Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Obat-obat yang bekerja pada saluran pencernaan dibahas, termasuk yang bekerja pada mulut, lambung, dan usus besar. Jenis obat seperti stimulan nafsu makan, antidiare, emetik, dan antasida dijelaskan beserta contoh dan mekanisme kerjanya.
Dokumen tersebut membahas tentang obat sistem pencernaan yang bekerja pada sistem gastrointestinal, termasuk klasifikasi obat sistem pencernaan, pengobatan ulkus peptikum, mekanisme kerja berbagai golongan obat untuk pengobatan ulkus seperti antasida, antagonis H2, penghambat pompa proton, analog prostaglandin, sukralfat, dan khelat bismut, serta pengobatan gangguan lain seperti anti emetik dan antidiare.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Obat-obat yang bekerja pada saluran pencernaan dibahas, termasuk yang bekerja pada mulut, lambung, dan usus besar. Jenis obat seperti stimulan nafsu makan, antidiare, emetik, dan antasida dijelaskan beserta contoh dan mekanisme kerjanya.
Dokumen tersebut membahas tentang obat sistem pencernaan yang bekerja pada sistem gastrointestinal, termasuk klasifikasi obat sistem pencernaan, pengobatan ulkus peptikum, mekanisme kerja berbagai golongan obat untuk pengobatan ulkus seperti antasida, antagonis H2, penghambat pompa proton, analog prostaglandin, sukralfat, dan khelat bismut, serta pengobatan gangguan lain seperti anti emetik dan antidiare.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis obat sistem pencernaan seperti obat ulkus dan gastritis, anti spasmodika, obat diare, digestan, dan obat pencahar beserta indikasi, kontraindikasi, dosis, dan efek sampingnya."
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Konstipasi adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar menurun menjadi kurang dari 3 kali per minggu dan biasanya disebabkan oleh kurangnya serat, penurunan motilitas usus, atau penyakit tertentu.
2. Penanganannya meliputi laksatif non-farmakologis seperti menambah serat dan olahraga, serta laksatif farmokologis seperti osmotik, stim
Penatalaksanaan gastritis meliputi menghilangkan faktor penyebab, diet yang tidak mengiritasi lambung, dan obat-obatan seperti antasida, penghambat asam, penghambat pompa proton, atau antibiotik untuk mengobati H. pylori. Terapi harus disesuaikan dengan tipe gastritisnya, misalnya untuk akut berupa diet ringan dan IV cairan, sedangkan kronis dengan modifikasi diet dan farmakoterapi.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakologi sistem pencernaan, termasuk obat-obat yang bekerja pada lambung dan usus besar. Dibahas mengenai mekanisme kerja dan penggunaan klinis antagonis H2-reseptor, proton pump inhibitor, dan antasida dalam pengobatan ulkus peptik dan refluks esofagus. Juga dibahas mengenai obat-obat yang bekerja pada usus besar untuk mengobati konstipasi dan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis obat sistem pencernaan seperti obat ulkus dan gastritis, anti spasmodika, obat diare, digestan, dan obat pencahar beserta indikasi, kontraindikasi, dosis, dan efek sampingnya."
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Konstipasi adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar menurun menjadi kurang dari 3 kali per minggu dan biasanya disebabkan oleh kurangnya serat, penurunan motilitas usus, atau penyakit tertentu.
2. Penanganannya meliputi laksatif non-farmakologis seperti menambah serat dan olahraga, serta laksatif farmokologis seperti osmotik, stim
Penatalaksanaan gastritis meliputi menghilangkan faktor penyebab, diet yang tidak mengiritasi lambung, dan obat-obatan seperti antasida, penghambat asam, penghambat pompa proton, atau antibiotik untuk mengobati H. pylori. Terapi harus disesuaikan dengan tipe gastritisnya, misalnya untuk akut berupa diet ringan dan IV cairan, sedangkan kronis dengan modifikasi diet dan farmakoterapi.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakologi sistem pencernaan, termasuk obat-obat yang bekerja pada lambung dan usus besar. Dibahas mengenai mekanisme kerja dan penggunaan klinis antagonis H2-reseptor, proton pump inhibitor, dan antasida dalam pengobatan ulkus peptik dan refluks esofagus. Juga dibahas mengenai obat-obat yang bekerja pada usus besar untuk mengobati konstipasi dan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan pelayanan kefarmasian dari yang berorientasi pada produk menjadi berorientasi pada pasien (pharmaceutical care), peran farmasis dalam memberikan pelayanan obat yang tepat kepada pasien, serta peraturan pemerintah terkait pelaksanaan pharmaceutical care.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakodinamika, yaitu ilmu tentang kerja obat pada tempat kerjanya. Secara ringkas, dibahas tentang interaksi antara obat dengan reseptor, pembagian interaksi menjadi agonis dan antagonis, serta hubungan antara struktur kimia obat dengan kerja farmakologisnya.
Dokumen tersebut membahas tentang telaah kritis atau penilaian ilmiah terhadap penulisan ilmiah, termasuk menilai validitas dan kegunaan artikel atau jurnal ilmiah. Metode telaah kritis digunakan untuk mengevaluasi uji diagnostik dan hasil penelitian klinik sebelum diimplementasikan dalam praktik klinis.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi hepatitis. Hepatitis disebabkan oleh berbagai virus dan zat toksik yang dapat menyebabkan radang hati akut atau kronis. Pengobatan hepatitis meliputi imunomodulasi, antivirus, dan pencegahan melalui vaksinasi. Terapi spesifik dipilih berdasarkan jenis hepatitisnya.
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang semakin meningkat di Indonesia. Prevalensi obesitas dewasa Indonesia pada tahun 2013 mencapai 32,9% untuk wanita dan 19,7% untuk pria, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Obesitas disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan tubuh akibat gaya hidup yang kurang sehat seperti pola makan berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Diagnosis obesitas
Studi ini menemukan bahwa suplementasi zinc selama 4 bulan dapat menurunkan risiko pneumonia sebesar 28% dengan ARR 2,5%. Namun, rentang CI yang lebar membuat hasil ini kurang dapat digunakan sebagai dasar keputusan klinis. Suplementasi zinc dapat diterapkan pada pasien dan diharapkan mencegah pneumonia, sesuai harapan orang tua pasien.
Dokumen ini membahas pedoman penetapan Beyond Use Date (BUD) untuk berbagai bentuk sediaan farmasi, termasuk padat, semi padat, cair, dan racikan. BUD ditentukan berdasarkan informasi dari produsen, atau pedoman umum seperti 25% dari sisa masa penggunaan sebelum Expiry Date untuk sediaan semi padat dan racikan. Sediaan steril seperti tetes mata multidose hanya bertahan 28 hari setelah dibuka.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
3. Obat yang bekerja di GIT atas
Penurun sekresi asam
• Antagonis reseptor H2: cimetidin, ranitidin, famotidin
• Proton pump inhibitor: omeprazole, lansoprazole
Antasida:
• Na Bikarbonat, Mg hidroksida, Al hidroksida
Pelindung mukosa lambung:
• Sukralfat
• Misoprostol: melidungi ulkus yang diinduksi oleh NSAIDs
Antimuntah
• Metoklopramid, domperidon
4. Obat yang bekerja di GIT bawah
Laksatif
• Laksatif yang mengabsorbsi air dan melunakkan feses: Metilselulosa,
MgSO4
• Laksatif stimulan yang meningkatkan kadar air dan elektrolit di feses
serta meningkatkan motilitas: Bisacodyl
• Pelunak feses: parafin cair
Antidiare
• Antimotilitas: Loperamid
• Adsorben: attalpugite, karbon aktif
Terapi Crohn’s diseases
• Sulfasalazin
Inhibitor lipase
• Orlistat: antiobesitas
5. Antimikroba saluran cerna
Antibiotika yang bekerja pada ribosom
dengan menghambat sintesis protein
• Tetrasiklin dan doksisiklin
• Aminoglikosida: neomisin, gentamisin
• Kloramfenikol dan tiamfenikol
Antibiotika yang bekerja menghambat
sintesis DNA
• Sulfonamid, trimetoprim
6. Kasus 1
• Seorang perempuan berusia 30 tahun datang
ke dokter dengan keluhan diare. Diare dialami
pasien 6 jam setelah mengkonsumsi seafood.
Pasien mengeluh nyeri di ulu hati. Pada
pemeriksaan juga ditemukan urtikaria di
seluruh tubuh pasien. Dokter mendiagnosis
pasien dengan gastroenteritis akut karena
alergi.
• Apakah obat yang tepat untuk pasien?
7. Kasus 2
• Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke
dokter karena muntah-muntah. Muntah dialami
pasien sejak beberapa jam yang lalu. Selain
muntah pasien juga mengalami diare sejak
kemarin sehari bisa 10 kali. Riwayat demam
disangkal pasien. Pasien sejak seminggu yang lalu
diberhentikan dari pekerjaannya di salah satu
perusahaan swasta, sehingga saat ini tidak
memiliki pekerjaan.
• Apakah terapi yang tepat untuk pasien?