1. SEROSIS HEPATIS
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
2. Klasifikasi
Secara morfologi serosis dibagi atas jenis
a. Mikronodular (portal)
b. Makronodular (pascanekrotik)
c. Jenis campuran.
Sedangkan dalam klinik dikenal 3 jenis yaitu
a. Portal
b. Pascanekrotik
c. Bilier.
3. Etiologi
Ada 3 tipe sirosis hepatis :
Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
2. 4. Patofisiologi
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama terjadinya
sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat
menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada
individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal
tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali
lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui
jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih
tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
5. Manifestasi Klinis
Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang
intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati
cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan
teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi Portal dan Asites. Semua darah dari organorgan digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati
yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah
tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi
bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain,
kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja
3. dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis
atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan
asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang
cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri
superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat
melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises Gastrointestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan
distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen
(kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
pembentukan pembuluh darah kolateral.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan
perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui
perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Edema. Gejala
lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi
albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
6. Penatalaksanaan medik
a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
b. Diet rendah protein (diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2.000 kalori). Bila
ada asites diberikan diet rendah garam II (600 – 800 mg) atau III (1.000 – 2.000 mg).
bila tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotic. Diusahakan memakai obat yang jelas tidak
hepatotoksik
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemeberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa
4. e. Roboransia, vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alcohol;
Untuk penatalaksanaan asites dan edema adalah :
a. Istrahat dan diet rendah garam
b. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretic
berupa spironolkton perhari dan dapat ditingkat
c. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif)
d. Pengendalian cairan asites.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan
leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai
prognosis yang kurang baik.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat
kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT
tidak meningkat pada sirosis inaktif
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan
prognasis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam
diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah
terjadi sindrom hepatorenal.
f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati.
Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises
esophagus, gusi maupun epistaksis.
5. g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus
meninggi prognosis jelek.
h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV
DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa
feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah
keganasan.
8. Komplikasi
Hematemesis melena dan koma hepatikum
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Aktivitas
Gejala :
Klien mengatakan mudah merasakan lelah,
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti
biasa
Tanda
:
Penurunan tonus otot
Malaise
2) Sirkulasi
Tanda
:
Adanya riwayat CHF, perikarditis, kanker
Hipertensi / hipotensi
Disritmia jantung
JVD, distensi vena di abdomen
3) Eliminasi
Gejala :
Klien mengatakan urinnya berwarna gelap
Klien mengatakan fesesnya bercampur darah
Tanda
:
Faltulen
Diare / konstipasi, pembesaran abdomen
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali)
Tidak ada bising usus
Melena
6. Urin berwarna gelap.
4) Makanan dan Cairan
Gejala :
Klien mengatakan tiada nafsu makan
Klien mengeluh merasa mual dan muntah
Klien mengatakan perasaan cepat penuh pada perutnya
Klien mengatakan perutnya kembung
Tanda
:
Penurunan berat badan
Nampak mual dan muntah
Perdarahan gusi
edema
pembengkakan abdomen
5) Neurosensori
Gejala :
Klien mengatakan sering mengantuk
Tanda
Depresi
:
Asterisis
Berbicara perlahan
Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya
Klien mengatakan kram pada daerah perutnya
Klien mengeluh sakit kepala
Klien mengeluh gatal pada seluruh badannya
Tanda
:
Abdominal tenderness
Pruritus
Ekspresi wajah meringis
7) Pernapasan
Gejala :
Klien mengeluh susah untuk bernapas
Tanda
Dispnoe
:
Takipnoe, pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat
7. 8) Keamanan
Tanda
:
Eritema
Splenomegali
b. Pengelompokan Data
Data Subyektif
Klien mengeluh sesak napas
Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya
Klien mengatakan kram pada daerah perutnya
Klien mengeluh sakit kepala
Klien mengeluh gatal pada seluruh badannya
Klien mengatakan sering mengantuk
Klien mengatakan tiada nafsu makan
Klien mengeluh merasa mual dan muntah
Klien mengatakan urinnya berwarna gelap
Klien mengatakan fesesnya bercampur darah
Klien mengatakan mudah merasakan lelah
Klien mengeluh cepat terasa penuh pada perutnya
Klien mengatakan perutnya kembung
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa
Data Obyektif
Eritema
Splenomegali
Dispnoe
Takipnoe, pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat
Abdominal tenderness
Pruritus
Ekspresi wajah meringis
Depresi
8. Asterisis
Berbicara perlahan
Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma
Penurunan berat badan
Nampak mual dan muntah
Perdarahan gusi
Edema
Faltulen
Diare / konstipasi
pembesaran abdomen
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali)
Tidak ada bising usus
Melena
Adanya riwayat CHF, perikarditis, kanker
Hipertensi / hipotensi
Disritmia jantung
JVD, distensi vena di abdomen
Penurunan tonus otot
Malaise
c. Analisa Data
Data
1
Penyebab
2
Ds :
Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi
billier
Klien mengatakan mudah
↓
merasakan lelah
Kerusakan sel hepar
Klien mengatakan kurang
mampu melakukan aktivitas
Nekrosis hepatoseluler
seperti biasa
↓
Do :
Pembentukan jaringan parut
Penurunan tonus otot
↓
Malaise
Serosis hepatis
↓
Gangguan sirkulasi hepatic
↓
Masalah
3
Intoleransi
aktivitas
9. Tekanan hidrostatik vena porta
meningkat
↓
Ekstravasasi cairan ke rongga
intestinum
↓
Penimbunan cairan intra abdomen
↓
Asites
↓
Sesak
↓
Intoleransi aktivitas
Ds :
Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi
billier
Klien mengatakan tiada
↓
nafsu makan
Kerusakan sel hepar
Klien mengeluh merasa mual
↓
dan muntah
Nekrosis hepatoseluler
↓
Do :
Pembentukan jaringan parut
Penurunan berat badan
↓
Nampak mual dan muntah
Serosis hepatis
Tidak ada bising usus
↓
Gangguan sirkulasi hepatic
↓
Tekanan hidrostatik vena porta
meningkat
↓
Ekstravasasi cairan ke rongga
intestinum
↓
Penimbunan cairan intra abdomen
↓
Asites
↓
Distensi abdomen
↓
Penekanan pada lambung
↓
Terasa cepat penuh
↓
Anoreksia
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
10. Ds :
Alkoholisme kronik, hepatitis, obstruksi
billier
Klien mengatakan nyeri pada
↓
daerah perutnya
Kerusakan sel hepar
Klien mengatakan kram pada
↓
daerah perutnya
Merangsang ujung saraf mengeluarkan
Klien mengeluh sakit kepala
bradikinin, serotonin dan prostaglandin
↓
Do :
Impuls disampaikan ke SSP bagian
Ekspresi wajah meringis
korteks serebri
pembesaran abdomen
↓
Distensi
abdomen
Thalamus
(hepatomegali,
↓
splenomegali)
Nyeri dipersepsikan
Ds :
Klien mengeluh sesak napas
Do :
Dispnoe
Takipnoe
Pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat
Alkoholisme kronik, hepatitis,
obstruksi billier
↓
Kerusakan sel hepar
Nekrosis hepatoseluler
↓
Pembentukan jaringan parut
↓
Serosis hepatis
↓
Gangguan sirkulasi hepatic
↓
Tekanan hidrostatik vena porta
meningkat
↓
Ekstravasasi cairan ke rongga
intestinum
↓
Penimbunan cairan intra abdomen
↓
Asites
↓
Distensi abdomen
↓
Penekanan pada dinding diafragma
↓
Complain paru menurun
↓
Sesak
↓
Pola napas tak efektif
Nyeri
Pola napas tidak
efektif
11. d. Prioritas Masalah
1) Pola napaf tidak efektif
2) Nyeri
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari keb. Tubuh
4) Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan dinding diafragma ditandai
dengan :
Ds
:
Do :
Klien mengeluh sesak napas
Dispnoe
Takipnoe
Pernapasan dangkal
Menurunnya ekspansi paru
Frekuensi napas cepat
b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hepar ditandai dengan :
Ds
:
Klien mengatakan nyeri pada daerah perutnya
Klien mengatakan kram pada daerah perutnya
Klien mengeluh sakit kepala
Do :
Ekspresi wajah meringis
Urtikaria
Pembesaran nodus servikal posterior
Peningkatan oedema
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat ditandai dengan :
Ds
:
Klien mengatakan tiada nafsu makan
Klien mengeluh merasa mual dan muntah
Do :
Anoreksia
Berat badan menurun
Penurunan tonus otot
Malaise
12. d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan :
Ds
:
Klien mengatakan mudah merasakan lelah
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti biasa
Do :
Penurunan tonus otot
Malaise
Klien mengatakan sering mengantuk
Cenderung tidur
13. 3. Rencana Keperawatan
Dx
Tujuan
1
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
pola napas tidak efektif
teratasi
2
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama beberapa hari
pola napas beransuransur normal dengan
criteria :
- Klien tidak sesak
- Frekuensi napas
normal
Tupan :
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan
nyeri teratasi
Tupen :
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan
selama beberapa hari
Rencana tindakan
Intervensi
Rasional
1. Pertahankan posisi tidur semi 1. Meningkatkan
inspirasi
fowler dengan miring kearah
maksimal,
mengurangi
yang terkena
penekanan pada sisi yang
normal, serta ekspansi paru
dan ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
2. Bimbing dan latih teknik nafas 2. Diharapkan sesak napas
dalam secara teratur, monitor
klien
berkurang
dan
dan catat TTV
perubahan kondisi klien
dapat terobservasi
3. Monitor fungsi pernapasan : 3. Perubahan dan peningkatan
cepat, dangkal, dyspneu dan
frekuensi pernapasan dapat
perkembangan dada
terobservasi
4. Berikan O2 BC sesuai program 4. Diharapkan
sesak
yaitu 3 liter/menit
berkurang dan kebutuhan
O2 terpenuhi
1. Kaji skala nyeri. Lokasi dan 1. Mengetahui skala nyeri
penyebarannya
yang
dirasakan
klien
sehingga perawat dapat
menentukan tindakan yang
tepat yang akan diberikan
selanjutnya
2. Berikan posisi yang nyaman 2. Posisi yang nyaman bagi
pada klien
klien membantu klien
untuk dapat beristrahat
Implementasi
1. Mempertahankan posisi tidur
semi fowler dengan miring
kearah yang terkena
2. Membimbing dan latih teknik
nafas dalam secara teratur,
monitor dan catat TTV
3. Memonitor fungsi pernapasan
: cepat, dangkal, dyspneu dan
perkembangan dada
4. Memberikan O2 BC sesuai
program yaitu 3 liter/menit
1. Mengkaji skala nyeri. Lokasi
dan penyebarannya
2. Memberikan posisi
nyaman pada klien
yang
14. nyeri
beransur-ansur 3. Ajarkan tehnik relaksasi dan
hilang dengan criteria :
tehnik distrasi kepada pasien
- Klien
tidak
mengeluh nyeri
- Ekspresi
wajah 4. Anjurkan
klien
untuk
tenang
beristrahat yang cukup
- Skala
nyeri
berkurang
5. Anjurkan pada keluarga klien
untuk
menciptakan
lingkungan yang tenang
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam
pemberian
obat
analgetik sesuai indikasi
3
Tupan :
1.
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan
kebutuhan
nutrisi 2.
terpenuhi
3.
Tupen :
Setelah
diberikan 4.
tindakan keperawatan
selama beberapa hari 5.
nutrisi beransur-ansur
terpenuhi
dengan
criteria :
6.
- Nafsu
makan
meningkat
3. Tehnik
relaksasi
dan
distrasi
membantu
mengalihkan
perhatian
klien dari rasa nyeri
4. Istrahat
yang
cukup
membantu mengurangi rasa
nyeri
5. Lingkungan yang tenang
membantu klien untuk
dapat beristrahat
6. Membantu menekan rasa
nyeri
3. Mengajarkan tehnik relaksasi
dan tehnik distrasi kepada
pasien
Pantau intake dan outpun 1. Mengetahui
jumlah
nutrisi klien
kebutuhan
klien
akan
nutrisi
Timbang berat badan klien
2. Mengetahui
kekurang
nutrisi klien
Auskultasi bising usus, palpasi 3. Mengetahui apakah ada
abdomen catat pasase flatus
kontraksi usus
Identifikan kesukaan dan 4. Menimbulkan nafsu makan
ketidaksukaan diet dari pasien
klien
Berikan makanan dalam porsi 5. Membantu
memenuhi
sedikit tapi sering dengan diet
kebutuhan nutrisi klien
lunak
Berikan
makanan
yang 6. Menambah nafsu makan
menarik dan masih dalam
klien
keadaan hangat
1. Memantau intake dan outpun
nutrisi klien
2. Menimbang berat badan klien
3. Auskultasi bising usus, palpasi
abdomen catat pasase flatus
4. Mengidentifikan kesukaan dan
ketidaksukaan diet dari pasien
5. Memberikan makanan dalam
porsi sedikit tapi sering
dengan diet lunak
6. Memberikan makanan yang
menarik dan masih dalam
keadaan hangat
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberikan nutrisi
4. Menganjurkan klien untuk
beristrahat yang cukup
5. Menganjurkan pada keluarga
klien untuk menciptakan
lingkungan yang tenang
6. Penatalaksanaan
dengan
dokter dalam pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
15. -
badan 7. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. Membantu
memenuhi
dalam pemberikan nutrisi
kekurangan nutrisi klien
makan
yang sesuai dengan kondisi
klien
yang sesuai dengan kondisi
klien
Tupan :
1. Jelaskan
sebab-sebab 1. Dengan penjelasan sebabSetelah
diberikan
keletihan individu
sebab
keletihan
maka
tindakan keperawatan
keadaan klien cenderung
intoleransi
aktivitas
lebih tenang
teratasi
2. Sarankan klien untuk tirah 2. Tirah
baring
akan
baring
meminimalkan energi yang
Tupen :
dikeluarkan
sehingga
Setelah
diberikan
metabolisme
dapat
tindakan keperawatan
digunakan
untuk
selama beberapa hari
penyembuhan penyakit.
klien
beransur-ansur 3. Bantu untuk belajar tentang 3. Memungkinkan klien dapat
keterampilan koping yang
dapat
melakukan
memprioritaskan kegiatanefektif (bersikap asertif, teknik
aktivitas seperti biasa
kegiatan
yang
sangat
relaksasi)
penting dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk
kegiatan
yang
kurang
penting
4. Analisa bersama-sama tingkat 4. Keletihan dapat segera
keletihan selama 24 jam
diminimalkan
dengan
meliputi waktu puncak energi,
mengurangi kegiatan yang
waktu kelelahan, aktivitas
dapat
menimbulkan
yang berhubungan dengan
keletihan
keletihan
1. Menjelaskan
sebab-sebab
keletihan individu
-
4
Berat
meningkat
Porsi
dihabiskan
2. Menyarankan klien untuk tirah
baring
3. Membantu
untuk
belajar
tentang keterampilan koping
yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi
4. Menganalisa
bersama-sama
tingkat keletihan selama 24
jam meliputi waktu puncak
energi,
waktu
kelelahan,
aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
16. 5. Bantu
individu
untuk 5. Untuk
mengurangi 5. Membantu individu untuk
mengidentifikasi
kekuatankeletihan baik fisik maupun
mengidentifikasi
kekuatankekuatan,
kemampuanpsikologis
kekuatan,
kemampuankemampuan dan minat-minat
kemampuan dan minat-minat