SlideShare a Scribd company logo
DEFINISI 1 (SISTEM RESIDU)
Sistem residu sederhana modulo m adalah himpunan
semua bilangan bulat positif ri yang memenuhi
(ri,m)=1 dengan ri ≠ rj(mod m) untuk i≠ j.
Contoh:
{0,1,2,3,4,5,6,7,8} adalah himpunan semua residu
terkecil modulo 9. Jika dipilih elemen yang saling prima
dengan 9 maka diperoleh {1,2,4,5,7,8}, maka himpunan
terakhir ini disebut sebagai sistem residu sederhana
modulo 9
DEFINISI 2 (FUNGSI ⌽ EULER)
Misalkan m suatu bilangan bulat positif, maka
⌽(m) menyatakan banyaknya elemen dari
himpunan residu sederhana modulo m.
Contoh:
Himpunan residu sederhana modulo 30 adalah
{1,7,11,13,17,19,23,29}. Banyaknya elemen dari himpunan ini
adalah 8, maka dikatakan bahwa ⌽(30)=8.
TEOREMA 1
Bukti:
Pecah bilangan-bilangan bulat positif yang tidak lebih besar dan
tidak saling prima terhadap pk, maka bilangan-bilangan tersebut
adalah kelipatan-kelipatan dari p
{p, 2p, 3p, 4p, … , pk-1 p} = pk
Dari himpunan di atas diperoleh bahwa banyaknya bilangan bulat
positif yang tidak lebih besar dan tidak saling prima terhadap pk
adalah sebanyak pk-1 buah.
Berdasarkan pernyataan di atas diperoleh bahwa
⌽(pk)= pk – pk-1
= pk-1 . p – pk-1
= pk-1 (p-1)
Apabila p suatu bilangan prima da k suatu bilangan
bulat positif, maka ⌽(pk)=pk-1(p-1)
Contoh:
Kita akan menentukan banyaknya elemen residu
sederhana dari 32.
32= 25
Maka ⌽(25)= 25-1 (2-1) =16
Sistem residu sederhana dari 16 adalah
{1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,25,27,29,31), ada
sebanyak 16 elemen.
DEFINISI 3 (FUNGSI GANDA)
 Suatu fungsi f didefinisikan pada himpunan semua
bilangan bulat positif disebut fungsi ganda apabila
untuk setiap bilangan-bilangan bulat positif m dan n
(mn) = 1 maka f(m,n) = f(m) f(n)
Contoh:
Misalkan f(n)= n2, untuk setiap bilangan asli n. Untuk
sembarang bilangan asli m dan n dengan (m,n)=1,
maka f(mn)= (mn)2 = f(m) f(n). Sehingga fungsi f tersebut
adalah fungsi ganda.
TEOREMA 2
Fungsi-fungsi τ dan σ keduanya adalah fungsi ganda.
Bukti:
Ambil sembarang bilangan asli m dan n dengan (m,n)=1.
Misalkan bentuk-bentuk kanonik
Karena (m,n)=1, maka factor-faktor prima pi dan qi tidak ada yang sama, sehingga
bentuk kanonik dari hasil kali
dengan demikian
Jadi, τ(mn) adalah fungsi ganda
Selanjutnya,
=σ(m) σ(n)
Jadi, σ adalah fungsi ganda.
Dari kedua penjelasan di atas jelas bahwa τ dan σ adalah fungsi
ganda.
Contoh:
Misal m=6 dan n =5
Apakah τ(mn) fungsi ganda?
Apakah σ(mn) fungsi ganda?
Penyelesaian:
τ(6)=4, yaitu 1,2,3,6
τ(5)=2, yaitu 1,5
τ(6.5)=4.2
τ(30)=8
Faktor-faktor bulat positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30.
Faktor dari 30 tersebut ada sebanyak 8.
Selanjutnya σ(6)= 1+2+3+6=12 dan σ(5)=1+5=6
σ(6.5)=12.6
σ(30)=72
σ(30)=1+2+3+5+6+10+15+10=72
TEOREMA 3
Bukti:
Misal residu dari r1, r2, r3, … , rm adalah
A={0,1,2,3,…,m}. Berdasarkan definisi 1, sistem residu
sederhana dari r1, r2, r3, … , rm adalah ∀a∊A, (a,m)=1.
Selanjutnya, dari definisi 2 banyaknya elemen residu
sederhana mod m dinyatakan dengan ⏀(m).
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa jumlah suku yang
saling prima dengan m ada sebanyak ⏀(m) buah.
Apabila p suatu bilangan prima da k suatu bilangan
bulat positif, maka ⌽(pk)=pk-1(p-1)
Contoh:
Residu terkecil modulo 11 adalah {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}.
Sistem residu sederhana dari 11 adalah
{1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}, maka jumlah elemen residu
sederhana tersebut adalah 10 dan dinyatakan dengan
⏀(11)=10
TEOREMA 4
Fungsi ⏀ adalah fungsi ganda
Bukti:
Diambil sembarang bilangan-bilangan bulat positif m dan n dengan (m,n) = 1
Kita susun semua bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan mn menjadi m baris dan
n kolom sebagai berikut:
1 m + 1 2m +1 … (n-1)m + 1
2 m + 2 2m + 2 … (n-1)m + 2
3 m +3 2m + 3 … (n-1)m + 3
. . . . .
. . . . .
. . . . .
r m + r 2m + r … (n-1)m +r
. . . . .
. . . . .
. . . . .
m 2m 3m … mn
Perhatikan kolom pertama, yaitu 1, 2 ,3, … , m. dalam barisan ini ada ⏀(m) bilangan yang
saling prima dengan m. Setiap bilangan pada baris ke-r memenuhi km + r ≡ r(mod m). Jika
(m,r)=d, maka (km + r, m) = 1 pula. Jadi jika m dan r saling prima, maka setiap bilangan pada
baris ke-r semuanya saling prima dengan m. karena pada kolom pertama ada ⏀(m) bilangan
yang saling prima dengan m, maka ada ⏀(m) baris yang setiap elemennya saling prima
dengan m. Nah, sekarang bilangan-bilangan pada ⏀(m) baris tersebut, berapakah yang
saling prima dengan m.
Misalkan (r,m) =1 dan perhatikan bilangan-bilangan pada baris ke-r, yaitu r, m + r, 2m + r, 3m
+ r, …, (n-1)m +r. Jelas bahwa pada baris ini tidak ada dua bilangan yang kongruen modulo n,
sebab jika ada dua bilangan yang kongruen mod n, misalnya,
sm + r ≡ t m + r (mod n) dengan 0≤s, t<n
sm ≡ t m (mod n)
s ≡ t (mod n), sebab (m,n)=1
Karena 0≤s, t<n dan 0≤t<1 serta s ≡ t (mod n), maka s=t. Berarti dua bilangan tersebut sama.
Jadi pada baris ke-r tidak ada bilangan-bilangan yang kongruen mod n. Sehingga residu-
residu terkecil mod n dari bilangan-bilangan pada baris ke-r adalah suatu permutasi dari 0, 1,
2 ,3, …, n-1. Bilangan-bilangan ini mempunyai f(n) bilangan yang saling prima dengan n,
maka ada f(m)⏀(n) bilangan yang saling prima dengan m maupun dengan n. Mengingat
suatu bilangan yang saling prima dengan m maupun n, maka bilangan itu saling prima
dengan mn pula. Sehingga disimpulkan bahwa ⏀(mn)=⏀(m) ⏀(n)
Contoh:
⏀(6)=2 dan ⏀(5)=4, maka ⏀(30)= ⏀(6) ⏀(5)=2.4=8
Sedangkan himpunan residu sederhana modulo 30
adalah {1,7,11,17,19,23,29}, maka banyaknya elemen
dari himpunan ini adalah 8, yaitu ⏀(30)=8.
TEOREMA 5
Jika n suatu billangan bulat psitif yang mempunyai bentuk
kanonik , maka
⏀(n) = atau⏀(n) =
Bukti:
n = dengan pi adalah bilangan-bilangan prima yang
berbeda untuk i=1, 2, …, k.
⏀(n) =⏀( )
=
=
Selanjutnya, akan mudah dibuktikan bahwa:
Contoh:
360= 23. 22.5 , maka ⏀(360)= ⏀(23. 22.5)= ⏀(23) ⏀(22)
⏀(5)= 22(2-1)3(3-1)(5-1)=96
TEOREMA 6.
Untuk setiap bilangan bulat positif n>2, maka ⏀(n) suatu
bilangan genap.
Bukti:
Misalkan n= 2k dengan k>2, maka ⏀(n) = ⏀(2k) = 2k-1(2-1) = 2k-1
Nampak di sini bahwa ⏀(2k)suatu bilangan genap.
Sekarang ambil sembarang bilangan bulat positif n>2. Apbila n suatu
bilangan prima, maka n prima ganjil sehingga ⏀(n)= n-1.
Jadi ⏀(n) bilangan genap. Dan apabila n suatuu bilangan komposit,
maka n mempunyai factor prima ganjil p, misalnya n = pkm dengan
(pk,m)=1 sehingga⏀(n)= ⏀(pkm)= ⏀(pk) ⏀(m)= pk-1(p-1) ⏀(m)
Karena p bilangan prima ganjil, maka p-1 suatu bilangan genap,
sehingga
pk-1(p-1)⏀(m) suatu bilangan prima pula.
Jadi ⏀(n) suatu bilanngan genap.
Contoh:
Semua faktor bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan
12. tiap faktor ini dicari nilai ⏀nya, yaitu ⏀(1)=1, ⏀(2)=1,
⏀(3)=2, ⏀(4)=2, ⏀(6)=2 dan ⏀(12)=4.
Terlihat jelas bahwa faktor yang lebih besar dari 2 ⏀nya
adalah bilangan genap.
TEOREMA 7
Untuk setiap bilangan bulat positif n, maka
Bukti:
Perhatikan bilangan-bilangan bulat positif: 1, 2, 3 ,4, …, n.
Kita akan meletakkan bilangan-bilangan ini dalam himpunan-himpunan dengan
t|n, yaitu bilangan-bilangan itu yang dengan n, factor persekutuan terbesarnya
