Ringkasan dokumen tersebut adalah:
EWS digunakan untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien di rumah sakit. EWS menilai beberapa parameter fisiologis seperti nadi, tekanan darah, dan kesadaran untuk mengukur keparahan kondisi pasien. Skor yang dihasilkan EWS menentukan frekuensi observasi dan tindakan medis yang diperlukan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
EWS digunakan untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien di rumah sakit. EWS menilai beberapa parameter fisiologis seperti nadi, tekanan darah, dan kesadaran untuk mengukur keparahan kondisi pasien. Skor yang dihasilkan EWS menentukan frekuensi observasi dan tindakan medis yang diperlukan.
EWS (Early Warning System) merupakan sistem peringatan dini untuk mendeteksi perburukan kondisi pasien sebelum terjadi kegawatan dengan memberikan skor berdasarkan pemeriksaan tanda vital pasien. EWS digunakan untuk memantau pasien rawat inap non-ICU agar dapat melakukan intervensi lebih dini berdasarkan skor yang didapatkan. Penerapan EWS diharapkan dapat mencegah terjadinya In-Hospital Cardiac Arrest pada pas
PARAMETER FISIOLOGI EWS dr. Ranjan.pptxHaerulAnwar40
EWS digunakan untuk mendeteksi dini perburukan kondisi pasien dengan memantau parameter fisiologis seperti laju nadi, tekanan darah, laju pernapasan, suhu, dan kesadaran. Sistem ini dikembangkan untuk mencegah kematian yang tidak perlu dengan memberikan peringatan dini dan respons cepat. EWS telah menjadi standar internasional untuk memantau kondisi pasien akut di rumah sakit.
Early Warning System Score (EWS) adalah sistem pemantauan dengan skoring fisiologis yang digunakan di rumah sakit untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien lebih awal dan mencegah terjadinya perburukan kondisi atau henti jantung. EWS menilai beberapa parameter pasien seperti nafas, tekanan darah, denyut jantung dan suhu untuk menentukan tindakan selanjutnya seperti observasi rutin, pemantauan intensif, at
Sistem peringatan dini rumah sakit (Hospital Early Warning System/EWS) merupakan pendekatan sistematis untuk menilai keparahan kondisi pasien berdasarkan parameter vital tertentu seperti nadi, pernapasan, saturasi oksigen, tekanan darah, suhu tubuh dan kesadaran guna memberikan peringatan dini akan memburuknya kondisi sebelum terjadi henti jantung atau napas, sehingga tindakan penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan t
EWSS dapat membantu mendeteksi penurunan kondisi pasien dengan mengukur parameter fisiologis standar. Sistem ini telah dimodifikasi untuk pandemi COVID-19 dengan menambahkan usia sebagai faktor risiko dan membagi pasien ke dalam kategori risiko berdasarkan skor. Contoh kasus menunjukkan pentingnya penilaian tanda vital rutin dalam mengenali kegawatan pasien.
EWS digunakan untuk mendeteksi dini pasien yang memburuk melalui pengukuran parameter fisiologis. Skor EWS ditentukan dari beberapa parameter dan mengindikasikan tingkat respons yang dibutuhkan, dari meningkatkan observasi hingga tim medis cepat. Tim medis cepat dilatih untuk mengidentifikasi gejala sebelum komplikasi serius dan memberikan tindakan penyelamatan dalam waktu 5 menit.
Dokumen tersebut membahas implementasi Early Warning Scoring System (EWSS) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien yang memburuk. EWSS menilai 7 parameter pasien dan memberi skor berdasarkan gejala yang ditunjukkan. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kondisi yang lebih kritis sehingga diperlukan tindakan yang lebih cepat dan intensif. Rumah sakit telah menerapkan EWSS berdasarkan ped
Penyusunan rancangan rekam medis elektronik (RME)Agus Mutamakin
Dokumen tersebut membahas penyusunan rancangan rekam medis elektronik di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Terdapat definisi, manfaat, struktur, konten, dan daftar form rekam medis prioritas yang akan dijadikan dasar pengembangan rekam medis elektronik.
EWS (Early Warning System) merupakan sistem peringatan dini untuk mendeteksi perburukan kondisi pasien sebelum terjadi kegawatan dengan memberikan skor berdasarkan pemeriksaan tanda vital pasien. EWS digunakan untuk memantau pasien rawat inap non-ICU agar dapat melakukan intervensi lebih dini berdasarkan skor yang didapatkan. Penerapan EWS diharapkan dapat mencegah terjadinya In-Hospital Cardiac Arrest pada pas
PARAMETER FISIOLOGI EWS dr. Ranjan.pptxHaerulAnwar40
EWS digunakan untuk mendeteksi dini perburukan kondisi pasien dengan memantau parameter fisiologis seperti laju nadi, tekanan darah, laju pernapasan, suhu, dan kesadaran. Sistem ini dikembangkan untuk mencegah kematian yang tidak perlu dengan memberikan peringatan dini dan respons cepat. EWS telah menjadi standar internasional untuk memantau kondisi pasien akut di rumah sakit.
Early Warning System Score (EWS) adalah sistem pemantauan dengan skoring fisiologis yang digunakan di rumah sakit untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien lebih awal dan mencegah terjadinya perburukan kondisi atau henti jantung. EWS menilai beberapa parameter pasien seperti nafas, tekanan darah, denyut jantung dan suhu untuk menentukan tindakan selanjutnya seperti observasi rutin, pemantauan intensif, at
Sistem peringatan dini rumah sakit (Hospital Early Warning System/EWS) merupakan pendekatan sistematis untuk menilai keparahan kondisi pasien berdasarkan parameter vital tertentu seperti nadi, pernapasan, saturasi oksigen, tekanan darah, suhu tubuh dan kesadaran guna memberikan peringatan dini akan memburuknya kondisi sebelum terjadi henti jantung atau napas, sehingga tindakan penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan t
EWSS dapat membantu mendeteksi penurunan kondisi pasien dengan mengukur parameter fisiologis standar. Sistem ini telah dimodifikasi untuk pandemi COVID-19 dengan menambahkan usia sebagai faktor risiko dan membagi pasien ke dalam kategori risiko berdasarkan skor. Contoh kasus menunjukkan pentingnya penilaian tanda vital rutin dalam mengenali kegawatan pasien.
EWS digunakan untuk mendeteksi dini pasien yang memburuk melalui pengukuran parameter fisiologis. Skor EWS ditentukan dari beberapa parameter dan mengindikasikan tingkat respons yang dibutuhkan, dari meningkatkan observasi hingga tim medis cepat. Tim medis cepat dilatih untuk mengidentifikasi gejala sebelum komplikasi serius dan memberikan tindakan penyelamatan dalam waktu 5 menit.
Dokumen tersebut membahas implementasi Early Warning Scoring System (EWSS) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien yang memburuk. EWSS menilai 7 parameter pasien dan memberi skor berdasarkan gejala yang ditunjukkan. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kondisi yang lebih kritis sehingga diperlukan tindakan yang lebih cepat dan intensif. Rumah sakit telah menerapkan EWSS berdasarkan ped
Penyusunan rancangan rekam medis elektronik (RME)Agus Mutamakin
Dokumen tersebut membahas penyusunan rancangan rekam medis elektronik di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Terdapat definisi, manfaat, struktur, konten, dan daftar form rekam medis prioritas yang akan dijadikan dasar pengembangan rekam medis elektronik.
Dokumen tersebut membahas tentang harapan terhadap lulusan perawat Indonesia agar dapat bersaing di tingkat internasional. Hal ini dipengaruhi oleh tuntutan masyarakat, kemajuan teknologi, globalisasi, dan pengembangan profesi keperawatan. Dokumen ini juga membahas tentang definisi profesi keperawatan, peluang kerja lokal dan internasional, tantangan yang dihadapi perawat Indonesia saat ini, serta kunci keberhasilan untuk mening
Dokumen tersebut merangkum manfaat puasa bagi kesehatan dari berbagai sumber seperti hadis, al-Quran, dan penelitian ilmiah. Puasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mengontrol kadar gula darah, menurunkan risiko penyakit, dan memberikan manfaat pada berbagai organ tubuh seperti pencernaan, kulit, jantung, dan otak.
Ringkasan dokumen tersebut adalah peran keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) dalam penanggulangan Covid-19 meliputi pendataan kesehatan warga, edukasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat untuk mencegah penularan, serta kerja sama antara masyarakat dan tenaga kesehatan.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan sumber daya manusia keperawatan selama pandemi Covid-19, mencakup pelatihan, persiapan sarana, penempatan tenaga keperawatan, dan evaluasi. Dokumen juga menjelaskan standar asuhan keperawatan Covid-19, indikator keperawatan, dan format dokumentasi yang terintegrasi.
Dokumen tersebut membahas sindroma koroner akut yang merupakan penyumbatan arteri koroner secara akut yang menyebabkan infark miokardium. Dokumen ini juga membahas faktor risiko, proses aterosklerosis, gejala klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan komplikasi dari sindroma koroner akut.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
7. Latar Belakang
Pasien dilaporkan tiba-tiba
apnea, cardiac arrest,
meninggal? Poor Monitoring
Identifikasi perburukan
pasien masih minim dan
bervariasi,
indikator prioritas?
Tindak lanjut hasil TTV kritis :
Critikal thinking?
Pelaporan? Dokumentasi ?
Observ. TTV tiap
shif, 12 jam ?
Morbiditas & Mortalitas
meningkat
8. Henti jantung merupakan salah satu penyebab
panggilan code blue di rumah sakit.
Henti jantung di rumah sakit biasanya didahului
oleh tanda-tanda yang dapat diamati, yang sering
muncul 6 s.d. 8 jam SEBELUM henti jantung
terjadi.
(Duncan & McMullan, 2012).
9. FAKTA
Banyak kematian di RS dapat diprediksi dan
potensial dapat dicegah
Perburukan kondisi klinis yang terjadi di
ruang rawat didahului dengan adanya
perburukan tanda-tanda fisiologi 6-24 jam
sebelumnya
dan perubahan yang paling sering adalah
perubahan tanda vital akan tetapi seringkali
terlewatkan, interpretasi kurang tepat atau
managemen yang kurang adekuat.
10. Perawat adalah orang pertama yang
mengenali perburukan kondisi pasien
dan siaga memberikan bantuan yg sesuai
(Adam & Osborne, 2005)
Lamanya respons yang diberikan staf
ruangan bervariasi, yang merupakan hal
yang tidak dapat diterima (Rich, 1999)
11. KEGAGALAN MENGATASI PERUBAHAN TANDA VITAL PASIEN DI
RUANGAN ??? KETERLAMBATAN PENANGANAN ???
Kegagalan mengenali urgensi kondisi klinis
Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam resusitasi
pasien kritis
supervisi yang tidak adekuat dari pembuat kebijakan di
RS ttg pelayanan pasien yang terjadi perburukan di ruang
perawatan
Mengenali kondisi/penyakit kronis Proses yg Kompleks
Disebabkan variabilitas patologis, fisiologis, psikologis
pasien
Hampir selalu perburukan klinis pasien ditandai dengan
perubahan tanda vital
13. Strategi:
1. Cegah Terjadinya Cardiac Arrest:
◦Deteksi Perburukan kondisi pasien
◦Tangani perburukan sebelum henti jantung
terjadi
2. Jika Terjadi Cardiac Arrest lakukan High Quality
CPR
14. Beberapa pasien
memperlihatkan tanda-
tanda & gejala kerusakan
klinis yang tidak ditangani
sebelum serangan jantung
(Duncan & McMullan, 2012)
Pasien kritis memiliki
morbiditas & mortalitas
yang tinggi (Gwinnutt, 2006)
Sebelum mengalami henti
nafas, pasien rawat inap
sering menunjukan tanda
vital yang abnormal
(Goldhill, Mc Narry, Mandersloot &
McGinley, 2005).
CRITICAL REVIEW
15. CRITICAL REVIEW
The Critical Care Stakeholder Forum (2005)
mengidentifikasi masalah utama penyebab
keterlambatan dalam identifikasi dan rujukan:
Kurangnya observasi dan supervisi di ruang
rawat
Kurang pengetahuan tentang penyakit kritis
Kegagalan menilai kedaruratan klinis,
keterampilan dan pengetahuan yang tidak
memadai
Standar dokumentasi yang rendah
16. ▪ Setiap rumah sakit memiliki
kebijakan yang berbeda dalam
pengawasan dan monitoring kondisi
pasien.
▪ Ada kebijakan berdasarkan
frekwensi shif, jenis ruang perawatan
atau Standar Prosedur Operasional
RS tersebut
17. 1.RS mengembangkan dan menerapkan proses yang
sistematis agar staf dapat mengenali dan berespons
thd perburukan kondisi.
2.RS mengembangkan dan menerapkan metoda
pendokumentasian criteria tanda awal perburukan
kondisi pasien dan kapan harus mencari bantuan lanjut
3.Berdasarkan kriteria yg telah dibuat oleh RS, perawat
harus melakukan tindakan tertentu sesuai dng kondisi
pasien.
4.RS harus menginformasikan kepada pasien dan
keluarga bagaimana mereka mencari bantuan pada
saat terjadi perburukan kondisi pasien.
18. COP.3.1 – Deteksi Dini Perburukan Kondisi Pasien
Perawat harus dilatih untuk dapat mengenali dan
berespon terhadap perubahan kondisi pasien
RS mengembangkan pendekatan sistematis prosedur
deteksi dini perburukan kondisi pasien
menggambarkan tanda peringatan dini perburukan
kondisi pasien
Berdasarkan kriteria tsb, perawat harus dpt mencari
bantuan awal terhadap perburukan kondisi pasien
Pasien dan keluarga harus di informasikan bagaimana
mencari bantuan ketika terjadi perburukan kondisi
Standar Akreditasi International
JCI Edisi 5 (New Standard)
19. Mengapa EWS?
Pengawasan terhadap tanda
tanda klinis tertentu dapat
membantu mengurangi
kemungkinan cardiac arrest
(Leary dan Ridley, 2003)
Mengenali ciri-ciri dengan
cepat dan penatalaksanaan
dini yg sesuai pada pasien
beresiko kritis dpt membantu
mencegah perburukan lebih
lanjut & memaksimalkan
peluang untuk sembuh (Grinutt,
2006)
Scoring Peringatan dini (early
warning scored) dapat
digunakan untuk
pengambilan keputusan klinis
20. Pendekatan proaktif dapat
menghindari kebutuhan perawatan
di unit perawatan kritis (ICU),
mengurangi mortalitas & morbiditas
(McQuillan et al, 1998, McGloin et al,
1999,Young et al, 2003)
Mengurangi angka kematian di ICU
dan menurunkan re-admissions
pasien (Endacott et al, 2009)
Peningkatan komunikasi,
pengetahuan, keterampilan dan
kepercayaan diri perawat dalam
melakukan keperawatan kritis
(Endacott et al, 2009)
Mengapa EWS?
21. Andrew dan Waterman (2001)
menyatakan bahwa EWS dapat
digunakan sebagai alat untuk
mengatasi masalah klinis pasien dan
hambatan dalam berkomunikasi,
karena tools ini memberikan
perawat kesempatan untuk
mempresentasikan dan bertindak
sesuai dengan kondisi pasien.
22. E
W
S
Early Warning Score (EWS)
Adalah sebuah pendekatan sistematis yang
menggunakan skoring fisiologis untuk
mengidentifikasi perubahan kondisi seseorang
sekaligus menentukan langkah selanjutnya yang
harus dikerjakan (NHS, 2012)
What ?
23. Adalah edisi terbaru sistem skoring yang
menggunakan Enam Parameter Fisiologis yaitu :
Tekanan darah sistolik, Pernafasan, Nadi, Suhu
tubuh, Saturasi oksigen, dan status kesadaran
untuk mendeteksi terjadinya perburukan/
kegawatan kondisi pasien
24. Be aware
▪ Be aware that NEWS is designed for use in
adults ages 16 years and above. NEWS is
not recommended for use in children or
during pregnancy
▪ Baseline physiological parameters differ in
children and in pregnancy where the
magnitude and character of the physiological
response to acute illness also differ
Who ?
25. Why ?
Vital Signs
Tanda – tanda klinis
perburukan kondisi biasanya
serupa apapun penyakit yang
mendasarinya,
mencerminkan gangguan
pada fungsi pernafasan,
kardiovaskuler dan neurologis
(Nolan et al, 2005)
26. Six physiological parameters
included in the NEWS
Respiratory rate
Oxygen saturations
Temperature
Systolic blood pressure
Pulse rate
Level of consciousness
27. EWSS
Dikembangkan sebagai alat yang memungkinkan
staf diruang perawatan untuk menggabungkan
observasi reguler utk menghasilkan skor fisiologi
total (Sharpley & Holden, 2004)
Perburukan fisiologis yang umum terjadi pada
pasien kritis, dapat terdeteksi dengan observasi
ruangan yang sederhana (Goldhill, 2001)
28. Benefit
Simple scoring system / sederhana
Praktis digunakan
Meningkatkan hubungan kolaborasi
Reliable meski dalam pengamatan berbeda
Dapat diulang antar pengamatan yg berbeda
Dapat diterapkan pada tim multiprofesional
Membutuhkan staf terlatih yang minimal
30. E
W
S
S
Metoda Early Warning Score System
EWSS melengkapi sistem Tim Medik Reaksi Cepat
(Rapid Response Team) dalam menangani kondisi
kegawatan pada pasien atau biasa kita kenal dengan
istilah code blue
31. BAGAIMANA MENGGUNAKAN EWSS ?
EWSS dapat digunakan pada pasien
anak ataupun dewasa dengan
parameter yang berbeda.
32. Alur EWSS
Cek dan Catat Parameter
Fisiologis
Lakukan Skoring dengan EWS
Jumlahkan semua Skor dan Catat
Kategori EWS
LakukanTatalaksana sesuai
Algoritme
33. C
E
K
&
C
A
T
A
T
1. Pada pasien dewasa parameter
fisiologis yang dinilai :
Frekuensi Nadi;
Tekanan Darah Sistolik;
Laju Pernapasan;
Tingkat Kesadaran,
Suhu Tubuh
saturasi O2.
2.Pada pasien anak parameter fisiologis
yang dinilai :
Respons Perilaku
Status Kardiovaskular
Status Pernapasan
38. NEWSS Pasien Anak
0 1 2 3
Perilaku Sesuai Cenderung murung/
diam
Sensitif Letargik/ Bingung/
Penurunan respon
terhadap nyeri
Kardio
vaskular
Pink atau
CRT 1-2 detik
Pucat atau CRT 3
detik
Tekanan darah
sistolik 10 mmHg di
atas atau di bawah
nilai normal
Abu abu/ Biru
CRT 4 detik
Takikardia: Nadi
lebih tinggi/rendah
10 kali/menit
Abu abu/ Biru, mottled
atau CRT>5 atau Taki
Kardi, Nadi lebih tinggi
atau lebih rendah 30
kali/menit
Respirasi Normal tidak
ada retraksi
RR >10 di atas
normal,
menggunakan otot
otot aksesoris
pernapasan
RR>20 di atas
normal, terdapat
retraksi dada
5 di bawah normal
dengan retraksi dan atau
grunting (mendengkur)
Nilai normalsesuai Usia
Usia Frekuensi Nadi Tekanan Darah Frekuensi
(x/menit) Sistolik (mmHg) Napas (x/menit)
0-3 bulan 100 -180 50 60
4-12 bulan 100 - 180 60 50
1-4 tahun 90 - 160 70 40
5-12 tahun 80 - 140 80 30
>12 tahun 60 - 130 90 30
Hijau Kuning Orange Merah
0-2 3 4 > 5
44. J
U
M
L
A
H
K
A
N
1. Jumlahkan skor dari seluruh parameter
2. Berikan kode warna di lembar
observasi sesuai dengan parameter
dalam EWSS
3. Jika hasil pengukuran tanda vital
berada pada area yang berwarna,
maka HITUNG skor EWSS dan
melakukan tata laksana sesuai
algoritme
4. Penandaan area berwarna di grafik
tanda vital bertujuan untuk
memudahkan perawat menentukan
waktu melakukan skoring EWSS
BERIKUTNYA
45. A
L
G
O
R
I
T
M
E
(Duncan & McMullan, 2012)
HIJAU
• Pasien dalam kondisi stabil
KUNING
• Pengkajian ulang dilakukan oleh PP/ PJ Shift. Jika
skor akurat, PP harus menentukan tindakan thd
kondisi pasien dan pengkajian ulang dilakukan
tiap 2 jam. Pastikan kondisi pasien tercatat di
catatan perkembangan pasien
ORANGE
• Pengkajian ulang harus dilakukan oleh PP/ PJ
Shift dan diketahui oleh dokter jaga Kemudian
harus melaporkan ke DPJP dan memberikan
instruksi tatalaksana pada pasien tersebut.
Perawat harus memonitor tanda vital setiap
jam
MERAH
• Aktifkan code blue,TIM melakukan tata laksana
kegawatan pada pasien, dokter jaga dan ATAU
DPJP diharuskan hadir disamping pasien dan
berkolaborasi untuk menentukan rencana
perawatan pasien selanjutnya. Perawat pelaksana
harus memonitor tanda vital setiap jam
46. Implementasi EWSS
Penerapan EWSS sangat terkait erat dengan peran
perawat dalam melakukan observasi harian tanda
tanda vital
Sistem kriteria panggilan didasarkan pd observasi
rutin, yg mengaktifkan suatu respons ketika tercapai
nilai fisiologis yg ekstrim (Lee et al, 1995, Goldhill et
al, 1999)
47. Best Practice EWS
▪ Skor EWS harus menggambarkan perubahan yg
tdk terlihat pada suatu kondisi
▪ Bagan EWS harus mudah diikuti & desain tdk
rancu
▪ Penerapan hrs direncanakan & dikoordinasikan
▪ Lakukan audit EWS pd insiden tertentu bila
kriteria pemanggilan tdk dilakukan
▪ Hrs terdapat pendidikan berkelanjutan bagi
staf