SlideShare a Scribd company logo
Diabetes bukan penyakit baru. Sejak 1552 SM penyakit yang ditandai dengan seringnya buang air

kecil dalam jumlah banyak serta penurunan berat badan yang drastis ini, sudah dikenal dan disebut

dengan istilah Poliuria. Tahun 400 SM, seorang penulis India Sushratha menamainya “penyakit

kencing madu”. Nama diabetes mellitus (diabetes = mengalir terus, mellitus = manis) akhirnya

diberikan oleh Aretaeus sekitar 200 tahun sebelum Masehi.


Mengelola penyakit ini sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan

olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat.

Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar glukosa dalam darah di atas 120 mg/dl dalam

kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua jam makan. Tanda lain yang lebih nyata adalah

apabila air seninya positif mengandung gula.


Diabetes muncul lantaran hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dari pulau langerhans

(struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur kadar gula dalam darah) tidak lagi bekerja normal.

Akibatnya, kadar gula dalam darah meninggi. Bila keadaan ini berlanjut dan melewati ambang batas

ginjal, zat gula akan dikeluarkan melalui air seni.


Sejauh ini dikenal dua kelompok penderita diabetes yakni mereka yang terkena sejak kecil atau

remaja, dan mereka yang terkena ketika sudah dewasa (kebanyakan usia 50 tahun ke atas).

Penderita diabetes sejak muda kebanyakan membutuhkan suntikan insulin, sementara yang dimulai di

usia dewasa tidak.


Sejak ditemukan hormon insulin oleh Banting dan Best dari Kanada pada 1921, penderita diabetes

yang membutuhkan insulin dapat diatasi sehingga angka kematian dan keguguran bayi pada ibu hamil

yang menderita diabetes semakin berkurang. Selain hormon insulin, Franke dan Fuchs (1954)

melakukan uji coba obat antidiabetes dan terbukti banyak menolong para penderita.


Diabetes memang penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dengan perawatan yang baik, setiap

penderita dapat menjalani kehidupannya secara normal.


Diet dan olahraga


Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang teratur

menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya, penderita diabetes harus

memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari zat ini.

Menurut dr. Elvina Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari SEAMEO-Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat
yakni jenis kompleks dan jenis sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu

rantai glukosa sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh karbohidrat kompleks seperti dalam

roti atau nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah.

Sebaliknya, karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen,

langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit.


Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti

kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll.

Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka,

anggur, tidak dianjurkan.


Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro,

menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20%

lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri

atas 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung

karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi

karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.


Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda,

labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri,

taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar

glukosa dan kolesterol darah.


Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali jika ditambahkan

dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa

darah.


Pola 3J


Ahli gizi lain, dr. Andry Hartono D.A. Nutr., dari RS Panti Rapih, Yogyakarta menyarankan pola 3J:

yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan.


Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk

menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan

berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang

bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah sekitar

300-an kalori.
Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Maksudnya agar

jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat

dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak.


Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di

sela-sela waktu tersebut(selang waktu sekitar tiga jam).


Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning

telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat, dendeng, makanan

gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam, caisim bisa

dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu

diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan

berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani kerja ginjal.


Diet kalori terbatas


Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo dan Indrawati,

B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti pada Tabel 1. Diet B tinggi serat itu

termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun

sedang hamil.




       Menu diet B terdiri dari:




       Protein             65.49 g


       Lemak               45.89 g


       Karbohidrat         377.45 g


       Kolesterol          112.5 mg




       Makan pagi (pk. 06.30)




       Nasi                110 g
Daging             25 g


Tempe              25 g


Sayuran A          100 g


Sayuran B          25 g


Minyak             5g




Selingan (09.30)




Pisang             200 g




Makan siang (12.30)




Nasi               150 g


Daging             40 g


Tempe              25 g


Sayuran A          100 g


Sayuran B          50 g


Minyak             10 g




Selingan (15.30)




Pisang/kentang     200 g
Pepaya              100 g




        Makan malam (18.30)




        Nasi                150 g


        Daging              25 g


        Tempe               25 g


        Sayuran A           100 g


        Sayuran B           50 g


        Minyak              10 g




        Selingan (21.30)




        Pisang/kentang      200 g


        Pepaya              100 g




Sedangkan buku panduan “Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit” terbitan Klinik

Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip dasar diet diabetes, dengan

pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x

25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori)

ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI

= Tinggi Badan (cm) – 100 cm – 10%.


Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg – 10% = 58 kg.

Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori.

Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau berat badan jauh

dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori dikurangi

dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori

dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan

kembali dengan kebutuhan dasar.


Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula.

Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung

dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari

(lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.


Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti

pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng).


Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi

protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar

kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi,

dianjurkan mengurangi konsumsi garam.


Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau

tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran

dokter.


Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 2 menyajikan makanan yang

mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang memerlukan 1.600 kalori per

harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80 kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit

terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk. 10.00) dua unit, makan siang enam unit,

makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan makan malam enam unit.


Tabel di bawah ini yang menunjukkan contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk,

sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.




Jenis        A           B              C

makanan
Makanan      nasi        roti            kentang

pokok                                    goreng
             pepes ikan sate

Lauk pauk                                rendang
             sayur       lodeh

Sayuran      bening                      buntil
                         hamburger

Siap santap ketoprak                     pizza
                         pisang

Buah-        apel                        anggur

buahan                   kroket

Makanan      lemper                      lapis legit
                         es campur
ringan
             teh/kopi                    minuman

Minuman                                  ringan




Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena mengandung serat dan

atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak. Sementara golongan C kurang baik karena

kandungan gulanya tinggi, rendah atau tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk

memilih A atau B, bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik

sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis buatan.


Di sini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):




Makan pagi




Setangkap roti tawar                 1,50 unit


Sebutir telur ayam                   1,25 unit


1 sendok teh selai                   0,25 unit


1 gls susu skim                      0,75 unit
Selingan (di kantor):




Arem-arem                           2,75 unit


Teh tanpa gula




Makan siang:




Nasi putih                          1,25 unit


Daging cah kembang kol              3,00 unit


Sayur bening bayem                  0,25 unit


Pepaya                              0,50 unit




Selingan sore




Serabi pandan (kue basah)           1,75 unit


1 gls jus melon                     0,50 unit




Makan malam




Nasi, sayur, daging, ikan goreng,   3,75 unit

gado-gado
                                    0,25 unit

1 gls jus tomat




Selingan malam
1 pisang ambon                      1,25 unit




Dengan melakukan diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula dapat dikendalikan.


Jangan lupa olahraga


Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan latihan fisik. Pada

prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda dengan yang untuk orang sehat. Juga

antara penderita baru atau pun lama. Olahraga itu terutama untuk membakar kalori tubuh, sehingga

glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun.


“Saya punya banyak pasien diabetes. Hanya dengan latihan olahraga mereka sanggup hidup seperti

orang-orang sehat tanpa obat,” papar dr. Hario Tilarso. Lebih baik menyembuhkan secara alamiah, itu

prinsipnya. Kalau dengan latihan, gula darahnya bisa turun, mengapa harus dengan obat. Obat baru

diberikan kalau penurunannya alot sehingga dikhawatirkan timbul komplikasi macam-macam.


“Pengalaman saya menunjukkan, orang-orang yang tidak tergantung insulin, bisa turun kadar gulanya

hanya denganexercise. Bahkan, ketika menghadiri pesta, penderita diabetes bisa makan banyak.

Tapi, besoknya dia harus lari untuk membakar kalori yang telah masuk,” katanya.


Penderita diabetes yang telah lama dikhawatirkan bisa mengalami arterosklerosis (penyempitan

pembuluh darah). Namun, dengan berolahraga timbunan kolesterol di pembuluh darah akan

berkurang, sehingga risiko terkena penyakit jantung juga menurun.


Menurut dokter olahraga di Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) DKI Jaya ini, sebaiknya

jenis olahraga bagi penderita diabetes dipilih yang memiliki nilai aerobik tinggi, macam jalan cepat,

lari (joging), senam aerobik, renang, dan bersepeda. Jenis olahraga lainnya, tenis, tenis meja, bahkan

sepakbola, pun boleh dilakukan asal dengan perhatian ekstra.


FID (frekuensi, intensitas, dan durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada prinsipnya tidak berbeda

dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi berolah raga adalah 3 – 5 kali seminggu.

“Sebaiknya, dipilih waktu yang tepat karena panas matahari bisa membakar kalori lebih banyak. Ini

berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia, kekurangan gula darah,” jelas dr. Hario.


Cuma, penderita yang menggunakan suntikan insulin harus hati-hati. Harus diperhatikan waktu

puncak kerja insulin yang disuntikkan. “Jangan sampai saat puncak insulin bekerja, penderita
berolahraga. Saat itu kadar gula darah akan banyak turun. Kalau ditambah latihan, bisa tambah turun

lagi, bisa kena hipoglikemia,” katanya.


Jadi, insulin yang digunakan harus diketahui dulu kerjanya, short acting ataulong acting. Biasanya,

berdasarkan kondisi penderita, dokter menentukan jenis insulin yang diberikan. Nah, jadwal

olahraganya disesuaikan dengan kerja insulin itu.


Intensitasnya berkisar 60 – 75% DSM (denyut nadi maksimal, yang perhitungannya 220 – umur

dalam tahun). Durasinya kira-kira 60 menit setiap kali berolahraga pada zone latihan. Untuk penderita

diabetes yang berbadan gemuk, durasinya bisa ditambah, misal 90 menit. “Dengan penambahan lama

latihan, tidak cuma gula darah yang berkurang, lemak tubuh pun ikut dibakar,” tutur dr. Hario.


Bila kepala melayang


Latihan beban juga dianjurkan untuk penderita diabetes. “Di samping memelihara kadar gula darah,

penderita juga memelihara massa ototnya agar ototnya tetap kokoh, sehingga bisa tetap produksi

seperti yang lain,” katanya.


Khusus yang sudah sangat parah, misalnya saraf kakinya sudah terganggu, dipilih olahraga yang

ringan dan tidak terlalu banyak serta keras benturannya. Misalnya bersepeda. Itu pun harus hati-hati,

terutama kalau sudah sampai terjadi retinopati diabetik (gangguan retina mata), karena kemungkinan

terjadinya perdarahan sangat besar. Bila penyakitnya lebih parah, misalnya dengan kadar gula di atas

400 yang tak memungkinkannya bergerak aktif, penanganannya lebih diserahkan pada dokter

penyakit dalam. “Pilihannya memang agak sulit. Kita harus bekerja secara interdisiplin. Jadi, yang bisa

berolahraga hanya mereka yang betul-betul masih aktif, tidak ada keterbatasan

pada musculuskeletal, tidak ada atritis, dan keterbatasan lainnya.”


Sedangkan penderita diabetes berbadan gemuk, jenis olahraganya dikombinasikan dengan latihan

untuk obesitas. “Biasanya, lamanya tidak satu jam, melainkan dua jam misalnya. Maksudnya, supaya

pembakarannya lebih banyak, gula darahnya turun, dan lemak tubuhnya berkurang. Kalau dia betul-

betul menuruti aturan, semuanya tidak masalah,” katanya.


Dalam melakukan olahraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kadar gula darah penderita

saat melakukan olahraga harus berada pada kisaran 100 – 300 mg/dl. “Lebih dari 300 mg/dl

dikhawatirkan terjadi ketosis (kelebihan keton dalam jaringan), misalnya. Penderita dengan kadar

gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan latihan. Sementara jika kadar gulanya sudah
normal lalu melakukan olahraga, ditakutkan malah terjadi hipoglikemia.” Supaya aman, katanya,

penderita harus berolahraga bersama orang lain. Kalau ada apa-apa, ada yang bisa membantu.


Penderita diabetes sebaiknya juga berbekal sedikit makanan atau minuman yang manis-manis. Boleh

roti manis, permen, teh manis. “Kalau kepala sudah mulai melayang, langsung saja makan atau

minum bekal itu secukupnya. Juga bila keringat dingin sudah mulai keluar. Kepala melayang dan

keringat dingin itu menunjukkan gula darahnya sudah turun berlebih,” papar Hario.


Pada penderita diabetes, kalau kebanyakan gula bisa menimbulkan hiperglikemia dan ini bisa

membuat keracunan. Tapi ini efeknya lama. Yang cepat pengaruhnya dan bisa menimbulkan kematian

justru hipoglikemia.


Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam tenis lapangan atau

sepakbola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi glukosa (makanan atau minuman manis).

Dengan cara itu kadar gula darahnya bisa dijaga agar tidak terlalu turun. Yang perlu diperhatikan pula

saat berolahraga adalah cuaca. Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali. Berarti

gula darah lebih terserap lagi.


Menjaga kebersihan dan kesehatan kaki juga penting dalam berolahraga. Ketika sedang joging atau

jalan, kaki akan bergesekan dengan sepatu. Karena itu, kaus kaki yang dikenakan harus bersih.

Sepatu pun harus yang lunak bagian dalamnya untuk menghindari lecet. Pakailah sepatu sesuai

penggunaannya.


Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan serta mengontrol kadar gula darah

secara teratur, komplikasi akibat diabetes dapat dihindari. (Nanny Selamihardja/I Gede Agung

Yudana)


Sumber : http://www.indomedia.com

More Related Content

What's hot

Studi Kasus Saluran Pernapasan
Studi Kasus Saluran PernapasanStudi Kasus Saluran Pernapasan
Studi Kasus Saluran Pernapasan
Shela Rizky Tarinda
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas AnakNutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
BEM POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
Feny Kartika
 
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu ChaesarGIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu ChaesarPangestu S
 
Food in hospitals
Food in hospitalsFood in hospitals
Food in hospitalsHesti Arini
 
Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati
universitas negeri semarang
 
Kasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasisKasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasis'Rheyfan Caspian
 
13 pesan dasar gizi seimbang 1
13 pesan dasar gizi seimbang 113 pesan dasar gizi seimbang 1
13 pesan dasar gizi seimbang 1
susi wartini
 
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpPpt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Rahmi Fadhilla
 
Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan
Ramu Velusamy
 
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNGSTUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
Indri Savitri
 
Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)
zhea mays
 
Amalan pemakanan berkualiti jess wong hui juan
Amalan pemakanan berkualiti jess wong hui juanAmalan pemakanan berkualiti jess wong hui juan
Amalan pemakanan berkualiti jess wong hui juan
JessWongHuiJuan1
 
Carbo Counting and Food Labelling
Carbo Counting and Food LabellingCarbo Counting and Food Labelling
Carbo Counting and Food Labelling
Ditta Cempaka Pane
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Fanny K. Sari
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
Agnescia Sera
 

What's hot (20)

Studi Kasus Saluran Pernapasan
Studi Kasus Saluran PernapasanStudi Kasus Saluran Pernapasan
Studi Kasus Saluran Pernapasan
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas AnakNutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
 
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu ChaesarGIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
 
Food in hospitals
Food in hospitalsFood in hospitals
Food in hospitals
 
Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati
 
Kasus anemia
Kasus anemiaKasus anemia
Kasus anemia
 
Kasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasisKasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasis
 
13 pesan dasar gizi seimbang 1
13 pesan dasar gizi seimbang 113 pesan dasar gizi seimbang 1
13 pesan dasar gizi seimbang 1
 
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpPpt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
 
Kasus obes dewasa
Kasus obes dewasaKasus obes dewasa
Kasus obes dewasa
 
Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan
 
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNGSTUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
 
Kasus dm hamil
Kasus dm hamilKasus dm hamil
Kasus dm hamil
 
Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)
 
Amalan pemakanan berkualiti jess wong hui juan
Amalan pemakanan berkualiti jess wong hui juanAmalan pemakanan berkualiti jess wong hui juan
Amalan pemakanan berkualiti jess wong hui juan
 
Carbo Counting and Food Labelling
Carbo Counting and Food LabellingCarbo Counting and Food Labelling
Carbo Counting and Food Labelling
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
 
Brosur diabetes
Brosur diabetesBrosur diabetes
Brosur diabetes
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
 

Similar to Diabetes bukan penyakit baru

DM.pptx
DM.pptxDM.pptx
DM.pptx
MasFerdie
 
Tatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.ppt
Tatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.pptTatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.ppt
Tatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.ppt
Taufiqurrokhman Rofii
 
Perawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptx
Perawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptxPerawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptx
Perawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptx
NirmalasariHusain1
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).ppt
nurmiwati
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
gizikemranjen
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
rusunawanew
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
NuriSakinaSuharto1
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
NidaNurAmalia
 
Diet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptxDiet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptx
Noor Istichawari
 
Diet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptxDiet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptx
Leny30
 
Diet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitusDiet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitus
Septian Muna Barakati
 
Diet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitusDiet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitus
Silaturrahman Nurse
 
Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan
Ungku OmarPolytechnic
 
Diet lanjut hipertensi dislipidemia
Diet lanjut hipertensi dislipidemiaDiet lanjut hipertensi dislipidemia
Diet lanjut hipertensi dislipidemia
tasyakhae2016
 
penyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dm
penyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dmpenyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dm
penyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dm
AdlinNadila
 
PENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptx
PENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptxPENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptx
PENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptx
drWidaMariane
 
obesitas2.pptx
obesitas2.pptxobesitas2.pptx
obesitas2.pptx
FerriMartin1
 
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptxNutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
RahmatPristiwahyono
 
7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat
7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat
7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat
Nas Ramadhan
 

Similar to Diabetes bukan penyakit baru (20)

DM.pptx
DM.pptxDM.pptx
DM.pptx
 
Tatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.ppt
Tatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.pptTatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.ppt
Tatalaksana diabetes melitus puasa pada bulan ramadhan.ppt
 
Perawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptx
Perawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptxPerawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptx
Perawatan Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus.pptx
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus (1).ppt
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
 
Diet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptxDiet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptx
 
Diet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptxDiet_diabetes_melitus.pptx
Diet_diabetes_melitus.pptx
 
Diet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitusDiet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitus
 
Diet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitusDiet untuk penyakit diabetes melitus
Diet untuk penyakit diabetes melitus
 
1.ppt
1.ppt1.ppt
1.ppt
 
Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan Pengurusan berat badan
Pengurusan berat badan
 
Diet lanjut hipertensi dislipidemia
Diet lanjut hipertensi dislipidemiaDiet lanjut hipertensi dislipidemia
Diet lanjut hipertensi dislipidemia
 
penyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dm
penyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dmpenyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dm
penyuluhan pola diet dm dan pusa pada pasien dm
 
PENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptx
PENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptxPENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptx
PENGATURAN POLA MAKAN PENYANDANG DIABETES dinkes jepara1.pptx
 
obesitas2.pptx
obesitas2.pptxobesitas2.pptx
obesitas2.pptx
 
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptxNutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
 
7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat
7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat
7 langkah cara menurunkan berat badan yang sehat
 

Diabetes bukan penyakit baru

  • 1. Diabetes bukan penyakit baru. Sejak 1552 SM penyakit yang ditandai dengan seringnya buang air kecil dalam jumlah banyak serta penurunan berat badan yang drastis ini, sudah dikenal dan disebut dengan istilah Poliuria. Tahun 400 SM, seorang penulis India Sushratha menamainya “penyakit kencing madu”. Nama diabetes mellitus (diabetes = mengalir terus, mellitus = manis) akhirnya diberikan oleh Aretaeus sekitar 200 tahun sebelum Masehi. Mengelola penyakit ini sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat. Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar glukosa dalam darah di atas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua jam makan. Tanda lain yang lebih nyata adalah apabila air seninya positif mengandung gula. Diabetes muncul lantaran hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dari pulau langerhans (struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur kadar gula dalam darah) tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, kadar gula dalam darah meninggi. Bila keadaan ini berlanjut dan melewati ambang batas ginjal, zat gula akan dikeluarkan melalui air seni. Sejauh ini dikenal dua kelompok penderita diabetes yakni mereka yang terkena sejak kecil atau remaja, dan mereka yang terkena ketika sudah dewasa (kebanyakan usia 50 tahun ke atas). Penderita diabetes sejak muda kebanyakan membutuhkan suntikan insulin, sementara yang dimulai di usia dewasa tidak. Sejak ditemukan hormon insulin oleh Banting dan Best dari Kanada pada 1921, penderita diabetes yang membutuhkan insulin dapat diatasi sehingga angka kematian dan keguguran bayi pada ibu hamil yang menderita diabetes semakin berkurang. Selain hormon insulin, Franke dan Fuchs (1954) melakukan uji coba obat antidiabetes dan terbukti banyak menolong para penderita. Diabetes memang penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dengan perawatan yang baik, setiap penderita dapat menjalani kehidupannya secara normal. Diet dan olahraga Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya, penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari zat ini. Menurut dr. Elvina Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari SEAMEO-Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat
  • 2. yakni jenis kompleks dan jenis sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh karbohidrat kompleks seperti dalam roti atau nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya, karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen, langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit. Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan. Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas. Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah. Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah. Pola 3J Ahli gizi lain, dr. Andry Hartono D.A. Nutr., dari RS Panti Rapih, Yogyakarta menyarankan pola 3J: yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan. Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah sekitar 300-an kalori.
  • 3. Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak. Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela-sela waktu tersebut(selang waktu sekitar tiga jam). Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat, dendeng, makanan gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam, caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani kerja ginjal. Diet kalori terbatas Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo dan Indrawati, B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti pada Tabel 1. Diet B tinggi serat itu termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun sedang hamil. Menu diet B terdiri dari: Protein 65.49 g Lemak 45.89 g Karbohidrat 377.45 g Kolesterol 112.5 mg Makan pagi (pk. 06.30) Nasi 110 g
  • 4. Daging 25 g Tempe 25 g Sayuran A 100 g Sayuran B 25 g Minyak 5g Selingan (09.30) Pisang 200 g Makan siang (12.30) Nasi 150 g Daging 40 g Tempe 25 g Sayuran A 100 g Sayuran B 50 g Minyak 10 g Selingan (15.30) Pisang/kentang 200 g
  • 5. Pepaya 100 g Makan malam (18.30) Nasi 150 g Daging 25 g Tempe 25 g Sayuran A 100 g Sayuran B 50 g Minyak 10 g Selingan (21.30) Pisang/kentang 200 g Pepaya 100 g Sedangkan buku panduan “Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit” terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) – 100 cm – 10%. Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg – 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
  • 6. Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar. Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah. Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng). Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam. Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran dokter. Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 2 menyajikan makanan yang mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang memerlukan 1.600 kalori per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80 kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk. 10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan makan malam enam unit. Tabel di bawah ini yang menunjukkan contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman. Jenis A B C makanan
  • 7. Makanan nasi roti kentang pokok goreng pepes ikan sate Lauk pauk rendang sayur lodeh Sayuran bening buntil hamburger Siap santap ketoprak pizza pisang Buah- apel anggur buahan kroket Makanan lemper lapis legit es campur ringan teh/kopi minuman Minuman ringan Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak. Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B, bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis buatan. Di sini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori): Makan pagi Setangkap roti tawar 1,50 unit Sebutir telur ayam 1,25 unit 1 sendok teh selai 0,25 unit 1 gls susu skim 0,75 unit
  • 8. Selingan (di kantor): Arem-arem 2,75 unit Teh tanpa gula Makan siang: Nasi putih 1,25 unit Daging cah kembang kol 3,00 unit Sayur bening bayem 0,25 unit Pepaya 0,50 unit Selingan sore Serabi pandan (kue basah) 1,75 unit 1 gls jus melon 0,50 unit Makan malam Nasi, sayur, daging, ikan goreng, 3,75 unit gado-gado 0,25 unit 1 gls jus tomat Selingan malam
  • 9. 1 pisang ambon 1,25 unit Dengan melakukan diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula dapat dikendalikan. Jangan lupa olahraga Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan latihan fisik. Pada prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda dengan yang untuk orang sehat. Juga antara penderita baru atau pun lama. Olahraga itu terutama untuk membakar kalori tubuh, sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun. “Saya punya banyak pasien diabetes. Hanya dengan latihan olahraga mereka sanggup hidup seperti orang-orang sehat tanpa obat,” papar dr. Hario Tilarso. Lebih baik menyembuhkan secara alamiah, itu prinsipnya. Kalau dengan latihan, gula darahnya bisa turun, mengapa harus dengan obat. Obat baru diberikan kalau penurunannya alot sehingga dikhawatirkan timbul komplikasi macam-macam. “Pengalaman saya menunjukkan, orang-orang yang tidak tergantung insulin, bisa turun kadar gulanya hanya denganexercise. Bahkan, ketika menghadiri pesta, penderita diabetes bisa makan banyak. Tapi, besoknya dia harus lari untuk membakar kalori yang telah masuk,” katanya. Penderita diabetes yang telah lama dikhawatirkan bisa mengalami arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Namun, dengan berolahraga timbunan kolesterol di pembuluh darah akan berkurang, sehingga risiko terkena penyakit jantung juga menurun. Menurut dokter olahraga di Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) DKI Jaya ini, sebaiknya jenis olahraga bagi penderita diabetes dipilih yang memiliki nilai aerobik tinggi, macam jalan cepat, lari (joging), senam aerobik, renang, dan bersepeda. Jenis olahraga lainnya, tenis, tenis meja, bahkan sepakbola, pun boleh dilakukan asal dengan perhatian ekstra. FID (frekuensi, intensitas, dan durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada prinsipnya tidak berbeda dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi berolah raga adalah 3 – 5 kali seminggu. “Sebaiknya, dipilih waktu yang tepat karena panas matahari bisa membakar kalori lebih banyak. Ini berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia, kekurangan gula darah,” jelas dr. Hario. Cuma, penderita yang menggunakan suntikan insulin harus hati-hati. Harus diperhatikan waktu puncak kerja insulin yang disuntikkan. “Jangan sampai saat puncak insulin bekerja, penderita
  • 10. berolahraga. Saat itu kadar gula darah akan banyak turun. Kalau ditambah latihan, bisa tambah turun lagi, bisa kena hipoglikemia,” katanya. Jadi, insulin yang digunakan harus diketahui dulu kerjanya, short acting ataulong acting. Biasanya, berdasarkan kondisi penderita, dokter menentukan jenis insulin yang diberikan. Nah, jadwal olahraganya disesuaikan dengan kerja insulin itu. Intensitasnya berkisar 60 – 75% DSM (denyut nadi maksimal, yang perhitungannya 220 – umur dalam tahun). Durasinya kira-kira 60 menit setiap kali berolahraga pada zone latihan. Untuk penderita diabetes yang berbadan gemuk, durasinya bisa ditambah, misal 90 menit. “Dengan penambahan lama latihan, tidak cuma gula darah yang berkurang, lemak tubuh pun ikut dibakar,” tutur dr. Hario. Bila kepala melayang Latihan beban juga dianjurkan untuk penderita diabetes. “Di samping memelihara kadar gula darah, penderita juga memelihara massa ototnya agar ototnya tetap kokoh, sehingga bisa tetap produksi seperti yang lain,” katanya. Khusus yang sudah sangat parah, misalnya saraf kakinya sudah terganggu, dipilih olahraga yang ringan dan tidak terlalu banyak serta keras benturannya. Misalnya bersepeda. Itu pun harus hati-hati, terutama kalau sudah sampai terjadi retinopati diabetik (gangguan retina mata), karena kemungkinan terjadinya perdarahan sangat besar. Bila penyakitnya lebih parah, misalnya dengan kadar gula di atas 400 yang tak memungkinkannya bergerak aktif, penanganannya lebih diserahkan pada dokter penyakit dalam. “Pilihannya memang agak sulit. Kita harus bekerja secara interdisiplin. Jadi, yang bisa berolahraga hanya mereka yang betul-betul masih aktif, tidak ada keterbatasan pada musculuskeletal, tidak ada atritis, dan keterbatasan lainnya.” Sedangkan penderita diabetes berbadan gemuk, jenis olahraganya dikombinasikan dengan latihan untuk obesitas. “Biasanya, lamanya tidak satu jam, melainkan dua jam misalnya. Maksudnya, supaya pembakarannya lebih banyak, gula darahnya turun, dan lemak tubuhnya berkurang. Kalau dia betul- betul menuruti aturan, semuanya tidak masalah,” katanya. Dalam melakukan olahraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kadar gula darah penderita saat melakukan olahraga harus berada pada kisaran 100 – 300 mg/dl. “Lebih dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis (kelebihan keton dalam jaringan), misalnya. Penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan latihan. Sementara jika kadar gulanya sudah
  • 11. normal lalu melakukan olahraga, ditakutkan malah terjadi hipoglikemia.” Supaya aman, katanya, penderita harus berolahraga bersama orang lain. Kalau ada apa-apa, ada yang bisa membantu. Penderita diabetes sebaiknya juga berbekal sedikit makanan atau minuman yang manis-manis. Boleh roti manis, permen, teh manis. “Kalau kepala sudah mulai melayang, langsung saja makan atau minum bekal itu secukupnya. Juga bila keringat dingin sudah mulai keluar. Kepala melayang dan keringat dingin itu menunjukkan gula darahnya sudah turun berlebih,” papar Hario. Pada penderita diabetes, kalau kebanyakan gula bisa menimbulkan hiperglikemia dan ini bisa membuat keracunan. Tapi ini efeknya lama. Yang cepat pengaruhnya dan bisa menimbulkan kematian justru hipoglikemia. Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam tenis lapangan atau sepakbola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi glukosa (makanan atau minuman manis). Dengan cara itu kadar gula darahnya bisa dijaga agar tidak terlalu turun. Yang perlu diperhatikan pula saat berolahraga adalah cuaca. Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali. Berarti gula darah lebih terserap lagi. Menjaga kebersihan dan kesehatan kaki juga penting dalam berolahraga. Ketika sedang joging atau jalan, kaki akan bergesekan dengan sepatu. Karena itu, kaus kaki yang dikenakan harus bersih. Sepatu pun harus yang lunak bagian dalamnya untuk menghindari lecet. Pakailah sepatu sesuai penggunaannya. Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan serta mengontrol kadar gula darah secara teratur, komplikasi akibat diabetes dapat dihindari. (Nanny Selamihardja/I Gede Agung Yudana) Sumber : http://www.indomedia.com