sama dengan t.
Dengan kata lain, m ∊ Ct jika dan hanya jika (m,n)=t.
Sedangkan (m,n)=t jika dan hanya jika
Menurut definisi fungsi ⏀ Euler, banyaknya elemen dari Ct adalah ⏀ . Maka
banyaknya elemen dari semua gabungan himpunan Ct adalah .
Mengingat setiap bilangan 1, 2, 3, …, n hanya terdapat dalam tepat satu
himpunan dari Ct, maka
Contoh:
1,2,4,5,7,8 masing-masing adalah residu yang saling prima dengan
9. Apabila setiap bilangan tersebbut dikalikan 10 didapat
10,20,40,50,70,80.
Selanjutnya, jika dari bilangan-bilangan tersebut dicari residu terkecil
modulo 9 maka diperoleh:
10≡1(mod9)
20 ≡2(mod9)
40≡4(mod9)
50≡5(mod9)
70≡7(mod9)
80≡8(mod9)
Jika ruas-ruas dari kekongruenan ini dikalikan, kita akan
memperoleh
10.2040.50.70.80 ≡1.2.4.5.7.8(mod9)
106 (1.2.4.5.7.8) ≡1.2.4.5.7.8(mod9)
106 ≡1(mod9)
TEOREMA 8
Jika (a,m)=1 dan r1, r2, r3, …, r⏀(m) adalah bilangan-bilangan bulat positif yang kurang
dari m dan masing-masing saling prima denngan m, maka residu-residu terkecil mod
m dari bilangan-bilangan ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m) adalah suatu permutasi dari r1, r2, r3,
…, ar⏀(m).
Bukti:
⏀(m) adalah banyaknya elemen dari himpunan {ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m)}. Untuk
membuktikan bahwa residu-residu terkcil dari {ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m)}………..(1)
adalah suatu permutasi dari r1, r2, r3, …, r⏀(m), kita harus menunjukkan bahwa ari≢arj
(mod m) untuk 1≤I,j≤⏀(m) dengan i≠j serta masing-masing harus ditunjukkan saling
prima dengan m.
Misalkan ari≢arj (mod m) untuk 1≤I,j≤⏀(m) dengan i≠j. Karena (a,m)=1, maka kita
dapat melenyapkan a dari kekongruenan itu, sehingga diperoleh ri≢rj(mod m). Dan
karena ri dan rj masing-masing residu-residu terkecil mod m, maka ri≠ rj.
Jadi jika ari≢arj (mod m), maka ri ≠ rj. sehingga kontraposisinya benar pula bahwa jika
ri = rj maka ari ≡ arj (mod m) hal ini berarti bahwa bilangan-bilangan pada (1) tidak
ada yang kongruen mod m.
Contoh:
1,3,5,7 masing-masing saling prima dengan 8 dan ⏀(8)=4,
maka 9.1, 9.3, 9.5, 9.7 masing-masing mempunyai residu terkecil
modulo 8 dengan tepat satu dari 1,3,5,7, karena (8,9)=1. hal ini
diperiksa sebagai berikut:
9.1≡1(mod 8), 9.3≡3(mod 8), 9.5≡5(mod 8), 9.7≡7(mod 8)
Selanjutnya akan dibuktikan bahwa ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m) masing-masing
prima dengan m. Andaikan ada suatu bilangan prima p yang merupakan
factor persekutuan dari arid an m maka p|arid an p|m. P|arid an p suatu
bilangan prima, maka p|a atau p|ri. Jadi p merupakan factor prsekutuan
dari a, ri, dan m. hal ini tidak mungkin, karena (a,m) + (m, ri) =1. Jadi (ari,
m) =1 untuk 1≤I,j≤⏀(m).
TEOREMA 9
Jika m suatu bilangan bulat positif dan (a,m) =1, maka a⏀(m) ≡ 1(mod
m)
Bukti:
Misalkan r1, r2, r3, …, r⏀(m) adalah bilangan-bilangan bulat positif
yang kurang dari m dan masing-masing prima dengan m. menurut
teorema 8, karena (a,m)=1, maka residu-residu terkeci modulo m
dari r1, r2, r3, …, r⏀(m) adalah suatu permutasi r1, r2, r3, …, r⏀(m).
Sehingga diperoleh
(ar1) (r2) (r3) … (r⏀(m))≡ r1r2r3 …r⏀(m)
ar⏀(m) = [(ar1) (r2) (r3) … (r⏀(m))]≡ r1, r2, r3, …, r⏀(m)
Karena r1, r2, r3, …, r⏀(m) masing-masing saling prima dengan m,
maka hasil kali bilangan-bilangan itu saling prima dengan m.
Sehingga kita dapat menyelenggarakan r1r2r3 …r⏀(m) dari
kekongruenan terakhir dan diperoleh
a⏀(m) ≡ 1(mod m)
Contoh:
⏀(8)=4, 3⏀(8) = 34 =81≡1(mod 8), sebab (3,8)=1. Tetapi
2⏀(8) = 24 =16≢1(mod 8), sebab (2,8)≠1.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

