SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
AKAR
PRIMITIF
Atika Luthfiyatil Fathinah
(12218005)
Pertama, kita akan mempelajari keberadaan akar-akar primitif untuk bilangan-bilangan
prima. Kita memulai menunjukkan banyaknya solusi perkongruenan polinomial berikut.
Teorema 6.15 (Teorema Lagrange)
Bukti:
Misalkan polinomial f yang berderajat n adalah
F(x) = anxn + an-1xn-1 + … + a1x + a0 dengan an ≡ 0 (mod p).
Teorema akan dibuktikan dengan induksi matematika pada n, yaitu derajat dari
f(x).
Untuk n = 1 maka f(x) = a1x + a0 ≡ 0 (mod p)
f(x) = a1x ≡ -a0 (mod p)
karena (a1,p) = 1. Maka perkongruenan linier ini mempunyai tepat satu solusi.
Jadi teorema benar untuk n = 1.
Akar Primitif
Jika p suatu bilangan prima dan f adalah suatu polynomial berderajat
n maka perkongruenan f(x) = 0 (mod p) mempunyai sebanyak-
banyaknya n solusi.
Selanjutnya diasumsikan bahwa teorema benar untuk n = k – 1, yatu
polinomial f berderajat (k - 1) mempunyai sebanyak-banyaknya (k – 1)
solusi.
Akan ditunjukkan bahwa untuk polinomial f berderajat k, f(x) ≡ 0
(mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya k solusi.
Untuk ini kita cukup menunjukkan bahwa f(x) ≡ 0 (mod p)
tidak mempunyai solusi atau mempunyai satu solusi.
Jika f(x) ≡ 0 (mod p) tidak mempunyai solusi maka teorema terbukti.
Selanjutnya, jika f(x) ≡ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya satu
solusi, misalnya a maka f(a) ≡ 0(mod p) dan a adalah suatu
residu terkecil modulo p.
jika f(x) dibagi dengan (x – a) maka diperoleh:
f(x) = (x – a) q(x) + r
suku banyak q(x) berderajat k – 1 dengan koefisien bulat dan
suatu bilangan bulat pula. Substitusi x = a, pada f(x) 0 (mod p) dan
pada f(x) = (x – a) q(x) + r diperoleh:
0 ≡ f(a) = (a – a) q(a) + r (mod p)
r ≡ 0 (mod p)
sehingga f(x) = (x – a) q(x)(mod p)
Misalkan b adalah penyelesaian lain dengan b ≡ a (mod p) dari f(x) ≡ 0
(mod p) maka 0 ≡ f(b) = (b – a) q(b) (mod p)
karena p prima dan b – a ≡ 0 (mod p) maka q(b) ≡ 0 (mod p).
hal ini dapat dikatakan bahwa suatu solusi dari f(x) ≡ 0 (mod p) yang
berbeda dengan a merupakan penyelesaian dari q(x) ≡ 0 (mod p).
Polinomial q(x) mempunyai sebanyak-banyaknya (k–1) solusi sehingga
f(x) ≡ 0 (mod p) tidak akan mempunyai lebih dari k solusi.
Perlu dicatat di sini bahwa teorema 6.15 hanya benar,
apabila modulonya suatu bilangan prima. Sebab, jika modulonya tidak
prima maka teorema tidak benar. Misalnya x2+ x ≡ 0 (mod p)
mempunyai 4 solusi, yaitu 0,2, 3 dan 5, meskipun ruas kiri dari
