Dokumen tersebut merangkum konsep Porter's Five Forces dan BCG Matrix yang digunakan dalam manajemen strategis. Porter's Five Forces menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan industri, sedangkan BCG Matrix mengklasifikasikan produk berdasarkan tingkat pertumbuhan dan pangsa pasar.
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...Alfrianty Sauran
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis strategi bisnis, termasuk strategi biaya rendah, pembedaan produk, integrasi vertikal dan horizontal, serta berbagai bentuk strategi lainnya seperti penetrasi pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi. Dokumen ini menjelaskan definisi dan contoh penerapan dari masing-masing strategi tersebut dalam konteks manajemen strategis perusahaan.
Dokumen tersebut merangkum tentang PT Indofood Sukses Makmur Tbk, perusahaan manufaktur terkemuka di Indonesia yang memproduksi mie instan Indomie. Dokumen ini meninjau visi, misi, strategi pemasaran, analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan SWOT dan matriks, serta menyimpulkan bahwa Indomie berada pada tahap produk masa dewasa dengan merek yang kuat.
Dokumen tersebut membahas tentang desain jaringan dalam supply chain management. Beberapa poin penting yang diangkat adalah keputusan strategis tentang lokasi fasilitas produksi, gudang, dan pembelian bahan baku serta outsourcing. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi desain jaringan supply chain seperti faktor strategis, teknologi, ekonomi, dan kompetisi. Selain itu, dibahas pula trade off antara biaya dan
Analisis SWOT dan SPACE Matrix digunakan untuk mengevaluasi posisi PT Amerta Indah Otsuka. Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan memiliki kekuatan seperti kondisi keuangan yang baik dan kapasitas produksi besar, namun juga menghadapi tantangan seperti kompetisi yang ketat dan konsumen yang semakin selektif. Strategi agresif seperti pengembangan pasar dan produk disarankan untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan yang ada."
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...Alfrianty Sauran
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis strategi bisnis, termasuk strategi biaya rendah, pembedaan produk, integrasi vertikal dan horizontal, serta berbagai bentuk strategi lainnya seperti penetrasi pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi. Dokumen ini menjelaskan definisi dan contoh penerapan dari masing-masing strategi tersebut dalam konteks manajemen strategis perusahaan.
Dokumen tersebut merangkum tentang PT Indofood Sukses Makmur Tbk, perusahaan manufaktur terkemuka di Indonesia yang memproduksi mie instan Indomie. Dokumen ini meninjau visi, misi, strategi pemasaran, analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan SWOT dan matriks, serta menyimpulkan bahwa Indomie berada pada tahap produk masa dewasa dengan merek yang kuat.
Dokumen tersebut membahas tentang desain jaringan dalam supply chain management. Beberapa poin penting yang diangkat adalah keputusan strategis tentang lokasi fasilitas produksi, gudang, dan pembelian bahan baku serta outsourcing. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi desain jaringan supply chain seperti faktor strategis, teknologi, ekonomi, dan kompetisi. Selain itu, dibahas pula trade off antara biaya dan
Analisis SWOT dan SPACE Matrix digunakan untuk mengevaluasi posisi PT Amerta Indah Otsuka. Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan memiliki kekuatan seperti kondisi keuangan yang baik dan kapasitas produksi besar, namun juga menghadapi tantangan seperti kompetisi yang ketat dan konsumen yang semakin selektif. Strategi agresif seperti pengembangan pasar dan produk disarankan untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan yang ada."
Balanced Scorecard (BSC) adalah sistem pengelolaan strategis yang menggabungkan ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan untuk menyelaraskan strategi perusahaan. BSC memiliki empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran & pertumbuhan. Langkah-langkah penyusunan BSC meliputi penetapan masalah, indikator kinerja utama, pengukuran KPI, dan pembuatan peta strategi.
Dokumen tersebut membahas dua contoh manajemen risiko, yaitu Pak Joko yang membeli asuransi untuk mobil barunya untuk mengalihkan risiko kecelakaan atau pencurian, serta PT Kelana yang menahan risiko kecelakaan taksi mereka dengan mencadangkan dana secara berkala."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis, fungsi, tujuan pengawasan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persediaan. Dokumen ini juga menjelaskan klasifikasi ABC dalam persediaan, di mana persediaan dikelompokkan menjadi tiga kelas berdasarkan nilai volume tahunannya.
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisKacung Abdullah
Bab 6 membahas analisis situasi dan strategi bisnis menggunakan pendekatan SWOT dan matriks SFAS, serta strategi kompetitif dan kooperatif termasuk kolusi dan aliansi strategis.
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelangganJudianto Nugroho
Bab 5 membahas pentingnya pelanggan dan loyalitas pelanggan bagi kesuksesan bisnis. Nilai pelanggan dipengaruhi oleh manfaat dan biaya yang dirasakan dari suatu penawaran. Perusahaan perlu memuaskan pelanggan dengan menghantarkan nilai melalui proposisi nilai dan sistem penghantaran nilai. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas produk dan layanan dan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Manajemen hubungan pel
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan kapasitas produksi dengan mendefinisikan kapasitas, menjelaskan tiga perspektif tentang kapasitas, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan kapasitas termasuk peramalan permintaan, teknologi, volume operasi optimal, dan fleksibilitas. Dokumen ini juga membahas tentang manajemen permintaan, analisis titik impas untuk menentukan kapasitas, dan sumber referensi
Dokumen tersebut membahas masalah etika dan sosial yang diangkat oleh sistem informasi, termasuk tantangan terhadap privasi individu dan kekayaan intelektual akibat perkembangan teknologi. Lima dimensi moral dari era informasi dijelaskan, yakni hak dan kewajiban informasi, hak dan kewajiban properti, kualitas sistem, kualitas hidup, serta akuntabilitas dan kontrol."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen rantai pasokan IKEA dan prinsip-prinsip dasar manajemen rantai pasokan secara umum, termasuk strategi rantai pasokan, manajemen risiko, dan pengukuran kinerja rantai pasokan."
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...ana_sari
Dokumen tersebut merangkum model Porter's Five Forces dan BCG Matrix yang digunakan dalam manajemen strategis. Model Porter menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan industri, sementara BCG Matrix membantu menganalisis portofolio produk perusahaan."
Balanced Scorecard (BSC) adalah sistem pengelolaan strategis yang menggabungkan ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan untuk menyelaraskan strategi perusahaan. BSC memiliki empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran & pertumbuhan. Langkah-langkah penyusunan BSC meliputi penetapan masalah, indikator kinerja utama, pengukuran KPI, dan pembuatan peta strategi.
Dokumen tersebut membahas dua contoh manajemen risiko, yaitu Pak Joko yang membeli asuransi untuk mobil barunya untuk mengalihkan risiko kecelakaan atau pencurian, serta PT Kelana yang menahan risiko kecelakaan taksi mereka dengan mencadangkan dana secara berkala."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis, fungsi, tujuan pengawasan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persediaan. Dokumen ini juga menjelaskan klasifikasi ABC dalam persediaan, di mana persediaan dikelompokkan menjadi tiga kelas berdasarkan nilai volume tahunannya.
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisKacung Abdullah
Bab 6 membahas analisis situasi dan strategi bisnis menggunakan pendekatan SWOT dan matriks SFAS, serta strategi kompetitif dan kooperatif termasuk kolusi dan aliansi strategis.
Bab 5 menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelangganJudianto Nugroho
Bab 5 membahas pentingnya pelanggan dan loyalitas pelanggan bagi kesuksesan bisnis. Nilai pelanggan dipengaruhi oleh manfaat dan biaya yang dirasakan dari suatu penawaran. Perusahaan perlu memuaskan pelanggan dengan menghantarkan nilai melalui proposisi nilai dan sistem penghantaran nilai. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas produk dan layanan dan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Manajemen hubungan pel
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan kapasitas produksi dengan mendefinisikan kapasitas, menjelaskan tiga perspektif tentang kapasitas, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan kapasitas termasuk peramalan permintaan, teknologi, volume operasi optimal, dan fleksibilitas. Dokumen ini juga membahas tentang manajemen permintaan, analisis titik impas untuk menentukan kapasitas, dan sumber referensi
Dokumen tersebut membahas masalah etika dan sosial yang diangkat oleh sistem informasi, termasuk tantangan terhadap privasi individu dan kekayaan intelektual akibat perkembangan teknologi. Lima dimensi moral dari era informasi dijelaskan, yakni hak dan kewajiban informasi, hak dan kewajiban properti, kualitas sistem, kualitas hidup, serta akuntabilitas dan kontrol."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen rantai pasokan IKEA dan prinsip-prinsip dasar manajemen rantai pasokan secara umum, termasuk strategi rantai pasokan, manajemen risiko, dan pengukuran kinerja rantai pasokan."
12,sm, lusianasari, prof. dr. ir. hapzi ali. mm. cma, porter's five force mod...ana_sari
Dokumen tersebut merangkum model Porter's Five Forces dan BCG Matrix yang digunakan dalam manajemen strategis. Model Porter menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan industri, sementara BCG Matrix membantu menganalisis portofolio produk perusahaan."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Model Lima Kekuatan Porter dan Matriks BCG yang digunakan dalam manajemen strategis untuk menganalisis industri dan portofolio produk perusahaan.
2) Model Lima Kekuatan Porter meliputi ancaman pendatang baru, produk pengganti, kekuatan tawar pelanggan dan pemasok, serta intensitas persaingan industri.
3) Matriks BCG dibagi menjadi empat k
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...Rame Priyanto
Materi memuat penjelasan singkat mengenai porters five competitiveness force model dan BCG Matrix, dilengkapi dengan contoh implementasinya di organisasi
12, SM, AKFIKA RIZKY SABILLA, HAPZI ALI, Porter’s Five Competitiveness Force ...AkfikaRizkySabilla
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas model Porter's Five Forces dan BCG Matrix sebagai alat analisis strategi bisnis. 2) Model Porter menganalisis lima kekuatan kompetisi dalam suatu industri. 3) Sedangkan BCG Matrix membantu perusahaan menganalisis portofolio produknya.
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...Achmad Susmiyanto
Teks tersebut merangkum model Porter's Five Forces dan BCG Matrix yang digunakan dalam analisis strategi bisnis. Model Five Forces menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan industri: ancaman pesaing baru, kekuatan supplier dan pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di dalam industri. Sedangkan BCG Matrix mengklasifikasikan produk perusahaan ke dalam empat kategori berdasarkan pangsa pasar dan tingkat pertumbuhan: bintang, sapi per
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters ...triwahyunugroho3
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters five competitiveness force model, & bcg matrix, universitas mercu buana, 2019
Xii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, porter's five competitiveness force m...Nurrul Tiara Dinni
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas model Porter's Five Forces dan matriks BCG yang digunakan untuk menganalisis industri dan portofolio produk perusahaan. Model Porter menganalisis lima faktor yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, sementara matriks BCG membantu perusahaan mengalokasikan sumber daya berdasarkan tingkat pertumbuhan dan pangsa pasar produknya.
12, sm, agus daman, hapzi ali, porter five competitiveness force model, bcg m...Agus Daman
Dokumen tersebut merangkum model analisis Porter Five Forces dan BCG Matrix yang digunakan untuk menganalisis kondisi industri dan portofolio produk perusahaan."
6, sm, ali nico gerard doan, porter generic strategies, universitas mercu bua...Ali Nico Gerard Doan
Dokumen tersebut membahas tentang strategi generik Porter dan model lima kekuatan Porter. Strategi generik Porter terdiri dari strategi keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Model lima kekuatan Porter menganalisis ancaman pesaing baru, kekuatan pemasok dan pembeli, produk pengganti, dan persaingan industri.
12, sm, adrianto, hapzi ali, porter's competitiveness five force model, bcg m...Adrianto Dasoeki
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas model lima kekuatan Porter dan matriks BCG yang digunakan untuk menganalisis industri dan portofolio produk perusahaan.
2. Model lima kekuatan Porter menganalisis lima faktor yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Sedangkan matriks BCG digunakan untuk mengalokasikan sumber daya berdasarkan tingkat pertumbuhan dan pangsa pasar unit
The Five Competitive Forces That Shape Strategyfnukezx
Lima Kekuatan Porter menganalisis lima faktor yang menentukan tingkat persaingan dalam suatu industri: daya tawar konsumen, daya tawar pemasok, ancaman produk pengganti, ancaman pendatang baru, dan intensitas persaingan eksisiting. Analisis ini membantu menilai potensi profitabilitas industri.
Resume Teori Porter's Five Model, BCG Matrix, dan Siklus Hidup dan Projek ole...Dian Mardiana
Dokumen tersebut merupakan ringkasan teori Porter's Five Force Model, BCG Matrix, dan siklus hidup produk dan proyek. Porter's Five Force Model menjelaskan lima kekuatan kompetitif utama yaitu ancaman masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ancaman pengganti, dan persaingan di antara pesaing yang ada. BCG Matrix mengkategorikan produk berdasarkan pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif. Siklus hidup produk dan proy
Teks tersebut membahas mengenai persaingan bisnis dan strategi untuk menghadapinya. Ada lima ancaman utama persaingan yakni pesaing, pendatang baru, produk pengganti, daya tawar pembeli dan pemasok. Untuk menjaga posisi pemimpin pasar, perusahaan perlu memperluas pasar, mempertahankan pangsa pasar saat ini secara defensif dan ofensif, serta berupaya meningkatkan pangsa pasar dengan cara-cara
Sistem informasi managemen untuk persaingan keunggulanUlmi_Kalsum
Makalah ini membahas tentang pentingnya sistem informasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif bagi suatu organisasi. Sistem informasi strategis dapat mendukung pencapaian tujuan strategis perusahaan dan membantu bersaing dengan pesaing. Teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan sebagai aset perusahaan jangka panjang melalui sumber daya manusia, teknologi, dan relasi manajemen yang kuat.
Similar to Five Force Porters. Universitas Mercu Buana. 2019 (20)
Dokumen tersebut membahas tentang era disrupsi, yang meliputi pengertian dan perkembangan bisnis di era disrupsi, ciri-ciri era disrupsi, hal penting dalam disrupsi, perubahan yang terjadi dalam era disrupsi, cara menghadapi era disrupsi, serta pengertian inovasi disruptif. Era disrupsi ditandai dengan bergesernya model bisnis konvensional menjadi model digital, serta munculnya peluang dan tantangan bagi bisnis untuk berinovasi dan beradapt
Teks tersebut merupakan ringkasan dari konsep ekonomi global dan strategi samudera biru. Ekonomi global terdiri dari integrasi ekonomi antarnegara yang memiliki dampak positif seperti meningkatnya produksi dan kemakmuran, namun juga dampak negatif seperti menghambat pertumbuhan industri. Strategi samudera biru berfokus pada menciptakan pasar baru dengan menawarkan nilai unik untuk menjauhi persaingan.
1. Model bisnis Canvas digunakan untuk menggambarkan komponen-komponen penting dalam suatu bisnis secara visual dan terstruktur. Terdiri atas 9 bagian yaitu pelanggan, nilai yang ditawarkan, saluran, hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumber daya kunci, aktivitas kunci, kerja sama, dan struktur biaya.
2. Diversifikasi bisnis dapat dilakukan secara konsentris dengan memperluas produk terkait, atau se
Ringkasan analisis lingkungan eksternal PT Unilever Indonesia meliputi scanning lingkungan internal dan eksternal. Secara internal, PT Unilever memperhatikan pelanggan, distributor, kerja sama, dan pesaing. Secara eksternal, perusahaan melakukan analisis faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan hidup. PT Unilever senantiasa menyesuaikan strategi dengan perubahan lingkungan bisnis.
Strategi Management; Vission and Company Mission. Universitas Mercu Buana. 20...Donna Wibiananda Suryaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang visi, misi, tujuan jangka panjang, budaya perusahaan, tata kelola perusahaan, dan teori agensi yang diterapkan di PT Unilever Indonesia Tbk.
2) PT Unilever memiliki visi untuk meraih cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang setiap hari, serta misi untuk menciptakan masa depan yang lebi
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...Donna Wibiananda Suryaman
Manajemen strategi PT Aqua Golden Missisippi mencakup tiga tahap, yaitu:
1) Tahap formulasi strategi meliputi analisis SWOT dan penyusunan visi dan misi perusahaan.
2) Tahap implementasi melalui penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
3) Tahap evaluasi untuk mengukur kinerja perusahaan dari tahun ke tahun dan dibandingkan dengan pesaing.
Strategic Management; Overview of Strategic Management. Universitas Mercu Bua...
Five Force Porters. Universitas Mercu Buana. 2019
1. Nama Mahasiswa : Donna Wibiananda Suryaman
NIM : 55118010016
Nama Dosen Pengampu : Bapak Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA. MPM
Mata Kuliah : Quiz 12. Strategic Management : Porter’s Five
Competitiveness Force Model, BCG Matrix
EXECUTIVE SUMMARY
1. Porter’s Five Competitiveness Force Model
Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah suatu
metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau lingkungan
persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor dari Harvard
Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada lima hal yang dapat
menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri. Daya tarik dalam
konteks ini mengacu pada profitabilitas industri secara keseluruhan. Hasilnya, setelah analisis
dilakukan maka akan dapat di nilai apakah industri tersebut masih “menarik” atau “tidak
menarik”.
Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila kombinasi dari
five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah industri disebut menarik
bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan. Tiga dari lima Five Forces
merujuk pada persaingan dari sumber eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.
Lima kekuatan Porter mencakup tiga kekuatan dari kompetisi 'horizontal' - ancaman
produk atau jasa pengganti, ancaman rival yang dibentuk, dan ancaman pendatang baru - dan
dua lainnya dari persaingan 'vertikal' - kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar
pelanggan.
a. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan menghambat
pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di Five Forces Model.
Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu industri mengalami penurunan
profitabilitas dengan cepat karena semakin meningkatnya persaingan di antara perusahaan
dalam satu industri. Sebaliknya dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang
tinggi, diasumsikan akan dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang
panjang.
Sebagai contoh, identitas merek (brand identity) yang kuat seperti yang dimiliki Teh
Botol Sosro dan Coca-Cola telah turut melindungi produk-produk tersebut dari serangan
pesaing baru sehingga kedua produk tersebut masih dapat mempertahankan posisinya di
pasar.
2. Faktor-faktor berikut dapat berpengaruh pada seberapa banyak ancaman yang
dapat diajukan oleh para pendatang baru :
Adanya hambatan masuk (paten, hak, dll.). Segmen yang paling menarik adalah
segmen di mana hambatan masuk tinggi dan penghalang keluarnya rendah. Namun
perlu diperhatikan, bahwa hambatan tinggi untuk masuk hampir selalu membuat jalan
keluar lebih sulit.
Kebutuhan modal
Kerugian biaya tidak tergantung pada ukuran
Biaya mutlak
Skala ekonomi
Loyalitas pelanggan terhadap merek yang kuat
Efek jaringan
Dll
b. Ancaman Pengganti (Threat of Subtitute Products)
Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak hanya
berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama sehingga menimbulkan
persaingan langsung(direct competition), melainkan bisa juga berasal dari perusahaan
yang memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang
dihasilkan perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk subsitusi (substitute
products)
Contoh: Perusahaan bis yang melayani rute AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) tidak
hanya menghadapi persaingan dari perusahaan bis lainnya, namun juga menghadapi
persaingan dari moda transportasi lainnya seperti kereta api, perusahaan penerbangan,
maupun perusahaan travel. Saat ini perusahaan otobis seperti Prima Jasa, Kramat Jati,
dan sebagainya yang melayani rute Bandung-Jakarta saingannya tidak hanya maskapai
penerbangan yang melayani rute penerbangan Bandung-Jakarta,tapi jua memperoleh
saingan yang sangat berat dari berbagai perusahaan travel seperti Cipaganti, Baraya, dan
lain-lain yang melayani rute yang sama.
Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
Kecenderungan pembeli untuk mengganti
Biaya pengalihan pembeli
Kemudahan Substitusi
Ketersediaan pengganti yang dekat
Dll
c. Daya Tawar Pelanggan (Bargaining Power of Buyers/Consumers)
Kekuatan tawar pelanggan juga digambarkan sebagai pasar output : kemampuan
pelanggan untuk menempatkan perusahaan di bawah tekanan, yang juga mempengaruhi
kepekaan pelanggan terhadap perubahan harga. Perusahaan dapat mengambil tindakan
3. untuk mengurangi daya pembeli, seperti menerapkan program loyalitas. Kekuatan
pembeli tinggi jika pembeli memiliki banyak alternatif. Itu rendah jika mereka memiliki
beberapa pilihan.
Posisi tawar menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa
ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price
sensitivity. Bargaining Leverage pembeli selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor
sebagai berikut: buyer concentration vs firm concentration, buyer volume, buyer
integrate, substitute products.
Para pengusaha hasil bumi di daerah Lampung akan memiliki bargaining power
yang rendah seandainya mereka menjual hasil buminya seperti kopi, cengkeh, lada hitam
maupun damar hanya kepada satu pembeli besar di Jakarta, karena dengan struktur
perdagangan seperti ini para pengusaha hasil bumi tidak memiliki alternatif harga jual
selain yang ditetapkan oleh pembeli besar dari Jakarta tersebut.
Adapaun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
Ketersediaan informasi pembeli
Pembeli mengganti biaya
Tingkat saluran distribusi pada saluran distribusi yang ada.
Ketersediaan produk pengganti yang ada
Sensitivitas pembeli
Dll
d. Daya Tawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
Kekuatan tawar-menawar pemasok juga digambarkan sebagai pasar input.
Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan layanan (seperti keahlian) ke
perusahaan dapat menjadi sumber kekuasaan atas perusahaan ketika ada beberapa
pengganti. Jika Anda membuat biskuit dan hanya ada satu orang yang menjual tepung,
Anda tidak memiliki alternatif selain membelinya dari mereka.
Kemampuan pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen struktur
industri sebagai berikut: differentiation of inputs, switching costs of supplier and firms in
the industry, presence of substitute inputs, supplier concentration, importance of volume
to supplier, cost relative to total purchases in the industry, impact of inputs on cost or
differentiation, threat of forward integration. Apabila perusahaan dapat memperoleh
pasokan bahan baku dari beberapa pemasok maka kedudukan perusahaan relatif lebih
kuat dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan memberikan ancaman berarti
bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila perusahaan bergantung hanya
kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok menjadi kuat dan dapat menimbulkan
ancaman bagi perusahaan.
Adapun faktor-faktor penyebabnya, diantaranya :
Tingkat diferensiasi input
4. Dampak input pada biaya dan diferensiasi
Kekuatan saluran distribusi
Konsentrasi pemasok untuk rasio konsentrasi perusahaan
Dll
e. Persaingan Industri (Competitive Rivalry Within the Industry)
Memiliki pemahaman tentang pesaing industri sangat penting untuk berhasil
memasarkan produk. Positioning berkenaan dengan bagaimana publik mempersepsikan
suatu produk dan membedakannya dari pesaing. Sebuah bisnis harus menyadari strategi
pemasaran dan penetapan harga pesaingnya dan juga bersikap reaktif terhadap setiap
perubahan yang dilakukan.
Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui inovasi
Tingkat biaya iklan
Strategi bersaing yang kuat
Rasio konsentrasi perusahaan
Dll
f. Penggunaan
Menurut Porter, kerangka kekuatan lima harus digunakan pada tingkat industri
lini bisnis, itu tidak dirancang untuk digunakan pada kelompok industri atau tingkat
sektor industri. Suatu industri didefinisikan pada tingkat yang lebih rendah dan lebih
mendasar, pasar di mana produk dan / atau jasa yang mirip atau terkait erat dijual kepada
pembeli.
Kerangka Porter telah ditantang oleh akademisi dan ahli strategi lainnya.
Misalnya, Kevin P. Coyne dan Somu Subramaniam mengklaim bahwa tiga asumsi yang
meragukan mendasari lima kekuatan. Bahwa pembeli, pesaing, dan pemasok tidak terkait
dan tidak berinteraksi dan berkolusi. Bahwa sumber nilai adalah keuntungan struktural
(menciptakan hambatan masuk). Ketidakpastian itu rendah, memungkinkan peserta di
pasar untuk merencanakan dan menanggapi perubahan dalam perilaku kompetitif.
Porter secara tidak langsung membantah pernyataan kekuatan lain, dengan
mengacu pada inovasi, pemerintah, dan produk dan layanan pelengkap sebagai "faktor"
yang mempengaruhi lima kekuatan. Mungkin juga tidak layak untuk mengevaluasi daya
tarik industri secara independen dari sumber daya yang dibawa oleh perusahaan ke
industri tersebut. Dengan demikian diperdebatkan (Wernerfelt 1984) [9] bahwa teori ini
dikombinasikan dengan pandangan berbasis sumber daya (RBV) agar perusahaan untuk
mengembangkan kerangka yang lebih sehat.
2. BCG Matrix
a. Pengertian BCG Matrix
5. Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan
tersebut agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau
menghentikan produknya. Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam
menentukan pengalokasian sumber daya dan sebagai alat analisis dalam pemasaran
merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis Portofolio.
Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an. Bruce
Henderson juga merupakan pendiri Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah
perusahaan konsultan manajemen global yang terkemuka yang pernah menduduki
peringkat ketiga perusahaan terbaik untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014.
Karena Matriks ini dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group (BCG)
maka matriks ini dinamakan dengan Matrik BCG yang singkatan dari Boston Consulting
Group. Matriks BCG ini juga berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products life
cycle) sehingga sering disebut juga dengan Product Portfolio Matrix (Matriks Portofolio
Produk). Nama-nama lain Matriks BCG diantaranya adalah BCG Growth-Share Matrix
(Matriks Pertumbuhan dan Pangsa Pasar BCG), Boston Box dan Portfolio Diagram
(Diagram Portofolio).
Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau terdiri
dari 4 sel (4 kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4 kategori portofolio produk
perusahaan dari 2 dimensi klasifikasi bisnis unit yaitu Relative Market Share (pangsa
pasar relatif) dan Market Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori
tersebut masing-masing diwakili oleh :
a. Star (Bintang)
Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah produk atau unit bisnis yang
memiliki pangsa pasar yang dominan dan pertumbuhan yang cepat serta
menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini berarti produk-produk yang
dihasilkan merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar.
Perusahaan membutuhkan banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk-
produk tersebut dan untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut serta
mempertahankan keunggulan-keunggulan atas produk tersebut agar dapat tetap
bersaing dengan produk kompetitor lainnya. Produk-produk di kategori Bintang ini
dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash Cows) apabila mereka tetap dapat
mempertahankan keberhasilan mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami
penurunan.
b. Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi
Perah adalah produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar, menghasilkan
uang atau pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk atau unit bisnis pada kategori ini memiliki
pangsa pasar yang tinggi namun prospek pertumbuhan kedepan akan sangat terbatas.
6. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows ini biasanya digunakan sebagai
pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru yang masih
berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau membayar hutang-hutang
perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan disarankan
untuk tetap berinvestasi pada produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk
mempertahankan produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan
pasif bagi perusahaan
c. Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan,
yang termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang memiliki
pangsa pasar rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk-
produk pada kategori ini biasanya hanya memberikan kontribusi keuntungan yang
sangat rendah atau bahkan harus menderita kerugian. Produk atau bisnis unit
kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi perusahaan karena dapat
menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya perusahaan. Unit bisnis
atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya akan
mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen perusahaan.
d. Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang disebut
juga dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam kategori Question
Marks ini adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang
tinggi tetapi pangsa pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) yang didapat
umumnya tidak sebanding dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (lebih banyak
pengeluaran daripada pendapatan). Namun karena prospek pertumbuhannya sangat
pesat sehingga berpotensi untuk berubah menjadi Stars atau Bintang. Manajemen
perusahaan tersebut disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk atau bisnis unit
yang berada dalam kategori Question Marks ini karena pertumbuhan yang tinggi.
b. Strategi Setelah Analisis Matriks BCG
1) Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit bisnis
agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan untuk
mendorong produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi Stars dan
akhirnya menjadi Cash Cows.
2) Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-produk
agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya digunakan pada
kategori Stars.
3) Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan mencoba
untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari produk atau
meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini biasanya digunakan pada
produk-produk atau unit bisnis yang berada di kategori Cash Cows.
4) Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan usaha
atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami kerugian atau produk
7. yang memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada
produk atau unit bisnis yang berada di kategori Dogs.
IMPLEMENTASI FIVE FORCE ANALYSIS DAN BGC MATRIX PADA PT SINAR
SOSRO
Sinar Sosro adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang minuman ringan,
terutama yang berbahan dasar teh. PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap
minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Perusahaan ini
memproduksi minuman teh dalam botol yang bernama Teh Botol, Joy Green Tea, Fruit Tea,
dll.
Pembentukan perusahaan Sosro tidak lepas dari sejarah terciptanya Teh Botol yang
diciptakan oleh keluarga Sosrodjojo. Tahun 1940, Keluarga Sosrodjojo memulaiusahanya di
sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang
dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol di mana daerah penyebarannya masih
di seputar wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas
bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk Teh Cap
Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan memperkenalkan
produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi CICIP RASA (product
sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Awalnya, datang ke pasar-pasar untuk
memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di
tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di
pasar. Tetapi cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses
penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak
sabar menunggu. Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan
kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil
bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa, sebagian besar
tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar. Hal ini disebabkan pada saat tersebut jalanan
di kota Jakarta masih berlubang dan belum sebagus sekarang. Akhirnya muncul ide untuk
membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan.
Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung
dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya. Pada tahun 1969
muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol,
dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO.
1. Five Force Porter’s Analysis PT Sinar Sosro
a. The threat of a substitute product
Pada industry teh botol konsumen dapat barang subtitutenya sangat mudah , dan
seorang penjual dapat menjual dapat menjual berbagai macam produk teh botol
8. sejenis. Dan perbedaan antara merek satu dengan yang lainnya hanya sedikit saja, dan
hampir tidak ada switching cost diantara satu dan lainnya. Oleh karena itu yang perlu
diperhatikan pada produk ini harga dan kualitasnya Contoh: Teh botol Sosro dengan
Teh Kita, pelanggan tidak sulit mendapatkan kedua merek ini dijual secara
bersamaan, tetapi diferensiasi teh Kita dengan switching cost yang sama tetapi
pelanggan mendapatkan botol yang lebih besar dan isi yang lebih banyak sedikit
dibanding Sosro dan cara ini tidak mudah diikuti teh sosro karena sudah banyaknya
botol yang diproduksi oleh Sosro dalam iklannya apabila teh Sosro diseluruh dunia
dikumpulkan botolnya sudah bisa mengelilingi bumi jadi dengan threat produk seperti
ini sulit untuk di imbangi oleh Sosro karena harus mengganti botolnya diseluruh
dunia.
b. The threat of the entry of new competitors
Masuknya pendatang baru dalam suatu usaha industri selain membawa kapasitas
produk baru juga ingin menguasai pangsa pasar (market leader) serta ingn mengambil
alih sumber daya yang besar yang dimilik oleh pesaingnya. Untuk ancaman
competitor baru pada industry ini rendah karena dibutuhkan modal yang besar dalam
industry minuman teh dimulai dari pembelian baahan baku sampai kebutuhan
membeli mesin – mesin pengolah agar dapat menciptakan kualitas yang baik.
Barrier entry untuk produk teh dapat dilihat:
1) Skala ekonomi
Skala ekonomis yaitu Turunnya biaya produksi perunit apabila perusahaan
memproduksi produk dalam jumlah yang besar. Skala ekonomis menghalangi
masuknya pendatang baru dengan memaksa dengan memaksa mereka masuk ke
sekala besar atau skala kecil dengan dengan tingkat biaya produksi yang tidak
mengutungkan. Sehingga harga yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi sosro
dengan kapasitas produksi 300.000.000 pertahun dan memilki harga jual produk
lebih murah dibandingkan ultrajaya yang mempunyai kapasitas produksi 40.000
pertahun (indocommercial,juli 2002).
2) Kebutuhan modal
Untuk memproduksi minuman the mebutuhkan modal yang besar,karena untuk
menciptakan produk yang berkualitas membutuhkan riset dan alat produksi yang
berkualitas. Sehingga pendatang baru membutuhkan modal yang besar dan selain
itu harus memiliki diffensiasi dari produk yang lama.
3) Switching cost ( biaya peralihan ) pemasok
Swithing cost dalam industri teh relative rendah karena pemasok menawarkan
harga bahan baku yang relative bersaing dengan kualitas yang sama, maka apabila
produsen ingin berpindah dari satu pemasok ke pemasok yang lain maka tidak
memerlukan biaya switching cost.
4) Akses kesaluran distribusi
9. Apabila akses saluran industri telah dimiliki oleh perusahaan mapan, perusahaan
baru tersebut harus membujuk saluran itu agar menerima produknya dengan harga
yang lebih rendah, periklanan, dll (porter, 1997. P4). Saat ini distribusi teh sosro
hampir mencangkup seluruh wilayah nasional bahkan diekspor ke Australia,
Vietnam, Brunai Darussalam, dan Amerika Serikat.
5) Kebijakan pemerintah
Peraturan pemerintah yang memerintahkan semua produk harus memiliki lisensi
dan pembatasan hak akses produk.
c. The bargaining power of customers
Factor yang mempengaruhi kekuatan pembeli untuk produk teh antara lain switching
cost yang rendah mengingat harga yang ditawarkankan antara produk teh yang satu
dengan yang lain tidak jauh berbeda sehingga kemungkinan pembeli untuk berpindah
besar. Konsumen lebih konsumtif didalam memilih product yang dipiliihnya karena
mereka lebih mengutamakan kualitas dari product yang dibelinya. Kelompok pembeli
juga sering membeli dalam jumlah yang besar sehingga pembeli menginginkan
mendapat potongan harga serta pelayanan dari pihak perusahaan. Produk yang dibeli
adalah produk standar (tidak ada differensiasi), biaya peralihan produk dari yang satu
ke yang lainnya rendah, dan pembeli mendapatkan informasi yang lengkap dari
produk yang inign dibelinya.
d. The bargaining power of suppliers
Terdapat banyak sekali pemasok bahan baku teh sehingga membuat harga barang
baku teh menjadi sangat kompetitif. Hal ini membuat kekuatan tawar menawar
pemasok dengan industri minum teh rendah, karena bahan baku teh dipasaran
mempunyai harga dan kualitas yang rata-rata bersaing. Dengan banyaknya pemasok
bahan baku teh akan membuat industri minuman teh dapat memilih pemasok bahan
baku dengan harga murah dan kualitas yang baik.
e. The intensity of competitive rivalry
Teh sosro memiliki pesaing antara lain, ultra jaya, teKita, fruit Tea, Fresh Tea dan
kepala jenggot yang dimana masing-masing perusahaan bersaing secara kompetitif
(ketat). Persaingan ini terjadi ditingkat harga, promosi / iklan, dan hadiah yang
diberikan, hal ini ditunjukan untuk menarik minat para konsumen agar mau membeli
produknya masing – masing.
2. BCG Matrix
BCG Matrix dibuat sebagai evaluasi, dimanakah posisi Joy Tea (salah satu prodak
dari PT Sinar Sosro) saat ini ditinjau dari besarnya pertumbuhan pasar Green Tea dan
10. pangsa pasar yang dimiliki Joy Tea saat ini. Melalui BCG Matrix dapat dianalisis kondisi
Market Share adalah masalah yang harus dicarikan solusinya agar perusahaan dapat tetap
memiliki sumber daya dan kapasitas yang memadai dalam berkompetisi dalam tingkat
pertumbuhan pasar yang tinggi. Dalam area Question Mark, hal yang perlu diwaspadai
adalah ketika kecepatan pemasukan perusahaan dari pangsa pasar existing kalah cepat
dibandingkan modal yang harus dikeluarkan untuk tetap bersaing pada kondisi pasar
yang cepat pertumbuhannya.
Dari data survei, dapat dibuat matriks yang memperlihatkan nilai keunggulan
masing-masing kompetitor. Data ini merupakan inisiator bagi Joy Tea untuk dapat
menggrab market dari kompetitor melalui strategi perbaikan pada poin-poin advantages
yang dimiliki kompetitor. Analisis data matriks juga memperlihatkan adanya ancaman
yang datang dari produsen green tea yang merupakan new comers, yakni Mirai Ocha dan
Pokka. Meskipun kedua produsen tersebut belum mampu merebut Top of Mind dari
pasar, namun volume iklan dan promosi yang dilakukan Mirai Ocha sudah mampu
membangun awareness akan iklan produk yang ditampilkan, demikian pula Pokka yang
sudah membuat segmen market sendiri, yakni pasar yang memiliki purchase power
berlebih untuk produk RTD Green Tea dan tidak menyukai rasa manis seperti
kebanyakan orang Indonesia.
Sumber :
Wajib
Hapzi Ali, 2019. Modul Strategic Management : Porter’s Five Competitiveness Force Model,
BCG MatrixUniversitas Mercu Buan
Tambahan
Admin. 2014. http://quickstart-indonesia.com/five-forces-model/. Diakses pada 18 Juni 2019
pukul 22.05
Ismed. 2010. http://ismed.blog.binusian.org/2010/10/14/analisa-five-forces-porter-teh-botol-
sosro/. Diakses pada 18 Juni 2019 pukul 23.15
Tannady, Hendy. 2015. Studi Analisis Kompetisi Produk The Hijau Dalam kemanasan.
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer. Vol. 5 No 17 Jan-Mar 2016.