Dokumen tersebut membahas tentang kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS), dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Dokumen tersebut menjelaskan definisi dari masing-masing konsep, perbedaan antara EQ dan IQ, serta contoh-contoh keterampilan LOTS dan HOTS.
Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence ) merupakan konsep baru yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul “Emotional Intelligence”.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai teori tentang kecerdasan, mulai dari kecerdasan tunggal menurut Herrnstein dan Murray hingga kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner.
2. Ada pendapat bahwa kecerdasan dipengaruhi genetik orang tua, namun ada pula pendapat bahwa kecerdasan dapat dikembangkan.
3. Teori kecerdasan majemuk menurut Gardner memberikan pandangan
Teks tersebut membahas tiga jenis kecerdasan yaitu IQ (Intelligence Quotient/Kecerdasan Intelektual), EQ (Emotional Quotient/Kecerdasan Emosi), dan SQ (Spiritual Quotient/Kecerdasan Spiritual). IQ berkaitan dengan kemampuan kognitif seperti logika dan penyelesaian masalah, EQ berkaitan dengan kemampuan mengendalikan emosi dan hubungan antarpersonal, sedangkan SQ berkaitan dengan nilai-nilai
Artikel ini membahas hubungan antara kecerdasan dominan siswa dengan strategi pembelajaran. Kecerdasan dominan adalah kecerdasan tertinggi yang dimiliki siswa. Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan kecerdasan dominan masing-masing siswa agar siswa dapat berkembang secara optimal. Guru perlu menggunakan berbagai strategi untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa.
Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence ) merupakan konsep baru yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul “Emotional Intelligence”.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai teori tentang kecerdasan, mulai dari kecerdasan tunggal menurut Herrnstein dan Murray hingga kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner.
2. Ada pendapat bahwa kecerdasan dipengaruhi genetik orang tua, namun ada pula pendapat bahwa kecerdasan dapat dikembangkan.
3. Teori kecerdasan majemuk menurut Gardner memberikan pandangan
Teks tersebut membahas tiga jenis kecerdasan yaitu IQ (Intelligence Quotient/Kecerdasan Intelektual), EQ (Emotional Quotient/Kecerdasan Emosi), dan SQ (Spiritual Quotient/Kecerdasan Spiritual). IQ berkaitan dengan kemampuan kognitif seperti logika dan penyelesaian masalah, EQ berkaitan dengan kemampuan mengendalikan emosi dan hubungan antarpersonal, sedangkan SQ berkaitan dengan nilai-nilai
Artikel ini membahas hubungan antara kecerdasan dominan siswa dengan strategi pembelajaran. Kecerdasan dominan adalah kecerdasan tertinggi yang dimiliki siswa. Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan kecerdasan dominan masing-masing siswa agar siswa dapat berkembang secara optimal. Guru perlu menggunakan berbagai strategi untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa.
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARANTika Nafisah
Materi ini diperuntukan untuk mahasiswa yang sedang berada di semester I. Maka dari itu saya membagi ini kepada semu yang membutuhkan. semoga bermanfaat.
Bab 2 teori kecerdasan emosi dan kejayaanMazmon Mahmud
Dokumen tersebut membahas tentang teori kecerdasan kejayaan menurut Robert Sternberg. Teori ini mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan seseorang dalam mencapai tujuan hidup melalui tiga aspek yaitu analitikal, kreatif, dan praktikal. Teori ini menekankan pentingnya keseimbangan ketiga aspek tersebut dalam mencapai keberhasilan.
Bab 2 teori kecerdasan emosi dan kejayaanMazmon Mahmud
Teori Kecerdasan Kejayaan menurut Sternberg terdiri daripada 3 aspek utama iaitu kecerdasan analitikal, kreatif dan praktikal. Kecerdasan ini menilai keupayaan seseorang dalam mencapai matlamat hidup dengan mengenal pasti kekuatan dan menyesuaikan diri terhadap persekitaran.
Kelompok 2kecerdasan ganda dan optimalisasi fungsi otakMitha Ye Es
Dokumen tersebut membahas tentang kecerdasan ganda dan optimalisasi fungsi otak. Teori kecerdasan ganda menyatakan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, bukan hanya satu, yang terdiri dari 10 jenis kecerdasan. Fungsi otak kiri dan kanan juga dibahas untuk pengoptimalisasian masing-masing fungsi melalui metode tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan dijelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas membuat slide pengantar filsafat ilmu. Terdapat definisi sarana berpikir ilmiah, fungsi sarana berpikir ilmiah, dan peranan bahasa, matematika, dan statistika dalam berfikir ilmiah.
1. Dokumen tersebut membahas tentang model-model pembelajaran dan konsep-konsep terkaitnya. Termasuk model pemrosesan informasi yang terdiri atas sensory register, memori kerja dan memori jangka panjang.
2. Jenis-jenis konsep dibedakan menjadi konsep konjungtif, disjungtif, relasional, deskriptif, valuatif, dan campuran antara deskriptif dan valuatif.
3. Konsep-konsep berguna untuk melakukan efisiensi dan efe
Makalah ini membahas tentang kemampuan berpikir kritis matematis. Terdapat pengertian berpikir kritis, pentingnya kemampuan berpikir kritis matematis, dan beberapa definisi berpikir kritis menurut para ahli. Kemampuan berpikir kritis dipandang penting karena diperlukan untuk menghadapi perubahan zaman dan pemecahan masalah.
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )zahra chairani
Teks tersebut membahas tentang pentingnya mengembangkan kecerdasan dan kreativitas siswa melalui pemecahan masalah matematika. Metode pemecahan masalah matematika dapat melatih berpikir kritis, logis, dan kreatif siswa sesuai tujuan kurikulum, serta memberikan kontribusi pada pembentukan karakter. Model pemecahan masalah yang disarankan adalah model Polya yang terdiri atas empat langkah.
Makalah ini membahas berpikir reflektif siswa SD berkemampuan matematika tinggi dalam pemecahan masalah pecahan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan soal pemecahan masalah untuk mengungkap berpikir reflektif siswa subjek dalam empat tahapan pemecahan masalah matematika. Hasilnya menunjukkan berpikir reflektif siswa subjek yaitu menjelaskan identifikasi fakta, menyadari kes
Buku sebagai Penunjang Siswa dalam Menemukan Konsep MatriksAisyah Turidho
Buku ini menganalisis penyampaian materi konsep matriks pada buku Matematika Kelas X Kemendikbud 2013. Analisis ini bertujuan mengetahui apakah pemaparan materi dan kegiatan pada buku tersebut dapat membantu siswa memahami konsep matriks. Teori perkembangan kognitif remaja dan zona perkembangan proksimal Vygotsky digunakan sebagai landasan. Konsep matriks dijelaskan lewat contoh-contoh kehidupan se
Lembar Kerja Belajar Mandiri ini membahas empat topik utama yaitu konsep dasar ilmu pendidikan, karakteristik peserta didik, teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran, serta kurikulum pendidikan di Indonesia. Topik-topik ini mencakup definisi istilah kunci, teori-teori belajar, karakteristik anak usia sekolah, dan komponen-komponen kurikulum pendidikan nasional. Lembar kerja ini bertujuan memahami
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran siswa menengah atas.
2. Berpikir kritis adalah metode berpikir yang digunakan untuk mengevaluasi dan merevisi pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kolaboratif dapat melatih keterampilan berpikir kritis mereka
Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence ) merupakan konsep baru yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul “Emotional Intelligence”
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARANTika Nafisah
Materi ini diperuntukan untuk mahasiswa yang sedang berada di semester I. Maka dari itu saya membagi ini kepada semu yang membutuhkan. semoga bermanfaat.
Bab 2 teori kecerdasan emosi dan kejayaanMazmon Mahmud
Dokumen tersebut membahas tentang teori kecerdasan kejayaan menurut Robert Sternberg. Teori ini mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan seseorang dalam mencapai tujuan hidup melalui tiga aspek yaitu analitikal, kreatif, dan praktikal. Teori ini menekankan pentingnya keseimbangan ketiga aspek tersebut dalam mencapai keberhasilan.
Bab 2 teori kecerdasan emosi dan kejayaanMazmon Mahmud
Teori Kecerdasan Kejayaan menurut Sternberg terdiri daripada 3 aspek utama iaitu kecerdasan analitikal, kreatif dan praktikal. Kecerdasan ini menilai keupayaan seseorang dalam mencapai matlamat hidup dengan mengenal pasti kekuatan dan menyesuaikan diri terhadap persekitaran.
Kelompok 2kecerdasan ganda dan optimalisasi fungsi otakMitha Ye Es
Dokumen tersebut membahas tentang kecerdasan ganda dan optimalisasi fungsi otak. Teori kecerdasan ganda menyatakan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, bukan hanya satu, yang terdiri dari 10 jenis kecerdasan. Fungsi otak kiri dan kanan juga dibahas untuk pengoptimalisasian masing-masing fungsi melalui metode tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan dijelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas membuat slide pengantar filsafat ilmu. Terdapat definisi sarana berpikir ilmiah, fungsi sarana berpikir ilmiah, dan peranan bahasa, matematika, dan statistika dalam berfikir ilmiah.
1. Dokumen tersebut membahas tentang model-model pembelajaran dan konsep-konsep terkaitnya. Termasuk model pemrosesan informasi yang terdiri atas sensory register, memori kerja dan memori jangka panjang.
2. Jenis-jenis konsep dibedakan menjadi konsep konjungtif, disjungtif, relasional, deskriptif, valuatif, dan campuran antara deskriptif dan valuatif.
3. Konsep-konsep berguna untuk melakukan efisiensi dan efe
Makalah ini membahas tentang kemampuan berpikir kritis matematis. Terdapat pengertian berpikir kritis, pentingnya kemampuan berpikir kritis matematis, dan beberapa definisi berpikir kritis menurut para ahli. Kemampuan berpikir kritis dipandang penting karena diperlukan untuk menghadapi perubahan zaman dan pemecahan masalah.
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )zahra chairani
Teks tersebut membahas tentang pentingnya mengembangkan kecerdasan dan kreativitas siswa melalui pemecahan masalah matematika. Metode pemecahan masalah matematika dapat melatih berpikir kritis, logis, dan kreatif siswa sesuai tujuan kurikulum, serta memberikan kontribusi pada pembentukan karakter. Model pemecahan masalah yang disarankan adalah model Polya yang terdiri atas empat langkah.
Makalah ini membahas berpikir reflektif siswa SD berkemampuan matematika tinggi dalam pemecahan masalah pecahan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan soal pemecahan masalah untuk mengungkap berpikir reflektif siswa subjek dalam empat tahapan pemecahan masalah matematika. Hasilnya menunjukkan berpikir reflektif siswa subjek yaitu menjelaskan identifikasi fakta, menyadari kes
Buku sebagai Penunjang Siswa dalam Menemukan Konsep MatriksAisyah Turidho
Buku ini menganalisis penyampaian materi konsep matriks pada buku Matematika Kelas X Kemendikbud 2013. Analisis ini bertujuan mengetahui apakah pemaparan materi dan kegiatan pada buku tersebut dapat membantu siswa memahami konsep matriks. Teori perkembangan kognitif remaja dan zona perkembangan proksimal Vygotsky digunakan sebagai landasan. Konsep matriks dijelaskan lewat contoh-contoh kehidupan se
Lembar Kerja Belajar Mandiri ini membahas empat topik utama yaitu konsep dasar ilmu pendidikan, karakteristik peserta didik, teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran, serta kurikulum pendidikan di Indonesia. Topik-topik ini mencakup definisi istilah kunci, teori-teori belajar, karakteristik anak usia sekolah, dan komponen-komponen kurikulum pendidikan nasional. Lembar kerja ini bertujuan memahami
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran siswa menengah atas.
2. Berpikir kritis adalah metode berpikir yang digunakan untuk mengevaluasi dan merevisi pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kolaboratif dapat melatih keterampilan berpikir kritis mereka
Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence ) merupakan konsep baru yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul “Emotional Intelligence”
Secara umum logika fuzzy sugeno adalah suatu logika yang digunakan untuk menghasilkan keputusan tunggal/crisp saat defuzzyfikasi, penggunaannya tergantung dari domain masalah yang terjadi
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdfHendroGunawan8
Anger management adalah belajar mengenali tanda-tanda pada diri saat marah dan mengambil tindakan yang “sehat” dalam meluapkan kemarahan.
Secara sederhana, dapat diartikan bahwa anger management adalah mengendalikan rasa marah, bukan mencegah atau menahan rasa marah.
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdfHendroGunawan8
Anger Management adalah suatu kemampuan atau teknik untuk melakukan tindakan mengatur pikiran, perasaan, nafsu amarah dengan cara yang tepat dan posistif serta dapat diterima di lingkungan, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri dan orang lain.
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdfHendroGunawan8
Cisco Unified Communications (UC) adalah sistem komunikasi berbasis IP yang mengintegrasikan produk dan aplikasi suara, video, data, dan mobilitas. Ini memungkinkan komunikasi yang lebih efektif dan aman dan dapat mengubah cara kita berkomunikasi
Di dalam pengolahan citra, sebuah citra sering dilakukan proses penapisan (image filtering) untuk memperoleh citra sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdfHendroGunawan8
Metode Fuzzy Mamdani merupakan salah satu bagian dari Fuzzy Inference System yang berguna untuk penarikan kesimpulan atau suatu keputusan terbaik dalam permasalahan yang tidak pasti
Mindfulness adalah sikap berkesadaran penuh akan peristiwa yang sedang dijalani saat ini, dengan penuh perhatian, memiliki tujuan yang jelas, dan tanpa menghakimi.
Logika Fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasi pikiran manusia ke dalam suatu sistem. Banyak alasan mengapa penggunaan logika Fuzzy ini sering dipergunakan antara lain, konsep logika Fuzzy yang mirip dengan konsep berpikir manusia. Sistem Fuzzy dapat merepresentasikan pengetahuan manusia ke dalam bentuk matematis dengan lebih menyerupai cara berpikir manusia ke dalam bentuk matematis. Selain itu, informasi berupa pengetahuan dan pengalaman mempunyai peranan penting dalam mengenali perilaku sistem di dunia nyata.
1. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
1
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2022/2023
Mata Kuliah : Estetika Humanisme
Kelas : IT05
Prodi : PJJ Informatika
Nama Mahasiswa : Hendro Gunawan
NIM : 200401072103
Dosen : Thomas Bambang Pamungkas S.Sos., M.Ikom
Emotional Inteligence
Gambar 1. Emotional Intelligence
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan emosional (emotional Intelligence ) merupakan konsep baru yang
dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul “Emotional
Intelligence”. Ia mengambil konsep kecerdasan emosional dari psikolog Peter Salovey dari
havard University dan John Mayer dari Universitas of New Hampshire.
Kecerdasan emosional merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh individu dan
bisa berkembang jika dilakukan beberapa latihan yang sifatnya terus menerus. Kecerdasan
ini akan memberikan motivasi pada individu untuk menjadikan orang lain dapat dipengaruhi
oleh perilakunya. Kecerdasan emosional memberikan andil yang cukup berarti dalam mebina
moralitas peserta didik, karena individu yang memiliki kecerdasan emosional akan sangat
peka dengan keadaan sekitar.
Kecerdasan emosional atau emotional inteligence merujuk kepada kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
2. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
2
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
Keterampilan dasar kecerdasan emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi
membutuhkan proses dalam mempelajarinya, dan lingkungan yang membentuk kecerdasan
emosional tersebut besar pengaruhnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran, yakni: (1) Menyediakan
lingkungan yang kondusif; (2) Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis; (3)
Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan perta didik: (4)
Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya; (5)
Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial,
maupun emosional; (6) Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan
menghindari respon negatif; (7) Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin
dalam pembelajaran; dan (8) Memberi kebebasan berpikir kreatif serta partisipasi secara aktif.
Inti dari kecerdasan emosional yang selama ini diperkenalkan oleh kemampuan kita dalam
membangun emosi secara baik dalam hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain. Salah
satu ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah empati. Empati adalah
kemampuan untuk memahami perasaan orang lain atau kemampuan untuk merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka, beberapa masalah
yang dapat penulis rumuskan dan akan di bahas dalam laporan ini adalah:
1. Apa itu EQ?
2. Apa itu IQ?
3. Apa perbedaan EQ dan IQ?
4. Apa itu LOTS (Lower Order Thinking Skills)?
5. Apa itu HOTS (Higher Order Thinking Skills)?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar kita dapat mengetahui EQ (Emotional Quotient).
2. Agar kita dapat mengetahui IQ (Intelligence Quotient).
3. Agar kita dapat mengetahui perbedaan antara EQ dan IQ.
4. Agar kita dapat mengetahui tentang LOTS (Lower Order Thinking Skills).
5. Agar kita dapat mengetahui tentang HOTS (Higher Order Thinking Skills).
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam dalam menyusun makalah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber buku dan browsing di internet.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri dari hal-hal yang saling berkaitan antara BAB I
sampai dengan BAB IV yang memuat beberapa isi sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
3. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
3
Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Membahas tentang pengertian EQ (Emotional Quotient), pengertian IQ (Intelligence
Quotient), pengertian LOTS(Lower Order Thinking Skills), pengertian HOTS(Higher Order
Thinking Skills).
BAB III Analisa Masalah
Membahas tentang pengertian EQ, IQ, LOTS, dan HOTS.
BAB IV Penutup
Membahas tentang kesimpulan, saran, dan daftar pustaka.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian EQ (Emotional Quotient)
Gambar 2. Lima Domain pada Kecerdasan Emosi
• Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
• Menurut Cherniss (2001), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk melihat dan
mengekspresikan emosi, mengasimilasi emosi dalam pikiran, memahami dan menalar
dengan emosi, dan mengatur emosi dalam diri dan orang lain.
• Menurut Uno (2006), kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi,
dan kacakapan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami
perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
membantu perkembangan emosi dan intelektual.
• Menurut Ginanjar (2001), kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kemampuan emosi sebagai sumber
energi dan pengaruh yang manusiawi.
4. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
4
• Menurut Shapiro (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan
emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk
membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk
merefleksikan emosi secara teratur seperti mengendalikan emosi dan perkembangan
intelektual.
B. Pengertian IQ (Intelligence Quotient)
• Menurut Howard Gardner, seorang psikolog handal dari Havard University, kecerdasan
intelektual terbagi menjadi delapan bagian besar, yakni: (1) Kecerdasan Linguistik; (2)
Kecerdasan Logika; (3) Kecerdasan Spasial; (4) Kecerdasan Kinetik; (5) Kecerdasan
Musikal; (6) Kecerdasan Interpersonal; (7) Kecerdasan Intrapersonal, dan (8) Kecerdasan
Naturalis. Melalui pembagian ini, Gardner menjelaskan bahwa, kecerdasan intelektual
(manusia) bukanlah sekedar konsep tunggal atau sesuatu yang bersifat umum, tapi
merupakan gabungan-gabungan kemampuan spesifik dari kemampuan otak yang saling
berkaitan sehingga memperkuat tingkat kecerdasan seseorang.
• Menurut William Stern, kemampuan intelektual adalah kesanggupan seseorang untuk
menyesuaikan diri pada hal-hal baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut
tujuan yang ingin dicapai. Kemampuan intelektual juga merujuk pada kapabilitas
seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara bermakna dan dapat
berinteraksi secara efisien dengan lingkungannya.
C. Pengertian LOTS (Lower Order Thinking Skills)
• Menurut para ahli, kemampuan berpikir manusia tingkat rendah (LOTS) adalah
keterampilan berpikir yang biasanya hanya memerlukan kemampuan mengingat,
memahami, dan mengaplikasikan. Tingkat rendah (LOTS) ini hanya berfokus “apa”,
“Siapa”, dan “Kapan”.
D. Pengertian HOTS (Higher Order Thinking Skills)
• Menurut Gunawan (2003), HOTS adalah Higher Order Thinking Skills merupakan proses
berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide
dengan cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya,
ketika siswa menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, melakukan
generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada
suatu kesimpulan.
• Anderson dan Karthwohl, dalam tulisan Hamidah, tahun 2018 halaman 62
mengemukakan pendapat Anderson dan Kartwohl yaitu indikator untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis, mengevaluasi dan
menciptakan.
• Rofiah, Amanah, dan Sunarno (2018:2), HOTS adalah sebuah kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan dan pengalaman seseorang untuk memecahkan masalah
ketika menghadapi situasi baru. Kemampuan ini tergolong tingkat tinggi karena harus
mampu mengonfrontasikan, memanipulasi, dan memodifikasi pengetahuan secara kritis
dan kreatif.
5. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
5
• Pol dalam Lewy (2009): HOTS adalah kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS)
yang melibatkan cara berpikir analisis, evaluasi, dan kreasi merupakan bagian dasar dari
komponen taksonomi bloom. Alasannya adalah karena terdapat beberapa jenis
pembelajaran yang membutuhkan kemampuan kognitif lebih tinggi dan memberikan
manfaat yang lebih umum.
• Thomas dan Thorne, pendapat Thomas dan Thorne dalam buku karangan Nugroho tahun
2018 halaman 16 menjelaskan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah cara cara
berpikir yang lebih tinggi daripada menghafal fakta, menyajikannya, atau menerapkan
aturan, rumus, dan prosedur. Oleh karena itu cara berpikir dalam HOTS tidak hanya
menghafal, tetapi juga analitis.
• Brookhart dan Nitko (2011), Brookhart merupakan tokoh pertama sekali yang
mengemukakan HOTS. Beliau mendefinisikan model HOTS sebagai metode mentransfer
pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. HOTS bukan hanya tentang model
soal, namun juga model pembelajaran yang mencakup keterampilan berpikir. Sedangkan
HOTS sebagai model penilaian akan mengharuskan siswa untuk tidak terbiasa dengan
tugas dan pertanyaan yang guru berikan.
• Menurut Ernawati (2007), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS) adalah cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja,
namun juga memahami makna hakikat dari yang terkandung. Seperti untuk mampu
memaknai cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga
menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif yang produktif.
• Menurut Rosnawati (2013), kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika
seseorang mengaitkan informasi yang baru din terima dengan informasi yang sudah
tersimpan di dalam ingatannya. Kemudian menghubung-hubungkannya dan/atau menata
ulang serta mengembangkan informasi tersebut. Sehingga tercapai suatu tujuan ataupun
suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit mencari solusi.
• The Australian Council for Educational Research (ACER), Higher Order Thinking Skills
atau yang dikenal dengan HOTS adalah proses menganalisis, merefleksi, memberikan
argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan mencipta.
Dengan demikian, berpikir tingkat tinggi yang sesuai dengan taksonomi bloom adalah
kemampuan melibatkan proses menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
• Devi (2013), HOTS adalah kemampuan yang dapat siswa gunakan untuk memecahkan
masalah melalui kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
BAB III
ANALISA MASALAH
A. Apa Itu EQ (Emotional Quotient)?
6. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
6
Gambar 3. Saling Ketergantungan Satu Sama Lain
Kecerdasan emosional (bahasa Inggris:emotional Quotient, disingkat EQ) adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengotrol emosi dirinya
dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi
akan suatu hubungan. Sedangkan kecerdasan mengacu pada kapasitas untuk memberikan
alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai
tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Satu studi menemukan bahwa
kecerdasan emosional dua kali lebih penting. Dalam buku Daniel Goleman “Kecerdasan
Emosional” dijelaskan bahwa kecerdasan emosional bertanggung jawab atas keberhasilan
sebesar 80%, dan 20% ditentukan oleh AQ.
Gambar 4. Developing Influence Trough Emotional Inteligence
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional
seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan
terhadap emosi orang lain, mapu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri. Selain itu,
seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik, lebih mudah dipercaya, bisa
beradaptasi dengan baik, bisa bergaul dan bekerja sama dalam tim, memiliki rasa tahu yang
tinggi, serta memiliki motifasi yang tinggi.
7. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
7
1. Sejarah
Konsep mengenai kekuatan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Abraham Maslow
pada tahun 1950-an. Istilah “kecerdasan emosional” kemudian muncul pertama kali dalam
makalah tahun 1964 oleh Michael Beldoch dan makalah tahun 1966 oleh B. Leuner berjudul
Emotional intelligence and emancipation yang muncul pada jurnal psikoterapi yang bernama
Practice of child psychology and child psychiatry. Pada tahun 1983, Howard Garner dalam
bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences
memperkenalkan sebuah gagasan bahwa jenis kecerdasan yang umum digunakan IQ, gagal
dalam menjelaskan keseluruhan kemampuan kognitif. Dia kemudian memperkenalkan
gagasan kecerdasan ganda yang mencakup kecerdasan interpersonal (kapasitas untuk
memahami niat, motivasi dan keinginan orang lain) dan kecerdasan intrapersonal (kapasitas
untuk memahami diri sendiri, untuk menghargai perasaan ketakutan, dan motivasi
seseorang).
Penggunaan istilah “EQ”(Emotional Quotient) atau kecerdasan sosial yang ada pada karya
cetak yang tersebar secar publik baru pertama kali ada pada tahun 1987 dalam sebuah artikel
oleh Keth Beasley di majalah British Mensa. Meski begitu, istilah kecerdasan emosional baru
dipopulerkan pada tahun 1995 oleh psikolog dan jurnalis ilmu perilaku Dr. Daniel Goleman
dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence-Why it can metter more than IQ. Buku
tersebut selanjutnya mendapatkan popularitas yang kemudian berakibat pada kepopuleran
Daniel Golekman itu sendiri. Akhir tahun 1998, artikel Goleman di Harvard Business
Review berjudul “What Make a Leader? Menarik perhatian menejemen senior di Johnson &
Johnson’s Customer Companies (JJCC). Artikel tersebut bebicara tentang pentingnya
Kecerdasan Emosional (EI atau Emotional Intelligence) untuk kesuksesan dalam hal
kepemimpinan. Daniel mengutip beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa EI sering
menjadi faktor pembeda antara pemimpin hebat dan pemimpin yang cenderung biasa saja.
JJCC mendanai sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat
antara pemimpin berkinerja unggul dengan kompetensi emosional. Hal ini mendukung
pendapat dari sebuah teori bahwa dalam kompetensi sosial, kemampuan emosional dan
relasional yang biasa disebut sebagai Kecerdasan Emosional, merupakan faktor pembeda
dalam kinerja kepemimpinan. Tes pengukuran EI masih belum dapat menggantikan tes IQ
sebagai standar metrik dari kecerdasan yang lebih umum di masyarakat dan Kecerdasan
Emosional juga mendapat kritik mengenai peranan kecerdasan tersebut dalam
kepemimpinan dan kesuksesan.
2. Definisi
Kecerdasan emosional didefinisikan oleh Peter Salovey dan John Mayer, sebagai
kemampuan untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain yang mana kecerdasan ini
bertujuan untuk mebedakan antara emosi yang beragam dan memberi label secara tepat, serta
menggunakan informasi emosional untuk mengatur pikiran dan perilaku. Definisi ini
kemudian diperdalam, disempurnakan, dan kemudian diusulkan untuk dibagi menjadi empat
kemampuan, yaitu memahami, menggunakan, dan mengelola emosi. Kemampuan ini
sebenarnya berbeda-beda namun saling terkait.
8. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
8
3. Kelompok Emosi
a. Marah
Marah adalah ekspresi emosi yang bersifat agresif. Marah bisa dipicu akibat frustasi, merasa
kecewa, dan rasa kesal terhadap suatu hal. Dampak positif dari marah, bisa meredakan rasa
kesal dan bisa membuat emosi tenang. Selain itu, marah juga bisa berdampak buruk apabila
tidak bisa mengendalikan emosi marah tersebut. Emosi marah bisa diekspresikan dengan
amukan, rasa benci dan marah yang besar, merasa jengkel terhadap suatu hal, merasa kesal
dan terganggu, muncul karena singgungan, hingga menyebabkan kekerasan dan rasa benci
secara patologis.
b. Kesedihan
Kesedihan merupakan reaksi emosi yang timbul karena suatu hal, bisa karena peristiwa,
pengalaman, dan keadaan yang menyakitkan dan rasa kecewa. Rasa sedih bisa dipacu oleh
rasa kecewa terhadap suatu hal, dan merasa tidak berdaya hingga tidak muncul rasa minat
untuk melakukan hal apapun. Rasa sedih yang berlarut-larut bisa mengakibatkan depresi.
c. Rasa Takut
Gambar 5. Rasa takut bisa menyebabkan stres gangguan emosional. Stres tersebut timbul karena
adanya ancaman, tekanan dan perubahan. Dampaknya akan menyebabkan respon tubuh, seperti
napas dan detak jantung yang semakin cepat. Selain itu, otot menjadi kaku, serta tekanan darah
menjadi tinggi.
Rasa takut bisa disebabkan oleh ancaman karena merasa diri dalam bahaya. Ancaman
tersebut bisa ditimbulkan dengan ancaman fisik, psikologis, hal yang imajiner, serta
emosional. Rasa takut dikategorikan sebagai emosi negatif, namun rasa takut juga
berdampak positif karena bisa menjadi diri dari potensi yang menyebabkan bahaya. Rasa
takut bisa diekpresikan dengan kondisi gugup, cemas, merasa khawatir, rasa waspada
terhadap suatu hal, dan tidak merasa tenang.
d. Kenikmatan
Kenikmatan bisa diekpresikan dengan rasa bahagia dan gembira. Selain itu, kenikmatan
menunjukkan rasa senang terpesona, hingga rasa takjub akan suatu hal. Kenikmatan pertama
yaitu berupa nikmat sehat, yang diperoleh dengan rasa kecukupan terhadap kebutuhan dasar,
seperti makanan dan minuman. Kenikmatan yang kedua yaitu kenikmatan sosial, yang bisa
dipenuhi dengan rasa kebutuhan untuk hidup bersama dengan keluarga dan kelompok sosial.
Kenikmatan ketiga yaitu kenikmatan spiritual, yaitu pemenuhan rohani akan kebutuhan
untuk menenangkan hati dan pikiran.
9. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
9
e. Cinta
Cinta merupakan salah satu jenis emosi yang timbul karena rasa intim, menyebabkan gairah,
dan komitmen. Cinta juga merupakan emosi yang dipengaruhi oleh kedekatan, rasa tertarik,
juga rasa percaya terhadap satu sama lain. Selain itu, cinta juga bisa timbul karena reaksi
biologis yang timbul pada diri manusia. Rasa cinta bisa diekspresikan dengan bentuk
persahabatan, rasa percaya, rasa percaya, rasa hormat terhadap seseorang, hingga rasa kasih
sayang antar manusia.
f. Terkejut
Terkejut merupakan salah satu emosi yang bisa terjadi dalam waktu yang singkat. Rasa
terkejut bisa muncul karena menemukan sesuatu hal yang baru. Emosi terkejut bisa
diekpresikan dengan rasa takjub, kejutan, muak, terpanam hingga rasa mual ingin muntah.
g. Malu
Malu merupakan rasa yang tidak nyaman yang muncul karena kondisi sosial dalam
menghadapi orang baru, yang terjadi karena kondisi interaksi sosial yang buruk. Rasa malu
merupakan hal yang normal, karena dapat terjadi dalam bebrapa kondisi saja. Rasa malu bisa
berdampak negatif apabila disertai dengan rasa sepi, cemas, hingga frustasi. Rasa malu bisa
diekspresikan dengan rasa bersalah, rasa hancur, kesal, hingga timbul karena adanya aib.
4. Aspek
a. Salovey dan Mayer
Salovey dan Mayer mengungkapkan aspek-aspek yang ada di dalam kecerdasan emosional
yaitu mampu merasakan empati, berani mengungkapkan dan memahami perasaan, bisa
mengendalikan amarah, mampu beradaptasi, mandiri, setia terhadap pertemanan, ramah, dan
hormat kepada yang lain.
b. Daniel Goleman
Menurut Goleman, seseorang yang memiliki kecerdasan emosi memiliki aspek untuk
memotivasi diri sendiri, apabila frustasi lebih siap untuk bertahan, bisa menghadapi sesuatu
yang sulit dan tetap percaya diri, serta memiliki empati yang tinggi.
c. W.T Grant Consortium
Menurut W.T Grand Consortium, kecerdasan emosional bisa dilihat dari cara
mengungkapkan perasaan dan bisa mengindentifikasi perasaan tersebut. Perasaan tersebut
selain bisa diungkapkan, juga bisa dikelola dan dikendalikan, serta bisa membedakan dan
menyeimbangkan antara perasaan dan tindakan.
5. Memaksimalkan Kecerdasan Emosional
10. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
10
Gambar 6. Cara mengelola emosi
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan salah satu faktor untuk memaksimalkan kecerdasan
emosi. Mengenali emosi adalah kemampuan dasar untuk mengetahui perasaan apa yang akan
dan sedang terjadi. Kemampuan emosi diri adalah kemampuan dasar untuk menyadari akan
emosinya sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terhadap keadaan suasana hati dan
pikiran. Apabila tidak bisa mengetahui perasaan dan emosi sendiri akan terbawa emosi yang
bisa menguasai diri.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan manajemen untuk mengendalikan emosi. Dengan mengelola
emosi diharapkan mampu untuk memahami, menerima, serta memberikan kontrol ketika
mengekpresikan emosi. Emosi harus diekspresikan sesuai tujuan yang jelas, agar tercipta
hubungan yang harmonis secara interpersonal. Sealin mengelola emosi diri sendiri, juga
belajar untuk memahami emosi yang ada pada diri orang lain.
c. Empati
Gambar 7. Narsistik bisa timbul karena kurang empati terhadap keadaan orang lain. Narsistik adalah
keadaan mental seseorang yang selalu merasa ingin mementingkan diri sendiri. Kepribadian narsistik
bisa dihubungkan dengan keadaan lingkungan, bisa juga disebabkan karena kondisi keluarga yang
selalu memuji atau mengkritik sesuatu dengan cara berlebihan.
11. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
11
Empati merupakan salah satu bentuk kecerdasan emosional. Empati merupakan suatu sikap
untuk mendalami perasaan orang lain, meskipun tidak mengalami secara langsung apa yang
dirasakan orang tersebut. Ciri dari pengaplikasian sikap empati mampu memahami diri
sendiri, sebelum kita memahami diri orang lain. Selain itu, orang yang memiliki rasa empati
yang tinggi bisa memahami bahasa isyarat.
d. Menjalin Hubungan
Gambar 8. Menjalin Hubungan
Kecerdasan emosional untuk membangun hubungan dengan orang lain merupakan seni
untuk menunjang popularitas, dan melatih untuk memimpin diri. Hal tersebut ditunjang oleh
kemampuan komuinikasi untuk menjalin hubungan dengan orang lain, hingga bisa bekerja
sama dalam suatu tim.
e. Komunikasi
Dengan berkomunikasi belajar untuk menyelesaikan masalah agar tidak timbul salah paham,
juga berlatih membaca situasi sekitar agar lebih peka.
6. Dampak
a. Tinggi
Dampak kecerdasan emosional yang terlalu tinggi, pertama sulit memberi dan menerima
kritik yang negatif. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi memiliki empati yang tinggi pula. Oleh karena itu, ketika akan memberikan kritik
yang tajam, mereke selalu memikirkan dampak terhadap orang lain, hingga enggan
memberikan kritik. Begitu pun saat menerima kritik negatif, orang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi tidak akan mertasa sedang dikritik. Dampak kedua, orang yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki tingkat kreativitas yang rendah. Hal ini
dikarenakan, mereke cenderung menyukai kerja secara kelompok dan tidak ingin
menonjolkan diri. Dampak ketiga yaitu, selalu menghindari risiko. Hal ini dikarenakan orang
yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mereka memiliki kendali diri yang kua,
dan selalu menimbang dengan cermat atas apa yang mereka lakukan.
b. Rendah
12. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
12
Dampak negatif dari rendahnya kecerdasan emosional bisa mempengaruhi kesehatan fisik.
Hal ini dikaarenakan ujung dari gangguan emosional salah satunya stres. Dampaknya bisa
menjadi penyakit kurangnya imun, jantung, hingga tekanan darah tinggi. Selain kesehatan
fisik, juga mempengaruhi kesehatan mental. Misalnya bisa membuat depresi, hingga susah
bersosialisasi dengan orang lain.
7. Kritik
a. Korelasi Dengan Kepribadian
Beberapa peneliti pernah mengangkat korelasi antara pengukuran kecerdasan emosional
dengan dimensi kepribadian yang sesungguhnya. Umumnya, pengukuran kecerdasan
emosional dan aspek-aspek kepribadian dianggap sebagai satu hal yang sama karena
keduanya memiliki tujuan untuk mengukur sifat dari suatu kepribadian. Secara spesifik,
pengukuran kecerdasan emosional sering kali menonjolkan aspek neurotisisme dan
ekstraversi dari kepribadian Big Five. Khususnya pada neurotisisme, ia dikatakan
berhubungan dengan emosi negatif dan kecemasan. Secara konsisten, individu yang
mencapai skor tinggi pada pengukuran neurotisisme cenderung memiliki skor rendah pada
pengukuran kecerdasan emosional.
Interpretasi terhadap korelasi antara kuesioner kecerdasan emosional dengan kepribadian
sering kali masih bervariasi. Akan tetapi, pandangan yang menonjol dalam literatur ilmiah
merupakan pandangan mengenai Sifat Kecerdasan Emosional. Pandangan tersebut
umumnya menafsirkan ulang Kecerdasan Emosional sebagai kumpulan dari berbagai sifat
yang ada pada kepribadian.
Sebuah meta-analisis 2017 dari 142 sumber data menemukan adanya tumpang tindih yang
sangat besar antara faktor umum kepribadian dengan sifat yang ada pada kecerdasan
emosional. Karena besarnya tumpang tindih antara dua hal tersebut, peneliti dalam meta-
analisis tersebut kemudian menyimpulkan bahwa “Temuan menunjukkan kalau faktor umum
kepribadian sangat mirip dengan sifat kecerdasan emosional.” Namun, tumpang tindih antara
faktor umum kepribadian dengan kemampuan yang ada pada kecerdasan emosional
cenderung lebih moderat, dengan korelasi sekitar 0,28.
B. Apa Itu IQ (Intelligence Quotient)?
Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: intelligence quotient, disingkat IQ) adalah istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, setunbel memecahkan masalah,
berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan belajar.
Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai
tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki
manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.
1. Definisi Kecerdasan
Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus,
kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan.
Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan.
Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir,
namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater
13. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
13
(1982) mendefinisikan kecerdasan sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan
adaptif.
2. Struktur Kecerdasan
Menurut L.L. Thustone
Kecerdasan menurut Spearman dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum yang bisa disebut
sebagai faktor-g maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat
dipilah-pilah. Berikut ini pembagian spesifikasi kecerdasan menurut L.L Thurstone:
• Pemahaman dan kemampuan verbal
• Angka dan hitungan
• Kemampuan visual
• Daya ingat
• Penalaran
• Kecepatan perseptual
Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan membagi
kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu kemampuan kecerdasan verbal (VIQ) dan
kemampuan kecerdasan tampilan (PIC).
C. Apa perbedaan EQ dan IQ?
Gambar 9. Perbedaan EQ dean IQ
Dalam menilai kecerdasan, selama ini orang-orang kerap terpaku pada IQ (Intelligent
Quotient). Padahal EQ (Emotional Quotient) juga merupakan faktor yang penting dalam
mengidentifikasi kecerdadasan yang dimiliki seseorang. Sayangnya, belum banyak orang
yang mengetahui tentang EQ. Padahal, kedua jenis kecerdasan ini sangatlah berbeda. Lantas,
apa saja perbedaan IQ dan EQ?
IQ adalah kemampuan seseorang dalam bernalar dan memecahkan masalah dengan
menggunakan unsur-unsur matematiks dan logika. Kecerdasan intelektual ini juga mewakili
kemampuan dalam pemrosesan visual dan spasial, pengetahuan tentang dunia, serta kekuatan
ingatan. Sementara, EQ adalah kemampuan seseorang dalam memahami, mengendalikan,
mengevaluasi, dan mengekspresikan emosi.
Kecerdasan emosional ini juga berpusat pada kemampuan, seperti mengidentifikasi emosi,
mengevaluasi perasaan orang lain, mengontrol emosi sendiri, membayangkan perasaan
orang lain, komunikasi sosial, dan berhubungan dengan orang lain.
1. IQ Dibawa Sejak Lahir, EQ Bisa Diajarkan
Faktor genetik berperan dalam pembentukan EQ sehingga dapat dibawa sejak lahir. Namun,
faktor lingkungan juga dianggap berpengaruh dan dapat dikembangkan dengan ilmu
pengetahuan yang didapat dalam proses akademik. Sementara EQ dapat diajarkan, diasah,
14. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
14
atau diperkuat kapan saja, terutama sejak dini dengan memberi pendidikan karakter,
memodelkan perilaku posistif, mendorong untuk berpikir mengenai perasaan orang lain, dan
menemukan cara untuk lebih berempati terhadap orang lain.
2. IQ Pandai Angka, EQ Pandai Mengelola Emosi
Anak yang memiliki IQ tinggi umumnya unggul dalam mengerjakan persoalan yang
berkaitan dengan angka dan analisis data. Sedangkan, anak yang memiliki EQ tinggi dapat
mengelola emosinya dengan baik sehingga terhindar dari stres, kecemasan, atau depresi.
Bahkan mereka mampu memahami perasaan orang lain dengan baik.
2. IQ Baik Akademis, EQ Baik Bersosialisasi
Rata-rata orang yang memiliki IQ tinggi di dalam bidang akademis cenderung memilikim
nilai-nilai yang bagus dalam tes. Sayangnya, kecerdasan akademis bukan jaminan mereka
dapat bersosialisasi dan membangun hubungan kerja atau pribadi dengan baik. Berbeda
dengan orang yang ber-EQ tinggi, meski nilai akademiknya tak cukup baik namun mereka
dapat bersosialisasi dengan mudah dan memecahkan persoalan-persoalan sosial.
3. IQ Sukses Secara Individu, EQ Bisa Memimpin Tim
Orang yang ber-IQ tinggi cenderung sukses secara individual, di mana mereka dapat
menggunakan nalarnya untuk mencapai apa yang diinginkan. Sementara, orang yang ber-IQ
tinggi dapat bekerja dalam tim dengan baik, bahkan dapat menjadi seorang pemimpin.
Mudah dekat dengan orang-orang di sekitarnya membuat orang ber-EQ tinggi cenderung
dapat dapat mecuri atensi khalayak.
D. Apa Itu HOTS (Higher Order Thinking Skills)?
Gambar 10. LOTS Vs HOTS
Pada awal tahun 1950-an dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-
kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah,
ternyata presentasi terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hafalan mereka saja. Padahal, menurut Bloom, hafalan merupakan tingkatan
terendah dalam kemampuan berpikir. Masih banyak tingkat berpikir lebih tinggi lainnya
yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat meghasilkan peserta didik yang kompeten.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Kratwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taksonomi Bloom.
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengindentifikasi kemampuan kognitif
mulai dari tingkat yang paling rendah hingga paling tinggi.
15. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
15
Melalui taksonomi atau hierarki kemampuan berpikir ini pula, Higher Order Thinking (HOT)
atau kemampuan berpikir tingkat tingkat tinggi lahir untuk menjawab keprihatinan Bloom
dan kawan-kawan. HOTS pertama kali dikemukakan Susan M Brookhart (penulis &
profesor), ia mendefinisikan model HOTS ini sebagai metode untuk transfer pengetahuan,
berpikir kritis, dan memecahkan masalah (Brookhart dalam Sofyan, 2019, hlm.3).
Namun demikian, HOTS bukan sekedar model soal saja, akan tetapi mencakup model
pembelajaran pula. Pada konsepsi HOTS, model pembelajaran harus mencakup kemampuan
berpikir, contoh, pengaplikasian pikiran dan diadaptasikan dengan kebutuhan siswa yang
berbeda-beda. Terdapat pula model penilaian dari HOTS yang mengharuskan siswa tidak
familiar dengan tugas atau pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa
menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikannya.
HOTS merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dibutuhkan untuk menyongsong
kompetensi abad-21. HOTS bertujuan mempersiapkan masyarakat memasuki abad ke-21
(Colins dalam Syofan, 2019, hlm. 4). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai materi
uraian mengenai Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
1. Pengertian HOTS
Menurut Sani (2019, hlm. 2) Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan
berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir startegis untuk menggunakan informasi
dalam menyelesaikan masalah, menganalisa argumen, negosiasi isu, atau membuat prediksi.
Sementara itu Stein & Lane (dalam Ayuningtyas & Rahaju, 2017) mengemukakan bahwa
higher order thinking skills adalah pemikiran komplek yang tidak memiliki algoritma untuk
menyelesaikannya, tidak dapat diprediksi, serta hanya dapat diselesaikan menggunakan
pendekatan yang merbeda dengan pertanyaan atau tugas yang telah ada dan berbeda dengan
contoh-contoh yang telah diberikan.
Selanjutnya menurut Resnick (1987) Higher Order Thinking Skills adalah proses kompleks
dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun presentasi, menganalisis dan
membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.
Menutur Lewis dan Smith (dalam Sani, 2019, hlm. 2) berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika
seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru,
kemudian menghubungkan dan menyusun dan mengembangkan informasi tersebut untuk
mencapai suatu tujuan untuk memperoleh jawaban solusi yang mungkin untuk suatu situasi
yang membingungkan dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) mencakup berpikir
kritis, berpikir kreatif, problem solving, dan membuat keputusan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Higher Order Thinking Skills adalah kemampuan
berpikir tingkat yang kompleks untuk menguraikan, menyimpulkan, menganalisis dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
tidak memiliki algoritma, tidak dapat diprediksi, serta hanya dapat diselesaikan
menggunakan pendekatan berbeda dari berbagai permasalahan dan contoh yang telah ada.
2. Indikator Kognitif HOTS
Lalu bagaimana kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir strategis atau
pemikiran kompleks yang tidak memiliki algoritma tersebut dapat dikategorikan sebagai
HOTS? Saputra (2016, hlm. 91) mengemukakan bahwa Higher Order Thinking Skills
merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang
dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran
seperti metode problem solving, taksonomi Bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran,
dan penilaian (Saputra, 2016, hlm. 91).
Taksonomi Bloom adalah kerangka konsep untuk mengindentifikasi kemampuan berpikir
mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Menurut Bloom,
16. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
16
keterampilan kognitif dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan berpikir
tingkat rendah yang meliputi:
a. (C1) mengingat (remebering),
b. (C2) memahami (understanding), dan
c. (C3) menerapkan (applying).
Kedua, keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah:
a. (C4) keterampilan menganalisis (analysing),
b. (C5) megevaluasi (evaluating), dan
c. (C6) mencipta/mengkreasi (creating).
Gambar 11. Bloom’s Taksonomi
*keterangan: C untuk cognitive atau kognitif.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi adalah C4-C6 atau menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Saat kita
17. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
17
melakukan analisis, evaluasi, atau mencipta, maka kita tengah melakukan kegiatan berpikir
tingkat tinggi atau HOTS.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Karthwohl (2022) dalam A revision of Bloom’s
Taxonomy, yang menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi meliputi:
a. Menganalisis (C4) yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen
dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep secara utuh.
b. Mengevaluasi (C5) yaitu kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,
kriteria atau patokan tertentu, dan
c. Mencipta (C6) yaitu kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru
yang utuh dan luas, atau membuat sesuatu yang orisinil.
Kita juga dapat menemukan bahwa pembagian aspek pengetahuan serupa tercantum pada
Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah
yang menyatakan bahwa penilaian aspek pengetahuan terbagi menjadi lima level, yaitu:
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
3. Karakteristik/Ciri HOTS
Selain melalui indikatornya, kita juga dapat mengenali HOTS melalui karakteristik atau
cirinya. Menurut Resnick (dal;am Ayuningtyas & Rahaju, 2017) karakteristik atau ciri dari
HOTS adalah sebagai berikut:
a. Higher Order Thinking is nonalgoritmic; that is, the path of action is not fully specified in
advance. Berpikir tingkat tinggi bersifat non algoritmik, yang berarti jalan menuju
tindakan tidak dapat sepenuhnya ditentukan terlebih dahulu (tidak dapat dirumuskan
terlebih dahulu).
b. Higher-order thinking tends to be complex. Berpikir tingkat tinggi cenderung rumit atau
kompleks.
c. Higher-order thinking often yields multiple solutions, each with costs and benefits, rather
than unique solutions. Berpikir tingkat tinggi sering menghasilkan multi solusi, setiap
solusi lebih ke memiliki kelebihan dan kekurangannya, bukan solusi yang berbeda-beda.
d. Higher-order thinking involves nuanced judgement and interpretation. Berpikir tingkat
tinggi melibatkan penilaian dan interpretasi yang bervariasi.
e. Higher-order thinking is offortful. There is considerable mental work involved in the kind
of elaborations and judgement required. Berpikir tingkat tinggi itu membutuhkan usaha
keras. Terdapat banyak pekerjaan mental yang terlibat dalam jenis elaborasi dan penilaian
yang diperlukan.
4. Format Soal HOTS
Tes berpikir tingkat tinggi (HOTS) berdasarkan taksonomi Bloom setelah revisi merupakan
soal-soal yang mencakup C4 (soal menganalisis), C5 (soal evaluasi), C6 (soal mengjreasi).
Arikunto (dalam Ningsih & Annajmi, 2022, hlm. 5) menguraikan ketiga tipe soal tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Soal anaklisis
Soal analisis adalah soal yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menganalisis atau
menguraikan sesuatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya.
b. Soal evaluasi
Soal evaluasi adalah soal yang berhubungan dengan menilai, mengambil kesimpulan,
membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan,
menerangkan, memutuskan dan menafsirkan.
c. Soal mengkreasi
18. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
18
Soal mengkreasi adalah soal yang menuntut peserts didik agar memunculkan ide, produk
atau cara-cara baru. Soal yang memancing peserta didik untuk mendesain, mengkontruk,
merencanakan dan menemukan sesuatu yang baru.
Terdapat tiga format item dalam pengujian HOTS, format tersebut adalah:
a. Seleksi, termasuk pilihan ganda, mencocokkan, dan pemeringkatan.
b. Umum, termasuk esai, jawaban singkat, dan tugas-tugas;
c. Penjelasan, yang menuliskan alasan mengapa jawaban itu dipilih.
5. Kata Kerja Operasional HOTS
Tentunya untuk membuat indikator kompetensi yang berlandaskan HOTS, kita harus
menggunakan kata kerja operasional (kata kerja yang dapat diukur) yang sesuai.
Beberapa kata kerja atau KKO yang bisa digunakan untuk menjadi indikator HOTS meliputi:
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
dan mengubah (Tim Kemdikbud, 2019, hlm. 47).
E. Apa Itu LOTS(Lower Order Thinking Skills)?
Selanjutnya kemampuan berpikir tingkat rendah dikenal sebagai LOTS atau Lower Order
Thinking Skills, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi tentunya disebut sebagai HOTS
(Higher Order Thinking Skills). Berikut adalah deskripsi perbandingan keterampilan antara
LOTS dan HOTS.
Tabel 1. Perbedaan LOTS dan HOTS
LOTS HOTS
Berpikir kreatif
Berpikir kritis
Strategi kognitif Menyelesaikan masalah
Pemahaman Membuat keputusan
Klasifikasi konsep Mengevaluasi
Membedakan Berpikir logis
Menggunakan aturan rutin Berpikir metakognitif
Analisis sederhana Berpikir reflektif
Aplikasi sederhana Sintesis
Analisis kompleks
Analisis sistem
LOTS adalah singkatan dari Lower Order Thinking Skills. LOTS adalah keterampilan
berpikir secara fungsional, yang masuk dalam kategori tingkat rendah. Saat kita cukup hanya
dengan mengetahui sesuatu, di situlah kemampuan funsional yang kita gunakan.
19. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
19
Gambar 12. Perbedaan antara HOTS dan LOTS
Lantas bagaimana aplikasinya pada soal? Ciri-ciri soal LOTS itu biasanya mudah. Misalnya
kita menghadapi soal yang tak jauh beda dari rumus atau materi yang sudah diajarkan. Yang
kita lakukan pada saat menghadapi tipe soal LOTS adalah meniru, mengikuti, mengingat,
menguantifikasi, atau mengidentifikasi. Dan berikut contoh soal LOTS.
Diantara eucbakteria berikut yang dapat menimbulkan sakit perut (diare) pada manusia
adalah:
A. Psedomonas sp
B. Thiobaccilius ferrooksidan
C. Clostridium botulinum
D. Escerichia coli
E. Acetobacter xylinum
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita hanya perlu menghafal atau mengingat nama
bakteri yang enyebabkan diare.
20. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
20
Gambar 13. Question Form
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara IQ dan EQ yaitu:
IQ menyangkut masalah:
1. Self Awarness (Kesadaran diri)
2. Motivation (Motivasi)
3. Self Regulating (Kemampuan mengatur diri sendiri)
4. Socially Awareness (Mengenal orang lain)
5. Social Regulating (Bersosialisasi)
6. Empati (Berempati)
Selain itu melalui adanya kemampuan dalam mengelola Emotional Intelligence, maka
seseorang akan:
1. Mampu mengelola emosi diri sendiri
2. Memperbayak hubungan/relasi dengan lingkungan sekitar
3. Mampu meningkatkan tingkat kemanidrian
4. Mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri
5. Tidak tergantung dengan orang lain
6. Saling mengayakan
7. Akan menghindari perselisihan
8. Muncul kepercayaan (Trust)
9. Akan menghasilkan kekuatan yang sangat luar biasa
21. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
21
10. Sukses dalam hubungan keluarga, pekerjaan, dan lingkungan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan IQ (Intelligence Quotient) mengacu kepada:
1. Exspertise (Keahlian)
2. Know How (Pengetahuan)
3. Architecting (Perancangan)
4. Critical Thinking (Pemikiran yang kritis)
5. Thougt Pattern (Pola pikir)
6. Kognition (Kognisi)
B. Saran
Memiliki kemampuan IQ ataupun EQ yang tinggi saja tidak cukup dalam mencapai
kesuksesan hingga. Oleh sebab itu, kedua hal tersebut haruslah imbang. Jika Anda kamu
merasa memiliki kemampuan IQ yang rendah, berikut cara meningkatkan IQ yang bisa
dicoba.
• Melakukan Kegiatan Yang Mengasah Ingatan
Melakukan kegiatan yang mengasah ingatan bukan hanya dapat meningkatkan, namun juga
keterampilan bernalar dan berbahasa. Kegiatan yang melibatkan pelatihan memori ini,
meliputi bermain teka-teki silang, mencocokkan kartu, dan sodoku.
• Melakukan Kegiatan Visuospasial
Melakukan kegiatan visuospasial, seperti bermain labirin, dapat membantu meningkatkan IQ
dengan mempertajam penalaran visual dan spasial.
• Melakukan Pelatihan Relasional
Melakukan pelatihan relasional, seperti perbandingan objek dan jumlah perbandingan,
dapat meningkatkan IQ dengan penalaran verbal dan numerik. Sebuah penelitian
menunjukkan jika latihan ini secara signifikan bisa meningkatkan skor IQ pada anak-anak.
• Bermain Instrumen Musik
Bermain instrumen musik dianggap dapat membantu meningkatkan IQ dengan
memperkuat memori. Suatu studi menemukan bahwa musisi memiliki ingatan kerja yang
lebih baik daripada mereka yang bukan musisi.
• Mempelajari Bahasa Baru
Mempelajari bahasa baru bermanfaat bagi otak manusia. Sebuah penelitian menelidiki
hubungan antara mempelajari bahasa baru dengan IQ. Hasil penelitian pun menunjukkan
bahwa pembelajaran bahasa bermanfaat untuk hasil koqnitif.
• Berlatih Mengelola Emosi Diri Sendiri
Dalam meningkatkan EQ, kita harus berlatih untuk mengelola emosi sendiri. Ketika ada
tekanan, cobalah untuk mengelola stres dengan tetap berusaha berpikir jernih, kendalikan
diri dengan baik, dan beradaptasilah dengan kondisi tersebut sesegera mungkin.
• Berlatih Memahami Orang Lain
Kita harus berlatih mengenal dan memahami orang lain dengan baik, terutama lewat
komunikasi. Mengobrol, berbagi cerita, dan menghabiskan waktu bersama dapat
membantu memahami perasaan dan emosi orang lain, serta menumbuhkan rasa empati
dan kenyamanan.
• Berlatih Mengembangkan Keterampilan Sosial
Dalam meningkatkan EQ, kita berlatih mengembangkan keterampilan sosial. Hal ini
dapat membuat hubungan dengan dengan orang sekitar menjadi lebih efektif dan
bermanfaat. Belajarlah melihat konflik sebagai peluang untuk lebih dekat dengan orang
lain dan gunakanlah humor untuk membuat keadaan menjadi lebih cair. Meski kecerdasan
IQ dan EQ berbeda, namun keduanya merupakan hal yang penting dalam mencapai
kesuksesan dalam hidup. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk senantiasa mengasah
kedua kemampuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
22. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
22
1. Riadi, Muchlisin. (2021). Kecerdasan Emosional (EQ) - Pengertian, Aspek, Ciri, dan
Cara Mengembangkan. Diakses pada 9/3/2023,
dari https://www.kajianpustaka.com/2021/11/kecerdasan-emosional-eq.html
2. (2023). Pengertian IQ dan Pembagian Kecerdasan IQ, Menurut Howard Gardner.
Diakses pada 9/3/2023, dari https://satujam.com/pengertian-iq/
3. Subhan, Ahmad. (2021). Tingkat Kemampuan Berpikir Manusia. Diakses pada 9/3/2023,
dari https:// www.kompasiana.com/ahmadsubhan1292/60fcc37f06310e69e72ae5d2/tingkat-
kemampuan-berfikir-manusia
4. Bs, Nuel. (2022). 10+Pengertian HOTS (Higher Order Thinking Skills) Menurut Para Ahli.
Diakses pada 9/3/2023, dari https://gurusekali.com/defenisi/hots-higher-order-thinking-
skill/
5. Thabroni, Gamal. (2022). HOTS (Higher Order Thinking Skills)-Pengertian,
Karaktyeristik, dsb. Diakses pada 14/03/2023, dari https: HOTS (Higher Order Thinking
Skill) - Pengertian, Karakteristik, dsb - serupa.id
6. Purbowati, Deni. (2022). Mengenal HOTS, MOTS, dan LOTS: Perbedaan dan Contoh
Soal. Diakses pada 14/03/2023, dari https: https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-
hots-mots-dan-lots-perbedaan-dan-contoh-soal
7. (2023). Kecerdasan emosional. Diakses pada 15/03/2023, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional
8. Wahid, Abdul. (2021). Pengantar Emotional Intelligence[Video]. UNSIA. Tersedia pada
https://www.youtube.com/watch?v=XvxD_FnE_WQ
TERIMA KASIH
23. YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
23
Nilai
Tanda Tangan Dosen Pengampu /
Tutor
Tanda Tangan
Mahasiswa
(Thomas Bambang Pamungkas
S.Sos., M.IKom)
(Hendro Gunawan)
Diserahkan pada Tanggal: Tanggal Mengumpulkan: