Sirosis hepatis ditandai oleh peradangan difus dan kronis pada hati yang menyebabkan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel hati sehingga mengganggu susunan parenkim hati. Penyebab utama sirosis hepatis belum diketahui secara pasti, namun terkait dengan riwayat hepatitis, alkohol, dan faktor risiko lainnya. Diagnosa didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologi. Penatalaksana
2. Latar Belakang
Sirosis adalah suatu keadaan patologi yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan kerusakan
parenkim hati
Sirosis hepatis menempati urutan ke-14 penyebab tersering
kematian pada orang dewasa di dunia.
Penyebab sirosis hepatis terbanyak adalah hepatitis B (13,7%) dan komplikasi paling
sering adalah hipertensi portal yang akan berkembang menjadi varises esophagus
(37,8%)
Pasien dengan sirosis hepatis tidak hanya memiliki risiko tinggi berkembang
menjadi kanker liver, namun juga dapat berkembang menjadi malignansi
extra hepatal
4. Mengetahui definisi
hingga prognosis
sirosis hepatis.
Menggunakan tinjauan
kepustakaan yang
merujuk kepada
berbagai literatur
Tujuan Penulisan Metode Penulisan Manfaat Penulisan
Agar dapat dijadikan acuan
dan menambah wawasan
bagi praktisi Kesehatan
dalam memahami sirosis
hepatis
6. Epidemiologi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Djamil Padang periode 1 Januari 2011
sampai 31 Desember 2013, terdapat
304 kasus sirosis hepatis.
Bhattarai et al. di Nepal tahun 2017
menyatakan bahwa 72,5% adalah laki-
laki
9. Etiologi
Menurut penelitian Setiawan et al.
di Amerika tahun 2016,
menyatakan bahwa penyebab
utama sirosis hepatis di negara
barat adalah alcoholic liver disease,
nonalcoholic fatty liver disease dan
Hepatitis C
10. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia,
disebutkan bahwa virus hepatitis B
menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan
virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-
20% penyebabnya tidak diketahui.
Alkohol sebagai penyebab sirosis di
Indonesia diduga frekuensinya sangat kecil
walaupun belum terdapat data yang
menunjukkan hal tersebut.
Etiologi
11. Patofisiologi
• Proses degenerasi dan nekrosis hepatosit
• Pembentukan jaringan fibrosis pada
parenkim liver
• Terbentuknya nodul regenerative
• Kehilangan fungsi normal.
Karakteristik patologikal yang umum
ditemukan pada pasien sirosis yakni:
12. Liver terbentuk dari sel parenkim
(hepatosit) dan sel non parenkim.
Dinding sinusoid hepatic terbentuk dari
tiga jenis sel non parenkim, yakni liver
sinusoidal endothelial cells (LSEC), Kupffer
cells (KC), dan hepatic stellate cells (HSC)
Sel parenkim dan sel non parenkim
memiliki peranan dalam inisiasi dan
progresivitas pembentukan fibrosis dan
sirosis.
13. terpapar sitokin inflamasi aktivasi sel
stelata berpoliferasi membentuk
miofibroblas, kolagen dan matriks
ekstraselular fibrosis
Hepatic Stellate Cells (HSC)
14. Makrofag khusus yang berlokasi di lapisan
sinusoid yang akan membentuk system
retikuloendotelial (RES).
Kupffer cells (KC)
Saat sel kupffer teraktivasi, maka akan
terjadi penghancuran hepatosit dan
menimbulkan reaksi inflamasi.
Selanjutnya sel Kupffer akan
mengaktivasi sel stelata dan membentuk
lapisan kolagen yang selanjutnya akan
menyebabkan fibrosis
15. Liver Sinusoidal Endothelial Cells (LSEC)
Karakteristik LSEC adalah adanya fenestrae di
permukaan endothelium.
Fenestrae berfungsi sebagai barrier, hemeostasis dan
mekanisme pertahanan endothelial.
16. Liver Sinusoidal Endothelial Cells (LSEC)
Defenestrasi pada lapisan endothelium akan
mengaktivasi dan merubah sel stelata membentuk
myofibroblast dengan peningkatan produksi ekstra
selular matrik sehingga terbentuklah fibrosis
perisinusoidal dan menajdi sirosis.
17. Manifestasi Klinis
Stadium Kompensata
Stadium Dekompensata
Mudah lelah dan lemas, selera
makan berkurang, perasaan
perut kembung atau begah,
mual, berat badan menurun.
Lebih terasa terutama bila
terdapat komplikasi kegagalan
hati dan hipertensi porta
21. Diagnosis
• Riwayat penyakit terdahulu
• Konsumsi alkohol yang
berlebihan
• Tepapar oleh bahan-bahan yang
bersifat hepatotoksik
• Penggunaan obat-obatan yang
bersifat hepatotoksik
Anamnesis
22. Diagnosis
Spider navy (atau spider
telangiektasi)
Eritema Palmaris
Muchrche pada kuku
Jari gada
Kontraktur Dupuytren
Ginekomastia
Atrofi testis hipogonadisme
Perubahan ukuran hepar
Splenomegali
Ascites
Foetor Hepaticum
Ikterus
Pemeriksaan Fisik
24. Tatalaksana
Mengobati penyakit pencetus
sirosis dan mencegah/diagnosa
dini komplikasi dari sirosis.
Mengobati atau
meminimaliasasi dari
komplikasi penyakit sirosis
Stadium Kompensata Stadium Dekompensata
25. Tatalaksana
Tirah baring
Diet rendah garam
Vasokontriktor
Band ligation
TIPSS dan Endoskopi
Ascites Varises Esofagus
Antibiotik IV 10-14 hari
Peritonitis bakteri
Diet rendah protein
Laktulosa
Neomisin
Ensefalopati hepatik
Infus albumin rendah
garam
Sindrom Hepatorenal
27. Nilai
Parameter 1 2 3
Ensefalopati Tidak ada Terkontrol dengan
terapi
Kurang
terkontrol
Asites Tidak ada Terkontrol dengan
terapi
Kurang
terkontrol
Bilirubin(mg/dl) < 2 2-3 >3
Albumin (gr/dl) > 3.5 1.8-3.5 < 2.8
INR < 1,7 1.7 – 2.2 > 2.2
Prognosis
Klasifikasi Child- Turcotte- Pugh (Garcia-Tsao G & Bosch J, 2010)
28. Kesimpulan
Sirosis Hepatis ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi,
dan regenerasi sel – sel hati sehingga susunan parenkim hati
terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis belum diketahui
secara jelas, namun terdapat faktor predisposisi yakni diantaranya
pasien dengan riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dan
beberapa faktor risiko dan predisposisi lainnya. Diagnosa sirosis
hepatis ditegakkan melalui anamnesis gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan darah maupun pemeriksaan
radiologis, pemeriksaan USG, dan pemeriksaan CT scan.
Penatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung kondisi, komplikasi, dan
prognosisnya.
29. CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik and illustrations by Stories.
Thanks!