More Related Content

What's hot

VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANGVARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
SCHOOL OF MATHEMATICS, BIT.
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan Multinomial
Heni Widayani
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
St. Risma Ayu Nirwana
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Nailul Hasibuan
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Arvina Frida Karela
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
Universitas Negeri Padang
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Ayuk Wulandari
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
Rossi Fauzi
 
01 barisan-dan-deret
01 barisan-dan-deret01 barisan-dan-deret
01 barisan-dan-deret
Arif Nur Rahman
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
agus_budiarto
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
Yadi Pura
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi
sartikot
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
Fitria Maghfiroh
 

What's hot (20)

Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANGVARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan Multinomial
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
01 barisan-dan-deret
01 barisan-dan-deret01 barisan-dan-deret
01 barisan-dan-deret
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 

Similar to Fungsi phi dan teorema euler

Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Acika Karunila
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
arvinefriani
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
Rarasenggar
 
Barisan bilangan
Barisan bilanganBarisan bilangan
Barisan bilangan
hafidz248
 
229515136-Makalah-Mat.docx
229515136-Makalah-Mat.docx229515136-Makalah-Mat.docx
229515136-Makalah-Mat.docx
MochamadFatkhurRachm
 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
AsysyifaYuniar2
 
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Indra Gunawan
 
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Indra Gunawan
 
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfAkar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
atikaluthfiyaaf
 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
MuhammadIkhsan38954
 
Permutasi dan Kombinasi
Permutasi dan KombinasiPermutasi dan Kombinasi
Permutasi dan Kombinasi
nanasaf
 
permutasi dan kombinasi
permutasi dan kombinasipermutasi dan kombinasi
permutasi dan kombinasi
Frima Dona Spd
 
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Umam SemogaJadi Khair
 
Modul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganModul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganAbdul Karim
 
Deret geometri Matematika Kelas XII SMA IPA
Deret geometri Matematika Kelas XII SMA IPADeret geometri Matematika Kelas XII SMA IPA
Deret geometri Matematika Kelas XII SMA IPA
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
 
1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt
SegerRudhiYantho
 
Pola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptxPola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptx
fbryraa1
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
Essa Novalia
 
Bab I teori bilangan
Bab I teori bilanganBab I teori bilangan
Bab I teori bilangan
Haryono Yono
 

Similar to Fungsi phi dan teorema euler (20)

Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
 
Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilangan
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
Barisan bilangan
Barisan bilanganBarisan bilangan
Barisan bilangan
 
229515136-Makalah-Mat.docx
229515136-Makalah-Mat.docx229515136-Makalah-Mat.docx
229515136-Makalah-Mat.docx
 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
 
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
 
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
 
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfAkar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
 
Permutasi dan Kombinasi
Permutasi dan KombinasiPermutasi dan Kombinasi
Permutasi dan Kombinasi
 
permutasi dan kombinasi
permutasi dan kombinasipermutasi dan kombinasi
permutasi dan kombinasi
 
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
 
Modul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganModul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilangan
 
Deret geometri Matematika Kelas XII SMA IPA
Deret geometri Matematika Kelas XII SMA IPADeret geometri Matematika Kelas XII SMA IPA
Deret geometri Matematika Kelas XII SMA IPA
 
1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt
 
Pola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptxPola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptx
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
 
Bab I teori bilangan
Bab I teori bilanganBab I teori bilangan
Bab I teori bilangan
 

Recently uploaded

SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 

Fungsi phi dan teorema euler

  • 1. DEFINISI 1 (SISTEM RESIDU) Sistem residu sederhana modulo m adalah himpunan semua bilangan bulat positif ri yang memenuhi (ri,m)=1 dengan ri ≠ rj(mod m) untuk i≠ j. Contoh: {0,1,2,3,4,5,6,7,8} adalah himpunan semua residu terkecil modulo 9. Jika dipilih elemen yang saling prima dengan 9 maka diperoleh {1,2,4,5,7,8}, maka himpunan terakhir ini disebut sebagai sistem residu sederhana modulo 9
  • 2. DEFINISI 2 (FUNGSI ⌽ EULER) Misalkan m suatu bilangan bulat positif, maka ⌽(m) menyatakan banyaknya elemen dari himpunan residu sederhana modulo m. Contoh: Himpunan residu sederhana modulo 30 adalah {1,7,11,13,17,19,23,29}. Banyaknya elemen dari himpunan ini adalah 8, maka dikatakan bahwa ⌽(30)=8.
  • 3. TEOREMA 1 Bukti: Pecah bilangan-bilangan bulat positif yang tidak lebih besar dan tidak saling prima terhadap pk, maka bilangan-bilangan tersebut adalah kelipatan-kelipatan dari p {p, 2p, 3p, 4p, … , pk-1 p} = pk Dari himpunan di atas diperoleh bahwa banyaknya bilangan bulat positif yang tidak lebih besar dan tidak saling prima terhadap pk adalah sebanyak pk-1 buah. Berdasarkan pernyataan di atas diperoleh bahwa ⌽(pk)= pk – pk-1 = pk-1 . p – pk-1 = pk-1 (p-1) Apabila p suatu bilangan prima da k suatu bilangan bulat positif, maka ⌽(pk)=pk-1(p-1)
  • 4. Contoh: Kita akan menentukan banyaknya elemen residu sederhana dari 32. 32= 25 Maka ⌽(25)= 25-1 (2-1) =16 Sistem residu sederhana dari 16 adalah {1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,25,27,29,31), ada sebanyak 16 elemen.
  • 5. DEFINISI 3 (FUNGSI GANDA)  Suatu fungsi f didefinisikan pada himpunan semua bilangan bulat positif disebut fungsi ganda apabila untuk setiap bilangan-bilangan bulat positif m dan n (mn) = 1 maka f(m,n) = f(m) f(n) Contoh: Misalkan f(n)= n2, untuk setiap bilangan asli n. Untuk sembarang bilangan asli m dan n dengan (m,n)=1, maka f(mn)= (mn)2 = f(m) f(n). Sehingga fungsi f tersebut adalah fungsi ganda.
  • 6. TEOREMA 2 Fungsi-fungsi τ dan σ keduanya adalah fungsi ganda. Bukti: Ambil sembarang bilangan asli m dan n dengan (m,n)=1. Misalkan bentuk-bentuk kanonik Karena (m,n)=1, maka factor-faktor prima pi dan qi tidak ada yang sama, sehingga bentuk kanonik dari hasil kali dengan demikian Jadi, τ(mn) adalah fungsi ganda
  • 7. Selanjutnya, =σ(m) σ(n) Jadi, σ adalah fungsi ganda. Dari kedua penjelasan di atas jelas bahwa τ dan σ adalah fungsi ganda.
  • 8. Contoh: Misal m=6 dan n =5 Apakah τ(mn) fungsi ganda? Apakah σ(mn) fungsi ganda? Penyelesaian: τ(6)=4, yaitu 1,2,3,6 τ(5)=2, yaitu 1,5 τ(6.5)=4.2 τ(30)=8 Faktor-faktor bulat positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30. Faktor dari 30 tersebut ada sebanyak 8. Selanjutnya σ(6)= 1+2+3+6=12 dan σ(5)=1+5=6 σ(6.5)=12.6 σ(30)=72 σ(30)=1+2+3+5+6+10+15+10=72
  • 9. TEOREMA 3 Bukti: Misal residu dari r1, r2, r3, … , rm adalah A={0,1,2,3,…,m}. Berdasarkan definisi 1, sistem residu sederhana dari r1, r2, r3, … , rm adalah ∀a∊A, (a,m)=1. Selanjutnya, dari definisi 2 banyaknya elemen residu sederhana mod m dinyatakan dengan ⏀(m). Dari pernyataan tersebut jelas bahwa jumlah suku yang saling prima dengan m ada sebanyak ⏀(m) buah. Apabila p suatu bilangan prima da k suatu bilangan bulat positif, maka ⌽(pk)=pk-1(p-1)
  • 10. Contoh: Residu terkecil modulo 11 adalah {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}. Sistem residu sederhana dari 11 adalah {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}, maka jumlah elemen residu sederhana tersebut adalah 10 dan dinyatakan dengan ⏀(11)=10
