1. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi HIV pada bayi dan anak sangat penting untuk menentukan status infeksi dan pemberian terapi HIV
2. Metode diagnosis berbeda antara bayi dan anak di bawah 18 bulan dengan yang di atas 18 bulan
3. Kriteria diagnosis pasti infeksi HIV pada bayi dan anak juga berbeda tergantung usia dan apakah mendapat ASI
Dokumen tersebut membahas tentang HIV pada anak, yang meliputi:
1. HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS dan menyerang sistem kekebalan tubuh
2. Diperkirakan 1,8 juta anak di bawah 15 tahun hidup dengan infeksi HIV di seluruh dunia
3. Penularan HIV pada anak terutama dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui
Dokumen tersebut merupakan referat mengenai HIV pada anak. Referat ini membahas tentang definisi HIV dan AIDS, etiologi, patomekanisme, diagnosis HIV pada bayi dan anak, serta prinsip diagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak. Diagnosis HIV pada anak dilakukan dengan uji virologis dan serologis, tergantung usia anak.
Ringkasan:
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran HIV dan AIDS dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja yang mencakup pengertian, proses penularan, pencegahan, VCT, pengobatan, stigma dan diskriminasi terkait HIV dan AIDS. Juga menyertakan data kasus HIV positif dan AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun yang menunjukkan peningkatan jumlah kasus.
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Dokumen tersebut membahas beberapa salah kaprah yang masih beredar mengenai protokol kesehatan Covid-19 seperti karantina, isolasi, dan interpretasi hasil tes. Dokumen ini menjelaskan bahwa salah kaprah tersebut dapat menyebabkan penularan virus tanpa disadari. Penting untuk terus memberikan informasi yang benar kepada masyarakat agar rantai penularan dapat segera diputus.
This document provides information about HIV and AIDS. It discusses that HIV attacks and damages CD4 cells of the immune system, eventually leading to AIDS if not treated. Some key points covered include:
- HIV is a retrovirus that can only infect humans. It progressively destroys the immune system if not treated.
- AIDS is the final stage of HIV infection where the immune system is severely damaged, leaving the body open to opportunistic infections.
- HIV is transmitted via blood, semen, vaginal fluids, breast milk and from mother to child during pregnancy, delivery or breastfeeding.
- While there is no cure for HIV/AIDS, antiretroviral treatment can control the virus and
Dokumen tersebut membahas tentang HIV pada anak, yang meliputi:
1. HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS dan menyerang sistem kekebalan tubuh
2. Diperkirakan 1,8 juta anak di bawah 15 tahun hidup dengan infeksi HIV di seluruh dunia
3. Penularan HIV pada anak terutama dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui
Dokumen tersebut merupakan referat mengenai HIV pada anak. Referat ini membahas tentang definisi HIV dan AIDS, etiologi, patomekanisme, diagnosis HIV pada bayi dan anak, serta prinsip diagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak. Diagnosis HIV pada anak dilakukan dengan uji virologis dan serologis, tergantung usia anak.
Ringkasan:
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran HIV dan AIDS dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja yang mencakup pengertian, proses penularan, pencegahan, VCT, pengobatan, stigma dan diskriminasi terkait HIV dan AIDS. Juga menyertakan data kasus HIV positif dan AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun yang menunjukkan peningkatan jumlah kasus.
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Dokumen tersebut membahas beberapa salah kaprah yang masih beredar mengenai protokol kesehatan Covid-19 seperti karantina, isolasi, dan interpretasi hasil tes. Dokumen ini menjelaskan bahwa salah kaprah tersebut dapat menyebabkan penularan virus tanpa disadari. Penting untuk terus memberikan informasi yang benar kepada masyarakat agar rantai penularan dapat segera diputus.
This document provides information about HIV and AIDS. It discusses that HIV attacks and damages CD4 cells of the immune system, eventually leading to AIDS if not treated. Some key points covered include:
- HIV is a retrovirus that can only infect humans. It progressively destroys the immune system if not treated.
- AIDS is the final stage of HIV infection where the immune system is severely damaged, leaving the body open to opportunistic infections.
- HIV is transmitted via blood, semen, vaginal fluids, breast milk and from mother to child during pregnancy, delivery or breastfeeding.
- While there is no cure for HIV/AIDS, antiretroviral treatment can control the virus and
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hivAlfredo Bambang
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: (1) Terapi gen dengan menargetkan gen CCR5 dapat mencegah dan mengobati HIV dengan mengganggu interaksi antara virus dan inang; (2) Modifikasi ekspresi gen CCR5 dapat dilakukan dengan menggunakan ribozyme dan DNA-enzyme untuk memotong mRNA CCR5 dan menurunkan fusi HIV ke sel; (3) Namun, HIV dapat bermutasi sehingga diperlukan kombinasi beberapa gen anti-
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak melalui layanan kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi. Pedoman ini mencakup informasi tentang HIV dan sifilis, kegiatan pencegahan seperti tes, konseling, pemberian obat, diagnosis dan rujukan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Harapannya pedoman ini dapat meningkatkan kualitas layanan pencegahan penularan HIV dan s
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini membahas tentang definisi, struktur, siklus hidup, sel target, cara penularan, patogenesis, perjalanan penyakit, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan HIV/AIDS. Terdapat empat stadium klinis penyakit berdasarkan WHO yang digunakan untuk memantau perkembangan klinis pasien. Pengobatan utama untuk HIV/AIDS adalah terapi antiretroviral yang bertujuan menek
Dokumen tersebut memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS). Ia menjelaskan penyebab IMS seperti bakteri, virus, protozoa dan jamur. Ia juga menyebutkan perilaku berisiko penularan IMS seperti hubungan seks tidak aman dan mempunyai banyak pasangan seks. Terakhir, dokumen itu menjelaskan hubungan antara IMS dan HIV yang dapat mempercepat perkembangan HIV menjadi AIDS.
Terapi gen menggunakan teknik transfer gen normal ke dalam sel-sel pasien untuk menggantikan gen abnormal penyebab penyakit, menggunakan vektor virus atau non-virus. Terapi gen dapat diberikan pada sel somatik atau sel germinal, namun terapi sel germinal lebih efektif meskipun masih sulit dilakukan.
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVcendyandestria
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV, meliputi penjelasan mengenai penularan HIV dari ibu ke anak, diagnosis infeksi HIV pada anak, serta rekomendasi penggunaan antiviral profilaksis dan kotrimoksazol untuk mencegah penularan lebih lanjut."
Dokumen tersebut memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS), termasuk epidemi HIV di Indonesia, pengertian dan cara penularan HIV dan IMS, diagnosis HIV, penatalaksanaan IMS, serta pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan untuk anak dengan HIV/AIDS, termasuk diagnosis, tahapan klinis, pengobatan antiretroviral, pencegahan infeksi dengan kotrimoksazol, nutrisi, imunisasi, penanganan kondisi terkait HIV, transmisi HIV melalui ASI, tindak lanjut klinis, dan perawatan paliatif untuk anak pada fase terminal. Dokumen ini memberikan panduan lengkap untuk perawatan anak dengan HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS pada anak, meliputi proses penularan, diagnosis, pencegahan, dan penatalaksanaannya. Proses penularan HIV pada anak dapat terjadi dari ibu ke anak saat kehamilan atau kelahiran, atau akibat pelecehan seksual. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah dua kali sebelum dan sesudah umur 18 bulan. Pencegahannya meliputi pemberian obat pada ibu dan anak
Dokumen ini memberikan informasi mengenai tes laboratorium HIV, termasuk alasan melakukan tes, siapa saja yang perlu tes, jenis tes yang tersedia seperti tes antibodi dan PCR, serta tahapan dan hasil dari tes tersebut. Tes HIV digunakan untuk mendeteksi infeksi pada dini agar pengobatan dapat segera dimulai, dan perlu dilakukan oleh mereka yang berisiko tertular seperti pekerja seks. Hasil tes dapat negatif, positif, at
HIV umumnya menginfeksi sel yang mengekspresikan CD4+ dan dapat menular dari ibu ke anak pada saat persalinan. Diagnosis infeksi HIV pada anak dilakukan dengan PCR HIV-DNA untuk anak di bawah 18 bulan dan tes antibodi untuk anak 18 bulan ke atas. Ibu dengan HIV sebaiknya tidak memberikan ASI.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara HIV dan AIDS serta cara penularan dan pencegahannya. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh sementara AIDS adalah stadium lanjut dari HIV. HIV dapat menular melalui hubungan seksual berisiko, jarum suntik, dan dari ibu ke anak sementara dapat dicegah dengan abstinensi, kesetiaan pasangan, penggunaan kondom, serta pendidikan.
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hivAlfredo Bambang
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: (1) Terapi gen dengan menargetkan gen CCR5 dapat mencegah dan mengobati HIV dengan mengganggu interaksi antara virus dan inang; (2) Modifikasi ekspresi gen CCR5 dapat dilakukan dengan menggunakan ribozyme dan DNA-enzyme untuk memotong mRNA CCR5 dan menurunkan fusi HIV ke sel; (3) Namun, HIV dapat bermutasi sehingga diperlukan kombinasi beberapa gen anti-
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak melalui layanan kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi. Pedoman ini mencakup informasi tentang HIV dan sifilis, kegiatan pencegahan seperti tes, konseling, pemberian obat, diagnosis dan rujukan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Harapannya pedoman ini dapat meningkatkan kualitas layanan pencegahan penularan HIV dan s
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini membahas tentang definisi, struktur, siklus hidup, sel target, cara penularan, patogenesis, perjalanan penyakit, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan HIV/AIDS. Terdapat empat stadium klinis penyakit berdasarkan WHO yang digunakan untuk memantau perkembangan klinis pasien. Pengobatan utama untuk HIV/AIDS adalah terapi antiretroviral yang bertujuan menek
Dokumen tersebut memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS). Ia menjelaskan penyebab IMS seperti bakteri, virus, protozoa dan jamur. Ia juga menyebutkan perilaku berisiko penularan IMS seperti hubungan seks tidak aman dan mempunyai banyak pasangan seks. Terakhir, dokumen itu menjelaskan hubungan antara IMS dan HIV yang dapat mempercepat perkembangan HIV menjadi AIDS.
Terapi gen menggunakan teknik transfer gen normal ke dalam sel-sel pasien untuk menggantikan gen abnormal penyebab penyakit, menggunakan vektor virus atau non-virus. Terapi gen dapat diberikan pada sel somatik atau sel germinal, namun terapi sel germinal lebih efektif meskipun masih sulit dilakukan.
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVcendyandestria
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV, meliputi penjelasan mengenai penularan HIV dari ibu ke anak, diagnosis infeksi HIV pada anak, serta rekomendasi penggunaan antiviral profilaksis dan kotrimoksazol untuk mencegah penularan lebih lanjut."
Dokumen tersebut memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS), termasuk epidemi HIV di Indonesia, pengertian dan cara penularan HIV dan IMS, diagnosis HIV, penatalaksanaan IMS, serta pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan untuk anak dengan HIV/AIDS, termasuk diagnosis, tahapan klinis, pengobatan antiretroviral, pencegahan infeksi dengan kotrimoksazol, nutrisi, imunisasi, penanganan kondisi terkait HIV, transmisi HIV melalui ASI, tindak lanjut klinis, dan perawatan paliatif untuk anak pada fase terminal. Dokumen ini memberikan panduan lengkap untuk perawatan anak dengan HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS pada anak, meliputi proses penularan, diagnosis, pencegahan, dan penatalaksanaannya. Proses penularan HIV pada anak dapat terjadi dari ibu ke anak saat kehamilan atau kelahiran, atau akibat pelecehan seksual. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah dua kali sebelum dan sesudah umur 18 bulan. Pencegahannya meliputi pemberian obat pada ibu dan anak
Dokumen ini memberikan informasi mengenai tes laboratorium HIV, termasuk alasan melakukan tes, siapa saja yang perlu tes, jenis tes yang tersedia seperti tes antibodi dan PCR, serta tahapan dan hasil dari tes tersebut. Tes HIV digunakan untuk mendeteksi infeksi pada dini agar pengobatan dapat segera dimulai, dan perlu dilakukan oleh mereka yang berisiko tertular seperti pekerja seks. Hasil tes dapat negatif, positif, at
HIV umumnya menginfeksi sel yang mengekspresikan CD4+ dan dapat menular dari ibu ke anak pada saat persalinan. Diagnosis infeksi HIV pada anak dilakukan dengan PCR HIV-DNA untuk anak di bawah 18 bulan dan tes antibodi untuk anak 18 bulan ke atas. Ibu dengan HIV sebaiknya tidak memberikan ASI.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara HIV dan AIDS serta cara penularan dan pencegahannya. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh sementara AIDS adalah stadium lanjut dari HIV. HIV dapat menular melalui hubungan seksual berisiko, jarum suntik, dan dari ibu ke anak sementara dapat dicegah dengan abstinensi, kesetiaan pasangan, penggunaan kondom, serta pendidikan.
Dokumen tersebut membahas tentang jadwal imunisasi untuk dua bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi berbeda, yaitu ibu dengan hepatitis B dan ibu dengan TB paru. Dokumen juga menjelaskan definisi, tujuan, manfaat, syarat, dan jenis-jenis imunisasi dasar.
Penyuluhan hiv,aids di smkn 1 daha selatanDynReNagha
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS di Kalimantan Selatan. Prevalensi HIV/AIDS di provinsi tersebut terus meningkat seiring mudahnya akses transportasi dari daerah lain. Kelompok rawan terutama mereka yang bekerja di sektor pertambangan dan prostitusi. Pemerintah perlu meningkatkan skrining, edukasi, dan pengobatan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Dokumen tersebut memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS, termasuk penjelasan tentang virus HIV dan AIDS, cara penularannya, gejala dan tahapannya, pencegahan, deteksi, diagnosis, dan pengobatan untuk orang dengan HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang layanan tes HIV, mulai dari konsepnya, prinsip-prinsipnya seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil yang benar, dan koneksi dengan perawatan. Juga dibahas tentang cara menawarkan tes HIV kepada berbagai kelompok pasien dan cara melakukan skrining HIV menggunakan tes cepat.
Teks ini membahas tentang pengujian antibodi antinuklir (ANA) pada penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). Metode pengujian ANA meliputi pemeriksaan imunofluoresensi pada sel Hep-2, tes ELISA, dan tes strip Euroline. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau SLE karena keberadaan ANA dapat menunjukkan aktivitas penyakit.
The document discusses flow cytometry and its clinical application in monitoring CD4 T lymphocyte counts. Flow cytometry works by passing fluorescent-labeled cells in a fluid stream through a laser which causes fluorescence. Detectors then measure the cells' light scattering and fluorescence properties to characterize the cells and identify subsets. The document provides details on using the BD FACSCalibur flow cytometer to measure CD4 counts via two-color staining and gating on T lymphocyte populations. Normal CD4 values in adults and children are listed.
The document discusses viral load testing using NASBA (Nucleic Acid Sequence-Based Amplification) technology. It describes the NASBA process which uses 3 enzymes to amplify viral RNA or DNA in one temperature. The document provides examples of using NASBA to test viral load in HIV samples and discusses the benefits of NASBA including its high throughput, minimal hands-on time, and ability to detect down to 10-10^7 copies/ml.
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a labeled secondary antibody for detection. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of high values are also
Teks ini membahas tentang elektroforesis kapiler menggunakan alat Minicap untuk memisahkan molekul seperti protein, lipoprotein, isoenzim, dan hemoglobin. Metode ini bekerja dengan memisahkan molekul berdasarkan kecepatan elektroforesisnya dalam tabung kapiler dengan diameter 100 μm yang dipengaruhi pH elektrolit dan aliran elektroosmosis. Teks ini juga menjelaskan prosedur dan komponen elektroforesis protein, hemoglobin, dan immunotyping
This document discusses thyroid hormone tests (T3, T4, TSH, fT4) and their principles, procedures, and clinical significance. It describes the hormones T3 and T4, how they are regulated by the hypothalamus-pituitary-thyroid axis, and common thyroid disorders like hypothyroidism and hyperthyroidism. It provides details on specific assays for the hormones, including radioimmunoassay, immunoradiometric assay, enzyme immunoassay, and electrochemiluminescent assay. Reference ranges and clinical implications of test results are also covered.
1. Western Blot dan RIBA merupakan tes konfirmasi untuk infeksi HIV yang mendeteksi antibodi terhadap protein inti, polimerase, dan envelope virus HIV.
2. Terdapat perbedaan antara Western Blot dan RIBA dalam hal protein yang digunakan sebagai antigen.
3. Hasil tes dapat negatif palsu, indeterminate, atau positif tergantung pola protein HIV yang terdeteksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar antigen CA 125 dengan metode ELISA untuk skrining, diagnosis, pemantauan terapi, dan prognosis kanker ovarium. Metode ELISA digunakan karena ekonomis dan sensitivitas yang tinggi. Kadar CA 125 yang meningkat dapat menandakan adanya kanker ovarium.
Tinjauan pustaka mengenai trombositopenia pada demam berdarah dengue membahas mekanisme penyebabnya yaitu supresi sumsum tulang, aktivasi dan destruksi trombosit oleh virus, serta disfungsi trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit penting untuk diagnosis dan pemantauan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Terapi trombositopenia meliputi transfusi trombosit dalam kondisi tertentu.
Thrombelastography (TEG) adalah tes koagulasi yang dilakukan di samping pasien untuk mengukur berbagai parameter koagulasi dalam 30 menit. TEG dapat digunakan untuk memantau koagulasi pada operasi jantung dan transplantasi hati serta mendeteksi gangguan koagulasi pada pasien trauma.
Tinjauan pustaka ini membahas patogenesis, diagnosis, dan klasifikasi paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH). PNH disebabkan oleh mutasi gen PIG-A yang mengakibatkan defisiensi protein yang terikat pada permukaan sel seperti DAF dan CD59. Ini menyebabkan aktivasi komplemen yang berlebihan dan hemolisis. Diagnosis didasarkan pada tes komplemen seperti sucrose lysis test dan flow sitometri untuk mengukur defisiensi CD55 dan CD59. PNH dik
Dokumen tersebut membahas sindrom mielodisplastik yang merupakan kelompok penyakit neoplastik pada sel induk hemopoietik yang ditandai oleh kegagalan sumsum tulang dan kelainan sel darah. Dibahas pula patogenesis, diagnosis, klasifikasi, dan prognosis sindrom mielodisplastik menurut WHO dan terapi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur hitung jenis lekosit secara manual dan otomatis. Secara manual melibatkan pembuatan hapusan darah, pewarnaan, dan perhitungan secara visual di bawah mikroskop. Secara otomatis menggunakan berbagai metode seperti impedansi, scatter cahaya, dan fluoresensi untuk menghitung dan membedakan jenis lekosit dengan lebih cepat dan akurat. Kedua metode memiliki kelebi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Dr endang
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
INFEKSI
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
PADA BAYI DAN ANAK
Endang Retnowati
Departemen/Instalasi Patologi Klinik
Tim Medik HIV
FK Unair-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 15 – 16 Juli 2011
2. Pendahuluan
• 85-90% infeksi HIV pada anak melalui
penularan dari ibu dengan infeksi HIV.
• Penularan dari ibu terjadi saat:
dalam kandungan
intrapartum
pasca persalinan saat pemberian air susu
ibu (ASI)
2
3. Pendahuluan
• Waktu pemeriksaan dan pemilihan
metode pemeriksaan diperlukan untuk
- Penentuan status HIV pada anak
yang dilahirkan dari ibu dengan HIV
- Pemberian terapi HIV
• Pemeriksaan HIV pada bayi dan anak
< 18 bulan berbeda dengan anak > 18
bulan.
3
5. TYPES OF HIV
HIV
TYPE HIV-1 HIV-2
GROUP HIV-1 (M) HIV-1 (O)
HIV-1 M (A) HIV-1 M (C) HIV-1 M (E) HIV-1 M (G) HIV-1 M (I)
HIV-1 M (B) HIV-1 M (D) HIV-1 M (F) HIV-1 M (H) HIV-1 M (J)
SUBTYPE
Genus Lentivirus, Famili Retroviridae
Also reported are Group “N” and Subtype “K”
5
Source: http://www.avert.org/hivtypes.htm
7. DIAGNOSIS HIV PADA
BAYI DAN ANAK
• Diagnosis dini HIV anak menentukan
waktu mulainya pengobatan.
• Bayi dan anak lebih cepat progresivitas
penyakit dibanding dewasa.
7
8. Bagan 1. Penilaian dan tata laksana awal
Anak dengan pajanan HIV
Lakukan uji diagnostik HIV
Metode yang digunakan tergantung
Penilaian kemungkinan infeksi HIV usia anak.
dengan memeriksa:
- Status penyakit HIV pada ibu
- Pajanan ibu dan bayi terhadap
ARV
- Cara kelahiran dan laktasi Identifiksai kebutuhan untuk
ART dan kotrimoksazol untuk
mencegah PCP. Identifikasi
kebutuhan anak usia > 1 tahun
Lakukan anamnesis dan untuk meneruskan
pemeriksaan fisik serta evaluasi kotrimoksazol.
bila anak mempunyai tanda dan
gejala infeksi HIV atau infeksi
oportunistik.
Lakukan pemeriksaan dan 8
pengobatan yang sesuai.
9. Bagan 2. Penilaian dan tata laksana awal
Anak sakit berat, pajanan HIV
tidak diketahui, dicurigai
terinfeksi HIV.
Identifikasi faktor risiko dan atau
tanda/gejala yang sesuai dengan
infeksi HIV atau infeksi oportunistik
Identifikasi faktor risiko HIV: yang mungkin disebabkan HIV.
- Status penyakit HIV pada ibu Pertimbangkan uji diagnostik HIV
- Tranfusi darah dan konseling.
- Penularan seksual Metode yang digunakan
tergantung usia anak.
- Pemakaian narkotika suntik
Pada kasus status HIV ibu tidak
- Cara kelahiran dan laktasi dapat ditentukan dan uji virologik
tidak dapat dikerjakan untuk
diagnosis infeksi HIV pada anak
usia < 18 bulan, uji antibodi
Lakukan anamnesis dan
harus dikerjakan.
pemeriksaan fisik serta evaluasi
bila anak mempunyai tanda dan
gejala infeksi HIV atau infeksi
oportunistik
9
Lakukan pemeriksaan dan
pengobatan yang sesuai.
10. • Ab-HIV maternal yang ditransfer secara
pasif selama kehamilan dapat
terdeteksi sampai umur anak 18
bulan→ interpretasi hasil positif uji Ab HIV
menjadi lebih sulit pada usia < 18 bulan
• Bayi yang terpajan HIV dengan uji Ab-HIV
pada usia 9-18 bulan → dianggap berisiko
tinggi mendapat inf HIV → diagnois
menggunakan uji Ab-HIV hanya pada usia 18
bulan
11. • Untuk diagnosis pasti HIV pada anak
dengan usia < 18 bulan → diperlukan uji
virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau
komponennya.
• Uji Virologi :
- PCR HIV-DNA
- PCR HIV-RNA
- p24
12. • Anak dengan hasil positif pada uji virologi
HIV pada usia berapapun dikatakan terinfeksi
HIV
• Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko
terinfeksi HIV → infeksi HIV baru bisa
disingkirkan bila pemeriksaan dilakukan
setelah ASI dihentikan > 6 minggu
13. • Anak > 18 bulan uji antibodi HIV
sama seperti dewasa
• Diagnosis definitif menggunakan uji
antibodi HIV hanya dapat dilakukan
saat usia ≥ 18 bulan.
13
14. Cara untuk menyingkirkan diagnosis
infeksi HIV pada bayi dan anak menurut
buku Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV
pada Anak dan Terapi Antiretroviral di
Indonesia, 2008:
• Uji virologi HIV negatif pada anak dan
ASI sudah dihentikan > 6 minggu.
• Uji antibodi HIV negatif pada usia 18
bulan dan ASI sudah dihentikan > 6
minggu. 14
15. Pemeriksaan HIV-DNA, HIV-RNA, atau antigen p24
dilakukan minimal usia 1 bulan, idealnya 6-8 minggu
untuk menyingkirkan infeksi HIV selama persalinan.
Idealnya dilakukan pengulangan uji virologi HIV pada
spesimen yang berbeda untuk konfirmasi hasil uji virologi
positif yang pertama.
Uji antibodi HIV dapat dikerjakan sedini-dininya usia 9-12
bulan karena 74-96% bayi yang tidak terinfeksi HIV akan
menunjukkan hasil antibodi negatif pada usia tersebut.
Pada anak dengan pajanan HIV tidak pasti, lakukan
pemeriksaan pada ibu terlebih dahulu sebelum dilakukan
uji virologi pada anak, apabila hasil pemeriksaan HIV pada
ibu negatif, cari faktor risiko lain untuk transmisi HIV.
15
16. Bagan 3. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak < 18 bulan
dengan status HIV ibu tidak diketahui
Anak usia < 18 bulan, sakit berat, pajanar HIV tidak diketahui
dengan tanda dan gejala mendukung infeksi HIV
Uji Virologi HIV
Tersedia Tidak tersedia
Positif
Uji antibodi HIV
HIV positif
Negatif Positif
Lihat Bagan 4
Prosedur penilaian tindak
lanjut dan tata laksana
Apakah mendapat ASI Tidak
setelah konfirmasi diagnosis
selama 6-12 minggu terakhir HIV negatif
HIV
Ya
Lihat Bagan 4. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak < 18 bulan
dan mendapat ASI
17. Bagan 4. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak < 18 bulan
dan mendapat ASI
Anak usia < 18 bulan dan
mendapat ASI
Ibu terinfeksi HIV
Ya Tidak diketahui
Hentikan ASI
Uji virologi HIV Uji antibodi HIV
Positif Negatif Positif
Negatif,
HIV positif hentikan
Ulang uji virologi
ASI
atau antibodi
Prosedur penilaian tindak HIV setelah ASI Lihat
lanjut dan tata laksana sudah dihentikan Bagan 5
setelah konfirmasi diagnosis > 6 minggub
HIV
18. Bagan 5. Pemberian ART pada anak < 18 bulan
tanpa konfirmasi infeksi HIV dengan tanda
dan gejala penyakit HIV yang berat
Anak usia < 18 bulan dengan
Status infeksi belum pasti
Tidak
Jangan mulai ART lanjutkan
Uji antibodi HIV positif pemantauan
Ya
Diagnosis presumptif
Infeksi HIV
Ya
Mulai ART
19. Bagan 6. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak < 18 bulan,
status ibu HIV Positif, dengan hasil Negatif Uji Virologi
Awal dan terdapat tanda/gejala HIV pada kunjungan berikutnya
Anak usia < 18 bulan dengan hasil negatif uji virologi awal dan
terdapat tanda dan gejala HIV selama tindak lanjut
Negatif Tidak
Ulang uji virologi Apakah mendapat
HIV negatif
HIV ASI
Positif Ya
HIV positif Ulang uji virologi atau antibodi HIV
setelah ASI dihentikan > 6 minggu
20. Catatan
• Bila anak tidak pernah diperiksa uji virologi
sebelumnya → masih mendapat ASI dan
status ibu positif → segera lakukan uji virologi
21. Bagan 7. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak ≥18 bulan
Anak usia ≥ 18 bulan dengan pajanan HIV atau anak sakit berat, pajanan
HIV tidak diketahui dengan tanda dan gejala mendukung infeksi HIV
Negatif Tidak
Mendapat ASI dalam
Uji antibodi HIV HIV negatif
6 minggu terakhir
Ya
Positif Ulang uji antibodi HIV setelah ASI
dihentikan > 6 minggu
Negatif
Konfirmasi uji Inkonklusif. Lanjutkan sesuai
antobodi HIV Pedoman uji HIV pada dewasa
Positif
Tidak Negatif
Tanda / gejala Konfirmasi uji
Inkonslusif.
Sesuai infeksi HIV antibodi HIV
Lanjutkan sesuai
pedoman uji HIV
Ya Positif pada dewasa
HIV positif HIV positif
22. A1
Strategi III A1 + A1 -
Diagnosis pada anak > 18
bulan Laporkan
negatif
A2
Anggap
Negatif A1+A2+ A1+A2-
Anggap
indeterminate
Ulangi A1 dan A2
Risiko Risiko
tinggi rendah A1+A2+ A1+A2- A1-A2-
Laporkan
A3 negatif
A1+ A2- A3- A1+ A2+ A3- A1+ A2- A3+ A1+ A2+ A3+
Laporkan positf
22
Anggap indeterminate
24. Penggunaan dan pemilihan
reagensia DEPKES RI 2006
• Sensitivitas dan spesifisitas reagensia
• Tujuan untuk penggunaan reagensia
Diagnosis pasien (strategi III)
dengan persyaratan reagensia :
- sensitivitas reagen I > 99%
- spesifisitas reagen II > 98%
- spesifisitas reagen III > 99%
25. Anti HIV Positif Palsu
- Reaksi silang dengan antibodi HLA-DR
- Lepra, tuberkulosis, malaria
- Penyakit autoimun
- Otoreaktif antibodi
- Steven-Johnson Syndrom
- Penyakit hati yang berat
- Pemberian imunoglobulin secara pasif
- Keganasan tertentu
- Vaksinasi Flu
- Serum lipemik
- Hiperbilirubinemia
26. Anti HIV Negatif Palsu
- Kesalahan penanganan sampel
- Pemeriksaan terlalu dini
- Disfungsi sel B
- Defek sintesis antibodi
27. Pemeriksaan Limfosit T-CD4+
• Parameter terbaik untuk mengukur
imunodefisiensi
• Digunakan bersaman dengan penilaian
klinis.Limfosit T-CD4+→ petunjuk dini
progresifitas penyakit, karena ↓lebih dahulu
dibandingkan kondisi klinis.
• Pemantauan Limfosit T-CD4+ dapat digunakan
untuk mulai pemberian ARV atau penggantian
obat.
• Jumlah limfosit T-CD4+ anak < 5 tahun lebih
tinggi dari dewasa.
28. Bagan 8. Pemberian ART menggunakan Kriteria Klinis
Anak dengan HIV positif
CD4+
Menunjukkan Tidak Ulang
Tidak
Imonodefisiensi pemeriksaan
Stadium WHO 3 atau 4 CD4+ dengan
berat yang
dikatkan sampel
Ya
dengan HIV berbeda
Anak usia > 12 bulan
Tidak
Ya Ya
Tidak
TB, LIP, OHL Mulai ART
atau trombositopenia
Tidak
Ya
Pemeriksaan
CD4+ tersedia
Ya
Jika CD4+ tidak
Menunjukkan
imunodefisiensi berat
yang dikaitkan dengan
HIV, tunda ART
29. Tabel 2. Klasifikasi imunologi pada bayi
dan anak yang terinfeksi HIV.
Klasifikasi WHO Tentang Imunodefisiensi HIV Menggunakan Limfosit T-CD4+
Jumlah Limfosit T-CD4+ Berdasarkan Umur
sel/µL (%)
Imunodefisiensi
1 2– 35 bulan 36 – 59 bulan > 5 tahun
< 1 bulan (%)
(%) (%) (sel/mm3)
Tidak ada > 35 > 30 > 25 > 500
Ringan 30-35 25-30 20-25 350-499
Sedang 25-30 20-25 15-20 200-349
29
Berat < 25 < 20 < 15 < 200 atau 15%
30. Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan hitung
Limfosit Total
Klasifikasi WHO Tentang Imunodefisiensi HIV Menggunakan Hitung Limfosit Total
Nilai Limfosit Total Berdasarkan Umur
Imunodefisiensi 1 2– 35 bulan 36 – 59 bulan
< 1 bulan > 5 tahun
(sel/mm3) (sel/mm3)
(sel/mm3) (sel/mm3)
Hitung Limfosit
< 4000 < 3000 <2500 < 200
Total
Limfosit T-CD4+ < 1500 < 750 < 350 Atau < 200
30
33. Pustaka
• Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI, Pedoman Tatalaksana Infeksi HUV dan Terapi Antiretroviral Pada Anak
Indonesia.Jakarta, 2008, 1-20
• Roitt I, Brostoff J, Male D. Secondary immunodeficiency. In Immunology. Roitt,Brostoff, Male
editors, sixth ed. Mosby, Spain,2002, 317-32
• A Service of the U.S. Department of Health and Human Service, 2005. The HIV Life Cycle. AIDS
Info. Accessed October 27, 2009.
34. Alur pemeriksaan anti-HIV untuk
penyaring darah donor & transplantasi
organ
A1
A1 positif A1 negatif
Anggap Anggap
sebagai sebagai
“positif” “negatif”
Jangan dipakai !!
34