3. 3
Ngaji Jodoh
Tentang
Ngaji
Jodoh
N
gaji Jodoh adalah
komunitas yang memberi
edukasi dan memberi
pendampingan pemuda
pemudi muslim di Jawa Timur
dalam rangka menjemput
jodohnya secara halal dan
terhormat.
Komunitas ini sudah
berkiprah sejak 2013. Lebih
dari 200 pemuda pemudi
muslim telah mendapat
manfaat dari aktivitas ini.
Dan hingga November 2021,
Allah Swt. telah menakdirkan
22 sejoli resmi menjadi
pasangan suami istri secara
sah dan halal. Semua ini atas
izin Allah Ta’ala. Karena rezeki,
jodoh dan umur benar-benar
menjadi wewenang Allah
semata.
Ngaji Jodoh tidak hanya
memberi edukasi, namun juga
menjadi teman curhat muslim
muslimah dalam mencari solusi
sejumlah problem sosial dalam
bingkai dakwah. Ada kegiatan
tolong menolong dalam
kebajikan dan taqwa.
Semoga akan terus
bertambah keluarga baru
yang sakinah mawaddah wa
rahmah di bumi Allah ini.
Semua aktivitas Ngaji Jodoh
dijalankan secara SOSIAL dan
TANPA DIPUNGUT BIAYA.
Di sini TIDAK ADA unsur
komersial sama sekali. Tim
Ngaji Jodoh meyakini bahwa
Allah akan memberi kekuatan
bagi siapa saja mengagungkan
syiar Islam.
Peserta dan simpatisan bisa
berdonasi secara sukarela ke
rekening yang tercantum di
media ini. Semoga jadi amal
jariyah
Rekening bank
Bank Syariah Indonesia(kode bank 451)
nomor rek. 7146-388-398
atas nama: Yayasan Permata Sakinah Indonesia
4. 4 Ngaji Jodoh
Aditya Abdurrahman, S.T., M.Med.Kom
Dosen & Founder Better Youth
Foundation
Ketika Standar
Kemajuan Bangsa
Semakin Meresahkan
Krisis
Kedewasaan
T
idak dipungkiri, bahwa
pendidikan hari ini lebih
tertarik membentuk para
pemuda menjadi SDM yang siap
kerja daripada menjadi manusia
yang memiliki kepekaan dan
kematangan yang cukup dalam
menjalani hidup.
Bagaimana tidak, parameter
fisik dan materi selalu menjadi
indikator dan fokus utama dalam
mengukur keberhasilan manusia
saat ini, sampai lupa bahwa
kekuatan jiwa justru seharusnya
lebih penting.
Sebagaimana kiblat
moderenisasi di negara-negara
maju, manusia yang dianggap
sukses adalah mereka yang
sukses dalam karirnya, tinggi
jabatannya, dan banyak hartanya.
Sampai lupa apa yang menjadi
penyebab tinggi angka bunuh diri
di Jepang dan Korea Selatan.
Fyi, pada 2021 lalu ada 20.830
kasus bunuh diri di Jepang1
,
sedangkan di Korea Selatan ada
di no. 1 antara negara-negara
anggota The Organisation for
Economic Co-operation and
Development (OECD)2
, menurut
pernyataan Kementerian
Kesehatan dan Kesejahteraan
Korsel.
Betapa ini menunjukkan
fakta bahwa rendahnya
kedewasaan berpikir di negeri-
negeri maju. Karena kedewasaan
seseorang salah satunya
diukur dari kemampuan dirinya
menyelesaikan masalah hidup,
bukannya malah depresi lalu
bunuh diri.
Tingkat kedewasaan-lah yang
seharusnya juga menjadi solusi
bagi maraknya penyakit-penyakit
psikis yang diderita kalangan
muda hari ini.
1 https://www.merdeka.com/jateng/kronologi-warga-cila-
cap-bunuh-diri-di-jepang-dimakamkan-di-kampung-halaman.ht-
ml#:~:text=Merdeka.com%20%2D%20Jepang%20merupakan%20
negara,meninggal%20dunia%20akibat%20bunuh%20diri.
2 https://www.cnbcindonesia.com/life-
style/20220302115902-33-319514/ottoke-korea-no-1-negara-den-
gan-tingkat-bunuh-diri-tertinggi
5. 5
Ngaji Jodoh
Ini Resep Nabi Membina
Para Pemuda Hebat
Menurut World Health
Organization (WHO)3
, ada 10-
20% anak dan remaja di dunia
yang mengalami gangguan psikis,
bahkan sampai mengarah ke
percobaan bunuh diri. Riset ini
mencakup seluruh dunia, termasuk
di Indonesia.
Pertanyaannya, lalu
bagaimana nasib generasi muda
muslim? Bukankah generasi
muda saat ini adalah penerus
urusan umat di masa mendatang?
Bagaimana jika mereka justru
terhambat kematangan jiwanya,
terlambat kedewasaannya, dan
rapuh mentalnya?
Tentu dalam membangun
kedewasaan jiwa dan akal, kita
perlu membayangkan bagaimana
rasanya hidup sebagaimana
sahabat yang pernah dididik
langsung oleh Rasulullah.
Mereka adalah generasi terbaik
yang layak menjadi teladan
dalam upaya kita membangun
kematangan dan kedewasaan.
Terbukti, belum pernah
ada sosok sahabat nabi yang
mengalami gangguan psikis yang
rumit seperti halnya remaja hari
ini. Justru sebaliknya, di usia-usia
muda, mereka sudah menjalankan
peran-peran penting dalam
dakwah dan kepemimpinan.
Sebut saja Zaid bin Tsabit ra.
yang masuk Islam umur 11 tahun,
dan tidak lama kemudian diangkat
menjadi sekretaris negara oleh
Nabi. Atau seperti Usamah bin
Zaid ra. yang diangkat menjadi
panglima perang di usia 17 tahun,
dan mampu memimpin ribuan
pasukan yang usianya lebih senior
3 https://news.unair.ac.id/2019/08/15/generasi-mileni-
al-dan-gangguan-mental/?lang=id
darinya.
Belum lagi Saad bin Abi
Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Ali bin Abi
Thalib, dan puluhan sahabat
berusia belia lainnya yang tidak
bisa saya sebutkan satu per satu
di sini. Mereka semua adalah
manusia berkualitas tinggi dengan
kedewasaan berpikir yang luar
biasa.
Bagaimana mereka dididik oleh
Nabi? Ini pertanyaan menariknya.
Mari kita bahas sedikit
dalam tulisan pendek
ini, dan semoga kita bisa
mengimplementasikannya dalam
kehidupan.
Pertama, Nabi selalu
membersamai para sahabat,
dengan itulah beliau bisa
membentuk karakter sahabat
secara efektif.
Beliau bersama para sahabat
bukan hanya ketika beribadah
ritual saja, tapi juga saat makan,
saat duduk bersantai, saat
bekerja, saat berdagang, saat
bermain, saat bepergian, dan
berbagai aktivitas lainnya.
Artinya, penting bagi kita
hari ini mendewasakan jiwa
dan akal kita dalam bimbingan
guru (murobbi) sebagaimana
para sahabat. Meski mungkin
intensitasnya tidak sama dengan
para sahabat dahulu, namun
berusahalah sesering mungkin
berkumpul, dan berkomunitas,
yang selalu dalam bimbingan
seorang guru (murobbi).
6. 6 Ngaji Jodoh
Seorang shalih
berkata, “Didiklah
anakmu selalu
terbiasa dalam
kondisi sulit, karena
dengannya dia akan
siap menghadapi
hidup dalam kondisi
apapun.” Ini true
banget.
“
Mendengarkan nasihat-nasihat
dan arahan beliau dalam setiap
kesempatan. Dari situ pemahaman
kita akan lebih cepat terbentuk,
sehingga mendorong munculnya
kedewasaan dalam berpikir dan
bersikap.
Kedua, Nabi selalu berusaha
mengondisikan para sahabat
untuk tidak silau terhadap
dunia. Kendati bisa dan memiliki
kekayaan sekalipun, para
sahabat dididik oleh Nabi untuk
dinafkahkan di jalan Allah, dan
hidup dalam kondisi zuhud.
Seorang shalih berkata,
“Didiklah anakmu selalu terbiasa
dalam kondisi sulit, karena
dengannya dia akan siap
menghadapi hidup dalam kondisi
apapun.” Ini true banget.
Jika kita sering mengondisikan
diri kita enak-enakan, semua siap
tersedia, tidak banyak bekerja
dan berusaha, maka mental
kemandirian kita akan mati.
Itulah kenapa banyak
mahasiswa saya yang orang
tuanya mengeluh tentang anaknya
yang mogok kuliah, rata-rata
berasal dari keluarga yang mampu
secara ekonomi.
Seluruh permintaan anaknya
dibelikan. Sang ortu merasa itu
sebuah ungkapan kasih sayang,
padahal itu justru awal dari
penghambat bagi kedewasaan.
Maka, malu-lah diri ini jika
hidup dalam kondisi dimanja
dalam kenyamanan dan
Keluarga Wah Justru
Mentalnya Payah
kemewahan. Dimana letak harga
diri seorang pemuda, yang telah
Allah berikan kematangan fisik
dan potensi akal tapi tumpul
karena tidak pernah digunakan?
Tulisan ini adalah sekelumit
bahan renungan yang semoga
bisa menggugah hati kita semua.
Betapa urgen kita menempa diri
agar memiliki kedewasaan.
Karena kedewasaanlah
yang menghantarkan kita
masuk ke level fase yang lebih
tinggi dalam kehidupan kita.
Dari kepemimpinan pribadi ke
kepemimpinan keluarga, sebelum
kelak masuk dalam kepemimpinan
umat. Wallahu a’lam.*()
7. 7
Ngaji Jodoh
Gagal Berjodoh, Fokus
Kerja Jadi Pelarian
Latar belakang keluarga
Asih, yang kedua orangtuanya
beda agama menjadi ganjalan
persetujuan. Asih berusaha ikhlas
dengan gagalnya komitmen
pernikahan itu.
Sayangnya, kegagalan ini
meninggalkan ketidakpercayaan
diri untuk memulai hubungan baru
menuju pernikahan. Asih malah
menenggelamkan diri dengan
menjadi workaholic.
Sikap asih yang ‘lari’
dari masalah gagal menikah
sebenarnya boleh saja dilakukan
sesaat untuk menenangkan diri.
Namun, jika terus-menerus lari
dari masalah adalah salah satu
bentuk ketidakdewasaan. Seorang
yang dewasa akan mengatasi
masalahnya dengar tegar dan
penuh optimistisme bertemu jalan
yang lebih baik.
Pada suatu hari, teman
sekantor Asih menyinggung soal
kemungkinan ta’aruf, tapi Asih
A
sih dan Ratih adalah dua
sahabat yang masih single.
Mereka dulu satu kos ketika
masih kuliah dan persahabatan
tetap berlanjut sampai sekarang
sudah bekerja. Mereka punya
kisah unik dalam menanti masa
pernikahan yang diidamkan setiap
perempuan.
Asih, 25 tahun, gagal menikah.
Calon mertuanya yang berlatar
belakang keluarga pesantren
tidak menyetujui pernikahan.
Padahal Adi, 26 tahun sang
calon sudah berkomitmen untuk
memperjuangkannya agar
diterima selama hampir satu
tahun sejak mereka bertaaruf.
Sedangkan Ratih sudah punya
pacar, yang juga berjanji akan
menikahinya saat karir sudah
mapan.
Apakah Pantas
Berjodoh
Dengannya?
Ani Ch
Praktisi Keluarga & Penulis Buku
Inilah Jalan Surgamu, Proses
Kataatan Istri Pada Suami
8. 8 Ngaji Jodoh
hanya berdiam saja. Kemudian,
temannya mengajak Asih
menemui teman sekantor yang
lebih tua.
Mereka sangat menghormati
ibu ini. Sang senior kantor
menasihatkan pada Asih untuk
tetap berjuang menjemput
pernikahan. Jika belum
siap membuka hubungan
baru, setidaknya ada usaha
memantaskan diri agar jadi
pribadi lebih baik.
Asih mulai bersemangat
dan menata ulang jadwal
kesehariannya. Setiap pulang
kerja, dia pergi ke tempat fitness
untuk olahraga senam, demi
mendapat kondisi tubuh yang
lebih sehat, kalau bisa lebih
langsing, dia berpikir juga akan
lebih bahagia.
Setiap akhir pekan, Asih
mengikuti kelas intensif mengaji,
dan kajian kitab hadits, yang juga
membuatnya lebih bahagia. Asih
mulai rajin membaca buku-buku
persiapan pranikah dan bahkan
buku-buku tema suami-istri dan
pendidikan anak.
Setelah beberapa bulan
menjalani hal tesebut, Asih
akhirnya mantap menerima
tawaran proses ta’aruf dengan
temannya.
Siapa sangka, enam bulan
kemudian, Asih dilamar oleh
teman sekantornya. Mereka
Lebih Bijak Sambil
Usaha Terus Upgrade
Kepribadian
9. 9
Ngaji Jodoh
Ketika Si Doi Terlalu
Banyak Menuntut
sudah bekerja bersama dalam
satu naungan kantor selama dua
tahun. Asih tidak pernah terpikir
akan diajak menikah oleh teman
sekantor, yang bahkan tidak
pernah menyapa secara personal.
Mereka pernah berbincang dan
selalu hanya membahas delegasi
tugas kantor. Mereka menikah tiga
bulan setelah lamaran tersebut.
Asih sempat ragu untuk menerima
lamaran karena khawatir ini
adalah pelarian dari gagal
menikah.
Namun, setelah melakukan
shalat istikharah, dia mendapat
keyakinan untuk menerima, dan
akhirnya mereka menikah.
Ratih ternyata mengalami
jalan yang berbeda. Pacarnya
mengatakan bahwa karir harus
mapan dulu sebelum menikah, dan
Ratih berjanji untuk menunggu
karena mereka menyatakan saling
mencintai.
Sayangnya, pacar Ratih
terlalu menuntut banyak hal,
seperti minta Ratih lebih kurus,
perawatan wajah, dan belajar
bisnis agar punya penghasilan
lebih.
Ratih pernah berpikir,
usahanya untuk menuruti
permintaan pacarnya, seperti
usaha Ratih dalam ‘memantaskan
diri’. Sayangnya, ketika Ratih
sudah mencoba melakukan
banyak hal yang diminta
pacarnya, tetiba pacarnya minta
putus karena alasan sudah
menemukan calon istri yang lebih
baik.
Asih yang sudah menikah,
akhirnya menasihati Ratih bahwa
usaha memantaskan diri itu
harus diniati karena Allah, bukan
menuruti kemauan pacar.
Menjemput jodoh dengan cara
memperbaiki kualitas diri kita,
memang harus diniatkan ibadah
karena Allah, jangan diniatkan
untuk menyenangkan manusia.
Usaha memantaskan diri juga
harus dilakukan dengan istiqomah
dan motivasi dari dalam diri
sendiri, demi mendapatkan ridho
Allah.
Menjemput jodoh
dengan cara
memperbaiki
kualitas diri kita,
memang harus
diniatkan ibadah
karena Allah, jangan
diniatkan untuk
menyenangkan
manusia.
“