Transaksi wrap-lease dan sale-leaseback merupakan variasi dari penjualan aset perusahaan dengan sewa kembali, yang memungkinkan perolehan pendanaan tunai tetapi tetap mempertahankan penggunaan aset. Wrap-lease melibatkan penjualan aset kepada investor dengan pinjaman yang dialihkan, sedangkan perusahaan masih menyewa kembali aset tersebut.
Perbankan syariah adalah institusi keuangan yang bergerak dan beroperasi dengan mengacu pada hukum-hukum syariat. produk perbankan syariah tentunya mencerminkan semangat anti riba di masyarakat
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Makalah Auditing 2-Audit Atas Siklus Penjualan dan Penagihan Kas. Materi Audit Atas Siklus Penjualan dan Penagihan Kas diambil dari buku Auditing Arens.
Perbankan syariah adalah institusi keuangan yang bergerak dan beroperasi dengan mengacu pada hukum-hukum syariat. produk perbankan syariah tentunya mencerminkan semangat anti riba di masyarakat
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Makalah Auditing 2-Audit Atas Siklus Penjualan dan Penagihan Kas. Materi Audit Atas Siklus Penjualan dan Penagihan Kas diambil dari buku Auditing Arens.
HBL 4, SUCI MEIDIANA PRATIWI, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATA...sucimeidianapratiwi
SUCI MEIDIANA PRATIWI (43217010123) HBL 4, SUCI MEIDIANA PRATIWI, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS, UNIVERSITAS MERCU BUANA, 2018
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Futurum2
This is to document the email correspondences with Prof. Peter M. DeMarzo (Stanford University) and Prof. Carlo Alberto Magni with regards to Average Internal Rate of Return in Dec 2015.
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Futurum2
This is to document email correspondence with Prof. Carlo Alberto Magni with regards to the use of Average Internal Rate of Return (AIRR) instead of Internal Rate of Return (IRR)
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftFuturum2
This is to document email correspondence with Prof. Peter M. DeMarzo (Stanford University, USA) and Ignacio Velez-Pareja (Columbia) with regards to the article by Pablo Fernandez posted at SSRN.com under the title "CAPM: An Absurd Model"
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Futurum2
In this note we reconsider in detail the proper discount rate for cash flows in perpetuity, the present value of tax savings and the calculation of terminal value. The note clarifies the use of real discount rates and concludes with a formulation that is inflation-neutral for a given assumption on the discount rate for the tax savings. We find that the only discount rate for tax savings that makes the value of the perpetuity inflation-neutral is Kd, the cost of debt. We also reconsider the intuitive approach to calculate the cost of capital for perpetuities from the nominal rates that compose that cost of capital, and then
converting it into real cost of capital using Fisher relationship.
Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
Mengenal transaksi sale-leaseback dan wrap-lease
1. www.futurumcorfinan.com
Page 1
Mengenal Transaksi Sale-Leaseback dan Wrap-Lease
Pendahuluan
Jenis transaksi wrap-lease bisa jadi jarang didengar oleh banyak pihak. Tulisan ini akan
mengenalkan struktur dari transaksi ini. Namun sebelum membahas lebih jauh mengenai
transaksi wrap-lease ada baiknya untuk terlebih dahulu berkenalan dengan transaksi sale-
leaseback. Ada beberapa pihak yang juga menyatakan bahwa wrap-lease sendiri merupakan
salah satu variasi dari transaksi sale-leaseback. Akuntansinya juga banyak yang mengacu pada
aturan untuk transaksi sale-leaseback1
.
Transaksi Sale-Leaseback
Beberapa contoh transaksi sale-leaseback:2
1
Lihat EITF 87-7 berjudul “Sale of an Asset Subject to a Lease and Nonrecourse Financing: "Wrap Lease
Transactions”.
2
Contoh diambil dari website: http://www.wpcarey.com/Real-Estate-Financing/Sale-Leaseback-
Financing.aspx.
