Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara majikan dan buruh dalam perspektif ekonomi Islam. Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja keras agar mendapatkan penghidupan dan menghindari sikap bergantung pada orang lain. Kontrak kerja dalam Islam harus memenuhi syarat dan rukun yang jelas agar transaksi kerja dapat berjalan dengan adil. Prinsip-prinsip pengupahan menurut Islam adalah upah harus adil, layak,
2. Hubungan majikan dengan buruh
Dosen Pembimbing : MAWADDAH IRHAM, M.E.I
Disusun oleh :
Nama : Fany Renaldy Harahap
Nim : 0501202131
3. Tenaga dan Kontrak Kerja dalam Ekonomi Islam
Tenaga Kerja Menurut Ekonomi Islam
Tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh
anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas.
Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik maupun
pikiran.Sementara kinerja menurut Islammerupakan bentuk atau cara
individu dalam mengaktualisasikan diri.Alam telah memberikan
kekayaan yang tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan
tetap tersimpan.
4. Islammenganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga dan
menghindari kegiatan meminta-minta dalam mencari harta
kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari.Semakin bersungguh-
sungguh dia bekerja semakin banyak harta yang diperolehnya.
Prinsip tersebut jelas tertera dalam firman Allah, yaitu surah An-
Nisa’:
Artinya:“Untuk lelaki ada bagian dari usaha yang dikerjakannya
danuntuk wanita ada bagian pula dari usaha yang dikerjakan nya.”
(Q. S. An-Nisa’: 32).
5. Pada hakekatnya, seorang yang bekerja untuk hidupnya
senantiasa mengharapakan keridhaan Allah dalam
pekerjaannya.Hampir semua Rasul bekerja untuk kehidupan
mereka, sedangkan Rasulullah SAW sendiri bekerja keras seperti
oranglain juga. Beliau menggembala kambing dan menasihati
orang lain supaya menjalankan pekerjaan tersebut untuk
mendapatkan penghidupan mereka, dan ini merupakan suatu
bukti yang jelas tentang kepentingan buruh dalam Islam.
6. Rasulullah SAW senantiasa menyuruh umatnya bekerja dan tidak
menyukai manusia yang bergantung kepada kelebihan saja. Para
sahabat Rasulullah dengan tegas mematuhi prinsip Islamtersebut
dan bekerja keras untuk kehidupan mereka. Abdullah Ibnu
Mas’ud selalu berkata bahwa beliau tidak suka melihat
seseorang yang berdiam diri saja, tidak memperdulikan
kehidupan di dunia ataupun di akhirat. Imam Sarikhsi
merumuskan kepentingan buruh dalam Islamdengan
mengatakan
”mencari penghidupan (buruh) merupakan satu kewajiban atas
umat Islam”.
7. Menurut Afzalur Rahman, terdapat dua macam
tenaga kerja yaitu tenaga kerja kasar dan tenaga kerja
terdidik. Kriteria pemilihan tenaga kerja seperti
penawaran buruh tergantung pada tiga faktor
1. Kecakapan tenaga kerja
2. Mobilisasi tenaga kerja
3. Jumlah penduduk
8. Kontrak Kerja dalam Islam(Al-Ijarah)
Al-Ijarahberasal dari kata al-Ajru yang berarti upah, sedang
pengertian syara’, al-Ijarahadalah Suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan
penggantian.37Ijarahmempunyai pengertian umum yang
meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan
sesuatu kegiatan, atau upah karena melakukan sesuatu
aktivitas.38Ijarahdapat dibedakan menjadi dua, yaitu
ijarahyang mentransaksikan manfaat harta benda yang
lazim disebut persewaan, dan ijarahyang mentransaksikan
manfaat SDM yang lazim disebut perburuhan.
9. Dalam hubungan ini syari’at Islammemikulkan tanggung jawab bagi kedua belah pihak.
Pihak pekerja yang telah mengikat kontrak, wajib melaksanakan pekerjaan itu sesuai
dengan isi kontraknya, dan pihak pengusaha wajib memberikan upah atas pekerjaannya.
a.Dasar Kontrak Kerja Dalam Islam
Artinya:“dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut, bertaqwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (Q. S. Al-
Baqarah : 233).
Allah SWT menjelaskan bahwa membolehkan sewa menyewa pada penyusuan, dan
apabila sewa menyewa seperti itu diperbolehkan maka diperbolehkan juga sewa menyewa
yang sama seperti dimaksud dalam dalil tersebut, dalam artian seorang manusia
diperbolehkan untuk menyewakan tenaganya sebagai pekerja untuk melakukan suatu
pekerjaan.
10. Syarat Ijarah
Islam menjelaskan bahwa untuk sahnya perjanjian sewa menyewa (ijarah)
harus terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:44
a) Manfaat barang atau jasa jelas.
b) Pengiriman barang kepada pihak penyewa untuk dinikmati faedahnya
seperti rental mobil.
c) Harta yang dibenarkan oleh syariat dan bertujuan baik.
d) Pelayanan itu bukan merupakan satu kewajiban yang harus dikerjakan
penyewa
e) Manfaat yang diambil harus sesuai dengan barangnya contohnya
adalah seorang majikan yang mengangkat rekan bisnisnya untuk
bekerja sama sedangkan rekan nya itu juga seorang majikan.
f) Manfaat yang diambil harus sesuai dengan tujuan penyewaan.
11. Rukun Ijarah
Ijarahdalam Islamakan dianggap sah apabila telah
memenuhi rukun-rukunnya dan disimimpulkan bahwa
rukun ijarahadalah sebagaimana yang termaktub dalam
rukun jual beli, yaitu sebagai berikut:
a) Akad (lafal ijab dan qobul).
b) Pihak yang terlibat yaitu penyewa dan pemilik.
c) Gaji, upah dan bayaran sewa.
d) Pelayanan ataupun faedah (manfaat barang atau jasa)
12. Upah Menurut Ekonomi Islam
Upah atau gaji merupakan pembayaran yang diberikan oleh majikan kepada
pekerja atas usahanya terlibat dalam proses produksi.Upah dalam bahasa Arab
disebut al-ujrah.Dari segi bahasa al-ajru yang berarti iwaḍ(ganti), oleh sebab
itu al-sawab (pahala) dinamai juga al-ajru atau atau al-ujrah
(upah).13Pembalasan atas jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat
suatu pekerjaan.
Upah dapat dinisbatkan pada penghasilan yang diperoleh tenaga kerja, yang
dalam hal ini dapat dipandang sebagai jumlah uang yang diperoleh dari
seorang pekerja selama suatu jangka waktu tertentu, sepertilahnya sebulan,
seminggu, atau sehari, mengacu pada upah nominal tenaga kerja. Upah dari
seorang buruh tergantung pada berbagai faktor seperti jumlah upah berupa
uang, daya beli uang, dan seterusnya, yang dapat dikatakan terdiri dari jumlah
kebutuhan hidup yang sebenarnya diterima oleh seorang pekerja
karenakerjanyasehingga pekerjadiberi imbalan baik besar maupun kecil harus
sebanding dengan harga nyatapekerjaannya, bukan harga nominal atas jerih
payahnya.
KONSEP UPAH
13. Upah secara garis besarnya dapat dikategorikan atas:
1. Pemberian imbalan karena mengambil manfaat
dari suatu barang, seperti rumah, pakaian dan
lain-lain.
2. Pemberian imbalan akibat suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang, seperti seorang
pelayan jenis pertama mengarah kepada sewa
menyewa dan yang kedua lebih menuju kepada
ketenagakerjaan.
14. Berkenaan dengan konsep ijarahatas tenaga manusia maka fiqh mengatur dengan
ujrah(upah) sebagai berikut:
1. Upah tersebut berupa harta yang diketahui dan upah tersebut harus
dinyatakan secara jelas, karena akan mengandung unsur
jihalah(ketidakjelasan) hal itu sudah menjadi kesepakatan ulama’ akan tetapi
ulama’ Malikiyah menetapkan keabsahan ijarahtersebut sepanjang ukuran
upah yang dimaksudkan dapat diketahui berdasarkan adat kebiasaan.
2. Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya, mengupah suatu pekerjaan
yangserupa, seperti menyewa tempat tinggal, pelayan dengan pelayanan, hal
itu menurut Hanafi hukumnya tidak sah dan dapat mengantarkan pada
praktek riba.
15. Prinsip-Prinsip Pengupahan dalam Ekonomi Islam
Dalam perspektif Ekonomi Islam, prinsip pengupahan terbagi atas dua bagian, yakni sebagai berikut :
Adil
adil dalam penentuan upah dalam ekonomi Islammakna adil dalam ketetapan upah dapat diartikan,yakni :
1) Adil bermakna Jelas dan Transparan
Makna jelas dan transparan dapat dilihat pada hadis Nabi SAW bersabda :
“Dari Abi Sa’id Al-Khudri r.a. bahwasannya Nabi SAW telah bersabda: Barang siapa menyewa seorang ajir,
maka hendaklah disebutkan tentang upah (pembayarannya)”. (HR. Abdul Razak).
Dari hadits di atas, dapat diketahui bahwa prinsip utama keadilan terletakpada kejelasan aqad (transaksi)dan
komitmen melakukannya.Akad dalam perburuhan adalah akad yang terjadi antara pekerja dengan pengusaha.
Dalam hal tatacata pembayaran upah, Rasulullah SAW bersabda :
“Berilah upah atau jasa kepada orang yang kamu pekerjakan sebelum kering keringatnya“.(HR. Abu Ya’la,
Ibnu Majah, Imam Thabrani dan Tarmidzi).
16. 2) Adil bermakna proporsional
Makna adil sebagai suatu hal yang proporsional, dapat dilihat
dari prinsip dasar yang digunakan Rasulullah SAW dan
Khulafaur Rasyidin adalah pertengahan, moderat dalam
penentuan upah pegawai, tidak berlebihan ataupun terlalu sedikit
(proporsional). Tujuan utamanya agar mereka mampu
memenuhi segala kebutuhan pokok mereka. Dalam Al-Qur’an
adil bermakna proporsional dijelaskan dalam QS. An-Najm ayat
39.“Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya.”(QS. An-Najm : 39).
Ayat ini menegaskan bahwa pekerjaan seseorang akan dibalas
menurut berat pekerjaannya itu
17. Layak
Upah yang layak merupakan upah yang harus sesuai dengan harga pasar tenaga kerja sehingga
pekerja tidak tereksploitasi sepihak. Sebagaimana yang terdapat dalam al-qur’an sebagai berikut:
“Dan janganlah kamu merugikan manusia akan hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi membuat kerusakan.”(QS. Asy-Syua’ra 26 : 183).
Ayat di atas bermakna janganlah seseorang merugikan orang lain, dengan cara mengurangi hak-hak
yang seharusnya diperoleh.Dalam pengertian yang lebih jauh, hak-hak dalam upah berarti janganlah
mempekerjakan upah seseorang hingga jauh dibawah upah yang biasanya diberikan.
Jadi, upah yang adil harus diberikan secara jelas, transparan dan proporsional. Layak bermakna
bahwa upah yang diberikan harus mencukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan serta tidak jauh
berada dibawah pasaran. Aturan upah ini perlu didudukkan pada posisinya, agar memudahkan bagi
kaum muslimin atau pengusaha muslim dalam mengimplementasikan manajemen syariah dalam
pengupahan para karyawannya di perusahan.
18. Tingkatan Upah dalam Ekonomi Islam
Penetapan tingkatan upah dalam ekonomi
Islamantara lain sebagai berikut:
a. Penetapan Upah Minimum.
b. Upah Tertinggi
c. Tingkat Upah Sesungguhnya