Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Ebola, termasuk gejala, penyebab, penularan, diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan pengendaliannya. Wabah Ebola terbesar terjadi di Afrika Barat pada 2014 yang disebabkan oleh virus Zaire Ebolavirus dan menyebar ke beberapa negara. Pencegahan dan pengendalian wabah Ebola bergantung pada keterlibatan masyarakat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang biasanya ditemukan dalam air kencing hewan seperti tikus. Bakteri ini dapat menular ke manusia melalui luka atau kontak dengan air kencing hewan atau makanan yang terkontaminasi. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, sakit kepala, hingga kuningnya kulit dan gagal ginjal. Pencegahannya
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
Proses Perjalanan penyakit Merupakan perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
dalam presentasi ini dijelaskan mengenai penyakit campak ; epidemiologi, etiologi, patofisiologi, management dan vaksinasi. semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Rabies adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Rhabdovirus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar ke seluruh jaringan saraf, menimbulkan kelumpuhan dan kematian. Penularannya melalui gigitan atau sentuhan luka dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti anjing dan kucing. Pencegahan melalui vaksinasi luka dan pemberian vaksin anti-rabies.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang biasanya ditemukan dalam air kencing hewan seperti tikus. Bakteri ini dapat menular ke manusia melalui luka atau kontak dengan air kencing hewan atau makanan yang terkontaminasi. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, sakit kepala, hingga kuningnya kulit dan gagal ginjal. Pencegahannya
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
Proses Perjalanan penyakit Merupakan perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
dalam presentasi ini dijelaskan mengenai penyakit campak ; epidemiologi, etiologi, patofisiologi, management dan vaksinasi. semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Rabies adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Rhabdovirus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar ke seluruh jaringan saraf, menimbulkan kelumpuhan dan kematian. Penularannya melalui gigitan atau sentuhan luka dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti anjing dan kucing. Pencegahan melalui vaksinasi luka dan pemberian vaksin anti-rabies.
Dokumen ini membahas tentang penyakit Ebola, termasuk pengertian, gejala, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan virus Ebola. Ebola disebabkan oleh infeksi virus Ebola yang dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh si penderita, serta gejalanya seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri sendi. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah, dan pengobatannya
Pedoman ini memberikan panduan pengelolaan spesimen untuk mikrobiologi klinik, mulai dari cara pengambilan, transportasi, dan penyimpanan spesimen seperti darah, urin, feses, sputum, dan lainnya agar mutu hasil pemeriksaan terjaga."
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terbentuk zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Dokumen ini membahas mengenai pengertian, tujuan, jenis, dan jadwal imunisasi dasar serta booster yang dianjurkan untuk mencegah berbagai penyakit seperti TBC, polio, campak, dan hepatitis.
Hepatitis Virus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan peradangan serta kerusakan hati.
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burungNajMah Usman
Β
Avian influenza atau flu burung disebabkan oleh virus A(H5N1) dan A(H7N9) yang menular melalui unggas. Virus ini berpotensi menjadi pandemi global. Pencegahan meliputi sanitasi yang baik, menjaga jarak dengan ternak, dan isolasi unggas sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan parasitologi. Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan inangnya. Parasit hidup menumpang pada inang untuk mendapatkan makanan dan perlindungan. Dokumen ini juga menjelaskan istilah-istilah terkait hubungan parasit-inang, contohnya zoonosis yang menunjukkan kemampuan parasit untuk menginfeksi berbagai jenis inang termasuk man
Dokumen tersebut membahas tentang vektor penyakit cacing, khususnya filariasis limfatik yang disebabkan oleh nyamuk genus Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia dan filariasis non-limfatik yang disebabkan oleh lalat genus Simulium dan Chrysops. Dokumen juga menjelaskan siklus hidup nyamuk dan lalat serta perilaku dan epidemiologi masing-masing vektor.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
Dokumen tersebut membahas tentang demam berdarah atau dengue. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu cepat jika tidak ditangani dengan baik. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, tanda bahaya, diagnosis, dan tindakan pencegahan demam berdarah.
Ebola adalah virus yang menyebabkan demam berdarah yang berbahaya dengan gejala seperti demam, muntah darah, dan kematian hingga 100% di beberapa kasus. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Pencegahannya adalah menghindari kontak dengan pasien Ebola dan menangani cairan tubuhnya dengan hati-hati.