Muhammad Putrawal & Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
2. www.futurumcorfinan.com
Page 2
Sale-leaseback diartikan sebagai transaksi dimana pemilik suatu properti menjual properti
tersebut, dan kemudian langsung menyewa kembali properti tersebut dari pihak pembeli
(operating lease, bisa seluruhnya atau hanya sebagian). Transaksi semacam ini bisa terjadi
ketika pihak penjual mengalami kesulitan arus kas atau karena adanya manfaat pajak atas
transaksi yang dilakukan. Yang perlu diperhatikan dari transaksi ini adalah tidak adanya
perubahan atas hak untuk penggunaan properti tersebut (right to use) yang dialihkan kepada
pihak lain. Pihak penjual tetaplah menjadi pihak yang berhak atas penggunaan gedung
tersebut. Hal ini dikarenakan adanya kesepakatan sewa yang langsung dilakukan setelah
penjualan properti tersebut. Ilustrasi transaksi ini bisa dilihat di bagan berikut3
:
3
Epstein, Barry J.; Ralph Nach; dan Steven M. Bragg M. Wiley GAAP 2009: Interpretation and
Application of Generally Accepted Accounting Principles. 2009. New Jersey (USA): John Wiley & Sons,
Inc. 2008. Bab 16: Leases. Halaman 849.
3. www.futurumcorfinan.com
Page 3
Pada umumnya, ada berapa motivasi dilakukan transaksi sale-leaseback, dimana hak
menggunakan properti tetap berada pada perusahaan, artinya secara kegiatan operasional
tidak akan mengalami perubahan.
Pada intinya, transaksi sale-leaseback bertujuan untuk menghasilkan arus kas masuk bagi
perusahaan atau “membebaskan” properti menjadi uang tunai yang bisa digunakan untuk
alternative lainnya yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, dan pada saat yang
sama, perusahaan sebagai pengguna properti, akan tetap mempertahankan kendali atas
manfaat ekonomis (economic control and utility), karena manfaat dari penggunaan gedung
tetap mengalir ke perusahaan).
Pertama, pendanaan (financing).
Banyak hal sekitar pendanaan ini, antara lain:
Properti tersebut dibeli dengan dana fasilitas pinjaman dari perbankan atau institusi
keuangan. Perusahaan dalam kesulitan likuiditas, misalnya memerlukan dana modal
kerja (working capital) dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan pada saat yang
sama, nilai pasar properti tersebut telah mengalami kenaikan di atas nilai pada saat di-
appraise pada saat pengajuan fasilitas pinjaman ke institusi perbankan. Perusahaan lalu
menjual aset tersebut di atas nilai bukunya, dan kemudian, dana dari penjualan properti
digunakan untuk melunasi sisa pinjaman dari bank, dan sisanya bisa dimanfaatkan
untuk membiayai perputaran modal kerja.
Properti tersebut dibeli dengan dana fasilitas pinjaman dari perbankan atau institusi
keuangan, dimana dikenakan tingkat suku bunga tetap (fixed) selama jangka waktu
pinjaman. Tingkat suku bunga pasar untuk pinjaman telah mengalami penurunan.
Perusahaan lalu menjual properti tersebut, dan dana hasil penjualan properti digunakan
untuk melunasi fasilitas pinjaman dengan tingkat suku bunga tetap, yang tidak
menguntungkan perusahaan karena tingkat suku pasar telah turun. Transaksi leaseback
dapat dilakukan dengan memperoleh fasilitas pendanaan dari pembeli properti (yang
lessor) dengan tingkat suku bunga yang baru, dimana akan lebih rendah daripada
tingkat suku bunga fasilitas pinjaman sebelumnya. Dari sudut pandang kewajiban beban
bunga, akan bisa meringankan arus kas perusahaan (yang juga lessee).
Kalau kita perhatikan, bahwa transaksi sale-leaseback akan memberikan kepada perusahaan
100% pendanaan tunai, karena properti dijual pada nilai pasar (market value) dan diterima
4. www.futurumcorfinan.com
Page 4
dananya 100% oleh perusahaan penjual, sedangkan pendanaan dari perbankan atau institusi
keuangan melalui fasilitas pinjaman tidak mungkin bisa mencapai 100% dari nilai pasar properti.
Kedua, properti itu sendiri.
Ada beberapa hal terkait aspek ini, dimana perusahaan bersedia melepas kepemilikan legal
atas properti namun pada saat yang sama, tidak mau kehilangan hak menggunakan properti
tersebut:
Properti tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Misalnya, gedung kantor
pusat perusahaan yang sebelumnya dimiliki tapi kemudian di-leaseback tanpa kehilangan
kemanfaatan gedung tersebut bagi perusahaan.
Properti tersebut menghasilkan pendapatan, namun dengan tingkat imbal hasil yang tidak
memuaskan atau cenderung turun. Katakan, tingkat imbal hasil penggunaan properti adalah
5%. Sedangkan pada saat yang sama, perusahaan melihat adanya peluang bisnis yang dapat
mendatangkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari 5%.
Peluang bisnis ini dapat mencakup
Membeli perusahaan lain.
Membeli gedung lain yang lebih prospek dan strategis dalam jangka panjang bagi bisnis
inti perusahaan.
Diversifikasi bisnis untuk mengurangi tingkat resiko perusahaan.
Ekspansi bisnis inti perusahaan ke lokasi yang berbeda guna penetrasi pasar.
Perusahaan dapat melepas properti yang ada, dan tetap mempertahankan hak pakai atau hak
menggunakan properti tersebut, dan pada saat yang sama, dana pelepasan properti dapat
digunakan untuk membiayai dan menangkap peluang bisnis lainnya dengan tingkat imbal hasil
yang lebih tinggi.
Ketiga, adanya perubahan struktur dalam kepemilikan saham perusahaan.
Sebagai contoh:
Adanya pemegang saham atau partner (dalam persekutuan/partnership) yang mengundurkan
diri dari perusahaan atau partnership, dan porsi kepemilikan pemegang saham atau partner
tersebut akan dibeli perusahaan, atau dibeli oleh partner lain. Untuk itu diperlukan dana kas
tunai. Dalam hal ini, perusahaan dapat melepas properti dan leaseback tanpa mengganggu
5. www.futurumcorfinan.com
Page 5
operasional bisnis yang sedang berjalan, dimana dana pelepasan properti digunakan untuk
dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham yang ada, atau untuk membeli
saham yang ada (stock repurchase atau treasury stock). Dana dividen yang diperoleh para
pemegang saham, atau partner, dapat digunakan untuk membeli saham dari partner atau
pemegang saham lainnya yang mengundurkan diri.
Keempat, terjadinya perubahan manajemen dalam suatu perusahaan.
Manajemen baru yang menangani perusahaan, tidak selalu “ahli” dalam pengelolaan atau
manajemen properti guna memaksimalkan nilai aset. Untuk itu, manajemen baru perusahaan
dapat saja kemudian melepas properti tersebut, menyerahkan properti tersebut kepada
pihak/perusahaan lain yang “property-oriented management” dan tetap mempertahankan hak
pakai atas properti tersebut. Pengelolaan dan capital budgeting atas properti tersebut sekarang
menjadi tanggungjawab pihak lainnya.
Kelima, faktor perpajakan.
Analisa perusahaan dapat menunjukkan bahwa beban penyusutan dan biaya perawatan
properti, lebih kecil dibandingkan biaya sewa periodik dari pihak pembeli/lessor dalam transaksi
sale-leaseback. Beban sewa periodik yang lebih tinggi, akan menurunkan beban pajak
penghasilan badan perusahaan.
Catatan atas transaksi sale-leaseback
Ada beberapa hal yang menarik terkait motivasi transaksi sale-leaseback di samping motivasi
komersial yang telah dijelaskan di atas, antara lain:
Pertama, nilai jual properti.
Transaksi sales-leaseback dapat distrukturkan dengan harga jual properti lebih tinggi daripada
nilai wajar (fair value) properti. Dampak dari nilai jual yang lebih tinggi ini adalah harga
pembayaran sewa yang juga akan menjadi lebih tinggi. Transaksi ini biasanya menarik karena
adanya manfaat pajak yang bisa didapat oleh kedua belah pihak. Manfaat yang bisa diperoleh
antara lain:
Pihak penjual:
1. Memperoleh keuntungan (gain) atas penjualan properti dengan harga jual yang di atas
nilai wajar.
6. www.futurumcorfinan.com
Page 6
2. Manfaat pajak penghasilan badan: Munculnya beban akibat pembayaran sewa kepada
pihak pembeli/lessor. Beban sewa ini biasanya lebih besar daripada biaya penyusutan
properti.
Pihak pembeli:
1. Memperoleh keuntungan dari penerimaan uang sewa yang lebih tinggi.
2. Manfaat pajak penghasilan badan: Munculnya biaya penyusutan dari properti yang
dibeli.
