SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SEROSIS HEPATIS

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
2. Klasifikasi
Secara morfologi serosis dibagi atas jenis
a. Mikronodular (portal)
b. Makronodular (pascanekrotik)
c. Jenis campuran.
Sedangkan dalam klinik dikenal 3 jenis yaitu
a. Portal
b. Pascanekrotik
c. Bilier.
3. Etiologi
Ada 3 tipe sirosis hepatis :
 Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
 Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
 Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
4. Patofisiologi
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama terjadinya
sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat
menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada
individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal
tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali
lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui
jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih
tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
5. Manifestasi Klinis
Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang
intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati
cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan
teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi Portal dan Asites. Semua darah dari organorgan digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati
yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah
tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi
bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain,
kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja
dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis
atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan
asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang
cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri
superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat
melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises Gastrointestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan
distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen
(kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
pembentukan pembuluh darah kolateral.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan
perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui
perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Edema. Gejala
lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi
albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
6. Penatalaksanaan medik
a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
b. Diet rendah protein (diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2.000 kalori). Bila
ada asites diberikan diet rendah garam II (600 – 800 mg) atau III (1.000 – 2.000 mg).
bila tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotic. Diusahakan memakai obat yang jelas tidak
hepatotoksik
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemeberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa
e. Roboransia, vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alcohol;
Untuk penatalaksanaan asites dan edema adalah :
a. Istrahat dan diet rendah garam
b. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretic
berupa spironolkton perhari dan dapat ditingkat
c. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif)
d. Pengendalian cairan asites.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan
leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai
prognosis yang kurang baik.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat
kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT
tidak meningkat pada sirosis inaktif
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan
prognasis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam
diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah
terjadi sindrom hepatorenal.
f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati.
Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises
esophagus, gusi maupun epistaksis.
g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus
meninggi prognosis jelek.
h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV
DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa
feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah
keganasan.
8. Komplikasi
Hematemesis melena dan koma hepatikum

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Aktivitas
Gejala :

Klien mengatakan mudah merasakan lelah,
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti
biasa

Tanda

:

Penurunan tonus otot
Malaise

2) Sirkulasi
Tanda

:

Adanya riwayat CHF, perikarditis, kanker
Hipertensi / hipotensi
Disritmia jantung
JVD, distensi vena di abdomen

3) Eliminasi
Gejala :

Klien mengatakan urinnya berwarna gelap
Klien mengatakan fesesnya bercampur darah

Tanda

:

Faltulen
Diare / konstipasi, pembesaran abdomen
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali)
Tidak ada bising usus
Melena
Urin berwarna gelap.
4) Makanan dan Cairan
Gejala :

Klien mengatakan tiada nafsu makan
Klien mengeluh merasa mual dan muntah
Klien mengatakan perasaan cepat penuh pada perutnya
Klien mengatakan perutnya kembung

Tanda

:

Penurunan berat badan
Nampak mual dan muntah
Perdarahan gusi
edema
pembengkakan abdomen

5) Neurosensori
Gejala :

Klien mengatakan sering mengantuk

Tanda

Depresi

:

Asterisis
Berbicara perlahan
Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :

Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya
Klien mengatakan kram pada daerah perutnya
Klien mengeluh sakit kepala
Klien mengeluh gatal pada seluruh badannya

Tanda

:

Abdominal tenderness
Pruritus
Ekspresi wajah meringis

7) Pernapasan
Gejala :

Klien mengeluh susah untuk bernapas

Tanda

Dispnoe

:

Takipnoe, pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat
8) Keamanan
Tanda

:

Eritema
Splenomegali

b. Pengelompokan Data
Data Subyektif
Klien mengeluh sesak napas
Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya
Klien mengatakan kram pada daerah perutnya
Klien mengeluh sakit kepala
Klien mengeluh gatal pada seluruh badannya
Klien mengatakan sering mengantuk
Klien mengatakan tiada nafsu makan
Klien mengeluh merasa mual dan muntah
Klien mengatakan urinnya berwarna gelap
Klien mengatakan fesesnya bercampur darah
Klien mengatakan mudah merasakan lelah
Klien mengeluh cepat terasa penuh pada perutnya
Klien mengatakan perutnya kembung
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa

Data Obyektif
Eritema
Splenomegali
Dispnoe
Takipnoe, pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat
Abdominal tenderness
Pruritus
Ekspresi wajah meringis
Depresi
Asterisis
Berbicara perlahan
Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma
Penurunan berat badan
Nampak mual dan muntah
Perdarahan gusi
Edema
Faltulen
Diare / konstipasi
pembesaran abdomen
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali)
Tidak ada bising usus
Melena
Adanya riwayat CHF, perikarditis, kanker
Hipertensi / hipotensi
Disritmia jantung
JVD, distensi vena di abdomen
Penurunan tonus otot
Malaise
c. Analisa Data
Data
1

Penyebab
2
Ds :
Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi
billier
Klien mengatakan mudah
↓
merasakan lelah
Kerusakan sel hepar
Klien mengatakan kurang
mampu melakukan aktivitas
Nekrosis hepatoseluler
seperti biasa
↓
Do :
Pembentukan jaringan parut
Penurunan tonus otot
↓
Malaise
Serosis hepatis
↓
Gangguan sirkulasi hepatic
↓

Masalah
3
Intoleransi
aktivitas
Tekanan hidrostatik vena porta
meningkat
↓
Ekstravasasi cairan ke rongga
intestinum
↓
Penimbunan cairan intra abdomen
↓
Asites
↓
Sesak
↓
Intoleransi aktivitas
Ds :
Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi
billier
Klien mengatakan tiada
↓
nafsu makan
Kerusakan sel hepar
Klien mengeluh merasa mual
↓
dan muntah
Nekrosis hepatoseluler
↓
Do :
Pembentukan jaringan parut
Penurunan berat badan
↓
Nampak mual dan muntah
Serosis hepatis
Tidak ada bising usus
↓
Gangguan sirkulasi hepatic
↓
Tekanan hidrostatik vena porta
meningkat
↓
Ekstravasasi cairan ke rongga
intestinum
↓
Penimbunan cairan intra abdomen
↓
Asites
↓
Distensi abdomen
↓
Penekanan pada lambung
↓
Terasa cepat penuh
↓
Anoreksia
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Ds :
Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi
billier
Klien mengatakan nyeri pada
↓
daerah perutnya
Kerusakan sel hepar
Klien mengatakan kram pada
↓
daerah perutnya
Merangsang ujung saraf mengeluarkan
Klien mengeluh sakit kepala
bradikinin, serotonin dan prostaglandin
↓
Do :
Impuls disampaikan ke SSP bagian
Ekspresi wajah meringis
korteks serebri
pembesaran abdomen
↓
Distensi
abdomen
Thalamus
(hepatomegali,
↓
splenomegali)
Nyeri dipersepsikan
Ds :
Klien mengeluh sesak napas
Do :
Dispnoe
Takipnoe
Pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat

Alkoholisme kronik, hepatitis,
obstruksi billier
↓
Kerusakan sel hepar
Nekrosis hepatoseluler
↓
Pembentukan jaringan parut
↓
Serosis hepatis
↓
Gangguan sirkulasi hepatic
↓
Tekanan hidrostatik vena porta
meningkat
↓
Ekstravasasi cairan ke rongga
intestinum
↓
Penimbunan cairan intra abdomen
↓
Asites
↓
Distensi abdomen
↓
Penekanan pada dinding diafragma
↓
Complain paru menurun
↓
Sesak
↓
Pola napas tak efektif

Nyeri

Pola napas tidak
efektif
d. Prioritas Masalah
1) Pola napaf tidak efektif
2) Nyeri
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari keb. Tubuh
4) Intoleransi aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan dinding diafragma ditandai
dengan :
Ds

:

Do :

Klien mengeluh sesak napas
Dispnoe
Takipnoe
Pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat

b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hepar ditandai dengan :
Ds

:

Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya
Klien mengatakan kram pada daerah perutnya
Klien mengeluh sakit kepala

Do :

Ekspresi wajah meringis
Urtikaria
Pembesaran nodus servikal posterior
Peningkatan oedema

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat ditandai dengan :
Ds

:

Klien mengatakan tiada nafsu makan
Klien mengeluh merasa mual dan muntah

Do :

Anoreksia
Berat badan menurun
Penurunan tonus otot
Malaise
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan :
Ds

:

Klien mengatakan mudah merasakan lelah
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa

Do :

Penurunan tonus otot
Malaise
Klien mengatakan sering mengantuk
Cenderung tidur
3. Rencana Keperawatan

Dx

Tujuan

1

Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
pola napas tidak efektif
teratasi

2

Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama beberapa hari
pola napas beransuransur normal dengan
criteria :
- Klien tidak sesak
- Frekuensi napas
normal
Tupan :
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan
nyeri teratasi
Tupen :
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan
selama beberapa hari

Rencana tindakan
Intervensi
Rasional
1. Pertahankan posisi tidur semi 1. Meningkatkan
inspirasi
fowler dengan miring kearah
maksimal,
mengurangi
yang terkena
penekanan pada sisi yang
normal, serta ekspansi paru
dan ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
2. Bimbing dan latih teknik nafas 2. Diharapkan sesak napas
dalam secara teratur, monitor
klien
berkurang
dan
dan catat TTV
perubahan kondisi klien
dapat terobservasi
3. Monitor fungsi pernapasan : 3. Perubahan dan peningkatan
cepat, dangkal, dyspneu dan
frekuensi pernapasan dapat
perkembangan dada
terobservasi
4. Berikan O2 BC sesuai program 4. Diharapkan
sesak
yaitu 3 liter/menit
berkurang dan kebutuhan
O2 terpenuhi
1. Kaji skala nyeri. Lokasi dan 1. Mengetahui skala nyeri
penyebarannya
yang
dirasakan
klien
sehingga perawat dapat
menentukan tindakan yang
tepat yang akan diberikan
selanjutnya
2. Berikan posisi yang nyaman 2. Posisi yang nyaman bagi
pada klien
klien membantu klien
untuk dapat beristrahat

Implementasi
1. Mempertahankan posisi tidur
semi fowler dengan miring
kearah yang terkena
2. Membimbing dan latih teknik
nafas dalam secara teratur,
monitor dan catat TTV
3. Memonitor fungsi pernapasan
: cepat, dangkal, dyspneu dan
perkembangan dada
4. Memberikan O2 BC sesuai
program yaitu 3 liter/menit

1. Mengkaji skala nyeri. Lokasi
dan penyebarannya

2. Memberikan posisi
nyaman pada klien

yang
nyeri
beransur-ansur 3. Ajarkan tehnik relaksasi dan
hilang dengan criteria :
tehnik distrasi kepada pasien
- Klien
tidak
mengeluh nyeri
- Ekspresi
wajah 4. Anjurkan
klien
untuk
tenang
beristrahat yang cukup
- Skala
nyeri
berkurang
5. Anjurkan pada keluarga klien
untuk
menciptakan
lingkungan yang tenang
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam
pemberian
obat
analgetik sesuai indikasi
3

Tupan :
1.
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan
kebutuhan
nutrisi 2.
terpenuhi
3.
Tupen :
Setelah
diberikan 4.
tindakan keperawatan
selama beberapa hari 5.
nutrisi beransur-ansur
terpenuhi
dengan
criteria :
6.
- Nafsu
makan
meningkat

3. Tehnik
relaksasi
dan
distrasi
membantu
mengalihkan
perhatian
klien dari rasa nyeri
4. Istrahat
yang
cukup
membantu mengurangi rasa
nyeri
5. Lingkungan yang tenang
membantu klien untuk
dapat beristrahat
6. Membantu menekan rasa
nyeri

3. Mengajarkan tehnik relaksasi
dan tehnik distrasi kepada
pasien

Pantau intake dan outpun 1. Mengetahui
jumlah
nutrisi klien
kebutuhan
klien
akan
nutrisi
Timbang berat badan klien
2. Mengetahui
kekurang
nutrisi klien
Auskultasi bising usus, palpasi 3. Mengetahui apakah ada
abdomen catat pasase flatus
kontraksi usus
Identifikan kesukaan dan 4. Menimbulkan nafsu makan
ketidaksukaan diet dari pasien
klien
Berikan makanan dalam porsi 5. Membantu
memenuhi
sedikit tapi sering dengan diet
kebutuhan nutrisi klien
lunak
Berikan
makanan
yang 6. Menambah nafsu makan
menarik dan masih dalam
klien
keadaan hangat

1. Memantau intake dan outpun
nutrisi klien
2. Menimbang berat badan klien
3. Auskultasi bising usus, palpasi
abdomen catat pasase flatus
4. Mengidentifikan kesukaan dan
ketidaksukaan diet dari pasien
5. Memberikan makanan dalam
porsi sedikit tapi sering
dengan diet lunak
6. Memberikan makanan yang
menarik dan masih dalam
keadaan hangat
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberikan nutrisi

4. Menganjurkan klien untuk
beristrahat yang cukup
5. Menganjurkan pada keluarga
klien untuk menciptakan
lingkungan yang tenang
6. Penatalaksanaan
dengan
dokter dalam pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
-

badan 7. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. Membantu
memenuhi
dalam pemberikan nutrisi
kekurangan nutrisi klien
makan
yang sesuai dengan kondisi
klien

yang sesuai dengan kondisi
klien

Tupan :
1. Jelaskan
sebab-sebab 1. Dengan penjelasan sebabSetelah
diberikan
keletihan individu
sebab
keletihan
maka
tindakan keperawatan
keadaan klien cenderung
intoleransi
aktivitas
lebih tenang
teratasi
2. Sarankan klien untuk tirah 2. Tirah
baring
akan
baring
meminimalkan energi yang
Tupen :
dikeluarkan
sehingga
Setelah
diberikan
metabolisme
dapat
tindakan keperawatan
digunakan
untuk
selama beberapa hari
penyembuhan penyakit.
klien
beransur-ansur 3. Bantu untuk belajar tentang 3. Memungkinkan klien dapat
keterampilan koping yang
dapat
melakukan
memprioritaskan kegiatanefektif (bersikap asertif, teknik
aktivitas seperti biasa
kegiatan
yang
sangat
relaksasi)
penting dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk
kegiatan
yang
kurang
penting
4. Analisa bersama-sama tingkat 4. Keletihan dapat segera
keletihan selama 24 jam
diminimalkan
dengan
meliputi waktu puncak energi,
mengurangi kegiatan yang
waktu kelelahan, aktivitas
dapat
menimbulkan
yang berhubungan dengan
keletihan
keletihan

1. Menjelaskan
sebab-sebab
keletihan individu

-

4

Berat
meningkat
Porsi
dihabiskan

2. Menyarankan klien untuk tirah
baring

3. Membantu
untuk
belajar
tentang keterampilan koping
yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi

4. Menganalisa
bersama-sama
tingkat keletihan selama 24
jam meliputi waktu puncak
energi,
waktu
kelelahan,
aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
5. Bantu
individu
untuk 5. Untuk
mengurangi 5. Membantu individu untuk
mengidentifikasi
kekuatankeletihan baik fisik maupun
mengidentifikasi
kekuatankekuatan,
kemampuanpsikologis
kekuatan,
kemampuankemampuan dan minat-minat
kemampuan dan minat-minat

More Related Content

What's hot (20)

Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)
Tatalaksana Gagal Jantung Akut  ( Acute Heart Failure Update)Tatalaksana Gagal Jantung Akut  ( Acute Heart Failure Update)
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)
 
Abses mamae
Abses mamaeAbses mamae
Abses mamae
 
Sindroma koroner akut
Sindroma koroner akutSindroma koroner akut
Sindroma koroner akut
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 
Lp stroke iwan
Lp stroke iwanLp stroke iwan
Lp stroke iwan
 
I. teori hipertensi
I. teori hipertensiI. teori hipertensi
I. teori hipertensi
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 
Askep batu empedu
Askep batu empeduAskep batu empedu
Askep batu empedu
 
Syok anafilaksis
Syok anafilaksisSyok anafilaksis
Syok anafilaksis
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
Presentasi kasus chf
Presentasi kasus chfPresentasi kasus chf
Presentasi kasus chf
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkg
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Ileus Obstruktif.pptx
Ileus Obstruktif.pptxIleus Obstruktif.pptx
Ileus Obstruktif.pptx
 
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation AbdominalperinealresectionCa recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
 
Intervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasiIntervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasi
 

Viewers also liked (13)

Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Ghidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publice
Ghidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publiceGhidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publice
Ghidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publice
 
Tinea corporis
Tinea corporisTinea corporis
Tinea corporis
 
Sap gagal ginjal
Sap gagal ginjalSap gagal ginjal
Sap gagal ginjal
 
Tinea kapitis
Tinea kapitisTinea kapitis
Tinea kapitis
 
Skabies
SkabiesSkabies
Skabies
 
Satpel gagal ginjal
Satpel gagal ginjalSatpel gagal ginjal
Satpel gagal ginjal
 
Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...
Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...
Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...
 
Урок №7.Прямоугольное проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...
Урок №7.Прямоугольное  проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...Урок №7.Прямоугольное  проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...
Урок №7.Прямоугольное проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Hoja de reflexión
Hoja de reflexiónHoja de reflexión
Hoja de reflexión
 

Similar to SEROSIS HAT

245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt
245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt
245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.pptAdheliaSya
 
tutorial-Sirosis hepatis
tutorial-Sirosis hepatistutorial-Sirosis hepatis
tutorial-Sirosis hepatisEma Wahyuni
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxBAksaSonita062
 
Obat alami penyakit sirosis hati
Obat alami penyakit sirosis hatiObat alami penyakit sirosis hati
Obat alami penyakit sirosis hatijenal sobari
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatisIrwan Syah
 
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisLaporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisNurhadijahgaffar
 
Kelompok 1 makalah
Kelompok 1 makalahKelompok 1 makalah
Kelompok 1 makalahtika putri
 
Bab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertensionBab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertensionLilik Supianti
 
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi. .
 
CSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptxCSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptxSitiHawa416858
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
pp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptx
pp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptxpp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptx
pp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptxPutriRiskiya
 

Similar to SEROSIS HAT (20)

245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt
245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt
245878517-71351879-ASKEP-SIROSIS-HEPATIS-ppt.ppt
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
tutorial-Sirosis hepatis
tutorial-Sirosis hepatistutorial-Sirosis hepatis
tutorial-Sirosis hepatis
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
Obat alami penyakit sirosis hati
Obat alami penyakit sirosis hatiObat alami penyakit sirosis hati
Obat alami penyakit sirosis hati
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatis
 
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisLaporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
 
Kelompok 1 makalah
Kelompok 1 makalahKelompok 1 makalah
Kelompok 1 makalah
 
Bab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertensionBab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertension
 
Askep GGA oleh herianto.pptx
Askep GGA oleh herianto.pptxAskep GGA oleh herianto.pptx
Askep GGA oleh herianto.pptx
 
Ileus
IleusIleus
Ileus
 
Ileus AKPER PEMKAB MUNA
Ileus AKPER PEMKAB MUNA Ileus AKPER PEMKAB MUNA
Ileus AKPER PEMKAB MUNA
 
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
 
CSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptxCSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptx
 
Askep sirosis
Askep sirosisAskep sirosis
Askep sirosis
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Atresia biliaris
Atresia biliarisAtresia biliaris
Atresia biliaris
 
pp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptx
pp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptxpp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptx
pp BEKAM UNTUK HEPATITIS.pptx
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

SEROSIS HAT

  • 1. SEROSIS HEPATIS A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001). 2. Klasifikasi Secara morfologi serosis dibagi atas jenis a. Mikronodular (portal) b. Makronodular (pascanekrotik) c. Jenis campuran. Sedangkan dalam klinik dikenal 3 jenis yaitu a. Portal b. Pascanekrotik c. Bilier. 3. Etiologi Ada 3 tipe sirosis hepatis :  Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.  Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.  Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
  • 2. 4. Patofisiologi Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama terjadinya sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun. Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas. 5. Manifestasi Klinis Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi Portal dan Asites. Semua darah dari organorgan digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja
  • 3. dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. 6. Penatalaksanaan medik a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam b. Diet rendah protein (diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2.000 kalori). Bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600 – 800 mg) atau III (1.000 – 2.000 mg). bila tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori c. Mengatasi infeksi dengan antibiotic. Diusahakan memakai obat yang jelas tidak hepatotoksik d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemeberian asam amino esensial berantai cabang dan glukosa
  • 4. e. Roboransia, vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung alcohol; Untuk penatalaksanaan asites dan edema adalah : a. Istrahat dan diet rendah garam b. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretic berupa spironolkton perhari dan dapat ditingkat c. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang intensif) d. Pengendalian cairan asites. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik. b. Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress. d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek. e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal. f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
  • 5. g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus meninggi prognosis jelek. h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan. 8. Komplikasi Hematemesis melena dan koma hepatikum B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Aktivitas Gejala : Klien mengatakan mudah merasakan lelah, Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa Tanda : Penurunan tonus otot Malaise 2) Sirkulasi Tanda : Adanya riwayat CHF, perikarditis, kanker Hipertensi / hipotensi Disritmia jantung JVD, distensi vena di abdomen 3) Eliminasi Gejala : Klien mengatakan urinnya berwarna gelap Klien mengatakan fesesnya bercampur darah Tanda : Faltulen Diare / konstipasi, pembesaran abdomen Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali) Tidak ada bising usus Melena
  • 6. Urin berwarna gelap. 4) Makanan dan Cairan Gejala : Klien mengatakan tiada nafsu makan Klien mengeluh merasa mual dan muntah Klien mengatakan perasaan cepat penuh pada perutnya Klien mengatakan perutnya kembung Tanda : Penurunan berat badan Nampak mual dan muntah Perdarahan gusi edema pembengkakan abdomen 5) Neurosensori Gejala : Klien mengatakan sering mengantuk Tanda Depresi : Asterisis Berbicara perlahan Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma 6) Nyeri / Kenyamanan Gejala : Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya Klien mengatakan kram pada daerah perutnya Klien mengeluh sakit kepala Klien mengeluh gatal pada seluruh badannya Tanda : Abdominal tenderness Pruritus Ekspresi wajah meringis 7) Pernapasan Gejala : Klien mengeluh susah untuk bernapas Tanda Dispnoe : Takipnoe, pernapasan dangkal Menurunnya ekspansi paru Frekuensi napas cepat
  • 7. 8) Keamanan Tanda : Eritema Splenomegali b. Pengelompokan Data Data Subyektif Klien mengeluh sesak napas Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya Klien mengatakan kram pada daerah perutnya Klien mengeluh sakit kepala Klien mengeluh gatal pada seluruh badannya Klien mengatakan sering mengantuk Klien mengatakan tiada nafsu makan Klien mengeluh merasa mual dan muntah Klien mengatakan urinnya berwarna gelap Klien mengatakan fesesnya bercampur darah Klien mengatakan mudah merasakan lelah Klien mengeluh cepat terasa penuh pada perutnya Klien mengatakan perutnya kembung Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa Data Obyektif Eritema Splenomegali Dispnoe Takipnoe, pernapasan dangkal Menurunnya ekspansi paru Frekuensi napas cepat Abdominal tenderness Pruritus Ekspresi wajah meringis Depresi
  • 8. Asterisis Berbicara perlahan Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma Penurunan berat badan Nampak mual dan muntah Perdarahan gusi Edema Faltulen Diare / konstipasi pembesaran abdomen Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali) Tidak ada bising usus Melena Adanya riwayat CHF, perikarditis, kanker Hipertensi / hipotensi Disritmia jantung JVD, distensi vena di abdomen Penurunan tonus otot Malaise c. Analisa Data Data 1 Penyebab 2 Ds : Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi billier Klien mengatakan mudah ↓ merasakan lelah Kerusakan sel hepar Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas Nekrosis hepatoseluler seperti biasa ↓ Do : Pembentukan jaringan parut Penurunan tonus otot ↓ Malaise Serosis hepatis ↓ Gangguan sirkulasi hepatic ↓ Masalah 3 Intoleransi aktivitas
  • 9. Tekanan hidrostatik vena porta meningkat ↓ Ekstravasasi cairan ke rongga intestinum ↓ Penimbunan cairan intra abdomen ↓ Asites ↓ Sesak ↓ Intoleransi aktivitas Ds : Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi billier Klien mengatakan tiada ↓ nafsu makan Kerusakan sel hepar Klien mengeluh merasa mual ↓ dan muntah Nekrosis hepatoseluler ↓ Do : Pembentukan jaringan parut Penurunan berat badan ↓ Nampak mual dan muntah Serosis hepatis Tidak ada bising usus ↓ Gangguan sirkulasi hepatic ↓ Tekanan hidrostatik vena porta meningkat ↓ Ekstravasasi cairan ke rongga intestinum ↓ Penimbunan cairan intra abdomen ↓ Asites ↓ Distensi abdomen ↓ Penekanan pada lambung ↓ Terasa cepat penuh ↓ Anoreksia ↓ Intake nutrisi kurang ↓ Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • 10. Ds : Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi billier Klien mengatakan nyeri pada ↓ daerah perutnya Kerusakan sel hepar Klien mengatakan kram pada ↓ daerah perutnya Merangsang ujung saraf mengeluarkan Klien mengeluh sakit kepala bradikinin, serotonin dan prostaglandin ↓ Do : Impuls disampaikan ke SSP bagian Ekspresi wajah meringis korteks serebri pembesaran abdomen ↓ Distensi abdomen Thalamus (hepatomegali, ↓ splenomegali) Nyeri dipersepsikan Ds : Klien mengeluh sesak napas Do : Dispnoe Takipnoe Pernapasan dangkal Menurunnya ekspansi paru Frekuensi napas cepat Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi billier ↓ Kerusakan sel hepar Nekrosis hepatoseluler ↓ Pembentukan jaringan parut ↓ Serosis hepatis ↓ Gangguan sirkulasi hepatic ↓ Tekanan hidrostatik vena porta meningkat ↓ Ekstravasasi cairan ke rongga intestinum ↓ Penimbunan cairan intra abdomen ↓ Asites ↓ Distensi abdomen ↓ Penekanan pada dinding diafragma ↓ Complain paru menurun ↓ Sesak ↓ Pola napas tak efektif Nyeri Pola napas tidak efektif
  • 11. d. Prioritas Masalah 1) Pola napaf tidak efektif 2) Nyeri 3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari keb. Tubuh 4) Intoleransi aktivitas 2. Diagnosa Keperawatan a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan dinding diafragma ditandai dengan : Ds : Do : Klien mengeluh sesak napas Dispnoe Takipnoe Pernapasan dangkal Menurunnya ekspansi paru Frekuensi napas cepat b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hepar ditandai dengan : Ds : Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya Klien mengatakan kram pada daerah perutnya Klien mengeluh sakit kepala Do : Ekspresi wajah meringis Urtikaria Pembesaran nodus servikal posterior Peningkatan oedema c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan : Ds : Klien mengatakan tiada nafsu makan Klien mengeluh merasa mual dan muntah Do : Anoreksia Berat badan menurun Penurunan tonus otot Malaise
  • 12. d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan : Ds : Klien mengatakan mudah merasakan lelah Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa Do : Penurunan tonus otot Malaise Klien mengatakan sering mengantuk Cenderung tidur
  • 13. 3. Rencana Keperawatan Dx Tujuan 1 Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan pola napas tidak efektif teratasi 2 Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari pola napas beransuransur normal dengan criteria : - Klien tidak sesak - Frekuensi napas normal Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan nyeri teratasi Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari Rencana tindakan Intervensi Rasional 1. Pertahankan posisi tidur semi 1. Meningkatkan inspirasi fowler dengan miring kearah maksimal, mengurangi yang terkena penekanan pada sisi yang normal, serta ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit. 2. Bimbing dan latih teknik nafas 2. Diharapkan sesak napas dalam secara teratur, monitor klien berkurang dan dan catat TTV perubahan kondisi klien dapat terobservasi 3. Monitor fungsi pernapasan : 3. Perubahan dan peningkatan cepat, dangkal, dyspneu dan frekuensi pernapasan dapat perkembangan dada terobservasi 4. Berikan O2 BC sesuai program 4. Diharapkan sesak yaitu 3 liter/menit berkurang dan kebutuhan O2 terpenuhi 1. Kaji skala nyeri. Lokasi dan 1. Mengetahui skala nyeri penyebarannya yang dirasakan klien sehingga perawat dapat menentukan tindakan yang tepat yang akan diberikan selanjutnya 2. Berikan posisi yang nyaman 2. Posisi yang nyaman bagi pada klien klien membantu klien untuk dapat beristrahat Implementasi 1. Mempertahankan posisi tidur semi fowler dengan miring kearah yang terkena 2. Membimbing dan latih teknik nafas dalam secara teratur, monitor dan catat TTV 3. Memonitor fungsi pernapasan : cepat, dangkal, dyspneu dan perkembangan dada 4. Memberikan O2 BC sesuai program yaitu 3 liter/menit 1. Mengkaji skala nyeri. Lokasi dan penyebarannya 2. Memberikan posisi nyaman pada klien yang
  • 14. nyeri beransur-ansur 3. Ajarkan tehnik relaksasi dan hilang dengan criteria : tehnik distrasi kepada pasien - Klien tidak mengeluh nyeri - Ekspresi wajah 4. Anjurkan klien untuk tenang beristrahat yang cukup - Skala nyeri berkurang 5. Anjurkan pada keluarga klien untuk menciptakan lingkungan yang tenang 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi 3 Tupan : 1. Setelah diberikan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi 2. terpenuhi 3. Tupen : Setelah diberikan 4. tindakan keperawatan selama beberapa hari 5. nutrisi beransur-ansur terpenuhi dengan criteria : 6. - Nafsu makan meningkat 3. Tehnik relaksasi dan distrasi membantu mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri 4. Istrahat yang cukup membantu mengurangi rasa nyeri 5. Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat 6. Membantu menekan rasa nyeri 3. Mengajarkan tehnik relaksasi dan tehnik distrasi kepada pasien Pantau intake dan outpun 1. Mengetahui jumlah nutrisi klien kebutuhan klien akan nutrisi Timbang berat badan klien 2. Mengetahui kekurang nutrisi klien Auskultasi bising usus, palpasi 3. Mengetahui apakah ada abdomen catat pasase flatus kontraksi usus Identifikan kesukaan dan 4. Menimbulkan nafsu makan ketidaksukaan diet dari pasien klien Berikan makanan dalam porsi 5. Membantu memenuhi sedikit tapi sering dengan diet kebutuhan nutrisi klien lunak Berikan makanan yang 6. Menambah nafsu makan menarik dan masih dalam klien keadaan hangat 1. Memantau intake dan outpun nutrisi klien 2. Menimbang berat badan klien 3. Auskultasi bising usus, palpasi abdomen catat pasase flatus 4. Mengidentifikan kesukaan dan ketidaksukaan diet dari pasien 5. Memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering dengan diet lunak 6. Memberikan makanan yang menarik dan masih dalam keadaan hangat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberikan nutrisi 4. Menganjurkan klien untuk beristrahat yang cukup 5. Menganjurkan pada keluarga klien untuk menciptakan lingkungan yang tenang 6. Penatalaksanaan dengan dokter dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi
  • 15. - badan 7. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. Membantu memenuhi dalam pemberikan nutrisi kekurangan nutrisi klien makan yang sesuai dengan kondisi klien yang sesuai dengan kondisi klien Tupan : 1. Jelaskan sebab-sebab 1. Dengan penjelasan sebabSetelah diberikan keletihan individu sebab keletihan maka tindakan keperawatan keadaan klien cenderung intoleransi aktivitas lebih tenang teratasi 2. Sarankan klien untuk tirah 2. Tirah baring akan baring meminimalkan energi yang Tupen : dikeluarkan sehingga Setelah diberikan metabolisme dapat tindakan keperawatan digunakan untuk selama beberapa hari penyembuhan penyakit. klien beransur-ansur 3. Bantu untuk belajar tentang 3. Memungkinkan klien dapat keterampilan koping yang dapat melakukan memprioritaskan kegiatanefektif (bersikap asertif, teknik aktivitas seperti biasa kegiatan yang sangat relaksasi) penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting 4. Analisa bersama-sama tingkat 4. Keletihan dapat segera keletihan selama 24 jam diminimalkan dengan meliputi waktu puncak energi, mengurangi kegiatan yang waktu kelelahan, aktivitas dapat menimbulkan yang berhubungan dengan keletihan keletihan 1. Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu - 4 Berat meningkat Porsi dihabiskan 2. Menyarankan klien untuk tirah baring 3. Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi 4. Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
  • 16. 5. Bantu individu untuk 5. Untuk mengurangi 5. Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatankeletihan baik fisik maupun mengidentifikasi kekuatankekuatan, kemampuanpsikologis kekuatan, kemampuankemampuan dan minat-minat kemampuan dan minat-minat