The document discusses Ebola virus disease (EVD), also known as Ebola hemorrhagic fever. It first appeared in Africa in 1976 and causes severe bleeding and organ failure in humans and nonhuman primates. The virus spreads through direct contact with body fluids of infected individuals or contaminated environments. While there is no approved vaccine or treatment, prevention focuses on isolation of patients, medical staff training in infection control, safe burials, and avoiding contact with high-risk animals like bats that may carry the virus. The document provides details on the virus's pathogenesis, symptoms, subtypes, transmission methods, and the challenges it poses given its rapid multiplication and ability to evade immune responses.
Dokumen ini membahas tentang penyakit Ebola, termasuk pengertian, gejala, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan virus Ebola. Ebola disebabkan oleh infeksi virus Ebola yang dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh si penderita, serta gejalanya seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri sendi. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah, dan pengobatannya
Pedoman ini memberikan panduan pengelolaan spesimen untuk mikrobiologi klinik, mulai dari cara pengambilan, transportasi, dan penyimpanan spesimen seperti darah, urin, feses, sputum, dan lainnya agar mutu hasil pemeriksaan terjaga."
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terbentuk zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Dokumen ini membahas mengenai pengertian, tujuan, jenis, dan jadwal imunisasi dasar serta booster yang dianjurkan untuk mencegah berbagai penyakit seperti TBC, polio, campak, dan hepatitis.
Hepatitis Virus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan peradangan serta kerusakan hati.
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burungNajMah Usman
Β
Avian influenza atau flu burung disebabkan oleh virus A(H5N1) dan A(H7N9) yang menular melalui unggas. Virus ini berpotensi menjadi pandemi global. Pencegahan meliputi sanitasi yang baik, menjaga jarak dengan ternak, dan isolasi unggas sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan parasitologi. Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan inangnya. Parasit hidup menumpang pada inang untuk mendapatkan makanan dan perlindungan. Dokumen ini juga menjelaskan istilah-istilah terkait hubungan parasit-inang, contohnya zoonosis yang menunjukkan kemampuan parasit untuk menginfeksi berbagai jenis inang termasuk man
Dokumen tersebut membahas tentang vektor penyakit cacing, khususnya filariasis limfatik yang disebabkan oleh nyamuk genus Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia dan filariasis non-limfatik yang disebabkan oleh lalat genus Simulium dan Chrysops. Dokumen juga menjelaskan siklus hidup nyamuk dan lalat serta perilaku dan epidemiologi masing-masing vektor.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
Dokumen tersebut membahas tentang demam berdarah atau dengue. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu cepat jika tidak ditangani dengan baik. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, tanda bahaya, diagnosis, dan tindakan pencegahan demam berdarah.
Ebola adalah virus yang menyebabkan demam berdarah yang berbahaya dengan gejala seperti demam, muntah darah, dan kematian hingga 100% di beberapa kasus. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Pencegahannya adalah menghindari kontak dengan pasien Ebola dan menangani cairan tubuhnya dengan hati-hati.
The document discusses Ebola virus disease (EVD), also known as Ebola hemorrhagic fever. It first appeared in Africa in 1976 and causes severe bleeding and organ failure in humans and nonhuman primates. The virus spreads through direct contact with body fluids of infected individuals or contaminated environments. While there is no approved vaccine or treatment, prevention focuses on isolation of patients, medical staff training in infection control, safe burials, and avoiding contact with high-risk animals like bats that may carry the virus. The document provides details on the virus's pathogenesis, symptoms, subtypes, transmission methods, and the challenges it poses given its rapid multiplication and ability to evade immune responses.
This document summarizes an SEIR model used to model the 2014-2015 Ebola outbreak in West Africa. The model tracks susceptible, exposed, infectious, and recovered individuals over time. It was able to fit reported case and death data from Guinea, Sierra Leone, and Liberia reasonably well. When updated with more recent data, the model still fit dynamics in Guinea and Sierra Leone but overestimated cases in Liberia. Parameter values like transmission rate and decay rate varied between countries and initial assumptions in the original model were too simplistic.