  • 11. TEOREMA 4 Fungsi ⏀ adalah fungsi ganda Bukti: Diambil sembarang bilangan-bilangan bulat positif m dan n dengan (m,n) = 1 Kita susun semua bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan mn menjadi m baris dan n kolom sebagai berikut: 1 m + 1 2m +1 … (n-1)m + 1 2 m + 2 2m + 2 … (n-1)m + 2 3 m +3 2m + 3 … (n-1)m + 3 . . . . . . . . . . . . . . . r m + r 2m + r … (n-1)m +r . . . . . . . . . . . . . . . m 2m 3m … mn
  • 12. Perhatikan kolom pertama, yaitu 1, 2 ,3, … , m. dalam barisan ini ada ⏀(m) bilangan yang saling prima dengan m. Setiap bilangan pada baris ke-r memenuhi km + r ≡ r(mod m). Jika (m,r)=d, maka (km + r, m) = 1 pula. Jadi jika m dan r saling prima, maka setiap bilangan pada baris ke-r semuanya saling prima dengan m. karena pada kolom pertama ada ⏀(m) bilangan yang saling prima dengan m, maka ada ⏀(m) baris yang setiap elemennya saling prima dengan m. Nah, sekarang bilangan-bilangan pada ⏀(m) baris tersebut, berapakah yang saling prima dengan m. Misalkan (r,m) =1 dan perhatikan bilangan-bilangan pada baris ke-r, yaitu r, m + r, 2m + r, 3m + r, …, (n-1)m +r. Jelas bahwa pada baris ini tidak ada dua bilangan yang kongruen modulo n, sebab jika ada dua bilangan yang kongruen mod n, misalnya, sm + r ≡ t m + r (mod n) dengan 0≤s, t<n sm ≡ t m (mod n) s ≡ t (mod n), sebab (m,n)=1 Karena 0≤s, t<n dan 0≤t<1 serta s ≡ t (mod n), maka s=t. Berarti dua bilangan tersebut sama. Jadi pada baris ke-r tidak ada bilangan-bilangan yang kongruen mod n. Sehingga residu- residu terkecil mod n dari bilangan-bilangan pada baris ke-r adalah suatu permutasi dari 0, 1, 2 ,3, …, n-1. Bilangan-bilangan ini mempunyai f(n) bilangan yang saling prima dengan n, maka ada f(m)⏀(n) bilangan yang saling prima dengan m maupun dengan n. Mengingat suatu bilangan yang saling prima dengan m maupun n, maka bilangan itu saling prima dengan mn pula. Sehingga disimpulkan bahwa ⏀(mn)=⏀(m) ⏀(n)
  • 13. Contoh: ⏀(6)=2 dan ⏀(5)=4, maka ⏀(30)= ⏀(6) ⏀(5)=2.4=8 Sedangkan himpunan residu sederhana modulo 30 adalah {1,7,11,17,19,23,29}, maka banyaknya elemen dari himpunan ini adalah 8, yaitu ⏀(30)=8.
  • 14. TEOREMA 5 Jika n suatu billangan bulat psitif yang mempunyai bentuk kanonik , maka ⏀(n) = atau⏀(n) = Bukti: n = dengan pi adalah bilangan-bilangan prima yang berbeda untuk i=1, 2, …, k. ⏀(n) =⏀( ) = = Selanjutnya, akan mudah dibuktikan bahwa:
  • 15. Contoh: 360= 23. 22.5 , maka ⏀(360)= ⏀(23. 22.5)= ⏀(23) ⏀(22) ⏀(5)= 22(2-1)3(3-1)(5-1)=96
  • 16. TEOREMA 6. Untuk setiap bilangan bulat positif n>2, maka ⏀(n) suatu bilangan genap. Bukti: Misalkan n= 2k dengan k>2, maka ⏀(n) = ⏀(2k) = 2k-1(2-1) = 2k-1 Nampak di sini bahwa ⏀(2k)suatu bilangan genap. Sekarang ambil sembarang bilangan bulat positif n>2. Apbila n suatu bilangan prima, maka n prima ganjil sehingga ⏀(n)= n-1. Jadi ⏀(n) bilangan genap. Dan apabila n suatuu bilangan komposit, maka n mempunyai factor prima ganjil p, misalnya n = pkm dengan (pk,m)=1 sehingga⏀(n)= ⏀(pkm)= ⏀(pk) ⏀(m)= pk-1(p-1) ⏀(m) Karena p bilangan prima ganjil, maka p-1 suatu bilangan genap, sehingga pk-1(p-1)⏀(m) suatu bilangan prima pula. Jadi ⏀(n) suatu bilanngan genap.
  • 17. Contoh: Semua faktor bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan 12. tiap faktor ini dicari nilai ⏀nya, yaitu ⏀(1)=1, ⏀(2)=1, ⏀(3)=2, ⏀(4)=2, ⏀(6)=2 dan ⏀(12)=4. Terlihat jelas bahwa faktor yang lebih besar dari 2 ⏀nya adalah bilangan genap.
  • 18. TEOREMA 7 Untuk setiap bilangan bulat positif n, maka Bukti: Perhatikan bilangan-bilangan bulat positif: 1, 2, 3 ,4, …, n. Kita akan meletakkan bilangan-bilangan ini dalam himpunan-himpunan dengan t|n, yaitu bilangan-bilangan itu yang dengan n, factor persekutuan terbesarnya sama dengan t. Dengan kata lain, m ∊ Ct jika dan hanya jika (m,n)=t. Sedangkan (m,n)=t jika dan hanya jika Menurut definisi fungsi ⏀ Euler, banyaknya elemen dari Ct adalah ⏀ . Maka banyaknya elemen dari semua gabungan himpunan Ct adalah . Mengingat setiap bilangan 1, 2, 3, …, n hanya terdapat dalam tepat satu himpunan dari Ct, maka
  • 19. Contoh: 1,2,4,5,7,8 masing-masing adalah residu yang saling prima dengan 9. Apabila setiap bilangan tersebbut dikalikan 10 didapat 10,20,40,50,70,80. Selanjutnya, jika dari bilangan-bilangan tersebut dicari residu terkecil modulo 9 maka diperoleh: 10≡1(mod9) 20 ≡2(mod9) 40≡4(mod9) 50≡5(mod9) 70≡7(mod9) 80≡8(mod9) Jika ruas-ruas dari kekongruenan ini dikalikan, kita akan memperoleh 10.2040.50.70.80 ≡1.2.4.5.7.8(mod9) 106 (1.2.4.5.7.8) ≡1.2.4.5.7.8(mod9) 106 ≡1(mod9)
  • 20. TEOREMA 8 Jika (a,m)=1 dan r1, r2, r3, …, r⏀(m) adalah bilangan-bilangan bulat positif yang kurang dari m dan masing-masing saling prima denngan m, maka residu-residu terkecil mod m dari bilangan-bilangan ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m) adalah suatu permutasi dari r1, r2, r3, …, ar⏀(m). Bukti: ⏀(m) adalah banyaknya elemen dari himpunan {ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m)}. Untuk membuktikan bahwa residu-residu terkcil dari {ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m)}………..(1) adalah suatu permutasi dari r1, r2, r3, …, r⏀(m), kita harus menunjukkan bahwa ari≢arj (mod m) untuk 1≤I,j≤⏀(m) dengan i≠j serta masing-masing harus ditunjukkan saling prima dengan m. Misalkan ari≢arj (mod m) untuk 1≤I,j≤⏀(m) dengan i≠j. Karena (a,m)=1, maka kita dapat melenyapkan a dari kekongruenan itu, sehingga diperoleh ri≢rj(mod m). Dan karena ri dan rj masing-masing residu-residu terkecil mod m, maka ri≠ rj. Jadi jika ari≢arj (mod m), maka ri ≠ rj. sehingga kontraposisinya benar pula bahwa jika ri = rj maka ari ≡ arj (mod m) hal ini berarti bahwa bilangan-bilangan pada (1) tidak ada yang kongruen mod m.
  • 21. Contoh: 1,3,5,7 masing-masing saling prima dengan 8 dan ⏀(8)=4, maka 9.1, 9.3, 9.5, 9.7 masing-masing mempunyai residu terkecil modulo 8 dengan tepat satu dari 1,3,5,7, karena (8,9)=1. hal ini diperiksa sebagai berikut: 9.1≡1(mod 8), 9.3≡3(mod 8), 9.5≡5(mod 8), 9.7≡7(mod 8) Selanjutnya akan dibuktikan bahwa ar1, ar2, ar3, …, ar⏀(m) masing-masing prima dengan m. Andaikan ada suatu bilangan prima p yang merupakan factor persekutuan dari arid an m maka p|arid an p|m. P|arid an p suatu bilangan prima, maka p|a atau p|ri. Jadi p merupakan factor prsekutuan dari a, ri, dan m. hal ini tidak mungkin, karena (a,m) + (m, ri) =1. Jadi (ari, m) =1 untuk 1≤I,j≤⏀(m).
  • 22. TEOREMA 9 Jika m suatu bilangan bulat positif dan (a,m) =1, maka a⏀(m) ≡ 1(mod m) Bukti: Misalkan r1, r2, r3, …, r⏀(m) adalah bilangan-bilangan bulat positif yang kurang dari m dan masing-masing prima dengan m. menurut teorema 8, karena (a,m)=1, maka residu-residu terkeci modulo m dari r1, r2, r3, …, r⏀(m) adalah suatu permutasi r1, r2, r3, …, r⏀(m). Sehingga diperoleh (ar1) (r2) (r3) … (r⏀(m))≡ r1r2r3 …r⏀(m) ar⏀(m) = [(ar1) (r2) (r3) … (r⏀(m))]≡ r1, r2, r3, …, r⏀(m) Karena r1, r2, r3, …, r⏀(m) masing-masing saling prima dengan m, maka hasil kali bilangan-bilangan itu saling prima dengan m. Sehingga kita dapat menyelenggarakan r1r2r3 …r⏀(m) dari kekongruenan terakhir dan diperoleh a⏀(m) ≡ 1(mod m)
  • 23. Contoh: ⏀(8)=4, 3⏀(8) = 34 =81≡1(mod 8), sebab (3,8)=1. Tetapi 2⏀(8) = 24 =16≢1(mod 8), sebab (2,8)≠1.
  • 24. TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA