SlideShare a Scribd company logo
Nama Mahasiswa : Donna Wibiananda Suryaman
NIM : 55118010016
Nama Dosen Pengampu : Bapak Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA. MPM
Mata Kuliah : Quiz 12. Strategic Management : Porter’s Five
Competitiveness Force Model, BCG Matrix
EXECUTIVE SUMMARY
1. Porter’s Five Competitiveness Force Model
Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah suatu
metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau lingkungan
persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor dari Harvard
Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada lima hal yang dapat
menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri. Daya tarik dalam
konteks ini mengacu pada profitabilitas industri secara keseluruhan. Hasilnya, setelah analisis
dilakukan maka akan dapat di nilai apakah industri tersebut masih “menarik” atau “tidak
menarik”.
Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila kombinasi dari
five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah industri disebut menarik
bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan. Tiga dari lima Five Forces
merujuk pada persaingan dari sumber eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.
Lima kekuatan Porter mencakup tiga kekuatan dari kompetisi 'horizontal' - ancaman
produk atau jasa pengganti, ancaman rival yang dibentuk, dan ancaman pendatang baru - dan
dua lainnya dari persaingan 'vertikal' - kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar
pelanggan.
a. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan menghambat
pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di Five Forces Model.
Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu industri mengalami penurunan
profitabilitas dengan cepat karena semakin meningkatnya persaingan di antara perusahaan
dalam satu industri. Sebaliknya dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang
tinggi, diasumsikan akan dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang
panjang.
Sebagai contoh, identitas merek (brand identity) yang kuat seperti yang dimiliki Teh
Botol Sosro dan Coca-Cola telah turut melindungi produk-produk tersebut dari serangan
pesaing baru sehingga kedua produk tersebut masih dapat mempertahankan posisinya di
pasar.
Faktor-faktor berikut dapat berpengaruh pada seberapa banyak ancaman yang
dapat diajukan oleh para pendatang baru :
 Adanya hambatan masuk (paten, hak, dll.). Segmen yang paling menarik adalah
segmen di mana hambatan masuk tinggi dan penghalang keluarnya rendah. Namun
perlu diperhatikan, bahwa hambatan tinggi untuk masuk hampir selalu membuat jalan
keluar lebih sulit.
 Kebutuhan modal
 Kerugian biaya tidak tergantung pada ukuran
 Biaya mutlak
 Skala ekonomi
 Loyalitas pelanggan terhadap merek yang kuat
 Efek jaringan
Dll
b. Ancaman Pengganti (Threat of Subtitute Products)
Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak hanya
berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama sehingga menimbulkan
persaingan langsung(direct competition), melainkan bisa juga berasal dari perusahaan
yang memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang
dihasilkan perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk subsitusi (substitute
products)
Contoh: Perusahaan bis yang melayani rute AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) tidak
hanya menghadapi persaingan dari perusahaan bis lainnya, namun juga menghadapi
persaingan dari moda transportasi lainnya seperti kereta api, perusahaan penerbangan,
maupun perusahaan travel. Saat ini perusahaan otobis seperti Prima Jasa, Kramat Jati,
dan sebagainya yang melayani rute Bandung-Jakarta saingannya tidak hanya maskapai
penerbangan yang melayani rute penerbangan Bandung-Jakarta,tapi jua memperoleh
saingan yang sangat berat dari berbagai perusahaan travel seperti Cipaganti, Baraya, dan
lain-lain yang melayani rute yang sama.
Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
 Kecenderungan pembeli untuk mengganti
 Biaya pengalihan pembeli
 Kemudahan Substitusi
 Ketersediaan pengganti yang dekat
Dll
c. Daya Tawar Pelanggan (Bargaining Power of Buyers/Consumers)
Kekuatan tawar pelanggan juga digambarkan sebagai pasar output : kemampuan
pelanggan untuk menempatkan perusahaan di bawah tekanan, yang juga mempengaruhi
kepekaan pelanggan terhadap perubahan harga. Perusahaan dapat mengambil tindakan
untuk mengurangi daya pembeli, seperti menerapkan program loyalitas. Kekuatan
pembeli tinggi jika pembeli memiliki banyak alternatif. Itu rendah jika mereka memiliki
beberapa pilihan.
Posisi tawar menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa
ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price
sensitivity. Bargaining Leverage pembeli selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor
sebagai berikut: buyer concentration vs firm concentration, buyer volume, buyer
integrate, substitute products.
Para pengusaha hasil bumi di daerah Lampung akan memiliki bargaining power
yang rendah seandainya mereka menjual hasil buminya seperti kopi, cengkeh, lada hitam
maupun damar hanya kepada satu pembeli besar di Jakarta, karena dengan struktur
perdagangan seperti ini para pengusaha hasil bumi tidak memiliki alternatif harga jual
selain yang ditetapkan oleh pembeli besar dari Jakarta tersebut.
Adapaun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
 Ketersediaan informasi pembeli
 Pembeli mengganti biaya
 Tingkat saluran distribusi pada saluran distribusi yang ada.
 Ketersediaan produk pengganti yang ada
 Sensitivitas pembeli
Dll
d. Daya Tawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
Kekuatan tawar-menawar pemasok juga digambarkan sebagai pasar input.
Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan layanan (seperti keahlian) ke
perusahaan dapat menjadi sumber kekuasaan atas perusahaan ketika ada beberapa
pengganti. Jika Anda membuat biskuit dan hanya ada satu orang yang menjual tepung,
Anda tidak memiliki alternatif selain membelinya dari mereka.
Kemampuan pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen struktur
industri sebagai berikut: differentiation of inputs, switching costs of supplier and firms in
the industry, presence of substitute inputs, supplier concentration, importance of volume
to supplier, cost relative to total purchases in the industry, impact of inputs on cost or
differentiation, threat of forward integration. Apabila perusahaan dapat memperoleh
pasokan bahan baku dari beberapa pemasok maka kedudukan perusahaan relatif lebih
kuat dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan memberikan ancaman berarti
bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila perusahaan bergantung hanya
kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok menjadi kuat dan dapat menimbulkan
ancaman bagi perusahaan.
Adapun faktor-faktor penyebabnya, diantaranya :
 Tingkat diferensiasi input
 Dampak input pada biaya dan diferensiasi
 Kekuatan saluran distribusi
 Konsentrasi pemasok untuk rasio konsentrasi perusahaan
Dll
e. Persaingan Industri (Competitive Rivalry Within the Industry)
Memiliki pemahaman tentang pesaing industri sangat penting untuk berhasil
memasarkan produk. Positioning berkenaan dengan bagaimana publik mempersepsikan
suatu produk dan membedakannya dari pesaing. Sebuah bisnis harus menyadari strategi
pemasaran dan penetapan harga pesaingnya dan juga bersikap reaktif terhadap setiap
perubahan yang dilakukan.
Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
 Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui inovasi
 Tingkat biaya iklan
 Strategi bersaing yang kuat
 Rasio konsentrasi perusahaan
Dll
f. Penggunaan
Menurut Porter, kerangka kekuatan lima harus digunakan pada tingkat industri
lini bisnis, itu tidak dirancang untuk digunakan pada kelompok industri atau tingkat
sektor industri. Suatu industri didefinisikan pada tingkat yang lebih rendah dan lebih
mendasar, pasar di mana produk dan / atau jasa yang mirip atau terkait erat dijual kepada
pembeli.
Kerangka Porter telah ditantang oleh akademisi dan ahli strategi lainnya.
Misalnya, Kevin P. Coyne dan Somu Subramaniam mengklaim bahwa tiga asumsi yang
meragukan mendasari lima kekuatan. Bahwa pembeli, pesaing, dan pemasok tidak terkait
dan tidak berinteraksi dan berkolusi. Bahwa sumber nilai adalah keuntungan struktural
(menciptakan hambatan masuk). Ketidakpastian itu rendah, memungkinkan peserta di
pasar untuk merencanakan dan menanggapi perubahan dalam perilaku kompetitif.
Porter secara tidak langsung membantah pernyataan kekuatan lain, dengan
mengacu pada inovasi, pemerintah, dan produk dan layanan pelengkap sebagai "faktor"
yang mempengaruhi lima kekuatan. Mungkin juga tidak layak untuk mengevaluasi daya
tarik industri secara independen dari sumber daya yang dibawa oleh perusahaan ke
industri tersebut. Dengan demikian diperdebatkan (Wernerfelt 1984) [9] bahwa teori ini
dikombinasikan dengan pandangan berbasis sumber daya (RBV) agar perusahaan untuk
mengembangkan kerangka yang lebih sehat.
2. BCG Matrix
a. Pengertian BCG Matrix
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan
tersebut agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau
menghentikan produknya. Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam
menentukan pengalokasian sumber daya dan sebagai alat analisis dalam pemasaran
merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis Portofolio.
Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an. Bruce
Henderson juga merupakan pendiri Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah
perusahaan konsultan manajemen global yang terkemuka yang pernah menduduki
peringkat ketiga perusahaan terbaik untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014.
Karena Matriks ini dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group (BCG)
maka matriks ini dinamakan dengan Matrik BCG yang singkatan dari Boston Consulting
Group. Matriks BCG ini juga berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products life
cycle) sehingga sering disebut juga dengan Product Portfolio Matrix (Matriks Portofolio
Produk). Nama-nama lain Matriks BCG diantaranya adalah BCG Growth-Share Matrix
(Matriks Pertumbuhan dan Pangsa Pasar BCG), Boston Box dan Portfolio Diagram
(Diagram Portofolio).
Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau terdiri
dari 4 sel (4 kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4 kategori portofolio produk
perusahaan dari 2 dimensi klasifikasi bisnis unit yaitu Relative Market Share (pangsa
pasar relatif) dan Market Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori
tersebut masing-masing diwakili oleh :
a. Star (Bintang)
Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah produk atau unit bisnis yang
memiliki pangsa pasar yang dominan dan pertumbuhan yang cepat serta
menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini berarti produk-produk yang
dihasilkan merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar.
Perusahaan membutuhkan banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk-
produk tersebut dan untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut serta
mempertahankan keunggulan-keunggulan atas produk tersebut agar dapat tetap
bersaing dengan produk kompetitor lainnya. Produk-produk di kategori Bintang ini
dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash Cows) apabila mereka tetap dapat
mempertahankan keberhasilan mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami
penurunan.
b. Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi
Perah adalah produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar, menghasilkan
uang atau pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk atau unit bisnis pada kategori ini memiliki
pangsa pasar yang tinggi namun prospek pertumbuhan kedepan akan sangat terbatas.
Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows ini biasanya digunakan sebagai
pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru yang masih
berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau membayar hutang-hutang
perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan disarankan
untuk tetap berinvestasi pada produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk
mempertahankan produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan
pasif bagi perusahaan
c. Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan,
yang termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang memiliki
pangsa pasar rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk-
produk pada kategori ini biasanya hanya memberikan kontribusi keuntungan yang
sangat rendah atau bahkan harus menderita kerugian. Produk atau bisnis unit
kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi perusahaan karena dapat
menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya perusahaan. Unit bisnis
atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya akan
mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen perusahaan.
d. Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang disebut
juga dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam kategori Question
Marks ini adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang
tinggi tetapi pangsa pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) yang didapat
umumnya tidak sebanding dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (lebih banyak
pengeluaran daripada pendapatan). Namun karena prospek pertumbuhannya sangat
pesat sehingga berpotensi untuk berubah menjadi Stars atau Bintang. Manajemen
perusahaan tersebut disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk atau bisnis unit
yang berada dalam kategori Question Marks ini karena pertumbuhan yang tinggi.
b. Strategi Setelah Analisis Matriks BCG
1) Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit bisnis
agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan untuk
mendorong produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi Stars dan
akhirnya menjadi Cash Cows.
2) Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-produk
agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya digunakan pada
kategori Stars.
3) Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan mencoba
untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari produk atau
meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini biasanya digunakan pada
produk-produk atau unit bisnis yang berada di kategori Cash Cows.
4) Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan usaha
atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami kerugian atau produk
yang memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada
produk atau unit bisnis yang berada di kategori Dogs.
IMPLEMENTASI FIVE FORCE ANALYSIS DAN BGC MATRIX PADA PT SINAR
SOSRO
Sinar Sosro adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang minuman ringan,
terutama yang berbahan dasar teh. PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap
minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Perusahaan ini
memproduksi minuman teh dalam botol yang bernama Teh Botol, Joy Green Tea, Fruit Tea,
dll.
Pembentukan perusahaan Sosro tidak lepas dari sejarah terciptanya Teh Botol yang
diciptakan oleh keluarga Sosrodjojo. Tahun 1940, Keluarga Sosrodjojo memulaiusahanya di
sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang
dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol di mana daerah penyebarannya masih
di seputar wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas
bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk Teh Cap
Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan memperkenalkan
produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi CICIP RASA (product
sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Awalnya, datang ke pasar-pasar untuk
memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di
tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di
pasar. Tetapi cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses
penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak
sabar menunggu. Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan
kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil
bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa, sebagian besar
tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar. Hal ini disebabkan pada saat tersebut jalanan
di kota Jakarta masih berlubang dan belum sebagus sekarang. Akhirnya muncul ide untuk
membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan.
Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung
dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya. Pada tahun 1969
muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol,
dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO.
1. Five Force Porter’s Analysis PT Sinar Sosro
a. The threat of a substitute product
Pada industry teh botol konsumen dapat barang subtitutenya sangat mudah , dan
seorang penjual dapat menjual dapat menjual berbagai macam produk teh botol
sejenis. Dan perbedaan antara merek satu dengan yang lainnya hanya sedikit saja, dan
hampir tidak ada switching cost diantara satu dan lainnya. Oleh karena itu yang perlu
diperhatikan pada produk ini harga dan kualitasnya Contoh: Teh botol Sosro dengan
Teh Kita, pelanggan tidak sulit mendapatkan kedua merek ini dijual secara
bersamaan, tetapi diferensiasi teh Kita dengan switching cost yang sama tetapi
pelanggan mendapatkan botol yang lebih besar dan isi yang lebih banyak sedikit
dibanding Sosro dan cara ini tidak mudah diikuti teh sosro karena sudah banyaknya
botol yang diproduksi oleh Sosro dalam iklannya apabila teh Sosro diseluruh dunia
dikumpulkan botolnya sudah bisa mengelilingi bumi jadi dengan threat produk seperti
ini sulit untuk di imbangi oleh Sosro karena harus mengganti botolnya diseluruh
dunia.
b. The threat of the entry of new competitors
Masuknya pendatang baru dalam suatu usaha industri selain membawa kapasitas
produk baru juga ingin menguasai pangsa pasar (market leader) serta ingn mengambil
alih sumber daya yang besar yang dimilik oleh pesaingnya. Untuk ancaman
competitor baru pada industry ini rendah karena dibutuhkan modal yang besar dalam
industry minuman teh dimulai dari pembelian baahan baku sampai kebutuhan
membeli mesin – mesin pengolah agar dapat menciptakan kualitas yang baik.
Barrier entry untuk produk teh dapat dilihat:
1) Skala ekonomi
Skala ekonomis yaitu Turunnya biaya produksi perunit apabila perusahaan
memproduksi produk dalam jumlah yang besar. Skala ekonomis menghalangi
masuknya pendatang baru dengan memaksa dengan memaksa mereka masuk ke
sekala besar atau skala kecil dengan dengan tingkat biaya produksi yang tidak
mengutungkan. Sehingga harga yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi sosro
dengan kapasitas produksi 300.000.000 pertahun dan memilki harga jual produk
lebih murah dibandingkan ultrajaya yang mempunyai kapasitas produksi 40.000
pertahun (indocommercial,juli 2002).
2) Kebutuhan modal
Untuk memproduksi minuman the mebutuhkan modal yang besar,karena untuk
menciptakan produk yang berkualitas membutuhkan riset dan alat produksi yang
berkualitas. Sehingga pendatang baru membutuhkan modal yang besar dan selain
itu harus memiliki diffensiasi dari produk yang lama.
3) Switching cost ( biaya peralihan ) pemasok
Swithing cost dalam industri teh relative rendah karena pemasok menawarkan
harga bahan baku yang relative bersaing dengan kualitas yang sama, maka apabila
produsen ingin berpindah dari satu pemasok ke pemasok yang lain maka tidak
memerlukan biaya switching cost.
4) Akses kesaluran distribusi
Apabila akses saluran industri telah dimiliki oleh perusahaan mapan, perusahaan
baru tersebut harus membujuk saluran itu agar menerima produknya dengan harga
yang lebih rendah, periklanan, dll (porter, 1997. P4). Saat ini distribusi teh sosro
hampir mencangkup seluruh wilayah nasional bahkan diekspor ke Australia,
Vietnam, Brunai Darussalam, dan Amerika Serikat.
5) Kebijakan pemerintah
Peraturan pemerintah yang memerintahkan semua produk harus memiliki lisensi
dan pembatasan hak akses produk.
c. The bargaining power of customers
Factor yang mempengaruhi kekuatan pembeli untuk produk teh antara lain switching
cost yang rendah mengingat harga yang ditawarkankan antara produk teh yang satu
dengan yang lain tidak jauh berbeda sehingga kemungkinan pembeli untuk berpindah
besar. Konsumen lebih konsumtif didalam memilih product yang dipiliihnya karena
mereka lebih mengutamakan kualitas dari product yang dibelinya. Kelompok pembeli
juga sering membeli dalam jumlah yang besar sehingga pembeli menginginkan
mendapat potongan harga serta pelayanan dari pihak perusahaan. Produk yang dibeli
adalah produk standar (tidak ada differensiasi), biaya peralihan produk dari yang satu
ke yang lainnya rendah, dan pembeli mendapatkan informasi yang lengkap dari
produk yang inign dibelinya.
d. The bargaining power of suppliers
Terdapat banyak sekali pemasok bahan baku teh sehingga membuat harga barang
baku teh menjadi sangat kompetitif. Hal ini membuat kekuatan tawar menawar
pemasok dengan industri minum teh rendah, karena bahan baku teh dipasaran
mempunyai harga dan kualitas yang rata-rata bersaing. Dengan banyaknya pemasok
bahan baku teh akan membuat industri minuman teh dapat memilih pemasok bahan
baku dengan harga murah dan kualitas yang baik.
e. The intensity of competitive rivalry
Teh sosro memiliki pesaing antara lain, ultra jaya, teKita, fruit Tea, Fresh Tea dan
kepala jenggot yang dimana masing-masing perusahaan bersaing secara kompetitif
(ketat). Persaingan ini terjadi ditingkat harga, promosi / iklan, dan hadiah yang
diberikan, hal ini ditunjukan untuk menarik minat para konsumen agar mau membeli
produknya masing – masing.
2. BCG Matrix
BCG Matrix dibuat sebagai evaluasi, dimanakah posisi Joy Tea (salah satu prodak
dari PT Sinar Sosro) saat ini ditinjau dari besarnya pertumbuhan pasar Green Tea dan
pangsa pasar yang dimiliki Joy Tea saat ini. Melalui BCG Matrix dapat dianalisis kondisi
Market Share adalah masalah yang harus dicarikan solusinya agar perusahaan dapat tetap
memiliki sumber daya dan kapasitas yang memadai dalam berkompetisi dalam tingkat
pertumbuhan pasar yang tinggi. Dalam area Question Mark, hal yang perlu diwaspadai
adalah ketika kecepatan pemasukan perusahaan dari pangsa pasar existing kalah cepat
dibandingkan modal yang harus dikeluarkan untuk tetap bersaing pada kondisi pasar
yang cepat pertumbuhannya.
Dari data survei, dapat dibuat matriks yang memperlihatkan nilai keunggulan
masing-masing kompetitor. Data ini merupakan inisiator bagi Joy Tea untuk dapat
menggrab market dari kompetitor melalui strategi perbaikan pada poin-poin advantages
yang dimiliki kompetitor. Analisis data matriks juga memperlihatkan adanya ancaman
yang datang dari produsen green tea yang merupakan new comers, yakni Mirai Ocha dan
Pokka. Meskipun kedua produsen tersebut belum mampu merebut Top of Mind dari
pasar, namun volume iklan dan promosi yang dilakukan Mirai Ocha sudah mampu
membangun awareness akan iklan produk yang ditampilkan, demikian pula Pokka yang
sudah membuat segmen market sendiri, yakni pasar yang memiliki purchase power
berlebih untuk produk RTD Green Tea dan tidak menyukai rasa manis seperti
kebanyakan orang Indonesia.
Sumber :
Wajib
Hapzi Ali, 2019. Modul Strategic Management : Porter’s Five Competitiveness Force Model,
BCG MatrixUniversitas Mercu Buan
Tambahan
Admin. 2014. http://quickstart-indonesia.com/five-forces-model/. Diakses pada 18 Juni 2019
pukul 22.05
Ismed. 2010. http://ismed.blog.binusian.org/2010/10/14/analisa-five-forces-porter-teh-botol-
sosro/. Diakses pada 18 Juni 2019 pukul 23.15
Tannady, Hendy. 2015. Studi Analisis Kompetisi Produk The Hijau Dalam kemanasan.
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer. Vol. 5 No 17 Jan-Mar 2016.

More Related Content

What's hot

Bab 12 menentukan strategi produk
Bab 12 menentukan strategi produkBab 12 menentukan strategi produk
Bab 12 menentukan strategi produk
Judianto Nugroho
 
PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard
Yesica Adicondro
 
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resikoManajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Judianto Nugroho
 
manajemen operasional
manajemen operasionalmanajemen operasional
manajemen operasional
Istiqomah II
 
Bab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan harga
Bab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan hargaBab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan harga
Bab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan harga
Judianto Nugroho
 
KELOMPOK 3 PT GARUDA FOOD
KELOMPOK 3 PT GARUDA FOODKELOMPOK 3 PT GARUDA FOOD
KELOMPOK 3 PT GARUDA FOOD
ariqswg
 
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di IndonesiaPorter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Erwan Cipto Priyatmoko
 
Strategi operasi mencapai keunggulan bersaing
Strategi operasi mencapai keunggulan bersaingStrategi operasi mencapai keunggulan bersaing
Strategi operasi mencapai keunggulan bersaing
ALI FIKRI
 
Bab 18 mengelola komunikasi massa
Bab 18 mengelola komunikasi massaBab 18 mengelola komunikasi massa
Bab 18 mengelola komunikasi massa
Judianto Nugroho
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Kacung Abdullah
 
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelangganBab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
Judianto Nugroho
 
Manajemen Operasional 2 - Perencanaan Kapasitas
Manajemen Operasional 2 - Perencanaan KapasitasManajemen Operasional 2 - Perencanaan Kapasitas
Manajemen Operasional 2 - Perencanaan Kapasitas
haris fadilah
 
Analisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internalAnalisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internal
Faridatul Fitriyah
 
1.manajemen operasional
1.manajemen operasional1.manajemen operasional
1.manajemen operasional
Asep suryadi
 
Sim pertemuan 11
Sim pertemuan 11Sim pertemuan 11
Sim pertemuan 11
elearningstialanbdg
 
Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...
Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...
Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...
Institute of Technology Sepuluh Nopember
 
3. komponen sistem informasi pemasaran modern
3. komponen sistem informasi pemasaran modern3. komponen sistem informasi pemasaran modern
3. komponen sistem informasi pemasaran modern
Izul chumzq
 
Strategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen OperasionalStrategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen Operasional
IkkaW
 

What's hot (20)

Bab 12 menentukan strategi produk
Bab 12 menentukan strategi produkBab 12 menentukan strategi produk
Bab 12 menentukan strategi produk
 
PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard
 
Strategi dalam tindakan
Strategi dalam tindakanStrategi dalam tindakan
Strategi dalam tindakan
 
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resikoManajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
 
manajemen operasional
manajemen operasionalmanajemen operasional
manajemen operasional
 
Bab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan harga
Bab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan hargaBab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan harga
Bab 14 mengembangkan strategi dan program penetapan harga
 
KELOMPOK 3 PT GARUDA FOOD
KELOMPOK 3 PT GARUDA FOODKELOMPOK 3 PT GARUDA FOOD
KELOMPOK 3 PT GARUDA FOOD
 
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di IndonesiaPorter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
Porter Five Forces Analysis PT. Ford Motor di Indonesia
 
pt infdofood
pt infdofoodpt infdofood
pt infdofood
 
Strategi operasi mencapai keunggulan bersaing
Strategi operasi mencapai keunggulan bersaingStrategi operasi mencapai keunggulan bersaing
Strategi operasi mencapai keunggulan bersaing
 
Bab 18 mengelola komunikasi massa
Bab 18 mengelola komunikasi massaBab 18 mengelola komunikasi massa
Bab 18 mengelola komunikasi massa
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
 
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelangganBab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
 
Manajemen Operasional 2 - Perencanaan Kapasitas
Manajemen Operasional 2 - Perencanaan KapasitasManajemen Operasional 2 - Perencanaan Kapasitas
Manajemen Operasional 2 - Perencanaan Kapasitas
 
Analisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internalAnalisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internal
 
1.manajemen operasional
1.manajemen operasional1.manajemen operasional
1.manajemen operasional
 
Sim pertemuan 11
Sim pertemuan 11Sim pertemuan 11
Sim pertemuan 11
 
Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...
Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...
Manajemen operasi bab 11 (manajemen rantai pasok) kelompok 1 statistika its s...
 
3. komponen sistem informasi pemasaran modern
3. komponen sistem informasi pemasaran modern3. komponen sistem informasi pemasaran modern
3. komponen sistem informasi pemasaran modern
 
Strategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen OperasionalStrategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen Operasional
 

Similar to Five Force Porters. Universitas Mercu Buana. 2019

12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...
12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...
12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...
lia_auriga
 
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...
ana_sari
 
12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...
12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...
12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...
MaharaniGustianingty
 
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
Rame Priyanto
 
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...
AkfikaRizkySabilla
 
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
Achmad Susmiyanto
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...
triwahyunugroho3
 
SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...
SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...
SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...
khoirulanwar99
 
Strategic management12
Strategic management12Strategic management12
Strategic management12
Nurul ihsani
 
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...
Nurrul Tiara Dinni
 
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...
Agus Daman
 
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...
Ali Nico Gerard Doan
 
Bcg
BcgBcg
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...
Adrianto Dasoeki
 
Makalah analisis industri dan persaingan
Makalah analisis industri dan persainganMakalah analisis industri dan persaingan
Makalah analisis industri dan persaingan
Septian Muna Barakati
 
The Five Competitive Forces That Shape Strategy
The Five Competitive Forces That Shape StrategyThe Five Competitive Forces That Shape Strategy
The Five Competitive Forces That Shape Strategy
fnukezx
 
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...
Dian Mardiana
 
C5 s1 5 model kekuatan persaingan
C5 s1   5 model kekuatan persainganC5 s1   5 model kekuatan persaingan
C5 s1 5 model kekuatan persaingan
tellstptrisakti
 
185897296 manajemen-pemasaran
185897296 manajemen-pemasaran185897296 manajemen-pemasaran
185897296 manajemen-pemasaran
Operator Warnet Vast Raha
 
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulan
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulanSistem informasi managemen untuk persaingan keunggulan
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulan
Ulmi_Kalsum
 

Similar to Five Force Porters. Universitas Mercu Buana. 2019 (20)

12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...
12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...
12, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, porter five competitiveness force model, ...
 
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...
 
12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...
12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...
12, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, porters fiv...
 
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
 
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...
 
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...
 
SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...
SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...
SM, Khoirul Anwar, Hapzi Ali, Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG ...
 
Strategic management12
Strategic management12Strategic management12
Strategic management12
 
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...
 
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...
 
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...
 
Bcg
BcgBcg
Bcg
 
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...
 
Makalah analisis industri dan persaingan
Makalah analisis industri dan persainganMakalah analisis industri dan persaingan
Makalah analisis industri dan persaingan
 
The Five Competitive Forces That Shape Strategy
The Five Competitive Forces That Shape StrategyThe Five Competitive Forces That Shape Strategy
The Five Competitive Forces That Shape Strategy
 
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...
 
C5 s1 5 model kekuatan persaingan
C5 s1   5 model kekuatan persainganC5 s1   5 model kekuatan persaingan
C5 s1 5 model kekuatan persaingan
 
185897296 manajemen-pemasaran
185897296 manajemen-pemasaran185897296 manajemen-pemasaran
185897296 manajemen-pemasaran
 
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulan
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulanSistem informasi managemen untuk persaingan keunggulan
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulan
 

More from Donna Wibiananda Suryaman

Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019
Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019
Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019
Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019
Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Donna Wibiananda Suryaman
 
Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...
Donna Wibiananda Suryaman
 
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
Donna Wibiananda Suryaman
 

More from Donna Wibiananda Suryaman (12)

Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019
Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019
Review Materi. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Distruption Era. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019
Digital Era. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019
Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019
Global Economy. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
 
Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Strategic Generic Porter. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019
Type Implementation Strategy. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
Internal Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
 
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...
 
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
 

Five Force Porters. Universitas Mercu Buana. 2019

  • 1. Nama Mahasiswa : Donna Wibiananda Suryaman NIM : 55118010016 Nama Dosen Pengampu : Bapak Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA. MPM Mata Kuliah : Quiz 12. Strategic Management : Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix EXECUTIVE SUMMARY 1. Porter’s Five Competitiveness Force Model Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah suatu metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor dari Harvard Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada lima hal yang dapat menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri. Daya tarik dalam konteks ini mengacu pada profitabilitas industri secara keseluruhan. Hasilnya, setelah analisis dilakukan maka akan dapat di nilai apakah industri tersebut masih “menarik” atau “tidak menarik”. Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila kombinasi dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah industri disebut menarik bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan. Tiga dari lima Five Forces merujuk pada persaingan dari sumber eksternal. Sisanya adalah ancaman internal. Lima kekuatan Porter mencakup tiga kekuatan dari kompetisi 'horizontal' - ancaman produk atau jasa pengganti, ancaman rival yang dibentuk, dan ancaman pendatang baru - dan dua lainnya dari persaingan 'vertikal' - kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar pelanggan. a. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants) Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan menghambat pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di Five Forces Model. Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu industri mengalami penurunan profitabilitas dengan cepat karena semakin meningkatnya persaingan di antara perusahaan dalam satu industri. Sebaliknya dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang tinggi, diasumsikan akan dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang panjang. Sebagai contoh, identitas merek (brand identity) yang kuat seperti yang dimiliki Teh Botol Sosro dan Coca-Cola telah turut melindungi produk-produk tersebut dari serangan pesaing baru sehingga kedua produk tersebut masih dapat mempertahankan posisinya di pasar.
  • 2. Faktor-faktor berikut dapat berpengaruh pada seberapa banyak ancaman yang dapat diajukan oleh para pendatang baru :  Adanya hambatan masuk (paten, hak, dll.). Segmen yang paling menarik adalah segmen di mana hambatan masuk tinggi dan penghalang keluarnya rendah. Namun perlu diperhatikan, bahwa hambatan tinggi untuk masuk hampir selalu membuat jalan keluar lebih sulit.  Kebutuhan modal  Kerugian biaya tidak tergantung pada ukuran  Biaya mutlak  Skala ekonomi  Loyalitas pelanggan terhadap merek yang kuat  Efek jaringan Dll b. Ancaman Pengganti (Threat of Subtitute Products) Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama sehingga menimbulkan persaingan langsung(direct competition), melainkan bisa juga berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk subsitusi (substitute products) Contoh: Perusahaan bis yang melayani rute AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) tidak hanya menghadapi persaingan dari perusahaan bis lainnya, namun juga menghadapi persaingan dari moda transportasi lainnya seperti kereta api, perusahaan penerbangan, maupun perusahaan travel. Saat ini perusahaan otobis seperti Prima Jasa, Kramat Jati, dan sebagainya yang melayani rute Bandung-Jakarta saingannya tidak hanya maskapai penerbangan yang melayani rute penerbangan Bandung-Jakarta,tapi jua memperoleh saingan yang sangat berat dari berbagai perusahaan travel seperti Cipaganti, Baraya, dan lain-lain yang melayani rute yang sama. Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :  Kecenderungan pembeli untuk mengganti  Biaya pengalihan pembeli  Kemudahan Substitusi  Ketersediaan pengganti yang dekat Dll c. Daya Tawar Pelanggan (Bargaining Power of Buyers/Consumers) Kekuatan tawar pelanggan juga digambarkan sebagai pasar output : kemampuan pelanggan untuk menempatkan perusahaan di bawah tekanan, yang juga mempengaruhi kepekaan pelanggan terhadap perubahan harga. Perusahaan dapat mengambil tindakan
  • 3. untuk mengurangi daya pembeli, seperti menerapkan program loyalitas. Kekuatan pembeli tinggi jika pembeli memiliki banyak alternatif. Itu rendah jika mereka memiliki beberapa pilihan. Posisi tawar menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price sensitivity. Bargaining Leverage pembeli selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: buyer concentration vs firm concentration, buyer volume, buyer integrate, substitute products. Para pengusaha hasil bumi di daerah Lampung akan memiliki bargaining power yang rendah seandainya mereka menjual hasil buminya seperti kopi, cengkeh, lada hitam maupun damar hanya kepada satu pembeli besar di Jakarta, karena dengan struktur perdagangan seperti ini para pengusaha hasil bumi tidak memiliki alternatif harga jual selain yang ditetapkan oleh pembeli besar dari Jakarta tersebut. Adapaun faktor-faktor penyebab, diantaranya :  Ketersediaan informasi pembeli  Pembeli mengganti biaya  Tingkat saluran distribusi pada saluran distribusi yang ada.  Ketersediaan produk pengganti yang ada  Sensitivitas pembeli Dll d. Daya Tawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers) Kekuatan tawar-menawar pemasok juga digambarkan sebagai pasar input. Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan layanan (seperti keahlian) ke perusahaan dapat menjadi sumber kekuasaan atas perusahaan ketika ada beberapa pengganti. Jika Anda membuat biskuit dan hanya ada satu orang yang menjual tepung, Anda tidak memiliki alternatif selain membelinya dari mereka. Kemampuan pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen struktur industri sebagai berikut: differentiation of inputs, switching costs of supplier and firms in the industry, presence of substitute inputs, supplier concentration, importance of volume to supplier, cost relative to total purchases in the industry, impact of inputs on cost or differentiation, threat of forward integration. Apabila perusahaan dapat memperoleh pasokan bahan baku dari beberapa pemasok maka kedudukan perusahaan relatif lebih kuat dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan memberikan ancaman berarti bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila perusahaan bergantung hanya kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok menjadi kuat dan dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan. Adapun faktor-faktor penyebabnya, diantaranya :  Tingkat diferensiasi input
  • 4.  Dampak input pada biaya dan diferensiasi  Kekuatan saluran distribusi  Konsentrasi pemasok untuk rasio konsentrasi perusahaan Dll e. Persaingan Industri (Competitive Rivalry Within the Industry) Memiliki pemahaman tentang pesaing industri sangat penting untuk berhasil memasarkan produk. Positioning berkenaan dengan bagaimana publik mempersepsikan suatu produk dan membedakannya dari pesaing. Sebuah bisnis harus menyadari strategi pemasaran dan penetapan harga pesaingnya dan juga bersikap reaktif terhadap setiap perubahan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :  Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui inovasi  Tingkat biaya iklan  Strategi bersaing yang kuat  Rasio konsentrasi perusahaan Dll f. Penggunaan Menurut Porter, kerangka kekuatan lima harus digunakan pada tingkat industri lini bisnis, itu tidak dirancang untuk digunakan pada kelompok industri atau tingkat sektor industri. Suatu industri didefinisikan pada tingkat yang lebih rendah dan lebih mendasar, pasar di mana produk dan / atau jasa yang mirip atau terkait erat dijual kepada pembeli. Kerangka Porter telah ditantang oleh akademisi dan ahli strategi lainnya. Misalnya, Kevin P. Coyne dan Somu Subramaniam mengklaim bahwa tiga asumsi yang meragukan mendasari lima kekuatan. Bahwa pembeli, pesaing, dan pemasok tidak terkait dan tidak berinteraksi dan berkolusi. Bahwa sumber nilai adalah keuntungan struktural (menciptakan hambatan masuk). Ketidakpastian itu rendah, memungkinkan peserta di pasar untuk merencanakan dan menanggapi perubahan dalam perilaku kompetitif. Porter secara tidak langsung membantah pernyataan kekuatan lain, dengan mengacu pada inovasi, pemerintah, dan produk dan layanan pelengkap sebagai "faktor" yang mempengaruhi lima kekuatan. Mungkin juga tidak layak untuk mengevaluasi daya tarik industri secara independen dari sumber daya yang dibawa oleh perusahaan ke industri tersebut. Dengan demikian diperdebatkan (Wernerfelt 1984) [9] bahwa teori ini dikombinasikan dengan pandangan berbasis sumber daya (RBV) agar perusahaan untuk mengembangkan kerangka yang lebih sehat. 2. BCG Matrix a. Pengertian BCG Matrix
  • 5. Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan produknya. Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian sumber daya dan sebagai alat analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis Portofolio. Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an. Bruce Henderson juga merupakan pendiri Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah perusahaan konsultan manajemen global yang terkemuka yang pernah menduduki peringkat ketiga perusahaan terbaik untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014. Karena Matriks ini dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group (BCG) maka matriks ini dinamakan dengan Matrik BCG yang singkatan dari Boston Consulting Group. Matriks BCG ini juga berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products life cycle) sehingga sering disebut juga dengan Product Portfolio Matrix (Matriks Portofolio Produk). Nama-nama lain Matriks BCG diantaranya adalah BCG Growth-Share Matrix (Matriks Pertumbuhan dan Pangsa Pasar BCG), Boston Box dan Portfolio Diagram (Diagram Portofolio). Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau terdiri dari 4 sel (4 kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4 kategori portofolio produk perusahaan dari 2 dimensi klasifikasi bisnis unit yaitu Relative Market Share (pangsa pasar relatif) dan Market Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori tersebut masing-masing diwakili oleh : a. Star (Bintang) Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan pertumbuhan yang cepat serta menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini berarti produk-produk yang dihasilkan merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar. Perusahaan membutuhkan banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk- produk tersebut dan untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut serta mempertahankan keunggulan-keunggulan atas produk tersebut agar dapat tetap bersaing dengan produk kompetitor lainnya. Produk-produk di kategori Bintang ini dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash Cows) apabila mereka tetap dapat mempertahankan keberhasilan mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan. b. Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi Perah adalah produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar, menghasilkan uang atau pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk atau unit bisnis pada kategori ini memiliki pangsa pasar yang tinggi namun prospek pertumbuhan kedepan akan sangat terbatas.
  • 6. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows ini biasanya digunakan sebagai pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau membayar hutang-hutang perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk mempertahankan produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif bagi perusahaan c. Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan, yang termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk- produk pada kategori ini biasanya hanya memberikan kontribusi keuntungan yang sangat rendah atau bahkan harus menderita kerugian. Produk atau bisnis unit kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi perusahaan karena dapat menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya perusahaan. Unit bisnis atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya akan mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen perusahaan. d. Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang disebut juga dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam kategori Question Marks ini adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi tetapi pangsa pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) yang didapat umumnya tidak sebanding dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan). Namun karena prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk berubah menjadi Stars atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk atau bisnis unit yang berada dalam kategori Question Marks ini karena pertumbuhan yang tinggi. b. Strategi Setelah Analisis Matriks BCG 1) Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit bisnis agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan untuk mendorong produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi Stars dan akhirnya menjadi Cash Cows. 2) Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-produk agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya digunakan pada kategori Stars. 3) Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan mencoba untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari produk atau meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini biasanya digunakan pada produk-produk atau unit bisnis yang berada di kategori Cash Cows. 4) Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan usaha atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami kerugian atau produk
  • 7. yang memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada produk atau unit bisnis yang berada di kategori Dogs. IMPLEMENTASI FIVE FORCE ANALYSIS DAN BGC MATRIX PADA PT SINAR SOSRO Sinar Sosro adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang minuman ringan, terutama yang berbahan dasar teh. PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Perusahaan ini memproduksi minuman teh dalam botol yang bernama Teh Botol, Joy Green Tea, Fruit Tea, dll. Pembentukan perusahaan Sosro tidak lepas dari sejarah terciptanya Teh Botol yang diciptakan oleh keluarga Sosrodjojo. Tahun 1940, Keluarga Sosrodjojo memulaiusahanya di sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol di mana daerah penyebarannya masih di seputar wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Awalnya, datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Tetapi cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu. Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa, sebagian besar tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar. Hal ini disebabkan pada saat tersebut jalanan di kota Jakarta masih berlubang dan belum sebagus sekarang. Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO. 1. Five Force Porter’s Analysis PT Sinar Sosro a. The threat of a substitute product Pada industry teh botol konsumen dapat barang subtitutenya sangat mudah , dan seorang penjual dapat menjual dapat menjual berbagai macam produk teh botol
  • 8. sejenis. Dan perbedaan antara merek satu dengan yang lainnya hanya sedikit saja, dan hampir tidak ada switching cost diantara satu dan lainnya. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan pada produk ini harga dan kualitasnya Contoh: Teh botol Sosro dengan Teh Kita, pelanggan tidak sulit mendapatkan kedua merek ini dijual secara bersamaan, tetapi diferensiasi teh Kita dengan switching cost yang sama tetapi pelanggan mendapatkan botol yang lebih besar dan isi yang lebih banyak sedikit dibanding Sosro dan cara ini tidak mudah diikuti teh sosro karena sudah banyaknya botol yang diproduksi oleh Sosro dalam iklannya apabila teh Sosro diseluruh dunia dikumpulkan botolnya sudah bisa mengelilingi bumi jadi dengan threat produk seperti ini sulit untuk di imbangi oleh Sosro karena harus mengganti botolnya diseluruh dunia. b. The threat of the entry of new competitors Masuknya pendatang baru dalam suatu usaha industri selain membawa kapasitas produk baru juga ingin menguasai pangsa pasar (market leader) serta ingn mengambil alih sumber daya yang besar yang dimilik oleh pesaingnya. Untuk ancaman competitor baru pada industry ini rendah karena dibutuhkan modal yang besar dalam industry minuman teh dimulai dari pembelian baahan baku sampai kebutuhan membeli mesin – mesin pengolah agar dapat menciptakan kualitas yang baik. Barrier entry untuk produk teh dapat dilihat: 1) Skala ekonomi Skala ekonomis yaitu Turunnya biaya produksi perunit apabila perusahaan memproduksi produk dalam jumlah yang besar. Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa dengan memaksa mereka masuk ke sekala besar atau skala kecil dengan dengan tingkat biaya produksi yang tidak mengutungkan. Sehingga harga yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi sosro dengan kapasitas produksi 300.000.000 pertahun dan memilki harga jual produk lebih murah dibandingkan ultrajaya yang mempunyai kapasitas produksi 40.000 pertahun (indocommercial,juli 2002). 2) Kebutuhan modal Untuk memproduksi minuman the mebutuhkan modal yang besar,karena untuk menciptakan produk yang berkualitas membutuhkan riset dan alat produksi yang berkualitas. Sehingga pendatang baru membutuhkan modal yang besar dan selain itu harus memiliki diffensiasi dari produk yang lama. 3) Switching cost ( biaya peralihan ) pemasok Swithing cost dalam industri teh relative rendah karena pemasok menawarkan harga bahan baku yang relative bersaing dengan kualitas yang sama, maka apabila produsen ingin berpindah dari satu pemasok ke pemasok yang lain maka tidak memerlukan biaya switching cost. 4) Akses kesaluran distribusi
  • 9. Apabila akses saluran industri telah dimiliki oleh perusahaan mapan, perusahaan baru tersebut harus membujuk saluran itu agar menerima produknya dengan harga yang lebih rendah, periklanan, dll (porter, 1997. P4). Saat ini distribusi teh sosro hampir mencangkup seluruh wilayah nasional bahkan diekspor ke Australia, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Amerika Serikat. 5) Kebijakan pemerintah Peraturan pemerintah yang memerintahkan semua produk harus memiliki lisensi dan pembatasan hak akses produk. c. The bargaining power of customers Factor yang mempengaruhi kekuatan pembeli untuk produk teh antara lain switching cost yang rendah mengingat harga yang ditawarkankan antara produk teh yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda sehingga kemungkinan pembeli untuk berpindah besar. Konsumen lebih konsumtif didalam memilih product yang dipiliihnya karena mereka lebih mengutamakan kualitas dari product yang dibelinya. Kelompok pembeli juga sering membeli dalam jumlah yang besar sehingga pembeli menginginkan mendapat potongan harga serta pelayanan dari pihak perusahaan. Produk yang dibeli adalah produk standar (tidak ada differensiasi), biaya peralihan produk dari yang satu ke yang lainnya rendah, dan pembeli mendapatkan informasi yang lengkap dari produk yang inign dibelinya. d. The bargaining power of suppliers Terdapat banyak sekali pemasok bahan baku teh sehingga membuat harga barang baku teh menjadi sangat kompetitif. Hal ini membuat kekuatan tawar menawar pemasok dengan industri minum teh rendah, karena bahan baku teh dipasaran mempunyai harga dan kualitas yang rata-rata bersaing. Dengan banyaknya pemasok bahan baku teh akan membuat industri minuman teh dapat memilih pemasok bahan baku dengan harga murah dan kualitas yang baik. e. The intensity of competitive rivalry Teh sosro memiliki pesaing antara lain, ultra jaya, teKita, fruit Tea, Fresh Tea dan kepala jenggot yang dimana masing-masing perusahaan bersaing secara kompetitif (ketat). Persaingan ini terjadi ditingkat harga, promosi / iklan, dan hadiah yang diberikan, hal ini ditunjukan untuk menarik minat para konsumen agar mau membeli produknya masing – masing. 2. BCG Matrix BCG Matrix dibuat sebagai evaluasi, dimanakah posisi Joy Tea (salah satu prodak dari PT Sinar Sosro) saat ini ditinjau dari besarnya pertumbuhan pasar Green Tea dan
  • 10. pangsa pasar yang dimiliki Joy Tea saat ini. Melalui BCG Matrix dapat dianalisis kondisi Market Share adalah masalah yang harus dicarikan solusinya agar perusahaan dapat tetap memiliki sumber daya dan kapasitas yang memadai dalam berkompetisi dalam tingkat pertumbuhan pasar yang tinggi. Dalam area Question Mark, hal yang perlu diwaspadai adalah ketika kecepatan pemasukan perusahaan dari pangsa pasar existing kalah cepat dibandingkan modal yang harus dikeluarkan untuk tetap bersaing pada kondisi pasar yang cepat pertumbuhannya. Dari data survei, dapat dibuat matriks yang memperlihatkan nilai keunggulan masing-masing kompetitor. Data ini merupakan inisiator bagi Joy Tea untuk dapat menggrab market dari kompetitor melalui strategi perbaikan pada poin-poin advantages yang dimiliki kompetitor. Analisis data matriks juga memperlihatkan adanya ancaman yang datang dari produsen green tea yang merupakan new comers, yakni Mirai Ocha dan Pokka. Meskipun kedua produsen tersebut belum mampu merebut Top of Mind dari pasar, namun volume iklan dan promosi yang dilakukan Mirai Ocha sudah mampu membangun awareness akan iklan produk yang ditampilkan, demikian pula Pokka yang sudah membuat segmen market sendiri, yakni pasar yang memiliki purchase power berlebih untuk produk RTD Green Tea dan tidak menyukai rasa manis seperti kebanyakan orang Indonesia. Sumber : Wajib Hapzi Ali, 2019. Modul Strategic Management : Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG MatrixUniversitas Mercu Buan Tambahan Admin. 2014. http://quickstart-indonesia.com/five-forces-model/. Diakses pada 18 Juni 2019 pukul 22.05 Ismed. 2010. http://ismed.blog.binusian.org/2010/10/14/analisa-five-forces-porter-teh-botol- sosro/. Diakses pada 18 Juni 2019 pukul 23.15 Tannady, Hendy. 2015. Studi Analisis Kompetisi Produk The Hijau Dalam kemanasan. Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer. Vol. 5 No 17 Jan-Mar 2016.