Ebola hemorrhagic fever is a often-fatal viral disease that affects humans and nonhuman primates. It was first discovered in 1976 near the Ebola River in the Democratic Republic of Congo. There are 5 distinct sub-species of the Ebola virus. The natural reservoir of the virus is unknown, but it is believed to be animal-borne and native to Africa. Early symptoms include fever, headache, and muscle pain. Late stage symptoms are more severe and include internal and external bleeding. The virus disables a human protein called tetherin that normally prevents virus spread, allowing the virus to efficiently spread from cell to cell. There is no approved vaccine yet for Ebola virus, but research is
The document provides information on Ebola virus, including:
1. Ebola virus is classified in the genus Ebolavirus and family Filoviridae. There are 5 species that cause disease in humans, with Zaire ebolavirus having the highest fatality rate of up to 90%.
2. Ebola virus disease symptoms start suddenly and include fever, muscle pain, and headaches. Later symptoms include vomiting, diarrhea, and internal/external bleeding.
3. The virus is transmitted through contact with infected body fluids and tissue. Bats are believed to be the natural reservoir of the virus. There is no approved vaccine or treatment, though supportive care can increase survival.
Ebola virus causes a severe hemorrhagic fever with high fatality rates. It was first identified in 1976 and is transmitted through contact with infected body fluids. Symptoms include fever, muscle pain and bleeding. While there is no approved vaccine or treatment, recovery depends on supportive care. Outbreaks have occurred in central Africa and prevention focuses on isolation, protective equipment for healthcare workers, and safe burials.
Virus Ebola pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1976. Virus ini menyebabkan demam berdarah yang dapat mengakibatkan kematian hingga 90% kasus. Wabak terbesar terjadi di Afrika Barat pada 2014 dengan lebih dari 1.600 kasus di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Virus Ebola menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh pasien atau benda terkontaminasi, dan gejalanya meliputi demam, sak
Makalah ini membahas tentang virus Ebola, mulai dari ciri-ciri dan struktur virus, gejala, cara penularan, deteksi, pencegahan, dan pengobatan. Virus Ebola adalah virus berbahaya yang menyebabkan demam berdarah dan dapat menular dengan cepat melalui kontak darah atau cairan tubuh.
Dokumen ini membahas tentang penyakit Ebola, mulai dari sejarahnya, gejala, penyebab, penularan, pencegahan, dan upaya pengobatan. Virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Afrika dan menyebabkan kematian lebih dari 1200 orang. Penyakit ini sangat menular dan berbahaya, ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh pasien, dan belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah
Dokumen ini membahas tentang penyakit Ebola, mulai dari sejarah, gejala, penyebab, penularan, pencegahan, dan upaya dunia. Virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Afrika dan menyebabkan demam berat serta kematian. Penularannya terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh pasien. Saat ini belum ada vaksin yang disetujui, namun upaya pencegahan dan perawatan intensif dilakukan.
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...AlbarFirdaus
Β
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit menular di Indonesia dan faktor-faktor penyebabnya berdasarkan pendekatan ilmu kesehatan lingkungan dan perilaku. Beberapa penyakit menular utama di Indonesia adalah HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza, flu burung, kusta, filariasis, leptospirosis dan SARS. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan faktor lingkungan seperti kebersihan, sanit
Pneumonia Wuhan disebabkan oleh virus corona baru yang berasal dari hewan. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Pencegahannya meliputi mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, dan menghindari kontak dengan orang yang baru saja bepergian ke daerah terjangkit. Pemerintah telah meningkatkan kewaspadaan dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh di bandara dan memberikan edukasi kesehatan kepada
1. Virus Ebola merupakan salah satu dari dua famili virus RNA yang disebut Filoviridae.
2. Virus Ebola menyebar dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
3. Gejala infeksi Ebola meliputi demam, sakit kepala, dan pendarahan dari berbagai bagian tubuh yang dapat mengakibatkan kematian.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit menular seperti malaria, influenza, dan AIDS; penyakit tidak menular seperti kanker dan stroke; dan penyebab penyakit seperti pencemaran, vektor seperti nyamuk, dan hubungan seksual. Dokumen ini juga memberikan contoh penyakit seperti chikungunya, flu burung, dan penyakit tangan kaki dan mulut.
Ada 3 faktor penyebab penyakit HIV/AIDS yaitu:
1. Host adalah manusia, dengan rentan khususnya remaja dan perempuan.
2. Agen penyebab adalah virus HIV.
3. Lingkungan sosial dan budaya yang mendukung gaya hidup promiskuitas berisiko tinggi menularnya HIV.
1. Dokumen tersebut membahas definisi dan perbedaan antara wabah, kejadian luar biasa (KLB), serta contoh-contoh pandemi berbahaya seperti The Black Death, Polio, Cacar, Kolera, Ebola, Malaria, Pes, dan Flu Spanyol. Definisi wabah mencakup jumlah kasus besar dalam wilayah luas dan dampak berat, sedangkan KLB lebih spesifik pada peningkatan insidensi tertentu.
