SlideShare a Scribd company logo
Peran Niat Dalam Amal 
1 
@ @ 
Penulis: 
Al-Ustadz Abul ‘Abbas Khalid Syamhudi, Lc. 
(Staf Pengajar Ma’had Ukhuwwah dan Imam Bukhori) 
Sumber : 
httttttttpppp::::////////mmmmuuuusssslllliiiimmmm....oooorrrr....iiiidddd 
Disebarkan dalam bentuk Ebook di 
Maktabah Abu Salma al-Atsari 
hhhhttttttttpppp::::////////ddddeeeeaaaarrrr....ttttoooo////aaaabbbbuuuussssaaaallllmmmmaaaa
Peran Niat Dalam Amal 
MMMMaaaattttaaaannnn HHHHaaaaddddiiiittttssss 
 ع  ن َأمِيرِ اُلمؤمِنِي  ن َأبِ  ي  حْ فصٍ  ع  م ر بنِ ا َ لخطَّابِ َقا َ ل :  سمِ ع  ت  ر  س  و َ ل اللهِ يُق  و ُ ل : 
إِن  ما الأَ  ع  ما ُ ل بِالنيَاتِ  و إِنمَا لِ ُ كلِّ ا مرِئٍ ما ن  وى َف  م  ن َ كان  ت هِ  جرته إَِلى اللهِ  و 
 ر  س  ولِهِ َفهِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ  و م  ن َ كانت هِ  جرته لِ  دنيا يصِيب  ها، َأوِ ا م رَأةٍ 
ينكِ  ح ها َفهِ  جرته إَِلى ما  ها  ج ر إَِليهِ 
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khaththab 
radhiyallahu’anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amal-amal 
itu tergantung dengan niat, dan sesungguhnya seseorang 
itu hanya akan mendapatkan balasan sebagaimana niatnya. 
Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, 
maka (pahala) hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan RasulNya. 
Dan barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk kepentingan 
harta dunia yang hendak dicapainya, atau karena seorang 
wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya akan dibalas 
sebagaimana yang ia niatkan.” (HSR. Bukhari dan Muslim dalam 
kedua Shahih-nya) 
2
Peran Niat Dalam Amal 
TTTTaaaakkkkhhhhrrrriiiijjjj HHHHaaaaddddiiiittttssss 
Hadits di atas diriwayatkan oleh: 
1. Bukhari, Kitab Bad’ul Wahyu no. 1, dalam Kitabul Iman no. 
54, ada beberapa tempat dalam Shahih-nya, seperti kitab Al- 
‘Itq, dan lainnya (Fat-hul Bari, I/9, 135). 
2. Muslim, Kitabul Imarah, Bab Innamal A’malu bin Niyyat, no. 
3 
1907. 
3. Abu Dawud dalam Sunan-nya, Kitabut Thalaq, Bab Fi Ma 
‘Uniya Bihi at Thalaq wan Niyat, no. 2201. 
4. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, Kitab Fadha-ilul Jihad, Bab 
Man Ja’a fi Man Yuqatilu Riya’an Wa liddunya, no. 1647. 
5. An Nasa-i dalam Sunan-nya, Kitab Ath-Thaharah, Bab An- 
Niyyah fil Wudhu’ (I/59-60). 
6. Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Kitab Az-Zuhd, Bab An- 
Niyyah, no. 4227. 
7. Ahmad di dalam Musnad-nya (I/25, 43). 
8. Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa, no. 64. 
9. Baihaqi dalam Sunan-nya (IV/235), Bab Man Ughniya ‘Alaihi 
fi Ayyam min Syahri Ramadhan. 
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Daruquthni (I/136), Ibnu 
Khuzaimah (1/232 no. 455), Ibnu Hibban (at Ta’liqatul Hisan 
‘Ala Shahih Ibni Hibban, no. 389) dan yang lainnya.
Peran Niat Dalam Amal 
Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat tahun 795 H) mengatakan: “Hadits 
ini (adalah) hadits fard (gharib), hanya diriwayatkan oleh Yahya 
bin Sa’id al-Anshari dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari 
‘Alqamah bin Abi Waqqas al-Laitsi dari Umar bin Khaththab. 
Tidak Ada jalan lain yang shahih selain jalan ini, menurut 
pendapat Ali Ibnul Madini dan lainnya.” 
Imam Al-Khaththabi berkata: “Aku tidak mengetahui adanya 
khilaf di kalangan ahli hadits tentang masalah itu. Meskipun ada 
riwayat dari jalan Abu Sa’id al-Khudri dan lainnya, akan tetapi 
tidak satupun yang shahih menurut para huffazh (imam- imam 
ahli hadits).” (Jami’ul ‘Uluum Wal Hikam, I/60 dan Iqazhul 
Himam, hlm. 28). 
Imam Bazzar berkata, ”Abu As-Sakan, Muhammad bin I’tab, 
Ibnul Jauzi dan selain mereka mengatakan, bahwa tidak ada 
satu pun hadits yang sah (tentang hadits innamal a’malu bin 
niyat) dari seorang sahabat, melainkan dari Umar bin Khaththab 
saja.” (At-Talkhisul Habir, 1/92, Cet. I Muassassah Qurthubah, 
Th. 1416 H). 
Jadi pendapat jumhur ahli hadits menyatakan bahwa hadits ini 
adalah hadits ahad, tidak mencapai derajat mutawatir, meskipun 
yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id Al Anshari banyak 
sekali, karena dari sahabat Umar bin Khaththab sampai kepada 
Yahya bin Sa’id hanya terdapat satu jalan. 
4
Peran Niat Dalam Amal 
Asbabul AAAsssbbbaaabbbuuulll WWWWuuuurrrruuuudddd HHHHaaaaddddiiiittttssss 
Tentang asbabul wurud hadits (sebab datangnya hadits) 
diriwayatkan, ada seorang wanita bernama Ummu Qais sudah 
dilamar oleh seseorang, dan dia tidak mau dinikahi sampai calon 
suaminya hijrah. Lalu ia hijrah dan kami menamakan orang 
tersebut dengan muhajir Ummu Qais. Kisah ini banyak ditulis 
dalam beberapa kitab, akan tetapi tidak ada asalnya yang 
shahih. Wallahu’allam. (Jami’ul Ulum Wal Hikam, I/24 dan 
Iqazhul Himam, hlm. 37). 
Kata Ibnu Hajar Al-Asqalani: “…Tetapi tidak ada riwayat yang 
shahih yang menjelaskan hadits innamal a’malu sebabnya 
karena itu (karena Ummu Qais). Aku tidak melihat sedikitpun 
dari jalan-jalan hadits yang jelas tentang masalah itu.” (Fat-hul 
Bari, I/10). 
Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali membenarkan perkataan Ibnu 
Rajab, bahwa kisah asbabul wurud hadits di atas tidak benar. 
(Iqazhul Himam Al-Muntaqa Fi Jami’il Ulum Wal Hikam, hlm. 
37). 
5
Peran Niat Dalam Amal 
KKKKeeeedddduuuudddduuuukkkkaaaannnn HHHHaaaaddddiiiittttssss 
Banyak perkataan ulama tentang hadits ini, di antaranya: 
· Imam Nawawi berkata, ”Kaum muslimin telah ijma’ 
(sepakat) tentang tingginya hadits ini dan sangat banyak 
manfaatnya.” 
· Imam Syafi’i berkata, ”Hadits ini merupakan sepertiga ilmu 
dan masuk dalam tujuh puluh bab masalah fiqh.” (Syarah 
Shahih Muslim, XIII/53). 
· Imam Abdurrahman bin Mahdi (wafat th. 198 H) berkata, 
”Hadits tentang niat masuk dalam tiga puluh bab masalah 
ilmu.” (Tuhfatul Ahwadzi, V/286). Kata beliau juga: 
“Selayaknya bagi orang yang menyusun satu kitab, 
hendaknya dimulai dengan hadits ini untuk mengingatkan 
para penuntut ilmu agar meluruskan dan memperbaiki 
niatnya.” (Syarah Muslim, XIII/53; Jami’ul Ulum Wal Hikam, 
I/61). Imam Bukhari pun memulai kitabnya dengan hadits 
ini. 
· Abu Abdillah mengatakan, ”Tidak ada satupun hadits yang 
paling mencakup berbagai masalah dan paling banyak 
manfaatnya, melainkan hadits ini.” (Tuhfatul Ahwadzi 
V/286). 
6
Peran Niat Dalam Amal 
· Abdurrahman bin Mahdi, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Ali Ibnu 
Madini, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Daruquthni, dan Hamzah Al- 
Kinani, semuanya bersepakat bahwa hadits ini adalah 
sepertiga ilmu. (Fat-hul Bari, I/11). Yang dimaksud dengan 
sepertiga ilmu ialah, sebagaimana yang dijelaskan oleh 
Imam Ahmad bin Hanbal, bahwa pokok-pokok Islam datang 
dari tiga hadits, yaitu: 
1. Hadits Umar: إن  ما ْالأ  ع  ما ُ ل بِالِنياتِ 
2. Hadits ‘Aisyah: م  ن َأ  ح  د َ ث فيِ َأ  مرِنا  ه َ ذا 
3. Hadits Nu’man bin Basyir : إِنَّ ا َ لح َ لا َ ل بي  ن  و إِنَّ ا َ لحرام بي  ن (Iqazhul 
7 
Himam, hlm. 29). 
· Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, ”Makna yang 
ditunjukkan hadits ini merupakan pokok penting dari prinsip-prinsip 
agama, bahkan merupakan pokok dari setiap amal.” 
(Majmu’ Fatawa, XVIII/249). Sebagian ulama berpendapat, 
pokok-pokok agama terdapat dalam empat hadits 
dikarenakan melihat urgensi dari hadits-hadits tersebut. 
· Imam Syaukani berkata, ”Hadits ini mempunyai faidah yang 
sangat banyak, dan tidak cukup untuk saya jelaskan di sini. 
Meskipun hadits ini gharib, namun layak ditulis (dibahas) 
dalam satu kitab tersendiri.” (Nailul Authar, I/159).
Peran Niat Dalam Amal 
MMMMaaaakkkknnnnaaaa HHHHaaaaddddiiiittttssss 
8 
إِ ن  ما الأَ  ع  ما ُ ل 
(innama) susunan seperti ini menunjukan pengertian hashr ا َ لح  صر 
pembatasan, yang diartikan dengan “hanya”, maka hashr ialah, 
menetapkan hukum yang disebutkan dan menafikan yang 
selainnya. (Qawaa-id wa Fawaa-id minal Arba’in an-Nawawiyah, 
hal. 25). 
الأَ  ع  ما ُ ل 
artinya, “amal-amal”. Kata jamak dari yang diawali dengan alif 
lam ال , yang menunjukkan arti istighraq yang berarti seluruh 
amal. Yang dimaksud adalah amal-amal syar’i yang 
membutuhkan niat. Adapun yang tidak, seperti kebiasaan 
makan, minum, berpakaian dan yang lainnya, atau seperti 
mengembalikan amanah dan tanggung jawab, atau 
menghilangkan najis, maka, tidak membutuhkan niat. Akan 
tetapi ada ganjarannya bagi yang berniat untuk taqarrub kepada 
Allah. (Ibid, hal. 26, Iqadhul Himam al-Muntaqa min Jami’il 
‘Uluum wal Hikaam, hal. 30-31). 
Jadi maknanya, setiap amal harus ada niat dan tidak ada amal 
tanpa niat. (Nailul Authar 1/157). Bisa juga إن  ما ْالأ  ع  ما ُ ل بِالِنياتِ diartikan 
bahwa amal itu menjadi baik, buruk, diterima, ditolak, diganjar
Peran Niat Dalam Amal 
atau tidak, itu tergantung dari niatnya. Artinya, baik dan 
buruknya amal tergantung niat. (Iqadhul Himam, hal. 31). 
النيا  ت 
jamak dari نِيٌة . Dalam bahasa diartikan الَق  ص  د (tujuan), yaitu hati 
menyengaja secara sadar terhadap apa yang dituju (dimaksud) 
mengerjakannya. 
ن  وى – ينوِ  ي نِيًة و  ه  و  ع  زم الَقْلبِ  عَلى َأ مرٍ مِ  ن الأَُ م  ورِ 
(Kehendak hati untuk mengerjakan suatu perkara). (Lisanul 
‘Arab libni Manzhur 14/343, cet. Daar Ihya at Turats Al ‘Arabi, 
Mu’jamul Wasith 2/965). 
Al-Baidhawi berkata, ”Niat adalah dorongan hati yang dilihat 
sesuai dengan suatu tujuan, berupa mendatangkan manfaat 
atau mendatangkan mudharat dari sisi kondisi atau tempat. 
(Fat-hul Baari 1/13). Ada yang berpendapat, niat adalah, 
menuju sesuatu yang dibarengi dengan mengerjakannya.” 
(Bahjatun Nazhirin 1/31 dan Syarah Hadits Arba’in oleh Imam 
Nawawi hal. 17). 
إِنمَا لِ ُ كلِّ ا مرِئٍ ما ن  وى: … 
Sesungguhnya setiap orang akan memperoleh dari Allah sesuai 
dengan apa yang diniatkan. Jika berniat baik, maka ia akan 
memperoleh kebaikan. Dan jika berniat jelek, maka ia akan 
memperoleh balasan kejelekan pula. (Bahjatun Nazhirin 1/31 
dan Syarah Hadits Arba’in oleh Imam Nawawi hal. 17). 
9
Peran Niat Dalam Amal 
فَ  م  ن َ كان  ت هِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ َفهِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ  و م  ن َ كان  ت 
هِ  جرته لِ  دنيا يصِيب  ها، َأوِ ا م رَأةٍ ينكِ  ح ها َفهِ  جرته إَِلى ما  ها  ج ر إَِليهِ 
“Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka 
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Da barangsiapa yang 
hijrahnya karena dunia yang akan diperoleh atau wanita yang 
akan dinikahinya, maka hijrahnya menurut apa yang ia hijrah 
kepadanya.” 
Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, “Tatkala Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa amal-amal 
tergantung dengan niat, dan seseorang akan mendapatkan 
sesuatu tergantung dari niatnya, baik atau buruk; dua kalimat 
ini merupakan dua kaidah yang mencakup dan merupakan 
contoh perbuatan yang bentuknya sama, akan tetapi berbeda 
hasilnya. Rusaknya amal itu tergantung dari niat. Ada orang 
yang hijrah ke negeri Islam, karena harta dunia atau karena 
wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya menurut niatnya. 
Yang pertama adalah tajir (pedagang), dan yang kedua adalah 
khathib (peminang). Keduanya bukan muhajir (orang yang 
berhijrah) yang sebenarnya.” (Iqazhul Himam hal. 36-37). 
إَِلى ما  ها  ج ر إَِليهِ: 
Menurut apa yang ia hijrah kepadanya. Hal ini menunjukkan 
jelek dan hinanya orang yang hijrah karena harta dan wanita. 
(Iqazhul Himam hal. 36-37). 
10
Peran Niat Dalam Amal 
11 
َاْلهِ  جرُة. 
Asal maknanya ialah تر  ك ال  ش  يءَ  , yaitu meninggalkan sesuatu. 
Sedangkan menurut istilah syar’i ialah, 
هِ  جرا ُ ن بَلدِ ال  ش  ركِ  و الإِنتَِقا ُ ل مِنه إَِلى دارِ الإِ  س َ لامِ 
(Pindah dari negeri kafir ke negeri Islam). 
Oleh para ulama, hijrah ini dibagi menjadi beberapa bagian. 
Hijrah tetap berlaku selama musuh masih diperangi, 
sebagaimana taubat masih diterima sampai matahari terbit dari 
barat. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
َ لا تنقَطِ  ع اْلهِ  جرُة  حتى تن َقطِ  ع الت  وبُة  و َ لا تنَقطِ  ع الت  وبُة  حتى ت ْ طُل  ع ال  ش  م  س مِ  ن 
م غرِبِ  ها 
Tidak akan terhapus hijrah sampai tidak ada lagi taubat yang 
diterima, dan tidaklah berhenti taubat itu diterima sampai 
matahari terbit dari barat. (HR. Ahmad, IV/99; Abu Dawud, no. 
2479 dan Ad Darimi, II/239-240 dari sahabat Mu’awiyah z, 
shahih)
Peran Niat Dalam Amal 
PPPPeeeennnnjjjjeeeellllaaaassssaaaannnn HHHHaaaaddddiiiittttssss 
Tidak diragukan lagi, niat itu merupakan neraca bagi sahnya 
suatu perbuatan. Niat merupakan kehendak yang pasti, 
sekalipun tidak disertai dengan amal. Maka dari itu, kadang-kadang 
kehendak ini merupakan niat yang baik lagi terpuji, dan 
kadang merupakan niat yang buruk lagi tercela. Hal ini 
tergantung dari apa yang diniatkan, dan juga tergantung kepada 
pendorong dan pemicunya; Apakah untuk dunia ataukah untuk 
akhirat? Apakah untuk mencari keridhaan Allah, ataukah untuk 
mencari keridhaan manusia? Sebagaimana sabda Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam: 
…ُث  م يبعُث  و َ ن  عَلى نِياتِهِ  م… 
Kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka… (HR. 
Ibnu Majah, no. 4229 dan Ahmad, II/392) 
Karena peranan niat dalam mengarahkan amal menentukan 
bentuk dan bobotnya, maka para ulama menyimpulkan banyak 
kaidah fiqh yang diambil dari hadits ini, yang merupakan kaidah 
yang luas. Diantara kaidah itu ialah: 
َْالأُم  و  ر بِ  مَقاصِدِ  ها 
(suatu perkara tergantung dari tujuan niatnya). 
12
Peran Niat Dalam Amal 
Niat NNNiiiaaattt ddddaaaannnn TTTTuuuujjjjuuuuaaaannnn SSSSyyyyaaaarrrriiiiaaaatttt 
Imam Ibnul Qayyim berkata, ”Niat adalah ruh amal, inti dan 
sendinya. Amal itu mengikuti niat. Amal menjadi benar karena 
niat yang benar. Dan amal menjadi rusak karena niat yang 
rusak.” (I’lamul Muwaqqi’in VI/106, tahqiq Syaikh Masyhur 
Hasan Salman). 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan dua 
kalimat yang sangat dalam maknanya, yaitu, sesungguhnya 
amal-amal bergantung kepada niat dan seseorang memperoleh 
apa yang diniatkan. 
Dalam kalimat pertama, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menjelaskan, amal tidak ada artinya tanpa ada niat. Sedangkan 
dalam kalimat kedua, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menjelaskan, orang yang melakukan suatu amal, ia tidak 
memperoleh apa-apa kecuali menurut niatnya. Hal ini mencakup 
iman, ibadah, da’wah, muamalah, nadzar, jihad, perjanjian dan 
tindakan apapun. 
Pengaruh niat dalam sah atau tidaknya suatu ibadah sudah 
dijelaskan di atas. Semua amal qurbah (untuk mendekatkan diri 
kepada Allah) harus dilandaskan kepada niat. Suatu tindakan 
tidak dikatakan ibadah, kecuali disertai niat dan tujuan. Maka 
dari itu, sekalipun seseorang menceburkan diri ke dalam air 
13
Peran Niat Dalam Amal 
tanpa niat mandi, atau masuk kamar mandi semata untuk 
membersihkan diri, atau sekedar menyegarkan badan, maka 
perbuatan itu tidak termasuk amal qurbah dan ibadah. 
Contoh lain, ada seseorang tidak makan sehari penuh karena 
tidak ada makanan, atau karena pantang makan, atau karena 
akan dioperasi, maka ia tidak disebut orang yang melakukan 
ibadah puasa. 
Contoh lain, seseorang yang berputar mengelilingi Ka’bah untuk 
mencari sesuatu yang jatuh, atau mencari saudaranya yang 
hilang, maka orang tersebut tidak dikatakan melakukan thawaf 
yang disyariatkan. 
Imam Nawawi menjelaskan, niat itu disyariatkan untuk 
beberapa hal berikut. 
Pertama, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan 
(adat). Misalnya duduk di masjid, ada yang berniat istirahat, ada 
pula yang tujuannya untuk i’tikaf. Mandi dengan niat mandi 
junub, berbeda dengan mandi yang hanya sekedar untuk 
membersihkan diri. Yang membedakan antara ibadah dan 
