAHAN
DALAM PEMILU KADA
Problematika dalam Penyelenggaraan Pemilukada



Problem perundang-undangan

Problem Penyelenggaraan

Problem di tingkat Penyelenggara

Problem di tingkat Kontestan

Problem di tingkat masyarakat
Problem di Ranah Peraturan

Peraturan tentang Pemilu Kada tidak terkodifikasi
dan tersebar ke dalam banyak peraturan perundang-
undangan. Hal ini menyulitkan dan berpotensi
menimbulkan overlapping.
Terdapat beberapa kontradiksi antar pengaturan
dalam beberapa peraturan yang menyangkut Pemilu
kada, misalnya yang menyangkut penggunaan NIK
dalam pendaftaran pemilih.
Tersebarnya kewenangan dalam penegakan hukum
Pemilu Kada ke dalam banyak institusi sehingga
menyebabkan proses penegakan hukum menjadi
lebih rumit.
Problem di Ranah Penyelenggaran



• Sumber data yang dipergunakan dalam pemutakhiran daftar
  pemilih.
• Konflik internal parpol pengusung pasangan calon
• Pembuktian keterpenuhan persyaratan calon.
• Ketersediaan anggaran Pemilu Kada
• Netralitas PNS
• Penyelahgunaan anggaran APBD untuk kampanye Pemilu
  Kada
• Intimidasi, teror dan konflik
Problem di Ranah Penyelenggara

Ketidaknetralan penyelenggara Pemilu
Ketidakprofessionalan penyelenggara Pemilu
Bersikap diskriminatif
Bersikap tertutup (tidak membuka akses informasi)
Bersikap tidak transparan
Bersikap pasif dalam menindaklanjuti laporan
pelanggaran administratif
Konflik antar institusi penyelenggara Pemilu Kada
Keterlambatan pembentukan Panwaslu Kada
Sistem koordinasi KPU dan KPU Provinsi/KPU
Kabupaten/Kota dalam Pemilu Kada yang tidak jelas
dan terkesan saling lempar tanggung jawab.
KENDALA DI RANAH PESERTA PEMILU KADA


•   Kompetisi yang tidak fair
•   Abuse of power
•   Vote buying (Money politics)
•   Praktek penyuapan terhadap penyelenggara pemilu untuk
    melakukan manipulasi hasil perolehan suara
•   Rendahnya kepercayaan peserta Pemilu Kada terhadap
    integritas penyelenggara
•   Keterbatasan jumlah saksi
•   Penggunaan tim sukses illegal/bayangan
•   Kecenderungan untuk “menyimpan” dugaan pelanggaran
    Pemilu Kada untuk dibongkar di MK.
KENDALA DI TINGKAT MASYARAKAT



Meningkatnya apatisme dan skeptisisme masyarakat

Meningkatnya pragmatisme masyarakat

Lemahnya kesadaran partisipatif masyarakat untuk
terlibat dalam pemantauan Pemilu Kada.
TITIK RAWAN DALAM
    PEMILU KADA
TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA
PENDAFTARAN PEMILIH
Titik rawan antara lain:
     warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih tetapi tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;
     warga negara yang belum memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;
     pemilih terdaftar lebih dari satu kali dengan modus antara lain:
           nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat sama, nomor identitas kependudukan sama;
           nama sama, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;
           nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;
           nama berbeda, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;
           dan
           nama dan identitas pemilih yang sama, tetapi terdaftar di TPS berbeda;
     pemilih sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;
     pemilih belum memenuhi persyaratan domisili sekurang-kurangnya 6 bulan di wilayah penyelenggaraan
     Pemilu Kada;
     calon pemilih yang telah pindah domisili ke daerah lain;
     anggota TNI/Polri aktif yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;
     pemilih yang tidak memiliki nomor identitas kependudukan;
     pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Sementara tetapi tidak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap;
     pemilih tidak dikenal karena terjadi mobilisasi pemilih dari daerah yang bukan melaksanakan Pemilu
     Kada;
     selisih jumlah pemilih yang terlalu mencolok antara Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Pemilu Kada;
     data pemilih tertukar dengan data pemilih dari TPS lain;
     pemilih yang tidak dicantumkan tanggal lahirnya dalam Daftar Pemilih Tetap.
TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM
             PEMILU KADA
TAHAPAN PENCALONAN
  Dualisme kepengurusan dalam tubuh partai politik.
  Sistem rekrutmen calon di internal partai dan konflik internal parpol
  (Kasus Pati).
  Pemalsuan atau penggunaan dokumen palsu dalam pemenuhan
  persyaratan calon (ijazah, surat keterangan sehat, dll)
  Tidak ada ruang untuk mengajukan keberatan dari pasangan
  calon/Parpol terhadap penetapan pasangan calon yang ditetapkan
  oleh KPU.
  Dalam hal terjadi konflik internal Parpol, KPU berpihak kepada
  salah satu pasangan calon/pengurus parpol tertentu sehingga
  parpol yang sebenarnya memenuhi syarat namun gagal
  mengajukan pasangan calon. Akibat lebih lanjut, partai politik
  maupun konstituen kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
  kepala daerah yang merupakan preferensi merek
TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM
              PEMILU KADA
TAHAPAN KAMPANYE
a. Pelanggaran ketentuan masa cuti
b. Manuver politik incumbent untuk menjegal lawan politik
c. Care taker yang memanfaatkan posisi untuk memenangkan PILKADA
d. Money politics
e. Pemanfaatan fasilitas negara dan pemobilisasian birokrasi
f. Kampanye negative
g. Pelanggaran etika dalam kampanye
h. Curi start kampanye, kampanye terselubung, dan kampanye di luar waktu yang telah
   ditetapkan

MASALAH DANA KAMPANYE
1. Manipulasi laporan dana kampanye
2. Keterlambatan dalam penyampaian laporan dana kampanye
3. Penggunaan dana APBD oleh calon incumbent
4. Sumbangan dari pihak-pihak yang dilarang
5. Pelanggaran ambang batas penerimaan sumbangan
TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA




TAHAPAN PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN DAN REKAPITULASI SUARA
   Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi penghitungan suara.
   Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU Kab/kota, dan
   KPU Provinsi.
   Belum lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU
   Provinsi.
   Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon.
   Keterbatasan anggota      Panwas    mengontrol   hasil   penghitungan dan rekapitulasi hasil
   penghitungan suar
KONFLIK/SENGKETA
  PEMILU KADA
JENIS SENGKETA PEMILU KADA


  Sengketa       Wewenang
                 Panwaslu
   Proses          Kada




  Sengketa        Wewenang
                  Mahkamah
    Hasil         Konstitusi
KONFLIK PEMILU KADA
JENIS KONFLIK DALAM PEMILUKADA



Konflik yang berbasis tahapan dalam Pemilukada.
Konflik jenis ini antara lain mencakup konflik yang
terjadi pada tahapan penetapan pasangan calon,
kampanye, penghitungan dan rekapitulasi suara.

Konflik yang berbasis non-tahapan pemilukada.
Konflik jenis ini kebanyakan berakar dari residu
konflik di masa lalu, misalnya konflik antar etnis,
perebutan sumber daya ekonomi, dan lain-lain yang
muncul kembali dalam proses penyelenggaraan
tahapan Pemilukada.
KARAKTERISITIK KONFLIK DALAM
         PEMILUKADA

Konflik yang muncul karena adanya perbedaan pemahaman terhadap
ketentuan perundang-undangan Pemilu atau keputusan penyelenggara
Pemilukada. Konflik jenis ini biasanya terjadi sesaat dan hanya pada
tahapan pemilukada yang sedang/telah berlangsung.
Konflik yang berakar dari residu konflik sebelumnya dan muncul kembali
dalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada karena dipicu oleh
provokasi dari pihak-pihak tertentu. Sifat konflik ini biasanya akan
berlangsung secara lebih panjang.
Konflik yang muncul karena adanya masalah dalam proses penyelenggaran
Pemilukada dan masih terkait dengan residu konflik sebelumnya. Misalnya
konflik yang melibatkan dua kelompok yang sama yang sebelumnya pernah
terlibat dalam konflik di masa lalu, misalnya kejadian konflik di Kab. Gowa
dimana konflik melibatkan dua calon kepala daerah yang pada pemilukada
sebelumnya juga sama-sama berkompetisi.
IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010

Structure Factor:
     Temperamen dan Tradisi (Kabupaten Bima);
     Relasi Peta Kekuatan Pada Pemilu Kada Sebelumnya (Kabupaten Soppeng);
     Konflik Internal Dalam Kelompok Tertentu (Kabupaten Maros, Humbang Hasudutan);
     Konflik Antara Penguasa (Incumbent) dan Keturunan Raja (Kabupaten Gowa);
     Kekecewaan Paslon Yang Kalah Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Gowa);
     Kekecewaan Paslon Yang Tidak Lolos Seleksi (Kabupaten Kebumen, Sumbawa Barat, Mojokerto);
     Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kepala Daerah Yang Tidak Netral Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Tana Toraja);
     Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kinerja KPU dan Pengawas Pemilu Kada Kabupaten (Kabupaten Tana Toraja,
     Humbang Hasudutan);
     Issu SARA (Kabupaten Bengkayang);
     Konflik Berbasis Kultur Sosial Masyarakat Lokal (Kabupaten Bengkayang).
Accelerator:
     Kebijakan Pemerintah Daerah;
     Pasangan Calon Incumbent Non Acceptable Dan Memiliki Track Record Buruk;
     Sikap Dan Kebijakan KPU;
     Kebijakan Aparat Penegak Hukum;
     Kohesi Kepentingan Dengan Pilgub;
     Pemberitaan Media;
     Tim Kampanye Paslon;
     LSM, Preman , dan Ormas;
     Keterlibatan “Orang Asing” (Penyusup).
IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010



Trigger:
       No              Tahapan           No            Non Tahapan
       1    Tahapan Pencalonan           1    Quick Count
       2    Kampanye (Black Campaigne)   2    Netralitas
       3    Money Politik
       4    Rekapitulasi
       5    Pemutakhiran Data



Securitizing Agent:
   Pemerintah;
   KPU;
   Aparat Penegak Hukum;
   Kontraktor/Botoh;
   Tim Kampanye/Konsultan.
PERAN PANWASLUKADA DALAM
    PENCEGAHAN KONFLIK PEMILUKADA
UU nomor 32 tahun 2004, pasal 66 ayat (4) huruf d memberikan
mandat kepada Panwaslukada untuk menyelesaikan sengketa
Pemilukada. Sengketa Pemilukada ini mencakup sengketa yang
muncul dalam proses penyelenggaraan tahapan pemilukada,
bukan menyangkut sengketa hasil Pemilukada yang menjadi
ranah kewenangan MK.
Mandat peran penyelesaian konflik ini lebih bersifat pasif, artinya
panwaslukada berperan menyelesaikan sengketa yang dilaporkan
kepadanya.
Meskipun bersifat pasif, namun karena sengketa/konflik dalam
Pemilukada memiliki dimensi yang luas dan rumit, maka sejalan
dengan tugas Panwaslukada untuk mengawasi tahapan
pemilukada, Panwaslukada belum tampak mampu
mengoptimalkan kinerjanya untuk mendeteksi secara dini potensi
konflik yang ada sehingga tidak membesar dan pecah.
SENGKETA HASIL
 PEMILU KADA
LINGKUP KEWENANGAN MK DALAM
                PHPU

• Memeriksa dan memutus sengketa hasil Pemilu Kada terkait dengan
  perbedaan hasil penghitungan perolehan suara, yang mempengaruhi
  hasil Pemilu Kada. Obyek perselisihan yang dapat digugat adalah
  Keputusan KPUD tentang penetapan hasil rekapitulasi penghitungan
  suara Pemilu Kada di daerah bersangkutan.
• Memeriksa dan memutus merupakan pelanggaran yang terjadi
  dalam proses penyelenggaraan Pemilu Kada yang mempengaruhi
  hasil Pemilu Kada. Bentuk pelanggaran ini dirumuskan oleh MK
  sebagai pelanggaran yang massif, terstruktur, dan sistematis, yakni
  melibatkan sedemikian banyak orang, direncanakan secara matang,
  dan melibatkan pejabat dan/atau penyelenggara Pemilu secara
  berjenjang (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor
  41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008)
PUTUSAN MK DALAM PHPU PEMILU KADA 2010

                                                     Keterlibatan birokrasi/
                                                        PNS (9 daerah)

                     Faktor Paslon/Pihak
                      Terkait/Incumbent               Praktik politik uang
                         (19 daerah)                     (14 daerah)


                                                    Intimidasi, tekanan atau
                                                     kekerasan (1 daerah)



Permohonan Pemohon     Faktor Petugas/              DPT atau surat
   yang dikabulkan   Penyelenggara Pemilu           pemberitahuan
     (25 daerah)          (6 daerah)                  (2 daerah)

                                                   Pencalonan
                                                   (3 daerah)

                                                        Pemungutan/
                                                     penghitungan suara
                          Faktor                         (3 daerah)
                     Pengawas Pemilu
                        (4 daerah)


                                            EVALUASI PEMILUKADA 2010 PERLUDEM
KARAKTER PUTUSAN MK TERKAIT
          PELANGGARAN M-S-T
No.                   Bentuk Pelanggaran M-S-T                            Daerah
 1.   Syarat Administrasi Pencalonan                           Kota Tebing tinggi

 2.   Politik uang                                             Kabupaten Konawe Selatan
      Politisasi Birokrasi

 3.   Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu (coblos tembus)   Kabupaten Lamongan

 4.   Memanipulasi Suara                                       Kabupaten Sintang
      Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu
      Politik Uang
 5.   Politik Uang                                             Kabupaten Gresik
      Politisasi Birokrasi
 6.   Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu                   Kota Surabaya

 7.   Politik Uang                                             Mandailing Natal

 8.   Politik Uang                                             Kotawaringin Barat
      Intimidasi

 9.   Politisasi Birokrasi                                     Kota Tanjungbalai
      Politik Uang

10.   Politisasi Birokrasi                                     Kabupaten Sumbawa
      Politik Uang
TERIMA KASIH
Ahsanul Minan

Ahsanul Minan lahir pada bulan April 1976, di Tuban, Jawa Timur.
Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Tuban, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri Program
Khusus di Solo, Jawa Tengah.
Pendidikan tingginya ditempuh di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta.
Saat ini sedang menempuh studi magister hukum di Universitas Indonesia, jurusan Hukum Tata Negara.
Selama kuliah, ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Solo.
Di samping menempuh pendidikan formal, Minan juga beberapa kali mengikuti short-term training di beberapa negara, antara lain di Australia,
Jerman, Malaysia, Srilangka.
Mendirikan Institute for Research and Empowering Society (INRES), sebuah NGO yang bergerak di bidang community organizing untuk isu
penguatan local autonomy dan public services.
Pada tahun 2003-2004, menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Jawa Tengah.
Sempat 2 tahun menjadi staf ahli DPR RI, lalu bekerja pada Asean Inter-parliamentary Myanmar Caucuss (AIPMC).
Pada tahun 2008-2009, Minan menjadi Project Officer untuk Program Election Support di kantor Partnership for Governance Reform. Pada saat yang
sama, Minan bekerja sebagai staf ahli Bawaslu RI.
Pertengahan 2009-2011, menjadi Consultant UNDP untuk Electoral Dispute Setllement dengan penugasan untuk memberikan konsultansi kepada
Badan Pengawas Pemilu RI, dan Consultant UNDP untuk program Electoral Resources and Information Centre (ERIC) dengan penugasan untuk
memberikan asistensi kepada KPU dalam membangun sistem pelayanan informasi publik.
Di samping itu, Minan juga aktif memberikan pelatihan dalam berbagai bidang antara lain capacity development untuk anggota parlemen, partai
politik, dan community development
Saat ini bekerja sebagai program manager untuk program anti money politic di Management System International (MSI).

More Related Content

What's hot

Pkpu 15 2013_kampanye
Pkpu 15 2013_kampanyePkpu 15 2013_kampanye
Pkpu 15 2013_kampanye
KPU KOTA KENDARI
 
PKPU Nomor 6 Tahun 2018
PKPU Nomor 6 Tahun 2018PKPU Nomor 6 Tahun 2018
PKPU Nomor 6 Tahun 2018
Cecep Husni Mubarok, S.Kom., M.T.
 
UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )
UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )
UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )
Cecep Husni Mubarok, S.Kom., M.T.
 
Pkpu 23 thn 2018
Pkpu 23 thn 2018Pkpu 23 thn 2018
Pkpu 23 thn 2018
fariztasha
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
Ucke Gadzali
 
PKPU Nomor 7 Tahun 2017
PKPU Nomor 7 Tahun 2017PKPU Nomor 7 Tahun 2017
PKPU Nomor 7 Tahun 2017
Cecep Husni Mubarok, S.Kom., M.T.
 
PKPU Nomor 11 Tahun 2017
PKPU Nomor 11 Tahun 2017PKPU Nomor 11 Tahun 2017
PKPU Nomor 11 Tahun 2017
Cecep Husni Mubarok, S.Kom., M.T.
 
Potensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkPotensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpk
Muhammad Yunus
 
PKPU Nomor 3 Tahun 2018
PKPU Nomor 3 Tahun 2018PKPU Nomor 3 Tahun 2018
PKPU Nomor 3 Tahun 2018
Cecep Husni Mubarok, S.Kom., M.T.
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi DaerahGaluh Musa
 
Renstra BAWASLU
Renstra BAWASLURenstra BAWASLU
Renstra BAWASLU
Bawaslu HSU
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
Galuh Musa
 
M nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093final
M nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093finalM nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093final
M nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093finalnatal kristiono
 
Implementasi w n politik hukum
Implementasi w n politik hukumImplementasi w n politik hukum
Implementasi w n politik hukum
natal kristiono
 
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanOtonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Kang Huda
 
PKPU Nomor 8 Tahun 2018
PKPU Nomor 8 Tahun 2018PKPU Nomor 8 Tahun 2018
PKPU Nomor 8 Tahun 2018
Cecep Husni Mubarok, S.Kom., M.T.
 
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
acengrian
 

What's hot (18)

Pkpu 15 2013_kampanye
Pkpu 15 2013_kampanyePkpu 15 2013_kampanye
Pkpu 15 2013_kampanye
 
PKPU Nomor 6 Tahun 2018
PKPU Nomor 6 Tahun 2018PKPU Nomor 6 Tahun 2018
PKPU Nomor 6 Tahun 2018
 
UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )
UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )
UU Nomor 7 Tahun 2017 ( PENJELASAN )
 
Pkpu 23 thn 2018
Pkpu 23 thn 2018Pkpu 23 thn 2018
Pkpu 23 thn 2018
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
PKPU Nomor 7 Tahun 2017
PKPU Nomor 7 Tahun 2017PKPU Nomor 7 Tahun 2017
PKPU Nomor 7 Tahun 2017
 
PKPU Nomor 11 Tahun 2017
PKPU Nomor 11 Tahun 2017PKPU Nomor 11 Tahun 2017
PKPU Nomor 11 Tahun 2017
 
Potensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkPotensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpk
 
PKPU Nomor 3 Tahun 2018
PKPU Nomor 3 Tahun 2018PKPU Nomor 3 Tahun 2018
PKPU Nomor 3 Tahun 2018
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Renstra BAWASLU
Renstra BAWASLURenstra BAWASLU
Renstra BAWASLU
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
M nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093final
M nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093finalM nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093final
M nurjaya santrihhn-7101413431-pknrombel093final
 
Implementasi w n politik hukum
Implementasi w n politik hukumImplementasi w n politik hukum
Implementasi w n politik hukum
 
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanOtonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsman
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
PKPU Nomor 8 Tahun 2018
PKPU Nomor 8 Tahun 2018PKPU Nomor 8 Tahun 2018
PKPU Nomor 8 Tahun 2018
 
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
 

Similar to Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011

Isu Krusial dalam Pilkada 2018
Isu Krusial dalam Pilkada 2018Isu Krusial dalam Pilkada 2018
Isu Krusial dalam Pilkada 2018
Ahsanul Minan
 
PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis
PEMILUKADA dalam Perspektif FilosofisPEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis
PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis
Agus Widiyanto
 
Purple and Orange Business Workplan Presentation.pptx
Purple and Orange Business Workplan Presentation.pptxPurple and Orange Business Workplan Presentation.pptx
Purple and Orange Business Workplan Presentation.pptx
brigita31
 
Transparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye
Transparansi dan Akuntabilitas Dana KampanyeTransparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye
Transparansi dan Akuntabilitas Dana KampanyeAhsanul Minan
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
Rama Putra
 
Artikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docx
Artikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docxArtikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docx
Artikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docx
fathiyyahfahma
 
Bab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluBab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemilu
Lunandi Syaiful
 
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxDinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
KuyungRizal1
 
Tugas hukum kons uas hasyim
Tugas hukum kons uas hasyimTugas hukum kons uas hasyim
Tugas hukum kons uas hasyim
yuni arifiani
 
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptxperan masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
LkuhapSampang
 
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Ahsanul Minan
 
Materi Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptxMateri Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptx
MuhidalWasi
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
sangdamar
 
Format politik ekonomi indonesia copy (2)
Format politik ekonomi indonesia   copy (2)Format politik ekonomi indonesia   copy (2)
Format politik ekonomi indonesia copy (2)
Muqowwil hujjaj
 
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfpresentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
Jhonwilla2
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Lisa Tri Setiawati
 
pro pemilu langsung
pro pemilu langsungpro pemilu langsung
pro pemilu langsung
mochammad johari
 
Implementasi putusan mk atas pilkada gresik
Implementasi putusan mk atas pilkada gresikImplementasi putusan mk atas pilkada gresik
Implementasi putusan mk atas pilkada gresik
WishRoom
 
Pemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.pptPemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.ppt
ANZAKKI
 
Presentasi Pemilih Pemula .pptx
Presentasi Pemilih Pemula .pptxPresentasi Pemilih Pemula .pptx
Presentasi Pemilih Pemula .pptx
pieterpattiasina2
 

Similar to Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011 (20)

Isu Krusial dalam Pilkada 2018
Isu Krusial dalam Pilkada 2018Isu Krusial dalam Pilkada 2018
Isu Krusial dalam Pilkada 2018
 
PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis
PEMILUKADA dalam Perspektif FilosofisPEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis
PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis
 
Purple and Orange Business Workplan Presentation.pptx
Purple and Orange Business Workplan Presentation.pptxPurple and Orange Business Workplan Presentation.pptx
Purple and Orange Business Workplan Presentation.pptx
 
Transparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye
Transparansi dan Akuntabilitas Dana KampanyeTransparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye
Transparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Artikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docx
Artikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docxArtikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docx
Artikel PERMASALAHAN DAN SOLUSI PILKADA.docx
 
Bab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluBab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemilu
 
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxDinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
 
Tugas hukum kons uas hasyim
Tugas hukum kons uas hasyimTugas hukum kons uas hasyim
Tugas hukum kons uas hasyim
 
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptxperan masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
 
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
 
Materi Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptxMateri Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptx
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
 
Format politik ekonomi indonesia copy (2)
Format politik ekonomi indonesia   copy (2)Format politik ekonomi indonesia   copy (2)
Format politik ekonomi indonesia copy (2)
 
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfpresentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
 
pro pemilu langsung
pro pemilu langsungpro pemilu langsung
pro pemilu langsung
 
Implementasi putusan mk atas pilkada gresik
Implementasi putusan mk atas pilkada gresikImplementasi putusan mk atas pilkada gresik
Implementasi putusan mk atas pilkada gresik
 
Pemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.pptPemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.ppt
 
Presentasi Pemilih Pemula .pptx
Presentasi Pemilih Pemula .pptxPresentasi Pemilih Pemula .pptx
Presentasi Pemilih Pemula .pptx
 

More from Ahsanul Minan

Analisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptx
Analisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptxAnalisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptx
Analisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptx
Ahsanul Minan
 
Keterbukaan Informasi Pemilu
Keterbukaan Informasi PemiluKeterbukaan Informasi Pemilu
Keterbukaan Informasi Pemilu
Ahsanul Minan
 
Digitalisasi Pengawasan Partisipatif
Digitalisasi Pengawasan PartisipatifDigitalisasi Pengawasan Partisipatif
Digitalisasi Pengawasan Partisipatif
Ahsanul Minan
 
Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024
Ahsanul Minan
 
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemiluRefleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
Ahsanul Minan
 
Tantangan Penerapan e-Voting di Indonesia
Tantangan Penerapan e-Voting di IndonesiaTantangan Penerapan e-Voting di Indonesia
Tantangan Penerapan e-Voting di Indonesia
Ahsanul Minan
 
Dana kampanye pemilu serentak 2019
Dana kampanye pemilu serentak 2019Dana kampanye pemilu serentak 2019
Dana kampanye pemilu serentak 2019
Ahsanul Minan
 
Keterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan Informasi PublikKeterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan Informasi Publik
Ahsanul Minan
 
Restatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota
Restatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, WalikotaRestatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota
Restatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota
Ahsanul Minan
 
Potret politik perempuan.pdf
Potret politik perempuan.pdfPotret politik perempuan.pdf
Potret politik perempuan.pdf
Ahsanul Minan
 
Sosialisasi Pengawasan Partisipatif
Sosialisasi Pengawasan PartisipatifSosialisasi Pengawasan Partisipatif
Sosialisasi Pengawasan Partisipatif
Ahsanul Minan
 
Tantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemilu
Tantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemiluTantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemilu
Tantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemilu
Ahsanul Minan
 
Science and Research
Science and Research Science and Research
Science and Research
Ahsanul Minan
 
Hans Kelsen: Law & Moral
Hans Kelsen: Law & MoralHans Kelsen: Law & Moral
Hans Kelsen: Law & Moral
Ahsanul Minan
 
Sekolah kader pengawas pemilu
Sekolah kader pengawas pemiluSekolah kader pengawas pemilu
Sekolah kader pengawas pemilu
Ahsanul Minan
 
Kelembagaan pengawas pemilu di aceh
Kelembagaan pengawas pemilu di acehKelembagaan pengawas pemilu di aceh
Kelembagaan pengawas pemilu di aceh
Ahsanul Minan
 
Penyitaan oleh bawaslu
Penyitaan oleh bawasluPenyitaan oleh bawaslu
Penyitaan oleh bawaslu
Ahsanul Minan
 
Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3
Ahsanul Minan
 
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesiaTantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
Ahsanul Minan
 
Perlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilihPerlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilih
Ahsanul Minan
 

More from Ahsanul Minan (20)

Analisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptx
Analisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptxAnalisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptx
Analisa Stakeholder Dalam Mempromosikan Open Data dan Data.pptx
 
Keterbukaan Informasi Pemilu
Keterbukaan Informasi PemiluKeterbukaan Informasi Pemilu
Keterbukaan Informasi Pemilu
 
Digitalisasi Pengawasan Partisipatif
Digitalisasi Pengawasan PartisipatifDigitalisasi Pengawasan Partisipatif
Digitalisasi Pengawasan Partisipatif
 
Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024
 
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemiluRefleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
 
Tantangan Penerapan e-Voting di Indonesia
Tantangan Penerapan e-Voting di IndonesiaTantangan Penerapan e-Voting di Indonesia
Tantangan Penerapan e-Voting di Indonesia
 
Dana kampanye pemilu serentak 2019
Dana kampanye pemilu serentak 2019Dana kampanye pemilu serentak 2019
Dana kampanye pemilu serentak 2019
 
Keterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan Informasi PublikKeterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan Informasi Publik
 
Restatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota
Restatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, WalikotaRestatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota
Restatement pasal 71 UU Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota
 
Potret politik perempuan.pdf
Potret politik perempuan.pdfPotret politik perempuan.pdf
Potret politik perempuan.pdf
 
Sosialisasi Pengawasan Partisipatif
Sosialisasi Pengawasan PartisipatifSosialisasi Pengawasan Partisipatif
Sosialisasi Pengawasan Partisipatif
 
Tantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemilu
Tantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemiluTantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemilu
Tantangan kelembagaan institusi penyelenggara pemilu
 
Science and Research
Science and Research Science and Research
Science and Research
 
Hans Kelsen: Law & Moral
Hans Kelsen: Law & MoralHans Kelsen: Law & Moral
Hans Kelsen: Law & Moral
 
Sekolah kader pengawas pemilu
Sekolah kader pengawas pemiluSekolah kader pengawas pemilu
Sekolah kader pengawas pemilu
 
Kelembagaan pengawas pemilu di aceh
Kelembagaan pengawas pemilu di acehKelembagaan pengawas pemilu di aceh
Kelembagaan pengawas pemilu di aceh
 
Penyitaan oleh bawaslu
Penyitaan oleh bawasluPenyitaan oleh bawaslu
Penyitaan oleh bawaslu
 
Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3
 
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesiaTantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
 
Perlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilihPerlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilih
 

Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011

  • 1. GAMBARAN PELAKSANAAN PEMILU KADA DI INDONESIA Ahsanul Minan Disampaikan dalam acara Sosialisasi Peraturan Pemilu Kada Tahun 2012 bagi Komponen Masyarakat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Puncak 28 September 2011
  • 2. Pokok Bahasan Bagaimana sejarah proses dan mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah di Indonesia ? Bagaimana standard ideal pemilu ? Bagaimana potret penyelenggaraan Pemilu Kada tahun 2010 ? Apa permasalahan utama yang dihadapi ? Apa yang perlu diwaspadai dalam penyelenggaraan Pemilu Kada di DKI ? Bagaimana karakter konflik dalam Pemilu Kada ?
  • 3. Sekilas Sejarah Pemilu Kada-1 Dalam rentang sejarah Indonesia, proses pengisian jabatan politik kepala daerah sudah berlangsung sejak zaman colonial. Pemerintahan Hindia Belanda menjalankan system rekrutmen kepala daerah dengan sistem penunjukan atau pengangkatan oleh penguasa kolonial atau tepatnya gubernur jenderal, dengan kewajiban pribumi yang menduduki jabatan memberikan kompensasi ekonomi (upeti). Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, sistem rekrutmen kepala daerah juga tidak demokratis karena kepala daerah diangkat atau ditunjuk oleh penguasa Jepang ¹. Setelah Indonesia merdeka, beberapa peraturan perundang-undangan yang menyinggung kedudukan kepala daerah dibuat antara lain adalah undang - undang nomor 1 tahun 1945 ², UU nomor 22/1948 tentang pemerintahan di daerah ³. Sehubungan dengan adanya perubahan bentuk negara menjadi negara serikat dengan ditetapkannya Undang - Undang Dasar Sementara Tahun 1950 terjadi pula perubahan pada undang - undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah, yaitu undang - undang nomor 1 tahun 1957. UU ini pada dasarnya mulai mengintrodusir system pemilihan kepala daerah secara langsung, namun karena situasi politik yang belum kondusif, UU ini belum dapat dilaksanakan hingga selanjutnya keluar UU undang - undang nomor 18/1965 tentang pokok - pokok pemerintahan daerah, dimana UU ini kembali mempertegas peran pemerintah pusat dalam proses rekrutmen kepala daerah. Pemerintahan Orde Baru menerbitkan undang - undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok - pokok pemerintahan di daerah fengan nuansa yang masih sama. Bahkan dalam beberapa kasus, kepala daerah yang dipilih bukanlah pilihan nomor 1 yang diusulkan DPRD setempat. Pada tahun 1985, kandidat nomor 1 gubernur Riau, Ismail Suko dikalahkan oleh Imam Munandar yang merurpakan kandidat nomor 2. pada pemilihan bupati Sukabumi, calon nomor 2 Ragam Santika juga akhirnya dipilih sebagai bupati. 1. Ari Barata, Sejarah Pemilu Kepala Daerah di Indonesia, http://politik.kompasiana.com/2010/11/30/sejarah-pemilu-kepala-daerah-di-indonesia/ 2. Dalam undang - undang tersebut dinyatakan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi eksekutifnya sebagai pemimpin komite nasional daerah, juga menjadi anggota dan ditetapkan sebagai ketua legislatif dalam badan perwakilan daerah. Pada masa undang -undang nomor 1 tahun 1945, kepala daerah yang diangkat adalah kepala daerah pada masa sebelumnya, hal itu dilakukan karena situasi politik, keamanan, dan hukum ketatanegaraan pada saat itu tidak baik. 3. Dalam UU ini, Kepala daerah propinsi (gubernur) diangkat oleh presiden dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi. Untuk kepala daerah kabupaten, diangkat oleh menteri dalam negeri dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten. Demikian juga untuk kepala daerah desa (kota kecil) yang diangkat oleh kepala daerah propinsi dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Desa (kota kecil). 4. Dalam undang - undang ini, kepala daerah diangkat dan diberhentikan oleh presiden atau menteri dalam negeri melalui calon - calon yang diajukan oleh DPRD.
  • 4. Sekilas Sejarah Pemilu Kada-2 Seiring dengan dimulainya era reformasi, terjadi sedikit pergeseran system pemilihan kepala daerah. Melalui undang - undang nomor 22 tahun 1999, diatur bahwa pemilihan kepala daerah yang dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini berbeda dengan di masa - masa sebelumnya, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hanya mengusulkan nama - nama calon kepala daerah dan kemudian kepala daerah tersebut dipilih oleh presiden dari calon - calon tersebut. Artinya, system yang diintrodusir dalam UU ini sudah mulai mengarah kepada system demokrasi perwakilan, di mana hal ini konsisten dengan kehendak politik saat itu yang mulai memberlakukan system desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Transformasi system pemilihan kepala daerah ini semakin berkembang dengan disahkannya undang - undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya memandatkan pemberlakuan system pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Implementasi Pemilu Kada secara langsung sesuai dengan Undang - undang ini terlaksana pertama kali pada tanggal 1 juni 2005. Tidak berhenti di sini, perbaikan system Pemilu Kada kembali terjadi dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi No 5/PUU- V/2007 yang menganulir UU 32/2004 pasal 56, 59 dan 60 tentang persyaratan pencalonan kepala daerah, sehingga memberikan ruang kepada calon perseorangan (independen) untuk turut berkompetisi menjadi kontestan dalam Pilkada. Dalam kerangka penyesuaian terhadap putusan MK tersebut, dilakukan perubahan atas UU nomor 3 tahun 2004 melalui pengesahan UU nomor 12 tahun 2008, dimana di dalamnya diatur persyaratan dan prosedur pencalonan bagi calon perseorangan dalam Pemilu Kada.
  • 5. STANDARD IDEAL PEMILU
  • 6. 15 Standard Internasional Pemilu-1* 1. Penyusunan kerangka hokum, Kerangka hukum pemilu harus disusun sedemikian rupa sehing-ga tidak bermakna ganda, mudah dipahami, dan harus dapat menyo-roti semua unsur sistem pemilu yang diperlukan untuk memastikan pemilu yang demokratis; 2. Pemilihan sistem pemilu, di dalam sistem pemilu ha-rus terdapat badan-badan yang dipilih, frekuensi pemilu, dan lemba-ga penyelenggara pemilu; 3. Penetapan daerah pemilihan, dimana Daerah pemi- lihan dibuat sedemikian rupa sehingga setiap suara setara untuk mencapai derajat keterwakilan yang efektif; 4. Hak untuk memilih dan dipilih, Semua warga negara yangmemenuhi syarat dijamin bisa ikut dalam pemilihan tanpa diskriminasi; 5. Badan penyelenggara pemilu harus dijamin bisa bekerja indepen-den. Hal ini merupakan persoalan penting karena mesin-mesin pe- laksana pemilu membuat dan melaksanakan keputusan yang dapatmempengaruhi hasil pemilu. Oleh karena itu, badan tersebut harus bekerja dalam kerangka waktu yang cukup, memiliki sumberdaya yang mumpuni, dan tersedia dana yang memadai. Kerangka hukum harus membuat ketentuan tentang me-kanisme untuk memproses, memutuskan, dan menangani keluhandalam pemilu secara tepat waktu; 6. Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih, Kerangka hukum harus mewajibkan penyimpanan daftar pemilihsecara transparan dan akurat, melindungi hak warga negara yang me-menuhi syarat untuk mendaftar, dan mencegah pendaftaran orangsecara tidak sah atau curang; 7. Akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat, Semua partai politik dan kandidat dijamin dapat bersaing dalampemilu atas dasar perlakuan yang adil. Pendaftaran partai politik danketentuan akses kertas suara pada waktu pemilu perlu diatur secara berbeda; 8. Kampanye pemilu yang demokratis, Kerangka hukum harus menjamin setiap partai politik dan kandi-dat menikmati kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berkumpul, serta memiliki akses terhadap para pemilih dan semua pihak yang terkait (stakeholder ) dalam proses pemilihan; 5. International Idea, Standard-standard Internasional untuk Pemilihan Umum, http://www.idea.int/publications/ies/upload/STANDAR-STANDAR_INTERNASIONAL_UNTUK_PEMILU.pdf
  • 7. 15 Standard Internasional Pemilu-2 9. Akses ke media dan kebebasan berekspresi, Semua partai politik dan kandidat memiliki akses ke media. Ke- rangka hukum harus menjamin mereka diperlakukan secara adil olehmedia yang dimiliki atau dikendalikan oleh negara; 10. Pembiayaan dan pengeluaran, semua partai politik dankandidat diperlakukan secara adil oleh ketentuan hukum yang meng-atur pembiayaan dan pengeluaran kampanye; 11. Pemungutan suara, Kerangka hukum harus memastikan tempat pemungutan suara dapat diakses semua pemilih. Terdapat pencatatan yang akurat ataskertas suara dan jaminan kerahasiaan kertas suara; 12. Penghitungan dan rekapitulasi suara, Penghitungan suara yang adil, jujur, dan terbuka merupakan da-sar dari pemilu yang demokratis. Oleh karena itu, kerangka hukumharus memastikan agar semua suara dihitung dan ditabulasi atau di-rekapitulasi dengan akurat, merata, adil, dan terbuka; 13. Peranan wakil partai dan kandidat, Guna melindungi integritas dan keterbukaan pemilu, perwakilanpartai dan kandidat harus dapat mengamati semua proses pemungu- tan suara. Kerangka hukum harus menjelaskan hak dan kewajibanperwakilan partai dan kandidat di tempat pemungutan suara danpenghitungan suara; 14. Pemantauan pemilu, Untuk menjamin transparansi dan meningkatkan kredibilitas, ke-rangka hukum harus menetapkan bahwa pemantau pemilu dapatmemantau semua tahapan pemilu; 15. Kepatuhan terhadap hukum; dan penegakan peraturan pemilu, Kerangka hukum pemilu harus mengatur mekanisme dan penye- lesaian hukum yang efektif untuk menjaga kepatuhan terhadap un-dang-undang pemilu.
  • 8. Standard Pemilu Demokratis Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dirumuskan berdasarkan asas-asas pemilu: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, akuntabel, dan edukatif. Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu terdapat kepastian hukum (predictable procedures), yaitu: mengatur semua hal yang perlu diatur (tidak ada kekosongan hukum), ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain tidak saling bertentangan (konsisten), dan ketentuan yang mengandung makna tunggal (tidak multitafsir). Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dan sistem pendukungnya bersifat efektif (mencapai tujuan yang ditetapkan), dan efesien (baik dalam prosedur, jangka waktu, sarana, tenaga, dan biaya). Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan terdapat sistem pengawasan guna menjamin pemilu berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga proses dan hasil pemilu mencapai integritas tinggi. Ramlan Surbakti dalam Buku Panduan Komisi Pemilihan Umum, Partnership for Governance Reform.
  • 9. Asas Pemilu di Indonesia UU nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. UU nomor 22 tahun 2007 Pasal 2 menyebutkan bahwa Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas: a. mandiri; b. jujur; c. adil; d. kepastian hukum; e. tertib penyelenggara Pemilu; f. kepentingan umum; g. keterbukaan; h. proporsionalitas; i. profesionalitas; j. akuntabilitas; k. efisiensi; dan l. efektivitas
  • 11. PEMILU KADA memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pemilu Legislatif dan Pilpres, yang dapat dilihat dari indikator: • Tingkat kompetisi dan kontestasi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sangat besar. Hal ini disebabkan karena terjadinya kristalisasi kepentingan dan dukungan politik kepada 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. • Besarnya potensi konflik antar pendukungan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang dipicu oleh dekatnya jarak dan ikatan kepentingan dan ikatan emosional pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan pendukung mereka. • Besarnya potensi ketidaknetralan dan parsialitas penyelenggara PemiluKada maupun pengawas PemiluKada, mengingat pengalaman empiric selama ini menunjukkan bahwa arena kompetisi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juga merambah kepada wilayah pemasangan “orang” mereka dalam institusi penyelenggara PemiluKada. • Tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik uang, abuse of power, dan manipulasi dana kampanye.
  • 12. Statistik Penyelenggaraan Pemilukada 2010 • 244 Pemilukada direncanakan, 224 terlaksana • 230 PHPU Daerah masuk ke MK, 26 dikabulkan, tolak 149, tidak diterima 45, tarik kembali 4 • Jumlah Putusan 224, sisa 6 • 22 daerah yang melaksanakan pemungutan suara 2 putaran • 103 daerah calon incumbent menang Pemilu Kada; 4 daerah diusung dari unsur perseorangan, & 209 daerah yg calon diusung dari partai politik; 3 daerah incumbent diusung dari unsur perseorangan.
  • 14. Problematika dalam Penyelenggaraan Pemilukada Problem perundang-undangan Problem Penyelenggaraan Problem di tingkat Penyelenggara Problem di tingkat Kontestan Problem di tingkat masyarakat
  • 15. Problem di Ranah Peraturan Peraturan tentang Pemilu Kada tidak terkodifikasi dan tersebar ke dalam banyak peraturan perundang- undangan. Hal ini menyulitkan dan berpotensi menimbulkan overlapping. Terdapat beberapa kontradiksi antar pengaturan dalam beberapa peraturan yang menyangkut Pemilu kada, misalnya yang menyangkut penggunaan NIK dalam pendaftaran pemilih. Tersebarnya kewenangan dalam penegakan hukum Pemilu Kada ke dalam banyak institusi sehingga menyebabkan proses penegakan hukum menjadi lebih rumit.
  • 16. Problem di Ranah Penyelenggaran • Sumber data yang dipergunakan dalam pemutakhiran daftar pemilih. • Konflik internal parpol pengusung pasangan calon • Pembuktian keterpenuhan persyaratan calon. • Ketersediaan anggaran Pemilu Kada • Netralitas PNS • Penyelahgunaan anggaran APBD untuk kampanye Pemilu Kada • Intimidasi, teror dan konflik
  • 17. Problem di Ranah Penyelenggara Ketidaknetralan penyelenggara Pemilu Ketidakprofessionalan penyelenggara Pemilu Bersikap diskriminatif Bersikap tertutup (tidak membuka akses informasi) Bersikap tidak transparan Bersikap pasif dalam menindaklanjuti laporan pelanggaran administratif Konflik antar institusi penyelenggara Pemilu Kada Keterlambatan pembentukan Panwaslu Kada Sistem koordinasi KPU dan KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilu Kada yang tidak jelas dan terkesan saling lempar tanggung jawab.
  • 18. KENDALA DI RANAH PESERTA PEMILU KADA • Kompetisi yang tidak fair • Abuse of power • Vote buying (Money politics) • Praktek penyuapan terhadap penyelenggara pemilu untuk melakukan manipulasi hasil perolehan suara • Rendahnya kepercayaan peserta Pemilu Kada terhadap integritas penyelenggara • Keterbatasan jumlah saksi • Penggunaan tim sukses illegal/bayangan • Kecenderungan untuk “menyimpan” dugaan pelanggaran Pemilu Kada untuk dibongkar di MK.
  • 19. KENDALA DI TINGKAT MASYARAKAT Meningkatnya apatisme dan skeptisisme masyarakat Meningkatnya pragmatisme masyarakat Lemahnya kesadaran partisipatif masyarakat untuk terlibat dalam pemantauan Pemilu Kada.
  • 20. TITIK RAWAN DALAM PEMILU KADA
  • 21. TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA PENDAFTARAN PEMILIH Titik rawan antara lain: warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih tetapi tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap; warga negara yang belum memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap; pemilih terdaftar lebih dari satu kali dengan modus antara lain: nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat sama, nomor identitas kependudukan sama; nama sama, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; nama berbeda, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; dan nama dan identitas pemilih yang sama, tetapi terdaftar di TPS berbeda; pemilih sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap; pemilih belum memenuhi persyaratan domisili sekurang-kurangnya 6 bulan di wilayah penyelenggaraan Pemilu Kada; calon pemilih yang telah pindah domisili ke daerah lain; anggota TNI/Polri aktif yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap; pemilih yang tidak memiliki nomor identitas kependudukan; pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Sementara tetapi tidak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap; pemilih tidak dikenal karena terjadi mobilisasi pemilih dari daerah yang bukan melaksanakan Pemilu Kada; selisih jumlah pemilih yang terlalu mencolok antara Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Pemilu Kada; data pemilih tertukar dengan data pemilih dari TPS lain; pemilih yang tidak dicantumkan tanggal lahirnya dalam Daftar Pemilih Tetap.
  • 22. TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA TAHAPAN PENCALONAN Dualisme kepengurusan dalam tubuh partai politik. Sistem rekrutmen calon di internal partai dan konflik internal parpol (Kasus Pati). Pemalsuan atau penggunaan dokumen palsu dalam pemenuhan persyaratan calon (ijazah, surat keterangan sehat, dll) Tidak ada ruang untuk mengajukan keberatan dari pasangan calon/Parpol terhadap penetapan pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU. Dalam hal terjadi konflik internal Parpol, KPU berpihak kepada salah satu pasangan calon/pengurus parpol tertentu sehingga parpol yang sebenarnya memenuhi syarat namun gagal mengajukan pasangan calon. Akibat lebih lanjut, partai politik maupun konstituen kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kepala daerah yang merupakan preferensi merek
  • 23. TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA TAHAPAN KAMPANYE a. Pelanggaran ketentuan masa cuti b. Manuver politik incumbent untuk menjegal lawan politik c. Care taker yang memanfaatkan posisi untuk memenangkan PILKADA d. Money politics e. Pemanfaatan fasilitas negara dan pemobilisasian birokrasi f. Kampanye negative g. Pelanggaran etika dalam kampanye h. Curi start kampanye, kampanye terselubung, dan kampanye di luar waktu yang telah ditetapkan MASALAH DANA KAMPANYE 1. Manipulasi laporan dana kampanye 2. Keterlambatan dalam penyampaian laporan dana kampanye 3. Penggunaan dana APBD oleh calon incumbent 4. Sumbangan dari pihak-pihak yang dilarang 5. Pelanggaran ambang batas penerimaan sumbangan
  • 24. TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA TAHAPAN PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN DAN REKAPITULASI SUARA Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi penghitungan suara. Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU Kab/kota, dan KPU Provinsi. Belum lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi. Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon. Keterbatasan anggota Panwas mengontrol hasil penghitungan dan rekapitulasi hasil penghitungan suar
  • 26. JENIS SENGKETA PEMILU KADA Sengketa Wewenang Panwaslu Proses Kada Sengketa Wewenang Mahkamah Hasil Konstitusi
  • 28. JENIS KONFLIK DALAM PEMILUKADA Konflik yang berbasis tahapan dalam Pemilukada. Konflik jenis ini antara lain mencakup konflik yang terjadi pada tahapan penetapan pasangan calon, kampanye, penghitungan dan rekapitulasi suara. Konflik yang berbasis non-tahapan pemilukada. Konflik jenis ini kebanyakan berakar dari residu konflik di masa lalu, misalnya konflik antar etnis, perebutan sumber daya ekonomi, dan lain-lain yang muncul kembali dalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada.
  • 29. KARAKTERISITIK KONFLIK DALAM PEMILUKADA Konflik yang muncul karena adanya perbedaan pemahaman terhadap ketentuan perundang-undangan Pemilu atau keputusan penyelenggara Pemilukada. Konflik jenis ini biasanya terjadi sesaat dan hanya pada tahapan pemilukada yang sedang/telah berlangsung. Konflik yang berakar dari residu konflik sebelumnya dan muncul kembali dalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada karena dipicu oleh provokasi dari pihak-pihak tertentu. Sifat konflik ini biasanya akan berlangsung secara lebih panjang. Konflik yang muncul karena adanya masalah dalam proses penyelenggaran Pemilukada dan masih terkait dengan residu konflik sebelumnya. Misalnya konflik yang melibatkan dua kelompok yang sama yang sebelumnya pernah terlibat dalam konflik di masa lalu, misalnya kejadian konflik di Kab. Gowa dimana konflik melibatkan dua calon kepala daerah yang pada pemilukada sebelumnya juga sama-sama berkompetisi.
  • 30. IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010 Structure Factor: Temperamen dan Tradisi (Kabupaten Bima); Relasi Peta Kekuatan Pada Pemilu Kada Sebelumnya (Kabupaten Soppeng); Konflik Internal Dalam Kelompok Tertentu (Kabupaten Maros, Humbang Hasudutan); Konflik Antara Penguasa (Incumbent) dan Keturunan Raja (Kabupaten Gowa); Kekecewaan Paslon Yang Kalah Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Gowa); Kekecewaan Paslon Yang Tidak Lolos Seleksi (Kabupaten Kebumen, Sumbawa Barat, Mojokerto); Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kepala Daerah Yang Tidak Netral Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Tana Toraja); Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kinerja KPU dan Pengawas Pemilu Kada Kabupaten (Kabupaten Tana Toraja, Humbang Hasudutan); Issu SARA (Kabupaten Bengkayang); Konflik Berbasis Kultur Sosial Masyarakat Lokal (Kabupaten Bengkayang). Accelerator: Kebijakan Pemerintah Daerah; Pasangan Calon Incumbent Non Acceptable Dan Memiliki Track Record Buruk; Sikap Dan Kebijakan KPU; Kebijakan Aparat Penegak Hukum; Kohesi Kepentingan Dengan Pilgub; Pemberitaan Media; Tim Kampanye Paslon; LSM, Preman , dan Ormas; Keterlibatan “Orang Asing” (Penyusup).
  • 31. IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010 Trigger: No Tahapan No Non Tahapan 1 Tahapan Pencalonan 1 Quick Count 2 Kampanye (Black Campaigne) 2 Netralitas 3 Money Politik 4 Rekapitulasi 5 Pemutakhiran Data Securitizing Agent: Pemerintah; KPU; Aparat Penegak Hukum; Kontraktor/Botoh; Tim Kampanye/Konsultan.
  • 32. PERAN PANWASLUKADA DALAM PENCEGAHAN KONFLIK PEMILUKADA UU nomor 32 tahun 2004, pasal 66 ayat (4) huruf d memberikan mandat kepada Panwaslukada untuk menyelesaikan sengketa Pemilukada. Sengketa Pemilukada ini mencakup sengketa yang muncul dalam proses penyelenggaraan tahapan pemilukada, bukan menyangkut sengketa hasil Pemilukada yang menjadi ranah kewenangan MK. Mandat peran penyelesaian konflik ini lebih bersifat pasif, artinya panwaslukada berperan menyelesaikan sengketa yang dilaporkan kepadanya. Meskipun bersifat pasif, namun karena sengketa/konflik dalam Pemilukada memiliki dimensi yang luas dan rumit, maka sejalan dengan tugas Panwaslukada untuk mengawasi tahapan pemilukada, Panwaslukada belum tampak mampu mengoptimalkan kinerjanya untuk mendeteksi secara dini potensi konflik yang ada sehingga tidak membesar dan pecah.
  • 34. LINGKUP KEWENANGAN MK DALAM PHPU • Memeriksa dan memutus sengketa hasil Pemilu Kada terkait dengan perbedaan hasil penghitungan perolehan suara, yang mempengaruhi hasil Pemilu Kada. Obyek perselisihan yang dapat digugat adalah Keputusan KPUD tentang penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kada di daerah bersangkutan. • Memeriksa dan memutus merupakan pelanggaran yang terjadi dalam proses penyelenggaraan Pemilu Kada yang mempengaruhi hasil Pemilu Kada. Bentuk pelanggaran ini dirumuskan oleh MK sebagai pelanggaran yang massif, terstruktur, dan sistematis, yakni melibatkan sedemikian banyak orang, direncanakan secara matang, dan melibatkan pejabat dan/atau penyelenggara Pemilu secara berjenjang (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008)
  • 35. PUTUSAN MK DALAM PHPU PEMILU KADA 2010 Keterlibatan birokrasi/ PNS (9 daerah) Faktor Paslon/Pihak Terkait/Incumbent Praktik politik uang (19 daerah) (14 daerah) Intimidasi, tekanan atau kekerasan (1 daerah) Permohonan Pemohon Faktor Petugas/ DPT atau surat yang dikabulkan Penyelenggara Pemilu pemberitahuan (25 daerah) (6 daerah) (2 daerah) Pencalonan (3 daerah) Pemungutan/ penghitungan suara Faktor (3 daerah) Pengawas Pemilu (4 daerah) EVALUASI PEMILUKADA 2010 PERLUDEM
  • 36. KARAKTER PUTUSAN MK TERKAIT PELANGGARAN M-S-T No. Bentuk Pelanggaran M-S-T Daerah 1. Syarat Administrasi Pencalonan Kota Tebing tinggi 2. Politik uang Kabupaten Konawe Selatan Politisasi Birokrasi 3. Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu (coblos tembus) Kabupaten Lamongan 4. Memanipulasi Suara Kabupaten Sintang Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu Politik Uang 5. Politik Uang Kabupaten Gresik Politisasi Birokrasi 6. Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu Kota Surabaya 7. Politik Uang Mandailing Natal 8. Politik Uang Kotawaringin Barat Intimidasi 9. Politisasi Birokrasi Kota Tanjungbalai Politik Uang 10. Politisasi Birokrasi Kabupaten Sumbawa Politik Uang
  • 38. Ahsanul Minan Ahsanul Minan lahir pada bulan April 1976, di Tuban, Jawa Timur. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Tuban, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus di Solo, Jawa Tengah. Pendidikan tingginya ditempuh di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta. Saat ini sedang menempuh studi magister hukum di Universitas Indonesia, jurusan Hukum Tata Negara. Selama kuliah, ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Solo. Di samping menempuh pendidikan formal, Minan juga beberapa kali mengikuti short-term training di beberapa negara, antara lain di Australia, Jerman, Malaysia, Srilangka. Mendirikan Institute for Research and Empowering Society (INRES), sebuah NGO yang bergerak di bidang community organizing untuk isu penguatan local autonomy dan public services. Pada tahun 2003-2004, menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Jawa Tengah. Sempat 2 tahun menjadi staf ahli DPR RI, lalu bekerja pada Asean Inter-parliamentary Myanmar Caucuss (AIPMC). Pada tahun 2008-2009, Minan menjadi Project Officer untuk Program Election Support di kantor Partnership for Governance Reform. Pada saat yang sama, Minan bekerja sebagai staf ahli Bawaslu RI. Pertengahan 2009-2011, menjadi Consultant UNDP untuk Electoral Dispute Setllement dengan penugasan untuk memberikan konsultansi kepada Badan Pengawas Pemilu RI, dan Consultant UNDP untuk program Electoral Resources and Information Centre (ERIC) dengan penugasan untuk memberikan asistensi kepada KPU dalam membangun sistem pelayanan informasi publik. Di samping itu, Minan juga aktif memberikan pelatihan dalam berbagai bidang antara lain capacity development untuk anggota parlemen, partai politik, dan community development Saat ini bekerja sebagai program manager untuk program anti money politic di Management System International (MSI).