Dokumen tersebut membahas tentang ijârah dalam perspektif bahasa, istilah, dasar hukum dalam Al-Qur'an dan hadis, syarat-syarat sah dan in'iqad akad ijârah, rukun ijârah, macam-macam ijârah, akibat hukum akad ijârah terhadap para pihak, dan berakhirnya akad ijârah.
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTAnas Wibowo
Ust. Shiddiq al-Jawi. RINGKASAN_13_APRIL_2020.
(1) PENGERTIAN UTANG (AD DAIN) DAN PINJAMAN (AL QARDH)
(2) HUKUM UTANG (AD DAIN)
(3) HUKUM PINJAMAN (AL QARDH)
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTAnas Wibowo
Ust. Shiddiq al-Jawi. RINGKASAN_13_APRIL_2020.
(1) PENGERTIAN UTANG (AD DAIN) DAN PINJAMAN (AL QARDH)
(2) HUKUM UTANG (AD DAIN)
(3) HUKUM PINJAMAN (AL QARDH)
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamRendra Fahrurrozie
Syahwat pria dewasa terhadap wanita untuk mencintai dan memiliki adalah hal yang fitrah, yaitu hal yang alamiah yang telah ditetapkan adanya oleh Allah kepada manusia. Sebagaimana di dalam Al Qur’an, QS Ali Imran [3] : 14.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ ١٤
14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Tetapi manusia harus memperhatikan dan berhati-hati perihal cara dia menyalurkan nafsu seksual itu. Sebab manusia diberi pilihan berupa dua jalan oleh Allah SWT, yaitu jalan yang halal dan jalan yang haram.
وَهَدَيۡنَٰهُ ٱلنَّجۡدَيۡنِ ١٠
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (QS Al Balad [90] : 10)
Melalui pernikahanlah satu-satunya jalan yang sah menurut syariah Islam dan diridhai Allah SWT bagi seorang laki-laki untuk menyalurkan nafsu seksualnya kepada seorang perempuan. Dalam soal pernikahan, Islam tidak membebani umatnya dengan syarat yang berat, Islam sangat menganjurkan pernikahan.[1]
Menikah akan membantu menahan pandangan serta menjaga diri dari ke maksiatan. Rasulullah bersabda, ”Jika salah seorang dari kamu melihat kecantikan seorang wanita, datangilah istrimu. Apa yang dimiliki wanita itu sama dengan apa yang dimiliki istrimu.” (H.R Muslim).[2]
Sebaliknya jalan yang haram adalah dengan berzina, yang mana termasuk di dalamnya adalah melakukan pernikahan akan tetapi bathil dalam segi akad dan perbuatannya.[3] Yaitu nikah kontrak atau nikah mut’ah yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, misalnya sehari, dua hari, seminggu, dan sebagainya dengan imbalan sejumlah uang bagi pihak perempuan.
Adapula yang melakukannya dengan siri (diam-diam), akan tetapi pernikahan siri ini dianggap perbuatan ilegal, sehingga pelakunya akan dipidanakan dengan sanksi penjara atau denda.[4]
Lantas, bagaimana pandangan Islam terhadap nikah siri? Bolehkah orang yang melakukan nikah siri dipidanakan? Benarkah orang yang melakukan pernikahan siri tidak memiliki hubungan pewarisan? Dan Apa dan bagaimanakah kawin kontrak itu? Bagaimanakah kawin kontrak itu dalam pandangan hukum Islam?
Pembahasan mengenai nilai, kita kelompokkan dalam 2 garis besar, yakni:
1. Nilai nurani (value of being)
Nilai yang ada dalam diri manusia, kemudian berkembang menjadi perilaku dan cara kita memperlakukan orang lain.
Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian.
2. Nilai memberi (value of giving).
Nilai yang harus dipraktikkan atau dibagi, yang akhirnya akan diterima sebanyak yang diberikan (Zaim Elmubarok, 2009: 7).
Nilai-nilai ini dapat dilihat dalam hal, seperti setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih, sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil, dan murah hati. Nilai-nilai tersebut diterapkan di sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Dalam hal ini, nilai harus menjadi core (intisari) dalam pendidikan.
Dalam bidang filsafat nilai paling tidak dikaji dari tiga bahasan yakni:
1. Ontologi yang membahas tentang hakekat nilai yang dimaknai sebagai rujukan dan keyakinan untuk menentukan pilihan. dan Struktur nilai yanng terdiri dari logis, etis, estetis kenikmatan, kehidupan,kejiwaan, kerohanian,politk sosial, agama dsb
2. Epistemologi yang meliputi objek nilai yakni agama, logika,filsafat, ilmu pengetahuan, sikap ilmuah,norma, kebiasaan, karyaseni, dan lainnya, cara memperoleh nilai yakni berpikir rasional, logis, empiris, memfungsikan hati melalui meditasi, thariqat atau intuisi yang shohih, Ukuran kebenaran nilai yakni Lgik, Theistis, Mistik, Humanis
3. Aksiologi kegunaan pengetahuan nilai misalnya nilai dalam wilayah filsafat, Ilmu pengetahuan, nilai pada wilayah mistik dan cara nilai menyelesaikan masalah nilai filsafat pada wilayah baik buruk Ilmu Pengetahuan misalnya keteladanan pembiasaan dengan mistik seperti wirid, puasa, sholawat dll.
Menurut istilah syara', zakat adalah nama bagi suatu
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut
sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada
golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawi).
Dengan kata lain, zakat adalah sejumlah harta yang
wajib dikeluarkan dan diberikan kepada mereka yang
berhak menerimanya (mustahiq zakat), apabila telah
mencapai nishab/batas tertentu, dengan syarat-syarat
Pernikahan adalah fitrah bagi manusia. Dari pernikahan itu, manusia melestarikan keturunannya dan membangun tatanan masyarakat bergenerasi untuk memakmurkan bumi.
Di awal akad pernikahan, adalah hal yang perlu juga kita kaji, terutama perihal mahar. Sebab, mahar merupakan menjadi hak bagi calon istri dari calon suami yang diatur oleh syara’ secara jelas didalam Al Qur’an dan Al Hadist.
Karnanya sangat penting kita ketahui lebih mendalam mengenai mahar ini, sebagai hak dan kewajiban masing-masing calon pasangan suami istri.
ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH.
Sehingga dalam fitrah itu, Islam juga memiliki pengaturan antara sesama manusia, termasuk dalam hal muamalah. Dalam muamalah, terdapat pengaturan masalah keluarga.
KELUARGA SAKINAH MAWADAH WA RAHMAH
Inilah harapan setiap keluarga, syariah Islam memberikan konsep dalam hal ini. Maka sangat penting kita bahas mengenai konsep Islam ini.
KELUARGA MENJADI PENETRAM HATI
Setiap anggota keluarga, menjadikan rumahnya sebagai penentram hati, limhana kasih sayang dan memberikan nafkah. Sehingga konsep keluarga Islam idaman ini sangat perlu disajikan.
KELUARGA MENJADI TEMPAT MEMELIHARA DIRI
Abdullah bin Abbas r.a memberikan penafsiran pada Q.S At Tahrim: 6, sebagai berikut: “Kamu semua hendaknya mengajar keluargamu dalam urusan-urusan syariat Allah dan didiklah mereka dengan akhlak yang sempurna.
.
.
.
Penjelasannya ada di: http://bit.ly/KonsepKeluargaIslam
Belajar dan pembelajaran meninjau faktor penentu hasil belajar peserta didik ...Rendra Fahrurrozie
Hakikat belajar merupakan proses interaksi peserta didik dengan semua situasi disekitarnya. Akan tetapi belajar harus mempunyai tujuan dan memiliki pengalaman-pengalaman yang diciptakan oleh sekitarnya. Karnanya hasil belajar dipengaruhi oleh komponen-komponen yang yang menjadi faktor penentu hasil belajar peserta didik. Sebab, faktor tersebut saling terkait satu sama lain yang tersistem sehingga peserta didik mencapai tujuan belajar dengan baik. Faktor tersebut jika dikelompokkan, menjadi 2, yakni faktor internal dan eksternal. Yang keduanya merupakan yang penting untuk mendapatkan hasil belajar yang baik bagi peserta didik.
Islam diturunkan Allah SWT kepada manusia seluruhnya melalui dakwah dan pengajaran agung Rasulullah ﷺ sebagai rahmah bagi seluruh alam, serta penutup seluruh para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan syariah (aturan) Allah SWT dimuka bumi bagi seluruh alam.
Al Qur’an adalah sumber syariat Islam itu, yang mampu menjawab segala sesuatu permasalah manusia. Permasalahan yang sering muncul adalah tentang Allah SWT itu sendiri, tentang ketuhanan dan kekuasaanNya. Umat Islam banyak yang menjawab permasalahan ini, baik secara aqly (akal) maupun naqly (menggunakan nash). Keduanya dibenarkan oleh syariat untuk ma’rifat (mengenal) kepada Allah SWT, tanpa ada pertentangan dari keduanya.
Adapun mengenal Allah SWT melalui nash (Al Qur’an) salah satunya adalah dengan menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Tafsir sangat diperlukan dalam memahami secara mendalam ayat Al Quran terutama karena memandang ada yang masih sangat sulit difahami seperti ayatayat musyâbihât.
Tafsir yang utama dan pertama dari Al Qur’an tidak lain adalah As Sunnah. Sehingga tidak diperkenankan menafsirkan Al Qur’an berlawanan dengan As Sunnah, bahkan wajib bagi As Sunnah menyoroti tiap-tiap tafsir yang hendak di tafsirkan oleh seorang mufassir. Ini dijelaskan Allah SWT dalam Al Qur’an sebagai berikut:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ٤٤
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu (Muhammad) menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (Q.S an Nahl: 44)
Tentu saja setelah penafsiran dari As Sunnah adalah penafsiran dari para sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ , sebab mereka hadir saat ayat-ayat Al Qur’an diturunkan dan mengetahui sebab-sebab turunnya ayat (asbab an nuzul). Kemudian generasi tabi’in dan generasi selanjutnya yakni para tabi’ut tabi’in dan para ulama setelahnya yang menafsirkan Al Qur’an dengan metode dan syarat-syarat tertentu seorang ulama mufassir.
Oleh sebab itu, sangatlah tepat apabila penafsiran ayat-ayat Al Qur’an mengenai Allah SWT dapat dilihat dari kajian As Sunnah, atsar sahabat, dan generasi ulama setelahnya.
Zakat hukumnya wajib, merupakan salah satu rukun Islam dan merupakan ibadah.
Wajibnya zakat didasarkan pada al-Kitab, as-Sunnah dan Ijmak Sahabat. Allah SWT berfirman:
وآتُوا َّ الز َ كاةَDan tunaikanlah zakat (QS. al-Baqarah [2]: 43, 83, 110)
Perintah itu bersifat tegas berdasarkan indikasi bahwa orang yang menunaikan zakat akan mendapat pahala besar dan balasan surga (QS al-Baqarah [2]: 277; an-Nisâ’ [4]:162)
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah : 103)
Materi belajar / kuliah :
KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI PENDIDIKAN
PENGERTIAN INTERNET; KONSEP DASAR INTERNET; SEJARAH INTERNET; Networking (Jaringan); CARA MENGGUNAKAN INTERNET DAN RAGAM LAYANANNYA; ISTILAH DALAM INTERNET; CARA MENJALANKAN INTERNET; FASILITAS INTERNET ; MANFAAT INTERNET; DAMPAK NEGATIF INTERNET
Demikian, semoga bermanfaat!
Jangan Lupa, komen ya.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. IJARAH
DISAJIKAN OLEH:
RENDRA FAHRURROZIE [NIM: 16.01.0073]
PENGERTIAN, DASAR HUKUM, SYARAT,
RUKUN, MACAM-MACAM IJARAH, DAN
AKIBAT HUKUM AKAD IJARAH TERHADAP
PIHAK YANG BERKAD
FIQH II (MUAMALAH)
07/2018
2. SECARA BAHASA
Ijarah dari bentukan kata AJRAN dengan wazan fi’âlah berasal dari ajara-
ya’juru atau ajara-ya’jiru yang berarti "imbalan terhadap suatu pekerjaan
(gaji/upah)" ( الجزاءعلىالعمل ) atau al-‘iwadh (kompensasi).
Dalam bentuk lain, ijarah dari kata ÎJÂRAN, mashdar dari âjara-yu’jiru-îjâran,
dengan wazan i’âlah yang fa’ - fi’il -nya dihilangkan, yang berarti sewa (.)الكراء
PENGERTIAN IJARAH
[Yahya Abdurrahman, Majalah al-Wa’ie No. 65, 01/01/2006]
Dalam perkembangan kebahasaan berikutnya, kata ijarah itu
dipahami sebagai "akad" ( العقد ) yaitu akad (pemilikan) terhadap
berbagai manfaat dengan imbalan العقدبعوض المنافع على) ) atau akad
pemilikan manfaat dengan imbalan, yakni kontrak kerja dan sewa
menyewa.
3. SECARA ISTILAH
Definisi ringkas yang bersifat jâmi’ dan mâni‘ adalah definisi yang diberikan
oleh al-Qadhi an-Nabhani dalam asy-Syakhshiyyah al Islâmiyah juz II dan
al-Murghiyani dalam Bidâyah al-Mubtadi fî Fiqh al-Imâm Abiy Hanîfah.
Bahwa ijârah adalah:
‘aqd ‘alâ al-manfa’ah bi ‘iwadh
(akad atas suatu manfaat dengan suatu kompensasi).
PENGERTIAN IJARAH
Kata al-manfa’ah membedakan ijârah dengan bay‘ (jual-beli), karena
akad bay‘ berlaku atas zat sesuatu, sementara akad
ijârah berlaku atas manfaat sesuatu itu.
[Yahya Abdurrahman, Majalah al-Wa’ie No. 65, 01/01/2006]
4. DASAR HUKUM IJARAH
DARI AL QUR’AN
• Allah SWT berfirman:
Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) kalian untuk kalian, maka
berikanlah kepada mereka upahnya.
(QS. ath-Thalaq [65]: 6)
• Allah SWT berfirman:
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan”. (QS. al-Baqarah [2]: 233)
5. DASAR HUKUM IJARAH
DARI AL HADIST
• Imam al-Bukhari meriwayatkan dari jalur Aisyah ra. bahwa Nabi SAW dan Abu
Bakar ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, mempekerjakan seorang laki-laki
dari Bani Diyl ( yang masih memeluk agama orang ka¡r quraisy) sebagai
penunjuk jalan.
• Abu Said al-Khudzri dan Abu Hurairah menuturkan, Nabi SAW. pernah
bersabda: “Siapa saja yang mempekerjakan seorang ajir (pekerja) maka
hendaklah ia memberitahukan upahnya.” (HR al Bayhaqi, Abu Hanifah, dan
Ibn Abi Syaibah)
• “Berikanlah upah kepada orang yang kamu pekerjakan sebelum kering keringat
mereka”. (HR. Abu Ya’la, Ibnu Majah, at-Thabrani dan Tirmidzi)
6. (A) SYARAT SAH
1. Adanya keridhaan dari kedua belah pihak. Jika salah satu pihak dipaksa
maka akad ijarah itu tidak sah. [QS. An-Nisa: 29]
2. Manfaat yang diakadkan haruslah ma‘lûm (jelas) bagi kedua pihak (manfaat
benda atau manfaat tenaga/kerja, termasuk jelas harga atau upahnya).
3. Pekerjaan yang diakadkan secara hakiki maupun syar‘i harus mampu
dikerjakan oleh ajir. Seorang ajir tidak boleh dibebani pekerjaan kecuali
yang mampu ia kerjakan.
4. Adanya kemampuan menyerahkan benda/sesuatu yang di-ijârah-kan
dengan manfaat yang disepakati.
5. Manfaat yang di-ijârah-kan adalah mubah (tidak haram/bukan kewajiban).
SYARAT IJARAH
[Yahya Abdurrahman, Majalah al-Wa’ie No. 65, 01/01/2006]
7. (B) SYARAT IN’IQAD (Syarat terjadinya akad)
• Orang yang berakad harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal,
sedangkan anak mumayyiz belum dapat dikategorikan ahli akad.
• Objek ijarah boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan
tidak bercacat.
• Objek ijarah sesuatu yang dihalalkan oleh syara’ dan merupakan
sesuatu yang bisa disewakan.
SYARAT IJARAH
[Yahya Abdurrahman, Majalah al-Wa’ie No. 65, 01/01/2006]
8. RUKUN IJARAH
ADA 3 RUKUN:
1. ‘Aqidân atau dua pihak yang berakad, yakni musta’jir
(majikan atau pihak yang menyewa) dengan ajîr (pekerja)
dalam ijârah al-ajîr, atau dengan mu’jir (pihak yang
menyewakan sesuatu). Kedua pihak itu haruslah pihak
yang sah melakukan akad, yaitu berakal.
2. Ijab dan qabul. Redaksi ijab dan qabul ini bisa menggunakan
kata ijârah atau al-kirâ’ atau ungkapan yang semakna, yaitu
yang menunjukkan secara jelas makna kontrak, kerja, atau
sewa.
3. Obyek akad haruslah dapat diambil manfaatnya.
[Yahya Abdurrahman, Majalah al-Wa’ie No. 65, 01/01/2006]
9. Dari segi OBJEKnya, dibagi menjadi 2 (dua) macam:
1. Aijarah ‘Ala Al-manafi’ (Sewa-menyewa)
Adalah praktik ijarah yang berkutat pada pemindahan manfaat
terhadap barang.
Barang yang boleh disewakan adalah barang-barang mubah misal sawah
untuk ditanami, mobil untuk dikendarai, rumah untuk ditempati.
2. Upah Mengupah
Disebut juga dengan jual beli jasa. Idealnya diakukan seketika itu
juga. Tetapi boleh dilakukan dengan perjanjian, dan pembayarannya
sesuai perjanjian juga.
MACAM-MACAM IJARAH
Ada 2 macam pekerja:
(1) Ajir (tenaga kerja) khusus, yaitu orang yang bekerja pada satu orang untuk masa tertentu.
(2) Ajir (tenaga kerja) musyatarak, yaitu orang yang bekerja untuk lebih dari satu orang, sehingga mereka bersekutu di dalam
memanfaatkan tenaganya.
10. AKIBAT HUKUM AKAD IJARAH TERHADAP PIHAK YANG
BERKAD (SEWA-MENYEWA)
a) Pemberi sewa (muajjir), memperoleh pembayaran sewa biaya
dari penyewa (musta’jir) dan dapat mengakhiri akad ijarah serta
menarik objek ijarah apabila penyewa tidak mampu membayar
sewa sebagaimana diperjanjikan.
b) Kewajiban Pemberi sewa (muajjir), antara lain, yaitu:
a) Menyediakan objek ijarah yang disewakan.
b) Menanggung biaya pemeliharaan objek ijarah.
c) Menjamin objek ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan
dapat berfungsi dengan baik.
Anshori, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Gajah Mada University,
2010 ), hal. 73.
11. AKIBAT HUKUM AKAD IJARAH TERHADAP PIHAK YANG
BERKAD (SEWA-MENYEWA)
c) Hak penyewa (musta’jir), antara lain meliputi yaitu:
1. Menerima objek ijarah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan.
2. Menggunakan objek ijarah yang disewakan sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang diperjanjikan.
d) Kewajiban penyewa antara lain meliputi:
1. Membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan.
2. Mengembalikan objek ijarah apabila tidak mampu membayar sewa.
3. Menjaga dan menggunakan objek ijarah sesuai yang diperjanjikan.
4. Tidak menyewakan kembali atau tidak memindahtangankan objek ijarah k
epada pihak lain.
Anshori, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Gajah Mada University,
2010 ), hal. 73.
12. AKIBAT HUKUM AKAD IJARAH TERHADAP PIHAK YANG
BERKAD (UPAH-MENGUPAH)
a) Hak – hak yang diterima pekerja adalah:
1. Mereka para pekerja harus diperlakukan sebagai
manusia, tidak sebagai binatang beban.
2. Mewujudkan ketercukupan
3. Kemuliaan dan kehormatan haruslah senantiasa
melekat pada mereka.
4. Mereka harus menerima upah yang layak dan segera
dibayarkan.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
Muhammad Sharif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2012 ), hal 192.
13. AKIBAT HUKUM AKAD IJARAH TERHADAP PIHAK YANG
BERKAD (UPAH-MENGUPAH)
b) Kewajiban yang dilakukan pekerja adalah:
1. Mengetahui hal-hal yang diwajibkan dalam suatu pekerjaan se
hingga orang melakukan pekerjaan dapat memenuhi hal-hal y
ang diperlukan dan ia pun dapat me ekuni pekerjaannya dan
menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya.
2. Menunaikan janji
3. Beritiqad baik dalam melakukan aktifitas pekerjaannya.
4. Berusaha mewujudkan keamanan.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
[Jaribah Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Pustaka
Al Kautsar Group), hal. 674]
14. Akad ijarah dapat berakhir karena hal-hal berikut:
1. Objek hilang, rusak atau musnah.
2. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir.
3. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya seorang yang berakad.
4. Pembatalan oleh salah satu pihak yang berakad (iqolah).
BERAKHIRNYA AKAD IJARAH
[Hasan, Berbagai macam transaksi, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2004),
hal. 236]