kebiasaan adalah niat. 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini, ketika 
seorang laki-laki yang berperang karena riya (ingin dilihat 
orang), karena fanatisme golongan, dan berperang karena 
keberanian. Siapakah yang berperang di jalan Allah? Maka 
14
Peran Niat Dalam Amal 
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: 
م  ن َقات َ ل لِت ُ ك  و َ ن كَلِ  مُة اللهِ هِ  ي العْليا َف  ه  و فِ  ي  سبِيلِ اللهِ 
Barangsiapa berperang dengan tujuan agar kalimat Allah adalah 
yang paling tinggi, maka itulah fi sabilillah. (HR. Al-Bukhari 
dalam Kitabul Ilmi no. 123 (Fat-hul Baari I/222) dan Muslim 
Kitabul Imarah no. 1904, Tirmidzi no. 1646, Abu Dawud no. 
2517, Ibnu Majah no. 2783 dan an-Nasaa-I VI/23 dari Sahabat 
Abu Musa al-Asy’ari) 
Kedua, untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah 
yang lain. Misalnya seseorang mengerjakan shalat empat 
rakaat. Apakah diniatkan shalat Dhuhur ataukah shalat sunnat 
(ataukah diniatkan untuk shalat Ashar)? Yang membedakannya 
adalah niat. Demikian juga dengan orang yang memerdekakan 
seorang hamba, apakah ia niatkan untuk membayar kafarah 
(tebusan), ataukah ia niatkan untuk nadzar, atau yang lainnya? 
Jadi yang penting, untuk membedakan dua ibadah yang sama 
adalah niat. (Syarah Arba’in oleh Imam Nawawi hal. 8). 
Kata niat yang sering diulang-ulang dalam hadits Nabi 
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan firman Allah, terkadang dengan 
makna iradah ( الإِ رادُة ), dan terkadang dengan makna qashd ( (َاْلَق  ص  د 
dan sejenisnya. Seperti dalam surat Ali Imran ayat 152, surat Al 
Isra` ayat 18-19. 
15
Peran Niat Dalam Amal 
Pengaruh PPPeeennngggaaarrruuuhhh NNNNiiiiaaaatttt TTTTeeeerrrrhhhhaaaaddddaaaapppp HHHHaaaallll-HHHHaaaallll yyyyaaaannnngggg MMMMuuuubbbbaaaahhhh 
ddddaaaannnn KKKKeeeebbbbiiiiaaaassssaaaaaaaannnn 
Karena besarnya pengaruh niat, maka hal-hal yang mubah dan 
kebiasaan, dapat bernilai ibadah dan amalan qurbah. Pekerjaan 
mencari rezeki, bercocok tanam, berkarya, berdagang, 
mengajar dan profesi lainnya, dapat menjadi ibadah dan jihad f i 
sabilillah selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga 
dirinya dari hal-hal yang diharamkan dan mencari yang halal, 
serta tidak bertentangan dengan perintah dan larangan dari 
Allah dan Rasul-Nya. 
Begitu pula makan minum, berpakaian, jika dikerjakan dengan 
niat untuk ketaatan kepada Allah dan melaksanakan kewajiban 
kepada Rabb, maka akan diganjar berdasarkan niatnya. Orang 
yang mencari nafkah untuk menjaga dirinya agar tidak 
meminta-minta kepada orang lain, untuk membiayai dirinya dan 
keluarganya, akan diganjar atas niatnya. Seperti hadits Sa’ad 
bin Abi Waqqash Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda: 
إِن  ك َل  ن تنفِ  ق نَفَقًة تبتغِ  ي بِ  ها  و  جه اللهِ إِلاَّ ُأجِ  ر  ت  عَلي  ها  حتى ت  جع َ ل فِ  ي فِي ا  مرَأتِ  ك 
Sesungguhnya jika engkau menafkahkan hartamu yang 
dengannya engkau mengharapkan wajah Allah, maka engkau 
16
Peran Niat Dalam Amal 
akan diberi pahala lantaran nafkahmu sampai apa yang engkau 
suapkan ke mulut isterimu. (HR. Bukhari, no. 56; Fat-hul Bari, 
I/136 dan Muslim no. 1628, 5) 
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata, ”Imam An-Nawawi 
mengambil istimbat dari hadits ini, bahwa memberikan suapan 
kepada istri, biasanya terjadi pada waktu bergurau, ketika 
timbul syahwat, dan yang demikian ini jelas. Namun, bila 
dilakukan untuk mencari ganjaran pahala, maka ia akan 
memperolehnya dengan keutamaan dari Allah.” (Fat-hul Bari, 
I/137). 
Imam Suyuthi menjelaskan, dalil yang tepat yang dijadikan 
dasar (oleh para ulama), bahwa seorang hamba akan mendapat 
ganjaran dengan niat yang baik dalam perkara yang mubah dan 
pada perkara adat kebiasaan ialah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam: 
 و إِن  ما لِ ُ كلِّ ا مرِئٍ ما ن  وى 
(dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan). 
Niat ini akan diganjar apabila dimasudkan untuk taqarrub 
kepada Allah. Sehingga, bila tidak dengan tujuan itu, tidak akan 
diberi pahala. Bahkan yang lebih mengagumkan lagi, nafsu 
seksual yang disalurkan seorang mukmin kepada istrinya pun 
dapat mendatangkan pahala di sisi Allah. Dalam sebuah hadits 
disebutkan: 
17
Peran Niat Dalam Amal 
 ع  ن َأبِي َذ  ر َأنَّ نا  سا مِ  ن َأ  ص  حابِ  ر  س  ولِ اللهِ ، َقاُل  وا لِلنبِ  ي : يا  ر  س  و َ ل اللهِ ، َذ  ه  ب 
َأ  ه ُ ل ال  دُث  ورِ بِالأُ  ج  ورِ ، ي  صلُّو َ ن كَ  ما ن  صلِّي ،  و ي  ص  وم  و َ ن َ ك  ما ن  ص  وم ،  و 
يت  ص  دُق  و َ ن بُِف  ض  ولِ َأ  م  والِهِ  م ، َقا َ ل : (( َأو َلي  س َق  د  ج ع َ ل اللهُ َل ُ ك  م ما ت  ص  دُق  و َ ن ؟ 
إِنَّ بِ ُ كلِّ ت  سبِي  حةٍ  ص  دَقًة ،  و ُ كلِّ ت ْ كبِي رةٍ  ص  دَقًة ،  و ُ كلِّ ت  حمِ  دةٍ  ص  دَقًة ،  و ُ كلِّ 
ت  هلِيَلةٍ  ص  دَقًة ،  و َأ مرٍ بِاَلم ع ر  وفِ  ص  دَقًة ، و ن  هيٍ  ع  ن من َ كرٍ  ص  دَقًة ،  و فِ  ي ب  ضعِ 
َأ  حدِ ُ ك  م  ص  دَقًة ، َقاُل  وا : يا  ر  س  و َ ل اللهِ ، َأيْأتِ  ي َأ  ح  دنا  ش  ه  وته  و ي ُ ك  و ُ ن َله فِي  ها 
َأ  جر ؟ َقا َ ل : َأ  رَأيت  م َل  و  و  ضع  ها فِ  ي  ح رامٍ ، َأ َ كا َ ن  عَليهِ وِ  زر ؟ َف َ ك َ ذلِ  ك إِ َذا  و  ضع  ها 
فِي ا َ لح َ لالِ َ كا َ ن َله َأ  جر 
Dari Abu Dzaar Al Ghifari radhiyallahu’anhu. Bahwa beberapa 
orang dari sahabat Rasulullah, berkata kepada Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah. Orang-orang 
kaya pergi dengan banyak pahala. Mereka shalat seperti kita 
shalat, berpuasa seperti kita berpuasa, dan bersedekah dengan 
kelebihan harta mereka.” Nabi bersabda, “Bukankah Allah telah 
menjadikan sesuatu bagi kalian yang bisa kalian sedekahkan? 
Sesungguhnya, bagi kamu, setiap kali tasbih adalah shadaqah, 
setiap kali tahmid adalah shadaqah, menyuruh kepada yamg 
ma’ruf adalah shadaqah, melarang kemungkaran adalah 
shadaqah, dan menggauli (bersetubuh dengan) istri adalah 
18
Peran Niat Dalam Amal 
shadaqah.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah 
salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dia 
mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, ”Bagaimana pendapat 
kalian kalau ia melampiaskan syahwatnya kepada yang haram, 
apakah ia berdosa? Maka demikian pula jika dia 
melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapatkan 
pahala.” (HR. Muslim, no. 720, 1006. Hadits ini juga 
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, 5/167,168 dan Abu Dawud, no. 
5243, 5244 dari sahabat Abu Dzar) 
Imam Nawawi menjelaskan hadits ini: “Di dalam hadits ini ada 
dalil, bahwa perkara yang mubah dapat menjadi perbuatan taat 
dengan niat yang benar. Jima’ (bersetubuh), bisa menjadi 
ibadah apabila ia niatkan untuk memenuhi hak istrinya, bergaul 
dengan cara yang baik sebagaimana diperintahkan Allah, atau 
untuk mendapat anak yang shalih, atau untuk menjaga dirinya 
dan istrinya agar tidak terjatuh kepada perbuatan haram, atau 
memikirkan (mengkhayal) hal yang haram, atau berkeinginan 
untuk itu, atau yang lainnya.” (Syarah Shahih Muslim, VII/92). 
Suatu perbuatan yang mubah, dapat dijadikan amal ibadah 
sehingga mendekatkan pelakunya kepada Allah, namun ia tetap 
memiliki syarat-syarat tertentu. Ketentuan-ketentuan itu 
sebagai berikut: 
1. Tidak boleh menjadikan perkara mubah menjadi qurbah 
(ibadah) pada bentuk dan dzatnya. Sebagaimana orang 
menduga, bahwa semata-mata berjalan, makan, berdiri, 
19
Peran Niat Dalam Amal 
atau berpakaian dapat mendekatkan diri kepada Allah. 
Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari Abu 
Israil berdiri di terik panas matahari untuk memenuhi 
nadzarnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh 
ia berbicara, berteduh, duduk, dan menyempurnakan 
puasanya. (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, dan Ath 
Thahawi dalam Musykilul Atsar). 
2. Hendaklah yang mubah itu sebagai wasilah (sarana) untuk 
ibadah. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: 
“Hendaknya yang mubah dikerjakan untuk membantu 
dirinya melaksanakan ketaatan.” (Majmu Fatawa, X/460). 
3. Hendaklah seorang muslim memandang yang mubah dengan 
keyakinan. Bahwa hal itu memang benar dimubahkan 
(dihalalkan) oleh Allah untuknya. 
4. Hendaknya yang mubah (dibolehkan) itu tidak menyebabkan 
pelakunya celaka, atau membahayakan dirinya sendiri. 
(Diringkas dan ditambah dari Qawaid Wa Fawaid Min Arbain 
An-Nawawiyah, hlm. 34-35). 
Oleh karena itu, barangsiapa yang berniat mendekatkan diri 
kepada Allah melalui amal-amal mubah, hendaknya ia pastikan 
ketentuan-ketentuan di atas, agar tidak menghalalkan segala 
cara dan supaya bernilai di sisi Allah ta’ala. 
20
Peran Niat Dalam Amal 
Niat Baik Tidak Bisa NNNiiiaaattt BBBaaaiiikkk TTTiiidddaaakkk BBBiiisssaaa MMMMeeeerrrruuuubbbbaaaahhhh yyyyaaaannnngggg HHHHaaaarrrraaaammmm 
Sebagaimana sudah diketahui oleh setiap muslim, niat tidak 
dapat mempengaruhi yang haram. Sebaik apapun niat dan 
semulia apapun tujuannya, niat tidak dapat menghalalkan yang 
haram dan tidak melepaskan sifat kekotoran, karena memang 
inilah yang menjadi sebab pengharamannya. 
Barangsiapa mengambil riba atau mencuri harta, atau mencari 
harta dengan cara yang dilarang dengan niat untuk membangun 
masjid, atau mendirikan tempat panti asuhan anak yatim, atau 
mendirikan pesantren, madrasah, sekolah tahfidz (hafalan) Al- 
Qur`an, atau untuk dishadaqahkan kepada orang fakir, miskin 
dan orang-orang yang membutuhkan, atau bentuk kebaikan 
apapun, maka niat yang baik ini tidak berpengaruh apa-apa, 
serta tidak bisa meringankan dosa yang haram. 
Praktek seperti ini banyak terjadi. Misalnya, seseorang 
mendepositokan uangnya di Bank, lalu bunganya digunakan 
untuk membangun masjid atau pesantren. Ini merupakan 
perbuatan yang layak dipertanyakan kebenarannya. Bunga 
bank, yang menurut para ulama adalah haram, bagaimana 
mungkin barang haram digunakan untuk proyek kebaikan? 
Seorang pejabat mendapat uang jutaan atau milyaran rupiah 
dari hasil manipulasi, korupsi atau kolusi, atau seorang penjudi, 
21
Peran Niat Dalam Amal 
pelacur, kemudian mereka berniat menolong anak yatim dan 
orang miskin dari hasil pekerjaan yang haram itu, maka 
hukumnya tetap haram, dan tidak boleh digunakan untuk 
berbagai kegiatan kebaikan. Yang haram t idak bisa dibersihkan 
dengan menshadaqahkan uang hasil perbuatan haram. Allah 
tidak akan menerima yang haram, meskipun dengan niat yang 
baik. 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda: 
…إِنَّ اللهَ تعاَلى َ طي  ب َ لا يْ قب ُ ل إِلاَّ َ طيبًا… 
…Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima sesuatu, 
kecuali yang baik… (HR. Muslim, no. 1015; At Tirmidzi, no. 2989 
dan Ahmad, II/328) 
Harta yang haram bukan milik orang yang mendapatkannya. 
Karena itu, tidak boleh ia bershadaqah dengan uang tersebut. 
Harta apapun yang dikeluarkan dari hasil bunga, curian, 
pelacuran, perdukunan, manipulasi, dan lainnya yang haram, 
semua itu tidak diterima oleh Allah ta’ala. 
Imam Sufyan Ats-Tsauri pernah berwasiat kepada Ali bin Al- 
Hasan: “…Janganlah kamu melakukan usaha (mencari mata 
pencaharian) yang buruk, lantas hasilnya kamu infakkan untuk 
mentaati Allah. Karena meninggalkan pekerjaan (usaha yang 
22
Peran Niat Dalam Amal 
buruk) merupakan kewajiban dari Allah. Sesungguhnya Allah 
Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. 
Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang bajunya 
terkena air kencing, kemudian ia ingin mencucinya dengan air 
kencing yang lain? Apakah mungkin bisa membersihkannya? 
Jelas tidak mungkin bersih. Kotoran tidak mungkin dibersihkan, 
kecuali dengan sesuatu yang bersih dan baik. Demikian pula 
perbuatan yang buruk, hanya bisa dihapuskan dengan kebaikan. 
Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang 
baik. Sesungguhnya yang haram tidak akan diterima dalam 
amalan, atau mungkinkah seseorang melakukan dosa lantas 
menghapuskannya dengan dosa yang lain?” (Diriwayatkan oleh 
Abu Nu’aim dalam Kitab Hilyatul Auliya’, VII/71-72. Dikutip dari 
Min Washaya As Salaf, hlm. 41, oleh Syaikh Salim bin Id Al 
Hilali, Cet. Dar Ibnul Jauzi, Th. 1412 H). 
Dari sini kita mengetahui, Islam menolak prinsip Machiavelli, 
yaitu tujuan menghalalkan segala cara. Islam juga tidak 
menerima, kecuali cara yang bersih untuk mencapai tujuan 
mulia. Jadi niat yang baik, harus disertai dengan cara yang 
benar dan baik pula. 
23
Peran Niat Dalam Amal 
Niat Baik Tidak Dapat Merubah NNNiiiaaattt BBBaaaiiikkk TTTiiidddaaakkk DDDaaapppaaattt MMMeeerrruuubbbaaahhh SSSSeeeessssuuuuaaaattttuuuu yyyyaaaannnngggg 
BBBBiiiidddd’’’’aaaahhhh 
Ketika sebagian orang melakukan bid’ah, mereka beralasan 
bahwa amal tersebut dilakukan dengan niat yang baik, tidak 
bertujuan melawan (menentang) syari’at, tidak mempunyai 
pikiran untuk menambah sesuatu dalam agama, dan tidak 
terbersit dalam hati untuk melakukan bid’ah. Bahkan sebagian 
berdalil dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: 
إِن  ما الأَ  ع  ما ُ ل بِالنياتِ 
Sesungguhnya segala amal bergantung pada niat. (Muttafaqun 
‘alaih) 
Untuk menjelaskan sejauh mana tingkat kebenaran cara mereka 
menyimpulkan dalil dan beberapa alasan yang dikemukakan 
tersebut, maka seorang muslim yang ingin mengetahui 
kebenaran yang sampai kepadanya serta hendak 
mengamalkannya, ia tidak boleh menggunakan sebagian dalil 
hadits dengan meninggalkan sebagian yang lain. Tetapi yang 
wajib dia lakukan ialah memperhatikan semua dalil secara 
umum, hingga hukumnya lebih dekat kepada kebenaran dan 
jauh dari kesalahan. Demikianlah yang harus dilakukan, bila dia 
24
Peran Niat Dalam Amal 
termasuk orang yang mempunyai keahlian dalam menyimpulkan 
dalil. (Lihat pembahasan lengkapnya di kitab ‘Ilmu Ushul al-Bida’ 
hal. 59-63 oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al- 
Halaby, cet. Daar ar-Raayah th. 1417 H). 
Adapun yang benar dalam masalah sangat penting ini, bahwa 
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya segala 
amal tergantung pada niat” adalah sebagai penjelasan tentang 
salah satu dari dua pilar dasar setiap amal. Pertama, ikhlas 
dalam beramal dan jujur dalam batinnya. Kedua, setiap amal 
harus sesuai Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “Barangsiapa yang 
mengerjakan suatu amal yang tidak ada keterangannya dari 
kami, maka dia tertolak.” Dan demikian itulah kebenaran yang 
dituntut setiap orang dalam merealisasikan setiap pekerjaan dan 
ucapannya. 
Atas dasar ini, maka kedua hadits yang agung tersebut 
merupakan pedoman agama, baik yang pokok maupun cabang, 
yang lahir dan yang batin. Dalam hal ini, hadits “Sesungguhnya 
segala amal tergantung pada niat” sebagai timbangan amal 
yang batin. Sedangkan hadits “Barangsiapa yang mengerjakan 
suatu amal yang tidak ada keterangannya dari kami, maka dia 
tertolak” sebagai tolok ukur lahiriah setiap amal. 
Dengan demikian, kedua hadits tersebut memberikan 
pengertian, bahwa setiap amal dianggap benar, bila dilakukan 
25
Peran Niat Dalam Amal 
dengan ikhlas karena Allah dan mengikuti Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam. Keduanya merupakan syarat setiap ucapan 
dan amal, yang lahir maupun yang batin. 
Oleh karena itu, barangsiapa yang ikhlas dalam setiap amalnya 
karena Allah dan sesuai Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, maka amalnya diterima. Dan barangsiapa yang tidak 
memenuhi dua hal tersebut atau salah satunya, maka amalnya 
tertolak. (Bahjah Qulub Al Abrar:10, Syaikh Abdurrahman bin 
Nashir As-Sa’di). 
Demikian dinyatakan oleh Fudhail bin ‘Iyadh, ketika beliau 
menafsirkan firman Allah, yang artinya: Supaya Dia menguji 
kamu, siapa yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk: 2) Fudhail 
bin ‘Iyadh berkata, ”Maksudnya, dia ikhlas dan benar dalam 
melakukannya. Sebab amal yang dilakukan dengan ikhlas tetapi 
tidak benar, maka tidak akan diterima. Dan jika dia benar tetapi 
tidak ikhlas, maka amalnya juga tidak diterima. Amal yang 
ikhlas ialah, amal yang dilakukan karena Allah. Sedangkan amal 
yang benar ialah, bila dilakukan sesuai dengan Sunnah 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Hilyatu ‘Auliya: VIII/95, 
Abu Nu’aim. Dan lihat Tafsir Al-Baghawi: V/419, Jami’ al-‘Ulum 
wal Hikam: 10 dan Madarij As-Salikin: I/83). 
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim berkata, ”Sebagian ulama salaf 
mengatakan, tidaklah suatu pekerjaan meskipun kecil, 
melainkan dibentangkan kepadanya dua catatan, mengapa dan 
26
Peran Niat Dalam Amal 
bagaimana? Yakni, mengapa kamu melakukan, dan bagaimana 
kamu melakukan?” (Mawarid al-Imam al Muntaqa min Ighatsah 
al-Lafhan: 35). 
Pertanyaan pertama tentang alasan dan dorongan melakukan 
pekerjaan. Apakah karena ada interes tertentu dan tujuan dari 
berbagai tujuan dunia, seperti ingin dipuji manusia, atau takut 
kecaman mereka, atau ingin mendapatkan sesuatu yang dicintai 
secara tepat, atau menghindarkan sesuatu yang tidak disukai 
dengan cepat? Ataukah yang mendorong melakukan pekerjaan 
itu karena untuk pengabdian kepada Allah dan mencari 
kecintaanNya, serta untuk mendekatkan diri kepada Allah? 
Artinya, pertanyaan pertama adalah, apakah kamu mengerjakan 
amal karena Allah? Ataukah karena untuk kepentingan diri 
sendiri dan hawa nafsu? 
Adapun pertanyaan kedua tentang mengikuti Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pengabdian itu. Artinya, 
apakah amal yang dikerjakan sesuai syari’at Allah yang 
disampaikan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah 
pekerjaan itu tidak disyari’atkan Allah dan tidak diridhaiNya? 
Pertanyaan pertama berkaitan dengan ikhlas ketika beramal. 
Sedangkan pertanyaan kedua berkaitan dengan mengikuti 
Sunnah. Sebab, Allah tidak akan menerima amal, kecuali 
terpenuhinya kedua syarat tersebut. Agar selamat dari 
pertanyaan pertama, yaitu dengan memurnikan keikhlasan. 
27
Peran Niat Dalam Amal 
Sedangkan agar selamat dari pertanyaan kedua, yaitu dengan 
mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam 
mengerjakan setiap amal. Jadi amal yang diterima, adalah bila 
hatinya selamat dari keinginan yang bertentangan dengan ikhlas 
dan juga selamat dari hawa nafsu yang kontradiksi, dengan 
berpegang mengikuti Sunnah. 
Ibnu Katsir dalam tafsirnya (I/231) berkata, ”Sesungguhnya 
amal yang diterima harus memenuhi dua syarat. Pertama, ikhlas 
karena Allah. Kedua, benar dan sesuai syari’at. Jika dilakukan 
dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak akan diterima.” 
Pernyataan itu dikuatkan dan dijelaskan oleh Ibnu ‘Ajlan, ia 
berkata, ”Amal tidak dikatakan baik, kecuali dengan tiga criteria. 
(Yaitu): takwa kepada Allah, niat baik dan tepat (sesuai 
Sunnah).” (Jami’ al-‘Uluum wal Hikam: 10). Kesimpulannya, 
maksud sabda Nabi shallallahhu ‘alaihi wa sallam, 
”Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat” ialah, segala 
amal akan berhasil tergantung pada niatnya. Ini adalah perintah 
untuk ikhlas dan mendatangkan niat dalam segala amal yang 
akan dilakukan oleh seseorang dengan sengaja. Itulah yang 
menjadi sebab adanya amal dan pelaksanaannya.” (Lihat Fathul 
Bari: I/13 dan ‘Umdah al Qari: I/25). 
Atas dasar ini, seseorang, sama sekali tidak dibenarkan 
menggunakan hadits tersebut sebagai dalil pembenaran amal 
yang batil dan bid’ah karena semata-mata niat baik pada diri 
orang yang hendak melakukannya. 
28
Peran Niat Dalam Amal 
Dan penjelasan yang lain, hadits tersebut sebagai dalil atas 
kebenaran amal dan keikhlasan ketika melakukannya, yaitu 
dengan pengertian, bahwa sesungguhnya segala amal yang 
shalih adalah dengan niat yang shalih. 
Pemahaman seperti ini sepenuhnya tepat dengan kaidah ilmiah, 
dalam hal mengetahui ibadah dan hal-hal yang 
membatalkannya. 
29
Peran Niat Dalam Amal 
Hukum HHHuuukkkuuummm MMMMeeeellllaaaaffffaaaazzzzhhhhkkkkaaaannnn NNNNiiiiaaaatttt 
Niat tempatnya di hati, bukan diucapkan dengan lisan; dalam 
semua ibadah, seperti bersuci (thaharah), shalat, zakat, puasa, 
haji, membebaskan budak serta berjihad di jalan Allah, dan 
lainnya. Meskipun yang diucapkan lisan berbeda dengan apa 
yang ia niatkan dalam hati, maka yang diperhitungkan ialah 
yang diniatkan, bukan yang dilafazhkan. Walaupun ia 
mengucapkan dengan lisannya bersama niat, sedangkan niat 
belum sampai ke dalam hatinya, maka hal itu tidak cukup. 
Demikian menurut kesepakatan para imam kaum Muslimin, 
karena sesungguhnya niat itu adalah jenis tujuan dan kehendak 
yang pasti. Orang Arab biasa mengatakan: 
ن  وا  ك اللهُ بِ  خيرٍ 
(Allah menunjukkan kepada kamu kebaikan) 
Al-Qadhi Abur Rabi’ Sulaiman bin ‘Umar Asy Syafi’i mengatakan: 
“Melafazhkan niat di belakang imam bukan perkara sunnah, 
bahkan hukumnya makruh. Jika mengganggu orang lain, maka 
hukumnya haram. Barangsiapa yang mengatakan bahwa 
melafazhkan niat termasuk sunnah, maka dia salah; dan tidak 
halal bagi siapapun berkata dalam agama Allah tanpa ilmu.” (Al 
Qaulul Mubin Fi Akhtha’il Mushallin, hlm. 91). 
30
Peran Niat Dalam Amal 
Abu Abdillah Muhammad bin Qasim At Tunisi Al Maliki 
mengatakan: “Niat termasuk amal hati, dan melafazhkan niat 
adalah bid’ah. Disamping itu, juga mengganggu orang lain.” 
(Ibid, hlm. 91). 
Talafuzh (melafazhkan) niat tidak pernah dicontohkan oleh Nabi 
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika berwudhu, beliau shallallahu 
‘alaihi wa sallam tidak pernah membaca “nawaitu raf al hadatsil 
ashghar”, dan tidak juga membaca “nawaitu raf al hadatsil 
akbar” ketika mandi janabah (junub). Beliau shallallahu ‘alaihi 
wa sallam juga tidak melafazhkan niat “nawaitu fardha Dhuhri 
arba’a raka’atin mustaqbilal qiblati”, …ketika mulai shalat atau 
ketika mulai puasa dan lainnya. 
Melafazhkan niat tidak pernah diriwayatkan oleh seorangpun, 
baik dengan riwayat yang shahih, dhaif, maupun mursal. Tidak 
seorangpun sahabat yang meriwayatkan, dan tidak ada seorang 
tabi’in pun yang menganggap baik masalah ini, dan tidak pula 
dilakukan oleh empat Imam Madzhab yang mashur, seperti 
Imam Hanafi, Maliki, Syaf i’i dan Hanbali. Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam tidak pernah melakukan talafuzh niat, meski hanya 
satu kali dalam shalatnya, dan tidak pula dilakukan oleh para 
khalifahnya. Ini adalah petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wa 
sallam dan sunnah para sahabat. Tidak ada petunjuk yang lebih 
sempurna, melainkan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, sebagaimana sabdanya: 
31
Peran Niat Dalam Amal 
32 
 و  خي ر اْل  ه  ديِ  ه  د  ي م  ح  مدٍ 
Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi 
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Imam Jalaluddin As Suyuti (wafat th. 921 H) berkata: “Di antara 
perkara yang termasuk bid’ah ialah, was-was dalam niat shalat. 
Hal ini tidak pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 
dan tidak juga para sahabatnya. Mereka tidak pernah 
mengucapkan sesuatu bersama niat shalat (nawaitu ushalli, … ), 
selain hanya takbiratul ihram saja. Allah berfirman: 
َلقَ  د َ كا َ ن َل ُ ك  م فِي  ر  سولِ اللَّهِ ُأ  س  وٌة  ح  سنٌة لِّ  من َ كا َ ن ي  ر  جو اللَّ ه  واْلي  و م اْلآخِ ر 
 و َذ َ ك ر اللَّه َ كثِيرًا 
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan 
yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) 
Allah dan (kedatangan) hari Kiamat, dan dia banyak menyebut 
Allah. (QS. Al Ahdzab : 21) 
Imam Syaf i’i mengatakan, orang yang was-was dalam niat 
shalat dan bersuci, adalah orang yang bodoh tentang syari’at 
dan rusak pikirannya. (Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil 
Ibtida’, oleh Imam Jalaludin As Suyuthi, hlm. 295-296, tahqiq 
Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman).
Peran Niat Dalam Amal 
Sebab kekeliruan orang-orang yang mengikuti madzhab Syafi’i 
ialah, karena kesalahfahaman dalam memahami perkataan 
Imam Asy Sayafi’i. Imam Syaf i’i mengatakan: “Apabila 
seseorang niat haji dan umrah sudah cukup, meskipun tidak 
dilafazhkan. (Ini) berbeda dengan shalat, karena shalat itu tidak 
sah melainkan dengan ucapan.” 
Imam Nawawi mengatakan: “Telah berkata para sahabat kami 
(ulama dari madzhab Syafi’i), orang yang memahami bahwa 
ucapan itu (ushalli,…) adalah keliru. Karena yang dimaksud 
Imam Asy Syafi’i bukan demikian. Akan tetapi, yang dimaksud 
beliau rahimahullah adalah ucapan mulai shalat, yaitu takbiratul 
ihram.” 
Dengan demikian, para ulama memfatwakan, bahwa 
melafazhkan niat adalah bid’ah dan munkar, dan jauh dari 
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
33
Peran Niat Dalam Amal 
Niat yang Ikhlas Merupakan NNNiiiaaattt yyyaaannnggg IIIkkkhhhlllaaasss MMMeeerrruuupppaaakkkaaannn DDDDaaaassssaaaarrrr DDDDiiiitttteeeerrrriiiimmmmaaaannnnyyyyaaaa 
AAAAmmmmaaaallll 
Keberadaan niat harus disertai dengan menghilangkan segala 
keburukan, nafsu, dan keduniaan. Niat itu harus ikhlas karena 
Allah dalam setiap amal, agar amal itu diterima di sisi Allah. 
Setiap amal shalih mempunyai dua syarat, yang tidak akan 
diterima kecuali dengan keduanya, yaitu: Pertama, niat yang 
ikhlas dan benar. Kedua, sesuai dengan Sunnah, mengikuti 
contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan syarat 
pertama, kebenaran batin akan terwujud. Dan dengan syarat 
kedua, kebenaran lahir akan terwujud. 
Tentang syarat pertama telah disebutkan dalam sabda Nabi 
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya amal-amal itu 
hanya tergantung pada niatnya.” Inilah yang menjadi timbangan 
batin. 
Sedangkan syarat kedua disebutkan dalam sabda Nabi 
shallallahu ‘alaihi wa sallam: 
م  ن  عمِ َ ل  ع  م ً لا َلي  س  عَليهِ َأ م رنا َف  ه  و  رد 
Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari kami, 
maka amalan tersebut tertolak. (HR. Bukhari no. 2697, Muslim 
no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari 
34
Peran Niat Dalam Amal 
35 
hadits Aisyah) 
Allah telah menyebutkan dua syarat ini dalam beberapa ayat, di 
antaranya: 
وم  ن َأ  ح  س  ن دِينًا م  م  ن َأ  سَل  م  و  ج  ه ه لله  و  ه  و م  حسِ  ن واتب  ع مِلََّة إِب راهِي  م  حنِيفًا 
 وات  خ َ ذ الّله إِب راهِي  م  خلِي ً لا 
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dar i orang yang ikhlas 
menyerahkan dir inya kepada Allah, sedangkan diapun 
mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang 
lurus. (QS An Nisa`: 125) 
Menyerahkan dirinya kepada Allah artinya, mengikhlaskan amal 
kepada Allah, mengamalkan dengan iman dan mengharapkan 
ganjaran dari Allah. Sedangkan berbuat baik artinya, dalam 
beramal mengikuti apa yang disyariatkan Allah, dan apa yang 
dibawa oleh Rasul-Nya berupa petunjuk dan agama yang haq. 
Dua syarat ini, bila salah satunya tidak terpenuhi, maka amal ini 
tidak sah. Jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas karena Allah, dan 
benar mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Lahirnya ittiba’, dan batinnya ikhlas. Bila salah satu syarat ini 
hilang, maka amal itu akan rusak. Bila hilang keikhlasan, maka 
orang itu akan jadi munafik dan riya’ kepada manusia. 
Sedangkan bila hilang ittiba’, artinya tidak mengikuti contoh
Peran Niat Dalam Amal 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang itu sesat dan 
bodoh (jahil). (Tafsir Ibnu Katsir, I/616, Cet. Darus Salam). 
Dari uraian di atas, jelaslah, betapa pentingnya peran niat dalam 
amal. Niat itu harus ikhlas. Dan ikhlas semata tidak cukup 
menjamin diterimanya amal, selagi tidak sesuai dengan 
ketetapan syariat dan dibenarkan Sunnah. Sebagaiman amal 
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat, tidak akan 
diterima, selagi tidak disertai dengan ikhlas; sama sekali tidak 
ada bobotnya dalam timbangan amal. 
36
Peran Niat Dalam Amal 
Faedah dan Pelajaran FFFaaaeeedddaaahhh dddaaannn PPPeeelllaaajjjaaarrraaannn ddddaaaarrrriiii HHHHaaaaddddiiiittttssss IIIInnnniiii 
1. Niat termasuk iman, karena termasuk amalan hati. 
2. Wajib bagi setiap muslim mengetahui hukum dan kedudukan 
amal yang tidak dilakukan, disyariatkan atau tidak, wajib 
atau sunnah; karena amal tidak bisa lepas dari niat yang 
disyariatkan. 
3. Disyariatkan niat secara sadar dalam amal-amal ketaatan. 
4. Amal tergantung dari niat, tentang sah atau tidaknya, 
sempurna dan kurangnya. Taat dan maksiat. 
5. Niat tempatnya di hati, bukan di lisan. 
6. Melafazhkan niat adalah bid’ah. 
7. Amal harus sesuai dengan Sunnah, karena ia termasuk 
37 
syarat diterimanya amal. 
8. Niat yang baik tidak bisa membuat yang haram menjadi 
halal, yang munkar menjadi ma’ruf, atau yang bid’ah 
menjadi sunnah. 
9. Baiknya tujuan, tidak bisa menghalalkan segala cara. 
10. Wajib berhati-hati dari riya’, sum’ah (memperdengarkan 
pada orang lain), atau beramal karena dunia, karena akan 
menghapuskan amalan yang baik. 
11. Manusia senantiasa digoda setan sehingga dapat merusak 
keikhlasan amalnya. 
12. Wajib bagi setiap muslim dan muslimah memperhatikan 
perbaikan hati.
Peran Niat Dalam Amal 
13. Ganjaran pahala yang diberikan Allah atas amal-amal 
hambaNya tergantung kepada niatnya. 
14. Hijrah dari negeri syirik atau kafir ke negeri Islam 
merupakan ibadah yang utama, bila diniatkan karena 
mencari wajah Allah. Dan bagi yang tidak dapat 
melaksanakan ibadah karena Allah, ia wajib hijrah. 
15. Keutamaan hijrah kepada Allah dan RasulNya shallallahu 
38 
‘alaihi wa sallam. 
16. Hijrah tetap berlaku selama diperangi musuh-musuh Islam. 
17. Adapun hadits: 
… َ لا هِ  جرَة ب ع  د اْلَفتحِ… 
Tidak ada hijrah sesudah Fathu Makkah. (HR. Bukhari no. 
2783 dan Muslim no. 1864), maksudnya ialah, hijrah dari 
Makkah ke Madinah, karena Makkah menjadi Darul Islam 
(Negeri Islam).
Peran Niat Dalam Amal 
MMMMaaaarrrraaaajjjjiiii’’’’:::: 
1. Tafsir Ibnu Katsir, Cet. Darus Salam. 
2. Shahih Bukhari, dan syarah-nya Fathul Bari, Cet. Darul Fikr. 
3. Shahih Muslim, dan Syarah Muslim Lil Imam An Nawawi. 
4. Sunan Abu Daud. 
5. Jami’ At Tirmidzi dan Tuhfathul Ahwadzi Syarah Sunan At 
39 
Tirmidzi. 
6. Sunan An Nasa-i. 
7. Sunan Ibnu Majah. 
8. Musnad Ahmad. 
9. Al Muntaqa, Ibnul Jarud. 
10. Sunan Baihaqi. 
11. Shahih Ibnu Khuzaimah. 
12. At Ta’liqatul Hisan ‘Ala Shahih Ibni Hibban. 
13. Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, oleh Ibnu Rajab Al Hanbali, tahqiq 
oleh Syu’aib Al Arnauth dan Ibrahim Bajis, Cet. Mu’assassah 
Ar Risalah, Th. 1419H. 
14. ‘Iqazhul Himam Al Muntaqa Min Jami’il ‘Ulum Wal Hikam, 
oleh Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali. 
15. Syarah Arba’in, oleh Imam Nawawi. 
16. Syarah Arba’in, oleh Ibnu Daqiqil ‘Id. 
17. I’lamul Muwaqqi’in, tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman. 
18. Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 
19. Maqashidul Mukallifin, An Niyyat Fil ‘Ibadat, oleh Dr. Umar
Peran Niat Dalam Amal 
Sulaiman Al Asyqar, Cet. Darun Nafa-is, Th. 1415 H. 
20. Qawa-id Wa Fawa-id minal Arba’in An Nawawiyah, oleh 
Nadhim Muhammad Sulthan. 
21. Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin, oleh Syaikh 
40 
Salim bin ‘Id Al Hilali. 
22. Nailul Authar, oleh Imam Asy Syaukani. 
23. Al Qaulul Mubin Fi Akhthail Mushallin, oleh Syaikh Masyhur 
bin Hasan Alu Salman. 
24. Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida`, oleh Imam As 
Suyuthi, tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman. 
25. Ilmu Ushulil Bida`, oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid. 
26. Lisanul ‘Arab Libni Manzhur, 14/343, Cet. Daar Ihya At 
Turats Al ‘Arabi. 
27. Mu’jamul Wasith, dan kitab lainnya.

More Related Content

What's hot

TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)
TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)
TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)
FARIS ISMA
 
Ibnu katsir
Ibnu katsirIbnu katsir
Kursus haji & modul
Kursus haji & modulKursus haji & modul
Kursus haji & modulkhairul_21
 
8.8.2012 kemukjizatan al-quran
8.8.2012   kemukjizatan al-quran8.8.2012   kemukjizatan al-quran
8.8.2012 kemukjizatan al-quran
Angah Rahim
 
Pengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufPengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufAbu Rijal
 
Konsep masbuq dan muafik
Konsep masbuq dan muafikKonsep masbuq dan muafik
Konsep masbuq dan muafik
Zul Farhan
 
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
Angah Rahim
 
Persiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kiniPersiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kini
Abdul Ghani
 
Pengenalan ilmu tajwid
Pengenalan ilmu tajwidPengenalan ilmu tajwid
Pengenalan ilmu tajwid
123syahier
 
mukjizat al quran
mukjizat al quranmukjizat al quran
mukjizat al quran
Hananul Zakaria
 
khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj degree sem 1
khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj   degree sem 1khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj   degree sem 1
khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj degree sem 1
Salam Salleh
 
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
Edi Candra
 
Modul Kem
Modul KemModul Kem
Modul Kem
Ahmad Fahmi
 
Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.
jimoh370
 
Akidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa Kritis
Akidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa KritisAkidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa Kritis
Akidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa KritisBudak Baik
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
syafiqahharris
 
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHPengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Farra Shahirra
 

What's hot (20)

Ta'lim Muta'allim
Ta'lim Muta'allimTa'lim Muta'allim
Ta'lim Muta'allim
 
TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)
TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)
TAJWID IDTQ1072 - (HUKUM MAD DAN PEMBAHAGIANNYA)
 
Ibnu katsir
Ibnu katsirIbnu katsir
Ibnu katsir
 
Kursus haji & modul
Kursus haji & modulKursus haji & modul
Kursus haji & modul
 
8.8.2012 kemukjizatan al-quran
8.8.2012   kemukjizatan al-quran8.8.2012   kemukjizatan al-quran
8.8.2012 kemukjizatan al-quran
 
Adab terhadap guru beserta dalil
Adab terhadap guru beserta dalilAdab terhadap guru beserta dalil
Adab terhadap guru beserta dalil
 
Pengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufPengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawuf
 
Kk mukjizat
Kk mukjizatKk mukjizat
Kk mukjizat
 
Konsep masbuq dan muafik
Konsep masbuq dan muafikKonsep masbuq dan muafik
Konsep masbuq dan muafik
 
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
 
Persiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kiniPersiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kini
 
Pengenalan ilmu tajwid
Pengenalan ilmu tajwidPengenalan ilmu tajwid
Pengenalan ilmu tajwid
 
mukjizat al quran
mukjizat al quranmukjizat al quran
mukjizat al quran
 
khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj degree sem 1
khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj   degree sem 1khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj   degree sem 1
khawarij , murjiah , qadariah, muktazillah, aswj degree sem 1
 
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
 
Modul Kem
Modul KemModul Kem
Modul Kem
 
Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.
 
Akidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa Kritis
Akidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa KritisAkidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa Kritis
Akidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak..Suatu Analisa Kritis
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
 
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHPengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
 

Viewers also liked

Hewan yang halal dam haram menurut islam
Hewan yang halal dam haram menurut islamHewan yang halal dam haram menurut islam
Hewan yang halal dam haram menurut islam
Prinscha Bella
 
14 binatang-halal-dan-haram
14 binatang-halal-dan-haram14 binatang-halal-dan-haram
14 binatang-halal-dan-haramhatamaite
 
Binatang yang halal dan yang haram
Binatang yang halal dan yang haramBinatang yang halal dan yang haram
Binatang yang halal dan yang haram
iwan Alit
 
Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)
Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)
Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)
Fadhlina Rizkianisa
 
Isu Halal Haram Pemakanan
Isu Halal Haram PemakananIsu Halal Haram Pemakanan
Makanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MI
Makanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MIMakanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MI
Makanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MIPutri Nhama
 
Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013
SMP Negeri 1 Kota Serang
 
Makanan dan minuman halal dan haram
Makanan dan minuman halal dan haramMakanan dan minuman halal dan haram
Makanan dan minuman halal dan haram
Sandi Audy
 
Ppt makanan halal dan haram
Ppt makanan halal dan haramPpt makanan halal dan haram
Ppt makanan halal dan haram
yukbelajar
 
Makanan dan minuman yang halal dan yang haram
Makanan dan minuman yang halal dan yang haramMakanan dan minuman yang halal dan yang haram
Makanan dan minuman yang halal dan yang haram
Jusuf AN
 
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8
Kementerian Agama Kota Pontianak Kalbar / SMPN 3 Kota Pontianak Kalbar
 

Viewers also liked (12)

Hewan yang halal dam haram menurut islam
Hewan yang halal dam haram menurut islamHewan yang halal dam haram menurut islam
Hewan yang halal dam haram menurut islam
 
14 binatang-halal-dan-haram
14 binatang-halal-dan-haram14 binatang-halal-dan-haram
14 binatang-halal-dan-haram
 
Binatang yang halal dan yang haram
Binatang yang halal dan yang haramBinatang yang halal dan yang haram
Binatang yang halal dan yang haram
 
Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)
Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)
Binatang halal dan haram (Fadhlina Rizkianisa)
 
Isu Halal Haram Pemakanan
Isu Halal Haram PemakananIsu Halal Haram Pemakanan
Isu Halal Haram Pemakanan
 
Makanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MI
Makanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MIMakanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MI
Makanan dan minuman yang halal dan haram, materi Fiqih kelas VI MI
 
Makanan dan minuman halal
Makanan dan minuman halalMakanan dan minuman halal
Makanan dan minuman halal
 
Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan guru agama islam smp kelas 9 kurikulum 2013
 
Makanan dan minuman halal dan haram
Makanan dan minuman halal dan haramMakanan dan minuman halal dan haram
Makanan dan minuman halal dan haram
 
Ppt makanan halal dan haram
Ppt makanan halal dan haramPpt makanan halal dan haram
Ppt makanan halal dan haram
 
Makanan dan minuman yang halal dan yang haram
Makanan dan minuman yang halal dan yang haramMakanan dan minuman yang halal dan yang haram
Makanan dan minuman yang halal dan yang haram
 
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (buku siswa) kls 8
 

Similar to E book FIQH NIAT

Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Aswin Wyn
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurban
alfatfatoha
 
Panduan kurban praktis
Panduan kurban praktisPanduan kurban praktis
Panduan kurban praktis
Helmon Chan
 
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
MaulanaFirdaus19
 
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Badan Pembina Mahasiswa Wahidiyah Pusat
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ardian DP
 
08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH
fissilmikaffah1
 
05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf
05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf
05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf
farkhanyahya2
 
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Ulama
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan UlamaMaulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Ulama
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Ulama
יונה עזיאל
 
Akhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptx
Akhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptxAkhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptx
Akhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptx
SimpleFarmer1
 
Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01
Muhsin Hariyanto
 
Agama
AgamaAgama
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx
rahmadiID1
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Agussoleh17
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
AnisK9
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad
Helmon Chan
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
SitiJubaidah16
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
mentari senja
 
Kesatuan Umat Islam Part 1.pptx
Kesatuan Umat Islam Part 1.pptxKesatuan Umat Islam Part 1.pptx
Kesatuan Umat Islam Part 1.pptx
Muhammad Billah
 
Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...
Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...
Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...
Ra Hardianto
 

Similar to E book FIQH NIAT (20)

Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurban
 
Panduan kurban praktis
Panduan kurban praktisPanduan kurban praktis
Panduan kurban praktis
 
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
 
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ah
 
08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH
 
05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf
05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf
05-NASIHAT DAN MUHASABAH ADALAH CINTA.pdf
 
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Ulama
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan UlamaMaulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Ulama
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Ulama
 
Akhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptx
Akhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptxAkhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptx
Akhlaqul Karimah Sesuai Ahlussunnah wal Jama'ah An Nahdiyyah di Era 5.0.pptx
 
Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.docx
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
 
Kesatuan Umat Islam Part 1.pptx
Kesatuan Umat Islam Part 1.pptxKesatuan Umat Islam Part 1.pptx
Kesatuan Umat Islam Part 1.pptx
 
Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...
Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...
Pendapat para-ulama-tentang-qunut-shubuh-terus-menerus-dan-penjelasan-pendapa...
 

More from Muhammad Idris

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقل
Muhammad Idris
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبت
Muhammad Idris
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرة
Muhammad Idris
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
Muhammad Idris
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
Muhammad Idris
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Muhammad Idris
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Muhammad Idris
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Muhammad Idris
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Muhammad Idris
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Muhammad Idris
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Muhammad Idris
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
Muhammad Idris
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2
Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1
Muhammad Idris
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
Muhammad Idris
 
Gawda
GawdaGawda
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Muhammad Idris
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`in
Muhammad Idris
 

More from Muhammad Idris (20)

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقل
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبت
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرة
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islam
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
Gawda
GawdaGawda
Gawda
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`in
 

Recently uploaded

Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 

Recently uploaded (20)

Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 

E book FIQH NIAT

  • 1.
  • 2. Peran Niat Dalam Amal 1 @ @ Penulis: Al-Ustadz Abul ‘Abbas Khalid Syamhudi, Lc. (Staf Pengajar Ma’had Ukhuwwah dan Imam Bukhori) Sumber : httttttttpppp::::////////mmmmuuuusssslllliiiimmmm....oooorrrr....iiiidddd Disebarkan dalam bentuk Ebook di Maktabah Abu Salma al-Atsari hhhhttttttttpppp::::////////ddddeeeeaaaarrrr....ttttoooo////aaaabbbbuuuussssaaaallllmmmmaaaa
  • 3. Peran Niat Dalam Amal MMMMaaaattttaaaannnn HHHHaaaaddddiiiittttssss  ع  ن َأمِيرِ اُلمؤمِنِي  ن َأبِ  ي  حْ فصٍ  ع  م ر بنِ ا َ لخطَّابِ َقا َ ل :  سمِ ع  ت  ر  س  و َ ل اللهِ يُق  و ُ ل : إِن  ما الأَ  ع  ما ُ ل بِالنيَاتِ  و إِنمَا لِ ُ كلِّ ا مرِئٍ ما ن  وى َف  م  ن َ كان  ت هِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ َفهِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ  و م  ن َ كانت هِ  جرته لِ  دنيا يصِيب  ها، َأوِ ا م رَأةٍ ينكِ  ح ها َفهِ  جرته إَِلى ما  ها  ج ر إَِليهِ Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat, dan sesungguhnya seseorang itu hanya akan mendapatkan balasan sebagaimana niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka (pahala) hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk kepentingan harta dunia yang hendak dicapainya, atau karena seorang wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya akan dibalas sebagaimana yang ia niatkan.” (HSR. Bukhari dan Muslim dalam kedua Shahih-nya) 2
  • 4. Peran Niat Dalam Amal TTTTaaaakkkkhhhhrrrriiiijjjj HHHHaaaaddddiiiittttssss Hadits di atas diriwayatkan oleh: 1. Bukhari, Kitab Bad’ul Wahyu no. 1, dalam Kitabul Iman no. 54, ada beberapa tempat dalam Shahih-nya, seperti kitab Al- ‘Itq, dan lainnya (Fat-hul Bari, I/9, 135). 2. Muslim, Kitabul Imarah, Bab Innamal A’malu bin Niyyat, no. 3 1907. 3. Abu Dawud dalam Sunan-nya, Kitabut Thalaq, Bab Fi Ma ‘Uniya Bihi at Thalaq wan Niyat, no. 2201. 4. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, Kitab Fadha-ilul Jihad, Bab Man Ja’a fi Man Yuqatilu Riya’an Wa liddunya, no. 1647. 5. An Nasa-i dalam Sunan-nya, Kitab Ath-Thaharah, Bab An- Niyyah fil Wudhu’ (I/59-60). 6. Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Kitab Az-Zuhd, Bab An- Niyyah, no. 4227. 7. Ahmad di dalam Musnad-nya (I/25, 43). 8. Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa, no. 64. 9. Baihaqi dalam Sunan-nya (IV/235), Bab Man Ughniya ‘Alaihi fi Ayyam min Syahri Ramadhan. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Daruquthni (I/136), Ibnu Khuzaimah (1/232 no. 455), Ibnu Hibban (at Ta’liqatul Hisan ‘Ala Shahih Ibni Hibban, no. 389) dan yang lainnya.
  • 5. Peran Niat Dalam Amal Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat tahun 795 H) mengatakan: “Hadits ini (adalah) hadits fard (gharib), hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id al-Anshari dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari ‘Alqamah bin Abi Waqqas al-Laitsi dari Umar bin Khaththab. Tidak Ada jalan lain yang shahih selain jalan ini, menurut pendapat Ali Ibnul Madini dan lainnya.” Imam Al-Khaththabi berkata: “Aku tidak mengetahui adanya khilaf di kalangan ahli hadits tentang masalah itu. Meskipun ada riwayat dari jalan Abu Sa’id al-Khudri dan lainnya, akan tetapi tidak satupun yang shahih menurut para huffazh (imam- imam ahli hadits).” (Jami’ul ‘Uluum Wal Hikam, I/60 dan Iqazhul Himam, hlm. 28). Imam Bazzar berkata, ”Abu As-Sakan, Muhammad bin I’tab, Ibnul Jauzi dan selain mereka mengatakan, bahwa tidak ada satu pun hadits yang sah (tentang hadits innamal a’malu bin niyat) dari seorang sahabat, melainkan dari Umar bin Khaththab saja.” (At-Talkhisul Habir, 1/92, Cet. I Muassassah Qurthubah, Th. 1416 H). Jadi pendapat jumhur ahli hadits menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits ahad, tidak mencapai derajat mutawatir, meskipun yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id Al Anshari banyak sekali, karena dari sahabat Umar bin Khaththab sampai kepada Yahya bin Sa’id hanya terdapat satu jalan. 4
  • 6. Peran Niat Dalam Amal Asbabul AAAsssbbbaaabbbuuulll WWWWuuuurrrruuuudddd HHHHaaaaddddiiiittttssss Tentang asbabul wurud hadits (sebab datangnya hadits) diriwayatkan, ada seorang wanita bernama Ummu Qais sudah dilamar oleh seseorang, dan dia tidak mau dinikahi sampai calon suaminya hijrah. Lalu ia hijrah dan kami menamakan orang tersebut dengan muhajir Ummu Qais. Kisah ini banyak ditulis dalam beberapa kitab, akan tetapi tidak ada asalnya yang shahih. Wallahu’allam. (Jami’ul Ulum Wal Hikam, I/24 dan Iqazhul Himam, hlm. 37). Kata Ibnu Hajar Al-Asqalani: “…Tetapi tidak ada riwayat yang shahih yang menjelaskan hadits innamal a’malu sebabnya karena itu (karena Ummu Qais). Aku tidak melihat sedikitpun dari jalan-jalan hadits yang jelas tentang masalah itu.” (Fat-hul Bari, I/10). Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali membenarkan perkataan Ibnu Rajab, bahwa kisah asbabul wurud hadits di atas tidak benar. (Iqazhul Himam Al-Muntaqa Fi Jami’il Ulum Wal Hikam, hlm. 37). 5
  • 7. Peran Niat Dalam Amal KKKKeeeedddduuuudddduuuukkkkaaaannnn HHHHaaaaddddiiiittttssss Banyak perkataan ulama tentang hadits ini, di antaranya: · Imam Nawawi berkata, ”Kaum muslimin telah ijma’ (sepakat) tentang tingginya hadits ini dan sangat banyak manfaatnya.” · Imam Syafi’i berkata, ”Hadits ini merupakan sepertiga ilmu dan masuk dalam tujuh puluh bab masalah fiqh.” (Syarah Shahih Muslim, XIII/53). · Imam Abdurrahman bin Mahdi (wafat th. 198 H) berkata, ”Hadits tentang niat masuk dalam tiga puluh bab masalah ilmu.” (Tuhfatul Ahwadzi, V/286). Kata beliau juga: “Selayaknya bagi orang yang menyusun satu kitab, hendaknya dimulai dengan hadits ini untuk mengingatkan para penuntut ilmu agar meluruskan dan memperbaiki niatnya.” (Syarah Muslim, XIII/53; Jami’ul Ulum Wal Hikam, I/61). Imam Bukhari pun memulai kitabnya dengan hadits ini. · Abu Abdillah mengatakan, ”Tidak ada satupun hadits yang paling mencakup berbagai masalah dan paling banyak manfaatnya, melainkan hadits ini.” (Tuhfatul Ahwadzi V/286). 6
  • 8. Peran Niat Dalam Amal · Abdurrahman bin Mahdi, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Ali Ibnu Madini, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Daruquthni, dan Hamzah Al- Kinani, semuanya bersepakat bahwa hadits ini adalah sepertiga ilmu. (Fat-hul Bari, I/11). Yang dimaksud dengan sepertiga ilmu ialah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, bahwa pokok-pokok Islam datang dari tiga hadits, yaitu: 1. Hadits Umar: إن  ما ْالأ  ع  ما ُ ل بِالِنياتِ 2. Hadits ‘Aisyah: م  ن َأ  ح  د َ ث فيِ َأ  مرِنا  ه َ ذا 3. Hadits Nu’man bin Basyir : إِنَّ ا َ لح َ لا َ ل بي  ن  و إِنَّ ا َ لحرام بي  ن (Iqazhul 7 Himam, hlm. 29). · Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, ”Makna yang ditunjukkan hadits ini merupakan pokok penting dari prinsip-prinsip agama, bahkan merupakan pokok dari setiap amal.” (Majmu’ Fatawa, XVIII/249). Sebagian ulama berpendapat, pokok-pokok agama terdapat dalam empat hadits dikarenakan melihat urgensi dari hadits-hadits tersebut. · Imam Syaukani berkata, ”Hadits ini mempunyai faidah yang sangat banyak, dan tidak cukup untuk saya jelaskan di sini. Meskipun hadits ini gharib, namun layak ditulis (dibahas) dalam satu kitab tersendiri.” (Nailul Authar, I/159).
  • 9. Peran Niat Dalam Amal MMMMaaaakkkknnnnaaaa HHHHaaaaddddiiiittttssss 8 إِ ن  ما الأَ  ع  ما ُ ل (innama) susunan seperti ini menunjukan pengertian hashr ا َ لح  صر pembatasan, yang diartikan dengan “hanya”, maka hashr ialah, menetapkan hukum yang disebutkan dan menafikan yang selainnya. (Qawaa-id wa Fawaa-id minal Arba’in an-Nawawiyah, hal. 25). الأَ  ع  ما ُ ل artinya, “amal-amal”. Kata jamak dari yang diawali dengan alif lam ال , yang menunjukkan arti istighraq yang berarti seluruh amal. Yang dimaksud adalah amal-amal syar’i yang membutuhkan niat. Adapun yang tidak, seperti kebiasaan makan, minum, berpakaian dan yang lainnya, atau seperti mengembalikan amanah dan tanggung jawab, atau menghilangkan najis, maka, tidak membutuhkan niat. Akan tetapi ada ganjarannya bagi yang berniat untuk taqarrub kepada Allah. (Ibid, hal. 26, Iqadhul Himam al-Muntaqa min Jami’il ‘Uluum wal Hikaam, hal. 30-31). Jadi maknanya, setiap amal harus ada niat dan tidak ada amal tanpa niat. (Nailul Authar 1/157). Bisa juga إن  ما ْالأ  ع  ما ُ ل بِالِنياتِ diartikan bahwa amal itu menjadi baik, buruk, diterima, ditolak, diganjar
  • 10. Peran Niat Dalam Amal atau tidak, itu tergantung dari niatnya. Artinya, baik dan buruknya amal tergantung niat. (Iqadhul Himam, hal. 31). النيا  ت jamak dari نِيٌة . Dalam bahasa diartikan الَق  ص  د (tujuan), yaitu hati menyengaja secara sadar terhadap apa yang dituju (dimaksud) mengerjakannya. ن  وى – ينوِ  ي نِيًة و  ه  و  ع  زم الَقْلبِ  عَلى َأ مرٍ مِ  ن الأَُ م  ورِ (Kehendak hati untuk mengerjakan suatu perkara). (Lisanul ‘Arab libni Manzhur 14/343, cet. Daar Ihya at Turats Al ‘Arabi, Mu’jamul Wasith 2/965). Al-Baidhawi berkata, ”Niat adalah dorongan hati yang dilihat sesuai dengan suatu tujuan, berupa mendatangkan manfaat atau mendatangkan mudharat dari sisi kondisi atau tempat. (Fat-hul Baari 1/13). Ada yang berpendapat, niat adalah, menuju sesuatu yang dibarengi dengan mengerjakannya.” (Bahjatun Nazhirin 1/31 dan Syarah Hadits Arba’in oleh Imam Nawawi hal. 17). إِنمَا لِ ُ كلِّ ا مرِئٍ ما ن  وى: … Sesungguhnya setiap orang akan memperoleh dari Allah sesuai dengan apa yang diniatkan. Jika berniat baik, maka ia akan memperoleh kebaikan. Dan jika berniat jelek, maka ia akan memperoleh balasan kejelekan pula. (Bahjatun Nazhirin 1/31 dan Syarah Hadits Arba’in oleh Imam Nawawi hal. 17). 9
  • 11. Peran Niat Dalam Amal فَ  م  ن َ كان  ت هِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ َفهِ  جرته إَِلى اللهِ  و  ر  س  ولِهِ  و م  ن َ كان  ت هِ  جرته لِ  دنيا يصِيب  ها، َأوِ ا م رَأةٍ ينكِ  ح ها َفهِ  جرته إَِلى ما  ها  ج ر إَِليهِ “Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Da barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan diperoleh atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya menurut apa yang ia hijrah kepadanya.” Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, “Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa amal-amal tergantung dengan niat, dan seseorang akan mendapatkan sesuatu tergantung dari niatnya, baik atau buruk; dua kalimat ini merupakan dua kaidah yang mencakup dan merupakan contoh perbuatan yang bentuknya sama, akan tetapi berbeda hasilnya. Rusaknya amal itu tergantung dari niat. Ada orang yang hijrah ke negeri Islam, karena harta dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya menurut niatnya. Yang pertama adalah tajir (pedagang), dan yang kedua adalah khathib (peminang). Keduanya bukan muhajir (orang yang berhijrah) yang sebenarnya.” (Iqazhul Himam hal. 36-37). إَِلى ما  ها  ج ر إَِليهِ: Menurut apa yang ia hijrah kepadanya. Hal ini menunjukkan jelek dan hinanya orang yang hijrah karena harta dan wanita. (Iqazhul Himam hal. 36-37). 10
  • 12. Peran Niat Dalam Amal 11 َاْلهِ  جرُة. Asal maknanya ialah تر  ك ال  ش  يءَ  , yaitu meninggalkan sesuatu. Sedangkan menurut istilah syar’i ialah, هِ  جرا ُ ن بَلدِ ال  ش  ركِ  و الإِنتَِقا ُ ل مِنه إَِلى دارِ الإِ  س َ لامِ (Pindah dari negeri kafir ke negeri Islam). Oleh para ulama, hijrah ini dibagi menjadi beberapa bagian. Hijrah tetap berlaku selama musuh masih diperangi, sebagaimana taubat masih diterima sampai matahari terbit dari barat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َ لا تنقَطِ  ع اْلهِ  جرُة  حتى تن َقطِ  ع الت  وبُة  و َ لا تنَقطِ  ع الت  وبُة  حتى ت ْ طُل  ع ال  ش  م  س مِ  ن م غرِبِ  ها Tidak akan terhapus hijrah sampai tidak ada lagi taubat yang diterima, dan tidaklah berhenti taubat itu diterima sampai matahari terbit dari barat. (HR. Ahmad, IV/99; Abu Dawud, no. 2479 dan Ad Darimi, II/239-240 dari sahabat Mu’awiyah z, shahih)
  • 13. Peran Niat Dalam Amal PPPPeeeennnnjjjjeeeellllaaaassssaaaannnn HHHHaaaaddddiiiittttssss Tidak diragukan lagi, niat itu merupakan neraca bagi sahnya suatu perbuatan. Niat merupakan kehendak yang pasti, sekalipun tidak disertai dengan amal. Maka dari itu, kadang-kadang kehendak ini merupakan niat yang baik lagi terpuji, dan kadang merupakan niat yang buruk lagi tercela. Hal ini tergantung dari apa yang diniatkan, dan juga tergantung kepada pendorong dan pemicunya; Apakah untuk dunia ataukah untuk akhirat? Apakah untuk mencari keridhaan Allah, ataukah untuk mencari keridhaan manusia? Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: …ُث  م يبعُث  و َ ن  عَلى نِياتِهِ  م… Kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka… (HR. Ibnu Majah, no. 4229 dan Ahmad, II/392) Karena peranan niat dalam mengarahkan amal menentukan bentuk dan bobotnya, maka para ulama menyimpulkan banyak kaidah fiqh yang diambil dari hadits ini, yang merupakan kaidah yang luas. Diantara kaidah itu ialah: َْالأُم  و  ر بِ  مَقاصِدِ  ها (suatu perkara tergantung dari tujuan niatnya). 12
  • 14. Peran Niat Dalam Amal Niat NNNiiiaaattt ddddaaaannnn TTTTuuuujjjjuuuuaaaannnn SSSSyyyyaaaarrrriiiiaaaatttt Imam Ibnul Qayyim berkata, ”Niat adalah ruh amal, inti dan sendinya. Amal itu mengikuti niat. Amal menjadi benar karena niat yang benar. Dan amal menjadi rusak karena niat yang rusak.” (I’lamul Muwaqqi’in VI/106, tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan dua kalimat yang sangat dalam maknanya, yaitu, sesungguhnya amal-amal bergantung kepada niat dan seseorang memperoleh apa yang diniatkan. Dalam kalimat pertama, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, amal tidak ada artinya tanpa ada niat. Sedangkan dalam kalimat kedua, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, orang yang melakukan suatu amal, ia tidak memperoleh apa-apa kecuali menurut niatnya. Hal ini mencakup iman, ibadah, da’wah, muamalah, nadzar, jihad, perjanjian dan tindakan apapun. Pengaruh niat dalam sah atau tidaknya suatu ibadah sudah dijelaskan di atas. Semua amal qurbah (untuk mendekatkan diri kepada Allah) harus dilandaskan kepada niat. Suatu tindakan tidak dikatakan ibadah, kecuali disertai niat dan tujuan. Maka dari itu, sekalipun seseorang menceburkan diri ke dalam air 13
  • 15. Peran Niat Dalam Amal tanpa niat mandi, atau masuk kamar mandi semata untuk membersihkan diri, atau sekedar menyegarkan badan, maka perbuatan itu tidak termasuk amal qurbah dan ibadah. Contoh lain, ada seseorang tidak makan sehari penuh karena tidak ada makanan, atau karena pantang makan, atau karena akan dioperasi, maka ia tidak disebut orang yang melakukan ibadah puasa. Contoh lain, seseorang yang berputar mengelilingi Ka’bah untuk mencari sesuatu yang jatuh, atau mencari saudaranya yang hilang, maka orang tersebut tidak dikatakan melakukan thawaf yang disyariatkan. Imam Nawawi menjelaskan, niat itu disyariatkan untuk beberapa hal berikut. Pertama, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat). Misalnya duduk di masjid, ada yang berniat istirahat, ada pula yang tujuannya untuk i’tikaf. Mandi dengan niat mandi junub, berbeda dengan mandi yang hanya sekedar untuk membersihkan diri. Yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan adalah niat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini, ketika seorang laki-laki yang berperang karena riya (ingin dilihat orang), karena fanatisme golongan, dan berperang karena keberanian. Siapakah yang berperang di jalan Allah? Maka 14
  • 16. Peran Niat Dalam Amal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: م  ن َقات َ ل لِت ُ ك  و َ ن كَلِ  مُة اللهِ هِ  ي العْليا َف  ه  و فِ  ي  سبِيلِ اللهِ Barangsiapa berperang dengan tujuan agar kalimat Allah adalah yang paling tinggi, maka itulah fi sabilillah. (HR. Al-Bukhari dalam Kitabul Ilmi no. 123 (Fat-hul Baari I/222) dan Muslim Kitabul Imarah no. 1904, Tirmidzi no. 1646, Abu Dawud no. 2517, Ibnu Majah no. 2783 dan an-Nasaa-I VI/23 dari Sahabat Abu Musa al-Asy’ari) Kedua, untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain. Misalnya seseorang mengerjakan shalat empat rakaat. Apakah diniatkan shalat Dhuhur ataukah shalat sunnat (ataukah diniatkan untuk shalat Ashar)? Yang membedakannya adalah niat. Demikian juga dengan orang yang memerdekakan seorang hamba, apakah ia niatkan untuk membayar kafarah (tebusan), ataukah ia niatkan untuk nadzar, atau yang lainnya? Jadi yang penting, untuk membedakan dua ibadah yang sama adalah niat. (Syarah Arba’in oleh Imam Nawawi hal. 8). Kata niat yang sering diulang-ulang dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan firman Allah, terkadang dengan makna iradah ( الإِ رادُة ), dan terkadang dengan makna qashd ( (َاْلَق  ص  د dan sejenisnya. Seperti dalam surat Ali Imran ayat 152, surat Al Isra` ayat 18-19. 15
  • 17. Peran Niat Dalam Amal Pengaruh PPPeeennngggaaarrruuuhhh NNNNiiiiaaaatttt TTTTeeeerrrrhhhhaaaaddddaaaapppp HHHHaaaallll-HHHHaaaallll yyyyaaaannnngggg MMMMuuuubbbbaaaahhhh ddddaaaannnn KKKKeeeebbbbiiiiaaaassssaaaaaaaannnn Karena besarnya pengaruh niat, maka hal-hal yang mubah dan kebiasaan, dapat bernilai ibadah dan amalan qurbah. Pekerjaan mencari rezeki, bercocok tanam, berkarya, berdagang, mengajar dan profesi lainnya, dapat menjadi ibadah dan jihad f i sabilillah selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan dan mencari yang halal, serta tidak bertentangan dengan perintah dan larangan dari Allah dan Rasul-Nya. Begitu pula makan minum, berpakaian, jika dikerjakan dengan niat untuk ketaatan kepada Allah dan melaksanakan kewajiban kepada Rabb, maka akan diganjar berdasarkan niatnya. Orang yang mencari nafkah untuk menjaga dirinya agar tidak meminta-minta kepada orang lain, untuk membiayai dirinya dan keluarganya, akan diganjar atas niatnya. Seperti hadits Sa’ad bin Abi Waqqash Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِن  ك َل  ن تنفِ  ق نَفَقًة تبتغِ  ي بِ  ها  و  جه اللهِ إِلاَّ ُأجِ  ر  ت  عَلي  ها  حتى ت  جع َ ل فِ  ي فِي ا  مرَأتِ  ك Sesungguhnya jika engkau menafkahkan hartamu yang dengannya engkau mengharapkan wajah Allah, maka engkau 16
  • 18. Peran Niat Dalam Amal akan diberi pahala lantaran nafkahmu sampai apa yang engkau suapkan ke mulut isterimu. (HR. Bukhari, no. 56; Fat-hul Bari, I/136 dan Muslim no. 1628, 5) Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata, ”Imam An-Nawawi mengambil istimbat dari hadits ini, bahwa memberikan suapan kepada istri, biasanya terjadi pada waktu bergurau, ketika timbul syahwat, dan yang demikian ini jelas. Namun, bila dilakukan untuk mencari ganjaran pahala, maka ia akan memperolehnya dengan keutamaan dari Allah.” (Fat-hul Bari, I/137). Imam Suyuthi menjelaskan, dalil yang tepat yang dijadikan dasar (oleh para ulama), bahwa seorang hamba akan mendapat ganjaran dengan niat yang baik dalam perkara yang mubah dan pada perkara adat kebiasaan ialah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:  و إِن  ما لِ ُ كلِّ ا مرِئٍ ما ن  وى (dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan). Niat ini akan diganjar apabila dimasudkan untuk taqarrub kepada Allah. Sehingga, bila tidak dengan tujuan itu, tidak akan diberi pahala. Bahkan yang lebih mengagumkan lagi, nafsu seksual yang disalurkan seorang mukmin kepada istrinya pun dapat mendatangkan pahala di sisi Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan: 17
  • 19. Peran Niat Dalam Amal  ع  ن َأبِي َذ  ر َأنَّ نا  سا مِ  ن َأ  ص  حابِ  ر  س  ولِ اللهِ ، َقاُل  وا لِلنبِ  ي : يا  ر  س  و َ ل اللهِ ، َذ  ه  ب َأ  ه ُ ل ال  دُث  ورِ بِالأُ  ج  ورِ ، ي  صلُّو َ ن كَ  ما ن  صلِّي ،  و ي  ص  وم  و َ ن َ ك  ما ن  ص  وم ،  و يت  ص  دُق  و َ ن بُِف  ض  ولِ َأ  م  والِهِ  م ، َقا َ ل : (( َأو َلي  س َق  د  ج ع َ ل اللهُ َل ُ ك  م ما ت  ص  دُق  و َ ن ؟ إِنَّ بِ ُ كلِّ ت  سبِي  حةٍ  ص  دَقًة ،  و ُ كلِّ ت ْ كبِي رةٍ  ص  دَقًة ،  و ُ كلِّ ت  حمِ  دةٍ  ص  دَقًة ،  و ُ كلِّ ت  هلِيَلةٍ  ص  دَقًة ،  و َأ مرٍ بِاَلم ع ر  وفِ  ص  دَقًة ، و ن  هيٍ  ع  ن من َ كرٍ  ص  دَقًة ،  و فِ  ي ب  ضعِ َأ  حدِ ُ ك  م  ص  دَقًة ، َقاُل  وا : يا  ر  س  و َ ل اللهِ ، َأيْأتِ  ي َأ  ح  دنا  ش  ه  وته  و ي ُ ك  و ُ ن َله فِي  ها َأ  جر ؟ َقا َ ل : َأ  رَأيت  م َل  و  و  ضع  ها فِ  ي  ح رامٍ ، َأ َ كا َ ن  عَليهِ وِ  زر ؟ َف َ ك َ ذلِ  ك إِ َذا  و  ضع  ها فِي ا َ لح َ لالِ َ كا َ ن َله َأ  جر Dari Abu Dzaar Al Ghifari radhiyallahu’anhu. Bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah, berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah. Orang-orang kaya pergi dengan banyak pahala. Mereka shalat seperti kita shalat, berpuasa seperti kita berpuasa, dan bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Nabi bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu bagi kalian yang bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya, bagi kamu, setiap kali tasbih adalah shadaqah, setiap kali tahmid adalah shadaqah, menyuruh kepada yamg ma’ruf adalah shadaqah, melarang kemungkaran adalah shadaqah, dan menggauli (bersetubuh dengan) istri adalah 18
  • 20. Peran Niat Dalam Amal shadaqah.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dia mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, ”Bagaimana pendapat kalian kalau ia melampiaskan syahwatnya kepada yang haram, apakah ia berdosa? Maka demikian pula jika dia melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim, no. 720, 1006. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, 5/167,168 dan Abu Dawud, no. 5243, 5244 dari sahabat Abu Dzar) Imam Nawawi menjelaskan hadits ini: “Di dalam hadits ini ada dalil, bahwa perkara yang mubah dapat menjadi perbuatan taat dengan niat yang benar. Jima’ (bersetubuh), bisa menjadi ibadah apabila ia niatkan untuk memenuhi hak istrinya, bergaul dengan cara yang baik sebagaimana diperintahkan Allah, atau untuk mendapat anak yang shalih, atau untuk menjaga dirinya dan istrinya agar tidak terjatuh kepada perbuatan haram, atau memikirkan (mengkhayal) hal yang haram, atau berkeinginan untuk itu, atau yang lainnya.” (Syarah Shahih Muslim, VII/92). Suatu perbuatan yang mubah, dapat dijadikan amal ibadah sehingga mendekatkan pelakunya kepada Allah, namun ia tetap memiliki syarat-syarat tertentu. Ketentuan-ketentuan itu sebagai berikut: 1. Tidak boleh menjadikan perkara mubah menjadi qurbah (ibadah) pada bentuk dan dzatnya. Sebagaimana orang menduga, bahwa semata-mata berjalan, makan, berdiri, 19
  • 21. Peran Niat Dalam Amal atau berpakaian dapat mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari Abu Israil berdiri di terik panas matahari untuk memenuhi nadzarnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh ia berbicara, berteduh, duduk, dan menyempurnakan puasanya. (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, dan Ath Thahawi dalam Musykilul Atsar). 2. Hendaklah yang mubah itu sebagai wasilah (sarana) untuk ibadah. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: “Hendaknya yang mubah dikerjakan untuk membantu dirinya melaksanakan ketaatan.” (Majmu Fatawa, X/460). 3. Hendaklah seorang muslim memandang yang mubah dengan keyakinan. Bahwa hal itu memang benar dimubahkan (dihalalkan) oleh Allah untuknya. 4. Hendaknya yang mubah (dibolehkan) itu tidak menyebabkan pelakunya celaka, atau membahayakan dirinya sendiri. (Diringkas dan ditambah dari Qawaid Wa Fawaid Min Arbain An-Nawawiyah, hlm. 34-35). Oleh karena itu, barangsiapa yang berniat mendekatkan diri kepada Allah melalui amal-amal mubah, hendaknya ia pastikan ketentuan-ketentuan di atas, agar tidak menghalalkan segala cara dan supaya bernilai di sisi Allah ta’ala. 20
  • 22. Peran Niat Dalam Amal Niat Baik Tidak Bisa NNNiiiaaattt BBBaaaiiikkk TTTiiidddaaakkk BBBiiisssaaa MMMMeeeerrrruuuubbbbaaaahhhh yyyyaaaannnngggg HHHHaaaarrrraaaammmm Sebagaimana sudah diketahui oleh setiap muslim, niat tidak dapat mempengaruhi yang haram. Sebaik apapun niat dan semulia apapun tujuannya, niat tidak dapat menghalalkan yang haram dan tidak melepaskan sifat kekotoran, karena memang inilah yang menjadi sebab pengharamannya. Barangsiapa mengambil riba atau mencuri harta, atau mencari harta dengan cara yang dilarang dengan niat untuk membangun masjid, atau mendirikan tempat panti asuhan anak yatim, atau mendirikan pesantren, madrasah, sekolah tahfidz (hafalan) Al- Qur`an, atau untuk dishadaqahkan kepada orang fakir, miskin dan orang-orang yang membutuhkan, atau bentuk kebaikan apapun, maka niat yang baik ini tidak berpengaruh apa-apa, serta tidak bisa meringankan dosa yang haram. Praktek seperti ini banyak terjadi. Misalnya, seseorang mendepositokan uangnya di Bank, lalu bunganya digunakan untuk membangun masjid atau pesantren. Ini merupakan perbuatan yang layak dipertanyakan kebenarannya. Bunga bank, yang menurut para ulama adalah haram, bagaimana mungkin barang haram digunakan untuk proyek kebaikan? Seorang pejabat mendapat uang jutaan atau milyaran rupiah dari hasil manipulasi, korupsi atau kolusi, atau seorang penjudi, 21
  • 23. Peran Niat Dalam Amal pelacur, kemudian mereka berniat menolong anak yatim dan orang miskin dari hasil pekerjaan yang haram itu, maka hukumnya tetap haram, dan tidak boleh digunakan untuk berbagai kegiatan kebaikan. Yang haram t idak bisa dibersihkan dengan menshadaqahkan uang hasil perbuatan haram. Allah tidak akan menerima yang haram, meskipun dengan niat yang baik. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …إِنَّ اللهَ تعاَلى َ طي  ب َ لا يْ قب ُ ل إِلاَّ َ طيبًا… …Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima sesuatu, kecuali yang baik… (HR. Muslim, no. 1015; At Tirmidzi, no. 2989 dan Ahmad, II/328) Harta yang haram bukan milik orang yang mendapatkannya. Karena itu, tidak boleh ia bershadaqah dengan uang tersebut. Harta apapun yang dikeluarkan dari hasil bunga, curian, pelacuran, perdukunan, manipulasi, dan lainnya yang haram, semua itu tidak diterima oleh Allah ta’ala. Imam Sufyan Ats-Tsauri pernah berwasiat kepada Ali bin Al- Hasan: “…Janganlah kamu melakukan usaha (mencari mata pencaharian) yang buruk, lantas hasilnya kamu infakkan untuk mentaati Allah. Karena meninggalkan pekerjaan (usaha yang 22
  • 24. Peran Niat Dalam Amal buruk) merupakan kewajiban dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang bajunya terkena air kencing, kemudian ia ingin mencucinya dengan air kencing yang lain? Apakah mungkin bisa membersihkannya? Jelas tidak mungkin bersih. Kotoran tidak mungkin dibersihkan, kecuali dengan sesuatu yang bersih dan baik. Demikian pula perbuatan yang buruk, hanya bisa dihapuskan dengan kebaikan. Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya yang haram tidak akan diterima dalam amalan, atau mungkinkah seseorang melakukan dosa lantas menghapuskannya dengan dosa yang lain?” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Kitab Hilyatul Auliya’, VII/71-72. Dikutip dari Min Washaya As Salaf, hlm. 41, oleh Syaikh Salim bin Id Al Hilali, Cet. Dar Ibnul Jauzi, Th. 1412 H). Dari sini kita mengetahui, Islam menolak prinsip Machiavelli, yaitu tujuan menghalalkan segala cara. Islam juga tidak menerima, kecuali cara yang bersih untuk mencapai tujuan mulia. Jadi niat yang baik, harus disertai dengan cara yang benar dan baik pula. 23
  • 25. Peran Niat Dalam Amal Niat Baik Tidak Dapat Merubah NNNiiiaaattt BBBaaaiiikkk TTTiiidddaaakkk DDDaaapppaaattt MMMeeerrruuubbbaaahhh SSSSeeeessssuuuuaaaattttuuuu yyyyaaaannnngggg BBBBiiiidddd’’’’aaaahhhh Ketika sebagian orang melakukan bid’ah, mereka beralasan bahwa amal tersebut dilakukan dengan niat yang baik, tidak bertujuan melawan (menentang) syari’at, tidak mempunyai pikiran untuk menambah sesuatu dalam agama, dan tidak terbersit dalam hati untuk melakukan bid’ah. Bahkan sebagian berdalil dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: إِن  ما الأَ  ع  ما ُ ل بِالنياتِ Sesungguhnya segala amal bergantung pada niat. (Muttafaqun ‘alaih) Untuk menjelaskan sejauh mana tingkat kebenaran cara mereka menyimpulkan dalil dan beberapa alasan yang dikemukakan tersebut, maka seorang muslim yang ingin mengetahui kebenaran yang sampai kepadanya serta hendak mengamalkannya, ia tidak boleh menggunakan sebagian dalil hadits dengan meninggalkan sebagian yang lain. Tetapi yang wajib dia lakukan ialah memperhatikan semua dalil secara umum, hingga hukumnya lebih dekat kepada kebenaran dan jauh dari kesalahan. Demikianlah yang harus dilakukan, bila dia 24
  • 26. Peran Niat Dalam Amal termasuk orang yang mempunyai keahlian dalam menyimpulkan dalil. (Lihat pembahasan lengkapnya di kitab ‘Ilmu Ushul al-Bida’ hal. 59-63 oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al- Halaby, cet. Daar ar-Raayah th. 1417 H). Adapun yang benar dalam masalah sangat penting ini, bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat” adalah sebagai penjelasan tentang salah satu dari dua pilar dasar setiap amal. Pertama, ikhlas dalam beramal dan jujur dalam batinnya. Kedua, setiap amal harus sesuai Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada keterangannya dari kami, maka dia tertolak.” Dan demikian itulah kebenaran yang dituntut setiap orang dalam merealisasikan setiap pekerjaan dan ucapannya. Atas dasar ini, maka kedua hadits yang agung tersebut merupakan pedoman agama, baik yang pokok maupun cabang, yang lahir dan yang batin. Dalam hal ini, hadits “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat” sebagai timbangan amal yang batin. Sedangkan hadits “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada keterangannya dari kami, maka dia tertolak” sebagai tolok ukur lahiriah setiap amal. Dengan demikian, kedua hadits tersebut memberikan pengertian, bahwa setiap amal dianggap benar, bila dilakukan 25
  • 27. Peran Niat Dalam Amal dengan ikhlas karena Allah dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keduanya merupakan syarat setiap ucapan dan amal, yang lahir maupun yang batin. Oleh karena itu, barangsiapa yang ikhlas dalam setiap amalnya karena Allah dan sesuai Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalnya diterima. Dan barangsiapa yang tidak memenuhi dua hal tersebut atau salah satunya, maka amalnya tertolak. (Bahjah Qulub Al Abrar:10, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di). Demikian dinyatakan oleh Fudhail bin ‘Iyadh, ketika beliau menafsirkan firman Allah, yang artinya: Supaya Dia menguji kamu, siapa yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk: 2) Fudhail bin ‘Iyadh berkata, ”Maksudnya, dia ikhlas dan benar dalam melakukannya. Sebab amal yang dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak akan diterima. Dan jika dia benar tetapi tidak ikhlas, maka amalnya juga tidak diterima. Amal yang ikhlas ialah, amal yang dilakukan karena Allah. Sedangkan amal yang benar ialah, bila dilakukan sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Hilyatu ‘Auliya: VIII/95, Abu Nu’aim. Dan lihat Tafsir Al-Baghawi: V/419, Jami’ al-‘Ulum wal Hikam: 10 dan Madarij As-Salikin: I/83). Al-‘Allamah Ibnul Qayyim berkata, ”Sebagian ulama salaf mengatakan, tidaklah suatu pekerjaan meskipun kecil, melainkan dibentangkan kepadanya dua catatan, mengapa dan 26
  • 28. Peran Niat Dalam Amal bagaimana? Yakni, mengapa kamu melakukan, dan bagaimana kamu melakukan?” (Mawarid al-Imam al Muntaqa min Ighatsah al-Lafhan: 35). Pertanyaan pertama tentang alasan dan dorongan melakukan pekerjaan. Apakah karena ada interes tertentu dan tujuan dari berbagai tujuan dunia, seperti ingin dipuji manusia, atau takut kecaman mereka, atau ingin mendapatkan sesuatu yang dicintai secara tepat, atau menghindarkan sesuatu yang tidak disukai dengan cepat? Ataukah yang mendorong melakukan pekerjaan itu karena untuk pengabdian kepada Allah dan mencari kecintaanNya, serta untuk mendekatkan diri kepada Allah? Artinya, pertanyaan pertama adalah, apakah kamu mengerjakan amal karena Allah? Ataukah karena untuk kepentingan diri sendiri dan hawa nafsu? Adapun pertanyaan kedua tentang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pengabdian itu. Artinya, apakah amal yang dikerjakan sesuai syari’at Allah yang disampaikan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah pekerjaan itu tidak disyari’atkan Allah dan tidak diridhaiNya? Pertanyaan pertama berkaitan dengan ikhlas ketika beramal. Sedangkan pertanyaan kedua berkaitan dengan mengikuti Sunnah. Sebab, Allah tidak akan menerima amal, kecuali terpenuhinya kedua syarat tersebut. Agar selamat dari pertanyaan pertama, yaitu dengan memurnikan keikhlasan. 27
  • 29. Peran Niat Dalam Amal Sedangkan agar selamat dari pertanyaan kedua, yaitu dengan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengerjakan setiap amal. Jadi amal yang diterima, adalah bila hatinya selamat dari keinginan yang bertentangan dengan ikhlas dan juga selamat dari hawa nafsu yang kontradiksi, dengan berpegang mengikuti Sunnah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya (I/231) berkata, ”Sesungguhnya amal yang diterima harus memenuhi dua syarat. Pertama, ikhlas karena Allah. Kedua, benar dan sesuai syari’at. Jika dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak akan diterima.” Pernyataan itu dikuatkan dan dijelaskan oleh Ibnu ‘Ajlan, ia berkata, ”Amal tidak dikatakan baik, kecuali dengan tiga criteria. (Yaitu): takwa kepada Allah, niat baik dan tepat (sesuai Sunnah).” (Jami’ al-‘Uluum wal Hikam: 10). Kesimpulannya, maksud sabda Nabi shallallahhu ‘alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat” ialah, segala amal akan berhasil tergantung pada niatnya. Ini adalah perintah untuk ikhlas dan mendatangkan niat dalam segala amal yang akan dilakukan oleh seseorang dengan sengaja. Itulah yang menjadi sebab adanya amal dan pelaksanaannya.” (Lihat Fathul Bari: I/13 dan ‘Umdah al Qari: I/25). Atas dasar ini, seseorang, sama sekali tidak dibenarkan menggunakan hadits tersebut sebagai dalil pembenaran amal yang batil dan bid’ah karena semata-mata niat baik pada diri orang yang hendak melakukannya. 28
  • 30. Peran Niat Dalam Amal Dan penjelasan yang lain, hadits tersebut sebagai dalil atas kebenaran amal dan keikhlasan ketika melakukannya, yaitu dengan pengertian, bahwa sesungguhnya segala amal yang shalih adalah dengan niat yang shalih. Pemahaman seperti ini sepenuhnya tepat dengan kaidah ilmiah, dalam hal mengetahui ibadah dan hal-hal yang membatalkannya. 29
  • 31. Peran Niat Dalam Amal Hukum HHHuuukkkuuummm MMMMeeeellllaaaaffffaaaazzzzhhhhkkkkaaaannnn NNNNiiiiaaaatttt Niat tempatnya di hati, bukan diucapkan dengan lisan; dalam semua ibadah, seperti bersuci (thaharah), shalat, zakat, puasa, haji, membebaskan budak serta berjihad di jalan Allah, dan lainnya. Meskipun yang diucapkan lisan berbeda dengan apa yang ia niatkan dalam hati, maka yang diperhitungkan ialah yang diniatkan, bukan yang dilafazhkan. Walaupun ia mengucapkan dengan lisannya bersama niat, sedangkan niat belum sampai ke dalam hatinya, maka hal itu tidak cukup. Demikian menurut kesepakatan para imam kaum Muslimin, karena sesungguhnya niat itu adalah jenis tujuan dan kehendak yang pasti. Orang Arab biasa mengatakan: ن  وا  ك اللهُ بِ  خيرٍ (Allah menunjukkan kepada kamu kebaikan) Al-Qadhi Abur Rabi’ Sulaiman bin ‘Umar Asy Syafi’i mengatakan: “Melafazhkan niat di belakang imam bukan perkara sunnah, bahkan hukumnya makruh. Jika mengganggu orang lain, maka hukumnya haram. Barangsiapa yang mengatakan bahwa melafazhkan niat termasuk sunnah, maka dia salah; dan tidak halal bagi siapapun berkata dalam agama Allah tanpa ilmu.” (Al Qaulul Mubin Fi Akhtha’il Mushallin, hlm. 91). 30
  • 32. Peran Niat Dalam Amal Abu Abdillah Muhammad bin Qasim At Tunisi Al Maliki mengatakan: “Niat termasuk amal hati, dan melafazhkan niat adalah bid’ah. Disamping itu, juga mengganggu orang lain.” (Ibid, hlm. 91). Talafuzh (melafazhkan) niat tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika berwudhu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membaca “nawaitu raf al hadatsil ashghar”, dan tidak juga membaca “nawaitu raf al hadatsil akbar” ketika mandi janabah (junub). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak melafazhkan niat “nawaitu fardha Dhuhri arba’a raka’atin mustaqbilal qiblati”, …ketika mulai shalat atau ketika mulai puasa dan lainnya. Melafazhkan niat tidak pernah diriwayatkan oleh seorangpun, baik dengan riwayat yang shahih, dhaif, maupun mursal. Tidak seorangpun sahabat yang meriwayatkan, dan tidak ada seorang tabi’in pun yang menganggap baik masalah ini, dan tidak pula dilakukan oleh empat Imam Madzhab yang mashur, seperti Imam Hanafi, Maliki, Syaf i’i dan Hanbali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan talafuzh niat, meski hanya satu kali dalam shalatnya, dan tidak pula dilakukan oleh para khalifahnya. Ini adalah petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabat. Tidak ada petunjuk yang lebih sempurna, melainkan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabdanya: 31
  • 33. Peran Niat Dalam Amal 32  و  خي ر اْل  ه  ديِ  ه  د  ي م  ح  مدٍ Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Jalaluddin As Suyuti (wafat th. 921 H) berkata: “Di antara perkara yang termasuk bid’ah ialah, was-was dalam niat shalat. Hal ini tidak pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak juga para sahabatnya. Mereka tidak pernah mengucapkan sesuatu bersama niat shalat (nawaitu ushalli, … ), selain hanya takbiratul ihram saja. Allah berfirman: َلقَ  د َ كا َ ن َل ُ ك  م فِي  ر  سولِ اللَّهِ ُأ  س  وٌة  ح  سنٌة لِّ  من َ كا َ ن ي  ر  جو اللَّ ه  واْلي  و م اْلآخِ ر  و َذ َ ك ر اللَّه َ كثِيرًا Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahdzab : 21) Imam Syaf i’i mengatakan, orang yang was-was dalam niat shalat dan bersuci, adalah orang yang bodoh tentang syari’at dan rusak pikirannya. (Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida’, oleh Imam Jalaludin As Suyuthi, hlm. 295-296, tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman).
  • 34. Peran Niat Dalam Amal Sebab kekeliruan orang-orang yang mengikuti madzhab Syafi’i ialah, karena kesalahfahaman dalam memahami perkataan Imam Asy Sayafi’i. Imam Syaf i’i mengatakan: “Apabila seseorang niat haji dan umrah sudah cukup, meskipun tidak dilafazhkan. (Ini) berbeda dengan shalat, karena shalat itu tidak sah melainkan dengan ucapan.” Imam Nawawi mengatakan: “Telah berkata para sahabat kami (ulama dari madzhab Syafi’i), orang yang memahami bahwa ucapan itu (ushalli,…) adalah keliru. Karena yang dimaksud Imam Asy Syafi’i bukan demikian. Akan tetapi, yang dimaksud beliau rahimahullah adalah ucapan mulai shalat, yaitu takbiratul ihram.” Dengan demikian, para ulama memfatwakan, bahwa melafazhkan niat adalah bid’ah dan munkar, dan jauh dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 33
  • 35. Peran Niat Dalam Amal Niat yang Ikhlas Merupakan NNNiiiaaattt yyyaaannnggg IIIkkkhhhlllaaasss MMMeeerrruuupppaaakkkaaannn DDDDaaaassssaaaarrrr DDDDiiiitttteeeerrrriiiimmmmaaaannnnyyyyaaaa AAAAmmmmaaaallll Keberadaan niat harus disertai dengan menghilangkan segala keburukan, nafsu, dan keduniaan. Niat itu harus ikhlas karena Allah dalam setiap amal, agar amal itu diterima di sisi Allah. Setiap amal shalih mempunyai dua syarat, yang tidak akan diterima kecuali dengan keduanya, yaitu: Pertama, niat yang ikhlas dan benar. Kedua, sesuai dengan Sunnah, mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan syarat pertama, kebenaran batin akan terwujud. Dan dengan syarat kedua, kebenaran lahir akan terwujud. Tentang syarat pertama telah disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya amal-amal itu hanya tergantung pada niatnya.” Inilah yang menjadi timbangan batin. Sedangkan syarat kedua disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: م  ن  عمِ َ ل  ع  م ً لا َلي  س  عَليهِ َأ م رنا َف  ه  و  رد Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari 34
  • 36. Peran Niat Dalam Amal 35 hadits Aisyah) Allah telah menyebutkan dua syarat ini dalam beberapa ayat, di antaranya: وم  ن َأ  ح  س  ن دِينًا م  م  ن َأ  سَل  م  و  ج  ه ه لله  و  ه  و م  حسِ  ن واتب  ع مِلََّة إِب راهِي  م  حنِيفًا  وات  خ َ ذ الّله إِب راهِي  م  خلِي ً لا Dan siapakah yang lebih baik agamanya dar i orang yang ikhlas menyerahkan dir inya kepada Allah, sedangkan diapun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. (QS An Nisa`: 125) Menyerahkan dirinya kepada Allah artinya, mengikhlaskan amal kepada Allah, mengamalkan dengan iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah. Sedangkan berbuat baik artinya, dalam beramal mengikuti apa yang disyariatkan Allah, dan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa petunjuk dan agama yang haq. Dua syarat ini, bila salah satunya tidak terpenuhi, maka amal ini tidak sah. Jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas karena Allah, dan benar mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lahirnya ittiba’, dan batinnya ikhlas. Bila salah satu syarat ini hilang, maka amal itu akan rusak. Bila hilang keikhlasan, maka orang itu akan jadi munafik dan riya’ kepada manusia. Sedangkan bila hilang ittiba’, artinya tidak mengikuti contoh
  • 37. Peran Niat Dalam Amal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang itu sesat dan bodoh (jahil). (Tafsir Ibnu Katsir, I/616, Cet. Darus Salam). Dari uraian di atas, jelaslah, betapa pentingnya peran niat dalam amal. Niat itu harus ikhlas. Dan ikhlas semata tidak cukup menjamin diterimanya amal, selagi tidak sesuai dengan ketetapan syariat dan dibenarkan Sunnah. Sebagaiman amal yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat, tidak akan diterima, selagi tidak disertai dengan ikhlas; sama sekali tidak ada bobotnya dalam timbangan amal. 36
  • 38. Peran Niat Dalam Amal Faedah dan Pelajaran FFFaaaeeedddaaahhh dddaaannn PPPeeelllaaajjjaaarrraaannn ddddaaaarrrriiii HHHHaaaaddddiiiittttssss IIIInnnniiii 1. Niat termasuk iman, karena termasuk amalan hati. 2. Wajib bagi setiap muslim mengetahui hukum dan kedudukan amal yang tidak dilakukan, disyariatkan atau tidak, wajib atau sunnah; karena amal tidak bisa lepas dari niat yang disyariatkan. 3. Disyariatkan niat secara sadar dalam amal-amal ketaatan. 4. Amal tergantung dari niat, tentang sah atau tidaknya, sempurna dan kurangnya. Taat dan maksiat. 5. Niat tempatnya di hati, bukan di lisan. 6. Melafazhkan niat adalah bid’ah. 7. Amal harus sesuai dengan Sunnah, karena ia termasuk 37 syarat diterimanya amal. 8. Niat yang baik tidak bisa membuat yang haram menjadi halal, yang munkar menjadi ma’ruf, atau yang bid’ah menjadi sunnah. 9. Baiknya tujuan, tidak bisa menghalalkan segala cara. 10. Wajib berhati-hati dari riya’, sum’ah (memperdengarkan pada orang lain), atau beramal karena dunia, karena akan menghapuskan amalan yang baik. 11. Manusia senantiasa digoda setan sehingga dapat merusak keikhlasan amalnya. 12. Wajib bagi setiap muslim dan muslimah memperhatikan perbaikan hati.
  • 39. Peran Niat Dalam Amal 13. Ganjaran pahala yang diberikan Allah atas amal-amal hambaNya tergantung kepada niatnya. 14. Hijrah dari negeri syirik atau kafir ke negeri Islam merupakan ibadah yang utama, bila diniatkan karena mencari wajah Allah. Dan bagi yang tidak dapat melaksanakan ibadah karena Allah, ia wajib hijrah. 15. Keutamaan hijrah kepada Allah dan RasulNya shallallahu 38 ‘alaihi wa sallam. 16. Hijrah tetap berlaku selama diperangi musuh-musuh Islam. 17. Adapun hadits: … َ لا هِ  جرَة ب ع  د اْلَفتحِ… Tidak ada hijrah sesudah Fathu Makkah. (HR. Bukhari no. 2783 dan Muslim no. 1864), maksudnya ialah, hijrah dari Makkah ke Madinah, karena Makkah menjadi Darul Islam (Negeri Islam).
  • 40. Peran Niat Dalam Amal MMMMaaaarrrraaaajjjjiiii’’’’:::: 1. Tafsir Ibnu Katsir, Cet. Darus Salam. 2. Shahih Bukhari, dan syarah-nya Fathul Bari, Cet. Darul Fikr. 3. Shahih Muslim, dan Syarah Muslim Lil Imam An Nawawi. 4. Sunan Abu Daud. 5. Jami’ At Tirmidzi dan Tuhfathul Ahwadzi Syarah Sunan At 39 Tirmidzi. 6. Sunan An Nasa-i. 7. Sunan Ibnu Majah. 8. Musnad Ahmad. 9. Al Muntaqa, Ibnul Jarud. 10. Sunan Baihaqi. 11. Shahih Ibnu Khuzaimah. 12. At Ta’liqatul Hisan ‘Ala Shahih Ibni Hibban. 13. Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, oleh Ibnu Rajab Al Hanbali, tahqiq oleh Syu’aib Al Arnauth dan Ibrahim Bajis, Cet. Mu’assassah Ar Risalah, Th. 1419H. 14. ‘Iqazhul Himam Al Muntaqa Min Jami’il ‘Ulum Wal Hikam, oleh Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali. 15. Syarah Arba’in, oleh Imam Nawawi. 16. Syarah Arba’in, oleh Ibnu Daqiqil ‘Id. 17. I’lamul Muwaqqi’in, tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman. 18. Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 19. Maqashidul Mukallifin, An Niyyat Fil ‘Ibadat, oleh Dr. Umar
  • 41. Peran Niat Dalam Amal Sulaiman Al Asyqar, Cet. Darun Nafa-is, Th. 1415 H. 20. Qawa-id Wa Fawa-id minal Arba’in An Nawawiyah, oleh Nadhim Muhammad Sulthan. 21. Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin, oleh Syaikh 40 Salim bin ‘Id Al Hilali. 22. Nailul Authar, oleh Imam Asy Syaukani. 23. Al Qaulul Mubin Fi Akhthail Mushallin, oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman. 24. Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida`, oleh Imam As Suyuthi, tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman. 25. Ilmu Ushulil Bida`, oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid. 26. Lisanul ‘Arab Libni Manzhur, 14/343, Cet. Daar Ihya At Turats Al ‘Arabi. 27. Mu’jamul Wasith, dan kitab lainnya.