pengkongruenan tersebut suatu polinom berderajat dua.
Menurut teorema fermat, yaitu jika p prima dan (a,p) = 1 maka ap-1 1(mod
p). Ini benar perkongruenan xp-1 – 1 = 0 mempunyai tepat (p – 1) solusi, yaitu:
1,2,3,…,p – 1
Misalkan bahwa d|(p – 1) maka,
xp-1– 1 = (xd – 1) (xp-1-d + xp-1-2d +…+ 1)
= (xd – 1) f(x)
Menurut teorema 6.15, f(x) ≡ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya
(p-1-d) solusi. Misalkan x = a suatu solusi dari xp-1 – 1 ≡ 0 (mod p) yang
bukan solusi dari f(x) ≡ 0 (mod p), maka a suatu solusi dari xd – 1 ≡ 0 (mod
p).
Sebab
0 ≡ ap-1 – 1 (ad – 1) f(a) (mod p)
Karena p prima dan p|f(a) maka p|(ad – 1).
Jadi xd – 1 ≡ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya p – 1 – (p – 1 – d)
= d solusi.
Jika p suatu bilangan prima dan d|p – 1
maka perkongruenan xd – 1 ≡ 0 (mod p)
mempunyai tepat d solusi.
Menurut teorema xd - 1 ≡ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya d
solusi. Jadi perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi.
Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini:
Teorema 6.16
Sekarang perhatikan bilangan prima 13 dan ∅(13) = 12.
Dibentuk Ψ(d) = banyaknya bilangan bulat positif k yang kurang dari 13 dan
berorde d dengan d|12.
Untuk modulo 13 ini,
1 berorde 1;
3 dan 9 masing-masing berorde 3;
4 dan 10 masing-masing berorde 6;
5 dan 8 masing-masing berorde 4;
2, 6, 7 dan 11 masing-masing berorde 12, dan 12 berorde 2.
Sehingga
σ𝑑|12 Ψ(d) = 1 + 1 + 2 + 2 + 2 + 4
Ψ(1) = 1 = ɸ(1) Ψ(4) = 2 = ɸ(4)
Ψ(2) = 1 = ɸ(2) Ψ(6) = 2 = ɸ(6)
Ψ(3) = 2 = ɸ(3) Ψ(12) = 4 = ɸ(12)
Perhatikan juga bahwa :
Jika p suatu bilangan prima dan d|(p-1) maka ada tepat ɸ(d) bilangan
bulat positif kurang dari p yang berorde d modulo p.
Bukti :
Dibentuk fungsi Ψ(d), yaitu banyaknya bilangan bulat positif yang
kurang dari p yang berorde d modulo p.
Karena setiap bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu
berorde d dengan d|p-1 maka
σ𝑑|𝑝−1 Ψ(d) = p - 1
Teorema 6.17
Padahal kita telah mengetahui bahwa σ𝑑|𝑝−1 Ψ(d) = p – 1 maka kita harus
menunjukkan bahwa Ψ(d)=ɸ(d)
Ambil sebarang d, yaitu pembagi dari p-1 sedemikian hingga Ψ(d) > 0
maka ada suatu bilangan bulat positif a yang beorde d sehingga 𝑎, 𝑎2
,𝑎3
, … 𝑎𝑑
Tidak ada dua suku yang kongruen modulo p dan masing-masing masing-
masing memenuhi perkongruen 𝑥𝑑
≡ 1 𝑚𝑜𝑑 𝑝 .
Sebab (𝑎𝑘)𝑑≡ 𝑎𝑑 𝑘
≡ 1 𝑚𝑜𝑑 𝑝 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 1 ≤ 𝑘 ≤ 𝑑
Menurut teorema 6.15, perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi.
Selanjutnya,suatu bilangan bulat positif yang beorde d modulo p mesti kongruen
modulo p dengan suatu bilangan dari .
Dan hanya sebanyal ɸ(d) dari perkongruenan a tersebut yang berorde d, yaitu aᵏ
dengan (k, d) = 1.
Jadi banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p dab berorde d modulo p
adalah ɸ(d).
Sehingga Ψ(d) = ɸ(d).
Apabila pada teorema 6.16, d = p-1 maka diperoleh akibat teorema tersebut sebagai
berikut:
Akibat: setiap bilangan prima p mempunyai sebanyak ɸ(p -1) akar primitif
Contoh:
Tentukan akar-akar primitif dari 31 dan tentukan pula bilangan-bilangan bulat
positif yang kurang dari 31 yang berorde 6 modulo 31.
Jawab :
Banyaknya akar primitif dari 31 adalah ɸ(ɸ(31)) =ɸ(30) = 8.
Karena 25
≡ 1 𝑚𝑜𝑑 31 , maka 2 bukan akar primitif dari 31.
Kita mencoba memangkatkan 3 dengan eksponen yang tidak lebih dari 15 karena orde
dari 3 mesti membagi ɸ(31) = 30 maka perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
315 ≡ 27 5 ≡ −4 5 ≡ −64 16 ≡ −2 16 ≡ −1 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 31)
Karena 315 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 31 dan 3𝑘 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 31 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 1 ≤ 𝑘 ≤ 15 maka orde dari 3 mesti
lebih dari 15. Dan karena orde 3 mesti membagi ɸ(31) = 30 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa orde dari 3 (mod 31) adalah 30.
Jadi 3 adalah akar primitif dari 31.
Akar-akar primitif dari 31 yang lain adalah dengan (k, 30) = 1, yaitu
37, 311, 313, 317, 319, 323, 𝑑𝑎𝑛 329
Yang berturutut-turut kongruen mod 31 dengan
17, 13, 24, 22, 12, 11 dan 21.
Karena 3 adalah akar primitif dari 31 maka setiap bilangan bulat positif yang kurang dari
31 dapat dinyatakan dalam bentuk 3𝑘 dengan 1 ≤ 𝑘 ≤ 30 .
Selanjutnya menurut teorema 6.12 maka orde dari 3𝑘 adalah
30
(𝑘,30)
Sehingga 3ᵏ yang berorde 6 apabila (k, 30) = 5, yaitu k = 5 atau k = 25. Jadi
3⁵ dan 325 masing-masing berorde 6 (mod 31). Dengan perhitungan berikut ini dapat
diketahui residu terkecilnya.
35 ≡ 27 9 ≡ −4 9 ≡ −36 ≡ 26 (𝑚𝑜𝑑 31)
325 ≡ (35)5 ≡ 26 5 ≡ −5 5 ≡ −125 25 ≡ −1 25 ≡ 6 (𝑚𝑜𝑑 31)
Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6 adalah
ɸ(6)=2, yaitu 6 dan 26. Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde
6 adalah ɸ(6)=2, yaitu 6 dan 26.
Sekarang perhatikan bilangan komposit 2ᵏ dengan 𝑘 ≥ 3
kita akan menunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan ganjil a dengan (a, 2ᵏ) = 1,
Maka 𝑎2𝑘−2
≡ 1 𝑚𝑜𝑑 2𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 2𝑘−2 =