Kedua, off-balance sheet dan penurunan rasio Debt-to-Equity
Properti didanai dengan fasilitas pinjaman yang muncul di neraca perusahaan debitor sebagai
hutang, yang berdampak pada rasio Debt-to-Equity, dan akan membatasi kemampuan
perusahaan untuk memperoleh fasilitas pinjaman dari bank atau institusi keuangan lainnya,
atau dengan kata lain, membatasi debt capacity perusahaan. Dengan melepas properti tersebut
kepada pembeli/lessor, dan memperoleh dana yang dapat digunakan untuk melunasi fasilitas
pinjaman, hal ini akan menurunkan rasio Debt-to-Equity perusahaan, dan perusahaan
kemungkinan tetap bisa mengajukan fasilitas pinjaman baru kepada bank atau institusi
keuangan lainnya, karena pada saat yang sama, perusahaan tetap memilik kendali operasional
atas properti tersebut (melalui perjanjian leaseback yang bisa mengakomodasi kebutuhan
perusahaan lessee) tanpa perlu melakukan manajemen properti.
Transaksi Wrap-Lease
Ide dari transaksi ini kurang lebih sama dengan transaksi sale-leaseback, namun transaksi ini
memiliki struktur yang lebih bervariasi. Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai
transaksi ini akan dicontohkan melalui ilustrasi dibawah. Contoh ini akan menggambarkan
kegiatan PT A yang ingin melakukan transaksi terhadap salah satu aset yang dimiliki, dalam hal
ini akan dicontohkan sebuah gedung.
Proses yang dilakukan oleh PT A adalah:
1. PT A membeli sebuah gedung, PT A lalu menyewakan gedungnya kepada user/tenant.
2. PT A menggunakan uang hasil sewa beserta gedung tersebut sebagai jaminan untuk
mendapatkan pinjaman nonrecourse.
3. Pada saat yang bersamaan ataupun di kemudian hari, gedung tersebut lalu dijual ke
pihak investor. Dengan begitu kepemilikan gedung beralih ke pihak investor, berikut
7. www.futurumcorfinan.com
Page 7
hutang yang menyertainya (karena gedung sebagai jaminan atau collateral). Dengan
demikian, pihak investor menjadi berkewajiban atas pinjaman nonrecourse yang ada.
4. PT A menyewa kembali gedung tersebut dari pihak investor. Kesepakatan sewa antara
PT A dengan user/tenant-nya tetap berjalan seperti biasa.
Bagan dari transaksi ini bisa dilihat di bawah ini4
:
Dari transaksi diatas terlihat ada beberapa aliran kas yang terjadi. Lebih lengkapnya bisa dilihat
di bagan berikut.
4 Epstein, Barry J.; Ralph Nach; dan Steven M. Bragg M. Wiley GAAP 2009: Interpretation and
Application of Generally Accepted Accounting Principles. 2009. New Jersey (USA): John Wiley & Sons,
Inc. 2008. Bab 16: Leases. Halaman 870.
8. www.futurumcorfinan.com
Page 8
(1) User/tenant membayar uang sewa kepada PT A.
(2) PT A memperoleh pinjaman dari perbankan atau institusi keuangan.
(3) Investor membayar uang kepada PT A atas pembelian gedung dan mengambil alih
pinjaman yang ada.
(4) PT A membayar uang sewa kepada Investor.
(5) Investor membayar beban bunga dan kewajiban pokok pinjaman kepada perbankan
atau institusi keuangan.
Dari bagan di atas terlihat bahwa PT A bisa mendapatkan kas masuk dari tiga sumber:
Uang sewa user/tenant.
Dana pinjaman dari perbankan atau institusi keuangan, dimana fasilitas pinjaman ini
turut dialihkan ke pihak investor pada saat gedung dijual.
Dana penjualan properti, dikurangi saldo pinjaman yang belum dilunasi.
Dalam transaksi wrap-lease, dimungkinkan pihak pemilik gedung semula tetap berhak atas nilai
residual gedung pada saat perjanjian sale-leaseback berakhir, dan bahkan hak atas pemasaran
kembali gedung tersebut (remarketing rights).
~~~~~~ ####### ~~~~~~