Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 1 SD tentang subtema kegiatan pagi hari dengan menerapkan model pembelajaran student facilitator and explaining.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penerapan model tersebut, minat belajar siswa meningkat dari 17% menjadi 91% dan hasil belajar meningkat dari 13% menjadi 91%.
3. Penelit
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Ma’arif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
LK 3.1 Menyusun Best Practices Dra Retmaneli.pdfretmaneli33
Berikut ini adalah best practice yang saya lakukan. Dari hasil perbaikan tersebut, pembelajaran yang dilakukan sudah berjalan dengan efektif dibuktikan dengan keterlibatan peserta didik yang aktif selama pembelajaran, peserta didik lebih semangat dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan diskusi mengerjakan durasi dan waktu, pembelajaran menjadi lebih konkret karena media pembelajaran yang digunakan mudah dipahami peserta didik.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/b
1. UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR TEMATIK
SUBTEMA KEGIATAN PAGI HARI DENGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
DI KELAS I SDN PANIMBANG 04 SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SUCIATI, S.Pd.SD
SD NEGERI PANIMBANG 04
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan model pembelajaran student facilitator
and explaining dalam kegiatan pembelajaran Tematik sebagai upaya untuk meningkatkan minat
dan hasil belajar Tematik subtema kegiatan pagi hari. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti
melakukan penelitian di SD Negeri Panimbang 04. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I
yang berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan. Setiap siklus melalui empat tahapan
kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian kemudian
dianalisis untuk menentukan hasil belajar siswa yang tuntas/belum tuntas dan siswa aktif/belum
aktif. Kriteria keberhasilan dari penelitian ini adalah minimal 80% siswa kelas mendapatkan
nilai minimal 75 sedangkan untuk minat belajar minimal 80% siswa aktif dengan mendapatkan
nilai minat minimal 75. Pada pra siklus, jumlah siswa yang terlihat memiliki minat terhadap
pembelajaran tematik subtema kegiatan pagi hari hanya 4 siswa (17%) dengan hasil belajar
siswa hanya 13%. Pada siklus I, setelah penerapan model pembelajaran student facilitator and
explaining, minat belajar siswa meningkat menjadi 57% dengan hasil belajar siswa 48%. Pada
siklus II, minat belajar siswa mencapai 91% dengan hasil belajar siswa mencapai 91%. Hasil
ini menunjukkan penelitian berhasil karena telah melebihi kriteria keberhasilan yaitu minimal
80% siswa kelas I tuntas belajar dan aktif selama pembelajaran. Dengan hasil tersebut, ditarik
simpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran student facilitator and explaining
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Tematik subtema kegiatan pagi hari di kelas I SD
Negeri Panimbang 04.
Kata Kunci: hasil belajar, minat, student facilitator and explaining.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran tematik diartikan
sebagai pembelajaran yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Keterpaduanpembelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses, aspek kurikulum, dan
aspek pelaksanaan pembelajaran. Salah satu
upaya yang tepat untuk melaksanakan
pembelajaran yang menggunakan
keterpaduan pembelajaran di sekolah dasar
2. adalah dengan melaksanakan pembelajaran
tematik.
Dalam kenyataan dunia pendidikan,
sering kita temui beberapa masalah. Salah
satu masalah yang peneliti temui adalah
pada siswa kelas I SDN Panimbang 04
Kecamatan Cimanggu pada pembelajaran
mata pelajaran Matematika. Banyak siswa
yang belum berminat dalam pembelajaran
tematik, mereka masih bermalas-malasan
selama pelajaran berlangsung. Dari
kenyataan tersebut, berdampak pada hasil
belajar siswa yang masih rendah. Dalam
proses pembelajaran, guru memang
mendominasi dengan metode ceramah.
Akibatnya, siswa cenderung pasif menerima
informasi dari guru. Belum terlihat adanya
komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa maupun siswa dengan siswa. Kondisi
seperti ini membuat pembelajaran terkesan
membosankan baik bagi siswa maupun guru.
Penerapan metode ceramah yang monoton
membuat siswa benar-benar bosan. Hal ini
terlihat dari sikap siswa selama pelajaran.
Sepintas peneliti melihat ada anak yang
benar-benar tidak mendengarkan penjelasan
dari guru, sebagian anak memperhatikan
namun dengan tatapan kosong. Selain itu,
beberapa anak bahkan mengantuk selama
pembelajaran berlangsung. Hal ini tentu
memperihatinkan bagi guru. Siswa kelas I
SD Negeri Panimbang 04 belum memiliki
minat untuk belajar. Hal ini dapat dilihat
dari hasil observasi yaitu dari 23 siswa kelas
I SD Negeri Panimbang 04 hanya ada 3
siswa yang mendapatkan nilai lebih atau
sama dengan 70. Berarti ketidaktuntasan
belajar siswa mencapai 83%.
Identifikasi Masalah
Hasil identifikasi masalah penelitian
ini sebagai berikut. (1) Siswa masih malas
belajar, (2) rendahnya hasil belajar siswa,
karena guru masih menggunakan metode
pembelajaran yang konvensional dan belum
menggunaan media pembelajaran yang
tepat, (3) siswa kurang aktif dalam
pembelajaran sehingga proses pembelajaran
terkesan monoton dan membosankan, (4)
penerapan metode ceramah yang
mendominasi pembelajaran, dan (5)
3. rendahnya minat siswa terhadap pelajaran
tematik.
Setelah penyebab permasalahan
teridentifikasi, kemudian peneliti
mengadakan diskusi dengan teman sejawat
menganalisa penyebab ketidakberhasilan
pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran
tematik tentang kegiatan pagi hari. Atas
dasar hal tersebut, maka peneliti
memprioritaskan pemecahan masalah yaitu:
(1) rendahnya minat belajar siswa pada
kegiatan pagi hari dan (2) rendahnya hasil
belajar siswa pada kegiatan pagi hari.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut. (1)
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran
student facilitator and explaining pada
pembelajaran tematik subtema kegiatan pagi
hari di kelas I SD Negeri Panimbang 04
semester I tahun pelajaran 2017/2018? (2)
Bagaimana perubahan minat belajar tematik
subtema kegiatan pagi hari setelah
diterapkan model pembelajaran student
facilitator and explaining pada siswa kelas I
SD Negeri Panimbang 04 semester I tahun
pelajaran 2017/2018? (3) Bagaimana
peningkatan hasil belajar tematik subtema
kegiatan pagi hari setelah diterapkan model
pembelajaran student facilitator and
explaining pada siswa kelas I SD Negeri
Panimbang 04 semester I tahun pelajaran
2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini
sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan
pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining pada pembelajaran
tematik subtema kegiatan pagi hari di kelas I
SD Negeri Panimbang 04 semester I tahun
pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan
perubahan minat belajar tematik subtema
kegiatan pagi hari setelah diterapkan model
pembelajaran student facilitator and
explaining pada siswa kelas I SD Negeri
Panimbang 04 semester I tahun pelajaran
2017/2018. (4) Mendeskripsikan
4. peningkatan hasil belajar tematik subtema
kegiatan pagi hari setelah diterapkan model
pembelajaran student facilitator and
explaining pada siswa kelas I SD Negeri
Panimbang 04 semester I tahun pelajaran
2017/2018.
Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini
diharapkan memberikan manfaat yaitu
sebagai berikut. (1) Meningkatnya minat
siswa terhadap pembelajaran tematik. (2)
Meningkatnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik. (3) Meningkatkan
keterampilan guru dalam menyusun
kerangka pembelajaran. (4) Meningkatkan
kualitas penyajian pembelajaran di kelas
hingga lebih mengaktifkan dan memotivasi
siswa. (5) Menumbuhkan kerja sama yang
positif antar guru untuk meningkatkan
kualitas dan mutu pembelajaran. (6) Hasil
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan
dapat memberi konstribusi yang tepat untuk
sekolah itu sendiri, dalam rangka perbaikan
pembelajaran tematik pada khususnya, serta
kemajuan program sekolah pada umunya.
KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Student Facilitator
and Explaining
Menurut Trianto (2010), model
pembelajaran student facilitator and
explaining merupakan salah satu dari tipe
model pembelajaran kooperatif. Di dalam
kelas kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat
tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin,
suku/ras, dan satu sama lain saling
membantu. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk
dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar mengajar.
Langkah-Langkah Penerapan Model
Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkah model
pembelajaran student facilitator and
explaining sebagai berikut. (1) Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai. (2) Guru mendemonstrasikan atau
menyajikan garis-garis besar materi
5. pembelajaran. (3) Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya
melalui bagan atau peta konsep hal ini dapat
dilakukan secara bergiliran atau acak. (4)
Guru menyimpulkan ide atau pendapat
siswa. (5) Guru menerangkan semua materi
yang disajikan saat itu. (6) Penutup.
Kelebihan dan Kelemahan Model Student
Facilitator and Explaining
Kelebihan Model student facilitator
and explaining adalah: (1) membuat materi
yang disampaikan lebih jelas dan konkret,
(2) meningkatkan daya ingat atau daya serap
siswa karena pembelajaran yang dilakukan
dengan demonstrasi, (3) melatih siswa untuk
menjadi guru, karena siswa diberi
kesempatan untuk mengulangi penjelasan
guru yang telah di dengar, (4) memacu
motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik
dalam menjelaskan materi ajar, dan (5)
mengetahui kemampuan siswa dalam
menyampaikan ide atau gagasan atau
pendapat.
Kelemahan Model student facilitator
and explaining, yaitu: (1) siswa pemalu
sering kali sulit untuk mendemonstrasikan
apa yang diperintahkan oleh guru, (2) tidak
semua siswa memiliki kesempatan yang
sama untuk melakukannya (menjelaskan
kembali kepada teman-temannya karena
keterbatasan waktu pembelajaran), (3)
adanya pendapat yang sama sehingga hanya
sebagian saja yang tampil, dan (4) tidak
mudah bagi siswa untuk membuat peta
konsep atau menerangkan materi ajar secara
ringkas.
Hasil Belajar Siswa
Menurut Hamalik (2007:30)
memberikan pengertian tentang hasil belajar
adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang dapat diamati
dan diukur bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi
tahu.
6. Hasil belajar dapat diartikan sebagai
hasil maksimum yang telah dicapai oleh
siswa setelah mengalami proses belajar
mengajar dalam mempelajari materi
pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak
hanya nilai saja, akan tetapi dapat
merupakan perubahan atau peningkatan
sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan,
ketabahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan, dan lain sebagainya yang
menuju pada perubahan positif.
Minat Belajar
Minat merupakan masalah yang
paling penting di dalam pendidikan, apalagi
bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang
dalam kehidupan seharihari. Minat yang ada
pada diri seseorang akan memberi gambaran
dalam aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan. Minat merupakan suatu keinginan
yang dimiliki oleh seseorang secara sadar.
Minat tersebut mendorong seseorang untuk
memperoleh subyek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan
perhatian ataupun pencapaian yang
diinginkan oleh oleh seseorang tersebut.
Minat juga berkaitan dengan
perasaan seseorang tentang suka atau senang
terhadap suatu objek atau aktivitas. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat atau
keinginan adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu (WJS
Poerwadarminto, 1984:1134).
Kerangka berpikir
Pada kondisi awal hasil belajar mata
pelajaran tematik subtema kegiatan pagi hari
pada siswa kelas I SD Negeri Panimbang 04
Kecamatan Cimanggu masih rendah, hal
tersebut disebabkan oleh guru dalam
melakukan pembelajaran masih bersifat
konvensional, artinya walaupun guru sudah
menggunakan model pembelajaran yang
tepat, tetapi belum memanfaatkan media
pembelajaran secara maksimal sehingga
pembelajaran yang dilakukan kurang
bermakna (menarik minat belajar peserta
didik dan belum menimbulkan kesan bagi
siswa).
Untuk mengatasi hal tesebut
diperlukan sebuah penanggulangan yang
tepat. Adapun alternatif untuk mengatasi
7. masalah-masalah tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran yang
variatif dan inovatif. Dalam penelitian ini,
peneliti memilih menerapkan model
pembelajaran student facilitator and
explaining sebagai alternatif dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
tematik subtema kegiatan pagi hari.
Penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining ini akan
meningkatkan minat dan hasil belajar mata
pelajaran tematik subtema kegiatan pagi
hari. Model pembelajaran student facilitator
and explaining ini akan diterapkan pada
siklus I dan siklus II melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di
atas, maka peneliti membuat suatu hipotesis
tindakan sebagai berikut. (1) Penerapan
model pembelajaran student facilitator and
explaining dapat meningkatkan minat
belajar siswa kelas I SD Negeri Panimbang
04 pada pembelajaran tematik subtema
kegiatan pagi hari. (2) Penerapan Model
Pembelajaran student facilitator and
explaining dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas I SD Negeri Panimbang 04 pada
pembelajaran tematik subtema kegiatan pagi
hari.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri Panimbang 04 Kecamatan Cimanggu
beralamat di Desa Panimbang Kecamatan
Cimanggu Kabupaten Cilacap tempat
peneliti ditugaskan.
Penelitian ini dilaksanakan pada
kelas I semester I tahun pelajaran
2017/2018, mulai bulan Agustus 2017
sampai bulan Oktober 2017. Berikut rincian
pelaksanaan perbaikan pembelajaran tiap
siklunya.
Metode dan Rancangan Penelitian
Tindakan yang dilaksanakan dalam
kegiatan ini sebanyak 2 (dua) siklus. Setiap
siklus prosedur atau langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam penelitan ini terdiri
8. dari empat komponen kegiatan pokok yaitu,
(1) perencanaan atau planning, (2) tindakan
atau action, (3) pengamatan atau
observasing, (4) refleksi atau reflecting.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa
kelas I SD Negeri Panimbang 04 Kecamatan
Cimanggu dengan jumlah 23 siswa yang
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Semua siswa dijadikan subjek
penelitian untuk diukur tingkat minat dan
hasil belajaranya dalam pembelajaran
tematik subtema kegiatan pagi hari.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data
kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:
(1) dData hasil belajar/tes formatif dan (2)
data keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan kegiatan.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan melalui tes,
observasi, dan dokumentasi. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes
praktik, dialog, dan tertulis pada
pembelajaran tematik subtema kegiatan pagi
hari. Dalam penelitian ini hal-hal yang
diamati adalah minat belajar siswa dalam
kerja kelompok dengan penerapan student
facilitator and expalining untuk menunjang
pemahaman pembelajaran tematik subtema
kegiatan pagi hari. Dalam penelitian ini
dokumen yang diteliti adalah gambar
pelaksanaan kegiatan masing-masing siklus.
Selain itu. juga hasil karya siswa dari
masing-masing kelompok.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis deskriptif komparatif digunakan
untuk menganalisis hasil belajar dengan cara
membandingkan tes antar siklus dan
indikator kinerja. Sedangkan data hasil
observasi dianalisis dengan analisis
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dan refleksi.
Data yang sudah dikumpulkan
kemudian dianalisis menggunakan analisis
kuantitatif dan kualitatif. Terhadap
perolehan hasil tes formatif dianalisis secara
kuantitatif dengan memberikan nilai pada
9. hasil belajar siswa. Data-data tersebut
dianalisis mulai dari pra siklus, siklus
pertama, dan siklus kedua untuk
dibandingkan dengan teknik deskriptif
presentase. Hasil perhitungan
dikonsultasikan dengan kriteria
keberhasilan, untuk mengetahui tuntas atau
belum tuntas.
Hasil observasi dianalisis
menggunakan teknik deskriptif kualitatif
yang digambarkan dengan kata-kata atau
kalimat, sedangkan data kuantitatif
digambarkan dengan grafik yang dipisah-
pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh simpulan.
Validasi Data
Data yang dikumpulkan kemudian
dianalisis. Data yang dianalisis tersebut
merupakan data yang teruji kevalidannya. Hal
ini untuk menjaga keabsahan data tersebut.
Ketuntasan belajar siswa dinilai dari hasil tes
formatif tiap siklusnya pada pertemuan kedua.
Hasil tersebut benar-benar hasil pekerjaan siswa
tanpa rekayasa.
Data yang diperoleh selama penelitian
benar-benar data yang sifatnya objektif hasil
pekerjaan siswa. Sehingga hasil penelitian tidak
diragukan.
Indikator Kinerja dan Kriteria
Keberhasilan
Indikator dan kriteria keberhasilan
Penelitan Tindakan Kelas ditentukan oleh
hasil belajar dan minat siswa sebagai
berikut. (1) Penelitian dinyatakan berhasil,
jika hasil belajar siswa minimal 80% dari
jumlah siswa kelas I. Siswa dinyatakan
tuntas jika mendapatkan nilai minimal 75.
(2) Penelitian dinyatakan berhasil, jika minat
belajar siswa minimal 80% dari jumlah
siswa kelas I. Siswa dinyatakan tuntas jika
mendapatkan nilai minimal 75.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pembahasan dan Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini
merujuk pada dua fokus penelitian yaitu
minat dan hasil belajar tematik subtema
kegiatan pagi hari. Dalam upaya
meningkatkan minat dan hasil belajar
tematik subtema kegiatan pagi hari, peneliti
menerapkan model pembelajaran student
10. facilitator and expalining. Pemilihan model
tersebut terbukti tepat dalam meningkatkan
minat dan hasil belajar tematik subtema
kegiatan pagi hari. Berikut tabel rekapitulasi
minat dan hasil belajar pra siklus, siklus I,
dan siklus II.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Minat dan Hasil
Belajar Siswa
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Siklus
Frekuensi
Minat
%
Frekuensi
Ketuntasan
%
1 Pra Siklus 4 17% 3 13%
2 Siklus I 13 57% 11 48%
3 Siklus II 21 91% 21 91%
Peningkatan minat belajar siswa
sejalan dengan hasil belajar siswa. Sebagai
penjelas dari tabel 4.1 berikut gambaran
peningkatan minat dan hasil belajar tematik
subtema kegiatan pagi hari pra siklus, siklus
I, dan siklus II.
17%
13%
57%
48%
91% 91%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Minat Hasil Belajar
Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan
Minat dan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus,
Siklus, dan Siklus II
Berikut penjelasan hasil penelitian
melalui model pembelajaran student
facilitator and expalining dalam upaya
meningkatkan minat dan hasil belajar
tematik subtema kegiatan pagi hari pada
siswa kelas I.
Pembelajaran pada para siklus
cenderung berpusat pada guru. Guru terlalu
mendominasi pembelajaran, sehingga
keterlibatan siswa selama pembelajaran
hampir tidak terlihat. Kenyataan ini
didukung dengan hasil pengamatan peneliti
menggunakan angket. Dari 23 siswa kelas I,
hanya 4 siswa yang memiliki minat belajar
yang baik. Selebihnya sebanyak 19 siswa
masih terlihat tidak fokus dalam belajar.
Tentu kondisi ini tidak bisa dibiarkan dan
perlu upaya untuk mengatasi dan
memecahkan permasalahan tersebut. Peneliti
bermaksud untuk meningkatkan minat
belajar siswa tersebut dengan penerapan
model pembelajaran student facilitator and
expalining.
11. Dengan kondisi yang telah
dipaparkan di atas, berdampak pada hasil
belajar yang diperoleh siswa. Pemahaman
siswa terhadap subtema sangat rendah,
karena guru menyampaikan hanya dengan
metode ceramah dan penugasan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes formatif yang
diperoleh oleh siswa. Dari 23 siswa kelas I,
hanya ada 3 siswa yang mendapatkan nilai
lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal yang ditetapkan oleh sekolah.
Dengan kata lain ketercapaian ketuntasan
belajar siswa hanya mencapai 13%. Tentu
pembelajaran tersebut dapat dikategorikan
gagal.
Pada siklus I, telah menggunakan
model pembelajaran student facilitator and
expalining perhatian siswa tertarik pada
pembelajaran. Siswa lebih aktif mengikuti
pembelajaran, interaksi antarsiswa pun
semakin terlihat. Dengan menggunakan
angket pengamatan minat, peneliti
menemukan kenyataan bahwa pada siklus I
terjadi peningkatan persentase minat belajar
siswa mencapai 57% atau ada 13 siswa yang
telah minat dalam pembelajaran tematik
subtema kegiatan pagi hari selama
pembelajaran. Namun peningkatan tersebut
belum memenuhi target dari indikator
keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti
yaitu minimal 80% siswa kelas I minat
dalam belajarnya. Setidaknya, hal ini telah
membawa kabar gembira bagi peneliti.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat
yaitu student facilitator and expalining
mampu meningkatkan minat belajar siswa.