PPT Zoonosis dan Peran Mahasiswa 17 November 2020.pptxdiana315387
Β
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit zoonosis dan peran mahasiswa dalam pencegahannya. Beberapa penyakit zoonosis yang dijelaskan antara lain Nipah virus, virus avian influenza H5N1 dan H7N9, virus H1N1, West Nile virus, coronavirus, dan bagaimana perkembangan vaksin untuk menanggulanginya. Dokumen juga menjelaskan peran mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya
Makalah ini membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari pengertian, gejala, penyebaran, pencegahan, dan pengobatan. Pembahasan mencakup definisi HIV dan AIDS, bahaya penyakit ini, cara penularannya, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang virus corona atau Covid-19, mulai dari pengenalan dasar virus, asal muasal, gejala, penyebaran, penanganan di berbagai negara termasuk Indonesia, serta langkah pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan pengendalian penyakit vektor di Indonesia, khususnya tiga penyakit yaitu Chikungunya, Demam Berdarah Dengue, dan Filariasis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan oleh nyamuk dan masing-masing memiliki gejala, cara penularan, serta program pencegahan dan pengendaliannya di Indonesia.
1) Pediatric Sjogren Syndrome is a rare inflammatory disorder that involves the exocrine glands and causes dryness of the mouth and eyes.
2) It can present as a primary condition or secondary to other autoimmune disorders like SLE. Common features include parotid gland enlargement, dry eyes/mouth, arthritis, and skin rashes.
3) Diagnosis is based on criteria including symptoms, presence of autoantibodies, and histologic findings from biopsies of salivary glands showing lymphocytic infiltration.
Dokumen tersebut membahas 9 obat yang umumnya digunakan untuk mengobati asma alergi, yaitu kortikosteroid inhalasi, antagonis reseptor leukotrien, agonis beta short-acting, long-acting agonis beta, antihistamin, omalizumab, imunoterapi, kortikosteroid oral, dan teofilin. Kombinasi 2-3 obat biasanya digunakan untuk mengobati asma yang merupakan penyakit multifaktor.
Steven-Johnson syndrome (SJS) is a severe skin reaction characterized by lesions and mucous membrane erosions. It is caused by an immune reaction, often to drugs. The symptoms include fever and pain followed by spreading rashes, blisters and sores in the mouth, eyes and genitals. SJS is diagnosed based on its symptoms and skin biopsy. Treatment focuses on supportive care, stopping the triggering drug, and preventing infections. With prompt treatment the prognosis is usually good, but it can be life-threatening in severe cases with extensive blistering over large body areas.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Ibu dengan asma memiliki risiko lebih tinggi untuk komplikasi kehamilan seperti tekanan darah tinggi dan bayi dengan berat lahir rendah, meskipun bayi dapat tumbuh normal jika asma ibu dikelola dengan baik. Obat-obatan untuk asma umumnya dianggap aman selama kehamilan dan menyusui asalkan digunakan sesuai anjuran dokter. Anak dari i
Rheumatic fever is an inflammatory disease that occurs following a streptococcal throat infection. It is believed to be caused by an autoimmune response where antibodies generated to fight the streptococcal infection cross-react with tissues in the heart, joints, skin, and brain. This causes inflammation and damage, particularly to the heart valves. If not properly treated, rheumatic fever can lead to chronic rheumatic heart disease where repeated valve damage and scarring occurs.
Juvenile idiopathic arthritis (JIA) is the most common chronic rheumatologic disease in children. It is classified into several subtypes based on symptoms and physical exam findings. Oligoarticular JIA affects 4 or fewer joints, typically large weight-bearing joints. Polyarticular JIA affects 5 or more joints within the first 6 months. Systemic onset JIA is characterized by spiking fevers and rash. Physical exam may reveal synovitis, limited range of motion, and joint swelling. Screening for uveitis is important for some subtypes.
Takayasu arteritis is a rare type of vasculitis that causes inflammation of the aorta and its main branches, which can lead to narrowed or aneurysmal arteries. It most commonly affects young Asian women. Treatment aims to relieve arterial inflammation and prevent complications through medications like glucocorticoids and immunosuppressants, though the condition can be challenging to manage long-term. Diagnosis involves examining blood tests, imaging of arteries, and ruling out other conditions through angiography, MRI, or ultrasound.
This document discusses best practices for allergen immunotherapy. It provides an overview of its effectiveness for treating allergic rhinitis, asthma, and venom hypersensitivity based on updated meta-analyses. Guidelines developed by WHO and allergy societies recommend immunotherapy for patients who have not responded adequately to medications or avoidance measures. Precautions are discussed for special groups like children, pregnant women, and elderly patients. The document also covers patient selection, product preparation, dosing schedules, safety considerations, and managing treatment.
The document discusses the criteria for diagnosing atopic dermatitis. It describes the Hanifin and Rajka criteria, which includes major criteria like pruritus, characteristic skin lesions, lichenification in flexural areas and facial/extensor areas in babies/children, chronic symptoms, and family history of atopy. Minor criteria include features like ichthyosis, xerosis, positive skin tests, high IgE levels, early age of onset, vulnerability to infections like Staphylococcus and herpes, tendency for nonspecific dermatitis, nipple eczema, cheilitis, and recurrent conjunctivitis. The criteria are used to systematically diagnose atopic dermatitis.
The document discusses the criteria for diagnosing atopic dermatitis according to Hanifin and Rajka. It outlines the major criteria which include pruritus, characteristic skin lesions, lichenification in flexural areas or face/extremities in babies/children, and chronicity or family history of atopy. Minor criteria include features like xerosis, positive skin tests, high IgE levels, early age of onset, vulnerability to infections, tendency for nonspecific dermatitis, nipple eczema, cheilitis, and recurrent conjunctivitis. The criteria are used to diagnose atopic dermatitis based on the presence of a minimum number of major and/or minor criteria.
Health economics perspective in allergy prevention in childrenAriyanto Harsono
Β
This document discusses the economics of allergy prevention in children. It notes that the prevalence of allergic diseases is increasing, impacting both individuals and society through costs. Primary prevention strategies aim to recognize high-risk infants. Research shows exclusively breastfeeding for the first four months and introducing hydrolyzed formula for high-risk infants not breastfed can help prevent allergic diseases. Economic analyses from the perspectives of healthcare systems, families, and societies find hydrolyzed formulas, though costlier initially, reduce long-term costs through fewer cases of allergic disease compared to standard formulas. Partially hydrolyzed formulas are found to be cost-effective options for prevention compared to extensively hydrolyzed or soy formulas.
Meta-analisis ini menemukan bahwa pemberian formula susu sapi terhidrolisis sebagian dapat mengurangi risiko penyakit alergi pada bayi, terutama dermatitis atopik, dibandingkan formula susu sapi pada beberapa titik waktu. Studi terbatas juga menunjukkan pengurangan risiko gejala gastrointestinal dan alergi makanan. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara formula susu sapi terhidrolisis sebagian dan formula susu l
Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi medis yang menyerupai gejala asma namun sebenarnya bukan asma, seperti sindrom pseudo asma, pertussis, tuberkulosis, fibrosis kistik, diskinesia silia primer, bronkitis kronis purulen, bronchomalacia, tracheomalacia, dan sindrom kebiasaan batuk. Dokumen ini menyarankan pentingnya mendiagnosis penyebab sebenarnya dari gejala batuk, sesak nafas, dan mengi untuk menceg
The document discusses the immune response in babies and children to viruses. It describes the innate and adaptive immune response, including the roles of cytokines, T cells, B cells, and memory cells. It also summarizes the clinical symptoms and presentation of various viral infections that commonly affect babies and children, such as cytomegalovirus, warts, herpes, mumps, measles, rubella, influenza strains, SARS, and HIV/AIDS. The document provides diagrams of immune pathways and cycles of infection for different viruses.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Ariyanto Harsono
Β
The document discusses the immune response in babies and children to bacterial infections. It presents diagrams of the immune system pathways involved in both innate and adaptive immunity. The innate immune response involves cytokines that activate natural killer cells, neutrophils, and macrophages to attack pathogens. The adaptive response involves T helper cells that activate B cells and cytotoxic T cells. Memory cells are also generated to mount a faster response upon future exposures. The mechanisms discussed aid in phagocytosis and lysis of extracellular bacteria through opsonization, complement activation, and Fc receptor binding.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Β
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Β
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP βCSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)β akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel β BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info iniπ utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
2. Pendahuluan
Ebola (EVD= Ebola Virus Disease), sebelumnya dikenal
sebagai Demam Berdarah Ebola, adalah, penyakit
yang sering fatal, parah pada manusia. Virus ini
ditularkan kepada orang-orang dari hewan liar dan
menyebar dalam populasi manusia melalui penularan
dari manusia ke manusia. Virus Ebola menyebabkan,
penyakit serius akut yang sering fatal jika tidak
diobati. Penyakit virus Ebola (EVD) pertama kali
muncul pada tahun 1976 dalam 2 wabah simultan,
satu di Nzara, Sudan, dan yang lainnya di Yambuku,
Republik Demokratik Kongo. Yang terakhir terjadi di
sebuah desa di dekat Sungai Ebola, yang sampai
sekarang penyakit ini mengambil namanya.
3. Epidemiologi
Wabah saat ini di Afrika barat, (kasus pertama dilaporkan Maret
2014), adalah yang terbesar dan paling kompleks wabah Ebola
sejak virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Ada
lebih banyak kasus dan kematian dalam wabah ini dari semua
yang lain digabungkan. Hal ini juga menyebar di antara negara-negara
mulai di Guinea kemudian menyebar di perbatasan darat
ke Sierra Leone dan Liberia, melalui udara (1 wisatawan saja) ke
Nigeria, dan darat (1 wisatawan) ke Senegal.
Yang paling parah negara, Guinea, Sierra Leone dan Liberia
memiliki sistem kesehatan yang sangat lemah, kurang sumber
daya manusia dan infrastruktur, setelah baru saja muncul dari
periode panjang konflik dan ketidakstabilan. Pada tanggal 8
Agustus, WHO Direktur Jenderal menyatakan wabah ini
Kesehatan Darurat Masyarakat Peduli Internasional.
Terpisah, terkait wabah Ebola dimulai di Boende, Equateur,
bagian terisolasi dari Republik Demokratik Kongo.
4. Virus Penyebab
Keluarga virus Filoviridae
mencakup 3 genera:
Cuevavirus, Marburgvirus, dan
Ebolavirus. Ada 5 spesies yang
telah diidentifikasi: Zaire,
Bundibugyo, Sudan, Reston
dan Tai Forest. Pertama 3,
Bundibugyo Ebolavirus, Zaire
Ebolavirus, dan Sudan
Ebolavirus telah dikaitkan
dengan wabah besar di Afrika.
Virus yang menyebabkan
wabah 2014 Afrika barat milik
spesies Zaire.
5. Penularan
Diperkirakan bahwa
kelelawar buah dari keluarga
Pteropodidae adalah host
alami Ebola virus. Ebola
masuk ke dalam populasi
manusia melalui kontak
dekat dengan darah, sekresi,
organ atau cairan tubuh
lainnya dari hewan yang
terinfeksi seperti simpanse,
gorila, kalong, monyet,
kijang hutan dan landak
ditemukan sakit atau mati di
hutan hujan.
6. Ebola kemudian menyebar melalui manusia ke manusia
penularan melalui kontak langsung (melalui kulit
rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi,
organ atau cairan tubuh lain dari orang yang
terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan
(misalnya tempat tidur, pakaian) terkontaminasi
cairan.
Petugas kesehatan telah sering terinfeksi saat merawat
pasien yang diduga atau dikonfirmasi EVD. Hal ini
terjadi melalui kontak dekat dengan pasien ketika
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
tidak ketat dipraktekkan
7. ο Upacara pemakaman di
mana pelayat memiliki
kontak langsung dengan
tubuh orang yang meninggal
juga dapat berperan dalam
transmisi Ebola.
ο Orang-orang tetap menular
selama darah mereka dan
cairan tubuh, termasuk
semen dan air susu ibu,
mengandung virus. Pria yang
telah sembuh dari penyakit
ini masih bisa menularkan
virus melalui air mani hingga
7 minggu setelah sembuh
dari penyakit.
8. Gejala penyakit virus Ebola
Masa inkubasi, yaitu, interval
waktu dari infeksi dengan virus
untuk timbulnya gejala adalah 2-
21 hari. Manusia tidak menular
sampai mereka mengalami
gejala. Gejala pertama adalah
tiba-tiba mengalami kelelahan
demam, nyeri otot, sakit kepala
dan sakit tenggorokan.
9. Ini diikuti dengan muntah,
diare, ruam, gejala gangguan
fungsi ginjal dan hati, dan
dalam beberapa kasus, baik
internal maupun eksternal
perdarahan (misalnya
mengalir dari gusi, darah
dalam tinja).
11. Diagnosis
Ini bisa sulit untuk membedakan EVD dari penyakit menular
lainnya seperti malaria, demam tifoid dan meningitis.
Konfirmasi bahwa gejala disebabkan oleh infeksi virus Ebola
yang dibuat menggunakan penyelidikan sebagai berikut:
ο antibodi-capture enzyme-linked Immunosorbent Assay
(ELISA)
ο Tes deteksi antigen-capture
ο Tes netralisasi serum
ο Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)
assay
ο mikroskop elektron
ο isolasi virus dengan kultur sel.
12. Pengobatan dan vaksinasi
Mendukung perawatan rehidrasi dengan fluids-oral
atau intravena dan pengobatan gejala yang
spesifik, meningkatkan kelangsungan hidup. Belum
ada pengobatan yang terbukti tersedia untuk
Ebola. Namun, berbagai perawatan potensial
termasuk produk darah, terapi kekebalan tubuh
dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi. Tidak
ada lisensi vaksin yang tersedia, tapi 2 vaksin
potensial menjalani pengujian keselamatan
manusia.
13. Pencegahan dan pengendalian
Pengendalian wabah yang baik bergantung pada
penerapan paket intervensi, yaitu manajemen kasus,
pengawasan dan pelacakan kontak, layanan
laboratorium yang baik, penguburan aman dan
mobilisasi sosial. Keterlibatan masyarakat merupakan
kunci sukses mengendalikan wabah. Meningkatkan
kesadaran faktor risiko untuk infeksi Ebola dan
langkah-langkah perlindungan yang dapat dilakukan
oleh individu adalah cara yang efektif untuk
mengurangi penularan dari manusia. Pesan
pengurangan risiko harus fokus pada beberapa
faktor:
14. ο Mengurangi risiko penularan satwa liar ke
manusia dari kontak dengan kelelawar yang
terinfeksi atau monyet/kera dan konsumsi daging
mentah mereka. Hewan yang mati harus ditangani
dengan sarung tangan dan pakaian pelindung yang
sesuai lainnya. Produk-produk hewani (darah dan
daging) harus dimasak dengan matang sebelum
dikonsumsi.
15. ο Mengurangi risiko penularan dari manusia ke
manusia dari kontak langsung atau dekat dengan
orang dengan gejala Ebola, terutama dengan
cairan tubuh mereka. Sarung tangan dan alat
pelindung diri yang sesuai harus dipakai saat
merawat pasien yang sakit di rumah. Mencuci
tangan secara teratur diperlukan setelah
mengunjungi pasien di rumah sakit, serta setelah
merawat pasien di rumah.
16. ο Tindakan penanggulangan Wabah termasuk
penguburan cepat dan aman dari orang mati,
mengidentifikasi orang yang mungkin telah
melakukan kontak dengan seseorang yang
terinfeksi Ebola, memantau kesehatan kontak
selama 21 hari, pentingnya memisahkan sehat
dari sakit untuk mencegah penularan lebih lanjut,
pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan
yang bersih.
17. Mengontrol infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan
Petugas kesehatan harus selalu berhati-hati standar ketika merawat pasien,
terlepas dari dugaan diagnosis mereka. Ini termasuk kebersihan tangan
dasar, kebersihan pernapasan, penggunaan alat pelindung diri (untuk
memblokir percikan atau kontak lainnya dengan bahan yang terinfeksi),
praktik injeksi yang aman dan praktek penguburan aman.
Petugas kesehatan merawat pasien yang diduga atau dikonfirmasi virus
Ebola harus menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi ekstra
untuk mencegah kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien dan
permukaan yang terkontaminasi atau bahan seperti pakaian dan selimut.
Ketika kontak dekat (dalam 1 meter) dari pasien dengan pekerja EBV,
layanan kesehatan harus memakai pelindung wajah (pelindung wajah
atau masker bedah dan kacamata), bersih, tidak steril gaun lengan
panjang, dan sarung tangan (sarung tangan steril untuk beberapa
prosedur).
Pekerja laboratorium juga beresiko. Sampel yang diambil dari manusia dan
hewan untuk penyelidikan infeksi Ebola harus ditangani oleh staf terlatih
dan diproses, dilengkapi di laboratorium sesuai.