∅ 2𝑘
2
𝑑𝑎𝑛 𝑘 ≥ 3
apabila kita berhasil menunjukkan kekongruenan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
2ᵏ tidak mempunyai akar primitif.
Akan ditunjukkan 2ᵏ dengan induksi matematik untuk setiap bilangan asli 𝑘 ≥ 3
Jika k=3 maka diperoleh kekongruenan a² ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 8) yang benar untuk a = 1, 3, 5 dan
7, yaitu: 12 ≡ 32 ≡ 52 ≡ 72 ≡ 1 (mod 8)
Jadi benar bahwa 23 tidak mempunyai akar primitif.
Selanjutnya diasumsikan kekongruenan benar untuk suatu bilangan bulat k >
3, yaitu: 𝑎2𝑘−2
≡ 1 𝑚𝑜𝑑 2𝑘
Kekongruenan ini ekuevalen dengan 𝑎2𝑘−2
≡ 1 + 2𝑘 𝑚 dengan m suatu bilangan
bulat.
Jadi kekongruenan juga benar untuk k + 1 sehingga kekongruenan benar
untuk semua bilangan bulat 𝑘 ≥ 3
Untuk k ≥ 3, bilangan bulat 2𝑘 tidak mempunyai akar
primitif.
Teorema berikut ini mempunyai spirit sama dengan teorema tersebut.
Uraian diatas merupakan bukti dari teorema berikut ini
Teorema 6.18
Jika bilangan-bilangan bulat m > 2 dan n > 2 dengan (m, n) I, maka m
tidak mempunyai akar primitif.
Lemma I.
Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka ada suatu akar primitif r dari p sedemikian
hingga 𝑟𝑝−1 ≡ 1 (mod p²)
Lemma 2:
Misalkan p suatu bilangan priima ganjil dan r suatu akar primitif dari p sedemikian
hingga 𝑟𝑝−1 ≡ 1 (mod p²), maka untuk setiap bilangan bulat positif k ≥ 2, berlaku:
𝑟𝑝𝑘−2(𝑝−1)
≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝𝑘)
Teorema 6.19
Teorema 6.21
Bukti:
Menurut Teorema 6.20, mempunyai akar primitif, misalnya r. Kita asumsikan bahwa r suatu
bilangan ganjil, sebab jika r genap, maka r + 𝑝𝑘 adalah suatu bilangan ganjil yang merupakan akar
primitif dari pula. Maka (r, 2 𝑝𝑘 ) =1. Misalkan orde dari r (mod 2 𝑝𝑘 ) adalah n, maka n mesti
membagi ∅(2𝑝𝑘).
Jadi n = ∅(2𝑝𝑘), yang berarti bahwa r adalah akar primitif dari 2𝑝𝑘.
Teorema 6.20
Bukti:
Berdasarkan lemma di atas , kita dapat
memilih suatu akar primitif r dari p dan misalkan orde
r (mod 𝑝𝑘) adalah n.
Jika p suatu bilangan prima ganjil dan bilangan bulat k ≥ 1,
maka 𝑝𝑘 mempunyai akar primitif.
Jika p suatu bilangan prima ganjil dan suatu bilangan bulat k 1, maka
2 mempunyai akar primitif.
Prima
Akar primitif
terkecil
Prima
Akar primitif
terkecil
2 1 43 3
3 2 47 5
5 2 53 2
7 3 59 2
11 2 61 2
13 2 67 2
17 3 71 7
19 2 73 5
23 5 79 3
29 2 83 2
31 3 89 3
37 2 97 5
41 6 101 2
Tabel 6.3
Berikut ini suatu daftar akar
primitif terkecil
dari bilangan prima yang kurang
dari 100
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

More Related Content

Similar to Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf

Similar to Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf (20)

11841986
1184198611841986
11841986
 
PERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRATPERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRAT
 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematika
 
Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
 
Preliminary problems
Preliminary problemsPreliminary problems
Preliminary problems
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema euler
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
Kalkulus
Kalkulus Kalkulus
Kalkulus
 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.ppt
 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.ppt
 
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxAjeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
Persamaan
Persamaan Persamaan
Persamaan
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 
persamaan.pptx
persamaan.pptxpersamaan.pptx
persamaan.pptx
 
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan LinearPersamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 

Recently uploaded (20)

Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 

Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf

  • 2. Pertama, kita akan mempelajari keberadaan akar-akar primitif untuk bilangan-bilangan prima. Kita memulai menunjukkan banyaknya solusi perkongruenan polinomial berikut. Teorema 6.15 (Teorema Lagrange) Bukti: Misalkan polinomial f yang berderajat n adalah F(x) = anxn + an-1xn-1 + … + a1x + a0 dengan an ≡ 0 (mod p). Teorema akan dibuktikan dengan induksi matematika pada n, yaitu derajat dari f(x). Untuk n = 1 maka f(x) = a1x + a0 ≡ 0 (mod p) f(x) = a1x ≡ -a0 (mod p) karena (a1,p) = 1. Maka perkongruenan linier ini mempunyai tepat satu solusi. Jadi teorema benar untuk n = 1. Akar Primitif Jika p suatu bilangan prima dan f adalah suatu polynomial berderajat n maka perkongruenan f(x) = 0 (mod p) mempunyai sebanyak- banyaknya n solusi.
  • 3. Selanjutnya diasumsikan bahwa teorema benar untuk n = k – 1, yatu polinomial f berderajat (k - 1) mempunyai sebanyak-banyaknya (k – 1) solusi. Akan ditunjukkan bahwa untuk polinomial f berderajat k, f(x) ≡ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya k solusi. Untuk ini kita cukup menunjukkan bahwa f(x) ≡ 0 (mod p) tidak mempunyai solusi atau mempunyai satu solusi. Jika f(x) ≡ 0 (mod p) tidak mempunyai solusi maka teorema terbukti. Selanjutnya, jika f(x) ≡ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya satu solusi, misalnya a maka f(a) ≡ 0(mod p) dan a adalah suatu residu terkecil modulo p. jika f(x) dibagi dengan (x – a) maka diperoleh: f(x) = (x – a) q(x) + r suku banyak q(x) berderajat k – 1 dengan koefisien bulat dan suatu bilangan bulat pula. Substitusi x = a, pada f(x) 0 (mod p) dan pada f(x) = (x – a) q(x) + r diperoleh: 0 ≡ f(a) = (a – a) q(a) + r (mod p) r ≡ 0 (mod p) sehingga f(x) = (x – a) q(x)(mod p)
  • 4. Misalkan b adalah penyelesaian lain dengan b ≡ a (mod p) dari f(x) ≡ 0 (mod p) maka 0 ≡ f(b) = (b – a) q(b) (mod p) karena p prima dan b – a ≡ 0 (mod p) maka q(b) ≡ 0 (mod p). hal ini dapat dikatakan bahwa suatu solusi dari f(x) ≡ 0 (mod p) yang berbeda dengan a merupakan penyelesaian dari q(x) ≡ 0 (mod p). Polinomial q(x) mempunyai sebanyak-banyaknya (k–1) solusi sehingga f(x) ≡ 0 (mod p) tidak akan mempunyai lebih dari k solusi. Perlu dicatat di sini bahwa teorema 6.15 hanya benar, apabila modulonya suatu bilangan prima. Sebab, jika modulonya tidak prima maka teorema tidak benar. Misalnya x2+ x ≡ 0 (mod p) mempunyai 4 solusi, yaitu 0,2, 3 dan 5, meskipun ruas kiri dari pengkongruenan tersebut suatu polinom berderajat dua.
  • 5. Menurut teorema fermat, yaitu jika p prima dan (a,p) = 1 maka ap-1 1(mod p). Ini benar perkongruenan xp-1 – 1 = 0 mempunyai tepat (p – 1) solusi, yaitu: 1,2,3,…,p – 1 Misalkan bahwa d|(p – 1) maka, xp-1– 1 = (xd – 1) (xp-1-d + xp-1-2d +…+ 1) = (xd – 1) f(x) Menurut teorema 6.15, f(x) ≡ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya (p-1-d) solusi. Misalkan x = a suatu solusi dari xp-1 – 1 ≡ 0 (mod p) yang bukan solusi dari f(x) ≡ 0 (mod p), maka a suatu solusi dari xd – 1 ≡ 0 (mod p). Sebab 0 ≡ ap-1 – 1 (ad – 1) f(a) (mod p) Karena p prima dan p|f(a) maka p|(ad – 1). Jadi xd – 1 ≡ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya p – 1 – (p – 1 – d) = d solusi.
  • 6. Jika p suatu bilangan prima dan d|p – 1 maka perkongruenan xd – 1 ≡ 0 (mod p) mempunyai tepat d solusi. Menurut teorema xd - 1 ≡ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya d solusi. Jadi perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi. Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini: Teorema 6.16 Sekarang perhatikan bilangan prima 13 dan ∅(13) = 12. Dibentuk Ψ(d) = banyaknya bilangan bulat positif k yang kurang dari 13 dan berorde d dengan d|12. Untuk modulo 13 ini, 1 berorde 1; 3 dan 9 masing-masing berorde 3; 4 dan 10 masing-masing berorde 6; 5 dan 8 masing-masing berorde 4; 2, 6, 7 dan 11 masing-masing berorde 12, dan 12 berorde 2. Sehingga σ𝑑|12 Ψ(d) = 1 + 1 + 2 + 2 + 2 + 4 Ψ(1) = 1 = ɸ(1) Ψ(4) = 2 = ɸ(4) Ψ(2) = 1 = ɸ(2) Ψ(6) = 2 = ɸ(6) Ψ(3) = 2 = ɸ(3) Ψ(12) = 4 = ɸ(12) Perhatikan juga bahwa :
  • 7. Jika p suatu bilangan prima dan d|(p-1) maka ada tepat ɸ(d) bilangan bulat positif kurang dari p yang berorde d modulo p. Bukti : Dibentuk fungsi Ψ(d), yaitu banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p yang berorde d modulo p. Karena setiap bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu berorde d dengan d|p-1 maka σ𝑑|𝑝−1 Ψ(d) = p - 1 Teorema 6.17 Padahal kita telah mengetahui bahwa σ𝑑|𝑝−1 Ψ(d) = p – 1 maka kita harus menunjukkan bahwa Ψ(d)=ɸ(d) Ambil sebarang d, yaitu pembagi dari p-1 sedemikian hingga Ψ(d) > 0 maka ada suatu bilangan bulat positif a yang beorde d sehingga 𝑎, 𝑎2 ,𝑎3 , … 𝑎𝑑 Tidak ada dua suku yang kongruen modulo p dan masing-masing masing- masing memenuhi perkongruen 𝑥𝑑 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 𝑝 .
  • 8. Sebab (𝑎𝑘)𝑑≡ 𝑎𝑑 𝑘 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 𝑝 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 1 ≤ 𝑘 ≤ 𝑑 Menurut teorema 6.15, perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi. Selanjutnya,suatu bilangan bulat positif yang beorde d modulo p mesti kongruen modulo p dengan suatu bilangan dari . Dan hanya sebanyal ɸ(d) dari perkongruenan a tersebut yang berorde d, yaitu aᵏ dengan (k, d) = 1. Jadi banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p dab berorde d modulo p adalah ɸ(d). Sehingga Ψ(d) = ɸ(d). Apabila pada teorema 6.16, d = p-1 maka diperoleh akibat teorema tersebut sebagai berikut: Akibat: setiap bilangan prima p mempunyai sebanyak ɸ(p -1) akar primitif Contoh: Tentukan akar-akar primitif dari 31 dan tentukan pula bilangan-bilangan bulat positif yang kurang dari 31 yang berorde 6 modulo 31. Jawab : Banyaknya akar primitif dari 31 adalah ɸ(ɸ(31)) =ɸ(30) = 8. Karena 25 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 31 , maka 2 bukan akar primitif dari 31. Kita mencoba memangkatkan 3 dengan eksponen yang tidak lebih dari 15 karena orde dari 3 mesti membagi ɸ(31) = 30 maka perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
  • 9. 315 ≡ 27 5 ≡ −4 5 ≡ −64 16 ≡ −2 16 ≡ −1 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 31) Karena 315 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 31 dan 3𝑘 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 31 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 1 ≤ 𝑘 ≤ 15 maka orde dari 3 mesti lebih dari 15. Dan karena orde 3 mesti membagi ɸ(31) = 30 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa orde dari 3 (mod 31) adalah 30. Jadi 3 adalah akar primitif dari 31. Akar-akar primitif dari 31 yang lain adalah dengan (k, 30) = 1, yaitu 37, 311, 313, 317, 319, 323, 𝑑𝑎𝑛 329 Yang berturutut-turut kongruen mod 31 dengan 17, 13, 24, 22, 12, 11 dan 21. Karena 3 adalah akar primitif dari 31 maka setiap bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dapat dinyatakan dalam bentuk 3𝑘 dengan 1 ≤ 𝑘 ≤ 30 . Selanjutnya menurut teorema 6.12 maka orde dari 3𝑘 adalah 30 (𝑘,30) Sehingga 3ᵏ yang berorde 6 apabila (k, 30) = 5, yaitu k = 5 atau k = 25. Jadi 3⁵ dan 325 masing-masing berorde 6 (mod 31). Dengan perhitungan berikut ini dapat diketahui residu terkecilnya. 35 ≡ 27 9 ≡ −4 9 ≡ −36 ≡ 26 (𝑚𝑜𝑑 31) 325 ≡ (35)5 ≡ 26 5 ≡ −5 5 ≡ −125 25 ≡ −1 25 ≡ 6 (𝑚𝑜𝑑 31) Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6 adalah ɸ(6)=2, yaitu 6 dan 26. Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6 adalah ɸ(6)=2, yaitu 6 dan 26.
  • 10. Sekarang perhatikan bilangan komposit 2ᵏ dengan 𝑘 ≥ 3 kita akan menunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan ganjil a dengan (a, 2ᵏ) = 1, Maka 𝑎2𝑘−2 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 2𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 2𝑘−2 = ∅ 2𝑘 2 𝑑𝑎𝑛 𝑘 ≥ 3 apabila kita berhasil menunjukkan kekongruenan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa 2ᵏ tidak mempunyai akar primitif. Akan ditunjukkan 2ᵏ dengan induksi matematik untuk setiap bilangan asli 𝑘 ≥ 3 Jika k=3 maka diperoleh kekongruenan a² ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 8) yang benar untuk a = 1, 3, 5 dan 7, yaitu: 12 ≡ 32 ≡ 52 ≡ 72 ≡ 1 (mod 8) Jadi benar bahwa 23 tidak mempunyai akar primitif. Selanjutnya diasumsikan kekongruenan benar untuk suatu bilangan bulat k > 3, yaitu: 𝑎2𝑘−2 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 2𝑘 Kekongruenan ini ekuevalen dengan 𝑎2𝑘−2 ≡ 1 + 2𝑘 𝑚 dengan m suatu bilangan bulat. Jadi kekongruenan juga benar untuk k + 1 sehingga kekongruenan benar untuk semua bilangan bulat 𝑘 ≥ 3
  • 11. Untuk k ≥ 3, bilangan bulat 2𝑘 tidak mempunyai akar primitif. Teorema berikut ini mempunyai spirit sama dengan teorema tersebut. Uraian diatas merupakan bukti dari teorema berikut ini Teorema 6.18 Jika bilangan-bilangan bulat m > 2 dan n > 2 dengan (m, n) I, maka m tidak mempunyai akar primitif. Lemma I. Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka ada suatu akar primitif r dari p sedemikian hingga 𝑟𝑝−1 ≡ 1 (mod p²) Lemma 2: Misalkan p suatu bilangan priima ganjil dan r suatu akar primitif dari p sedemikian hingga 𝑟𝑝−1 ≡ 1 (mod p²), maka untuk setiap bilangan bulat positif k ≥ 2, berlaku: 𝑟𝑝𝑘−2(𝑝−1) ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝𝑘) Teorema 6.19
  • 12. Teorema 6.21 Bukti: Menurut Teorema 6.20, mempunyai akar primitif, misalnya r. Kita asumsikan bahwa r suatu bilangan ganjil, sebab jika r genap, maka r + 𝑝𝑘 adalah suatu bilangan ganjil yang merupakan akar primitif dari pula. Maka (r, 2 𝑝𝑘 ) =1. Misalkan orde dari r (mod 2 𝑝𝑘 ) adalah n, maka n mesti membagi ∅(2𝑝𝑘). Jadi n = ∅(2𝑝𝑘), yang berarti bahwa r adalah akar primitif dari 2𝑝𝑘. Teorema 6.20 Bukti: Berdasarkan lemma di atas , kita dapat memilih suatu akar primitif r dari p dan misalkan orde r (mod 𝑝𝑘) adalah n. Jika p suatu bilangan prima ganjil dan bilangan bulat k ≥ 1, maka 𝑝𝑘 mempunyai akar primitif. Jika p suatu bilangan prima ganjil dan suatu bilangan bulat k 1, maka 2 mempunyai akar primitif.
  • 13. Prima Akar primitif terkecil Prima Akar primitif terkecil 2 1 43 3 3 2 47 5 5 2 53 2 7 3 59 2 11 2 61 2 13 2 67 2 17 3 71 7 19 2 73 5 23 5 79 3 29 2 83 2 31 3 89 3 37 2 97 5 41 6 101 2 Tabel 6.3 Berikut ini suatu daftar akar primitif terkecil dari bilangan prima yang kurang dari 100