Sejalan dengan minat belajar siswa,
hasil belajar siswa pun lebih meningkat
dibandingkan pra siklus. Ketuntasan belajar
siswa mencapai sekitar 48% yaitu 11 siswa
sudah mendapatkan nilai lebih atau sama
dengan 75 dan 12 siswa lainnya masih
mendapat nilai di bawah 75. Meskipun
terjadi kenaikan yang signifikan, namun
hasil tersebut belum mencerminkan
keberhasilan pembelajaran, karena masih
dibawah target mínimum keberhasilan 80%.
Pada siklus kedua, pembelajaran
dipersiapkan lebih maksimal dengan
menggunakan student facilitator and
12. expalining. Pembelajaran diarahkan dengan
mengedepankan interaksi antarsiswa. Siswa
memiliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan siswa lainnya maupun dengan guru.
Siswa memiliki pengalaman belajar secara
langsung. Siswa memiliki rasa penasaran
dan rasa ingin tahu selama pembelajaran.
Minat siswa dalam belajar dapat terlihat,
sesuai dengan hasil pengamatan yaitu 21
siswa sudah masuk kategori memiliki minat
belajar yang baik. Sisanya, 2 siswa masih
terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Anak tersebut memerlukan bimbingan
secara khusus agar tumbuh rasa ingin
belajar. Hasil ini dilihat dari hasil angket
minat siswa yang menunjukkan ketercapaian
minat belajar siswa mencapai 91%. Tentu
hasil itu telah melampaui batasan minimal.
Dengan kondisi minat siswa yang
meningkat, berimbas pada hasil belajar
siswa. Pada tiap siklus dilaksanakan
penilaian secara formatif untuk mengukur
ketuntasan belajar. Tercatat 21 siswa telah
mendapatkan nilai lebih atau sama dengan
75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 91%
siswa kelas I telah mencapai ketuntasan
belajar.
Berdasarkan hal tersebut maka
pembelajaran pada siklus II ini dinyatakan
berhasil oleh peneliti karena telah melebihi
target minimal ketuntasan belajar yang
ditetapkan oleh peneliti yaitu 80%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Peningkatan minat dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik subtema
kegiatan pagi hari terjadi pada tiap
siklusnya. Pada pra siklus, jumlah siswa
yang terlihat memiliki minat terhadap
pembelajaran tematik subtema kegiatan pagi
hari hanya 4 siswa (17%) dengan hasil
belajar siswa hanya 13%. Pada siklus I,
setelah penerapan model pembelajaran
student facilitator and explaining, minat
belajar siswa meningkat menjadi 57%
dengan hasil belajar siswa 48%. Pada siklus
II, minat belajar siswa mencapai 91%
dengan hasil belajar siswa mencapai 91%.
Hasil ini menunjukkan penelitian berhasil
13. karena telah melebihi kriteria keberhasilan
yaitu minimal 80%.
Saran
Saran dari penelitian ini ditujukan
kepada guru, sekolah, dan kepala sekolah
sebagai berikut. (1) guru hendaknya mau
mengintrospeksi diri terhadap
kemampuannya dalam mengajar. Sehingga
ada upaya dari diri sendiri untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Dengan upaya tersebut diharapkan ada
peningkatan pada hasil belajar siswa, (2)
guru hendaknya mampu menciptakan
suasana belajar yang aktif, kreatif, dan
efektif, (3) sekolah hendaknya memiliki
sarana dan prasarana yang dapat mendukung
pembelajaran. Sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif,
(4) sekolah hendaknya mendukung kegiatan
guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Sehingga hasil belajar siswa meningkat, (5)
kepala sekolah hendaknya memberikan
bimbingan kepada guru dalam mengatasi
permasalahan di kelas, dan (6) kepala
sekolah hendaknya mampu menciptakan
iklim pembelajaran yang positif untuk
kemajuan pendidikan di sekolahnya.
Sehingga hasil belajar siswa dapat
mengalami peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2007. Pengembangan
SDM Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Trianto. 2010. Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT
Prestasi Pustaka.
W.J.S Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka